Anda di halaman 1dari 41

PROBLEMATIKA LINGKUNGAN FISIK DAN LINGKUNGAN NON FISIK

Dosen Mata Kuliah Dr. Hj. Elly Purnamasari, S.PI.,M.SI.

Kelompok VIII

Ketua : Muhammad Alfiansyah (1513013088)

Moderator : Andi Annisa Azahra (1813015064)

Notulen : Eni Ayu Putri (1813015084)

Presentasi : Marsya Chikita Amelia (1813015079)

Anggota :

1. Afifah (1813015054)
2. Ingwe Viollenrofita Cheiya (1813015049)
3. Najla Nabila Azzahra (1813015089)
4. Nurul Handayani (1813015074)
5. Rizki Noor Amelia (1813015069)
6. Lutviatul Muzhahadah (1813015059)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2018
Kata Pengantar

Puji syukur senantiasa penulis haturkan ke hadirat Allah SWT , karena


atas limpahan rahmat dan karunia-Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah Ilmu Sosial Budaya Dasar yang berjudul “Problematika
Lingkungan Fisik dan Non Fisik”

Tujuan membuat makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja kah
problematika pada lingkungan fisik dan lingkungan non fisik serta dampak apa
saja kah yang ditimbulkan dari permasalaha tersebut dan juga mengetahui solusi
yang tepat dalam mengatasi permasalah tersebut.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan bimbingan,


arahan, dan motivasi dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesainya makalah ini.

Segala upaya telah penulis lakukan dalam penyusunan makalah ini.


Namun, dalam usaha yang maksimal ini, penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal isi, penulisan,
maupun bahasa. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa
penulis harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis baik dalam bentuk
materi, dorongan, maupun bentuk lainnya mendapatkan balasan dari Allah swt.
Amin

Samarinda, Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ………………………………………………….…………. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................…… 3

BAB II. TUJUAN

A. Tujuan Penulisan ............................................................................... 4

BAB III. PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan ..........................................................……..… 5


B. Pengertian Lingkungan Fisik .............................................................. 5
C. Pengertian Lingkungan Non Fisik........................................................ 6
D. Kasus Lingkungan Fisik ………………................................................ 7
E. Kasus Lingkungan Non Fisik .............................................................. 15

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………… …...... 28


B. Saran ………………………………………………………………… 29

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 30

LAMPIRAN ………………………………………………………………………… 31

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dengan ±17.000


pulau yang mengisi wilayahnya, dengan luas wilayah yang dapat terbilang
cukup luas jika dibandingkan dengan Negara-negara tetangganya, Indonesia
telah menduduki peringkat ke-4 sebagai Negara terpadat di dunia. Mengutip
data The Spectator Index terkait 20 negara dengan penduduk terbanyak di
dunia. Indonesia tercatat memiliki populasi penduduk sebanyak 265 juta jiwa.
Sudah menjadi rahasia umum, setiap Negara tentu saja memiliki berbagai
masalah. Mulai dari masalah lingkungan fisik hingga masalah lingkungan non
fisik yang sering terjadi di sekitar kita, terlebih di Negara Indonesia ini. Dengan
luasnya Negara yang terpecah-pecah menjadi beberapa pulau kecil,
menjadikan masalah yang terjadi di Indonesia kini kian kompleks dan
komplikasi.

Banyaknya jumlah penduduk di Indonesia yang mecapai 265 juta jiwa


tentunya akan membawa dampak terhadap berbagai aspek kehidupan
manusia. Salah satunya adalah menjadi unsur terpenting dalam usaha untuk
meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi dengan
ketersediaan tenaga kerja yang melimpah. Namun, disamping keuntungan
yang diberikan, dengan jumlah kepadatan penduduk tersebut ternyata juga
membawa dampak negatif bagi lingkungan. Dampak yang timbul pada
lingkungan akibat peningkatan jumlah penduduk antara lain, yaitu
pencemaran lingkungan oleh limbah atau sampah rumah tangga,
berkurangnya ketersediaan air bersih, berkurangnya ketersediaan udara
bersih, dan berkurangnya ketersediaan ruang dan lahan pertanian. Semakin
banyak jumlah penduduk, maka resiko terjadinya pencemaran semakin tinggi,
jumlah air yang dibutuhkan semakin banyak, ketersediaan udara bersih
semakin berkurang, dan ketersediaan ruang dan lahan pertanian semakin
sedikit.

Tak hanya sebatas itu, peningkatan jumlah penduduk yang tak


terkendali juga memberikan dampak buruk dan dapat menjadi ancaman

1
terbesar bagi kelangsuan eksistensi bagi manusia itu sendiri dalam mencapai
kehidupan yang lebih makmur dan sejahtera. Dalam buku berjudul The
Population Bomb (Ledakan Penduduk) pada tahun 1968 oleh Paul R. Ehrlich
meramalkan adanya bencana kemanusiaan akibat terlalu banyaknya
penduduk dan ledakan penduduk. Karya tersebut menggunakan argument
yang sama seperti yang dikemukakan oleh Thomas Malthus dalam An Essay
on the Principle of Population (1798), bahwa laju pertumbuhan penduduk
mengikuti pertumbuhan eksponensial dan akan melampaui suplai makanan
yang akan mengakibatkan kelaparan. Hal ini tentu saja dapat terjadi semakin
bertambahnya penduduk tentu akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang
tersedia. Namun, bagaiana jika lapangan pekerjaan yang tersedia tidak cukup
menampung jumlah tenaga kerja yang ada. Tentu hal ini akan berdampak
pada meningkatnya angka pengangguran dan terutama kemiskinan, dan tak
dapat dipungkiri lagi kemiskinan merupakan salah satu alasan dari
meningkatnya kasus criminal di Indonesia yang dapat mengakibatkan semakin
bertambahnya problematika lingkungan non fisik yang sudah ada. Seperti
kasus cyber bullying, LGBT, pemerkosaan, pembunuhan, kekerasan dalam
keluarga dan sebagainya.

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, di zaman milenial


sekarang problematika lingkungan fisik dan lingkungan non fisik juga dapat
diakibatkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya
menjaga kelestarian lingkungan. Dalam hal ini peran masyarakat sangat
diperlukan dalam usaha peningkatan kualitas lingkungan hidup dan
kelestarian lingkungan. Melalui pengelolaan lingkungan fisik secara bijaksana
selain dapat menyelamatkan dan melestarikan lingkungan hidup, juga dapat
menjamin kebutuhan dan kemakmuran manusia. Dengan kata lain, kelestarian
lingkungan fisik akan memberikan dampak terhadap baik atau buruknya
lingkungan non fisik dan tentunya keduanya memiliki timbal balik.

Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran masyarakat terhadap


pentingnya menjaga keberlangsungan berjalannya keseimbangan lingkungan
fisik dan non fisik agar tetap berjalan selaras dalam kehidupan. Sehingga
diharapkan nantinya keduanya dapat memberikan hubungan timbal balik yang

2
saling menguntungkan dan dapat saling menunjang dalam upaya peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran manusia.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan lingkungan fisik dan non fisik ?


2. Apa sajakah contoh problematika lingkungan fisik dan non fisik ?
3. Apakah dampak dari problematika lingkungan fisik dan non fisik ?
4. Bagaimanakah solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi problematika
lingkungan fisik dan non fisik ?

3
BAB II

TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut;

1. Untuk mengetahui pengertian dari lingkungan fisik dan lingkungan non fisik
2. Untuk mengetahui apa saja problematika lingkungan fisik dan lingkungan non
fisik
3. Untuk mengetahui dampak dari problematika lingkungan fisik dan lingkungan
non fisik untuk masyarakat
4. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan untuk problematika lingkungan fisik
dan lingkungan non fisik

4
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lingkungan
Berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di
dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Unsur-unsur
lingkungan hidup terbagi tiga, yaitu:

1. Unsur Hayati (Biotik); yakni unsur lingkungan hidup yang terdiri dari
makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad
renik. Jika kalian berada di kebun sekolah, sehingga lingkungan hayatinya
didominasi tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan
hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.
2. Unsur Sosial Budaya; yakni lingkungan sosial dan budaya yang dibuat
manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam
perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai
keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati
oleh segenap anggota masyarakat.
3. Unsur Fisik (Abiotik); yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-
benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain.
Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan
hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air
tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja
kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan
terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati,
perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dll.

B. Pengertian Lingkungan Fisik

Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan


melalui pengalaman. Pengalaman dapat terbangun melalui interaksi manusia
dengan lingkungannya yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

5
Lingkungan fisik meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara
tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembanga dan proses
kehidupan (Purwanto,1994). Lingkungan fisik terdiri dari :

1. Lingkungan Alam
Lingkungan alam adalah lingkungan yang merupakan ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Lingkungan alam dapat dibedakan atas lingkungan
daratan dan lingkungan perairan. Lingkungan alam daratan yang berada di
sekitar kita, antara lain, gunung, pegunungan, dataran rendah, dataran
tinggi, dan lembah. Adapun lingkungan alam perairan yang berada di
sekitar kita antara lain, sungai, danau, rawa, dan laut. Lingkungan alam
sudah ada sejak zaman dahulu

2. Lingkungan Buatan
Lingkungan buatan merupakan lingkungan yang terbentuk karena
adanya tindakan oleh manusia. Sehingga tanpa adanya tindakan dari
manusia, maka lingkungan buatan tidak akan ada untuk digunakan
manusia atau masyarakat banyak. Ada berbagai macam contoh lingkungan
buatan yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari- hari pula. Beberapa
contoh dari lingkungan buatan antara lain taman bunga, kebun buah,
waduk, bendungan, dan lain sebagainya. Lingkungan buatan yang
semacam ini juga meruapakan lingkungan yang tidak asing dan sering kali
kita temui di sekitar tempat tinggal kita.

3. Lingkungan Alam, Tetapi Sudah Mendapat Sentuhan Manusia

C. Pengertian Lingkungan Non Fisik

Lingkungan non fisik merupakan lingkungan yang tidak bersifat fisik,


yaitu lingkungan sosial budaya, ekonomi, dan lain-lain. Lingkungan non fisik
merupakan wilayah tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, yaitu
interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranata dengan symbol
dan nilai, serta terkait dengan ekosistem (sebagai komponen lingkungan

6
alam) dan tata ruang atau peruntukan ruang (sebagai bagian dari lingkungan
binaan/buatan).

D. Contoh Kasus Lingkungan Fisik


1. Kasus

Tumpahan Minyak di Teluk Balikpapan

Sabtu 31 Maret 2018 lalu, langit dan air di Teluk Balikpapan,


Kalimantan Timur, berwarna hitam. Langit hitam karena kapal terbakar, di
laut terjadi tumpahan minyak mentah. Kabid Humas Polda Kaltim, Kombes
Ade Yaya, menyebut tumpahan minyak itu berasal dari pipa milik PT
Pertamina Refinery Unit 5 Balikpapan yang putus di kedalaman 20 meter
dari permukaan laut. Pipa tersebut menjalar dari Lawe-Lawe, Kabupaten
Penajam Paser Utara menuju Balikpapan.Temuan itu didapatkan investigasi
gabungan, antara kepolisian dan tim ahli Pertamina.

Awalnya, pihak Pertamina membantah bahwa kejadian ini diakibatkan


oleh fasilitas milik perusahaannya. Namun, setelah diusut dan diselidiki oleh
pihak kepolisian, ternyata benar bahwa pipa milik Pertamina lah yang
menyebabkan tumpahan minyak tersebut. Pipa tersebut patah akibat tertarik
sejauh 120 meter oleh jangkar seberat 20 ton milik kapal MV Ever Judger.

7
Memang kapal kargo berbendera Panama yang terbakar pada saat itu
waktunya hampir bersamaan dengan munculnya tumpahan minyak di Teluk
Balikpapan. Kondisi laut yang terbakar menyulitkan proses pemadaman.
Kabid Humas Polda Kaltim Ade Yaya Suryana mengatakan, dua orang
tewas akibat kejadian ini dan 20 orang yang berada di kapal kargo sudah
dievakuasi.
Selasa (03/04), ratusan personil gabungan, seperti dari Polri, TNI, dan
Pertamina, terus membersihkan minyak di sejumlah titik di pinggir pantai di
kawasan teluk tersebut. Mereka menggunakan gayung, menciduknya dan
menampungnya dalam ember. Tim gabungan juga menggunakan teknik oil
boom untuk melokalisir atau mengurung tumpahan minyak terutama yang
agak di tengah laut. "Supaya bisa membatasi ruang gerak minyak dan bisa
terkumpul yang kemudian disedot," ungkap Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Kota Balikpapan, Suryanto.

Kepada warga yang tinggal di pesisir dan terdampak tumpahan


minyak ini, Suryanto meminta berhati-hati saat menghidupkan api. "Apalagi
cuaca yang panas terik, saya khawatir ada penguapan tinggi." Pemerintah
Kota Balikpapan sudah memutuskan untuk mendahulukan pembersihan
minyak di sekitar pemukiman penduduk di kawasan pesisir.
Meski kini Pertamina telah mengakui pencemaran Teluk Balikpapan
berawal dari pipa mereka yang bocor, proses hukum akan tetap berjalan.
Ade mengatakan, penyidik akan terus menggali keterangan dari berbagai
pihak. Polda Kaltim telah memeriksa 11 saksi dari sejumlah latar belakang,
antara lain pegawai Pertamina, pejabat Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan (KSOP) Balikpapan, penduduk sekitar, dan agen kapal Kargo MV
Ever Judger 2. Dan akhirnya, polisi menetapkan dua orang sebagai

8
tersangka kasus minyak tumpah di teluk Balikpapan. Kepala Biro
Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Muhammad Iqbal
mengatakan tersangka adalah nakhoda Kapal Kargo MV Ever Judger 2
berinisial ZD dan IS yang merupakan karyawan PT Pertamina. ZD diduga
bersalah karena menurunkan jangkar kapal tanpa memperhatikan adanya
pipa PT Pertamina, hingga mengakibatkan pipa tersebut mengalami
kebocoran. Sedangkan IS diduga bersalah karena ia selaku Chief
Superintendent dianggap lalai. Ialah orang yang bertanggungjawab
mengontrol mesin pompa pipa minyak bawah laut menuju kilang Pertamina
di Balikpapan. Kejadian pipa patah jam 10 malam(30/03) sedangkan ia baru
menutup pipa jam 8 pagi esoknya.

PT Pertamina Refinery Unit (RU) V Balikpapan dan nelayan di


Penajam Paser Utara (PPU) yang terdampak tumpahan minyak Teluk
Balikpapan sudah sepakat soal kompensasi. Besaran kompensasi dihitung
berdasarkan jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan, serta
kehilangan hari kerja akibat kebocoran pipa minyak milik Pertamina, pada 31
Maret silam. Nelayan yang meminta penggantian harus menyertakan bukti
alat tangkap yang terdampak ceceran minyak. Jika tidak, hanya mendapat
kompensasi berupa perbaikan alat tangkapnya.

“Misalnya jaring udangnya ada yang robek akan diganti. Dan harus
diserahkan ke Pertamina sebagai evidence (bukti),” kata Kepala Sub Bidang
Rehabilitasi di Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kabupaten PPU,
Lidya Anggreni dikutip dari Prokal.co (Jawa Pos Group), Senin (9/7).

Untuk penggantian jaring udang dikenai Rp 310 ribu per set.


Sedangkan perbaikannya diberikan kompensasi sebesar Rp 155 ribu per
set. Adapun bagan tancap, kompensasi per unitnya adalah Rp 40 juta.
Sedangkan perbaikannya diberikan kompensasi sebesar sebesar Rp 25 juta
per unit. Sementara kompensasi untuk kehilangan hari kerja disepakati
sebanyak 12 hari kerja dikalikan Rp 200 ribu. Sehingga kompensasi yang
diterima oleh para nelayan tangkap sebanyak Rp 2,4 juta. Jumlah nelayan
tangkap yang mengklaim terdampak ceceran minyak akan divalidasi.
Sehingga, ditemukan angka 1.136 nelayan yang sudah divalidasi. Namun,

9
angka ini kemungkinan akan menyusut menjadi 1.132 orang, karena ada
data ganda. Sementara itu, kompensasi untuk kapal motor akan diberikan
sebesar Rp 800 ribu. Sedangkan kapal kelotok sebesar Rp 1 juta.
Setidaknya, ada 98 unit speedboat dan 27 kapal kelotok yang telah
diverifikasi sebagai korban ceceran minyak ini. Sementara itu, untuk
budidaya tambak, dilakukan negoisasi besaran kompensasinya. Pertamina
menjanjikan paling lambat akhir Juli 2018 lewat rekening bank yang
dibuatkan Pertamina, untuk masing-masing korban terdampak.

Namun, menurut berita yang dilansir oleh TribunKaltim.co masih ada


ribuan nelayan di kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara
(PPU) sampai sekarang belum diberikan ganti rugi dari Pertamina atas
pencemaran minyak mentah di Teluk Balikpapan. Dari data nelayan yang
menjadi korban baru 67 nelayan yang menerima ganti rugi.

Kasi Kenelayanan, Dinas Perikanan dan Kelautan PPU, Aris Tangke


Arung, Senin (3/9/2018) menjelaskan, pembayaran ganti rugi dilakukan
secara bertahap dari Pertamina. Untuk tahap pertama telah dibayarkan 20
nelayan dan tahap kedua sebanyak 46 nelayan termasuk dari Desa Api-api,
Kecamatan Waru sebanyak 17 nelayan. Namun untuk nelayan Api-api
mereka hanya mendapatkan ganti rugi hari kerja selama 12 hari sebesar Rp
2,4 juta.

Aris mengaku pembayaran ganti rugi ini tidak bisa secara keseluruhan
dibayarkan karena menjadi kebijakan mereka(Pertamina). Ia mengatakan
untuk pembayaran diusulkan sampai ke pusat setelah disetujui baru
dibayarkan, jadi harus bertahap. Pihak Pertamina menargetkan akhir tahun
ini ganti rugi sudah selesai dibayarkan.

10
2. Dampak Kasus

a) Rusaknya Hutan mangrove di sepanjang bibir pantai

Sekitar 7.000 hektare, dengan panjang pantai yang terkena


dampak di sisi Kota Balikpapan dan Penajam Paser Utara mencapai
60 kilometer. Hasil analisis satelit pada 1 April 2018 mengestimasi
total luas tumpahan minyak di Teluk Balikpapan mencapai 12.987,2
hektare. Hutan mangrove seluas sekitar 34 hektare di Kelurahan
Karingau RT 1 dan 2 dan hutan mangrove seluas sekitar 6.000
hektare di Kampung Atas Air Margasari dan sebanyak 2.000
bibit mangrove di Kampung Atas Air Margasari rusak karena terkena
dampak limbah minyak dan efeknya diperkirakan baru akan hilang
hingga bertahun-tahun.

b) Rusaknya ekosistem laut di sekitar perairan balikpapan

Tumpahan minyak di Teluk Balikpapan itu pula berdampak tidak


baik terhadap ekosistem laut di kawasan itu, salah satunya ditandai
kematian sejumlah pesut, Minggu (01/04). Hewan-hewan itu
ditemukan terdampar di pesisir kawasan Klandasan Ulu dan diduga
akibat tumpahan minyak itu. Selain itu, ikan yang dikonsumsi

11
penduduk terpapar minyak,empat kawasan terumbu karang rusak,
lima kawasan padang lamun terancam mati, habitat mamalia
terganggu dan satwa terancam bermigrasi, budidaya rumput laut
rusak, plankton musnah.

c) Dampak terhadap kehidupan masyarakat sekitar pantai

Sebanyak 5 orang nelayan tewas, masyarakat di area sekitar


tumpahan minyak mengeluh mual dan pusing akibat bau minyak yang
menyengat selama beberapa hari, Balikpapan dan Penajam Paser
Utara terancam krisis air bersih. Sebanyak 162 nelayan terancam
tidak bisa melaut. Sembilan hari setelah minyak dari pipa PT
Pertamina (Persero) diketahui bocor dan mencemari 12 ribu hektare
Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, ratusan nelayan tidak bisa
mencari ikan, dua kapal nelayan dan satu kapal kargo terbakar,
sementara para peternak kepiting merugi belasan hingga puluhan
jutaan rupiah. Para nelayan dan pemilik keramba itu mengaku belum
dijanjikan ganti rugi. Di sisi lain pemerintah menyatakan perlunya
kompensasi uang untuk komunitas setempat dari penanggung jawab
tumpahan minyak. Mappaselle, pegiat di Pokja Pesisir dan Nelayan
Balikpapan, menyebut hanya segelintir rekannya yang masih dapat
melaut usai tumpahan minyak melanda perairan kota tersebut. Ia
berkata, mayoritas nelayan Balikpapan kini menganggur.

"Ada yang bisa melaut, tapi jarak jauh, sekitar 40 sampai 70 mil
dari pantai. Mereka harus menggunakan kapal di atas empat gross
ton karena harus melawan ombak besar," ujarnya saat dihubungi dari
Jakarta, Minggu (08/04). Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan
Balikpapan mencatat, jumlah nelayan di kota itu pada tahun 2017
mencapai setidaknya 3.000 orang. Mereka rata-rata memiliki kapal
berukuran dua sampai tiga GT.

Menurut Mappaselle, seorang nelayan sejak pekan lalu setiap


hari kehilangan penghasilan antara Rp150.000-200.000 karena tak
melaut serta kematian massal sumber daya ikan di Teluk Balikpapan.

12
Sebagian dari para nelayan itu, merujuk pendataan swadaya yang
dilakukan Pokja Pesisir, juga rugi secara material karena alat tangkap
mereka terpapar minyak.

"Ketika mereka tidak bisa melaut, sumber keuangan berhenti.


Rata-rata mereka cuma terampil mencari ikan. Kalau kondisi ini
dibiarkan lama, bisa muncul persoalan sosial," kata Mappalesse.

Tak hanya nelayan, tumpahan minyak dari pipa Pertamina


Refinery Unit V Balikpapan juga berdampak pada ratusan lubang
keramba para peternak kepiting. Rustam, anggota kelompok pemilik
keramba di Kariangau, Balikpapan, menyebut tumpahan minyak
tersebut berdampak fatal pada usahanya. Ia dan 30 koleganya
mengelola 40 lubang tambak berisi sekitar satu ton kepiting.

Sebagian kepiting langsung mati pada hari-hari pertama pasca


tumpahan minyak meluber. Sementara sisanya, diklaim Rustam, mati
satu per satu setiap hari. Keramba miliknya juga tercemar dan tidak
layak digunakan lagi. Alhasil mereka harus membuat lagi yang baru
dan itu butuh biaya yang lumayan besar kira-kira Rp20 juta untuk 40
lubang keramba.

3. Solusi Kasus

a) Meningkatkan sistem pengamanan kilang minyak Balikpapan

Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti,


dampak dari terjadinya kasus ini akan dirasakan masyarakat dalam
kurun waktu yang cukup lama, hingga perairan tersebut dapat kembali
pulih, setidaknya enam bulan ke depan. Upaya yang telah dilakukan
dalam menangani kasus ini adalah dengan meningkatkan sistem
pengamanan kilang minyak Balikpapan, karena menurut Dinamisator
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, Pradharma Rupang,
pengamanan obyek vital kilang Balikpapan sangat rapuh dari
gangguan pihak luar. Bukti kongkritnya adalah pipa minyak milik

13
Pertamina yang patah akibat tertarik oleh jangkar milik kapal MV Ever
Judger. Sebenarnya, ini juga merupakan kelalaian pemerintah
Indonesia yang gagal membangun sistem peringatan dini
kepada kapal-kapal asing untuk menghindari kejadian semacam itu.
Karena kapal ini kapal asing, tentu saat masuk di Indonesia akan
mematuhi peraturan di negara Indonesia. Seperti, seharusnya ada
pengawalan kapal pandu KSOP Balikpapan dan TNI AL. Rangkaian
kelalaian itu berujung tumpahan minyak mentah di Balikpapan,
Penajam Paser Utara, dan Kutai Kartanegara sehingga kerusakan
lingkungan telah mengancam kelestarian keanekaragaman hayati
Teluk Balikpapan.

b) Memberikan bakteri pemakan minyak mentah untuk memulihkan


kondisi perairan laut Balikpapan
Dari pihak Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Enny Sudarmonowati mengatakan, LIPI
memiliki penelitian terkait pemulihan dampak minyak pada ekosistem
di Teluk Balikpapan. Yaitu, dengan menggunakan bakteri pemakan
minyak mentah yang bisa untuk memulihkan dampak pencemaran
minyak. Sebelumnya, penelitian ini sudah pernah dicoba di Pantai
Utara Jakarta. Namun, tidak ada permintaan khusus dari KLHK
maupun Pertamina soal upaya pemulihan ini.

c) Pemberian sanksi dari pemerintah kepada pihak pertamina

Berdasarkan informasi yang diperoleh Mongabay, ada tujuh


sanksi yang diberikan Pemerintah kepada Pertamina :

1. Pemulihan lingkungan terdampak tumpahan minyak. Ada 12


lokasi tersebar di pantai, kawasan mangrove dan lain-lain. Sanksi
ini perlu dilaksanakan pemulihan selama 180 hari.
2. Perubahan izin lingkungan agar dampak operasional single point
monitoring itu terhadap alur pelayaran umum masuk dalam
dampak penting hipotetik pada kajian analisa mengenai dampak
lingkungan (180 hari).

14
3. Dampak lalu lintas kapal pada keamanan penyaluran pipa bawah
laut (180 hari).
4. Audit lingkungan terhadap seluruh operasional kegiatan dengan
memasukkan risiko terhadap seluruh pipa kilang dan proses
produksi (180 hari).
5. Membuat sistem penanganan dini tumpahan minyak, dengan
membuat SOP (30 hari) dan membuat sistem pemantauan
otomatis pengiriman minyak mentah dari terminal Lawe-Lawe
menuju Pertamina Balikpapan (90 hari).
6. Inspeksi pipa secara berkala setahun sekali (30 hari).
7. Tata kerja penggunaan alat pengoperasian pompa (transfer crude
oil) dalam keadaan darurat (30 hari).

Sanksi adminitratif berupa paksaan pemerintah ini tercantum


dalam Surat Keputusan Nomor 2631 tertanggal 30 April 2018 dan
sudah diterima pihak Pertamina tanggal 3 Mei 2018. Penetapan
sanksi administrasi ini memerlukan waktu satu bulan karena perlu ada
pengecekan dan verifikasi di lapangan dan harus menunggu hasil
laboratorium dan pendapat para ahli.

E. Contoh Kasus Lingkungan Non Fisik


1. Kasus

Pesta Gay Kelapa Gading

Terjadi penggerebekan pesta gay bertajuk 'The Wild One' di Kelapa


Gading Barat, Jakarta Utara. Sebanyak 141 orang dengan berbagai peran

15
diamankan oleh Tim Gabungan Polres Jakarta Utara dan Polsek Kelapa
Gading. Pesta gay berlangsung di Fitnes Atlantis yang beralamat di Ruko
Inkopal no.15 dan 16, RT 15/RW 03, Kelapa Gading Barat.
Penggerebekan berlangsung pada Minggu (21/5/2017) pukul 19.30 WIB.

Dari dilakukannya penggrebekan tersebut Polres Jakarta Utara


pun menggelar rekonstruksi kasus pesta gay bertajuk 'The Wild One' di
ruko milik PT Atlantis Jaya Gym di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara,
pada Senin 19 Juni 2017. Sepuluh orang tersangka dihadirkan dalam reka
ulang adegan yang dilakukan saat penangkapan.

Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara AKBP Nasriadi mengatakan,


10 tersangka beserta tiga orang saksi melakukan 97 adegan rekonstruksi.
Nasriadi menerangkan, tidak ada perbedaan antara keterangan tersangka
dan adegan yang dilakukan. Polisi menetapkan 10 orang sebagai
tersangka atas pengungkapan kasus tersebut, yakni Syarif, Bhagas, Tomy
Timoty, Ronny, Restu, Nandes, Dandi, Kristian, Aris, dan Steven.

Dalam kesempatan tersebut, salah satu penyidik mengaku


mengetahui adanya pesta gay di lokasi tersebut melalui undangan pesan
berantai yang dibuat oleh pihak pengelola, yaitu Atlantis. Berikut isi
undangan yang dikirim pihak pengelola Atlantis lewat pesan berantai,

16
Siang Atlanters

Jangan sampai terlewatkan spesial Event sebelum memasuki bulan


Ramadhan,

Minggu 21 Mei 2017

Kami persembahkan “The Wild One”

Saksikan sensasi 4 Trainer Gym macho and muscle yang akan LIVE dan
menghiburan kalian semua.

Ikuti fun games dan dapatkan hadiah menarikFree : Snack, pisang, dan minuman
hangat

Buka jam : 1 Siang – 11 malam

No towel : all day

Show time : 7 malam

HTM sebelum jam 4 : 160rb HTM setelah jam 4 : 185rb

Member, Popcorn (17-25th) : 125 All day.

ATLANTIS

Jalan Bukit Gading RayaKomplek Rukan Kokan PermataBlok B / 15-16 Kelapa


Gading Jakarta Utara

INFORMATIONPHONE : 087786755987 / 083808717000

PIN BB : 22A10A4D

Kedatangan kalian memberikan kecerian buat kami.

Enjoy,

Atlantis.

Dari penggrebekan tersebut didapatkan fakta-fakta bahwa:

1) Langgar UU Pornografi
Ratusan orang tersebut diduga melanggar Undang-undang Nomor 4
Tahun 2008 tentang Pornografi. "Kita mengamankan 141 orang yang
melanggar Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pornografi," ujar

17
Kasat Reskrim Polres Metro Jakut AKBP Nasriadi saat dikonfirmasi
wartawan, Senin (22/5/2017).

2) Perbuatan homoseksual di lantai 3


Nasriadi mengatakan ratusan orang itu melakoni hubungan homoseksual
di lantai 3, tempat fasilitas SPA berada. "Sementara Lantai 3 adalah
fasilitas SPA tempat para homoseksual tersebut berendam dan melakukan
perbuatan homoseksual," kata Nasriadi.

3) Bayar Rp185 ribu per orang


Pesta homoseksual tersebut tidak diikuti secara cuma-cuma alias gratis.
Para peserta yang masuk ke acara tersebut diharuskan membayar Rp185
ribu per orang. Dengan membayar uang masuk sebesar itu, mereka
mendapatkan beberapa fasilitas di ruko berlantai tiga tersebut.

4) Disediakan 4 penari telanjang


Ketika di lantai 3 terdapat fasilitas spa, lantai 1 ruko tersebut menyediakan
fasilitas bagi mereka yang ingin melakukan olah raga fitnes. Namun, di
lantai 2, terdapat fasilitas penari telanjang dengan penarinya yang
berjumlah 4 orang.

5) Temuan mengejutkan
Polisi menemukan barang bukti mengejutkan ketika menggerebek pesta
gay bertajuk The Wild One. Beberapa di antaranya adalah barang bukti
berupa ceceran kondom. Polisi juga menemukan tiket, rekaman kamera
pengawas, fotokopi izin usaha, uang tip penari telanjang, kasur, iklan
acara The Wild One, serta ponsel.

6) Penyedia usaha hingga pelakon homoseksual dibekuk


Ada empat orang yang ditangkap karena berperan sebagai penyedia
usaha pornografi. CDK (40) pemilik usaha, N (27) dan DPP (27) sebagai
resepsionis, dan RA (28) petugas keamanan. Polisi juga menangkap enam
orang yang berperan sebagai penari telanjang dan gigolo. Mereka adalah

18
SA (29) penari, AS (41) dan SH (25) tamu berbuat homoseksual, BY (20),
R (30) instruktur fitness, TT (28) perancang busana.

7) Ancaman pidana paling lama 10 tahun


Empat orang yang berperan sebagai penyedia usaha pornografi dijerat
Pasal 30 juncto Pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008
tentang Pornografi. Ancamannya pidana penjara paling singkat 6 (enam)
bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan/atau pidana denda paling
sedikit Rp250 juta dan paling banyak Rp3 miliar. Sementara, enam orang
lainnya yang berperan sebagai penari telanjang dan gigolo dijerat Pasal 36
juncto Pasal 10 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pornografi.
Ancamannya pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp5 miliar.

Beberapa Barang bukti hasil penangkapan :

2. Dampak Kasus

a) Dampak pelaku LGBT menurut persfektif agama-agama

Komunitas LGBT banyak menuai penolakan dari berbagai


kalangan agama-agama di Indonesia, karena tidak sesuai dengan

19
fitrahnya sebagai manusia. Berikut penjabaran beberapa agama yang
menolak akan kehadiran LGBT atau GLBT di Indonesia :
1. Agama Islam
Dalam Islam Allah SWT sudah melarang keras hamba-Nya
agar tidak masuk golongan orang-orang yang menyukai sesama
jenis, seperti LGBT. Al-Quran sebagai sumber ajaran agama Islam
di dalamnya terdapat sejarah masa lampau yang pernah di alami
oleh Nabi Luth dengan kaumnya. Dimana kaum Luth sangat
terkenal dengan saling menyukai sesama jenis dan akhirnya
mendapatkan adzab yang sangat pedih. Ini pertanda bahwa Allah
sangat tidak menyukai orang yang saling menyukai sesama jenis.
Dalam Al-Qur’an kita telah diberi rambu-rambu akan bahaya LGBT,
sebelum LGBT di zaman sekarang telah ada pada zaman Nabi
Luth yang dihukumi oleh adzab yang sangat pedih dan
menakutkan. Sesungguhnya, LGBT merupakan merupakan suatu
perbuatan yang menyimpang dari fitrah manusia yang
sesungguhnya di dalam Islam memiliki pandangan hukum LGBT
adalah Haram.

2. Agama Kristen
Di dalam Al-Kitab, khususnya Perjanjian Baru, bahwa Al-
Kitab menunujukkan bagaimana seharusnya paradigma orang
Kristen terhadap homoseksualitas, gay, dan juga lesbian. Al-kitab
secara tegas menunjukkan bahwa homoseksualitas adalah dosa,
tetapi Al-kitab tidak menyatakan bahwa para pelakunya LGBT
dalam hal ini biasa disebut gay dan lesbian bebas diperlakukan
dalam ketidakadilan seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Tuhan
Yesus membeci dosa homoseksualitas, sama seperti Dia
membenci dosa-dosa yang lain, tetapi Dia tetap mengasihi mereka
yang terlibat di dalam-Nya. Tuhan mau para gay dan lesbian ini
diperlakukan dalam terang kasih ilahi, sehingga mereka dapat
bertobat dan dipulihkan dari dosa homoseksualitas. Alkitab jelas
menyebutkan bahwa homoseksualitas adalah dosa dan kekejian di
mata Yesus.

20
3. Agama Budha
LGBT adalah penyakit fitrah manusia dan seksualitas yang
menyimpang, inilah pandangan yang sangat tidak sesuai dan
kurang tepat menurut pernyataan Ven Ajahn Brahm bahwa
pernyataan tersebut sama saja seperti orang bodoh yang berkata
bahwa,”Apabila bunuh diri dilegalkan, maka semua orang akan
melakukannya” di dalam ruang lingkup Ajaran Buddha,yang penuh
cinta kasih sesuai dengan Karaniya Metta Sutta dimana sewaktu
anda membacakan Karaniya Metta Sutta (dalam tradisi
Theravada) anda mengatakan,”Semoga semua makhluk
berbahagia, semua makhluk bebas dari penderitaan”.

4. Agama Hindu
Penyimpangan seksual yang dilakukan kaum homoseksual
memang bukan kejahatan, akan tetapi hal itu tetap sebagai
perbuatan dosa yang ditanggung oleh pribadi masing-masing.
Ajaran Hindu tidak membenarkan pernikahan diantara pria dengan
pria (gay), wanita dengan wanita (lesbi). Dengan kata lain, pelaku
penyimpangan seks (homoseksual) tidak diberikan hak untuk
mendapat upacara pernikahan atau upacara perkawinan dengan
puja mantra Veda.
Ada dua jenis waria, yaitu mereka yang bertindak selaku
pria dan mereka yang bertindak selaku wanita. Waria yang
bertindak selaku wanita menyamarkan diri mereka dalam
berpakaian, pembicaraan, gerakan tangan dan kepala, kelemah
lembutan, sifat pemalunya, kesederhanaannya, kegemulaiannya
dan sifat penakutnya. Kegiatan yang biasa dilakukan terhadap
bagian jaghana atau bagian tengah dari wanita, oleh para waria ini
dilakukan dengan mulutnya dan hal inilah yang disebut
Auparistaka. Para waria ini mendapat kesenangan imajinatif dan
mata pencaharian mereka dari jenis hubungan badan semacam
itu menjadikan mereka menjalani kehidupan sebagai wanita
penghibur. Demikian keterlibatan tersamar dari seorang waria

21
yang berperan sebagai wanita. (Kama Sutra, hal 127-128). Dalam
kitab suci Manawa Dharmasastra, Astamodyaya atau bab delapan
menyinggung hukuman terhadap pelaku lesbi. Mereka tidak
dibenarkan menodai seorang gadis, mereka dapat dipidana atau
didenda. Pada sloka 369 dinyatakan, apabila seorang gadis
menodai seorang gadis lain, akan didenda sebesar 200 pana dan
membayar mas kawin dua kali lipat. Berdasarkan pernyataan
tersebut dapat ditafsirkan bahwa bilamana seorang lesbi menodai
seorang gadis lain maka dapat dikenakan sanksi.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa
homoseksual bertentangan dengan dharma dan merupakan
perbuatan dosa, mereka tidak dibenarkan menikah dengan
upacara Veda. Meski demikian, bagi mereka yang mengalami
kelainan seksual tersebut dibenarkan mendapatkan kesenangan
seksual dengan sesamanya tanpa menodai seseorang yang
bukan homoseksual.

b) Dampak LGBT terhadap kesehatan

Mengutip data dari CDC (Centers for Disease Control and


Prevention) AS pada 2010 menunjukkan dari 50 ribu infeksi HIV baru,
dua pertiganya adalah gay- MSM (male sex male/laki-laki berhubungan
seks dengan laki). Data pada 2010 ini jika dibandingkan dengan data
pada 2008 menunjukkan peningkatan 20 per sen. Sementara, wanita
transgender memiliki risiko terinfeksi HIV 34 kali lebih tinggi dibanding
wanita biasa. Lebih lanjut, data CDC pada 2013 di Amerika Serikat,
dari screening gay (pemeriksaan terhadap kaum gay), yang ber usia
13 tahun ke atas, 81 persen di antaranya telah terinfeksi HIV dan 55
persen di antaranya terdiagnosis AIDS.

Selain HIV-AIDS, ada penyakit lain akibat LGBT yang tak kalah
berbahayanya, contohnya, sarkoma kaposi, sebuah penyakit baru
yang belum ada penawarnya. Sarkoma kaposi adalah kanker yang
menyebabkan sebagian kecil jaringan abnormal tumbuh di bawah kulit,
di sepanjang mulut, hidung, dan tenggorokan atau di dalam organ

22
tubuh lainnya. Bagian tersebut biasanya berwarna merah atau ungu
dan terbuat dari sel kanker dan sel darah.

c) Dampak terhadap Interaksi sosial dan lingkungan sosial

Dari sudut sosiologi LGBT akan menyebabkan peningkatan gejala


sosial dan maksiat hingga tidak dapat dikendalikan. Jika dilihat dari sisi
psikologi, kebiasaan buruk ini akan mempengaruhi kejiwaan dan
memberi efek yang sangat kuat pada syaraf. Sebagai akibatnya pelaku
merasa dirinya bukan lelaki atau perempuan sejati, dan merasa
khawatir terhadap identitas diri dan seksualitasnya. Gejala ini juga bisa
merusakkan institusi keluarga dan membunuh keturunan. Keluarga
adalah unit dasar suatu masyarakat dan selanjutnya pembentukan
sebuah bangsa dan negara.

Namun dengan fenomena Lesbian, gay, biseksual dan


transgender (LGBT) yang menular ke seluruh masyarakat dunia,
termasuk negara kita, ia memberi berbagai efek kepada institusi
keluarga yang tradisi sifatnya. Kondisi ini tentunya akan
mengakibatkan rasa kecewa di kalangan anggota keluarga yang lain.
Ini juga berpotensi menimbulkan pertikaian sesama anggota keluarga
dan kerabat. Sebagai manusia normal, setidaknya pelaku LGBT akan
berhadapan dengan tekanan emosi.Jika perilaku pasangan yang
melanggar fitrah alam ini tidak dirawat hingga dia kembali normal, ia
akan memperbesar potensi tekanan mental yang lebih berat kepada
pihak lain. Jika ada anak yang tumbuh dalam rumah tangga atau
keluarga yang terlibat, tentunya akan mempengaruhi anak-anak yang
ada.

d) Dampak terhadap tindakan kriminal

Indonesia akan diterpa krisis kelebihan tindak pidana atau


overkriminalisasi. Overkriminalisasi menjadi ancaman serius bagi
hukum di Indonesia, penggunaan hukum pidana yang berlebihan akan
menimbulkan dampak buruk tidak hanya pada warga negara namun

23
juga pada institusi negara dan negara itu sendiri secara makro.
Memperluas makna dari zina dengan cara menghapus syarat ikatan
perkawinan (mengkriminalkan hubungan seksual suka sama suka) dan
memidana hubungan seksual sesama jenis jelas akan menimbulkan
overkriminalisasi. dampak dari overkriminalisasi yaitu Pertama,
meningkatnya jumlah tindak pidana. Ini adalah efek langsung yang
jelas akan terjadi. Namun yang jadi masalah adalah ketika kualitas
perbuatan yang dipidana sebetulnya belum menyentuh syarat suatu
perbuatan yang dapat dikriminalisasi. Kedua, sejalan dengan poin
pertama, maka akan terjadi ledakan penghuni Rutan dan Lapas.

Saat ini Indonesia masih mengalami kelebihan beban di Rutan


dan Lapas. Karena itu, bertambahnya tindak pidana seperti
kriminalisasi hubungan seksual suka sama suka dan hubungan
seksual sesama jenis (LGBT), akan berdampak langsung dengan
meledaknya jumlah penghuni rutan dan lapas.Ketiga, menambah
beban penegakan hukum. Dunia saat ini memasuki era yaitu kejahatan
konvensional sudah mengarah pada kejahatan yang sangat modern.
Kriminalisasi ini akan menyeret kembali aparat penegak hukum kita
untuk menyelesaikan kasus-kasus yang seharusnya tidak perlu lagi
diurusi negara.

e) Dampak terhadap Ekonomi

Jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia sudah mencapai tahap


yang memprihatinkan karena hampir merambah ke seluruh propinsi di
Indonesia. Penyakit yang hingga saat ini belum ditemukan vaksin,
upaya penanganan yang tepat bagi penderita, serta obatan-obatan
yang bisa menyembuhkannya ini kian susah dikendalikan. PBB
menyebutkan bahwa masalah HIV/AIDS, Indonesia bisa dikatakan
sebagai salah satu negara dengan peningkatan tercepat se Asia.

Peran pemerintah dalam mencegah penyebaran HIV ini yaitu


memberikan sosialisai kepada masyarakat tentang penyakit HIV/AIDS,
bahaya, dan upaya pencegahannya. Selain itu, pemerintah bisa
melakukan hal-hal berikut ini :

24
1. Pemberian layanan pengobatan gratis bagi penderita HIV/AIDS

2. Pengadaan kegiatan penyuluhan, pemantauan, pencegahan,


pengendalian, dan penaggulangan HIV/AIDS

3. Pengadaan layanan konseling dan tes HIV

4. Pengadaan kampanye pencegahan penyebaran HIV/ AIDS yang


ditujukan kepada para remaja agar generasi muda kita terjaga dari
penularan HIV/AIDS

Upaya pemerintah dalam mengurangi penyakit HIV/AIDS tentu tidak


memerlukan biaya yang sedikit. Dengan meningkatnya pelaku LGBT maka
penderita HIV/AIDS akan meningkat pula dan akan berakibat pada anggaran
biaya pemerintah sehingga berdampak pada ekonomi Bangsa Indonesia.

3. Solusi Kasus
a) Negara telah menetapkan pencegahan penyimpangan orientasi
seksual dan menjelaskannya dalam Undang-undang No. 44 tahun
2008 tentang pornografi dan telah memasukkan istilah
“persenggamaan yang menyimpang” sebagai salah satu unsur
pornografi. Dalam penjelasan pengertian istilah ini mencakup antara
lain “persenggamaan atau aktivitas seksual lainnya dengan mayat,
binatang, oral seks, anal seks, lesbian, dan homoseksual.”
b) Dalam pencegahan penyimpangan LGBT melalui praktik adopsi
anak, negara juga telah mengantisipasi motif perbuatan tersebut
melalui Peraturan Pemerintah No. 54 tahun 2007 tentang Adopsi
yang secara secara tegas menetapkan bahwa orang tua yang
mengadopsi tidak boleh pasangan homoseksual. Demikian pula
adopsi oleh orang yang belum menikah tidak diperkenankan.
c) Peran Keluarga dan Pendidikan seks bagi anak
Di era keterbukaan media dan teknologi informasi dewasa ini ruang
untuk terpapar berbagai konten negatif seperti pornografi, LGBT dan
penyimpangan-penyimpangan moral lainnnya akan semakin besar.
Dalam lingkup pendidikan anak, selain dampak positif kemajuan
teknologi informasi untuk belajar dan mengakses pengetahuan

25
lebih luas dan cepat, peluang mengakses konten negative
tersebut juga besar. Oleh karena itu diperlukan strategi tersendiri
untuk mengantisipasi pengaruh negatif teknologi informasi
terutama terkait dengan penyebaran LGBT. Dalam upaya
pencegahan penularan perilaku LGBT, ketahanan keluarga,
keharmonisan di tengah keluarga, pola asuh yang tepat, dan
pemberian pendidikan yang baik menjadi penting. Selain itu
pengajaran dari orang tua dan lingkungan terdekat akan
bagaimana pendidikan seks untuk menumbuhkan rasa
tanggungjawab diri atas nilai seks biologis, gender dan orientasi
gender menjadi penting untuk diberikan kepada anak dan remaja.
Anak- anak dan remaja membutuhkan pendidikan seksual yang
mengajarkan betapa berharganya tubuh dan cara menjaganya. Pola
pendidikan seksual dalam Islam yang relatif praktis dapat berikan
oleh orang tua kepada anaknya tidaklah melalui metode pembahasan
lisan yang menghilangkan rasa malu manusia.
d) Bekerjasama dengan media informasi, LSM (Lembaga Sosial
Masyarakat), dan sebagainya.Seperti sudah banyak dituliskan bahwa
keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama bagi anak. Di
lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapat pengaruhdan
nilai-nilai dasar kehidupan. Keluarga merupakan lembaga
pendidikan tertinggi yang bersifat informal dan kodrat.Melalui
keluarga inilah anak sejak dini mendapat asuhan dari orang tua
menuju ke arah kedewasaannya. Keluarga tidak hanya sebuah
tempat berkumpulnya ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga memiliki
fungsi sebagai suatu sistem sosial yang akan membentuk karakter
serta moral anak. Menjadi tempat ternyaman bagi anak dan
bermula dari keluarga segala sesuatu berkembang, seperti persepsi
positif terhadap diri, keterampilan berkomunikasi, bersosialisasi,
kemampuan mengaktualisasikan diri, berpendapat, hingga perilaku
yang menyimpang Melalui kesadaran bahwa keluarga merupakan
lingkungan awal yang akan membentuk jati diri seorang anak, oleh
karena itu pengajaran tentang seksualitas atau pendidikan seks

26
sejak dini di lingkungan keluarga diharapkan menjadi solusi ampuh
untuk mencegah LGBT.

27
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lingkungan fisik meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-
cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan, perkembangan dan
proses kehidupan. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam, lingkungan
buatan, dan lingkungan alam, tetapi sudah mendapat sentuhan manusia.
Problematika pada lingkungan fisik seperti tumpahan minyak mentah
dikarenakan pipa milik PT Pertamina Refinery patah akibat tertarik oleh
jangkar milik kapal MV Ever Judger. Akibatnya rusaknya hutan mangrove di
sepanjang bibir pantai, rusaknya ekosistem laut ditandai dengan kematian
sejumlah pesut, serta berdampak pada masyarakat pesisir pantai yang
mengeluh mual dan pusing akibat bau minyak yang menyengat.
Lingkungan non fisik merupakan lingkungan yang tidak bersifat fisik,
yaitu lingkungan sosial budaya, ekonomi, dan lain-lain. Lingkungan non fisik
merupakan wilayah tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, yaitu
interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranata dengan symbol
dan nilai, serta terkait dengan ekosistem.
Problematika pada lingkungan non fisik seperti terjadinya
penggerebekan pesta gay bertajuk 'The Wild One' di Kelapa Gading Barat,
Jakarta Utara. Akibatnya komunitas LGBT banyak menuai penolakan dari
berbagai kalangan agama-agama di Indonesia, karena tidak sesuai dengan
fitrahnya sebagai manusia, yaitu agama Islam, agama Kristen, agama
Budha, dan agama Hindu. Selain itu LGBT juga mengakibatkan
meningkatnya penderita HIV-AIDS serta penyakit lainnya seperti sarkoma
kaposi, meningkatkan gejala sosial dan maksiat, dan meningkatkan
overkriminalisasi.

B. Saran
Diharapkan setelah penulisan makalah ini, masyarakat sadar akan
dampak dari problematika lingkungan fisik maupun non fisik sangatlah besar

28
karena sangat merugikan masyarakat. Pemerintah diharapkan mampu lebih
berkompeten dalam menanggapi masalah yang terjadi sekarang ini. Selain
itu, peran masyarakat juga sangat dibutuhkan agar hal seperti tumpahan
minyak dan juga LGBT dapat dicegah.

29
DAFTAR PUSTAKA

Aridarmayasa. 9 April 2018. Definisi Lingkungan Hidup. http://blog.isi-


dps.ac.id/aridarmayasa/definisi-lingkungan-hidup.[ Diakses pada 28
Oktober 2018]

Khilman Rofi Azmi. 2015. Enam Kontinum Dalam Konseling Transgender


Sebagai Alternatif Solusi Untuk Konseli LGBT. Jurnal Psikologi
Pendidikan & Konseling. Volume 1 Nomor 1 Juni 2015. Hal 50-57. ISSN:
2443-2202. http://ojs.unm.ac.id/index.php/JPPK. [Diakses Pada 28
Oktober 2018]

Dacholfany, Ikhsan., Dkk. 2016. Dampak LGBT Dan Antisipasinya Di


Masyarakat. Universitas Muhammadiyah Metro.

Kadir, Abdul.,dkk. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Kharisma Putra Utama:


Jakarta

Sarinah. 2016. Ilmu Sosial Budaya Dasar. CV Budi Utama : Yogyakarta

Setiawan, Radifan. 2017. Penampakan Penggerebekan Seratus Empat Puluh


Satu Pria Sedang Pesta Gay di Kelapa Gading.
https://www.google.co.id/amp/video.tribunnews.com/amp/view/26342/pen
ampakan-penggerebekan-141-pria-sedang-pesta-gay-di-kelapa-gading.
[diakses pada 30 Oktober 2018]

Very. 2017. Ini dampak yang terjadi Bila MK Kabulkan Permohonan Perluasan
Delik Kesusilaan dalam KUHP. http://indonews.id/mobile/artikel/10696/Ini-
Dampak-yang-Terjadi-Bila-MK-Kabulkan-Permohonan-Perluasan-Delik-
Kesusilaan-dalam-KUHP/. [Diakses pada 30 Oktober 2018]

30
LAMPIRAN

LAPIRAN

31
32
33
34
35
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai