Etika Siswa Terhadap Guru
Etika Siswa Terhadap Guru
Etika Siswa Terhadap Guru
Di susun Oleh
Kelompok 9 ( Sembilan )
- Sri Kurniati
- Fatimah Zahra
- Rubiatik
- Sri Widya Astuti
Tim Penyusun
Kelompok 9 (Sembilan)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
PENUTUP ............................................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika / akhlak merupakan salah satu prosedur dalam pembelajaran,
Dalam menjalin hubungan antar sesama manusia harus dilandasi dengan ahlakul
karimah, Dalam pengertian filsafat islam etika/akhlak ialah salah satu hasil dari
iman dan ibadat, bahwa iman dan ibadat manusia tidak sempurna kecuali kalau
timbul etika/akhlak yang mulia dan muamalah yang baik tarhadap Allah dan
MakhlukNya.
Dalam lingkungan pendidikan, peserta didik merupakan suatu subyek dan
obyek pendidikan yang memerlukan bimbingan dari orang lain untuk memebnatu
mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimliki serta membimbinnya
menuju kedewasaan. Oleh karena itu peserta didik / murid sebagai pihak yang
diajar, dibina dan dilatih untuk dipersiapkan menjadi manusia yang kokoh iman
dan islamnya harus mempunyai etikadan berakhlakul kariamah baik kepada guru
maupun maupun dengan yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah
“Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan
(custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan
istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang
berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang
buruk.Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan
sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian
perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-
nilai yang berlaku.1
a. Pengertian Guru
Dalam literatur kependidikan Islam, kata guru sering juga dikatakan
dengan ustadz, mu’allim, murabbiy,mudarris dan muaddib. Sedangkan menurut
Muhammad Ali al-Khuli dalam kamusnya “Dictionary of Education; English-
Erobic”, kata “guru” disebut juga dengan mu’allim dan mudarris.
Kata “uztadz” biasa digunakan untuk memanggil seorang profesor. Ini
mengandung makna bahwa seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap
profesionalisme dalam mengemban tugasnya. Seorang dikatakan profesional,
bilamana pada dirinya melihat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya,
sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous
improvemen, yaitu selalu berusaha memperbaiki dan memperbaharui model-
model atau cara kerjanya sesuai dengan tuntutan zamannya. Yang dilandasi oleh
kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan generasi
penerus yang akan hidup pada zamannya di masa depan.
1
Zakiah. Daradjat , Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011.hlm.142
2
b. Pengertian siswa
Kata “murid” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai
pengertian orang yang sedang berguru.16 Menurut Ahmad Warson Al- Munawwir
dalam kamusnya “Al-Munawwir” bahwa “murid” adalah orang yang masa-masa
belajar.17 Sedangkan kata “murid” menurut John M. Echold dan Hassan Shadily
adalah orang yang belajar (pelajar). Istilah lain yang berkenaan dengan murid
(pelajar) adalah al-thalib.2
Kata ini berasal dari bahasa Arab, thalaba, yathlubu, thalaban,
talibun yang berarti “orang yang mencari sesuatu”.19 Pengertian ini dapat
dipahami karena seorang pelajar adalah orang yang tengah mencari ilmu
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dan pembentukan kepribadiannya
untuk bekal kehidupannya di masa depan agar berbahagia dunia dan akhirat.
2
Zakiah. Daradjat , Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2011.hlm.143
3
Guru merupakan aspek besar dalam penyebaran ilmu, apalagi jika yang
disebarkan adalah ilmu agama yang mulia ini. Para pewaris nabi begitu
julukan mereka para pemegang kemulian ilmu agama. Tinggi kedudukan
mereka di hadapan Sang Pencipta.
1. Menghormati guru
Para Salaf, suri tauladan untuk manusia setelahnya telah memberikan
contoh dalam penghormatan terhadap seorang guru. Sahabat Abu Sa’id Al-
Khudri Radhiallahu ‘anhu berkata,
3
Juwariyah, Hadis Tarbawi, (Yogyakarta: Teras, 2010) 76.
4
كنا جلوسا ً في المسجد إذ خرج رسول هللا فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير ال
يتكلم أحد منا
Sungguh mulia akhlak mereka para suri tauladan kaum muslimin, tidaklah
heran mengapa mereka menjadi ulama besar di umat ini, sungguh keberkahan
ilmu mereka buah dari akhlak mulia terhadap para gurunya.
a. Adab Duduk
Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm
mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syaikhmu,
pakailah cara yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya.”
Syaikh Utsaimin mengomentari perkataan ini, “Duduklah dengan duduk
yang beradab, tidak membentangkan kaki, juga tidak bersandar, apalagi saat
berada di dalam majelis.”
4
Ibid,hlm.87
5
Ibnul Jamaah mengatakan, “Seorang penuntut ilmu harus duduk rapi,
tenang, tawadhu’, mata tertuju kepada guru, tidak membetangkan kaki, tidak
bersandar, tidak pula bersandar dengan tangannya, tidak tertawa dengan keras,
tidak duduk di tempat yang lebih tinggi juga tidak membelakangi gurunya”.
b. Adab Berbicara
كنا جلوسا ً في المسجد إذ خرج رسول هللا فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير ال
يتكلم أحد منا
c. Adab Bertanya
5
Ibid.hlm.89
6
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui” (QS. An Nahl: 43).6
Bertanyalah kepada para ulama, begitulah pesan Allah di ayat ini, dengan
bertanya maka akan terobati kebodohan, hilang kerancuan, serta mendapat
keilmuan. Tidak diragukan bahwa bertanya juga mempunyai adab di dalam Islam.
Para ulama telah menjelaskan tentang adab bertanya ini. Mereka mengajarkan
bahwa pertanyaan harus disampaikan dengan tenang, penuh kelembutan, jelas,
singkat dan padat, juga tidak menanyakan pertanyaan yang sudah diketahui
jawabannya.
3. Mendoakan guru
6
Abuddin Nata ,.Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan 2009,Jakarta, rajawali pers.hlm.95
7
Banyak dari kalangan salaf berkata,
“Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti mendoakan kedua orang
tuaku dan guru guruku semuanya.”
“Setiap anak Adam pasti berbuat kesalahan, dan yang terbaik dari mereka
adalah yang suka bertaubat” (HR. Ahmad)
Para guru bukan malaikat, mereka tetap berbuat kesalahan. Jangan juga mencari
cari kesalahannya, ingatlah firman Allah.
7
Ibid.hlm.165
8
Lantas, bagaimanakah jika aib para ulama, dan para pengajar kebaikan
yang tersebar? Sungguh manusia pun akan menjauhi mereka, ilmu yang ada pada
mereka seakan tak terlihat, padahal tidaklah lebih di butuhkan oleh manusia
melainkan para pengajar kebaikan yang menuntut hidupnya ke jalan yang benar.
Belum lagi aib-aib dusta yang tersebar tentang mereka.
Sungguh baik para Salaf dalam doanya,
اللهم استر عيب شيخي عني وال تذهب بركة علمه مني
“Ya Allah tutupilah aib guruku dariku, dan janganlah kau hilangkan keberkahan
ilmuya dari ku.”
Para salaf berkata,
8
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia.2002)hlm.45
9
syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Jika gurumu itu sangat baik akhlaknya,
jadikanlah dia qudwah atau contoh untukmu dalam berakhlak. Namun bila
keadaan malah sebaliknya, maka jangan jadikan akhlak buruknya sebagai contoh
untukmu, karena seorang guru dijadikan contoh dalam akhlak yang baik, bukan
akhlak buruknya, karena tujuan seorang penuntut ilmu duduk di majelis seorang
guru mengambil ilmunya kemudian akhlaknya.”
Allah berfirman :
ُ س َك َم َع الَّذِينَ يَ ْدعُونَ َربَّ ُهم ِب ْالغَدَاةِ َو ْال َع ِشي ِ ي ُِريد ُونَ َو ْج َههُ َوال تَ ْعد َ ص ِب ْر نَ ْف
ْ َوا
َ َُاك َع ْن ُه ْم ت ُ ِريد ُ ِزينَةَ ْال َحيَاةِ الدُّ ْنيَا َوال ت ُ ِط ْع َم ْن أَ ْغفَ ْلنَا قَ ْلبَه
ُ عن ِذ ْك ِرنَا َوات َّ َب َع ه ََواه َ ع ْين
َ
ً َو َكانَ أ َ ْم ُرهُ فُ ُر
طا
Karena tidak ada yang lebih baik kecuali bersama orang orang yang berilmu dan
yang selalu menyeru Allah Azza wa Jalla.
9
Ibid.hm. 48
10
فإن رسوب العلم في نفراته
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru merupakan aspek besar dalam penyebaran ilmu, apalagi jika yang
disebarkan adalah ilmu agama yang mulia ini. Para pewaris nabi begitu
julukan mereka para pemegang kemulian ilmu agama. Tinggi kedudukan
mereka di hadapan Sang Pencipta.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ruswandi, Uus. Pengembangan Kepribadian Guru. Bandung: CV. Insan
Mandir.2010
13