Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

Bedah plastik di Indonesia dirintis oleh almarhum Moenadjat Wiratmadja.


Setelah lulus sebagai spesialis bedah dari FKUI pada tahun 1958, beliau
melanjutkan pendidikan bedah plastik di Washington University Barnes Hospital
di Amerika Serikat hingga tahun 1959. Pendidikan spesialisasi bedah plastik di
Indonesia kemudian dimulai oleh Moenadjat Wiratmadja. Asisten yang diterima
adalah lulusan bedah umum dan diutamakan staf dari suatu fakultas kedokteran
dan lama pendidikannya adalah 2 tahun. Asisten pertama yang dididik di FKUI
adalah Bisono, yang menyelesaikan pendidikan pada tahun 1971. Pada tahun
1990, FKUI Jakarta diresmikan oleh pemerintah menjadi pusat program
pendidikan bedah plastik yang pertama di Indonesia.1
Bersamaan dengan itu pula katalog program studi bedah plastik mulai
dipakai. Pada tahun 1997 FK UNAIR resmi menjadi pusat pendidikan bedah
plastik kedua di Indonesia setelah dirintis oleh Djohansjah Marzuki sejak tahun
1977 sepulang dari studi di Groningen, Belanda. Baru pada tahun 1980
didirikanlah Perhimpunan Ahli Bedah Plastik dan Rekonstruksi Indonesia yang
pendiriannya digagas oleh 11 orang dokter spesialis dan kemudian berubah nama
menjadi Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Indonesia (PERAPI).1
Bedah plastik merupakan tindakan bedah yang bertujuan untuk mengubah
dan memperbaiki bentuk (rekonstruksi bentuk). Deformitas yang perlu diperbaiki
dapat disebabkan oleh kelainan bawaan, trauma, penyakit infeksi, tumor atau
keganasan. Tindakan membedah sesuatu yang pada hakikatnya normal dan
mengubahnya menurut keinginan yang bersangkutan disebut bedah estetik atau
bedah kosmetik. Bentuk yang ingin dicapai dengan bedah kosmetik harus
dirembukkan sebelumnya dengan pasien. Sebagai contohnya, pada orang lanjut
usia, kulit muka yang keriput merupakan keadaan yang normal sehingga
pembedahan mengencangkan kulit wajah termasuk bedah estetik. Sedot lemak
(liposuction) untuk mengelola kelebihan atau ketebalan lemak juga merupakan
bagian bedah kosmetik.1

1
Meskipun arsitektur tulang wajah merupakan komponen utama dalam
persepsi keserasian wajah, namun tidak dipandang sebagai yang paling penting.
Estetika wajah benar-benar terlihat oleh interaksi dari keseimbangan, proyeksi dan
animasi yang tercipta dalam jaringan lunak yang berkembang meluas pada dasar
tulang.2
Keseimbangan antara unit estetika wajah memainkan peran yang sangat
penting dalam menciptakan keserasian wajah. Unit wajah yang harus dipelajari
secara sistematis sebelum operasi termasuk kepala depan, hidung, mata, dahi,
bibir, dagu dan sudut mandibula. Tidak ada satu bagian yang harus mengalahkan
keterkaitan antar unit. Bagian yang berada di luar proporsi harus dipertimbangkan
untuk perubahan selama prosedur kosmetik atau konstruktif yang direncanakan.2
Proyeksi unit estetika tulang menyediakan kontur dimana jaringan lunak
wajah mungkin menggantung. Kurangnya proyeksi yang tepat dari kerangka
wajah yang mendasarinya mengarah ke tampilan wajah amorphous, yang
seringkali akan terlihat lebih tua. Unit wajah terlihat pada perpaduan bersama dan
jaringan lunak elastis mungkin mengendur pada pasien yang lebih tua. Konsep ini
sangat penting dalam operasi craniomaxillofacial dan orthognathic.2
Setiap tahun, 200 juta sayatan dilakukan di seluruh dunia dan sekitar
170.000 revisi luka-luka dilakukan di Amerika Serikat. Tindakan terhadap bekas
luka yang tidak menarik secara estetik terkadang menantang, meski bukan tanpa
beberapa pilihan. Pilihan yang tersedia sangat bervariasi, pilihan invasif seperti
eksisi bekas luka hingga yang kurang invasif seperti terapi silikon topikal.3
Revisi parut sering menjadi perhatian pasien bedah. Meskipun parut dapat
secara estetika tidak menyenangkan, bentuk dan fungsi harus dipertimbangkan
dan tidak boleh dikompromikan dengan biaya kosmetik. Seperti prosedur
kosmetik lainnya, tujuan utamanya adalah membuat pasien lebih nyaman dengan
penampilannya, meski kelainan bentuknya mungkin tidak sepenuhnya dikurangi.
Pemahaman menyeluruh tentang harapan pasien diperlukan sebelum modifikasi.
Kerja tim antara dokter dan pasien membantu memastikan hasil optimal dalam
revisi parut.3

2
BAB II
ANATOMI WAJAH DAN MATERIAL IMPLAN

2.1. Anatomi Wajah


2.1.1. Kulit Wajah
Kulit merupakan organ tipis yang luas. Tebal kulit bervariasi antara
0,5-1,5 mm bergantung pada letak, umur, gizi, jenis kelamin, dan suku.
Kulit yang tipis terdapat di kelopak mata, penis, labium minor dan bagian
dalam lengan atas, sedangkan kulit yang lebih tebal terdapat di telapak
tangan, telapak kaki, punggung dan bokong. Pada orang dewasa, luas
permukaan kulit sekitar 1,5-2 m2.1
Kulit wajah mempunyai banyak kelenjar keringat dan sebasea. Kulit
ini dihubungkan dengan tulang yang ada di bawahnya oleh jaringan ikat
longgar, yang di dalamnya terdapat otot-otot ekspresi wajah. Di wajah tidak
terdapat fascia profunda.4
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama,
antara lain :
1) Lapisan epidermis atau kutikel, terdiri atas : stratum korneum, stratum
lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale
(terdiri atas dua jenis sel : sel-sel kolumner dan sel pembentuk
melanin).
2) Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin). Secara garis besar
dibagi menjadi dua bagian, yakni : pars papillare dan pars retikulare.
3) Lapisan subkutis (hipodermis) adalah kelanjutan dermis, terdiri atas
jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya.5
Vaskularisasi di kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus yang terletak
di bagian atas dermis (pleksus superfisial) dan yang terletak di subkutis
(pleksus profunda). Pleksus yang di dermis bagian atas mengadakan
anastomosis di papil dermis, pleksus yang disubkutis dan di pars papillare
juga mengadakan anastomosis, di bagian ini pembuluh darah berukuran
lebih besar.5

3
Gambar 2.1. Lapisan dan apendiks kulit. Diagram lapisan kulit memperlihatkan
hubungannya dan lokasi apendiks epidermis (folikel rambut, kelenjar keringat dan
sebasea), vaskular dan reseptor sensorik utama.6

2.1.2. Otot – Otot Wajah


A. Otot – Otot Ekspresi Wajah
Otot-otot wajah tertanam di dalam fascia superficialis dan
hampir seluruhnya berorigo pada tulang-tulang tengkorak dan
berinsersio pada kulit. Lubang-lubang pada wajah, yaitu orbita,
hidung dan mulut dilindungi oleh palpebrae, nares dan bibir. Otot
wajah berfungsi sebagai sphincter atau dilator untuk struktur-struktur
di atas. Fungsi lainnya dari otot wajah adalah mengembangkan
ekspresi wajah. Seluruh otot wajah berkembang dari arcus pharyngeus
kedua dan dipersarafi oleh n. facialis.4
1. Otot – otot palpebrae
Otot sphincter palpebrae adalah m. orbicularis oculi dan
otot dilatator adalah m. levator palpebrae superioris dan m.
occipitofrontalis.4
a. M. orbicularis oculi
1) Origo : Ligamentum Palpebrae medialis.

4
2) Insersio : Raphe palpebrae lateralis.
3) Persarafan : n. facialis.
4) Fungsi : Menutup kelopak mata.
b. M. occipitofrontalis
1) Origo : Kulit dan fascia superficialis alis mata.
2) Insersio : Aponeurosis epicranialis.
3) Persarafan : n. facialis.
4) Fungsi : Menggerakkan kulit kepala terhadap
tengkorak dan mengangkat alis.4
2. Otot – otot lubang hidung
Otot sphincter adalah m. compressor naris dan otot dilator
adalah m. dilator naris.
a. M. compressor naris
1) Origo : Procesus frontalis maxillae.
2) Insersio : Aponeurosis jembatan hidung.
3) Persarafan : n. facialis.
4) Fungsi : Menekan cartilago nasi.
b. M. dilator naris
1) Origo : Maxilla.
2) Insersio : Ala nasi.
3) Persarafan : n. facialis.
4) Fungsi : Memperlebar apertura nasi.4
3. Otot – otot bibir
Otot sphincter adalah m. orbicularis oris dan otot dilator
terdiri atas satu seri otot kecil yang menyebar keluar dari bibir.
a. M. orbicularis oris
1) Origo : Maxilla, mandibula dan kulit.
2) Insersio : Kulit antara kedua alis yang mengelilingi
orificium oris.
3) Persarafan : n. facialis.
4) Fungsi : Menekan bibir bersama-sama.

5
b. Otot kecil yang menyebar keluar dari bibir
1) Origo : Berasal dari tulang dan fascia di sekitar
orificium oris.
2) Insersio : Substansi bibir.
3) Persarafan : n. facialis.
4) Fungsi : Membuka bibir.
Otot – otot tersebut dari sisi hidung ke sudut mulut
dan kemudian ke bawah ke orificium oris, antara lain :
1) M. levator labii superioris alaeque nasi.
2) M. levator labii superioris.
3) M. zygomaticus minor.
4) M. zygomaticus major.
5) M. levator anguli oris.
6) M. Risorius.
7) M. depressor anguli oris.
8) M. depressor labii inferioris.
9) M. Mentalis.4

Gambar 2.2. Bibir (Potongan longitudinal).


Pulasan : Hematoksilin dan Eosin. Pembesaran Lemah.7

6
4. Otot – otot pipi
M. buccinator.
1) Origo : Permukaan luar margo alveolaris maxillae dan
mandi bulae di depan gigi molar dan ligamentum
pterygomandibularis.
2) Insersio : Serabut-serabut otot berjalan ke depan
membentuk lapisan otot pipi. Otot ini ditembus oleh
ductus parotideus. Pada sudut mulut, serabut-serabut
sentral saling menyilang, yang dari bawah menuju bibir
atas dan dari atas menuju bibir bawah. Serabut paling atas
dan paling bawah terus berlanjut menuju bibir atas dan
bibir bawah tanpa saling memotong. Jadi m. buccinator
membaur dan membentuk dari m. orbicularis.
3) Persarafan : n. facialis, ramus buccalis.
4) Fungsi : Menekan pipi dan bibir terhadap gigi.4

Gambar 2.3. Otot-otot ekspresi wajah.4

7
B. Otot – Otot Pengunyah
a. M. Masseter
1) Origo : Pinggir bawah dan permukaan medial arcus
zygomaticus.
2) Insersio : Serabut-serabutnya berjalan ke bawah dan
belakang serta melekat pada aspek lateral ramus
mandibulae.
3) Persarafan : divisi mandibularis, n. trigeminus.
4) Fungsi : Mengangkat mandibula untuk merapatkan gigi
sewaktu mengunyah.
b. M. Temporalis
1) Origo : Otot ini berbentuk kipas dan berasal dari dasar
fossa temporalis yang bertulang dan permukaan fascia
temporalis.
2) Insersio : Serabut-serabut otot berkonvergensi menuju
tendo, yang berjalan profunda terhadap arcus zygomaticus
dan berinsersio pada processus coronoideus mandibulae
dan pinggir anterior ramus mandibulae.
3) Persarafan : Nn. temporales, n. facialis.
4) Fungsi : Serabur-serabut anterior dan superior mengangkat
mandibula, serabut posterior menarik mandibula.
c. M. Pterygoideus lateralis
1) Origo : Berasal dari permukaan infratemporalis ala major
ossis sphenoidalis.
2) Insersio : Kedua kaput berkonvergensi pada waktu
berjalan kebelakang dan berinsersio pada bagian depan
collum mandibulae dan discus articulatio
temporomandibularis.
3) Persarafan : n. trigeminus.
4) Fungsi : Menarik collum mandibulae dan discus articularis
ke depan selama proses membuka mulut.

8
d. M. Pterygoideus medialis
1) Origo : Caput superficialis berasal dari tuberositas
maxillae. Caput profundus berasal dari permukaan medial
lamina pterygoideus lateralis.
2) Insersio : Serabut-serabut berjalan ke bawah dan lateral
serta berinsersio di permukaan medial angulus mandibula.
3) Persarafan : Divisi mandibularis, n. trigeminus.
4) Fungsi : Membantu mengangkat mandibulae.4

Gambar 2.4. Efek otot mastikasi pada sendi temporomandibular.8

C. Aliran Darah Wajah


1. Arteri
Wajah menerima pasokan darah yang banyak dari dua
pembuluh utama a. facialis dan a. temporalis superficialis.
Kedua arteri ini dibantu oleh beberapa arteri kecil yang
mengikuti saraf sensoris wajah. A. facialis dipercabangkan dari
a. carotis externa. Setelah melengkung ke atas dan melalui
glandula submandibularis, pembuluh ini membelok di sekitar
margo inferior corpus mandibulae pada pinggir anterior m.
masseter. Di daerah ini pulsasi nadi dapat. Kemudian arteri ini
berjalan berkelok-kelok ke atas menuju sudut mulut dan diliputi

9
oleh m. platysma dan m. risorius. Kemudian a. facialis berjalan
ke atas tertutup oleh m. zygomaticus dan m. levator labii
superioris, dan berjalan sepanjang sisi hidung menuju ke sudut
medial mata tempatnya beranastomosis dengan cabang-cabang
terminal a. ophthalmica.4
2. Vena
V. facialis dibentuk pada sudut medial mata oleh
gabungan dari v. supraorbitalis dan v. supratrochlearis.
Pembuluh ini dihubungkan dengan v. ophthalmica superior
langsung melalui v. supraorbitalis. Melalui v. ophthalmica
superior, v. facialis dihubungkan dengan sinus cavernosus.
Hubungan ini penting untuk klinis, karena merupakan jalur
penyebaran infeksi dari wajah ke sinus cavernosus.4

Gambar 2.5. Pendarahan arteri ke wajah dan aliran vena wajah.4

D. Aliran Limfe Wajah


Cairan limfe dari dahi dan bagian anterior wajah dialirkan ke
nodi lymphoidei submandibulares. Cairan limfe dari bagian tengah
bibir bawah dan kulit dagu dialirkan ke nodi lymphoidei submentales.4

10
E. Tulang – Tulang Wajah
Margo orbitalis superior dan area di atasnya dibentuk oleh os.
frontale, yang didalamnya terdapat sinus frontalis. Margo orbitalis
lateralis dibentuk oleh os. zygomaticum dan margo orbitalis inferior
dibentuk oleh os. zygomaticum dan maxilla. Margo orbitalis medialis
dibentuk oleh processus maxillaris os. frontale di sebelah atas dan
processus frontalis maxillae di sebelah bawah. Pangkal hidung
dibentuk oleh ossa nasales, yang berartikulasi di bawah dengan
maxilla dan di atas dengan os. frontale. Di anterior, hidung
disempurnakan dengan lamina superior dan inferior cartilago hyalin
dan cartilago kecil ala nasi. Tulang yang penting pada sepertiga
bagian tengah wajah adalah maxilla dengan gigi-geligi dan sinus
maxillaris. Tulang sepertiga bagian bawah wajah adalah mandibula,
dengan gigi-geliginya.4

Gambar 2.6. Tulang-tulang tengkorak bagian depan.8

11
2.2. Material Implan
Sebagai alternatif bahan autologus, pada keadaan tertentu diperlukan
bahan sintetik untuk menunjang upaya bedah rekonstruksi dan bedah
estetik. Bahan yang ditanam ke dalam tubuh harus memenuhi beberapa
syarat yaitu, tidak atau sedikit menimbulkan reaksi tubuh, tidak diresorbsi,
mudah dibentuk, tidak magnetis dan tidak menghantarkan listrik, tidak
mengganggu pemeriksaan radiologik dan tidak karsinogenik.1
Bila dibandingkan dengan bahan autologus yang ketersediaan donor
jaringannya terbatas, maka material sintetik dapat diperoleh sesuai dengan
kebutuhan.1
Bahan implan yang lazim dipakai adalah (1) polimer seperti silikon,
akrilat dan politetrafluoroetilen (PTFE), (2) kalsium keramik, dan (3) logam
seperti titanium. Contohnya, implan gel silikon payudara setelah
mastektomi atau sebagai upaya augmentasi implan silikon padat untuk
dorsum nasi, atau prostesis testis setelah orkidektomi.1
Penggunaan material implan sintetik menimbulkan berbagai
komplikasi seperti migrasi atau ekstrusi material implan dan infeksi. Gejala
dan tanda infeksi dapat berupa demam dan selulitis ringan yang dapat
diatasi dengan pemberian antibiotik. Jika terjadi komplikasi yang berat
seperti terpajannya implan, rusaknya jaringan sehat di atas implan dan terus
berkembangnya tanda-tanda infeksi hebat walaupun telah diberikan
antibiotik, implan harus dikeluarkan.1
Bahan ideal untuk penggantian/augmentasi jaringan lunak belum
diidentifikasi, baik yang disuntikkan atau ditanam dengan operasi;
permanen atau sementara; biologis atau sintetis; allograft, homograft, atau
xenograft. Oleh karena itu, bahan harus dinilai berdasarkan kelebihan dan
kekurangan relatif.9

12
Tabel 2.1. Material implan dan kegunaannya.1
Golongan Jenis Material Kegunaan
Stainless steel Pelat, Sekrup, Kawat untuk fiksasi
interna tulang kraniofasial maupun
Logam Titanium
ekstremitas dan prostesis dental
Emas
Kantung silikon implan payudara,
Silikon
silikon padat untuk augmentasi nasal
Rekonstruksi kranium, augmentasi
Polimetilmetakrilat
malar dan dagu
Rekonstruksi dinding dada atau
Poliester
abdomen
Pelat dan sekrup fiksasi interna
Polimer
tulang kraniomaksilofasial atau
Asam poliglikolat
ekstremitas yang dapat diserap;
digunakan pada anak
Polietilen, Augmentasi wajah, rekonstruksi
Polipropilen dinding dada, dasar orbita
Politetrafluroetilen Rekonstruksi dinding orbita, dinding
(PTFE) dada dan abdomen
Hidroksiapatit Kranioplasti, rekonstruksi
Kalsium keramik maksilofasial
Trikalsium Fosfat
Kolagen Filler wajah
Material biologik
Aloderm Pengganti kulit

13
BAB III
LIP, CHIN AND CHEEK AUGMENTATION

3.1. Lip Augmentation


Augmentasi bibir kosmetik terdiri dari pembesaran dan pembentukan
kembali bibir normal untuk memperbaiki hubungan dimensional antara
hidung, gigi dan struktur wajah di sekitarnya. Penampilan bibir ditentukan
oleh hubungan spasial struktur bibir dengan gigi dalam ruang 3 dimensi dan
fungsinya selama animasi dan ucapan.10
Kolagen, produk hyaluronic acid (HA) dan liquid silicone (LIS)
semuanya telah tersedia untuk disuntikkan secara intramuskular di bibir.
Namun, semua suntikan intramuskular semacam itu rentan terhadap
dislokasi oleh gerakan otot secara terus-menerus dan oleh karena itu dapat
menyebabkan penumpukan.11
Pengalaman menyatakan bahwa semua injeksi berbasis partikel seperti
ArteFill (Suneva Medical, Inc., San Diego, California), Radiesse (Bioform
Medical, Inc., San Mateo, California) dan Sculptra (Sanofi-Aventis,
Bridgewater, New Jersey) yang tidak disetujui oleh Food and Drug
Administration (FDA) untuk perawatan bibir, sebaiknya dilakukan di
sepanjang garis vermilion dan atau submukosa sepanjang wet-dry line,
menghindari penempatan intramuskular.11
Langkah tersulit untuk injektor pemula adalah tempat untuk
meletakkan fillers. Zyplast, Zyderm, Cosmoplast dan Cosmoderm adalah
superficial-dermal fillers.11
Restylane dan Captique adalah pengisi mid-dermal. Restylane Fine
Line dan Perlane, belum tersedia di Amerika Serikat merupakan superficial-
dermal fillers dan deep-dermal fillers. Silicone, lemak, Radiesse dan
Sculptra adalah subcutaneous fillers.11

14
Gambar 3.1. Sculptra yang mengandung polylactic acid.11

3.1.1. Analisa Bibir


Tujuan mengisi bibir mungkin lebih dari sekedar penambahan atau
augmentasi. Lip recontouring dilakukan untuk memperbaiki bentuk dan
membawa bibir bagian atas dan bawah menjadi lebih baik satu sama lain.
Proporsi yang ideal berada pada rasio 1 : 1,6 antara bibir atas dan bawah.
Ada tiga tuberkel kecil di bibir atas dan dua di bibir bawah, yang memberi
bentuk bibir individualitas dan karenanya harus dipelihara selama
augmentasi.11
Foto-foto diambil dari masing-masing pasien dari depan dan tampilan
samping 90 derajat dengan penyetelan kamera yang mendukung dagu dan
dengan jarak tetap, di depan latar belakang yang terang. Bibir terbuka
longgar 1 sampai 2 mm untuk menunjukkan gigi seri.11
Alat yang mudah digunakan untuk mengukur bibir terdiri dari dua
penggaris kecil yang diletakkan bersamaan tegak lurus pada sudut 90
derajat. Dengan metrik ini tinggi vermilion upper lip height (ULH) dan low
lip height (LLH) penilaian pertama (dalam mm) pada tampakan depan. Titik
tonjolan maksimum vermilion kemudian diukur upper lip protrusion (ULP)
dan lower lip protrision (LLP) (dalam mm) pada tampakan samping, tegak
lurus dari garis vertikal yang menghubungkan dasar kolumela (columella-lip
junction) ke lipatan bibir bawah dan dagu. ULH dikalikan dengan ULP
horizontal yang secara langsung berkorelasi dengan volume pada mm2 dari
potongan tengah. Angka ini adalah upper lip index (ULI) dan lower lip

15
index (LLI) yang masing-masing dalam mm. Rumus (ULH x ULP = ULI
dan LLH x LLP = LLI) menjadi dasar untuk perbandingan setelah
augmentasi. Penambahan ULI dan LLI menghasilkan overall lip index
(OLI) dalam mm.11

Gambar 3.2. (Kiri) Bibir atas lebih kecil dibandingkan dengan bibir bawah
dan jumlahnya 1/3 dari volume bibir total, (Kanan) Menentukan gambaran
estetik bibir, lazy M dari bibir atas dan curvilinear outline dari bibir bawah
pada garis putus-putus.11

Gambar 3.3. (A) Pengukuran bibir secara lateral untuk mendapatkan nilai
ULP dan LLP, (B) Pengukuran bibir tampak depan di garis tengah untuk
mendapatkan nilai ULH dan LLH, (C) Untuk membuat alat pengukur,
mistar harus dipotong dan kemudian ditempelkan pada bagian yang lain dari
mistar secara tegak lurus.11

16
3.1.2. Indikasi
Augmentasi bibir kosmetik didefinisikan sebagai prosedur yang
dirancang untuk menambah dan memperbaiki bentuk bibir yang tidak
terpengaruh oleh trauma atau deformitas kongenital. Indikasi kosmetik
termasuk pasien yang menginginkan bibir bagian atas atau bawah menjadi
lebih penuh atau bentuk yang lain karena ukuran bibir yang kurang, tidak
simetris atau atrofi jaringan lunak bibir akibat proses penuaan.10

Gambar 3.4. Perubahan pada area bibir dan perioral yang ditandai oleh
berkurangnya volume bibir dan perubahan kulit dari penuaan dan kerusakan
kulit akibat sinar matahari.11

3.1.3. Kontraindikasi
Kontraindikasi dilakukannya augmentasi bibir berdasarkan pada
penggunaan material implan.12
Tabel 3.1. Kontraindikasi penggunaan material implan (fillers).12

Kontraindikasi Bukan kontraindikasi

Infeksi aktif Imunosupresi


Alergi / hipersensitivitas material
implan (fillers) Penyakit autoimun
(Dermatomiositis/polimiositis,
Nekrosis Glabellar lupus eritematosus, reumatoid
Gangguan saraf wajah atritis, scleroderma)

17
3.1.4. Teknik Suntikan
Berikut merupakan prosedur teknik suntikan pada augmentasi bibir,
antara lain :
a. Pasien disarankan untuk menghindari substansi atau obat antikoagulan
sebelum prosedur augmentasi jaringan lunak wajah.
b. Untuk penambahan bibir, anestesi lokal berupa blok saraf mentalis
dan infraorbitalis yang digunakan. Perhatian harus diterapkan untuk
meminimalkan penyimpangan anestesi lokal pada letak anatomi yang
akan disuntikkan. Untuk area yang tidak dapat dilakukan anestesi
lokal, krim anestesi topikal (EMLA) dapat dioleskan 10-30 menit
sebelum prosedur berlangsung.
c. Makeup dihapus dan tempat suntikkan diusap dengan alcohol pad.
d. Pasien diposisikan duduk dan tegak.
e. Kedalaman suntikkan (dermis, mid-dermis dan hipodermis)
tergantung pada jenis fillers yang digunakan. Secara umum, fillers
nonpermanen disuntikkan lebih dangkal sedangkan fillers
semipermanen dan permanen disuntikkan lebih dalam.
f. Suntikan fillers dengan lambat, tidak tergesa-gesa dan gaya berjalan
mundur dengan aspirasi. Fillers disuntikkan dengan jarum yang
menghadap ke superior.
g. Tangan yang tidak digunakan untuk menyuntik dapat merasakan dan
membentuk fillers karena disuntikkan ke dalam bidang jaringan yang
sesuai.
h. Pasien diizinkan untuk memvisualisasikan dan membuat rekomendasi
perbaikan selama prosedur berlangsung.
i. Dokter bedah selalu memiliki penentuan akhir dari jumlah fillers yang
digunakan.13

18
Gambar 3.5. (A) Penempatan fillers augmentasi bibir pada submukosa
“serial puncture technique” sepanjang garis dry-wet sebagai pilihan untuk
pencegahan penumpukan, (B) Fillers tidak boleh disuntikkan ke otot,
melainkan ke the natural pockets diatas blok putih dan dibawah garis merah
belakang bibir.11

Gambar 3.6. (Kiri) Foto pre-injeksi menunjukkan bibir atas dan bawah yang
tipis, bibir atas asimetris dan deepened nasolabial folds, (Kanan) Volume
dimasukkan pada philtrum columns bilateral.13

Gambar 3.7. (Kiri) Garis vermilion dari bibir atas disuntikkan secara gaya
retrograde pada pemasukan volume fillers, (Kanan) Memasukkan volume
pada badan bibir atas dan bawah.13

19
Gambar 3.8. Teknik suntikkan dengan linear threading dan serial
puncture.11

Gambar 3.9. (Atas) Gambaran sebelum dan sesudah augmentasi bibir


dengan Restylane, (Bawah) Gambaran hasil yang sama dengan tampakan
samping.11

3.1.5. Manajemen Postoperatif


a. Kompres dingin segera diberikan pada area yang disuntik.
b. Aktivitas berat dihindari selama 8-10 jam segera setelah disuntik.
c. Makeup bisa digunakan 4-6 jam setelah disuntik.
d. Pemijatan yang kuat pada area suntikkan harus dihindari.10

20
3.1.6. Komplikasi
Tabel 3.2. Komplikasi dibagi berdasarkan waktu munculnya.12

Cepat (hari sampai minggu) Lambat (minggu sampai tahun)


Reaksi area suntikkan (Bengkak,
Granulomatous inflammation/
kemerahan, Bruising/ecchymosis,
foreign body reaction
nyeri, gatal, infeksi)
Reaksi alergi / hipersensitivitas
Nodul, eritematous atau tidak
(inflamasi, nodul padat)
Nekrosis jaringan Migrasi dari fillers implan
Embolism with blindness Jaringan parut
Penumpukkan dikarenakan
Asimetri
misdistribusi

3.1.7. Outcome dan Prognosis


Hasil umumnya bagus. Cukup menginformasikan kepada pasien
tentang program pasca operasi yang diharapkan, kemungkinan terjadinya
komplikasi dan perawatan pasca operasi yang diperlukan merupakan hal
yang sangat penting.10

3.2. Chin Augmentation


Augmentasi dagu aloplastik umumnya diperuntukkan bagi pasien
yang memiliki jaringan lunak lemah dan/atau berlebih atau yang menjalani
operasi leher berkelanjutan, seperti cervicofacial liposuction, platysma
plication atau rhytidoplasty. Bila pendekatan ini digunakan, perawatan
khusus diarahkan untuk mengevaluasi penampilan dagu yang meruncing
atau "marionette grooves”, yang sering ada pada populasi pasien yang lebih
tua. Banyak tersedia implan dagu aloplastik komersial yang tidak
memberikan penambahan lateral dan perpanjangan posterior pada daerah
parasimfisis yang cukup baik untuk memperbaiki masalah ini. Oleh karena
itu, modifikasi atau pemilihan implan aloplastik yang berukuran dan bentuk
yang tepat merupakan hal yang penting.14

21
3.2.1. Analisa Dagu dan Evaluasi Preoperatif
Secara umum, augmentasi dagu dapat dicapai melalui teknik
genioplasty (dengan peningkatan bidang vertikal atau horizontal atau
keduanya), fillers (homolog dan autolog) atau implan alloplastic (dengan
keuntungan lebih tinggi pada bidang horizontal). Oleh karena itu, penilaian
tinggi vertikal dagu dan posisi bibir bawah melengkapi analisa profil dan
membantu pemilihan teknik. Salah satu metode untuk menilai tinggi vertikal
dagu dengan cara menentukan rasio antara jarak dari subnasal ke bibir atas
dan dagu ke bibir bawah, yang mana rasionya 1:2. Posisi bibir berkaitan
dengan hidung dan dagu digambarkan oleh Ricketts melalui E-line, yang
ditandai dari titik tertinggi pangkal hidung (pronasal) ke bagian paling
menonjol dari dagu (pogonion). E-pass line harus berada pada 4 mm dari
bibir atas dan 2 mm dari bibir bawah.15

Gambar 3.10. Rickett’s Line.15

Dari berbagai metode yang digunakan untuk menganalisa dagu,


sepertinya tidak ada yang ideal dengan sendirinya. Demikian, untuk pasien
dengan deformitas mandibula yang teridentifikasi, disarankan untuk
mengumpulkan metode, mempertimbangkan pengalaman ahli bedah, teknik
yang dapat dilakukan dan harapan pasien. Analisis yang adekuat mengenai
proporsi dan ketidakharmonisan wajah merupakan hal yang sangat penting
bagi ahli bedah untuk memilih dengan benar prosedur yang tepat untuk
pasien dalam mencapai hasil bedah yang baik.15

22
Gambar 3.11. (A) Gonzalles-Ulloa, (B) Goode, (C) Merrifield,
(D) Silver.15

Gambar 3.12. (A) Legan, (B) Calhoun, (C) Cervicomental Angle,


(D) Mentocervical Angle.15

Tabel 3.3. Perbandingan metode utama untuk analisa posisi dagu.15


Metode Nilai
Deskripsi Keuntungan Kerugian
Analisa Ideal
Sejajar
Tergantung
Garis tegak lurus pada
Gonzalles - pada garis
ke garis Frankfort pogonion
Ulloa - Zero Sederhana Frankfort,
yang melewati atau
meridien variasi dari
garis nasion tepat di
nasion
belakang
Modifikasi
Sejajar
dengan
pada
Goode - Garis tegak lurus ukuran
pogonion
Perpendicular ke garis Frankfort Sederhana dasar alar,
atau
alar yang melewati alar tergantung
tepat di
pada garis
belakang
Frankfort
Sudut antara garis
Frankfort dan garis Analisa
Antara Tergantung
Merrifield - yang ditarik antara didasarkan
750 dan pada garis
angle Z pogonion dan pada jaringan
850 Frankfort
daerah bibir yang lunak
paling menonjol

23
Sudut yang
dibentuk antara
Antara 80 Analisa Modifikasi
Legan – angle garis dari glabella
dan 160, didasarkan dengan
of facial ke titik subnasal
idealnya pada jaringan hipoplasia
convexity dan lainnya dari
120 lunak maxillar
titik subnasal ke
pogonion
TC/TS
Segitiga yang dari 1,15
Analisa
Facial triangle dibentuk antara ke 1,19
didasarkan Diperlukan
of Gibson & tragus (T), titik dan
pada jaringan perhitungan
Calhoun subnasal (S) dan sudut S
lunak
titik dagu (C). dari 880
ke 930
Garis tegak lurus Pada
ke garis Frankfort, garis Sangat luas,
tangensial ke pogonion tergantung
Silver Sederhana
transisi atau 2 pada garis
mukokutaneus dari mm di Frankfort
bibir bawah belakang
Satu garis Modifikasi
Analisa
submental dan satu dengan
Cervicomental Lk : 1210 didasarkan
tangensial ke leher jaringan
angle Pr : 1260 pada jaringan
pada persimpangan subkutaneus
lunak
regio subcervical leher
Integrasi
Dari ujung hidung analisa ujung Modifikasi
0
Mentocervical ke pogonion, 110 - hidung, dengan
angle melewati garis 1200 posisi leher ujung
submental dan proyeksi hidung
dagu

Perencanaan preoperatif terdiri dari evaluasi klinis estetik sekuensial


sistematis dan evaluasi sefalometrik lateral untuk menentukan bentuk dan
besaran spesifik augmentasi. Pembesaran dagu telah lama menjadi
tambahan estetika pada banyak prosedur ortognatik, kraniofasial dan
kosmetik.14

24
Pada evaluasi awal, tingkatan kerja bergantung pada apakah ahli
bedah tersebut merupakan ahli bedah plastik murni (kosmetik) atau dia juga
melakukan prosedur rekonstruktif, termasuk maxilofasial.15
Ahli bedah plastik estetika dapat memilih mentoplasti alloplastik
untuk pasien dengan mikrogenia ringan dan sedang dan/atau retrogenia atau
retrusif, lebih memilih untuk mengirim pasien dengan retrusif berat dan/atau
gangguan oklusi yang signifikan kepada rekan kerja yang lebih
berkompeten pada aspek operasi rekonstruktif maksilofasial. Kadang-
kadang, retrusif yang berat dengan maloklusi Kelas II atau Kelas III dapat
manajemen dengan mentoplasti aloplastik saja.16
Bagi dokter bedah plastik estetika yang melakukan mentoplasti
aloplastik, masalah dapat dibatasi pada pemeriksaan fisik daerah wajah,
kepala dan leher, termasuk evaluasi oklusi gigi pasien dan foto klinis yang
akurat. Pada situasi yang berat, dimana mentoplasti aloplastik masih
dipertimbangkan, evaluasi bedah dan ortodontik oral yang mencakup model
gigi, radiograf panoramik dan sefalometrigram yang tepat, begitu pula foto
klinis yang akurat. Umumnya, keputusan untuk memperbaiki bentuk dagu
kecil atau retrusif biasanya dilakukan berdasarkan pemeriksaan fisik,
evaluasi fotografi dan bedah plastik "artistic impression". Jika, dalam profil,
"plumb line" turun dari tulang belakang hidung ke proyeksi dagu tidak
menyentuh di ujung dagu, merupakan indikasi untuk mempertimbangkan
mentoplasti aloplastik.16
Begitu keputusan dibuat untuk dilanjutkan, diperlukan riwayat medis
pasien dan pemeriksaan fisik preoperatif yang sama seperti semua orang
yang menjalani operasi. Ini adalah tahap kedua dari pemeriksaan.16
Termasuk riwayat medis lengkap, pemeriksaan fisik menyeluruh;
pemeriksaan laboratorium yang sesuai untuk usia pasien, besarnya operasi
dan kondisi medis yang terkait dan jenis anestesi yang direncanakan.
Pedoman tersebut termasuk dalam lingkup departemen anestesi dan bersifat
individu untuk setiap institusi rumah sakit atau pusat rawat inap yang
disetujui/dilisensikan.16

25
3.2.2. Indikasi
Dalam keadaan dimana oklusi cukup normal (overbite dan underbite
dapat diterima namun tidak mengalami maloklusi) dan dagu bersifat retrusif
atau hipoplastik pada tingkat ringan atau sedang, koreksi dan/atau perbaikan
dengan penempatan implan aloplastik. Keputusan antara sliding genioplasty
atau koreksi implan aloplastik adalah pilihan yang dibuat oleh ahli bedah
plastik dan pasien.16
Indikasi dilakukannya augmentasi dagu yaitu untuk peningkatan dari
dagu dan mengoreksi dari kekurangan dagu / mikrogenia (pada analisa
posisi dagu didapatkan dua positif pada tiga metode yang berbeda).17

Gambar 3.13. Kasus (Kiri) Ringan, (Tengah) Berat, dan (Kanan) Luas untuk
dilakukan augmentasi dagu.17

3.2.3. Kontraindikasi
Kontraindikasi meliputi maloklusi yang signifikan, kelainan yang
berhubungan dengan kraniofasial, ukuran mikrogenia yang terlalu luas
untuk koreksi implan dan kontraindikasi fisik serta psikiatri untuk operasi.
Kontraindikasi ini mencakup kondisi kesehatan yang menghalangi prosedur
pembedahan seperti hipertensi yang tidak terkontrol, diabetes yang tidak
terkontrol, kondisi kardiovaskuler atau paru-paru yang tidak adekuat dan
kanker stadium terminal yang menyebabkan keterbatasan penyaluran darah
sehingga memperlambat penyembuhan dan meningkatkan kemungkinan
infeksi atau penolakan dari implan. Pada bidang psikologi, kontraindikasi
meliputi psikotik berat dan gangguan kepribadian yang bermanifestasi pada
harapan yang tidak realistik dan ketidakmampuan untuk menerima
perubahan atau peningkatan penampilan. Kontraindikasi juga terhadap
adanya infeksi laten atau aktif terutama pada area dagu, 16

26
3.2.4. Teknik Operasi
a. Pendekatan intraoral
Sulkus gingivobukal inferior dan mukosa yang berdekatan
disuntikkan dengan lidokain 1% dengan 1 dari 100.000 larutan
epinefrin. Pisau bedah No. 15 yang kemudian digunakan untuk
menginsisi melalui mukosa dalam bentuk setengah lingkaran yang
berpusat pada bawah frenulum. Selanjutnya, menginsisi halus untuk
melewati bawah submukosa ke periosteum di garis tengah. Menandai
garis tengah dengan penandaan methylene blue atau pena pada titik ini
yang akan mempermudah penempatan implan di garis tengah
anatomis.18
Mengangkat sampai batasnya pada bagian tengah otot mentalis
bilateral, yang akan memungkinkan penyisipan retraktor tipe Aufricht,
meningkatkan paparan secara signifikan untuk langkah prosedur
selanjutnya. Kedua sisi periosteum sepanjang antero-inferior tepi
mandibula diikuti oleh pengangkatan ruang subperiosteal yang tepat.18
Ukuran implan komersial yang tersedia kemudian disiapkan
untuk dimasukkan ke dalam ruang ini. Implan pertama dorong secara
vertikal di tengah dan kemudian masukkan larutan antibiotik cefazolin
atau yang setara.18
Setiap sebagian dari implan kemudian dimasukkan ke dalam
ruang subperiosteal yang diperlihatkan, hati-hati dalam menyesuaikan
garis tengah anatomis. Tidak ada fiksasi jahitan yang diperlukan
karena implan dipegang pada posisi yang tepat baik oleh elastisitas
dari ruang subperiosteal yang tepat dan oleh otot mentalis yang berada
diatasnya.18
Integritas otot mentalis harus dijaga karena otot tersebut akan
berfungsi untuk memperbaiki implan dengan cara alami. Perhatian
harus dilakukan setiap saat agar tidak merusak otot-otot ini (dapat
menyebabkan asimetri yang dirasakan pada animasi) atau saraf

27
mentalis (dapat menyebabkan kerusakan sensorik sementara atau
permanen).18
Penutupan mukosa dilengkapi dengan dua lapisan dari jahitan
vicryl 5,0 setelah irigasi dilakukan pada lokasi operasi dengan larutan
antibiotik. Antibiotik perioperatif (generasi pertama sefalosporin atau
yang setara) digunakan rutin selama tujuh hari, walaupun kebutuhan
mutlak akan hal ini tetap tidak terbukti.18
Pasien diinstruksikan untuk memakai “a jaw bra” selama satu
minggu secara terus menerus dan kemudian setiap malam selama dua
minggu berikutnya.18

Gambar 3.14. Gambaran catatan untuk rencana insisi setengah


lingkaran pada garis tengah frenulum.18

Gambar 3.15. Gambaran insisi periosteal paramedian setelah elevasi


sebagian tengah otot mentalis (ditarik oleh retraktor Aufricht).18

28
Gambar 3.16. Implan dimasukkan kedalam ruang subperiosteal yang mana
telah ditinggikan dengan tepat.18

b. Pendekatan eksterna
Pisau bedah No. 15 digunakan untuk membuat insisi 1,5-2,0 cm
di lipatan submental setelah infiltrasi lokal 1% lidokain dengan 1 dari
100.000 larutan epinefrin.18
Pembedahan pada bidang supraperiosteal segera dilakukan
dengan irisan halus tipe gunting. Setelah tampak aspek anteroinferior
mandibula, garis tengah yang tepat dibatasi untuk dijadikan panduan
saat penempatan aloplastik. Insisi vertikal paramedian (1,0 cm dari
garis tengah) dibuat di periosteum dan ruang subperiosteal yang tepat,
yang sesuai dengan implan seperti tangan di sarung tangan, diangkat
(pengangkatan periosteal) secara bilateral.18
Implan dimasukkan larutan antibiotik seperti sebelumnya.
Namun, implan sebaiknya tidak dipotong saat melakukan pendekatan
ini. Fiksasi yang diberikan dengan pendekatan intraoral oleh otot
mentalis kurang dengan pendekatan eksternal. Hal ini dapat
berkontribusi terhadap peningkatan migrasi postoperatif secara
teoritis.18
Dengan demikian, implan dimasukkan sebagai keseluruhan unit,
pada satu waktu, ke dalam ruang subperiosteal. Setelah dimasukkan,
implan harus ditambahkan lagi dengan satu atau dua jahitan 5,0 nilon

29
(atau yang setara) dimana jahitan antara alloplastik dan periosteum
dari garis tengah. Insisi eksternal ditutup berlapis-lapis, dengan
menggunakan vicryl 5,0 untuk subkutan dan 5,0 nilon atau jahitan
yang dapat diabsorbsi dengan cepat untuk insisi kulit.18

Gambar 3.17. Insisi eksterna menyediakan akses ke bagian


anteroinferior dari mentum.18

Gambar 3.18. Memasukkan implan dengan mengangkat paramedian


dengan tepat ke ruang subperiosteal.18

Gambar 3.19. Tampakan augmentasi luas pada wajah preoperatif dan


post operatif.17

30
3.2.5. Manajemen Postoperatif
a. Pemijatan yang kuat pada area operasi harus dihindari.
b. Tidur terlentang harus dihindari.
c. Memberitahukan pasien bahwa mungkin akan mengalami sedikit
ketidaknyamanan post-prosedural, seperti kekakuan pada kulit di
daerah tersebut dan mungkin akan mengalami kesulitan sementara
pada mobilitas bibir bawah, terutama saat mereka tersenyum karena
efek sementara prosedur pada fungsi otot depresor bibir bawah.
d. Merekomendasikan penggunaan NSAID selama beberapa hari setelah
perawatan jika diperlukan.17

3.2.6. Komplikasi
a. Cedera n. mentalis dapat terjadi sebagai konsekuensi dari berbagai
teknik augmentasi dagu.
b. Migrasi atau perpindahan implan alloplastik.
c. Reaksi jaringan (bengkak, kemerahan, nyeri, gatal).
d. Gangguan mobilitas bibir bawah.
e. Infeksi.
f. Ketidakpuasan pasien.19

3.3. Cheek Augmentation


Penonjolan pipi adalah ciri keindahan di banyak budaya dan volume
wilayah pipi memberikan penampilan yang awet muda. Seiring waktu, pada
ligamen penahan menyebabkan turunnya kompleks jaringan lunak pipi.
Kompleks jaringan lunak dari superior zygomatikum dan orbitalis inferior
turun secara inferomedial untuk memperdalam lipatan nasolabial. Selain itu,
proses penuaan mengakibatkan hilangnya volume lapisan lemak pipi.20
Augmentasi pipi dengan implan alloplastik adalah teknik yang aman
dan sederhana yang menghasilkan hasil yang sangat memuaskan dan dapat

31
melengkapi prosedur peremajaan wajah lainnya, seperti mengangkat area
midface.20
Awalnya Tessier menggambarkan pembesaran pipi pada rekonstruksi
kraniofasial dengan menggunakan autogenous bone graft. Namun,
penggunaan autogenous bone graft memiliki keterbatasan seperti
ketersediaan terbatas, morbiditas di tempat donor dan resorpsi yang tidak
dapat diprediksi. Gonzalez-Ulloa adalah salah satu ahli bedah pertama yang
menjelaskan augmentasi pipi dengan implan alloplastik. Meskipun implan
alloplastik tidak memiliki keterbatasan melekat pada autogenous bone graft,
menurut Scales dan Winter, implan ideal (biokompatibel, kimiawi inert,
tidak ada reaksi benda asing, tidak bersifat karsinogenik, mudah dibentuk)
tetap sulit dipahami.21

3.3.1. Analisa Pipi


Dengan metode Brown Sisters, metode ini mengukur interpupillary
distance (IPD), yang konstan pada orang dewasa sehat dan tidak berubah
seiring bertambahnya usia. Kemudian, menggambar garis di dahi, pada
jarak yang tetap. Pengukuran ke alis kanan medial dan lateral. Pengukuran
dilakukan di bagian atas alis, karena wanita biasanya tidak merubah alis
bagian atas mereka, memastikan struktur anatomis ini sebagai struktur
evaluasi yang standar. Setiap gambar kemudian memiliki Brow Ptosis Index
yang representatif yang merupakan perhitungan dari jarak alis medial atau
lateral dibagi dengan interpupillary distance. Metode ini juga mengevaluasi
migrasi massa pipi, dengan mengukur jarak dari interpupillary distance dan
sudut ke median vertikal wajah dari sudut paling menonjol dari massa pipi.
Titik yang diukur adalah titik reflektansi maksimum pipi.22
Metode ini telah diakui keabsahan yang dibuktikan oleh empat ahli
bedah plastik yang berbeda untuk menandai titik ini dan tidak menemukan
perbedaan yang signifikan antara keduanya. Oleh karena itu, metode ini
dapat dijadikan standarisasi dengan syarat foto yang diberi penerangan
serupa untuk memberikan kita posisi titik tiga dimensi.22

32
Gambar 3.20. (Kiri) Penilaian posisi Brow : Brow ptosis index (BPI) = Brow
Height / Interpupillary Distance (IPD), (Kanan) Penilaian migrasi massa
pipi: Cheek Mass Index (CMI) = Maximal Cheek Mass Distance (MCMD) /
Interpupillary Distance (IPD) ; α = sudut dari Maximal Cheek Mass (MCM)
ke garis tengah.22

Gambar 3.21. Perubahan massa pipi maksimal pada objek yang diteliti
dengan metode Brown Sisters.22

3.3.2. Indikasi
a. Posttraumatik.
b. Deformitas kongenital.
c. Midface hypoplasia.
d. Very long and narrow face.
e. Wajah tua dengan atrofi dan ptosis dari jaringan lunak.
f. Ketidakseimbangan estetika wajah.21
Dua kategori pertama dapat diidentifikasi dengan riwayat penyakit
pasien. Jika midface hypoplasia dipertimbangkan, oklusi harus diperiksa

33
dengan benar dan sefalogram dievaluasi. Pasien di semua kategori ini dapat
dilakukan augmentasi pipi dengan pertimbangan tiga kategori pertama lebih
banyak ditindaki dengan augmentasi tulang sedangkan empat lainnya
menggunakan augmentasi jaringan yang lebih lunak).21
Augmentasi pipi pada wajah kurus, bulat atau tidak seimbang dapat
menciptakan penampilan yang lebih estetik. Penurunan inferior dari malar
fat pads (seperti yang biasanya terlihat pada penuaan) dapat diperbaiki
dengan implan dan resuspensi jaringan lunak yang tepat.21

Gambar 3.22. Tampakan wajah usia muda dan tua. Terlihat penurunan
malar fat pads pada proses penuaan.23

Gambar 3.23. (A) Midface usia muda terlihat volume pipi menonjol dan
permukaan halus, (B) Midface proses penuaan terlihat kehilangan
homogenitas pada cekungan bawah mata dan lipatan nasolabial yang lebih
mendalam.23

34
3.3.3. Kontraindikasi
Riwayat radiasi, gangguan perdarahan, masalah penyembuhan, atau
obat antikoagulan dianggap kontraindikasi relatif. Infeksi aktif merupakan
kontraindikasi mutlak.21

3.3.4. Teknik Operasi


1. Bergantung pada pilihan dokter bedah, implan malar dapat
ditempatkan melalui pendekatan intraoral, pendekatan kelopak mata,
atau kombinasinya. Area untuk pembesaran yang diinginkan harus
diekspos oleh diseksi subperiosteal. Spasium subperiosteal harus
meluas hingga satu sentimeter di luar area untuk pembesaran. Spasium
besar merupakan titik terendah untuk penyisipan implan berpori yang
lebih mudah dimana jaringan lunak cenderung menempel dan
memberikan perspektif penempatan implan yang akurat. Aspek lateral
tulang infraorbital dan tepi superior lengkungan zygomatic harus
dibebaskan dari jaringan lunak untuk memungkinkan posisi implan.
Implan malar dirancang dengan implan yang memungkinkan
penempatan ideal dan simetris. Implan medial terletak pada aspek
lateral tulang infraorbital dan implan lateral terletak di tepi superior
lengkung zygomatic. Jika orientasi yang berbeda diinginkan, implan
dapat dilepas dengan mudah dengan pisau bedah. Instrumen
pemosisian implan dapat digunakan untuk memudahkan penempatan
implan. Sejajarkan implan di sepanjang tepi infraorbital dan lengkung
zygomatic menggunakan tab registrasi pada implan sebagai panduan
untuk memastikan penempatan simetris implan kiri dan kanan.17
2. Implan dapat distabilkan dengan sekrup atau jahitan. Fiksasi sekrup
dianjurkan untuk mencapai kondisi anatomis yang sesuai dan
rekonstruksi yang direncanakan. Fiksasi sekrup melumpuhkan implan
yang diposisikan dan menghilangkan celah antara permukaan dalam
implan dan permukaan kerangka wajah. Implan Positioning
Instrument dapat digunakan untuk melumpuhkan implan selama

35
fiksasi imobilisasi dan penerapan implan malar ke kerangka seringkali
memerlukan penempatan 2 baut. Satu ditempatkan di penonjolan
malar, yang lain ditempatkan hanya anterior lengkungan zygomatic.
Bila pendekatan intraoral telah digunakan, permukaan lateral sayatan
blepharoplasty memberikan akses ke posisi sekrup (lateral) kedua.17

Gambar 3.24. Pendekatan intraoral dan kelopak mata dalam


pemasangan implan alloplastik augmentasi pipi.17

Gambar 3.25. Memasukkan implan alloplastik dengan menggunakan


Implan Positioning Instrument pada pendekatan kelopak mata.17

3. Penekanan implan ke kerangka wajah sebelum pengeboran dan fiksasi


sekrup. Bor dengan bor yang sesuai dan masukkan sekrup panjang
yang sesuai. Kencangkan sekrup secukupnya untuk menghilangkan

36
celah antara implan dan kerangka wajah serta untuk meminimalkan
profil sekrup. Kesenjangan antara implan dan kerangka akan
menghasilkan peningkatan tak terduga dalam proyeksi yang setara
dengan ukuran celah. Hal ini dapat membatasi prediktabilitas
augmentasi.17

Gambar 3.26. Melakukan pengeboran dan fiksasi implan alloplastik pada


augmentasi pipi.17

3.3.5 Manajemen Postoperatif


1. Pemijatan yang kuat pada area operasi harus dihindari.
2. Tidur terlentang harus dihindari.
3. Merekomendasikan penggunaan NSAID selama beberapa hari setelah
perawatan jika diperlukan.17

3.3.6. Komplikasi
1. Cedera n. infraorbitalis dapat terjadi sebagai konsekuensi dari
berbagai teknik augmentasi pipi.
2. Migrasi atau perpindahan implan alloplastik.
3. Reaksi jaringan (bengkak, kemerahan, nyeri, gatal).
4. Infeksi.
5. Ketidakpuasan pasien.17

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R., Karnadihardja, W., Prasetyo, TOH., Rudiman, R. Buku


Ajar Ilmu Bedah – De Jong. Edisi. 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta. 2013.

2. Greenberg, AM. Prein, J. Craniomaxillofacial Reconstructive and


Corrective Bone Surgery : Principles of Internal Fixation Using The
AO/ASIF Technique. Edisi. 1. Penerbit Springer : Verlag New York. 2002.

3. Prsic, A., Snapp, WK., Bhatt, RA., Elston, DM., Butler, DF. Scar Revision.
Medscape. [Diakses pada tanggal 12 September 2017]. Dari
<http://emedicine.medscape.com/article/2250161-overview?pa=V9njPQ0Lv
HsDIl9Ctt4ZF1jOBkjMRf6LSqdLuR3uu5ZoVWb4CVLaPO2aDxiaX2vB4
3mU9jD%2B1DtnxY47OmyybA%3D%3D>. 2017.

4. Snell, RS. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi. 6. Penerbit


Buku Kedokteran EGC : Jakarta. 2006.

5. Guyton, AC., Hall, JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi. 11. Penerbit
Buku Kedokteran : Jakarta. 2008.

6. Mescher, AL. Histologi Dasar Junqueira Teks & Atlas. Edisi. 12. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta. 2012.

7. Eroschenko, VP. diFiore Atlas of Histology with Functional Correlations.


Edisi. 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. 2010.

8. Rohen, JW., Yokochi, C., Drecoll, EL. Color Atlas Of Anatomy : A


Photographic Study Of The Human Body. Edisi. 7. Wolters Kluwer Health –
Lippincott Williams & Wilkins : Philadelphia. 2011.

9. Sclafani, AP., Jacono, A. Meyers, ADM. Soft Tissue Implants. Medscape.


[Diakses pada tanggal 13 September 2017]. Dari <http://emedicine.
medscape.com/article/843730-overview#a4>. 2015.

10. Torre, JID., Narayan, D. Lip Augmentation. Medscape. [Diakses pada


tanggal 13 September 2017]. Dari <http://emedicine.medscape.com
/article/1288367-overview>. 2016.

38
11. Lemperle, G., Anderson, R., Knapp, TR. Facial Surgery : An Index For
Quantitative Assessment Of Lip Augmentation. Aesthetic Surgery Journal :
The America Society For Aesthetic Plastic Surgery. 30(3) 301-310.
[Diakses pada tanggal 14 September 2017]. Dari <http://escholarship
.org/uc/item/0wg59136>. 2010.

12. Lafaille, P., Benedetto, A. Fillers : Contraindications, Side Effects and


Precautions. Journal of Cutaneous and Aesthetic Surgery. 3(1) : 16-19.
[Diakses pada tanggal 12 September 2017]. Dari <https://www.
ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2890129/>. 2010.

13. Haggerty, CJ., Laughlin, RM. Atlas Operative Oral and Maxillofacial
Surgery. Edisi. 1. Penerbit John Wiley & Sons : New Delhi, India. 2015.

14. Ghali, GE., Larsen, PE., Waite, PD. Peterson’s Principles of Oral and
Maxillofacial Surgery. Edisi. 2. Penerbit BC Decker Inc : Hamilton,
London. 2004.

15. Arroyo, HH., Olivetti, IP., Lima, LFG., Jurado, JRP. Clinical Evaluation for
Chin Augmentation : Literature Review and Algorithm Proposal. Brazilian
Journal of Otorhinolaryngology. 82(5) : 596-601. [Diakses pada tanggal 13
September 2017]. Dari <https://www.sciencedirect.com/science
/article/pii/S1808869415002608>. 2016.

16. Grossman, JA., Caputy, GG. Chin Alloplastic Implant. Medscape. [Diakses
pada tanggal 12 September 2017]. Dari <http://emedicine.
medscape.com/article/1282715-overview>. 2016.

17. Khanna, B. Chin Augmentation With Restylane SUBQ. Facial Aesthetics


Article and Journal. Volume. 3 Nomor. 3. [Diakses pada tanggal 13
September 2017]. Dari <http://www.drbobkhanna.com/pdfs/Chin-
augmentation-with-Restylane-SUBQ-Facial-Aesthetics-Today.pdf>. 2009.

18. Ducic, Y. Technical Points in Alloplastic Chin Augmentation. Department


of Otolaryngology Head and Neck Surgery, University of Texas
Southwestern Medical Center, Dallas. Kugler Publication, The Hague, The
Netherlands. Vol. 6. No. 3pp 143-147. [Diakses pada tanggal 13 September
2017]. Dari <https://www.drducic.com/files/2016/09/Technical-Points-in-
Alloplastic-Chin-Augmentation.pdf>. 2009.

39
19. Johnson, J. Synpor HD Facial Shape System For The Augmentation or
Reconstruction Of The Craniomaxillofacial Skeleton. Depuy Synthes CMF.
[Diakses pada tanggal 14 September 2017]. Dari <https://emea.
depuysynthes.com/hcp/cmf/products/qs/synpor-hd-facial-shape-system>. 2013.

20. Batniji, RK., Meyers, AD. Malar and Submalar Implants. Medscape.
[Diakses pada tanggal 13 September 2017]. Dari <http://
emedicine.medscape.com/article/843020-overview#a6>. 2016.

21. Pearson, GD., Caputy, GG. Malar and Submalar Alloplastic Implants.
Medscape. [Diakses pada tanggal 13 September 2017]. Dari
<http://emedicine.medscape.com/article/1282626-overview#a7>. 2015.

22. Friedman, T., Golan, J., Shalom, A., Westreich, M. The “Brown Sisters” :
Photogrammetric Analysis of Brow and Cheek Descent. Departement of
Plastic Surgery, IMAJ. Volume. 11. [Diakses pada tanggal 13 September
2017]. Dari <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19891234>. 2009.

23. Wulc, AE., Sharma, P., Czyz, CN. The Anatomic Basis of Midfacial Aging.
Springer Science and Business Media. DOI 10.1007/978-1-4614-1007-2_2.
[Diakses pada tanggal 13 September 2017]. Dari <http://www.
springer.com/cda/content/document/cda_downloaddocument/978146141006
5-c1.pdf?SGWID=0-0-45-1265655-p174275067>. 2012.

40
Lampiran 1. Algoritma untuk indikasi augmentasi bibir.10

Analisis subjektif
ketidakselarasan bentuk bibir

Tidak Ya

Tidak ada indikasi untuk Analisis bibir dengan


augmentasi bibir cara mengukur ULH,
LLH, ULP dan LLP.

Apakah orang tersebut


memiliki riwayat trauma atau
deformitas kongenital ?

Tidak Ya

Indikasi Indikasi
augmentasi pembedahan
dagu rekonstruksi
maxillofacial

41
Lampiran 2. Algoritma untuk indikasi augmentasi dagu.15

Analisis subjektif
ketidakselarasan
sepertiga bawah wajah

Analisis posisi dagu


dengan retroposisi ?

Tidak Ya

Tidak ada indikasi untuk Analisis cephalometric


augmentasi dagu +
Evaluasi oklusi gigi

Apakah orang tersebut


memiliki kelainan
morfologi mandibula ?

Tidak Ya

Indikasi Indikasi
augmentasi pembedahan
dagu ortognatik

42
Lampiran 3. Algoritma untuk indikasi augmentasi pipi.21

Analisis subjektif
ketidakselarasan bentuk pipi
atau penurunan massa pipi

Tidak Ya

Tidak ada indikasi untuk Analisis pipi dengan


augmentasi pipi menggunakan metode
Brown Sisters

Apakah orang tersebut memiliki riwayat


trauma atau deformitas kongenital pada
os. maxillaris dan os. zygomatikum ?

Tidak Ya

Indikasi Indikasi
augmentasi pipi pembedahan
rekonstruksi
craniomaxillofacial

43

Anda mungkin juga menyukai