Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ratu Boko merupakan salah satu situs arkeologi yang di kenal sebagai
Keraton Ratu Boko atau Istana Ratu Boko. Keraton ini terletak di dataran tinggi
sekitar 3 km dari selatan komplek Candi Prambanan. Karena lokasinya yang berada
di dataran tinggi, maka tak heran jika Keraton Ratu Boko ini selain dijadikan sebagai
tempat bersejarah, juga digunakan sebagai tempat wisata karena pemandangan yang
sangat indah dan menarik bagi pengunjung.
Riwayat dalam pembangunan Keraton ini dapat kita ketahui dari Prasasti
Walaing yang di temukan di sekitaran kompleks Keraton. Prasasti ini berisi tentang
peringatan pendirian Abhayagiri Wihara oleh Rakai Panangkaran. Dari prasasti
tersebut dapat dijelaskan bahwa pada mulanya Keraton ini merupakan wihara bagi
pendeta Buddha yang bernama Abhayagiri, kemudian pada tahun 856 M kompleks
ini digunakan sebagai Keraton oleh Rakai Walaing Pu Khumbayoni yang beragama
Hindu, maka tak heran jika bangunan Keraton ini bercorak Hindu dan Buddha.
Pada bagian luar dari keraton ini terdapat pagar yang berbentuk seperti
Gapura yang merupakan ciri khas pada bangunan keraton. Didalam keraton tersebut
terdapat beberapa tempat di sebelah barat, tenggara, dan timur, dan tentunya di
masing-masing tempat ini memiliki cerita tentang sejarah Keraton Ratu Boko ini.
Keraton ini menjadi saksi bisu mengenai awal kejayaan di tanah Sumatra.
Balaputradewa sempat melarikan diri ke keraton ini sebelum akhirnya Ia ke Sumatra
karena di serang oleh Rakai Pikatan. Sebagai sebuah peninggalan, keraton ini banyak
menyimpan keunikan dibandingkan dengan peninggalan bersejarah lainnya. Jika
bangunan bersejarah lainnya identik dengan kuil atau Bangunan Suci tempat
pemujaan Dewa, maka tempat ini lebih identik pada bangunan rumah atau tempat
tinggal. Itu pula yang menjadi bukti bahwa Ratu Boko adalah sebuah Keraton atau
Istana bukan Candi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan Keraton Ratu Boko?
2. Bagaimana struktur Pemerintahan di Keraton Ratu Boko?
3. Bagaimana sejarah masing-masing tempat yang ada di sekitar Keraton?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a) Untuk mengetahui sejarah perkembangan Keraton Ratu Boko.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Keraton Ratu Boko.
b) Untuk mengetahui struktur pemerintahan di Keraton Ratu Boko.
c) Untuk mengetahui sejarah dari masing-masing tempat di Keraton Ratu Boko.

D. Manfaat
a. Agar mahasiswa memahami sejarah Perkembangan Keraton Ratu Boko.
b. Agar mahasiswa memahami struktur pemerintahan di Keraton Ratu Boko.
c. Agar mahasiswa memahami sejarah dari masing-masing tempat yang ada di
sekitar Keraton Ratu Boko.

2
BAB II
TINJAUAN GEOGRAFIS

A. Alasan Keberadaan Keraton Ratu Boko


Nama "Ratu Baka" berasal dari legenda masyarakat setempat. Ratu Baka (bahasa
Jawa, arti harafiah: "raja bangau") adalah ayah dari Loro Jonggrang, yang juga menjadi
nama candi utama pada kompleks Candi Prambanan. Kompleks bangunan ini dikaitkan
dengan legenda rakyat setempat yaitu Loro Jonggrang.
Pada awalnya, Keraton Ratu Boko merupakan wihara bagi pendeta Buddha yang
bernama Abhayagiri, kemudian pada tahun 856 M kompleks ini digunakan sebagai
Keraton oleh Rakai Walaing Pu Khumbayoni yang beragama Hindu.

B. Wilayah Administrasi Istana Ratu Boko


Secara administratif Keraton ratu Boko berada di wilayah dua dukuh, yakni
Dukuh Dawung, Desa Bokoharjo dan Dukuh Sumberwatu, Desa Sambireja,
Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Indonesia. Keraton Ratu
Boko berada di bagian timur dari kabupaten Sleman, diatas perbukitan Prambanan
yang berjarak sekitar 2-3 km arah selatan Candi Prambanan. Lokasinya 18 km sebelah
timur Kota Yogyakarta atau 50 km barat daya Kota Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia.

C. Kondisi geografis Ratu Boko


Keraton Ratu Boko terletak di bukit Boko di atas ketinggian 195.75 diatas
permukaan laut (dpl) dengan luas sekitar 160.898 m2, dan pada koordinat 7.771°LS
110.491°BT. Lokasi keraton yang berada di puncak perbukitan kapur ini menjadikan
Keraton Ratu Boko memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan situs-situs lainnya.
Dari kompleks Keraton Ratu Boko pengunjung dapat menikmati suasana pemandangan
alam yang sangat indah. Dalam Keraton Ratu Boko, banyak di jumpai peninggalan
arkeologi seperti gapura istana, ruang pembakaran, pemandian, dan arca. Secara
arkeologi, Keraton Ratu Boko jika dilihat dari bukit dapat di bagi menjadi dua bagian

3
yaitu bagian barat dan timur. Komplek yang berada di sebelah barat berupa jalan
setapak, saluran air, kolam-kolam dan fragmen gerabah baik lokal maupun asing.
Selain menikmati keindahan Keraton Ratu Boko, juga disekitarnya terdapat beberapa
situs candi yang mengitari Keraton Ratu Boko, diantaranya Candi Ijo, Candi Baron,
dan Candi Miri yang ada di sisi selatan dan sisi barat bukit.
Namun, pemandangan indah tersebut tidak didukung dengan sumber air yang
memadai sehingga komplek sini hanya mengandalkan kolam tadah hujan untuk
mencukupi kebutuhan airnya.

4
BAB III
KAJIAN TEORITIS

A. Sejarah obyek studi lapangan


Komplek Keraton Ratu Boko merupakan satu-satunya situs pemukiman masa
klasik terbesar di Jawa (Jawa Tengah). Komplek ini diduga merupakan bangunan biara
benteng yang mulanya dipakai oleh para pemeluk agama Budha. Namun setelah
beberapa saat terdapat tanda-tanda komplek sini diubah menjadi kompleks Shivvait
yang beragama Hindu. Penyebab dari bergantinya agama ini kemungkinan oleh
kekalahan dinasti atau terjadi perpindahan agama.
Temuan prasasti yang ditulis dengan huruf Prenagari dan berbahasa Sansekerta
yaitu Abhayagiri Wihara yang berangka tahun 792 M, mendasari adanya dugaan bahwa
kompleks Keraton Ratu Boko dibangun dan dinamai Abhayagiri Wihara yaitu pada
masa Wangsa Sailendra (Rangkai Panangkaran) dari kerajaan Medang (Mataram
Hindu). “Abhaya” berarti damai, “Girl” artinya bukit sedangkan “Wihara” berarti
asrama. Dengan begitu Abhayagiri Vihara berarti sebuah asrama atau tempat tinggal
para biksu agama Budha yang berada diatas bukit kedamaian, dan merupakan tempat
untuk memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Tetapi pada pemerintahan Rakai
Walaing Pu Kombayoni, yaitu tahun 898-908M, Abhyagari Wihara berganti nama
menjadi Kraton Walaing. .
Situs Ratu Boko pertama kali dilaporkan oleh Van Boeckholtzt pada tahun 1790,
tetapi baru seratus tahun kemudian dilakukan penelitian yang dipimpin oleh FDK
Bosch, dan ditulis dalam laporan Keraton van Ratoe Boko.

B. Manfaat dan tujuan obyek studi lapangan pada saat dahulu terbentuk
Temuan akan adanya parit-parit pertahanan yang mengelilingi komplek tak bisa
di abaikan sebagai bukti kemungkinan situs ini adalah sebuah benteng pertahanan.
Akan tetapi, sebagai sebuah benteng keberadaan lima gerbang megah sekaligus
tentulah menjadi tanda tanya besar, karena akan menjadi kelemahan terbesar dalam

5
system pertahanan mereka. Banyaknya keragaman benda temuan, banyaknya temuan
yang teraduk (disturbed), dan tidak utuh serta denah, tata letak juga struktur bangunan
yang masih unfinished dan uncompleted membuat hingga saat ini fungsi kompleks
candi Ratu Boko yang sesungguhnya belum bias diketahui dengan pasti.

C. Kajian teoritis
1. Desain/gambar obyek studi lapangan
KARAKTER FISIK BANGUNAN KOMPLEKS CANDI RATU BOKO
Kompleks candi ratu book terdiri dari beberapa kelompok bangunan. Sebagian
besar diantaranya saat ini hanya berupa reruntuhan.Tiap unit bangunan memiliki
fungsi tersendiri seperti pertapaan, keputren, pemandian, pendopo, dan tempat
pemujaan serta pembakaran mayat.
a) Tata Letak Komplek Ratu Boko
Secara umum kompleks RatuBoko terbagi atas 4 bagian, yaitu:
1) Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, candi
pembakaran, kolam, batu berumpak dan paseban.
2) Bagian tenggara meliputi struktur lantai, gapura, batur pendopo, batur
pringgitan, miniature 3 candi, tembok keliling kompleks keputren, dua
kompleks kolam,dan reruntuhan stupa. Kedua komleks kolam dibatasi pagar
dan memiliki gapura sebagai jalan masuk. Didasar kolam,dipahatkan lingga
yoni, langsung pada batuan induk.
3) Bagian timur terdapat kompleks bangunan meliputi satu buah kolam dan dua
buah gua yang disebut Gua Lanang dan Gua Wadon,Stupa Budha.
4) Bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.

b) Bagian-bagian kompleks Ratu Boko


1) Pintu Gerbang atau Gapura
Pintu masuk terdiri dari dua gerbang, yaitu gerbang luar dan gerbang
dalam. Gerbang dalam,yang ukurannya lebih besar merupakan gerbang
utama. Gapura pertama memiliki tiga pintu , terbuat dari batuan desit,

6
berbentuk paduraksa dengan puncak berbentuk ratna. Sementara gapura
kedua memiliki 5 pintu.Pada gapura pertama terdapat tulisan Panabwara. Kata
itu berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, yang dituliskan oleh Rakai
Panabwara (keturunan dari Rakai Panangkaran) saat mengambil alih istana.
Tujuan penulisan namanya tersebut adalah untuk melegitimasi kekuasaannya
sekaligus memberikan tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.
2) Candi pembakaran
Candi pembakaran terbuat dari batu andesit dan berbentuk bujur sangkar
(26 x 26 m)dengan dua buah teras. Candi ini digunakan untuk upacara
pembakaran jenasah.
3) Pendopo
Pendopo berukuran panjang 40,80m, lebar 33,90m, dan tinggi 3,45m.
Kaki dan atap pagar keliling terbuat dari batu andesit, sedangkan tubuhnya
dari batu putih. Memiliki dua buah batur pada sisi utara dan sisi selatan.
Pendopo juga memiliki 4 buah pintu masuk yang berada pada tiap sisinya.
4) Keputren
Keputren adalah tempat tinggal para putri. Keputren ini terbuat dari
batuan desit. Diatas lantai terdapat 84 umpak yang diduga sebagai tempat
dudukan tiang penyangga.
5) Kolam Air
Kolam ini terdiri atas kolam utara dan kolam selatan. Kedua kolam di
kelilingi oleh pagar empat persegi panjang dan dihubungkan dengan gapura.
Kolam utara berbentuk persegi panjang berjumlah 7 buah, 5 buah diantaranya
berukuran besar dan dalam sedangkan 2 lainnya berukuran kecil.
Kolam selatan berjumlah 28 buah, 14 kolam berukuran besar denan
bentuk bundar, 13 buah berukuran kecil dan berbentuk bundar,satu kolam
berukuran kecil dengan bentuk segi empat.
6) Pertapaan
Berbentuk seperti gua dan terbuat dari batuan sedimen yang disebut
breksipumis. Pertapaan yang lebih atas di namakan Gua Lanang sedangkan

7
yang berada dibawah disebut Gua Wadon. Disebut Gua Wadon, karena relief
yang menggambarkan lambang yoni diatas pintunya. Tepat didepan Gua
Lanang terdapat sebuah kolam dan tiga stupa. Berdasarkan sebuah penelitian,
diketahui bahwa stupa itu merurupakan Aksobya,salah satu Pantheon Budha.
7) Sumur Suci
Arah tenggara dari Candi Pembakaran terdapat sumur. Konon,sumur
tersebut barnama Amerta Mantanan yang berarti air suci yang diberikan
mantra. Umat Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung, sehari
sebelum Nyepi. Penggunaan air dalam upacara diyakini dapat memurnikan
diri kembali serta mengembalikan bumi dan isinya pada kondisi harmoni
awal. Prosesi upacara biasanya dilaksanakan di Candi Prambanan.
8) Umpak-Umpak
Umpak-umpak pendopo berjumlah 30 buah. Batur pendopo terdiri
dari 30 umpak. Umpak-umpak digunakan untuk barak pasukan perang.
9) Paseban
Paseban berfungsi untuk menerima tamu, sekaligus digunakan untuk
ruang tunggu tamu yang akan menghadap raja.
10) Candi Miniatur
Terdapat 3 candi miniatur di kompleks ini. Meskipun bentuknya
miniatur tetapi, mungkin saja candi-candi tersebut digunakan sebagai tempat
beribadah. Candi utama diapit oleh dua candi lain yang ukurannya lebih kecil.
Miniatur candi utama berdiri diatas batur berebntuk bujur sangkar. Di sisi
barat terdapat tangga, bak air berada di tengah batur sehingga bagian batur
yang tersisa berbentuk selansar.
11) Istana Pemandian
Terdiri atas dua batur utara dan selatan yang berdampingan terbuat
dari batu andesit serta menghadap ke barat. Batur selatan panjang 21,43m,
lebar 22,70m, dan tinggi 1,75m. Sedangkan batur utara panjangnya 16,40m,
dengan lebar 14,90m. Lantai kedua batur tersebut berbeda ketinggiannya.

8
12) Linnga
Temuan akan presentasi Boko mengandung keterangan tentang
adanya pendirian lingga, yaitu lingga krttivisa, lingga tryambaka, dan lingga
hara.

C) Prasasti-prasasti Ratu Boko


1) Abhyagiriwihara
Tahun 714 saka (792M). Tentang pendirian bangunan suci untuk
avalokitesvera.
2) Ratu Boko A
Tahun 778 saka (856M). Tentang pendirian lingga krttvasa oleh Sri
Kumbhaja.
3) Ratu Boko B
Tahun 778 saka (856M) tentang pendirian Lingga Tryamvaka oleh Sri
Kumbhaja.
4) Ratu Boko C
Tentang pendirian Lingga Hara oleh kalasaodbhava.
5) Perang
Tahun 778 saka (25 Januari 836 M). Tentang pendirian candi Bhadraloka
oleh Rakai Walaing Pu Kumbhayoni.

9
BAB IV
TEMUAN-TEMUAN LAPANGAN

A. Eksistensi atau keberadaan obyek studi lapangan saat sekarang


Keberadaan objek wisata yang berupa Candi sangat menarik untuk dikunjungi
karena disebut sebagai tempat yang unik dan suci bagi pemeluk agama Hindu-Budha
dengan ukiran dan ornamen yang menarik. Candi juga sering dipakai pada saat acara,
seperti konser musik jaz. Karena keunikan dari Candi, masyarakat sering
mengabadikan moment terindah seperti menunggu sunset, sunrise dan juga foto
prewedding. Keberadaan Candi yang agak Susah untuk dilalui bagi yang ingin mencari
keindahan dari candi.
B. Fungsi obyek studi pada masa sekarang
Sebagai tempat penelitian bagi para arkeologi, untuk meneliti objek sejarah yang
akan diungkap rahasia yang belum terungkap. Masyarakat juga berperan aktif dalam
penemuan dari Candi, jika ada potongan-potongan dari Candi masyarakat akan
membawanya kemuseum candi atau membawanya ke Arkeolog yang membutuhkan
untuk diteliti lebih lanjut. Candi juga menjadi objek studi khusus bagi para mahasiswa
yang mengambil jurusan Sejarah.
C. Sikap atau pandangan penduduk sekitar terhadap obyek studi lapangan
Masyarakat yang tinggal disekitar tempat wisata Keraton Ratu Boko, juga
menjaga kelestarian serta melindungi Keraton dari orang yang tidak bertanggung
jawab. Penduduk sekitar juga berperan untuk mempromosikan keraton Ratu Boko
dengan cara mereka sendiri. Penduduk juga menghargai keberaan Candi
D. Kebermaknaan obyek studi lapangan dalam bidang :
1. Ekonomi penduduk sekitar
Penduduk sekitar Candi Ratu Boko ekonominya juga terbantu dengan
datangnya wisatawan yang berkunjung ke Candi. Penduduk menjajakan makanan
dan minuman kepada wisatawan yang berkunjung. Namun makanan dan minuman
yang dijual sedikit mahal, yang disebabkan jarak yang ditempuh. Masyarakat

10
sekitar juga harus berperan aktif dalam pengembangan dan juga kelestarian
lingkungan yang ada disekitar Candi agar wisatawan merasa nyaman berada di
Candi.
2. Religi penduduk sekitar
Masyarakat yang tinggal disekitar Candi juga menghormati keberagaman
Agama yang ada. Jika ada hari perayaan yang dilaksanakan sekitar Candi.
3. Pendidikan penduduk sekitar
Dengan adanya Candi Ratu Boko, sebagai tampat wisata yang diminati
sebagian warga Indonesia ekonomi penduduk juga terbantu. Karena bisa untuk
biaya sekolah keluarganya.

11
BAB V
KESIMPULAN

Candi sebagai tempat yang suci dan juga sebagai tempat yang bersejarah, harusnya
dilindungi agar terjaga keaslian serta kelestariannya dengan baik. Kita sebagai warga negara
yang baik seharusnya bisa menjaga dan melestarikan budaya dan peninggalan yang ada, serta
mempromosikan wisata yang ada agar bisa menarik banyak wisatawan baik lokal maupun
internasional. Untuk penduduk yang tinggal disekitar Candi Ratu Boko hendaknya bisa ikut
menjaga dalam menjaga lingkungan. Setiap wisatawan yang datang berkunjung, bisa diberi
petunjuk yang benar agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

12
BAB VI
DAFTARPUSTAKA

https://coretanpetualang.wordpress.com/petualangan-candi/jelajah-candi/candi-ratu-
boko-istana-megah-di-atas-bukit/

Edi Sedyawati, Hariani Santiko, Hasan Djafar, Ratnaesih Maulana, Wiwin Djuwita

Sudjana Ramelan, Chaidir Ashari. (2013). Candi Indonesia : Seri Jawa : Indonesia-
English. Jakarta : Direktorat Cagar Budaya dan Permuseuman.

HoltClaire. (2000). Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia. Bandung:


arti.line.

Mangar Sari Ayuati dan Gatot Eko Nurcahyo. (2003). Menapak Jejak Kepurbakalan
Ratu Boko. Yogyakarta.

Sejarah Seni Rupa Indonesia. (1979). Jakarta: Proyek penelitian dan Pencatatan
Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

13

Anda mungkin juga menyukai