A. Penskalaan Stimulus
Dalam contoh skala yang dimaksudkan untuk pengukuran stress (Prabandari, 1989), yang
aitem-aitemnya antara lain adalah:
Merasa dibenci oleh seseorang {Ya} {Tidak}
Perubahan keadaan ekonomi keluarga {Ya} {Tidak}
Berapakah skor yang akan diberikan untuk jawab “ya” yang menjadi indikasi adanya stress?
Untuk prosedur yang digunakan disini, meskipun pada gilirannya nanti skor akan
diberikan pada respons namun angka skornya ditentukan lewat penskalaan stimulusnya. Dengan
kata lain, letak stimulus pada kontinum stress ditentukan kebih dahulu dan angka pada titik
kontinum itu dijadikan skor bagi jawaban “ya”. Prabandari (1989) menggunakan metode Interval
Tampak-Setara (Method of Equal-Appearing Intervals) (Edwards, 1957; Azwar, 1995).
Berikut adalah langkah-langlah yang dilakukan dalam prosedur penskalaan dengan
metode Interval Tampak-Setara:
1. Tentukan lebih dahulu banyaknya kategori interval (dalam jumlah ganjil) pada suatu kontinum
yang hendak dipergunakan untuk menilai tingkat stress bagi apa yang dideskripsikan oleh aitem.
Misalnya digunakan sebelas interval sebagai berikut:
A B C D E F G H I J K
Huruf-huruf pada kontinum mewakili letak yang semakin ke kanan berarti semakin tingginya
tingkat stress bagi apa yang dideskripsikan oleh aitem. Semakin ke kiri berarti tingkat stressnya
semakin rendah atau ringan. Jarak kualitatif antara masing-masing huruf yang membentuk
deretan kontinum ini tidak diketahui sehingga mestinya deretan huruf-huruf tersebut berada pada
tingkatan pengukuran ordinal, namun dengan memperhatikan jarak kuantitatif yang sama di
antara huruf yang satu dengan yang lain maka diasumsikan bahwa subjek yang memberi
penilaian terhadap kualitas objek akan mempersepsi kesamaan jarak tersebut secara kualitatif
pula. Apabila asumsi ini berlaku, maka kita dapat menganggap bahwa deretan huruf-huruf
tersebut berada pada jarak-jarak interval yang setara.
2. Sekelompok subjek diminta untuk bergantian dan secara independen memberikan penilaian
mereka masing-masing mengenai tingkatan stress bagi apa yang dideskripsikan oleh aitem,
dengan cara memberi tanda pada kotak/huruf yang dianggap paling mewakili letak aitem pada
kontinum yang bersangkutan. Setelah selesai, hasil penelitian yang telah dilakukan oleh seluruh
objek untuk setiap aitem kemudian ditabulasikan.
1|Page
3. Sekarang kita kembali contoh aitem pertama, yaitu “Merasa dibenci oleh seseorang”. Kita
misalkan hasil penilaian yang dilakukan oleh subjek terhadap aitem ini disajikan dalam Tabel 1.
f A B C D E F G H I J K
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 23 85 54 26 0 0 0 0 0 0
P 060 115 425 270 150 0 0 0 0 0 0
pk 060 175 600 870 10 10 10 10 10 10 10
Tabel 1 : Data Hasil Penilaian Tingkat Stress untuk Aitem “Merasa dibenci oleh seseorang” oleh
200 orang subyek
Dalam contoh pada Tabel 1 banyaknya subjek (N) adalah 200 orang. Huruf f berarti frekuensi,
yaitu banyaknya subjek yang menempatkan aitem ke dalam kotak interval tertentu. Kita lihat,
sebagai contoh, kotak C mempunyai f sebesar 85. Artinya, ada 85 orang subjek yang
menganggap bahwa apa yang dideskripsikan oleh aitem yang bersangkutan mengandung stress
dalam tingkat yang cenderung rendah.
Selanjutnya, p berarti proporsi yang merupakan perbandingan antara frekuensi subjek pada setiap
huruf dan banyaknya subjek dalam kelompok penilai seluruhnya. Jadi, p = f/ N. Sebagai contoh,
pada huruf B yang f = 23 akan diperoleh p = 23/200 = 0,115. Kesemua harga p ini apabila
dijumlahkan harus sama dengan 1,0.
Simbol pk berarti proporsi kumulatif, yaitu jumlah proporsi pada interval atau angka tertentu
ditambah semua proporsi di bawahnya. Pada angka 4 atau huruf D terdapat proporsi sebesar
0.270, karena itu proporsi kumulatif untuk angka 4 adalah pk = 0,270 + 0,425 + 0,115 + 0,060 =
0,870. Proporsi kumulatif ini dengan mudah dapat pula ditentukan dengan menambahkan
proporsi pada angka tertentu dengan proporsi kumulatif sebelumnya. Jadi, pk untuk angka 4
dapat juga dihitung sebagai 0,270 + 0,600 = 0,870.
4. Hitung nilai skala pada aitem tersebut, yaitu suatu nilai yang mewakili rating atau judgment
dari keseluruhan subjek terhadap aitem yang bersangkutan. Nilai termaksud diestimasi lewat
harga mediannya yang dalam prosedur penskalaan ini diberi lambing S. Rumusannya adalah:
S= bb + (0,50 – pkb) p/i
bb = batas bawah angka yang berisi median
pkb = proporsi kumulatif di bawah kategori angka yang berisi median
p = proporsi pada kategori angka yang berisi median
I = luas interval angka yang dalam hal ini sama dengan 1
Sebagaimana diketahui dalam Statistika, median adalah suatu angka yang membatasi 0,500
proporsi atau 50% frekuensi angka yang lebih kecil daripada angka median tersebut. Untuk
menemukan letak median, kita lihat pada kotak atau kategori dalam table yang berisi proporsi
kumulatif 0,500. Dari contoh hasil penelitian dalam Tabel 1, tampak bahwa proporsi kumulatif
2|Page
pada huruf B hanya 0,175 sedangkan proporsi kumulatif pada huruf C adalah 0,600 sehingga
proporsi subjek sebesar 0,500 tentu berada dalam interval huruf C atau pada angka 3.
Batas bawah interval yang berisi angka 3, yaitu angka yang berisi median, adalah bb = 2, 50.
Batas bawah ini berada di tengah-tengah di antara angka 2 dan angka 3. Kita lihat bahwa
proporsi kumulatif sebelum angka 3, yaitu ada angka 2, adalah pkb = 0,175 sedangkan proporsi
pada angka 3 adalah p = 0,060. Dengan demikian perhitungan nilai skala untuk aitem ini adalah
sebagai berikut:
S = 2,50+[(0,500-0,175)/0,600]1
S = 3,04
Inilah nilai skala untuk aitem “Merasa dibenci oleh orang seseprang” yang merupakan titik
letaknya pada suatu kontinum stress yang berskala interval. Jawab “ya” terhadap aitem ini akan
diberi skor sesuai dengan nilai skalanya, yaitu 3,04.
Selanjutnya kita contohkan penskalaan untuk aitem yang berbunyi “Perubahan keadaan
ekonomi keluarga” dengan mengandaikan data penilaiannya diperoleh seperti dalam Tabel 2.
f A B C D E F G H I J K
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
0 3 15 24 26 43 67 18 4 0 0
p 0 015 075 120 150 215 335 09 02 0 0
k 0 015 090 210 340 555 890 98 10 10 10
Tabel 2. Data Hasil Penilaian Tingkat Stress untuk Aitem “Perubahan keadaan ekonomi
keluarga” oleh 200 Orang Subyek
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa median frekuensi subjek berada dalam interval
kategori F (angka 6), yaitu yang berisi pk = 0,555 sehingga diperoleh:
dengan demikian, nilai skala untuk aitem ‘perubahan keadaan ekonomi keluarga’ kita
peroleh :
s = 5.50+[{0.500-0.340}/0.215]1
s = 6.24
3|Page
jelaslah dalam contoh fiktif ini bahwa mengalami perubahan keadaan ekonomi keluarga”
dianggap lebih menyebabkan stress daripada “merasa dibenci oleh seseorang”. Apabila prosedur
ini dilanjutkan ke semua aitem yang telah ditulis maka akan diperoleh nilai skala atau skor bagi
setiap jawaban “ya” yang dapat dijumlahkan yang pada akhirnya merupakan skor bagi tingkatan
stress yang dialami oleh responden yang bersangkutan. Untuk jawaban ‘tidak’ tentu tidak diberi
skor (atau diberi nilai nol) dikarenakan jawaban ‘tidak’ berarti responden yang bersangkutan
tidak mengalami hal yang di deskripsikan oleh aitem.
B. Penskalaan Respons
Salah satu format respon yang sering digunakan dalam skala psikologi adalah format lima
pilihan yang merupakan jawaban terhadap aitem yang terbentuk pernyataan. Berikut ini disajikan
beberapa contoh :
Merasa gelisah dikantor memikirkan keadaan anak anak dirumah
[TF] [JR] [KD] [SR] [SL]
Pernyataan pernyataan ini adalah suatu aitem dalam skala konflik peran-ganda yang
mengindikasikan adanya konflik tersebut (aitem yang bersifat favorable) arti pilihan jawaban
adalah TF = tidak perna, JR = jarang, KD = kadang-kadang, SR = sering, dan SL = selalu .
5|Page
sebagai contoh ini, pk-t untuk kategori jawaban KD adalah ½(0,295)+0,200 = 0,3475 atau
0,348. Sedangkan besarnya pk-t untuk kategori s1, adalah ½(0,070)+0,930 = 0,965.
Jarak diantara kategori kategori respons dinyatakan oleh jarak nilai z. nilai z merupakan
titik letak bagi setiap kategori respons disepanjang sutatu kontinum yang berskala interval seperti
yang kita inginkan. Nilai deviasi z diperoleh dengan cara melihat besarnya harga z untuk masing
masing. Pk-t dari table deviasi normal (lampiran A). dalam contoh ini untuk kategori KD yang
memiliki pk-t = 0,348 telah ditemukan z = -0,965 telah ditemukan nilai z = 1,812. Nilai nilai z
inilah yang merupakan skor bagi pilihan jawaban yang bersangkutan.
Pada lajur z+2,326 kita meletakan titik terendah skor pilihan jawaban pada angka nol.
Hal ini dilakukan untuk menghindari skor negative yang kurang lazim digunakan dalam skala
skala piskologi, bahkan biasanya, dilakukan pembulatan bagi angka angka skor tersebut dengan
cara menghilangkan decimal yang berharga kurang dari 0,50 dan membulatkan ke atas decimal
yang sama dengan atau lebih besar daripada 0.50 apabila hal ini dilakukan maka akan diperoleh :
Kategori respons
TP JK KD SR SL
z+2,326 0 1.099 1.935 2.888 4.138
pembulatan 0 1 2 3 4
Dalam contoh di atas, diperoleh angka yang berinterval sama. Namun harus diingat
bahwa hal tersebut tidak selalu dapat terjadi. Perhatikan contoh berikut.
Kategori respons
SS S E TS STS
f 16 29 62 73 20
p= f/N .080 .145 .310 .365 .100
pk .080 .225 .535 .900 1.000
pk-t .040 .153 .380 .718 .950
z -1.751 -1.024 -.305 .577 1.645
z+1.751 0 .727 1.446 2.328 3.396
pembulatan 0 1 1 2 3
6|Page
Pada contoh di atas, perhatikan bahwa dikarenakan sifat aitem yang tidak-favorabel
maka susunan pilihan jawaban dibalik sehingga pilihan SS berada paling kiri dan
pilihan STS berada paling kanan. Tampak pula bahwa hasil penskalaan menempatkan
jawaban S dan E pada titik yang sama atau harus diberi skor yang sama. Hal itu
menunjukkan bahwa isi aitem yang bersangkutan tidak mampu membedakan antara
individu yang memilih jabwaban S dan E.
C. Penskalaan Subjek
Penskalaan yang berorientasi pada subjek bertujuan meletakkan individu-individu pada
suatu kontinum penilaian sehingga kedudukan relatif individu menurut suatu artibut yang diukur
dapat diperoleh. Oleh karena itu, pendekatan ini digunakan oleh perancang skala yang tidak
begitu merisaukan cara bagaimana memberikan bobot nilai bagi stimulus atau respons. Biasanya
setiap respons yang positif diberi bobot skor yang sama sekalipun dasar untuk melakukan hal itu
tidak jelas. Namun, karena prosedur ini memiliki nilai praktis yang tinggi, maka banyak diikuti
oleh para perancang skala psikologi. Kita lihat contoh-contoh aitem dalam Skala Asertuvutas
berikut.
Seseorang menyalakan rokok dalam bis berAC yang sedang anda tumpangi
a. Saya tegur dan ingatkan akan larangan merokok dalam bis
b. Saya diamkan saja meskipun saya terganggu dan jengkel
Anda melihat kenalan anda secara tidak sadar memasukkan bolpoin yang dipinjamnya
dari anda ke dalam saku bajunya
a. Saya ingatkan sambil tersenyum
b. Apa boleh buat, lagi pula bolpoin tidak seberapa
Pilihan jawaban a pada kedua contoh di atas, merupakan pernyataan yang berisi indikasi adanya
asertivitas dibandingkan adanya asertivitas. Oleh karena itu, pada kedua contoh ini pilihan
jawaban a diberi skor 1 dan pilihan jawaban b tidak diberi skor atau diberi skor nol. Pada
gilirannya, semua skor aitem yang diperoleh oleh subjek akan dijumlahkan dan merupakan letak
titik skor individu pada suatu kontinum asertivitas. Lihat juga contoh aitem untuk Skala Motivasi
Belajar berikut;
Anda dan teman-teman akrab telah sepakat untuk menonton bersama film yang sejak
lama ingin anda lihat di bioskop pada hari Sabtu depan. Karena suatu hal, tiba-tiba
teman-teman anda semua memutuskan untuk memajukan hari nonton bersama menjadi
hari Kamis malam, padahal anda harus belajar karena pada hati Jum’at pagi anda akan
menghadapi ulangan
a. Karena sudah janji, saya akan ikut nonton bersama
b. Semoga pulang nonton tidak larut sehingga masih sempat belajar
7|Page
c. Saya nonton sendirian saja pada hari Sabtu
Untuk contoh ini, dan pilihan a diberi skor O karena isi pernyataannya tidak mengindikasikan
adanya motivasi belajar, pilihan jawaban b diberi skor 1 dikarenakan isi pernyataannya relatif
mengindikasikan adanya motivasi untuk belajar, sedangkan pilihan c diberi skor 2 karena isi
pernyataannya memuat indikasi motivasi belajar yang tinggi.
Sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab 2, respons-respons positif terhadap aitem
favorable akan diberi bobot yang lebih tinggi daripada respons negatif sedangkan untuk aitem
tak favorable, respons positif akan diberi skor yang bobotnya lebih rendah daripada repons
negatif. Hal ini terutama benar pada pengembangan skala sikap atau yang sejenisnya dengan
menggunakan pendekatan penskalaan subjek dimana penyusun skala tidak begitu
mengkhawatirkan masalah komputasi skor dengan deviasi normal. Lihat contoh aitem favorable
berikut;
02. Saya memikirkan cara agar hasil kerja a. sangat sering
saya menjadi lebih baik b. sering
c. kadang-kadang
d. tidak pernah
Dalam contoh aitem yang mengukur Semangat Kerja ini karena sifat aitem yang
favorable maka penskalaan subjek akan memberikan skor bagi pilihan jawaban a = 4, b = 3, c =
2, d = 1, dan c = 0. Sebaliknya, pada aitem yang berikut:
03. kadang-kadang saya jengkel dengan pekerjaan saya disini a. sangat sering
b. sering
c. kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
karena sifat aitem yang tidak favourable maka respon negative diberi skor yang lebih tinggi,
yaitu a = 0, b = 1, c = 2, d = 3, dan c = 4.
Sebagian penyusun skala memberikan skor yang bergerak antara 1 sampai dengan 5,
bukan 0 sampai dengan 4, pada aitem yang responnya terdiri atas lima pilihan. Hal ini, meskipun
tidak salah, akan menghasilkan rentang skor skala yang kurang lazim dalam sudut pandang
pengukuran.
Kalau misalnya banyaknya angka adalah 40, maka dengan skor respons 0 ¼ 4 secara
teoritis akan diperoleh rentang skor skala antara (0*40) sampai dengan (4*40)nyaitu antara 0
sampai dengan 160 yang mudah diterima sebagai suatu kewajaran karena meskipun berada pada
level ordinal awal suatu kontinum dalam pengukuran pada umumnya memang diletakkan pada
8|Page
titik 0. Bila respons diberi skor antara 1 sampai dengan 5, maka 40 aitem akan menghasilkan
rentang skor skala yang berkisar antara (1*40) sampai dengan (5*40) atau 40 sampai dengan 200
di mana angka 40 terasa lebih sukar untuk di asosiasikan sebagai titik pangkal pengukuran.
Sementara pengembang skala yang lain bahkan memberi skor lima pilihan yang bergerak
antara -2 sampai dengan +2 atau untuk tujuh pilihan skornya bergerak antara -3 sampai dengan
+3, masing-masing dengan skor 0 untuk titik tengah. Dengan 40 aitem, akan diperoleh rentang
skor skala yang bergerak antara (-2*40) sampai dengan (+2*40) yaitu bergerak antara -80 sampai
dengan +80. Sekali lagi, cara ini tidak ada salahnya untuk digunakan namun biasanya kurang
disukai karena selain meletakkan titik terendah pada angka negative adalah kurang lazim tapi
juga bekerja dengan angka-angka negatif lebih sukar daripada bekerja dengan angka-angka
positif.
9|Page