Anda di halaman 1dari 19

MATA KULIAH : ILMU DAKWAH

DOSEN : DR. NUR SETIAWATI, A.Ag., M.Ag

MAKALAH
FUNGSI DAN KEUTAMAAN DAKWAH

OLEH :

KELOMPOK III

SURYA BULANDARI R. (150 2013 0270)


NUR ATIKA AHMAD (150 2013 0271)
WA ODE NOVITRIANI (150 2013 0266)
LISKAWATI (150 2013 0288)
NUR VICKY SYAFRIANI (150 2013 0171)
MAYA SARI M. (150 2013 0184)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita memahami bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.

Otomatis, Islam tidak hanya memberikan kebaikan kepada umat Islam,

tetapi kepada seluruh manusia, termasuk juga alam semesta. Islam

semestinya mampu menjadi solver problem, inspirator dan motivator

yang memiliki tujuan untuk menciptakan masyarakat ideal.

Dakwah adalah ajakan kepada manusia untuk melaksanakan

perintah Allah Subhanahu Wa Taala. Allah SWT berfirman yang artinya

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-

benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan

untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang

tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang

muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul

itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas

segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan

berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah

sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (Al-Hajj [22] : 78).

Manusia membutuhkan dakwah untuk menuntun hidupnya sesuai

dengan ajaran yang telah dibawa Nabi Muhammad SAW. Dakwah

merupakan bagian dari jihad. Artinya, dakwah harus menggunakan


segenap kemampuan yang dimiliki. Hal ini yang menyebabkan dakwah

bukanlah hal yang mudah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana fungsi dan keutamaan dakwah?


BAB II

PEMBAHASAN

Islam merupakan satu-satunya ajaran agama yang hakekatnya

adalah untuk keselamatan umat manusia. Hal ini dibuktikan dalam

konteks ajarannya yang mengandung nilai-nilai rahmatan lil alamin,

artinya ajarannya bersifat universal, tidak hanya dikhususkan kepada

umat Islam, sebaliknya dapat meletakkan dasar-dasar dan pola hidup

yang tepat untuk dilaksanakan oleh segenap umat manusia. Salah satu

ajarannya yaitu berdakwah. Berdakwah memiliki beberapa fungsi, antara

lain :

1. Untuk menyebarkan agama Islam kepada manusia sebagai individu

dan masyarakat sehingga meratalah Islam sebagai Rahmatan

lilalamin.

2. Melestarikan nilai-nilai Islam dari generasi ke generasi kaum muslimin

berikutnya, sehingga keberlangsungan ajaran Islam beserta

pemeluknya dari generasi berikutnya tidak terputus.

3. Meluruskan akhlak yang bengkok, mencegah kemungkaran, dan

mengeluarkan manusia dari kegelapan rohani.

4. Menyerukan kepada orang non-muslim untuk masuk Islam.

5. Menyerukan agar orang Islam menegakkan hukum Islam secara total.

6. Menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran yang meliputi

segala kemaksiatan baik yang dilakukan oleh pribadi maupun

kelompok.
7. Membentuk individu dan masyarakat yang menjadikan Islam sebagai

pegangan dan pandangan hidup di dalam kehidupannya.

Selain fungsi dakwah banyak ayat Al-Quran dan hadits Rasulullah

SAW yang mengemukakan fadhail (keutamaan) dakwah yang sangat

mulia. Beberapa keutamaan dakwah tersebut antara lain :

1. Dakwah adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul

alaihimussalam)

Para rasul alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh

Allah SWT untuk melakukan tugas utama mereka, yakni berdakwah

kepada Allah. Keutamaan dakwah terletak pada disandarkannya

kerja dakwah ini kepada manusia yang paling utama dan mulia yakni

Rasulullah SAW dan saudara-saudara beliau para nabi & rasul

alaihimussalam.

"Inilah jalanku: aku dan orang-orang yang mengikutiku berdakwah

(mengajak kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha

Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

(Yusuf (12): 108).

Ayat di atas menjelaskan jalan Rasulullah SAW dan para

pengikut beliau yakni jalan dakwah. Maka barangsiapa mengaku

menjadi pengikut beliau SAW, ia harus terlibat dalam dakwah sesuai

kemampuannya.
Tentang Nabi Nuh as, Allah mengisahkan kesibukan beliau

yang tak kenal henti dalam menjalankan tugas berdakwah siang dan

malam :

"Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah mendakwahi (menyeru)

kaumku malam dan siang. (Nuh (71): 5).

Tentang Nabi Ibrahim as, Allah mengisahkan dakwah yang

beliau lakukan kepada ayah dan ummatnya:

. . .

. . .

.
. . .
.
.
.

Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata

kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah?".

Mereka menjawab: "Kami menyembah berhala-berhala dan kami

senantiasa tekun menyembahnya". Berkata Ibrahim: "Apakah

berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa

(kepadanya)? Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu

atau memberi mudharat?" Mereka menjawab: "(Bukan karena itu)

sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian".

Ibrahim berkata: "Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang

selalu kamu sembah. Kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?
Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku,

kecuali Tuhan semesta alam. (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan

aku, maka Dialah yang menunjuki aku. Dan Tuhanku, yang Dia

memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah

yang menyembuhkan aku. Dan yang akan mematikan aku, kemudian

akan menghidupkan aku (kembali). Dan yang amat kuinginkan akan

mengampuni kesalahanku pada hari kiamat". (Asy-Syuara (26): 69-

82).

Tentang Nabi Musa as, Allah SWT mengisahkan dakwah

beliau dalam banyak ayat-ayat Al-Quran, diantaranya:

Dan sesunguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa

mukjizat- mukjizat Kami kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka

kaumnya. Maka Musa berkata: "Sesungguhnya aku adalah utusan

dari Tuhan seru sekalian alam". Maka tatkala dia datang kepada

mereka dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami dengan serta

merta mereka mentertawakannya. (Az-Zukhruf (43): 46-47).

Tentang Nabi Isa as, Allah SWT mengisahkan dakwah

beliau dalam firman-Nya:






.
.
Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata:

"Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa

hikmah1[1] dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa

yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah

dan taatlah (kepada) ku". Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan

Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. (Az-

Zukhruf (43): 63-64).

Pintu kenabian dan kerasulan memang sudah tertutup

selama-lamanya, namun pekerjaan dan tugas mulia mereka masih

bisa diwariskan, sehingga terbuka peluang bahwa Allah SWT

memuliakan para dai yang mewariskan tugas tersebut.

2. Dakwah adalah Ahsanul Amal (Amal yang Terbaik)

Dakwah adalah amal yang terbaik, karena dawah memelihara

amal Islami di dalam pribadi dan masyarakat. Membangun potensi

dan memelihara amal sholeh adalah amal dawah, sehingga dawah

merupakan aktivitas dan amal yang mempunyai peranan penting di

dalam menegakkan Islam. Tanpa dawah ini maka amal sholeh tidak

akan berlangsung.

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang

berdakwah (menyeru) kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh,


dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang

menyerah diri?" (Fushilat (41): 33).

Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah mengatakan dalam

tafsirnya: Allah SWT menyeru manusia: Wahai manusia, siapakah

yang lebih baik perkataannya selain orang yang mengatakan Rabb

kami adalah Allah, kemudian istiqamah dengan keimanan itu,

berhenti pada perintah dan larangan-Nya, dan berdakwah

(mengajak) hamba-hamba Allah untuk mengatakan apa yang ia

katakan dan mengerjakan apa yang ia lakukan. (Tafsir Ath-Thabari,

Jamiul Bayan Fi Tawil Al-Quran, 21/468).

Bagaimana tidak akan menjadi ucapan dan pekerjaan yang

terbaik? Sementara dakwah adalah pekerjaan makhluk terbaik yakni

para nabi dan rasul alaihimussalam.

Sayyid Quthb rahimahullah berkata dalam Fi Zhilal Al-Quran:

Sesungguhnya kalimat dakwah adalah kalimat terbaik yang

diucapkan di bumi ini, ia naik ke langit di depan kalimat-kalimat baik

lainnya. Akan tetapi ia harus disertai dengan amal shalih yang

membenarkannya, dan disertai penyerahan diri kepada Allah

sehingga tidak ada penonjolan diri di dalamnya. Dengan demikian

jadilah dakwah ini murni untuk Allah, tidak ada kepentingan bagi

seorang dai kecuali menyampaikan. Setelah itu tidak pantas kalimat

seorang dai disikapi dengan berpaling, adab yang buruk, atau

pengingkaran. Karena seorang dai datang dan maju membawa


kebaikan, sehingga ia berada dalam kedudukan yang amat tinggi

(Fi Zhilal Al-Quran 6/295).

3. Para dai akan memperoleh balasan yang besar dan berlipat

ganda (al-hushulu ala al-ajri al-azhim).

Sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib: Demi Allah,

sesungguhnya Allah SWT memberikan hidayah kepada seseorang

dengan (dawah)mu, maka itu lebih baik bagimu dari unta merah.

(HR. Bukhari, Muslim & Ahmad).

Ibnu Hajar Al-Asqalani ketika menjelaskan hadits ini

mengatakan bahwa: Unta merah adalah kendaraan yang sangat

dibanggakan oleh orang Arab saat itu.

Hadits ini menunjukkan bahwa usaha seorang dai

menyampaikan hidayah kepada seseorang adalah sesuatu yang

amat besar nilainya di sisi Allah SWT, lebih besar dan lebih baik dari

kebanggaan seseorang terhadap kendaraan mewah miliknya.

Dalam riwayat Al-Hakim disebutkan:

( .

Wahai Ali, sesungguhnya Allah SWT memberikan hidayah

seseorang dengan usaha kedua tanganmu, maka itu lebih bagimu


dari tempat manapun yang matahari terbit di atasnya (lebih baik dari

dunia dan isinya). (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrak).

Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah SWT

memberi banyak kebaikan, para malaikat-Nya, penghuni langit dan

bumi, sampai semut-semut di lubangnya dan ikan-ikan selalu

mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang

lain. (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili).

Berapakah jumlah malaikat, semut dan ikan yang ada di

dunia ini? Bayangkan betapa besar kebaikan yang diperoleh oleh

seorang dai dengan doa mereka semua!

Imam Tirmidzi setelah menyebutkan hadits tersebut juga

mengutip ucapan Fudhail bin Iyadh yang mengatakan:

Seorang yang berilmu, beramal dan mengajarkan (ilmunya) akan

dipanggil sebagai orang besar (mulia) di kerajaan langit.

Keagungan balasan bagi orang yang berdakwah tidak hanya

pada besarnya balasan untuknya tetapi juga karena terus

menerusnya ganjaran itu mengalir kepadanya meskipun ia telah

wafat. Rasulullah SAW bersabda:







)
(

Siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu

perbuatan itu setelahnya dicontoh (orang lain), maka akan dicatat

untuknya pahala seperti pahala orang yang mencontohnya tanpa

dikurangi sedikitpun pahala mereka yang mencontohnya. Dan

barangsiapa mencontohkan perbuatan buruk, lalu perbuatan itu

dilakukan oleh orang lain, maka akan ditulis baginya dosa seperti dosa

orang yang menirunya tanpa mengurangi mereka yang menirunya.

(HR. Muslim dari Jarir bin Abdillah ra).

4. Dawah dapat menjadi penyelamat dari azab Allah SWT (An-

Najatu minal Azab)

Dawah yang dilakukan oleh seorang dai akan membawa

manfaat bagi dirinya sebelum manfaat itu dirasakan oleh orang lain

yang menjadi objek dawahnya (madu). Manfaat itu antara lain adalah

terlepasnya tanggung jawabnya di hadapan Allah SWT sehingga ia

terhindar dari adzab Allah.

Tersebutlah sebuah daerah yang bernama Aylah atau Eliah

sebuah perkampungan Bani Israil. Penduduknya diperintahkan Allah

untuk menghormati hari Jumat dan menjadikannya hari besar, namun

mereka tidak bersedia dan lebih menyukai hari Sabtu. Sebagai


hukumannya Allah SWT melarang mereka untuk mencari dan

memakan ikan di hari Sabtu, dan Allah membuat ikan-ikan tidak

muncul kecuali di hari Sabtu. Sekelompok orang kemudian melanggar

larangan ini dan membuat perangkap ikan sehingga ikan-ikan di hari

Sabtu masuk ke dalam perangkap lalu mereka mengambilnya di hari

ahad dan memakannya. Sementara orang-orang yang tidak

melanggar larangan Allah terbagi menjadi dua kelompok yaitu mereka

yang mencegah kemunkaran dan mereka yang diam saja.2[2]

Terjadilah dialog antara orang-orang yang diam saja dengan

mereka yang berdakwah mengingatkan saudara-saudaranya yang

melanggar larangan Allah. Dialog ini disebutkan dalam Al-Quran:

Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri3[3] yang terletak di

dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu4[4], di

waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar)

2[2] Lihat Tafsir Ibnu Katsir ketika menafsirkan surat Al-Baqarah ayat 65 dan
66 dan surat Al-Araf ayat 163-166.

3[3] Yaitu kota Eliah yang terletak di pantai Laut Merah antara kota Madyan
dan bukit Thur.

4[4] Menurut aturan itu mereka tidak boleh bekerja pada hari Sabtu, karena hari
Sabtu itu dikhususkan hanya untuk beribadat.
mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan

Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka. Demikianlah Kami

mencoba mereka disebabkan mereka berlaku fasik. Dan (ingatlah)

ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu

menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau

mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka

menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab)

kepada Tuhanmu5[5], dan supaya mereka bertakwa. Maka tatkala

mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami

selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan

Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim dengan siksaan yang

keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. (Al-Araf (7): 163-165).

Dalam ayat diatas disebutkan jawaban orang-orang yang

berdakwah ketika ditanya mengapa mereka menasehati orang-orang

yang melanggar perintah Allah:

.1

.2

Yaitu: pertama, agar menjadi argumentasi dan penyelamat kami

dihadapan Allah SWT. Kedua, agar mereka bertaqwa. Dan secara

tegas Allah menyelamatkan orang-orang yang melarang perbuatan

maksiat dari adzab-Nya.

5[5] Alasan mereka itu ialah bahwa mereka telah melaksanakan perintah Allah untuk
memberi peringatan.
Dawah dan amar maruf nahi munkar adalah kontrol sosial

yang harus dilakukan oleh kaum muslimin agar kehidupan ini selalu

didominasi oleh kebaikan. Kebatilan yang mendominasi kehidupan

akan menyebabkan turunnya teguran atau adzab dari Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda:

) )

Perumpamaan orang yang tegak di atas hukum-hukum Allah

dengan orang yang melanggarnya seperti kaum yang menempati

posisinya di atas bahtera, ada sebagian yang mendapatkan tempat di

atas, dan ada sebagian yang mendapat tempat di bawah. Mereka

yang berada di bawah jika akan mengambil air harus melewati orang

yang berada di atas, lalu mereka berkata: Jika kita membolongi

bagian bawah milik kita dan tidak mengganggu mereka.. Kalau

mereka membiarkan keinginan orang yang akan membolongi, mereka

semua celaka, dan jika mereka menahan tangan mereka maka

selamatlah semuanya. (HR. Bukhari).


:




: .

Dari Hudzaifah bin Yaman ra dari Nabi Muhammad SAW

beliau bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya,

kalian harus melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar, atau Allah

akan menurunkan hukuman dari-Nya kemudian kalian berdoa

kepada-Nya dan Dia tidak mengabulkan doa kalian." (HR Tirmidzi,

beliau berkata: hadits ini hasan).

5. Dawah adalah Jalan Menuju Khairu Ummah

Rasulullah SAW berhasil mengubah masyarakat jahiliyah

menjadi umat terbaik sepanjang zaman dengan dakwah beliau.

Dakwah secara umum dan pembinaan Dai sebagai asset SDM dalam

dakwah secara khusus adalah jalan satu-satunya menuju

terbentuknya khairu ummah yang kita idam-idamkan. Rasulullah SAW

melakukan tarbiyah mencetak kader-kader dakwah di kalangan para

sahabat beliau di rumah Arqam bin Abil Arqam ra, beliau juga

mengutus Mushab bin Umair ra ke Madinah untuk membentuk basis

dan cikal bakal masyarakat terbaik di Madinah (Anshar).


Jalan yang ditempuh oleh Rasulullah SAW ini adalah juga jalan yang

sepatutnya ditempuh untuk mengembalikan kembali kejayaan umat Islam.

Imam Malik bin Anas ra berkata:

Akhir umat ini tidak menjadi baik kecuali menggunakan cara yang

digunakan untuk memperbaiki generasi awalnya. (Nashiruddin Al-AlBani,

Fiqhul Waqi hlm 22).

Umat Islam harus memainkan peran dakwah & amar maruf nahi

munkar dalam semua kondisi dan era, baik ketika memperjuangkan

terbentuknya khairu ummah maupun ketika cita-cita khairu ummah itu

telah terwujud. Allah SWT berfirman:

Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan

beriman kepada Allah. (Ali Imran (3): 110).


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan semua keutamaan dakwah di atas, berarti seorang dai

dengan dakwahnya sedang menjalani kehidupan rabbaniyyah, kehidupan

yang selalu berorientasi kepada Allah SWT dan kehidupan yang selalu

dinaungi nilai-nilai Al-Quran sebagai sumber kebaikan. Seorang dai

senantiasa bersama Al-Quran juga mengajarkannya kepada orang lain.

Rasulullah SAW diperintahkan Allah SWT untuk mengajak umatnya

agar menjadi orang-orang yang rabbani yakni mereka yang selalu belajar

dan mengajarkan Al-Quran sehingga hidup mereka menjadi rabbani pula.

Dakwah adalah aktivitas belajar dan mengajarkan Al-Quran baik dalam

membacanya, memahaminya, mengamalkannya, memperjuangkan

hukum-hukumnya, dan konsisten dalam melakukan itu semua.

Dakwah adalah salah satu bentuk pengagungan kepada Allah yang

paling utama, karena di dalamnya seorang dai meninggikan kalimat-Nya

melalui lisannya, amalnya, dan ajakannya kepada orang lain. Di dalam

dawah seorang dai bersabar menghadapi berbagai ujian berat semata-

mata demi mengagungkan Allah SWT. Semakin berat tantangan dan ujian

dalam mengagungkan Allah SWT, semakin besar dan mulia bentuk

pengagungan itu di sisi Allah SWT.


DAFTAR PUSTAKA

http: / /www. dakwatuna .com/ 2009 /03 / 08 /2026/ fadhail-keutamaan-

dakwah/

http://www.mirajnews.com/id/dakwah/7958

Anda mungkin juga menyukai