Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awal usia sekolah anak-anak sudah dapat mengucapkan semua
bunyi bahasa. Namun, bunyi-bunyi tertentu terutama yang berupa klaster masih
sulit bagi mereka untuk mengucapkannya. Apabila kita lihat dari hasil penelitian
Darmin Zuchdi menunjukkan bahwa beberapa anak kelas dua dan tiga
melakukan kesalahan pengucapan f diucapkan /p/ (1995 : 29).
Pada usia prasekolah anak-anak menjadi sensitif terhadap pola fonetik
dan sering membuat irama kata-kata dengan mengganti suatu bunyi atau suku
kata, sehingga mengucapkan : dag, dig, dug, atau ini ani, ini ima. Proses ini
berlangusng secara ototmais sebagai permainan kata, kemudian sesudah itu
barulah terjadi proses penggunaan kata secara terkontrol.
Untuk itulah pentingnya kesadaran fonologis merupakan prediktor
terbaik pada kesuksesan membaca permulaan pada anak-anak (Adam, dkk dalam
Blischack, 2004). Anak-anak yang mengalami gangguan fonologi memiliki
kesadaran fonologi yang rendah dan mempunyai dampak pada perkembangan
akademik ketika masuk Sekolah Dasar, seperti adanya kesulitan membaca.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah batasan dan kajian fonologi ?
2. Apakah yang dimaksud dengan kesadaran fonologis ?
3. Apakah kesadaran fonologi penting bagi anak ?
4. Bagaimanakah progres perkembangan keterampilan-keterampilan kesadaran
fonologi pada anak ?
5. Bagaimanakah cara mengidentifikasi dan mereproduksi bunyi-bunyi huruf
(fonem) secara akurat dalam kata ?

1
6. Bagaimanakah cara mengimplementasikan kegiatan-kegiatan pembelajaran
kesadaran fonologi dengan secara akurat mengidentifikasi keterampilan-
keterampilan spesifik yang ditujukan ?

C. Tujuan makalah
1. Untuk mengetahui batasan dan kajian fonologi
2. Menjelaskan kesadaran fonologis
3. Dapat mengetahui pentingnya kesadaran fonologi bagi anak
4. Mendeskripsikan progress perkembangan keterampilan-keterampilan
kesadaran fonologi pada anak
5. Mengidentifikasi dan mereproduksi bunyi-bunyi huruf (fonem) secara akurat
dalam kata
6. Mengimplementasi kegiatan-kegiatan pembelajaran kesadaran fonologi dan
secara akurat mengidentifikasi keterampilan-keterampilan spesifik yang
ditujukan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fonologi


Istilah fonologi berasal dari bahasa yunani yaitu phone = ‘bunyi’, logos
=’ ilmu’. Secara harafiah, fonologi adalah ilmu bunyi. Fonologi merupakan
bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji bunyi.
Fonologi menurut kamus Longman Dictionary of Contemporary English
dibatasi sebagai ilmu yang mempelajari tentang bunyi ucapan dari suatu bahasa
serta hukum-hukum yang mengaturnya (Davis dkk., 1989: 814). Dengan lebih
trinci, Lass (1988: 1) membedakan fonologi dalam pengertian garis besar dan
pengertian yang lebih sempit. Secara garis besar, fonologi adalah suatu sub-
disiplin dalam ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang "bunyi
bahasa", sedangkan dalam pengertian sempit, fonologi murni membicarakan
tentang fungsi, perilaku, serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur linguistik.
Dengan demikian, fonologi secara umum dapat dibatasi sebagai bagian
dalam ilmu linguistik yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Objek kajian fonologi yang pertama bunyi bahasa (fone) yang disebut tata bunyi
(fonetik) dan yang kedua mengkaji fonem yang disebut tata fonem (fonemik).
Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional.

2.2 Pengertian Kesadaran fonologis


Fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-
bunyi bahasa, proses terbentuknya dan perubahannya. Terdapat hubungan antara
fonologi dengan psikologi. Menurut pendapat Chomsky dan para pengikutnya,
serta pendapat Jacobson dkk., (dalam Lass, 1988: 6) dapat dinyatakan bahwa
hubungan fonologi dengan psikologi, khususnya psikologi kognitif terletak pada
"perwujudan bahasa dalam struktur mental manusia". Setelah memahami
pengertian tentang fonologi, dan hubungannya dengan psikologi, ternyata ada
yang menyebutnya kesadaran fonologi sebagai kesadaran linguistik, misalnya
Mattingly, (dalam Wagner dan Torgessen, 1987: 192); ada pula yang

3
menyebutnya sebagai kesadaran fonemik, seperti Lewkowicz, juga Rozin dan
Gleitman (dalam Wagner dan Torgessen, 1987: 192).
Shankweiler dan Liberman (dalam Torgessen dkk., 1992 : 364)
mengatakan bahwa kesadaran fonologis merupakan suatu konsep yang sangat
kompleks. Meskipun demikian, beberapa ahli membatasi pengertian kesadaran
fonologis sebagai berikut: Menurut Wagner dkk. (1987: 355), kesadaran
fonologis merupakan pengetahuan yang menerangkan tentang fonem. Pada
kesempatan lain, Wagner bersama Torgessen membatasi kesadaran fonologis
sebagai struktur bunyi dari bahasa seseorang (Wagner dan Torgessen, 1987:
192). Stanovich, secara garis besar membatasi kesadaran fonologis sebagai
sensitivitas atau kesadaran eksplisit seseorang terhadap struktur bunyi dari kata-
kata dalam bahasanya (Torgessen dkk., 1992: 364). Dengan mengutip pendapat
Lewkowicz, Spector (1992: 353) membatasi istilah kesadaran fonologis sebagai
kemampuan seseorang dalam merasakan kata-kata yang diucapkan menjadi
suatu rangkaian bunyi yang berurutan.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesadaran
fonologis merupakan sensitivitas seseorang akan struktur bunyi dari kata-kata
yang diucapkan dalam bahasa seseorang. Sebagai contoh, anak yang kesadaran
fonologisnya tinggi akan menyadari bahwa antara kata "makan" dan "bukan"
mempunyai silabel akhir yang bunyinya sarna; pada tingkatan yang lebih tinggi,
anak dapat menyadari bahwa bunyi "kan" merupakan kesatuan bunyi dari fonem
“k", "a" dan "n" secara berurutan. Jadi kesadaran fonologi adalah istilah umum
yang digunakan untuk semua keterampilan yang berkaitan dengan kemampuan
untuk membedakan bunyi-bunyi dalam bahasa lisan.

2.3 Pentingnya Kesadaran Fonologi bagi anak

Kesadaran fonologi penting untuk belajar bagaimana membaca (decode),


terutama untuk anak-anak yang mengalami kesulitan membaca. Anak-anak
harus mampu mendengar bunyi dalam kata-kata yang diucapkan sebelum
mereka diperkenalkan dengan kata-kata tertulis. Jika mereka mampu

4
mengidentifikasi bunyi dalam kata-kata yang diucapkan, mereka akan dengan
lebih mudah membaca kata. Yaitu, membaca kata-kata dengan membunyikan
atau mengucapkan bunyi yang dihasilkan dari masing-masing huruf dalam kata-
kata.

Kesadaran fonologi juga penting untuk belajar bagaimana menulis


(encode). Agar dapat menulis satu kata dengan benar, anak-anak harus mampu
mendengar semua bagian penting bunyi dalam sebuah kata, dan mereka dapat
mengaitkan huruf yang tepat untuk setiap bunyi yang telah mereka
identifikasikan.

Kesadaran Fonemik -
Kesadaran kata - mampu Kesadaran suku kata - mampu untuk mendengar
untuk mendengar dan mampu untuk dan membedakan bunyi-
membedakan kata-kata mendengar dan bunyi individu atau
dalam suatu kalimat membedakan suku-suku fonem-fonem dalam suatu
yang diucapkan kata individu dalam kata

Kesadaran
Fonemik

Kesadaran fonologi harus dikembangkan di prasekolah dan TK, dan


diperkuat di kelas 1. Sayangnya, banyak guru tidak menyadari bahwa kesadaran
fonologi adalah keterampilan yang sangat penting untuk belajar membaca dan
karena itu mereka tidak menyediakan waktu di kelas untuk mengembangkannya.

2.4 Mendeskripsikan Progres Perkembangan Keterampilan-Keterampilan


Kesadaran Fonologi Pada Anak

Sewaktu anak-anak dapat memisahkan kata-kata dalam kalimat, mereka


dapat mengidentifikasi dan menghitung berapa banyak kata yang terdapat dalam
sebuah kalimat. Kemudian anak-anak mampu memecahkan kata kedalam sebuah

5
suku kata dan kemudian akan dipecahkan lagi dalam suku-suku kata yang lebih
sederhana.

Progres Perkembangan Keterampilan – Keterampilan Fonologi, seperti


beriku ini :

1. Mengidentifikasi kata-kata dalam sebuah kalimat (paling mudah)


Anak-anak kecil itu perlu waktu untuk sadar bahwa bahasa lisan
terdiri dari kata-kata. Mereka harus mampu terlebih dahulu untuk
mengidentifikasi keta yang ada dalam sebuah kalimat. Kemudian barulah
mereka akan mengerti bahwa didalam sebuah kalimat itu terdiri dari
kata-kata yang berbeda.
Contoh : Rani makan nasi
Penjelasan : Dalam kalimat Rani makan nasi terdiri dari 3 kata yaitu
Rani / makan / nasi yang memiliki 3 kata yang berbeda makna.
2. Mengidentifikasi suku kata dalam kata (setelah yang paling mudah)
Anak-anak kecil harus sadar bahwa kata-kata dapat dipecahkan
lagi ke dalam suku kata.
Contoh : Main-main = ma – in – ma – in = terdiri dari 4 suku kata
Rumah = ru – mah = terdiri dari 2 suku kata
Pesawat = pe – sa – wat = terdiri dari 3 suku kata
Mobil = mo – bil = terdiri dari 2 suku kata
Gerobak = ge – ro – bak = terdiri dari 3 suku kata
3. Mengidentifikasi Onset dan Rime
Anak-anak yang mampu mengidentifikasi suku kata dalam kata
selanjutnya dapat bergerak pada pemecahan suku – suku kata (kata-kata
bersuku kata satu) ke dalam suatu bunyi awal yang disebut onset dan
bunyi yang tersisa rime.
Contoh : Kata LAP
Dapat dipecahkan ke dalam bunyi awal /L/ dan bunyi akhir
/AP/. Akhirnya anak-anak dapat memecahkan sebuah suku kata atau
kata bersuku kata satu kedalam bentuk onset dan rime .

6
Onset = /l/, Rime = /ap/
Dan = D (onset) + an (rime)
Bus = Bu (onset) + u (rime)
Cat = C (onset ) + at (rime)
4. Mendengarkan bunyi-bunyi huruf individu (fonem) (paling sulit)
Dalam kata, anak-anak perlu mendengar dan mengidentifikasi
bunyi-bunyi huruf individu dalam sebuah suku kata (atau kata). Bunyi-
bunyi individu ini disebut fonem.
Contoh : Dalam kata Lap = /L/.../A/.../P/... Terdiri dari 3 fonem
Pesawat = /P/.../e/.../s/.../a/.../w/.../a/.../t/ terdiri dari 7 fonem
Bawang = /b/.../a/.../w/.../a/.../ng/ terdiri dari 5 fonem
Syahadat = /sy/.../a/.../h/.../d/.../a/.../t/ terdiri dari 6 fonem

Perbedaan antara huruf dan fonem dapat kita ketahui apabila b


dan u adalah huruf dari alphabet yang menghasilkan fonem-fonem
(bunyi-bunyi huruf) /b/ dan /u/. Perbedaan antara huruf dan fonem akan
dibahas lebih detail pada sesi berikutnya, jadi tidak perlu untuk
mengulasnya terlalu dalam. Sehingga kata Lap = /l/ + /a/ + /p itu
terdiri dari 3 fonem.

Paling Mudah Kalimat dapat dipecah menjadi kata-kata


(mendengar dan menghitung jumlah kata
dalam satu kalimat

Mendengar dan menghitung suku-


suku kata dalam kata Misalnya, buku =
/bu/ + /ku/

Memecah kata-kata bersuku kata satu atau


suku-suku kata individu menjadi bunyi awal
(atau onset) dan bunyi yang tersisa lainya
(rime), misalnya, lap = / l / + /ap/

• Onset
Memecah
rime kata0kata atau suku-suku kata
menjadi bunyi-bunyi huruf individu (atau
fonem), misalnya, lap = /l/ + /a/ + /p/

Paling Sulit
7

• lap = /l/ + /a/ + /p/


Progres perkembangan kesadaran fonemik (“mendengar” bunyi-bunyi
individu dalam kata)

1. Mampu mendengar
bunyi pertama/awal (e.g: /b/ dalam /buku/)

Paling Mudah

2. Mampu
mendengar bunyi (e.g.: /u/ dalam /buku/)
akhir

3. Mampu mendengar
bunyi tengah atau (eg: /u/ dan /k/ dalam /buku/)
semua bunyi dalam kata

4. Menggabungkan bunyi-
bunyi untuk membuat sebuah mis: /b/ + u/ + /k/
kata + /u/ = /buku/)

Paling Sulit

2.5 Mengidentifikasi dan Mereproduksi Bunyi-Bunyi Huruf (Fonem) Secara Akurat


Dalam Kata

1. Menghitung jumlah fonem pada kata


Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita
harus mencari sebuah satuan Bahasa yang biasanya terdapat pada sebuah
kata yang mengandung bunyi. Lalu membandingkannya dengan satuan
bahasa yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama. Kalau ternyata
kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, maka berarti bunyi tersebut
adalah sebuah fonem karena dia bisa berfungsi membedakan makna
kedua satuan bahasa itu.
Misalnya dalam kata bahasa Indonesia.

8
/Laba/, /Raba/
Kedua kata itu mirip benar. Masing-masing terdiri dari 4 buah
bunyi yang pertama mempunyai bunyi /L/, /a/, /b/, /a/, dan yang kedua
mempunyai bunyi /r/, /a/, /b/ dan /a/.
Buku = /b/ + /u/ + /k/ + /u/

Meja = /m/ + /e/ + /j/ + /a/

Kelas = /k/ + /e/ + /a/ + /s/

Kursi = /k/ + /u/ + /s/ + /i/

2. Diagraf
Diagraf merupakan dua buah huruf yang menghasilkan suatu bunyi yang
berbeda dari bunyi aslinya.

Contoh : Batang = /b/…/a/…/t/…/ng/ 5 huruf tapi hanya empat bunyi

Kedua huruf terakhir, ng, menghasilkan satu bunyi /ng/.


Empat diagraf yang sering digunakan di Indonesia
1) ng /eng/
2) ny /nye/
3) kh /kha/
4) sy /sya/

2.6 Strategi-Strategi Pengajaran Untuk Mengembangkan Kesadaran Fonologi

Dalam hal ini strategi Pengajaran untuk mengembangkan kesadaran


fonologi terdiri dari beberapa tingkatan.

1. Mulai dengan yang paling mudah


1) Ajar anak-anak memecah kalimat ke dalam kata-kata
2) Ajar anak-anak memecah kata menjadi suku-suku kata
3) Ajar anak-anak memecah suku-suku kata atau kata-kata bersuku kata
satu ke dalam bunyi awal (onset) dan bunyi akhir (rime).
2. Sedikit lebih kompleks

9
1) Ajar anak-anak mengenali kata-kata berirama
3. Lebih Kompleks
1) Ajar anak-anak mengidentifikasi bunyi awal dari sebuah kata atau suku
kata
2) Ajar anak-anak mengganti bunyi-bunyi awal dalam satu kata untuk
menghasilkan satu kata baru
3) Ajar anak-anak mengidentifikasi hurug akhir dari sebuah kata atau suku
kata
4. Paling Kompleks
1) Ajar anak-anak mengenal semua bunyi (fonem) dalam satu kata
(mensegmentasi)
2) Ajar anak-anak menggabung fonem

Ilustrasi dari suatu Elkonin empat kotak

Tiap anak menerima sebuah kartu atau secarik kertas yang terdapat sebuah
kotak Elkonin. Anak tersebut mendengar sebuah kalimat dan memindahkan
sebuah token (penutup botol, batu kecil, dsb.) ke dalam kotak untuk tiap kata yang
ia dengar. Untuk menyelesaikan tugas ini, anak tersebut harus mengisolasi semua
kata yang terdapat dalam kalimat tersebut.

Kegiatan yang sama dapat digunakan untuk mengisolasi suku-suku kata


dalam sebuah kata (kesadaran suku kata). Dalam hal ini, anak harus memindahkan
sebuah token ke dalam sebuah kotak untuk tiap suku kata yang ia dengar dalam
kata yang diucapkan oleh guru.

Sewaktu digunakan untuk kesadaran fonemik, anak-anak memindahkan


sebuah token dalam sebuah kotak untuk tiap bunyi yang mereka dengar dalam
kata yang diucapkan oleh guru. Sebagai suatu kegiatan alternatif, guru dapat
memberikan anak-anak kotak-kotak Elkonin dengan 3 kotak (lihat di bawah),
ucapkan sebuah kata, seperti /buku/ dan minta anak-anak untuk meletakkan
sebuah batu dalam kotak untuk mengindikasikan di mana mereka mendengar
bunyi /k/ pada akhir dari kata tersebut. Kegiatan ini membuat guru dapat melihat

10
jika anak-anak dapat mengidentifikasi antara bunyi-bunyi pada awal, tertengahan
atau akhir kata.

Contoh :

1. Ucapkan satu kata target dengan perlahan, tarik bunyinya


2. Minta anak untuk mengulangi kata tersebut
3. Buat “kotak-kotak” pada secarik kertas atau papan tulis dengan satu kotak untuk
tiap suku kata atau fonem
4. Minta anak menghitung jumlah fonem dalam kata tersebut, bukan jumlah huruf.
Sebagai contoh, buku memiliki empat fonem dan akan menggunakan empat kotak:
/b/ /u/ /k/ /u/
5. Arahkan anak untuk menggeser sebuah lingkaran berwarna, satu kotak, atau huruf
yang sesuai dalam tiap sel dari kotak Elkonin sewaktu ia mengatakan ulang kata
tersebut.
Contoh di bawah ini menunjukkan sebuah kotak Elkonin untuk kata "domba,"
yang terdiri dari lima fonem (bunyi): /d/ /o/ /m/ /b/ /a/

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Kesadaran fonologi merupakan istilah keseluruhan untuk kemamuan mendengar


dan mengisolasi bunyi-bunyi pada kalimat, kata, maupun suku kata. Kesadaran suku
kata merupakan kemampuan untuk mendengar dan mengisolasi suku kata individu
dalam sebuah kata. Sedangkan kesadaran fonemik ialah kemampuan untuk mendengar,
mengidentifikasi dan memanipulasi bunyi-bunyi individu dalam kata.

Kesadaran fonologi penting untuk belajar bagaimana membaca (decode),


terutama untuk anak-anak yang mengalami kesulitan membaca. Anak-anak harus
mampu mendengar bunyi dalam kata-kata yang diucapkan sebelum mereka
diperkenalkan dengan kata-kata tertulis. Jika mereka mampu mengidentifikasi bunyi
dalam kata-kata yang diucapkan, mereka akan dengan lebih mudah membaca kata.
Yaitu, membaca kata-kata dengan membunyikan atau mengucapkan bunyi yang
dihasilkan dari masing-masing huruf dalam kata-kata.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bahan Ajar Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas Rendah, My UNNES, diakses


pada tanggal 30 Agusrus 2017

Ayriza Yulia, 1997, Jurnal PELATIHAN KESADARAN FONOLOGIS PADA ANAK


– ANAK PRASEKOLAH UNTUK MENYAMBUT TUGAS BELAJAR
MEMBACA PADA MASA SEKOLAH, Cakrawala Pendidikan, di akses pada
Tanggal 02 September 2017

Yuliyati,2016,Kesadaran Fonemik dan Fonik,


https://yuliatiunnesa.wordspress.com/2016/10/24/kesadaran-fonemik-dan-fonik/
diakses pada tanggal 02 September 2017

Makalah Fonologi, 2011, FONOLOGI, file.upi.edu/KD/fonologi PDF, diakses pada


tanggal 03 september 2017

13

Anda mungkin juga menyukai