Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HERNIA INGUINALIS LATERALIS


DI RUANG MAWAR
RS WIJAYA KUSUMA LUMAJANG

PERIODE TANGGAL 27 MEI – 1 JUNI 2019

Oleh :

NAMA : PINGKAN MAULIDA YULIA HAPSARI


NIM : 172303101080

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN INI TELAH DISAHKAN PADA
TANGGAL ................................. 2019

MAHASISWA

PINGKAN MAULIDA YULIA HAPSARI


NIM. 172303101080

MENGETAHUI,
PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING AKADEMI

....................................................... .......................................................
NIP. .............................................. NIP. ..............................................

KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Hernia adalah suatu tonjolan dari organ dan sebagian organ intra-abdominal
keluar kavum abdomen melalui lakus minoris (facial defek) dinding abdomen dan
masih meliputi peritoneum (Sjamsuhidayat, 2009)
Hernia inguinalis lateralis (indirek) adalah hernia yang melalui analus inguinalis
internus yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar kerongga perut melalui analus inguinalis eksternus (Henderson:
2008).
Sedangkan menurut (Joseph, 2018), Hernia inguinalis adalah kondisi yang
terjadi ketika jaringan lunak dalam tubuh, biasanya sebagian dari usus, menonjol
melalui melalui bagian yang lemah atau robek di bagian bawah perut dekat lipatan paha.
Biasanya akan menonjol keluar dari pusar.

B. Etiologi
Menurut (Jospeh, 2018)
a. Kongenital.
Terjadi akibat prosesus vaginalis pertenium persisten disertai dengan annulus
inguinalis yang cukup lebar.
b. Didapat.
Ditemukan adanya faktor kausal/predisposisi yang berperan untuk timbulnya
hernia:
a) Prosesus vaginalis yang tetap terbuka.
b) Peninggian tekanan intra abdomen:
1. Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.
2. Batuk kronik : bronchitis kronik, TBC.
3. Hipertrofi prostat, striktur uretra, konstipasi, asites.

C. Patofisiologi dan Pathway


1. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesusvaginalis pada waktu kehamilan yang
dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalisinguinalis, faktor
yang kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan
mengangkat benda berat dan factor usia, masuknya isi rongga perut melalui
kanalingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari
anulusingunalisekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke
skrotum karena kanalinguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga
menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual
juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk
berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan
terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia
strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus
sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan
kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan
menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses local atau prioritas jika terjadi hubungan dengan
rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltikusus yang bisa
menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu
perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat
dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah. (Joseph, 2018)
2. Pathway
Faktor di dapat (batuk kronis,
faktor congenital mengejan saat defekasi,
(kegagalan pekerjaan mengangkat benda
penutpanprosesusvaginali berat)
s pada waktu kehamilan)

Peningkatan tekanan intra abdomen

Masuknya isi rongga perut melalui kanalisi inguinalis

Jika cukup panjangakan menonjol keluar dari analus inguinali seksternus

Tonjolan akan sampai ke spektrum

Hernia

Tidak dapat timbul Dapat timbul secara spontan


secara spontan (manual)

Tindak pembedahan Post operasi hernia


Adanya
lukainsisi
System irigasi Penurunan Perawatan luka
fungsi usus Diskontinuita yang kurang
s jaringan
Keseimbanga
n cairan Deficit Resiko
cairan nyeri infeksi

Kekurangan
volume Nutrisi Ketidaknyam
Gangguan anan/keterbat
cairan inadekuat
integritas kulit asan gerak

Kebutuhan nutrisi Aktifitas terganggu


kurang dari
kebutuhan
tubuh Imobilitas
Kurang informasi fisik

Kurang pengetahuan
Pathway post operasi
Proximal prosesus vaginalis

Gagal menutup

Membentuk kantung hernia

Pembedahan
Resiko infeksi

(Hidayat, 2009)
nyeri

2. Manifestasi Klinis
Menurut (Hidayat, 2009)
1. Benjolan dilipat paha yang timbul hilang. Muncul saat penderita berdiri, batuk, bersin,
mengedan atau mengangkat barang berat dan menghilang saat penderita berbaring.
2. Nyeri disertai muntah timbul bila terjadi inkarserasi atau strangulasi.
3. Mual dan kembung
4. Tidak flatus / BAB.

3. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Hidayat, 2009)
1. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus
terlokalisis.
2. Urinalisis
Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.
3. Pemeriksaan Laboratorium.
4. Pemeriksaan darah lengkap.
5. Pemeriksaan Elektrolit
Ketidakseimbangan elektrolit akan mengganggu fungsi organ, misalnya penurunan
kalium akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung, mengarah kepada
penurunan curah jantung.
6. AGD (Analisa Gas Darah)
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
7. ECG ( Elektrocardiograf )
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas perhatian untuk
memberikan anestesi.
4. Penatalaksanaan
Menurut (Joseph, 2018)
1. Farmakologi
Penatalaksanaan hernia inguinalis secara farmakologi dapat dilakukan dengan
pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi
infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit. Menurut Amin Huda
Nurarif dalam buku Nanda NIC- NOC tahun 2015 jilid 2 yaitu:
a. Reposisi yaitu suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia kedalam vacuum
peritoni atau abdomen.
b. Suntikan dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau kinin di
daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis
atau penyempitan sehingga isi hernia keluar dari vacuum peritoni.
c. Sabuk Hernia diberikan pada pasien hernia yang masih kecil dan menolak
untuk dilakukan operasi.
Penatalaksanaan farmakologi hernia inguinalis juga dapat dilakukan secara bedah
(operatif) yang terbagi menajdi 3 tahap:
a. Herniotomy Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke cavum abdomalis.
b. Hernioraphy Mulai dan mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas miobliquus intraabdomalis dan
mitrasnversus abdominis yang berinserio di tuberculum pubicum).
c. Hernioplasty Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar
LMR hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot
hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam menurut
kebutuhannya (Ferguson, Bassini, Halsted, Hernioplasty pada hernia inguinalis
media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara Mc.Vay).

2. Non Farmakologi
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melalukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Reposisi ini tidak silakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien
anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia
dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Selain itu
pengobatan konservatif juga dapat dilakukan dengan cara istirahat di tempat tidur
dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju abdomen
(reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong, jika suatu operasi daya putih isi
hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi
kembali, celana penyangga, istirahat baring, dan lain-lain. Reposisi hernia Hernia
dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan dan penggunaan
alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian
korset.

G. Komplikasi
Menurut (Joseph, 2018)
1. Muntah
2. Perdarahan
3. Syok
4. Kembung
5. Radang paru
6. Retensio urine
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Anamnesa (Walkinson, 2011)
1. Biodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur, penanggung jawab, pekerjaan,
pendidikan, agama, alamat, suku bangsa.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan masa lalu : Penyakit (masa kanak-kanak, penyakit yang terjadi
secara berulang-ulang, operasi yang pernah dialami). Alergi : Kebiasaan (merokok,
minum kopi, dll).
d. riwayat kesehatan keluarga
Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain. Faktor resiko terhadap
kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit jantung, TBC, Epilepsi, dll.
e. Keadaan psikologis
Perilaku, Pola emosional, Konsep diri, Penampilan intelektual, Pola pemecahan
masalah, Daya ingat.
b. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum.
2. Tanda-tanda vital : Tekanan Darah, Suhu, Nadi, Respirasi.
3. Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah, kemampuan menelan,
mengunyah, bentuk peut, BU, distensi abdomen, dll.
4. Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin, warna mukosa,
perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan, nyeri dada, frekwensi pernafasan,
jenis pernafasan, bunyi nafas, dll.
5. Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi jantung, tekanan darah,
pembesaran jantung, Cyanosis, dll.
6. Sistem integumen
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya, integritas, perubahan
warna, keringat, eritema, kuku, rambut (kebersihan, warna, dll.)
7. Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman mata, pergerakan
bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil, nervus 1 s.d. 12, kaku kuduk, dll.
8. Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh, ukuran kepala dan
ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor ekstremitas, dll.
9. Sistem muskuloskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot, deformitas,
kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.
10. Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, dll.
Perempuan: pembengkakan benjolan, nyeri, dll.
11. Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang, inkontinensia,
retensi urine, dll.

B. Prioritas Masalah Keperawatan (Sesuai dengan Pathway)


1. Nyeri
2. Imobilitas Fisik
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Kekurangan volume cairan
5. Gangguan integritas kulit
6. Risiko infeksi
7. Kurang pengetahuan

Diagnosa Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
a. Definisi
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti kerusakan
(Internasional Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau perlahan
dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat
diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan.
b. Batasan Karakteristik
Subjektif :
a. Melaporkan [nyeri] dengan isyarat (mis., menggunakan skala nyeri)
b. Melaporkan nyeri

Objektif :
a. Respon otonom (mis., diaforesis; perubahan tekanan darah, pernapasan, atau denyut
jantung; dilatasi pupil)
b. Perilaku distraksi (mis., gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan berlebihan, peka
terhadap rangsang, dan menghela nafas panjang)
c. Wajah topeng
d. Sikap melindungi
e. Fokus menyempit (mis., gangguan persepsi waktu, gangguan proses pikir, interaksi
dengan orang lain atau lingkungan menurun)
f. Bukti nyeri yang dapat diamati
g. Posisi untuk menghindari nyeri
h. Perilaku menjaga atau sikap melindungi
i. Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidak menentu, dan
menyeringai)

c. Faktor Yang Berhubungan


Agens-agens penyebab cedera (mis., biologis, kimia, fisik, dan psikologis)

C. Intervensi Keperawatan
Masalah Keperawatan : (Nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan)

NOC NIC
1. Tujuan Tuliskan tindakan keperawatan yang dapat
Agar nyeri berkurang dan ttv
digunakan untuk mengatasi masalah
normal.
keperawatan yang meliputi:
2. Kriteria hasil
1. Pendidikan kesehatan
a. Menunjukkan mobilitas yang
2. Tindakan mandiri :
aman
a. Kaji nyeri, catat lokasi intensitas
b. Meningkatkan kekuatan dan
(Skala 0 – 10)
fungsi bagian tubuh yang
Rasional : Membantu
sakit
mengevaluasi derajat
ketidaknyamanan dan keefektifan
analgesic atau dapat menyatakan
terjadinya komplikasi.
b. Pantau tanda-tanda vital
Rasional : Respons autoromik
meliputi perubahan pada TD, nasi
dan pernafasan yang berhubungan
dengan keluhan/penghilangan
nyeri
c. Dorong Ambulasi diri
Rasional : Meningkatkan
normalisasi fungsi organ contoh
merangsang perstaltik dan
lelancaran flaktus
d. Ajarkan teknik relaksasi dan
Distraksi
Rasional : Meningkatkan
ostirahat, memusatkankembali
perhatian dapat
meningkatkankoping
3. Tindakan kolaborasi :
a. Kolaborasi Pemberian Obat
Alagetik
Rasional : Memberikan
penurunan nyeri hebat
4. Observasi perkembangan

D. Masalah Keperawatan Lain Yang Bisa Terjadi (Disertai Rencana Tindakan


Keperawatan minimal intervensi lengkap untuk 1 diagnosa keperawatan
tambahan)

Masalah Keperawatan :
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ketahanan tubuh.
a. Definisi
Hambatan mobilitas fisik (imobilisasi) adalah keterbatasan dalam gerakan fisik
satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah (Herdman, 2018).
b. Batasan Karakteristik
1. Gangguan sikap berjalan
2. Penurunan keterampilan motorik halus
3. Penurunan keterampilan motorik kasar
4. Penurunan rentang gerak
5. Waktu reaksi memanjang
6. Kesulitan membolak-balik posisi
7. Ketidaknyamanan
8. Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti gerakan
9. Dyspnea setelah beraktivitas
10. Tremor akibat bergerak
11. Instabilitas postur
12. Gerakan lambat
13. Gerakan spastik
14. Gerakan tidak terkoordinasi (Herdman, 2018).

c. Faktor Yang Berhubungan


Beberapa faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya imobilisasi (imobilitas fisik),
yaitu:
1. Intoleran aktivitas
2. Ansietas
3. Indeks massa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia
4. Kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat
5. Penurunan kekuatan otot
6. Penurunan kendali otot
7. Penurunan massa otot
8. Penurunan ketahanan tubuh
9. Depresi
10. Disuse
11. Kurang dukungan lingkungan
12. Kurang pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik
13. Kaku sendi
14. Malnutrisi
15. Nyeri
16. Fisik tidak bugar
17. Keengganan memulai pergerakan
18. Gaya hidup kurang gerak (Herdman, 2018).

d. Rencana Tindakan
NOC NIC
1. Tujuan Tuliskan tindakan keperawatan yang dapat
Pasien dapat beraktivitas dengan
digunakan untuk mengatasi masalah
nyaman.
keperawatan yang meliputi:
2. Kriteria hasil
1. Pendidikan kesehatan
a. Menunjukkan mobilitas yang
2. Tindakan mandiri :
aman
a. Berikan aktivitas yang disesuaikan
b. Meningkatkan kekuatan dan
dengan pasien
fungsi bagian tubuh yang
Rasional : Imobilitas yang dipaksakan
sakit
dapat memperberat keadaan
b. Anjurkan pasien untuk beraktivitas
sehari-hari dalam keterbatasan pasien
Rasional : Partisipasi pasien akan
meningkatkan kemandirian pasien.
c. Anjurkan keluarga dalam melakukan
meningkatkan kemandirian pasien
Rasional : Keterbatasan aktivitas
bergantung pada kondisi yang khusus
tetapi biasanya berkembang dengan
lambat sesuai toleransi
3. Tindakan kolaborasi :
a. Kolaborasi dalam pemberian obat
Rasional : Obat dapat meningkatkan
rasa nyaman dan kerjasama pasien
selama melakukan aktivitas
4. Observasi perkembangan
DAFTAR PUSTAKA

Ahern, R. Nancy & Walkinson, M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Nanda Edisi 9.
Jakarta: EGC.
Deni Yasmara, et al. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah: Diagnosis
NANDA-1 2015-2017 intervensi NIC hasil NOC. Jakarta: EGC.
Henderson, M.A. 2002. Ilmu Bedah Perawat. Jakarta: Yayasan Masentha Medica.
Herdman, T. H., 2018. NANDA-I Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.
11 ed. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Joseph, Novita. 2018. Apa Itu Hernia Inguinalis?. Dari
https://hellosehat.com/penyakit/hernia-inguinalis-adalah/. Diakses pada [15 April 2019].
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. Jakarta: EGC.
Puruhito, Soetanto Wibowo & Soetomo Basuki. 1993. Pedoman Tehnik Operasi “OPTEK”.
Surabaya: UNAIR Press.

Anda mungkin juga menyukai