Anda di halaman 1dari 6

Hasil

1. Uji kualitatif Sakarin

Sample Hasil uji kualitatif sakarin

Jasjus orange Negatif (-)

2. Uji kuantitatif sakarin pada sample jasjus orange

Dilakukan titrasi Alkalimetri duplo

No Sampel Volume NaOH

1. Jasjus 0,9 ml

2. Jasjus 0,9 mL

Pembahasan Sakarin
Pemanis merupakan zat yang sering ditambahkan dan digunakan dalam keperluan produk
olahan pangan dan minuman yang berfungsi meningkatkan cita rasa manis (Cahyadi, 2009).
Pengunaan pemanis buatan di Indonesia masih dapat diizinkan pada makanan dan minuman yang
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.033/Menkes/Per/2012 Mengenai Bahan
Tambahan Makanan.

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian kualitatif dan kuantitatif sakarin pada suatu
sample. Ada tiga belas jenis pemanis sintetis diantaranya adalah alitam, asesulfam-k, aspartam,
isomalt, laktitol, manitol, manitol, neotam, sakarin, siklamat, silitol sorbitol, sukralosa (BPOM,
2004). Jenis pemanis buatan yang diperbolehkan Permenkes yaitu Siklamat, Sakarin, Aspartam
dan Sorbitol (Hartono, 2014).

Sakarin merupakan salah satu pemanis buatan yang memiliki struktur dasar sulfinida
benzoat. Karena strukturnya yang berbeda dengan karbohidrat, sakarin tidak menghasilkan
kalori. Sakarin memiliki rasa jauh lebih manis dibandingkan sukrosa, dengan perbandingan rasa
manis kira-kira 400 kali lipat sukrosa (Lehninger, 1996). Intensitas rasa manis sakarin cukup
tinggi, yaitu kira-kira 200-700 kali sukrosa 10 %. Di samping rasa manis, sakarin juga
mempunyai rasa pahit yang disebabkan oleh kemurnian yang rendah dari proses sintetis
(Sutrisno, 1993). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.208/Menkes/Per/IV/1985 dan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, kadar maksimum natrium sakarin
dan natrium siklamat berturut-turut sebesar 300 mg/kg dan 3 g/kg bagi mereka yang memerlukan
makanan berkalori rendah. Nilai konsumsi harian sakarin yang diperbolehkan oleh FAO adalah 5
mg/kgBB/hari, sedangkan menurut penelitian lainnya menunjukkan bahwa sakarin pada dosis
30-300 mg/hari (0,43-4,3 mg/kg/hari) tidak meningkatkan risiko kanker manusia (Deshpande,
2002).

Sakarin diabsorbsi di saluran pencernaan dan hampir seluruhnya diekskresikan dalam


bentuk tidak berubah dalam urin selama 24-48 jam (Rowe et all, 2009). Dampak yang
ditimbulkan oleh pemakaian sakarin, tergantung pada kadar pemakaiannya. Apabila kadar yang
dipakai rendah, dampak yang ditimbulkan tergolong kecil. Sebaliknya, apabila kadar yang
dipakai tinggi, maka dampak yang ditimbulkan sudah tergolong besar. Dampak kecil yang timbul
misalnya sakit tenggorokan, sedangkan dampak besar yang ditimbulkan misalnya terjad mual
muntah serta i keabnormalan pada proses pembelahan sel, yaitu terjadinya kanker kandung
kemih pada hewan uji (Mudjajanto, 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika, bahwa efek tidak langsung dari
pemanis buatan ini sebagai penyebab kanker dalam jangka waktu relatif lama. Sakarin memiliki
sifat tidak dapat dimetabolisme secara langsung oleh organ tubuh, sehingga apabila
mengkonsumsi secara berlebihan dan dalam jangka waktu lama dapat memicu terjadinya
gangguan pada aktivitas pembelahan sel yang dapat menimbulkan tumbuhnya sel kanker.
Pada praktikum yang kami lakukan sample yang kami gunakan yaitu jasjus rasa orange
yang sebelumnya dibeli ditoko x, kemudian sample diambil untuk pengujian sakarin secara
kualitatif dan kuantitatif. Pada Uji Kualitatif mula mula sample diambil sebanyak 0,1 gram dan
dilarutkan dalam 5 ml NaOH dengan perbandingan (1:20), dimana natrium sakarin dengan
NaOH akan bereaksi membentuk garam salisilat dan melepaskan gas amoniak (Autherhoff dan
Joachim, 1971).

Kemudian uapkan sampai kering diatas api kecil sampel yang telah dilarutkan dengan 5
ml NaOH dan dipanaskan pada penangas air untuk memperoleh residu. Residu yang didapat
diasamkan dengan menambahkan 2 ml HCl encer 13 %. Fungsi pengasaman tersebut adalah agar
sakarin yang terdapat dalam sampel mengalami hidrolisa menjadi Asam-O-Sulfanol Benzoat atau
dalam suasan asam menjadi asam ammonium-O-Sulfo Benzoat. Efek samping penambahan asam
klorida yang digunakan untuk menetralkan NaOH yaitu adanya kelebihan asam klorida yang
dapat mengubah natrium salisilat menjadi asam salisilat (Autherhoff dan Joachim, 1971).

Ketika residu dilarutkan dalam HCl diperoleh larutan berwarna coklat muda dan residu
larut dalam HCl. Kemudian sampel ditetesi dengan FeCl3 tetes demi tetes. Penambahan FeCl3
adalah untuk mengetahui adanya sakarin dalm sampel yang ditandai dengan terbentuknya warna
violet. Jika NaOH masih tersisa maka akan mengganggu pembentukan kompleks berwarna ungu
karena NaOH dapat bereaksi dengan FeCl3 menghasilakn Na(OH)3 yang berbentuk endapan.
Warna ungu yang terjadi merupakan hasil reaksi pembentukan kompleks antara Fe 3+ dan gugus
fenol pada asam salisilat (Autherhoff dan Joachim, 1971).
Adanya warna ungu inilah yang dapat menunjukkan keberadaan natrium sakarin dalam
sampel. Tetapi setelah diberi FeCl3 secara berlebih sampel tidak berwarna violet, tetapi justru
dari coklat muda berubah warna menjadi coklat kehitaman. Hal ini berarti bahwa uji yang
dilakukan adalah negatif, karena tidak terbentuk warna violet. Jadi dalam sampel yang di analisis
(jasjus ) tidak menggunakan pemanis sintetis sakarin. Hal ini sesuai dengan pembuktian yang
telah dilakukan yaitu pengecekan ingredients/komposisis dari sachet(bungkus) jasjus rasa orange
secara langsung dan didapatkan bahwa pemanis sintetis yang digunakan adlah Natrium Siklamat
dan Aspartam.

Analisa kuantitatif pada praktikum ini menggunakan metode titrasi asam basa untuk
menentukan kadar sakarin di dalam sampel. Metode titrasi ini diawali dengan standarisasi larutan
NaOH dengan larutan asam oksalat 20 ml 1 N yang telah diberi indikator fenolftalein (pp). Titik
akhir ditandai dengan perubahan warna dari larutan tidak berwarna menjadi berwarna merah
muda. Larutan NaOH merupakan larutan standar sekunder sehingga sebelum digunakan untuk
titrasi harus distandarisasi dengan larutan standar primer (Fatimah, Arisandi dan Yunanto, 2015).

Pada metose aside-alkalimetri, natrium sakarin diubah dengan asam klorida menjadi
sakarin yang bersifar asam lemah. Pada metode ini, sakarin dalam sampel diekstraksi terlebih
dahulu menggunakan kloroform (Sudjadi dan Rohman, 2004) Sampel diekstraksi menggunakan
HCl encer, kloroform dan etanol agar sakarin yang terdapat pada minuman ringan bermerek
dapat terikat seluruhnya. Setelah ekstraksi selesai dilakukan, akan terbentuk dua lapisan. Lapisan
yang terdapat ekstrak sakarin adalah lapisan terbawah yaitu kloroform karena berat jenis
kloroform lebih besar dibandingkan berat jenis air dan etanol (Fatimah, Arisandi, dan Yunanto,
2015). Residu yang diperoleh disaring menggunakan kertas saring lalu di tampung dalam beaker
glass dan diuapkan pada cawan porselin. Residu yang telah kering dilarutkan dengan air panas
karena sakarin mudah larut dalam air panas. Campuran tersebut kemudian dititrasi dengan NaOH
sampai warna menjadi merah muda dengan indikator fenolftalein.

Dari hasil yang didapatkan, sakarin yang terdapat di dalam sample jasjus rasa orange
adalah 16,48 mg. Hal ini menandakan bahwa jasjus rasa orange masih didalam rentang yang
aman dimana Batas maksimum penggunaan sakarin berdasarkan kategori pangan gula dan sirup
lainnya yaitu 500 mg/kg (SNI01-6993-2004). Dikarenakan pada praktikum tidak dilakukan
ekstraksi, kemungkinan reaksi yang terjadi bukan dari asam sakarin yang terdapat dalam sample
minuman jasjus, melainkan asam-asam lain seperti pengatur keasaman asam sitrat. sehingga,
kami belum dapat memastikan bahwa kadar tersebut sudah valid atau belum.

Daftar pustaka

Badan POM, 2004. Peraturan Teknis Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan
dalam Produk Pangan. Direktorat Standarisasi Produk Pangan, Deputi Bidang Pengawasan
Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, hal 34-36

Badan POM, 2012. Laporan Tahunan 2011. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, hal 94-96

Deshpande, SS, 2002. Handbook of Food Toxicology. Marcel Dekker, Inc, New York

Rowe, C, Raymond, PJS & maian EQ, 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth
edition. USA : Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, p.605-609

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/MENKES/ IX/88 Tentang Bahan
Makanan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Diunduh dari http://bbihp.kemenperin.go.id/
pada tanggal 7 Maret 2012

Cahyadi, Wisnu. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Edisi Ke-2,
Jakarta : Bumi Aksara.

Hartono, R. 2014. Identifikasi Siklamat Pada Minuman Jajanan Di Kawasan Pendidikan Kota
Palangkaraya. Karya Tulis Ilmiah, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Palangka Raya..

Sutrisno, RB. 1993. Analisis Jamu. Jakarta : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila.

Lehninger, L. A. 1996. Dasar-Dasar Biokimia. (Alih bahasa : Maggy Thenawidjaja). Jakarta:


Penerbit Erlangga.

Autherhoff, H und Joachim K. 1971. Lehrbuch der Pharmzeutischen Chemie, 247-248.


wissenschaftliche verlagsgellschaft MBH, Stuttgar
Fatimah, S., Arisandi, D., & Yunanto, D. 2015. Penetapan Kadar Sakarin Minuman Ringan Gelas
Plastik Yang Dijual Di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Di dalam: Seminar Nasional Teknologi
Kimia, Industri dan Informasi; Yogyakarta. 10 Oktober 2015. STIKES Guna Bangsa,
Yogyakarta. 46-56.

Sudjadi dan Rohman, A. 2004. Analisis Obat dan Makanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

SNI01-6993-2004. Bahan Tambahan Pangan Pemanis Buatan Dan Persyaratan Penggunaan.


Badan Standar Nasional.

Anda mungkin juga menyukai