Anda di halaman 1dari 13

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS SOSIAL MASYARAKAT

KE DESA NITA

Nama: Robertus B. O. Unggas

NPM : 17. 75. 6191

1. Latar Belakang

Mobilitas sosial merupakan hal yang lumrah terjadi dalam suatu tatanan masyarakat. Secara
sederhana mobilitas sosial dapat dimengerti sebagai suatu aktus perpindahan penduduk dari
suatu tempat ke tempat yang lain dengan alasan-alasan terntu. Dalam suatu aktus mobilitas
social, kita sekurang-kurangnya menemukan dua objek manusia, yakni manusia atau masyarakat
pendatang dan manusia atau masyarakat asing. Objek penelitian berkaitan dengan mobilitas
sosial adalah masyakarat pendatang.

Ada begitu banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat melakukan suatu mobilitas sosial,
misalnya faktor ekonomi (mencari pekerjaan atau mutasi kerja), faktor budaya (perkawinan dan
pembagian tanah warisan), faktor pendidikan (sekolah atau kuliah), dan faktor-faktor pendukung
lainnya. Ada perbedaan antara faktor pendukung dengan faktor penarik. Faktor pendukung
adalah faktor yang mempengaruhi sedangkan faktor penarik lebih kepada bagaimana suatu
tempat dinilai memiliki suatu keistimewaan yang mengharuskan seseorang melakukan mobilitas
sosial.

Di Nita, kita dapat dengan mudah menemukan masyarakat pendatang. Kemudahan ini
diperoleh dari dialek yang digunakan oleh masyarakat yang berbeda-beda. Karena fenomena ini,
peneliti kemudian memilih untuk mencari tahu alasan-alasan di balik keberadaan masyarakat
pendatang di desa Nita. Peneliti memfokuskan penelitinnya pada faktor yang mempengaruhi
seseorang untuk melakukan mobilitas sosial ke desa Nita.

1
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, masalah yang hendak diketahui dari penelitian
ini adalah apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial masyarakat ke desa Nita?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor pendukung yang
mempengaruhi mobilitas sosial masyarakat ke desa Nita.

4. Hipotesis Awal

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, peneliti
mengambil sebuah hipotesis bahwa faktor ekonomi adalah faktor dominan yang mempengaruhi
masyarakat untuk melakukan mobilitas social ke desa Nita.

5. Metode Penelitian dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dan responden diambil
berdasarkan quota non-probability sampling. Disebut kuota karena peneliti menentukan jumlah
responden yang diteliti yakni 25 orang. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan
mempertimbangkan aspek waktu dan tenaga yang yang digunakan untuk melakukan penelitian.

Teknik pengambilan sampling disebut probability non-sampling karena responden yang


dipilih oleh peneliti tidak menggunakan aspek keterwakilan. Dalam penelitian ini, peneliti tidak
mengambil semua responden yang melakukan mobilitas untuk diwawancarai dan dikalkulasi
akan tetapi memilih mereka secara acak tanpa keterwakilan.

6. Karakteristik Responden
Pada bagian karakteristik responden, peneliti telah mengkategorikan mereka dalam beberapa
aspek, yakni umur, pekerjaan dan jenis kelamin.
 Berdasarkan Umur.

2
Tabel 1
Umur
9
15-25
4
26-36
7
37-47
5
48-60
25 orang
Total

Grafik 1.

Jumlah
10
9
8
7
6
5
Jumlah
4
3
2
1
0
15-25 26-36 37-47 48-60

Dari data yang terdapat pada table 1 dan grafik 1 di atas, kita dapat melihat bahwa responden
yang berusia 15-25 tahun terdapat 9 orang (36%), 26-36 tahun terdapat 4 orang (16%), 37-47
tahun terdapat 7 (28%) orang dan 48-60 tahun terdapat 5 orang (20%). Dari data ini kita dapat
menyimpulkan bahwa responden yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini lebih banyak
berusia 15-25 tahun (36%) sedangkan yang paling sedikit berusia 26-36 tahun (16%).

3
 Berdasarkan Pekerjaan.

Tabel 2.

Pekerjaan
6
Petani
7
Pelajar
5
Pengangguran
2
PNS
5
Wirausaha
25 orang
Total

Grafik 2.

Jumlah
8
7
6
5
4
3
2 Jumlah
1
0

4
Dari table 2 dan grafik 2 kita dapat mellihat bahwa responden dengan pekerjaan petani
berjumlah 6 orang (24%), pelajar berjumlah 7 orang (28%), pengangguran berjumlah 5 orang
(20%), PNS berjumlah 2 orang (8%), dan wirausaha berjumlah 5 orang (20%). Dari data ini kita
dapat menyimpulkan bahwa responden terbanyak memiliki pekerjaan sebagai pelajar (28%) dan
yang paling sedikit adalah PNS berjumlah 2 orang (8%). Sementara itu wirusaha dan
pengangguran memiliki jumlah yang sama yakni masing-masing 5 orang (20%).

Perbedaan jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan waktu penelitian. Ini terjadi karena
peneliti melakukan penelitian pagi hari setelah kuliah dan sore hari setelah kuliah juga. PNS sulit
ditemui pada jam bersangkutan sehingga responden yang lain sedikit lebih banyak dari pada
mereka yang bekerja sebagai PNS.

 Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 3.

Jenis Kelamin
10
Laki-laki
15
Perempuan
25 orang
Total

Grafik 3.

Jumlah

Laki-laki
Perempuan

5
Dari table 3 dan grafik 3 kita dapat mengetahui bahwa responden dengan jenis kelamin laki-
laki berjumlah 10 (40%)orang dan responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah
15orang (60%). Dengan demikian dalam penelitian ini, responden perempuan lebih banyak dari
pada responden laki-laki.
7. Faktor-Faktor Pendukkung Mobilitas Sosial Masyarakat ke Desa Nita

Tujuan utaman dari penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-faktor pendukung mobilitas
social masyarakat ke desa Nita. Dalam penelitian ini, peneliti telah menyediakan pertanyaan-
pertanyaan kunci untuk mengetahui jawaban responden perihal alasan mengapa mereka
melakukan mobilitas social ke desa Nita. Peneliti tidak menyediakan kuisioner terttutup dimana
sudah ada jawaban yang telah disediakan oleh peneliti sendiri untuk kemudian dijawab oleh para
responden. Akan tetapi, responden bebas memberikan jawaban sesuai dengan alasaan mereka
masing-masing.

Pertanyaan yang dimaksud oleh peneliti di sini adalah: apa yang mempengaruhi bapak/ibu
untuk melakukan mobilitas social ke desa Nita. Dari jawaban-jawaban responden, peneliti
menemukan data-data sebagai berikut:

Tabel

Faktor yang mempengaruhi

Ekonomi 11

Pendidikan 6

Budaya 6

Sosial 2

Total 25 orang

6
Grafik

Jumlah
12

10

6
Jumlah
4

0
Ekonomi Pendidikan Budaya Sosial

Jumlah

Ekonomi
Pendidikan
Budaya
Sosial

7
Jumlah
12

10

6
Jumlah
4

0
Ekonomi Pendidikan Budaya Sosial

Dari table dan grafik ini kita dapat melihat bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi responden
untuk melakukan mobilitas sosial ke desa Nita, yakni faktor ekonomi, pendidikan, budaya, dan
sosial. 11 orang (44%) dipengaruhi oleh faktor ekonomi, 6 (24%) orang oleh faktor pendidikan,
6 orang (24%) oleh faktor budaya dan 2 orang (8%) oleh faktor sosial. Dengan demikian kita
dapat menyimpulkan bahwa faktor ekonomi (44%) merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi masyarakat untuk melakukan mobilitas sosial ke desa Nita dan faktor sosial (8%)
merupakan faktor paling sedikit.

Faktor ekonomi dipengaruhi oleh pekerjaan. 11 orang (44%) yang dipengaruhi oleh faktor
ekonomi melakukan mobilitas sosial karena perpindahan tempat kerja. Responden harus
melakukan perpindahan tempat ke Nita karena adanya perpindahan tempat kerja dari satu
tempat. Misalnya, kaka Jhon (31) yang sebelum datang di Nita telah bekerja lama di Samarinda
sebagai karyawan koperasi Sube Huter. Perpindahan tempat kerja mempengaruhi dia untuk
melakukan mobilitas sosial ke desa Nita.

Faktor pendidikan lebih kepada tempat dimana responden harus menyenyam pendidikan.
Perpindahan yang tidak permanen atau dalam jangka waktu tertentu karena tempat sekolah atau
kuliah membuat responden harus melakukan mobilitas sosial ke desa Nita. Misalnya saudara
Doni Koli (23) yang harus tinggal di Nita (salah satu kos di Nita) karena telah memillih untuk

8
mengenyam pendidikan filsafat di STFK Ledalero, Maumere. Hal ini harus membuatnya untuk
melakukan mobilitas sosial dari Ende ke Nita.

Faktor budaya dipengaruhi oleh perkawinan. Maumere, Nita tepatnya, menganut sistem
perkawinan patrilineal. Oleh karena itu, sang istri harus mengikuti sang suami yang rata-rata
merupakan masyarakat asli Nita. Misalnya, ibu Esi (44) yang setelah nikah dengan suaminya
harus melakukan mobilitas sosial ke Nita, tempat asal suaminya. Selain karena perkawinan,
faktor budaya juga dipengaruhi oleh pembagian harta warisan dalam keluarga, khususnya tanah.
Misalnya bapak Mikhael (59) harus melakukan mobilitas sosial dari Magepanda ke desa Nita
karena mendapatkan tanah warisan dari ayahnya.

Faktor sosial yang ditemukan oleh peneliti dalam penelitian ini berkaitan dengan anak asuh.
Susan (16) melakukan mobilitas sosial ke desa Nita karena telah diasuh oleh sebuah keluarga. Ini
bukan karena faktor ekonomi. Hal ini jelas dalam jawaban Susan bahwa perpindahannya ke desa
Nita bukan karena kedua orangtuanya tidak mampu akan tetapi karena keluarga yang
mengasuhnya tidak memiliki anak.

Dari data-data penelitian ini kita dapat mengetahui bahwa dari keempat faktor yang
mempengaruhi mobilitas sosial masyarakat ke desa Nita, faktor ekonomi (44%) merupakan
faktor yang paling dominan. Ini bukan berarti bahwa faktor-faktor lain tidak penting. Keempat
faktor sama-sama penting dalam menambah pengetahuan kita berkaitan dengan alasan-alasan
masyarakat pendatang melakukan perpindahan dari satu tempat ke desa Nita. Dengan
mengetahui hasil penelitian ini maka dengan sendirinya hipotesis awal peneliti diterima bahwa
faktor ekonomi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi masyarakat untuk melakukan
mobilitas sosial ke desa Nita.

9
Nama : Robertus B. O. Unggas

NPM : !7. 75. 6191

Data Mentah Tabhisan Para Frater Seminari Tinggi Interdiosesan Santo Petrus
Ritapiret Mulai Tahun Tabhisan 2009 sampai Tahun Tabhisan 2018

Jumlah
Tahun Jumlah Tahun
Saat Jumlah yang Ditabhiskan
Column1 Masuk Awal Frater Tabhisan
Tabhisan Menjadi Imam
(TOR) saat TOR Imam
Diakon

1 2000 62 Orang 13 Orang 2009 13 Orang

2 2001 37 Orang 7 Orang 2010 7 Orang

3 2002 45 Orang 11 Orang 2011 11 Orang

4 2003 39 Orang 10 Orang 2012 10 Orang

5 2004 46 Orang 7 Orang 2013 7 Orang

6 2005 51 Orang 15 Orang 2014 15 Orang

7 2006 37 Orang 9 Orang 2015 9 Orang

8 2007 30 Orang 12 Orang 2016 12 Orang

9 2008 55 Orang 13 Orang 2017 13 Orang

10 2009 51 Orang 12 Orang 2018 12 Orang

Jumlah 453 orang 109 orang 109 Orang

1
Grafik Jumlah Fratres Ritapiret dari TOR Sampai Ditahbiskan
Imam 10 Tahun Terakhir
70
60
50
40
30
20
10
0
2000-2009 2001-2010 2002-2011 2003-2012 2004-2013 2005-2014 2006-2015 2007-2016 2008-2017 2009-2018

jumlah frater yang masuk jumlah frater yang ditahbiskan diakon jumlah frater yang ditahbiskan imam

Tabel dan grafik ini berisikan data mengenai jumlah frater Seminari Tinggi
Interdiosesan St. Petrus Ritapiret sejak awal masuk sampai tahbisan imamat berdasarkan
periode tahun formasi 2000/2009 sampai 2009/2018. Dari data mentah ini, saya mencoba
untuk menganalisanya dari aspek umum dan khusus`

 Aspek Khusus
 Tahun Formasi 2000/2009. Pada tahun formasi 2000/2009, ada 62 orang yang tergabung
dalam komunitas TOR di Seminari Tinggi Interdiosesan St. Petrus Ritapiret. Seiring
berjalannnya waktu, hanya 13 orang yang melanjutkan pembinaan hingga ditahbiskan
menjadi diakon untuk kemudian menjadi imam. Ini berarti, ada 49 orang (79%) yang tidak
melanjutkan pendidikan hingga ditahbiskan dan hanya 13 orang (21%) yang melanjutkan
diri hingga ditahbiskan
 Tahun formasi 2001/2010. Jumlah farter TOR yang masuk lebih sedikit dari tahun sebelum
yakni hanya 37 orang. Jumlah yang ditahbiskan menjadi diakon dan imam pun lebih sedikit,
hanya 7 orang. Ini berarti 81% (30 orang) tidak lanjut sampai ditahbiskan dan hanya 19% (7
orang) yang ditahbiskan hingga diakon dan imam.
 Tahun formasi 2002/2011. Dari 45 orang frater TOR, hanya 11 orang (24%) yang memilih
untuk ditahbiskan menjadi diakon dan imam. Sementara itu, 34 orang (76%) keluar sebelum
ditahbiskan menjadi diakon dan imam.
 Tahun formasi 2003/2012. Hanya 10 orang (26%) dari 39 orang yang ditahbiskan menjadi
diakon dan imam. Itu berarti 29 orang (74%) keluar sebelum ditahbiskan.
 Tahun Formasi 2004/2013. Hanya 7 orang (15%) dari 46 orang frater yang sampai pada
rahmat tahbisan diakon dan imam. 39 orang (85%) yang lain keluar sebelum ditahbiskan.

2
 Tahun Formasi 2005/2014. Dari 51 orang frater TOR, ada 15 orang (29%) sampai pada
rahmat tahbisan sedangkan 36 orang (71%) lain keluar sebelum ditahbiskan.
 Tahun Formasi 2006/2015. Dari 37 orang frater TOR, hanya 9 orang (24%) yang memilih
untuk ditahbiskan menjadi diakon dan imam, sedangkan 28 orang (76%) lain memilih untuk
keluar.
 Tahun Formasi 2007/2016. Ada 12 orang (40%) dari 30 orang yang ditahbiskan menjadi
diakon dan imam, sedangkan 18 orang (60%) memilih keluar atau dikeluarkan.
 Tahun Formasi 2008/2017. Dari 55 orang frater TOR, ada 13 orang (24%) yang berhasil
ditahbiskan sementara 42 orang (76%) tidak ditahbiskan.
 Tahun Formasi 2009/2018. Pada tahun formasi 2009/2018, ada 51 orang yang tergabung
dalam komunitas TOR di Seminari Tinggi Interdiosesan St. Petrus Ritapiret. Seiring
berjalannnya waktu, hanya 12 orang yang melanjutkan pembinaan hingga ditahbiskan
menjadi diakon untuk kemudian menjadi imam. Ini berarti, ada 39 orang (76%) yang tidak
melanjutkan pendidikan hingga ditahbiskan dan hanya 12 orang (24%) yang melanjutkan
diri hingga ditahbiskan.

 Aspek umum

Ini merupakan data yang ada di Seminari Tinggi Interdiosesan St. Petrus Ritapiret sejak
tahun formasi 2000/2009 sampai 2009/2018. Dari data ini kita dapat melihat bahwa jumlah
masuk saat TOR selalu lebih banyak dari jumlah saat tahbisan diakon dan tahbisan imamat.
Jumlah frater TOR sejak tahun 2000 sampai 2009 adalah 453 orang. Jumlah ini jauh lebih
banyak dari pada jumlah mereka yang ditahbiskan menjadi diakon dan imam yakni 109
orang. Bila dipresentasekan, hanya 24% frater yang ditahbiskan dari jumlah keseluruhan
frater saat masuk TOR. Sementara itu 76% orang lebih memilih untuk tidak melanjutkan
pembinaannya sampai dengan tahbisan diakon dan imam.

Kita juga melihat bahwa jumlah frater yang masuk Seminari Tinggi Interdiosesan St.
Petrus Ritapiret dari tahun ke tahun tidak stabil. Demikian juga untuk jumlah sampai dengan
tahbisan diakon dan imam, kadang naik dan kadang turun.

Jumlah frater yang masuk di Seminari Tinggi Interdioesan St. Petrus Ritapiret dari tahun
ke tahun berbeda, kecuali jumlah pada tahun 2001 dan 2006 juga pada tahun 2005 dan 2009.
Namun jumlah tahbisan imamatnya berbeda. Jumlah frater terbanyak saat masuk TOR ada
pada tahun 2000 dan paling sedikit ada pada tahun 2001 dan 2006. Jumlah tahbisan diakon

3
dan imam terbanyak ada pada tahun 2014 dan paling sedikit pada tahun 2013. Namun dari
segi presentase (bila kita membandingkan jumlah frater yang keluar dan frater yang
ditahbiskan), tahun formasi 2007/2016 adalah tahun dengan presentase tahbisan terbanyak
dari tahun-tahun yang lain yakni 40%.

Dari keseluruhan data ini kita perlu mengakui bahwa jumlah terbanyak saat TOR tidak
menjamin jumlah banyak yang sama saat tahbisan imam.

Anda mungkin juga menyukai