Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEKNOLOGI MINYAK BUMI DAN GAS

“ ZAT PELARUT MINYAK BUMI ”

Disusun Oleh :

Almafitri Octavirany H. ( 03031381722083 )


Fahira Nuzulul Hulwa ( 03031381722075 )
Ferina ( 03031381722092 )
Hani Alya Novianti ( 03031181722017 )
Indry Permata Hani ( 03031381722086 )
Nurul Faradillah A. ( 03031381722090 )
Rizki Hidayat ( 03031281722047 )

i
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Teknologi Minyak
Bumi dan Gas dengan judul “Zat Pelarut Minyak Bumi”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Teknologi Minyak Bumi dan Gas yaitu bu Novia
ST.,MT.,Ph.D . Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

ii
Palembang, Januari 2019

DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2

1.4 Manfaat .................................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

2.1 Pengertian Zat Pelarut Minyak Bumi ...................................................................... 3

2.2 Macam-Macam Zat Pelarut Minyak Bumi .............................................................. 3

2.3 Senyawa Turunan Zat Pelarut .................................................................................. 5

2.4 Pengolahan Zat Pelarut dari Minyak Bumi ............................................................ 10

2.5 Penggunaan Zat Pelarut dari Minyak Bumi dalam Industri................................... 12

iii
BAB 3 PENUTUP ....................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 13

3.2 Saran ...................................................................................................................... 13

SOAL PILIHAN GANDA ........................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 15

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak bumi telah digunakan manusia sejak zaman kuno lebih dari 4000 tahun yang
lalu dan sampai saat ini masih merupakan komoditas yang penting. Minyak bumi
menjadi bahan bakar utama setelah ditemukannya proses distilasi minyak tanah dari
minyak bumi yang terus berkembang menjadi kilang-kilang minyak modern seperti
saat ini.

Saat ini minyak bumi masih menjadi sumber energi terbesar di banyak kawasan di
dunia. Penggunaanya sangat luas terutama sebagai bahan bakar industri, transportasi,
dan bahan bakar industri petrokimia. Akan tetapi, penggunan energi minyak bumi
yang tak terkendali ternyata berdampak negatif bagi lingkungan.

Zat pelarut atau solven yang berasal dari minyak bumi terdiri dari campuran senyawa hidrokarbon
parafin, naften, dan aromat. Zat pelarut yang terutama terdiri dari senyawa hidrokarbon aromat yang
disebut zat pelarut aromatis. Sedamgkan yang utama dari campuran senyawa hidrokarbon parafin
dan naften disebut zat pelarut alifatis. Zat pelarut alifatis diperoleh dari distilasi minyak mentah dan
merupakan fraksi bensin, sehingga berbau bensin, sedangkan zat pelarut aromatis diperoleh dengan
proses reforming. Zat pelarut aromatis juga dapat diperoleh dari industri batubara. Zat pelarut
aromatis mempunyai bau yang kuat yang disebabkan oleh bau senyawa aromat. Zat pelarut
hidrokarbon pada umumnya stabil, yaitu zat pelarut umumnya tidak bereaksi dengan bahan-bahan,
tidak terurai karena pemanasan yang sedang atau karena adanya air. zat pelarut hidrokarbon
umumnya tidak mudah bereaksi, tidak mudah terurai, dan tidak korosif terhadap
logam. Contoh pelarut yang berasal dari minyak bumi adalah benzena dan petrolium
eter.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :

a. Apa itu zat pelarut minyak bumi?

1
b. Bagaimana macam-macam zat pelarut dari minyak bumi?

c. Apa saja senyawa turunan zat pelarut?

d. Bagaimana pengolahan zat pelarut dari minyak bumi?

e. Bagaimana penggunaan zat pelarut dari minyak bumi dalam industri?

2
1.3 Tujuan

Tujuan dari pembentukan makalah ini adalah :

a. Memahami apa itu zat pelarut dari minyak bumi.

b. Memahami bagaimana macam-macam zat pelarut dari minyak bumi.

c. Memahami apa saja senyawa turunan zat pelarut.

d. Memahami bagaimana pengolahan zat pelarut dari minyak bumi.

e. Memahami bagaimana penggunaan zat pelarut dari minyak bumi dalam industri.

1.4 Manfaat

a. Mahasiswa dapat memahami mengenai zat pelarut beserta jenisnya.

b. Mahasiswa dapat memahami proses pengolahan pembentukan zat pelarut dari


minyak bumi.

c. Mahasiswa dapat memahami tentang penggunaan zat pelarut dari minyak bumi
dalam berbagai industri sehingga kedepannya dapat diterapkan dalam dunia industri
maupun kehidupan sehari-hari.

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Zat Pelarut Minyak Bumi

Zat pelarut ( solvent ) yang berasal dari minyak bumi terdiri dari dua jenis : pelarut
aromatik ( mengandung hidrokarbon aromatik ) dan pelarut alifatis ( mengandung
hidrokarbon parafin dan naftena ). zat pelarut hidrokarbon umumnya tidak mudah
bereaksi, tidak mudah terurai, dan tidak korosif terhadap logam. Contoh pelarut yang
berasal dari minyak bumi adalah benzena dan petrolium eter.

2.2 Macam-Macam Zat Pelarut Minyak Bumi

a) Pelarut hidrokarbon aromatik

Hidrokarbon aromatik adalah hidrokarbon yang mengandung ikatan tunggal dan atau
ikatan ganda di antara atom-atom karbonnya. Konfigurasi 6 atom karbon pada
senyawa aromatik dikenal dengan cincin benzena. Hidrokarbon aromatik dapat berupa
monosiklik atau polisiklik seperti hidrokarbon alifatik dn alisiklik, benzena dan
hidrokarbon aromatik lain bersifat non polar. Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik seperti dietil eter, karbon tetraklorida,benzen (C6H6), metilbenzen
(C7H8), dan naftalena (C10H8) atau heksana.

4
b) Pelarut hidrokarbon alifatis

Senyawa alifatik, adalah senyawa kimia milik kelas organik di mana atom tidak
dihubungkan bersama untuk membentuk sebuah cincin. Senyawa alifatik dapat
berbentuk senyawa jenuh – Bergabung dengan ikatan tunggal (alkana). Dan senyawa
Tak jenuh – Bergabung dengan ikatan ganda (alkena) atau obligasi tiga (alkuna).

Selain hidrogen, elemen lain dapat terikat pada rantai karbon, yang paling umum
adalah oksigen / nitrogen / sulfur dan klor. Senyawa alifatik sederhana adalah metana
(CH4). Senyawa alifatik dapat berbentuk senyawa asiklik atau siklik, tetapi bukan
senyawa karbon aromatik. Kebanyakan mudah terbakar, memungkinkan penggunaan
hidrokarbon sebagai bahan bakar. Hasil minyak bumi dari senyawa hidrokarbon
alifatis adalah Parafin dan Naftena. Zat pelarut alifatis diperoleh dari distilasi minyak
mentah dan merupakan fraksi bensin, sehingga berbau bensin.

1) Parafin

Pengertian secara awam berarti minyak tanah atau lilin minyak bumi. Secara kimia
mempunyai nama sistematik alkana. Parafin bersifat kedap air dan biasanya dapat
digunakan untuk melapisi karton kedap air untuk wadah. Hidrokarbon parafin adalah
hidrokarbon jenuh dengan rumus senyawa CnH2n+2 . hidrokarbon tersebut mempunyai
banyak isomeri yang menyebabkan kandungan senyawa dalam minyak bumi sangat
kompleks. Misalnya, butana ( C4H10 ) mempunyai 2 buah isomer : n-butana dan
isobutana. Pentana memiliki 3 isomer, dan jumlah senyawa isomer tersebut semakin
banyak seiring peningkatan atom karbon penyusunnya. Parafin adalah campuran
hidrokarbon yang diekstraksi dari sulingan tertentu dari minyak bumi, serpih atau
minyak mineral bitumen lainnya. Komponen utamanya adalah alkana padat yang
tidak berbau dan tidak berbau dan berwarna putih atau tembus pandang berwarna
kuning muda. Parafin bersifat non-kristalin, namun memiliki struktur kristal yang
jelas.

Lilin parafin adalah produk pengolahan minyak bumi, lilin mineral, tapi juga sejenis
lilin minyak bumi. Ini berasal dari minyak destilat minyak mentah yang diperoleh
dengan pemurnian pelarut, pelarut dewaxing atau kristalisasi beku lilin, lilin yang

5
diperoleh dalam preparasi, dan kemudian pelarut yang meminyaki, tablet olahan atau
kristal asicular.

2) Naftena

Hidrokarbon naftena adalah hidrokarbon jenuh dengan rumus senyawa CnH2n yang
mempunyai sifat kimia seperti parafin tetapi memiliki struktur molekul siklis.
Umumnya, di dalam minyak bumi mentah, naftena merupakan kelompok senyawa
hidrokarbon yang memiliki kadar terbanyak kedua setelah n-parafin.Contohnya
adalah siklopentana, sikloheksana, dan dekalin.

dekalin

2.3 Senyawa Turunan Zat Pelarut

1) Benzena

Benzena adalah senyawa organik dengan rumus molekul C6H6. Benzena tersusun
atas 6 buah atom karbon yang bergabung membentuk sebuah cincin, dengan satu atom
hidrogen yang terikat pada masing-masing atom. Karena hanya terdiri dari atom karbon
dan hidrogen, senyawa benzena dapat dikategorikan ke dalam hidrokarbon.
Benzena merupakan salah satu jenis hidrokarbon aromatik siklik dengan ikatan pi
yang tetap. Benzena adalah salah satu komponen dalam minyak bumi, dan merupakan
salah satu bahan petrokimia yang paling dasar serta pelarut yang penting dalam dunia
industri. Karena memiliki bilangan oktan yang tinggi, maka benzena juga salah satu
campuran penting pada bensin. Benzena juga bahan dasar dalam produksi obat-obatan,
plastik, bensin, karet buatan, dan pewarna. Selain itu, benzena adalah kandungan alami
dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh dari senyawa lainnya yang terdapat

6
dalam minyak bumi. Karena bersifat karsinogenik, maka pemakaiannya selain bidang
non-industri menjadi sangat terbatas.

2) Petroleum Eter

Petroleum eter adalah fraksi minyak bumi yang terdiri dari hidrokarbon alifatik dan
mendidih dalam kisaran 35‒60 ° C; biasa digunakan sebagai pelarut laboratorium.
Terlepas dari namanya, eter minyak bumi tidak diklasifikasikan sebagai eter ; istilah
ini hanya digunakan secara kiasan, menandakan cahaya dan volatilitas yang ekstrem.

Pelarut hidrokarbon cair yang paling ringan dan paling mudah menguap yang dapat
dibeli dari pemasok bahan kimia di laboratorium juga dapat disebut dengan nama
petroleum eter. Petroleum eter terdiri dari hidrokarbon alifatik dan biasanya rendah
aromatik. Dibuat dengan hidrodesulfurisasi dan dapat dihidrogenasi untuk
mengurangi jumlah hidrokarbon aromatik dan lainnya. Petroleum eter biasanya
mengandung sufiks deskriptif yang memberikan rentang didih. Dengan demikian, dari
pemasok bahan kimia laboratorium internasional terkemuka dimungkinkan untuk
membeli berbagai eter minyak bumi dengan rentang didih seperti 30-50 ° C, 40-60 °
C, 50-70 ° C, 60-80 ° C, dll. Di Amerika Serikat, pelarut hidrokarbon alifatik tingkat
laboratorium dengan rentang didih setinggi 100-140 ° C dapat disebut petroleum eter,
dan bukan petroleum spirit.

Tidak disarankan untuk menggunakan fraksi dengan rentang titik didih yang lebih
luas dari 20 ° C, karena kemungkinan kehilangan bagian yang lebih mudah menguap
selama penggunaannya dalam rekristalisasi, dll. Dan akibat hubungan kelarutan yang
berbeda dari residu mendidih yang lebih tinggi.

Sebagian besar hidrokarbon tak jenuh dapat dihilangkan dengan mengocok dua atau
tiga kali dengan 10% volume asam sulfat pekat ; getaran kuat kemudian dilanjutkan
dengan bagian berturut-turut dari larutan kalium permanganat pekat dalam asam sulfat
10% sampai warna permanganat tetap tidak berubah. Pelarut kemudian dicuci dengan
larutan natrium karbonat dan kemudian dengan air, dikeringkan dengan kalsium
klorida anhidrat, dan didestilasi. Jika diperlukan kering sempurna, dapat dibiarkan
berdiri di atas kawat natrium , atau kalsium hidrida .

7
3) Dietil Eter

Dietil eter, yang juga dikenal sebagai eter dan etoksi etana, yaitu cairan mudah
terbakar yang jernih, tak berwarna, dan bertitik didih rendah serta berbau khas.
Anggota paling umum dari kumpulan campuran kimiawi yang secara umum dikenal
sebagai eter ini adalah sebuah isomernya butanol. Berformula CH3-CH2-O-CH2-CH3,
dietil eter digunakan sebagai pelarut biasa dan telah digunakan sebagai anestesi umum.
Eter dapat dilarutkan dengan menghemat di dalam air (6.9 g/100 mL).

Beberapa besar dietil eter diproduksi sebagai produk sampingannya fase-uap


hidrasinya etilena untuk membikin etanol. Proses ini menggunakan dukungan solid
katalis asam fosfat dan dapat disesuaikan untuk membikin eter lebih banyak lagi.
Fase-uap dehidrasinya etanol pada sejumlah katalis alumina dapat membikin dietil
eter sampai 95% .

Dietil eter dapat dipersiapkan di dalam labolatorium dan pada sebuah skala industri
oleh sintesis eter asam. Etanol dicampur dengan asam yang kuat, biasanya asam sulfat,
H2SO4. Disosiasi asam membikin ion hidrogen, H+. Sebuah ion hidrogen
memprotonasi atom oksigen elektronegatifnya etanol, memberikan muatan positif ke
molekul etanol:

CH3CH2OH + H+ → CH3CH2OH2+

Sebuah atom oksigen nukleofilnya etanol tak terprotonasi mengsubsitusi molekul air
(elektrofil), membikin air, sebuah ion hidrogen dan dietil eter.

CH3CH2OH2+ + CH3CH2OH → H2O + H+ + CH3CH2OCH2CH3

Reaksi ini harus berlangsung pada suhu yang lebih rendah dari 150 °C agar tidak
membikin sebuah produk eliminasi (etilena). Pada temperatur yang lebih tinggi,
etanol akan terdehidrasi untuk membentuk etilena. Reaki membikin dietil eter yaitu
kebalikannya, sehingga pada akhir reaksi akan tercapai kesetimbangan antara reaktan
dengan produk. Untuk membikin eter yang bagus maka eter harus disuling dari
campuran reaksi sebelum eter kembali menjadi etanol, dengan memanfaatkan prinsip
Le Chatelier .

8
Reaksi lainnya yang dapat digunakan untuk mempersiapkan eter yaitu sintesis eter
Williamson, dimana sebuah alkoksida (yang dihasilkan dengan
memisahkan/menguraikan sebuah logam alkali di dalam alkohol) menjalankan
substitusi nukleofilik di sebuah alkil halida (haloalkana).

4) Karbon Tetraklorida

Karbon tetraklorida, tetraklorometana atau dikenal dengan banyak nama lain (lihat di
bawah), adalah senyawa kimia dengan rumus CCl4. Senyawa ini banyak digunakan
dalam sintesis kimia organik. Dulunya karbon tetraklorida juga digunakan dalam
pemadam api dan refrigerasi, namun sekarang sudah ditinggalkan. Pada keadaan
standar (suhu kamar dan tekanan atmosfer), CCl4 adalah cairan tak berwarna dengan
bau yang "manis".

5) Metilbenzen ( Toulena )

Toluena, dikenal juga sebagai metilbenzena ataupun fenilmetana, adalah cairan


bening tak berwarna yang tak larut dalam air dengan aroma seperti pengencer cat dan
berbau harum seperti benzena. Toluena adalah hidrokarbon aromatik yang digunakan
secara luas dalam stok umpan industri dan juga sebagai pelarut. Seperti
pelarut-pelarut lainnya, toluena juga digunakan sebagai obat inhalan oleh karena
sifatnya yang memabukkan.

6) Naftalena

Naftalena merupakan senyawa organik dengan rumus molekul C10H8. Naftalena


merupakan senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik sederhana, berbentuk kristal
padat berwarna putih dengan bau yang khas dan terdeteksi oleh indra penciuman pada
konsentrasi serendah 0,08 ppm. Sebagai senyawa aromatik , struktur naftalena terdiri
dari sepasang gugus arena atau cincin benzena yang bersatu. Naftalenta dikenal
Naftalena berasal dari kata naphtha (campuran cairan yang mudah terbakar dari
hidrokarbon yang berasal dari hasil kondensasi gas alam atau produk destilasi dari
minyak bumi dan tar batubara).

Tidak seperti benzena, Ikatan karbon-karbon dalam naftalena tidak sama panjang.
Obligasi C1-C2, C3-C4, C5-C6 dan C7-C8 sekitar 1,36 Å (136 pm) panjangnya,

9
sedangkan ikatan karbon-karbon lainnya sekitar 1,42 Å (142 pm). Naftalena memiliki
tiga struktur resonansi sehingga elektron dalam gugus arena dalam cincin benzena
dapat bergerak bebas seperti sebuah lautan elektron dan menyebabkan ikatan rangkap
pada cincin benzena naftalena tidak pasti. Ikatan konjugasi pada naftalena
menyebakan naftalena memiliki ikatan tidak jenuh dan memiliki titik leleh (80.26 OC)
dan titik didih (218 OC) yang relatif rendah. Dan sifatnya volatil dalam suhu ruang.
Selain itu naftalena ditetapkan sebagai karsinogen oleh International Agency for
Cancer Research, naftalena juga diklasifikasikan sebagai polutan yang disebut
polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH). Naftalena digunakan sebagai reaksi
intermediet dari berbagai reaksi kimia industri, seperti reaksi sulfonasi, polimerisasi,
dan neutralisasi. Selain itu, naftalena juga berfungsi sebagai fumigan (kamper, dsb),
dan surfaktan.

7) Lilin Parafin

Parafin adalah nama umum untuk hidrokarbon alkana dengan formula CnH2n+2. Lilin
parafin merujuk pada benda padat dengan n=20–40.

Molekul parafin paling simpel adalah metana, CH4, sebuah gas dalam temperatur
ruangan. Anggota sejenis ini yang lebih berat, seperti oktan C8H18, muncul sebagai
cairan pada temperatur ruangan. Bentuk padat parafin, disebut lilin parafin, berasal
dari molekul terberat mulai C20H42 hingga C40H82. Lilin parafin pertama ditemukan
oleh Carl Reichenbach tahun 1830.

Parafin, atau hidrokarbon parafin, juga merupakan nama teknis untuk alkana, tetapi
dalam beberapa hal kata ini merujuk pada alkana rantai linear, atau alkana normal,
dan yang bercabang bercabang, atau isoalkana, disebut juga isoparafin. Berbeda
dengan bahan bakar yang dikenal di Britania dan Afrika Selatan sebagai minyak
parafin atau hanya parafin, yang disebut sebagai kerosin di sebagian besar AS,
Australia dan Selandia Baru.

Namanya berasal dari kata Latin parum (= jarang) + affinis dengan arti seluruhnya
"sedikit affinitas", atau "sedikit reaktivitas". Ini diakibatkan oleh alkana, yang bersifat
nonpolar dan sedikit gugus fungsional-nya, sangat tidak reaktif.

10
8) Siklopentana

Siklopentana adalah senyawa hidrokarbon alisiklik yang sangat mudah terbakar


dengan rumus kimia C5H10 dan bilangan CAS 287-92-3. Senyawa ini berbentuk
cincin terdiri dari 5 atom karbon. Bentuk fisik senyawa ini adalah cairan tak berwarna
dengan bau seperti bensin.Titik leburnya adalah −94 °C dan titik didihnya 49 °C.
Siklopentana tergolong sikloalkana. Dibentuk dengan cara proses cracking
sikloheksana dengan bantuan aluminium pada suhu dan tekanan tinggi.

9) Sikloheksana

Sikloheksana adalah sikloalkana dengan rumus molekul C6H12. Sikloheksana


digunakan sebagai pelarut nonpolar pada industri kimia, dan juga merupakan bahan
mentah dalam pembuatan asam adipat dan kaprolaktam, keduanya juga merupakan
bahan produksi nilon. Dalam skala industri, sikloheksana dibuat dengan mereaksikan
benzena dengan hidrogen. Selain itu, karena senyawa ini memiliki ciri-ciri yang
unik, sikloheksana juga digunakan dalam analisis di laboratorium. Sikloheksana
memiliki bau seperti deterjen.

10) Dekalin

Decalin ( decahydronaphthalene ), adalah pelarut industri. Cairan tidak berwarna


dengan aroma aromatik, digunakan sebagai pelarut untuk banyak resin atau bahan
bakar tambahan. Dapat dibuat dari analog naftalena jenuh dan dapat dibuat darinya
dengan hidrogenasi di hadapan katalis. Decahydronaphthalene dengan mudah
membentuk peroksida organik yang mudah meledak pada penyimpanan di hadapan
udara.

2.4 Pengolahan Zat Pelarut dari Minyak Bumi

1. Distilasi

Distilasi atau penyulingan merupakan cara pemisahan campuran senyawa berdasarkan


pada perbedaan titik didih komponen-komponen penyusun campuran tersebut.
Minyak mentah mengandung campuran senyawa hidrokarbon yang memiliki titik
didih bervariasi, mulai metana (CH4) yang memiliki titik didih paling rendah hingga

11
residu yang memiliki titik didih paling tinggi sehingga tidak teruapkan pada
pemanasan. Dengan distilasi ini, minyak mentah dipanaskan pada suhu 370°C,
kemudian uap yang dihasilkan dialirkan dan diembunkan (dikondensasikan) pada
suhu yang sesuai. Cara distilasi dengan menggunakan beberapa tingkat suhu
pendinginan atau pengembunan disebut distilasi bertingkat.

Proses penyulingan berlangsung sebagai berikut. Mula-mula minyak mentah


dipanaskan pada suhu 370°C sehingga mendidih dan menguap. Fraksi minyak mentah
yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi paraffin, lilin, dan
aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon dengan jumlah atom C lebih dari 20
atom. Minyak mentah yang menguap pada proses distilisasi ini naik ke bagian atas
kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Fraksi minyak
bumi yang tidak terkondensasi terus naik ke bagian atas kolom sehingga keluar
sebagai gas alam.

2. Cracking

Cracking adalah penguraian (pemecahan)molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang


besar menjadi molekul-molekul senyawa yang lebih kecil. Contoh cracking ini adalah
pengubahan minyak solar atau minyak tanah (kerosin) menjadi bensin. Terdapat dua
cara proses cracking.

1. Cara panas (thermal cracking) adalah proses cracking dengan menggunakan


suhu tinggi serta tekanan rendah.
2. Cara katalis (catalytic cracking) adalah proses cracking dengan menggunakan
bubuk katalis platina atau molybdenum oksida.

Proses pemecahan ini menghasilkan bensin dalam jumlah besar dan berkualitas lebih
baik. Contohnya, pemecahan senyawa n-dekana menjadi etena dan n-oktana.

3. Reforming

Reforming adalah pengubahan bentuk molekul bensin yang bermutu kurang baik
(rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon
bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul sama, tetapi bentuk

12
strukturnya berbeda sehingga proses ini disebut juga isomerisasi. Reforming
dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.

4. Polimerisasi

Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul


besar. Misalnya, penggabungan senyawa isobutene dengan senyawa isobutana yang
menghasilkan bensin berkualitas tinggi, yaitu isooktana.

5. Treating

Treating adalah proses pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan


pengotor-pengotornya. Cara-cara proses treating sebagai berikut.

a) Copper sweetening dan doctor treating adalah proses penghilangan pengotor yang
menimbulkan bau tidak sedap.
b) Acid treatment adalah proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.
c) Desulfurizing (desulfurisasi) adalah proses penghilangan unsure belerang.

6. Blending

Untuk memperoleh kualitas bensin yang baik dilakukan blending (pencampuran),


terdapat sekitar 22 bahan pencampur (zat aditif) yang dapat ditambahkan ke dalam
proses pengolahannya. Bahan- bahan pencampur tersebut, antara lain tetraethyllead
(TEL), MTBE, etanol, dan methanol. Penambahan zat aditif ini dapat menimgkatkan
bilangan oktan.

2.5 Penggunaan Zat Pelarut dari Minyak Bumi dalam Industri

Penggunaan zat pelarut hidrokarbon, umumnya digunakan sebagai :

- zat pelarut dan pengencer dalam pabrik cat.

- zat pelarut pada obat pembunuh serangga.

- zat pelarut untuk mengekstraksi lemak dan minyak nabati dan hewani.

13
- zat pelarut dalam industri karet.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Zat pelarut atau solven yang berasal dari minyak bumi terdiri dari campuran senyawa hidrokarbon
parafi, naften, dan aromat. Senyawa-senyawa tersebut menghasilkan beberapa senyawa kimia seperti
benzena, petroleum eter, dietil eter, karbon tetraklorida, metil benzena, naftalena, lilin parafin,
siklopentana, sikloheksana, dan dekalin. Zat pelarut yang terutama terdiri dari senyawa hidrokarbon
aromat yang disebut zat pelarut aromatis. Sedangkan yang utama dari campuran senyawa
hidrokarbon parafin dan naften disebut zat pelarut alifatis. Zat pelarut alifatis diperoleh dari distilasi
minyak mentah dan merupakan fraksi bensin, sehingga berbau bensin, sedangkan zat pelarut
aromatis diperoleh dengan proses reforming. Zat pelarut aromatis juga dapat diperoleh dari industri
batubara. Zat pelarut aromatis mempunyai bau yang kuat yang disebabkan oleh bau senyawa aromat.
Zat pelarut hidrokarbon pada umumnya stabil, yaitu zat pelarut umumnya tidak bereaksi dengan
bahan-bahan, tidak terurai karena pemanasan yang sedang atau karena adanya air.

3.2 Saran

14
Penggunaan zat pelarut minyak bumi masih sangat sedikit digunakan pada
industri-industri kimia. Untuk itu diharapkan dengan kemajuan teknologi yang pesat
penggunaan zat pelarut minyak bumi juga meningkat dengan berbagai metode-metode
pengolahan sehingga lebih bermanfaat.

SOAL PILIHAN GANDA


1. Sebutkan sifat-sifat zat pelarut hidrokarbon ?
a. Tidak mudah bereaksi, tidak mudah terurai, dan tidak korosif terhadap
logam
b. Mudah bereaksi , dan bersifat korosif
c. Dapat bereaksi dengan logam
d. Dapat terurai pada kondisi lingkungan
e. Dapat berubah sifat bergantung lingkungannya
2. Jenis-jenis zat pelarut minyak bumi adalah?
a. Pelarut organik dan anorganik
b. Pelarut polar dan nonpolar
c. Pelarut aromatik dan Pelarut alifatis
d. Pelarut jenuh dan tak jenuh
e. Pelarut padat dan cair
3. Sebutkan dua cara yang dalam mendapatkan zat pelarut?
a. Proses pemanasan dan pngembunan

15
b. Proses sintesa dan pemurnian
c. Proses distilasi dan proses reforming
d. Proses sintesa dan pemisahan
e. Proses ekstraksi dan fraksionasi
4. Sebutkan kegunaan zat pelarut dalam dunia industri, kecuali ?
a. Zat pelarut dan pengencer dalam pabrik cat
b. Zat pelarut pada obat pembunuh serangga
c. Zat pelarut untuk mengekstraksi lemak dan minyak nabati dan hewani
d. Zat pelarut dalam industri karet
e. Zat pelarut dalam industri makanan

5. Sebutkan contoh-contoh naftena ?

a. siklopentana, sikloheksana, dan dekalin.


b. Metana, etana dan butane
c. Methanol, dan etanol
d. Benzena dan toluena
e. Aldehid dan keton

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/28557892/MAKALAH_MINYAK_BUMI

http://nitamaharsi.blogspot.com/2014/12/makalah-kimia-minyak-bumi.html

https://sites.google.com/site/trayda1afrianti/materi/kelas-xi/senyawa-hidrokarbon-dan
-minyak-bumi

16

Anda mungkin juga menyukai