Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) LOKAL

OLEH :

1. Stacya Eleonora F.15.131 11. Mustika Drupadi F.15.084


2. Irma Damayanti F.15.063 12. Musdalifah F.15.083
3. Rilya Hastiana S. F.13.110 13. Rusmiati F.14.119
4. Friska Anggraeni F.14.051 14. Sarniah F.14.121
5. Bambang F.15.017 15. Wa Ode Asningsih F.14.150
6. Riska Wahyuni F.15.114 16. Salima S. F.15.118
7. Riski Damayanti F.15.115 17. Seri Paica F.15.122
8. Sulhija wati F.15.136 18. Monica Niriwa L. F.15.077
9. Suria F.15.137 19. Siti Zahra F.14.128
10. Kasmalia F.15.068

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI
KENDARI
2018

i
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) LOKAL

DISUSUN OLEH :

1. Stacya Eleonora F.15.131 11. Mustika Drupadi F.15.084


2. Irma Damayanti F.15.063 12. Musdalifah F.15.083
3. Rilya Hastiana S. F.13.110 13. Rusmiati F.14.119
4. Friska Anggraeni F.14.051 14. Sarniah F.14.121
5. Bambang F.15.017 15. Wa Ode Asningsih F.14.150
6. Riska Wahyuni F.15.114 16. Salima S. F.15.118
7. Riski Damayanti F.15.115 17. Seri Paica F.15.122
8. Sulhija wati F.15.136 18. Monica Niriwa L. F.15.077
9. Suria F.15.137 19. Siti Zahra F.14.12
10. Kasmalia F.15.068

TELAH DISAHKAN OLEH :

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Randa Wulaisfan, S.Farm., M.Si., Apt Elfira Haringi, S.Farm., Apt

Mengetahui,

Ketua Program Studi


Politeknik Bina Husada

Nur Saadah Daud, M.Sc., Apt


NIDN. 0907058601
ii
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala,

karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan Laporan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat terselesaikan sesuai dengan harapan.

Berbagai kesulitan dan hambatan dialami dalam penulisan laporan, namun atas

dorongan dan kemauan yang keras terutama adanya bantuan dari berbagai pihak

sehingga penulisan laporan ini dapat diselesaikan pada waktunya. Terlebih dahulu

penulis ucapkan terimah kasih kepada yang telah mengarahkan penulis sejak awal

penulisan laporan praktek kerja lapangan. Dan tak lupa mengucapkan terimah

kasih kepada:

1. DR. Muh.Satria M,SH.,M.Kn selaku Direktur Politeknik Bina Husada

Kendari

2. Randa Wulaisfan, S.Farm., M.Si.,Apt selaku Dosen Pembimbing

3. Elfira Haringi, S.Farm., Apt selaku Apoteker Pembimbing Lapangan

Penulisan menyadari bahwa penulisan Praktek Kerja Lapangan ini jauh dari

sempurna baik segi isi, bahasa maupun materi. Oleh karena itu dengan segala kerendahan

hati penulis menerimah kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga Allah

Subhanahu wa ta’ala membalas segalah kebaikan kepada semua pihak yang telah

memberikan sumbangsih kepada penulis. Semoga Praktek Kerja Lapangan dapat

bermanfaat bagi kita semua.

Kendari, 24 Juli 2018

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan dan Manfaat .......................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pedagang Besar Farmasi (PBF) ........................................................ 4
B. Tugas dan Fungsi PBF ...................................................................... 4
C. Perizinan PBF ................................................................................... 5
D. Persyaratan PBF ................................................................................ 7
E. Landasan Hukum PBF ...................................................................... 12
F. Pedoman CPOB ................................................................................ 13

BAB III PELAKSANAAN PKL .................................................................. 17


A. Pelaksanaan PKL .............................................................................. 17
B. Visi, Misi dan Strategi PBF Hoga Permadani Nusantara ................. 17
C. Struktur Organisasi ........................................................................... 19
D. Pelaksanaan PKL .............................................................................. 20

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 26
B. Saran ................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah

keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang

setinggi-tingginya maka perlu dilakukan suatu upaya kesahatan. Pelaksanaan

upaya kesehatan dapat dilakukan dalam bentuk pencegahan penyakit,

peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh

pemerintah dan/atau masyarakat (Presiden Republik Indonesia, 2009).

Dalam pelaksanaan upaya kesehatan, apoteker memegang peranan

penting demi tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya. Hal tersebut dapat dilakukan oleh seorang Apoteker dengan

melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian tersebut yaitu

pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan

dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat

atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan

obat dan obat tradisional. Hal tersebut dapat diwujudkan oleh seorang

Apoteker melalui pengabdiannya pada pedagang besar farmasi (Presiden

Republik Indonesia, 2009).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF), PBF

1
adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk

pengadaan, penyimpanan, penyaluran sediaan farmasi dalam jumlah besar

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pedagang Besar Farmasi

(PBF) sebagai merupakan salah satu unit terpenting dalam kegiatan

penyaluran sediaan farmasi ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti apotek,

instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik dan toko obat agar dapat

sampai ke tangan masyarakat. Apoteker sebagai penanggung jawab di PBF

harus mampu melakukan kegiatan pengelolaan sediaan farmasi di PBF

dimulai dari pengadaan, penyimpanan hingga pendistribusian sediaan farmasi

ke sarana pelayanan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Pedagang besar farmasi merupakan salah satu tempat pengabdian

profesi seorang asisten apoteker merupakan terpenting dalam

mendistribusikan sediaan farmsi melalui apotek, rumah sakit atau tokoh obat

ke tangan konsumen. Perbekalan farmasi meliputi obat, bahan obat dan alat

kesehatan. Obat adalah salah satu bahan atau paduan bahan yang dimaksud

untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan,

menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badania dan

rohania pada manusia atau hewan.

2
B. Tujuan dan Manfaat PKL

1. Tujuan

Adapun tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk

mengetahui kegiatan pengadaan obat, penyimpanan dan

penyaluran/pendistribusian obat di PBF.

2. Manfaat

Adapun manfaat dari PKL ini adalah :

a. Bagi Akademik

Menambah referensi bagi perpustakaan dan sebagai masukan

untuk meningkatkan mutu pindidikan dan kelulusannya.

b. Bagi Mahasiswa

1) Menambah pengalaman dan dapat membandingkan antara teori

yang diajarkan dan keadaan dilapangan.

2) Menambah wawasan keilmuan tentang kegiatan di Pedagang Besar

Farmasi lebih luas dengan melihat kondisi yang ada di lapangan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pedagang Besar Farmasi (PBF)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi yang

dimaksud dengan Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF

adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk

pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah

besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun

2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Pasal 1 ayat 12 yang berbunyi Pedagang

Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memilki izin

untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah

besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. Tugas dan Fungsi PBF

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI no.

1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang PBF. Tugas dan fungsi PBF yaitu :

1. Menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat.

2. PBF mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan dan pelatihan.

4
C. Perizinan PBF

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi, Perizinan

PBF diatur dalam :

Pasal 2

1. Setiap pendirian PBF wajib memiliki izin dari Direktur Jenderal.

2. Setiap PBF dapat mendirikan PBF Cabang.

3. Setiap pendirian PBF Cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib

memperoleh pengakuan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi di wilayah

PBF Cabang berada.

Pasal 3

1. Izin PBF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi

persyaratan.

2. Pengakuan PBF Cabang berlaku mengikuti jangka waktu izin PBF.

Pasal 4

1. Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. berbadan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi;

b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

c. memiliki secara tetap apoteker Warga Negara Indonesia sebagai

penanggung jawab;

5
d. komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak pernah terlibat,

baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan

perundang-undangan di bidang farmasi;

e. menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk dapat

melaksanakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat serta

dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi PBF;

f. menguasai gudang sebagai tempat penyimpanan dengan perlengkapan

yang dapat menjamin mutu serta keamanan obat yang disimpan; dan

g. memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain

sesuai CDOB.

2. Dalam hal permohonan dilakukan dalam rangka penanaman modal,

pemohon harus memperoleh persetujuan penanaman modal dari instansi

yang menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 5

Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, PBF

yang akan menyalurkan bahan obat juga harus memenuhi persyaratan:

a. memiliki laboratorium yang mempunyai kemampuan untuk pengujian

bahan obat yang disalurkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

Direktur Jenderal; dan

b. memiliki gudang khusus tempat penyimpanan bahan obat yang terpisah

dari ruangan lain.

6
Pasal 6

1. Terhadap permohonan izin PBF dikenai biaya sebagai penerimaan negara

bukan pajak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Dalam hal permohonan izin PBF sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditolak, maka biaya yang telah dibayarkan tidak dapat ditarik kembali oleh

pemohon.

D. Persyaratan PBF

Pasal 4

1. Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

a. berbadan hukum berupa perseroan terbatas atau koperasi;

b. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

c. memiliki secara tetap apoteker Warga Negara Indonesia sebagai

penanggung jawab;

d. komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak pernah terlibat

baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan

perundang-undangan di bidang farmasi dalam kurun waktu 2 (dua)

tahun terakhir;

e. menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk dapat

melaksanakan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat serta

dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi PBF;

f. menguasai gudang sebagai tempat penyimpanan dengan perlengkapan

yang dapat menjamin mutu serta keamanan obat yang disimpan; dan g.

7
memiliki ruang penyimpanan obat yang terpisah dari ruangan lain

sesuai CDOB.

2. Dalam hal permohonan dilakukan dalam rangka penanaman modal,

pemohon harus memperoleh persetujuan penanaman modal dari instansi

yang menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 7

1. Untuk memperoleh izin PBF, pemohon harus mengajukan permohonan

kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala

Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM dengan menggunakan

contoh Formulir 1 sebagaimana terlampir.

2. Permohonan harus ditandatangani oleh direktur/ketua dan apoteker calon

penanggung jawab disertai dengan kelengkapan administratif sebagai

berikut:

a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/identitas direktur/ketua;

b. susunan direksi/pengurus;

c. pernyataan komisaris/dewan pengawas dan direksi/pengurus tidak

pernah terlibat pelanggaran peraturan perundangundangan di bidang

farmasi dalam kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;

d. akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan;

e. surat Tanda Daftar Perusahaan;

f. fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan;

8
g. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak;

h. surat bukti penguasaan bangunan dan gudang;

i. peta lokasi dan denah bangunan

j. surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker penanggung jawab;

dan

k. fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker penanggung jawab.

3. Untuk permohonan izin PBF yang akan menyalurkan bahan obat selain

harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

melengkapi surat bukti penguasaan laboratorium dan daftar peralatan.

Pasal 8

1. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya tembusan

permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), Kepala Dinas

Kesehatan Provinsi melakukan verifikasi kelengkapan administratif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat (3).

2. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya tembusan

permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), Kepala Balai

POM melakukan audit pemenuhan persyaratan CDOB.

3. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi

kelengkapan administratif, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

mengeluarkan rekomendasi pemenuhan kelengkapan administratif kepada

Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Balai POM dan

pemohon dengan menggunakan contoh Formulir 2 sebagaimana terlampir.

9
4. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak melakukan audit

pemenuhan persyaratan CDOB, Kepala Balai POM melaporkan pemohon

yang telah memenuhi persyaratan CDOB kepada Kepala Badan.

a. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima laporan

sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Kepala Badan POM memberikan

rekomendasi pemenuhan persyaratan CDOB kepada Direktur Jenderal

dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan

pemohon dengan menggunakan contoh Formulir 3 sebagaimana

terlampir.

5. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima rekomendasi

sebagaimana dimaksud pada ayat (4a) serta persyaratan lainnya yang

ditetapkan, Direktur Jenderal menerbitkan izin PBF dengan menggunakan

contoh Formulir 4 sebagaimana terlampir.

6. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), ayat

(4a) dan ayat (5) tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon dapat

membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Direktur

Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Balai POM dan

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan menggunakan contoh Formulir 5

sebagaimana terlampir.

7. Paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya surat pernyataan

sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Direktur Jenderal menerbitkan izin

PBF dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan

10
Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala Balai

POM.

Pasal 9

1. Untuk memperoleh pengakuan sebagai PBF Cabang, pemohon harus

mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan

tembusan kepada Direktur Jenderal, Kepala Balai POM, dan Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir 6

sebagaimana terlampir.

2. Permohonan harus ditandatangani oleh kepala PBF Cabang dan apoteker

calon penanggung jawab PBF Cabang disertai dengan kelengkapan

administratif sebagai berikut:

a. fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/identitas kepala PBF Cabang;

b. fotokopi izin PBF yang dilegalisasi oleh Direktur Jenderal;

c. surat penunjukan sebagai kepala PBF Cabang;

d. pernyataan kepala PBF Cabang tidak pernah terlibat pelanggaran

peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dalam kurun waktu 2

(dua) tahun terakhir;

e. surat pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker calon penanggung

jawab;

f. surat bukti penguasaan bangunan dan gudang;

g. peta lokasi dan denah bangunan; dan h. fotokopi Surat Tanda Registrasi

Apoteker calon penanggung jawab.

11
3. Untuk permohonan pengakuan sebagai PBF Cabang yang akan

menyalurkan bahan obat selain harus memenuhi persyaratan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) harus melengkapi surat bukti penguasaan

laboratorium dan daftar peralatan.

E. Landasan Hukum PBF

Dalam pelaksanaannya, PBF mengacu pada:

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2014

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi.

3. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara

Distribusi Obat yang Baik.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian.

5. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

6. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.

12
F. Pedoman CDOB

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan

Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat Yang Baik

Ketentuan Umum
Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Cara Distribusi Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat CDOB, adalah

cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan

memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan

dan tujuan penggunaannya.

2. Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF, adalah

perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,

penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. PBF Cabang adalah cabang PBF yang telah memiliki pengakuan untuk

melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat

dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

4. Instalasi Sediaan Farmasi adalah sarana yang digunakan untuk

mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan Farmasi milik pemerintah,

pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

5. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang

digunakan untuk memengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau

13
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk

manusia.

6. Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat

yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai

bahan baku farmasi termasuk baku pembanding.

7. Sertifikat CDOB adalah dokumen sah yang merupakan bukti bahwa PBF

telah memenuhi persyaratan CDOB dalam mendistribusikan obat atau

bahan obat.

Ruang Lingkup
Pasal 2

Pengaturan CDOB dalam Peraturan ini, meliputi :

1. Obat; dan

2. Bahan Obat.

Penerapan CDOB
Pasal 3

1. PBF dan PBF Cabang dalam menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan,

dan penyaluran obat dan/atau bahan obat wajib menerapkan Pedoman

Teknis CDOB.

2. Pedoman Teknis CDOB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum

dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

ini.

14
Pasal 4

Selain PBF dan PBF Cabang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1),

Instalasi Sediaan Farmasi yang menyelenggarakan pengadaan, penyimpanan,

dan penyaluran obat dan/atau bahan obat juga wajib menerapkan Pedoman

Teknis CDOB.

Pasal 5

1. Terhadap PBF dan PBF Cabang yang telah menerapkan Pedoman Teknis

CDOB diberikan Sertifikat CDOB oleh Kepala Badan.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian Sertifikat CDOB sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) akan ditetapkan dengan Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan.

Sanksi Administratif
Pasal 6

Pelanggaran terhadap ketentuan Pedoman Teknis CDOB dapat dikenai sanksi

administratif sebagai berikut :

1. Peringatan tertulis;

2. Penghentian sementara kegiatan; dan

3. Pencabutan Sertifikat CDOB.

Pasal 7

Pengenaan sanksi administratif berupa Pencabutan Sertifikat CDOB

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 angka 3 diberikan dalam hal:

1. terjadi penyimpangan penerapan CDOB yang mengakibatkan

penyalahgunaan pendistribusian obat dan/atau bahan obat; atau

15
2. PBF atau PBF Cabang dengan sengaja melakukan tindakan yang

mengakibatkan tidak terlaksananya penerapan CDOB.

16
BAB III
PELAKSANAAN PKL

A. Lokasi PKL

Lokasi pelaksanaan PKL (Praktek Kerja Lapangan) yang dilaksanakan

di beberapa PBF (Pedagang Besar Farmasi) yang terdapat di Kota Kendari,

yaitu di PBF PT. Dua Ribu Mas, PT. Hoga Permadani Nusantara, PT.

Matakar Kendari, PT. Cahaya Satu-satu, PT. Penta Valent dan PT. Indra

Kendari Farma, pelaksanaan PKL ini dilaksanakan pada tanggal 30 April

sampai 12 Mei 2018. Dimana pelaksanaan PKL yang di laksanakan di PBF

PT. Hoga Permadani Nusantara yang terletak di jalan Bunga Seroja Lorong

Bonsai No. 36 Kendari, Sulawesi Tenggara.

B. Visi, Misi Dan Strategi PBF Hoga Permadani Nusantara

a. Visi

Menjadi perusahaan distribusi produk farmasi dan alat kesehatan

yang berkualitas tinggi, kompetitif dan terpercaya melalui penyediaan

layanan yang prima dengan sumber daya manusia yang kompeten.

b. Misi

1. Bersama dengan rekan bisnis untuk bekerja sama yang saling

menguntungkan dan memerangi peredaran obat-obatan dan alat

kesehatan palsu.

2. Respon yang cepat dan pendistribusian yang tepat waktu.

17
3. Mengembangkan kualitas untuk membentuk sumber daya manusia

dengan etos kerja yang baik, jujur, dan loyal kepada perusahaan untuk

mencapai kesejahteraan.

c. Strategi

1. Membuat perencanaan jangka panjang, menengah dan pendek

memanajemen waktu dengan baik dan tepat.

2. Dapat menentukan prioritas kerja antara yang penting dan yang

mendesak.

3. Melakukan evaluasi dan perbaikan yang bijak agar tujuan tetap

terlaksana.

18
C. Struktur Organisasi PBF Hoga Permadani Nusantara

DIREKTUR
SUDIRMAN, SE

PENANGGUNG JAWAB FARMASI PENANGGUNG JAWAB ALKES


ELFIRA HARINGI, S.Farm., APT HENI, AMTE

BAG. LOGISTIK BAG. BAG. BAG. PEMASARAN


PERSONALIA ADMINISTRASI DAN
KEUANGAN YACHUB
KA. GUDANG NENENG T, S.Farm
RAHMAT S.I, S.KOM
MUSRIFIN, S.AG
NENENG T, S.Farm

P. EKSPEDISI

RANDI PRATAMA

HELPER

NUR SAFAR

Gambar 1. Struktur Organisasi


PBF Hoga Permadani Nusantara

19
D. Pelaksanaan PKL

a. Pendistribusian Obat/Produk

Alur pendistribusian barang di apotek dan rumah sakit yang akan

memesan barang membuat SP (Surat Pemesanan) yang kemudian

diserahkan di sales PBF. Sales yang menerima SP langsung mengantarkan

SP tersebut ke apoteker, setelah itu apoteker memeriksa SP yang telah

diterima yaitu nama apoteker, apotek/rumah sakit dan di cek obat yang ada

dalam SP apakah tersedia atau tidak, obat yang tidak tersedia akan diberi

tanda silang. Setelah dilakukan pemeriksaan SP di serahkan ke bagian

administrasi, untuk dibuatkan faktur. Faktur yang telah dicetak diserahkan

kepada apoteker untuk di tanda tangan dan di stempel, kemudian

diserahkan kebagian gudang untuk disiapkan sesuai dengan fakturnya.

Saat penyiapan barang staf gudang langsung mengisi kartu stok yang

sudah disediakan untuk setiap obat yang dimbil. Kemudian di cek apakah

semua barang yang akan di distribusikan ke apotek dan RS sudah lengkap

sesuai faktur. Setelah itu diserahkan ke bagian ekspedisi untuk di cek

kembali apakah barang yang akan mereka antarkan sesuai atau tidak.

Setelah itu di packing dan diantarkan ke apotek-apotek dan rumah sakit

yang memesan. Setelah barang diantar faktur di bawa kembali ke PBF.

Apabila pembelian dilakukan secara kredit, faktur kuning diserahkan

untuk apotek, sedangkan untuk pembeli cash faktur putih dan kuning yang

diserahkan. Faktur pink untuk bagian administrasi untuk pelaporan pajak,

20
faktur hijau untuk arsip apoteker (diarsipkan bersama SPnya), faktur biru

untuk bagian ekspedisi untuk ditulis di buku ekspedisi.

b. Penerimaan Obat/Produk

Alur penerimaan obat atau produk yaitu Pihak ekspedisi

menyerahkan dokumen pengiriman (surat jalan) kepada petugas gudang.

Petugas gudang memeriksa kesesuaian surat jalan apakah ditujukkan ke

PT. Hoga atau tidak. Kemudian pihak ekspedisi menurunkan barang dan

meletakannya diatas palet di loading area atau penerimaan barang. Setelah

pihak ekspedisi selesai menurunkan barang, petugas gudang melakukan qc

(quality control) dokumen meliputi : tujuan pengiriman, jumlah koli, nama

barang, jumlah barang, nomor batch, tanggal kadaluarsa, dan Nomor Izin

Kedar (NIE). Selanjutnya petugas gudang melakukan qc fisik meliputi:

1. Periksa original karton (tersegel/tidak)

2. Untuk produk dalam kondisi tidak original karton periksa kondisi

kemasan (utuh/tidak).

Jika barang yang datang tidak sesuai dengan ketentuan, maka

barang tersebut dipisahkan dan segera menginformasikan ke distributor

bahwa obat tersebut di return, dan jika barang/obat yang datang tidak

sesuai dengan jumlah yang dipesan, maka segera menginformasikan ke

distributor agar pesanan barang tersebut segera dilengkapi sesuai surat

pesanan. Jika barang yang datang sudah sesuai dengan ketentuan, barang

diterima. Faktur kiriman ditanda tangani oleh PJF dan mengambil copy

faktur sebagai bukti penerimaan barang, serta menyerahkan kembali faktur

21
asli kepada pihak ekspedisi. Setelah proses pengecekkan selesai, petugas

gudang menyerahkan copy faktur pada bagian pengadaan dan semua

barang wajib dimasukkan ke gudang penyimpanan dan jumlahnya dicatat

pada kartu stok manual. Batas waktu barang berada ditempat penerimaan

maksimal 1 (satu jam).

Bagian pengadaan akan mengecek harga yang tertera pada faktur,

apakah harga yang diberikan berubah dari harga sebelumnya atau masih

sama dengan harga yang lama. Setelah dilakukan penyesuaian harga,

faktur diserahkan pada bagian administrasi yang selanjutnya daftar barang

dan harganya diinput pada sistem computer. Faktur yang telah diinput,

diberikan kepada PJF untuk kemudian diarsipkan bersama surat

pesanannya berdasarkan nomor urut dan tanggal penerimaan

c. Penyimpanan Produk

Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri

farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan

obat jadi yang belum didistribusikan. Selain untuk penyimpanan, gudang

juga berfungsi untuk melindungi bahan (baku dan pengemas) dan obat jadi

dari pengaruh luar dan binatang pengerat, serangga, serta melindungi obat

dari kerusakan. Agar dapat menjalankan fungsi tersebut, maka harus

dilakukan pengelolaan pergudangan secara benar atau yang sering disebut

dengan manajemen pergudangan.

Pada PBF PT. Hoga Permadani Nusantara Alur penyimpanan

produknya yaitu barang masuk yang masih berada di loading area di

22
masukkan ke dalam gudang dan diletakkan diatas palet agar terhindar dari

kerusakan barang akibat pengaruh kelembaban dan kotoran. Menyimpan

obat-obatan diruangan terpisah dengan produk non obat untuk menjaga

obat-obatan agar tidak tercemar dan mencemari produk lainnya,

penyimpanan obat sesuai jenis produk dan bentuk sediaan (meminimalisir

risiko), penyimpanan obat pula berdasarkan anjuran yang tertera dalam

kemasan produk dengan menggunakan palet dan pendingin ruangan

(mempertahankan mutu) penempatan produk harus memperhatikan antara

lain :

1. Kemasan botol dan cairan diletakkan dibagian bawah.

2. Barang yang mudah pecah diletakkan pada tempat yang mudah untuk

pengambilannya.

3. Prioritas produk FEFO (First Expired First Out) untuk

penyimpanannya sehingga mudah dimonitor.

4. Produk tidak bersentuhan langsung dengan dinding.

Penumpukkan karton harus sejenis, dengan maksimal 5 tumpuk

untuk menghindari rusaknya produk tersebut. Petugas gudang selanjutnya

menyusun produk/obat dengan rapi, dimana ada jarak tiap urutan sehingga

ada aliran udara.

Ruang penyimpanan produk di PBF PT. Hoga Permadani

Nusantara terpisah dari ruangan lainnya dan terkunci serta memberi

penandaan pada barang rusak, expired date, terkontaminasi, dan recall

yang diduga palsu, tempat penyimpanan dilengkapi dengan peralatan

23
pengatur suhu (AC), pengukur suhu (Thermometer), serta kartu kontrol

suhu, penyimpanan obat disesuaikan dengan suhu tertentu sesuai dengan

jenis produknya (suhu dingin 20 C – 80 C, suhu sejuk 80 C – 150 C, suhu

terkendali 150 C – 250 C, suhu kamar 260 C – 300 C). Untuk produk yang

harus disimpan dalam suhu tertentu (suhu dingin/suhu sejuk) harus

langsung disimpan dalam kulkas/chiller begitu dikeluarkan dari styrofoam,

tidak melebihi 30 menit sejak barang diterima disuhu luar. Petugas gudang

mencatat kartu stok manual setiap ada barang yang masuk ataupun keluar,

dengan memperhatikkan nama barang, tanggal, kuantitas, expired date,

batch.

d. Pengadaan

Pengadaan Obat dapat dilakukan melalui Industri Farmasi, PBF

lain, dan/atau melalui importasi. Pengadaan Obat melalui impor harus

mendapatkan persetujuan dari Kepala Badan berupa Surat Keterangan

Impor (SKI). Persyaratan dan tata cara permohonan SKI mengacu kepada

Peraturan Kepala Badan POM Nomor 12 Tahun 2015 tentang Pengawasan

Pemasukan Obat dan Makanan ke dalam Wilayah Indonesia, dan peraturan

perundang-undangan terkait lainnya.

Pengadaan Obat di PBF harus berdasarkan Surat Pesanan (SP).

Surat Pesanan oleh PBF harus dapat ditunjukkan pada saat dilakukan

pemeriksaan; ditandatangani oleh Apoteker Penanggung Jawab dengan

mencantumkan nama lengkap, nomor Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA)

dan stempel perusahaan; mencantumkan nama dan alamat kantor, lokasi

24
sarana, dan lokasi gudang bila berada di luar sarana, nomor

telepon/faksimili, nomor izin sarana; diberi nomor urut tercetak dan

tanggal dengan penulisan yang jelas atau cara lain yang dapat tertelusur;

dan memberikan tanda pembatalan yang jelas untuk Surat Pesanan yang

tidak digunakan.

Pada saat penerimaan Obat harus dilakukan pemeriksaan

kesesuaian antara fisik dan data dalam Faktur dan/atau Surat Pengiriman

Barang (SPB) meliputi : kebenaran nama, nomor bets, tanggal

kedaluwarsa, jumlah dan kemasan harus sesuai dengan surat

pengantar/pengiriman barang dan/atau faktur penjualan. Kondisi wadah

pengiriman dan/atau kemasan termasuk segel, label dan/atau penandaan

dalam kondisi baik. Setelah dilakukan pemeriksaan dan sudah dinyatakan

sesuai maka Apoteker penanggungjawab PBF harus menandatangani

faktur dan/atau SPB dengan mencantumkan nama lengkap, nomor SIKA

dan stempel perusahaan sebagai tanda bukti penerimaan barang. Apabila

setelah dilakukan pemeriksaan terdapat ketidaksesuaian, seperti Item obat

yang tidak sesuai dengan pesanan atau kondisi kemasan tidak baik, maka

obat tersebut harus dikembalikan dengan disertai bukti retur, dan segera

meminta bukti terima pengembalian dari pemasok; serta nomor bets,

tanggal kedaluwarsa dan jumlah antara fisik dengan dokumen pengadaan

harus dikonfirmasi ketidaksesuaian dimaksud kepada pihak pemasok

untuk dilakukan perbaikan.

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari laporan kegiatan praktek kerja lapangan ini

yaitu:

1. Penyimpanan Obat disusun berdasarkan alphabet, sementara untuk obat

prekursor mempunyai rak tersendiri, dan untuk penyusunan tiap deret

obat berdasarkan aturan FIFO (First In First Out) dan FEFO (First

Expired First Out).

2. Penyaluran obat di PBF PT. Hoga Permadani Nusantara yaitu apotek dan

Rumah Sakit, yang akan memesan barang harus terlebih dahulu membuat

Surat Pemesanan (SP), nama dan jumlah barang yang akan dipesan,

tanggal serta tanda tangan dan stempel penanggung jawab PBF.

3. Pengadaan obat di PBF harus berdasarkan pada Surat Pesanan (SP). Surat

Pesanan oleh PBF harus ditandatangani oleh Apoteker Penanggung

Jawab dengan mencantumkan nama lengkap, nomor Surat Izin Kerja

Apoteker (SIKA) dan stempel perusahaan; mencantumkan nama dan

alamat kantor, lokasi sarana, dan lokasi gudang bila berada di luar sarana,

nomor telepon/faksimili, nomor izin sarana; diberi nomor urut tercetak

dan tanggal dengan penulisan yang jelas atau cara lain yang dapat

tertelusur; dan memberikan tanda pembatalan yang jelas untuk Surat

Pesanan yang tidak digunakan.

26
B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebaiknya kerja sama

akademik dengan pihak PBF selalu terus diadakan agar mahasiswa dapat

mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama proses perkuliahan dan

menerapkan profesionalisme dalam bekerja.

27
DAFTAR PUSTKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 Tentang
Pedagang Besar Farmasi. Kemenkes RI : Jakarta.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia


Nomor Hk.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 Tentang Pedoman Teknis
Cara Distribusi Obat Yang Baik.

Presiden Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009


Tentang Pekerjana Kefarmasian. Jakarta.

Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan. Jakarta.

28
LAMPIRAN

29
30
31
32

Anda mungkin juga menyukai