DISUSUN OLEH :
TIARA RIZKIKA ASIKAWATI (182411036)
SHEILA ANTIKA PRATIWI (182411024)
DINA SAFITRI (182411052)
MARIASELLA BR. MANULLANG (182411042)
HUMAIRA HASNI (182411072)
i
KATA PENGANTAR
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................... iii
ABSTRACT...................................................................................
.......................iv
ABSTRAK.....................................................................................
.......................iv
BAB I PENDAHULUAN...........................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................2
BAB III METODELOGI PENELITIAN..........................................8
3.1 Konseptualisasi Penelitian..............................................................8
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian......................................................8
3.3 Teknik Pengumpulan Data..............................................................8
BAB IV ANALISIS PENELITIAN..............................................10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................18
LAMPIRAN...................................................................................
..................... 19
iii
ABSTRACT
This research raises the topic of Analysis on "Case of Public Relations Professional
Ethics" and Article "Three Examples of Cases of Public Relations Ethics Violations with the
theme Public Relations / Public Relations as a profession. In the article entitled "Analysis of
Case Examples of Public Relations Professional Ethics" and the article "Three Examples of
Cases of Violation of Public Relations Ethics" clearly occur contrary to the professional code
of public relations (PR) or Public Relations. In the case of the Adam Air Aircraft Crashes
737-700, several related cases were broadcast providing information that was not in
accordance with reality to the public and also violated Law Number 15 of 1992 concerning
Aviation.
While in the Lapindo Brantas mud case, Lapindo Brantas PR has changed the code of
ethics of the public relations profession, namely: hoax and uncertain news which divides
citizens through the issue of compensation which is done to be published in public opinion.
And in the case of Communication Climate at PT Citra Marga Nusaphala Persada tbk
Regarding the Company's Conditions, the Corporate Communication Department which is
positioned as a public relations company does not use public relations professional ethics
properly. CMN Creation of communication media that are not yet two-way, financial needs of
protected and unfavorable companies, working relationships managed by members /
government public relations who are not loyal to their institutions.
ABSTRAK
Penelitian ini mengangkat topik Analisis “Kasus Etika Profesi Humas“ dan Artikel
“Tiga Contoh Kasus Pelanggaran Etika Kehumasan yang bertemakan
Humas/ Public Relations sebagai profesi. Dalam artikel yang berjudul
“Analisis Contoh Kasus Etika Profesi Humas“ dan artikel “Tiga Contoh
Kasus Pelanggaran Etika Kehumasan“ sudah jelas terjadi pelanggaran
kode etik profesi Hubungan Masyarakat ( Humas ) atau Public Relations.
Dalam kasus Peristiwa Retaknya Badan Pesawat Adam Air 737-700, disitu
terjadi beberapa pelanggaran kasus yaitu diantaranya memberikan informasi
yang tidak sesuai dengan kenyataan kepada masyarakat dan juga melanggar Undang-undang
Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan.
iv
Sedangkan dalam kasus lumpur Lapindo Brantas, PR Lapindo Brantas telah
melanggar kode etik profesi Public relation, yaitu: menyebarkan berita hoax dan tidak pasti
yang mengakibatkan memecah belah warga memalui masalah ganti rugi hal tersebut
dilakukan untuk mengarahkan pada opini public.
Dan pada kasus Iklim Komunikasi di PT Citra Marga Nusaphala Persada
tbk Berkaitan dengan Kondisi Perusahaan, Departemen Komunikasi Koorporat
yang diposisikan sebagai PR perusahaan tersebut tidak menjalankan etika profesi kehumasan
dengan baik. CMNP menciptakan suatu media komunikasi yang sifatnya belum dua arah,
kinerja keuangan perusahaan tersebut cenderung tertutup dan memiliki kinerja buruk dan,
hubungan kerja pengelola anggota/kehumasan pemerintah yang tidak loyal kepada
instansinya.
Kata Kunci: Humas/Public Relations, Pelanggaran Etika profesi, Kode Etik Public Relation.
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
atau Public Relation. Sesuai dengan materi yang telah kami pelajari
dalam mata kuliah Etika Profesi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
berpelukan di depan umum atau mencari untung dengan berlipat-lipat dalam transaksi bisnis
dianggap tak bermoral dalam masyarakar tertentu.
Sebuah etika atau ethics merupakan bagaimana kita memperhatikan atau
mempertimbangkan perilaku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika
mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas
untuk menentukan “kebenaran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap
orang lain. ( Yanuar, 2017 )
Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode
etik profesi jelas diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi
lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan
keahlian. Sebuah profesi hanya memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana
dalam diri para profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika
profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat
yang memerlukan. Istilah profesi merupakan suatu hal yang berkaitan dengan bidang
tertentu atau jenis pekerjaan (occupation) yang dipengaruhi oleh pendidikan dan
keahlian, sehingga banyak yang bekerja tetapi belum tentu memiliki profesi sesuai.
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja khusus melaksanakan kegiatan yang
memerlukan ketrampilan dan keahlian guna memenuhi kebutuhan rumit manusia.
Pemakaian dengan cara benar ketrampilan dan keahlian hanya dicapai dengan
penguasaan pengetahuan dalam lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, sejarah dan
lingkungan hidupnya, serta disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan kelompok
anggota profesi tersebut.
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan
dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak
orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari
pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori
sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan
dalam praktek.
Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti
kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup
pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan
sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut De George, timbul kebingungan mengenai
pengertian profesi itu sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan profesional.
Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang profesional tidak atau belum tentu
termasuk dalam pengertian profesi.
3
Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu
dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau
seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian
tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian,
sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-
senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Peranan etika dalam profesi. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua
orang, atau segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan
kelompok yang paling kecil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-
nilai etika tersebut, suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur
kehidupan bersama. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang
menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya
maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional.
Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenal adanya mafia peradilan,
demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik super spesialis di daerah mewah,
sehingga masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya. ( Nur, 2013 )
Apakah etika, dan apakah etika profesi itu ? Kata etik (atau etika) berasal dari kata
ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu
subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok
untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk
atau baik.
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as the
performance index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika akan
memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di
dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni
pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang
secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsipprinsip moral yang ada dan pada saat
yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam
tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode
etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”,
karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri.
Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang berkeahlian dan
berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan
berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu
4
hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri.
Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi
dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di
sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan
kehlian
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh
kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran
kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian
profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semual
dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah
pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai
idealisme dan ujungujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun
kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini. ( Abdurrazaq, 2017 )
Public Relation adalah merupakan salah satu profesi yang memiliki kode etik. Dalam
Public Ralation kode etik disebut sebagai kode etik Publik Relation atau kode etik kehumasan
atau etika profesi humas. Dalam buku Etika Kehumasan karangan Rosady Ruslan disebutkan
bahwa etika profesi humas merupakan bagian dari bidang etika khusus atau etika terapan
yang menyangkut dimensi sosial, khususnya bidang profesi. Kegiatan Humas atau profesi
Humas (Public Relation Professional), baik secara kelembagaan atau dalam stuktur organisasi
(Public Relation by Function) maupun individual sebagai penyandang professional Humas
(Public relation Officer by Professional) berfungsi untuk menghadapi dan mengantisipasi
tantangan kedepan, yaitu pergeseran sistem pemerintahan otokratik menuju sistem reformasi
yang lebih demokratik dalam era globalisasi yang ditandai dengan munculnya kebebasan
pers, mengeluarkan pendapat, opini dan berekspresi yang terbuka, serta kemampuan untuk
berkompetitif dalam persaingan pasar bebas, khususnya di bidang jasa teknologi informasi
dan bisnis lainnya yang mampu menerobos batas- batas wilayah suatu negara, sehingga
dampaknya sulit dibendung oleh negara lain sebagai target sasarannya.
Etika profesi kehumasan dapat menciptakan hubungan sinergis antara organisasi
dengan kliennya. Pelayanan terhadap klien seharusnya dapat menjadi perhatian khusus oleh
Public Relation karena sebagai fungsi manajemen yang berada di organisasi atau perusahaan
peran humas dan hubungannya sangat dekat dengan klien dan bahkan menjadi pihak
penengah antara organisasi dengan kliennya.
Etika erat kaitannya dengan pelaksanaan kode etik perilaku. Fungsi dari keduanya
adalah untuk melindungi mereka yang mempercayakan kesejahteraan di tangan profesional.
Perlindungan terhadap profesi tersebut berupa hak istimewa, status, dan kolegitas profesional.
5
Dalam profesi, penerapan nilai-nilai moral dalam prakteknya di sebut sebagai etika terapan.
Etika profesi merupakan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah, ukuran-ukuran yang
diterima dan di taati oleh para pegawai atau karyawan, berupa peraturan-peraturan, tatanan
yang ditaati semua karyawan dari organisasi tertentu.
Menurut G Sachs dalam bukunya The Extent and intention of PR and Information
Activities terdapat tiga konsep penting dalam etika kehumasan, sebagai berikut :
1. The Image, knowledge about us and the attitudes toward us the our different interest
group have. Artinya, Citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap terhadap kita yang
mempunyai kelompok-kelompok dalam kepentingan yang saling berbeda.
2. The profile, the knowledge about anattitude towards, we want ourvarious interest group to
have. Artinya, Penampilan merupakan pengetahuan mengenai suatu sikap terhadap yang
kita inginkan untuk dimiliki kelompok kepentingan kita yang beragam.
3. The Ethics is branch of philosophy, it is amoral philosophy or philosophical thinking
about morality, often used as equivalent it right or good. Artinya, Etika merupakan cabang
dari ilmu filsafat, merupakan filsafat moral atau pemikiran filosofis tentang moralitas,
biasanya selalu berkaitan dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.
Public Relations Harus Menguasai Etika – Etika:
1. Good communications for internal and external public.
2. Tidak terlepas dari factor kejujuran (integrity) sebagai landasan utamanya.
3. Memberikan kepada bawahan/karyawan adanya sense of belonging dan sense of wanted
pada perusahaannya (membuat mereka merasa diakui/dibutuhkan).
4. Etika sehari-hari dalam berkomunikasi dan berinteraksi harus tetap dijaga.
5. Menyampaikan informasi - informasi penting kepada anggota dan kelompok
berkepentingan.
6. Menghormati prinsip-prinsip rasa hormat terhadap nilai-nilai manusia.
7. Menguasai prinsip-prinsip rasa hormat terhadap nilai-nilai manusia.
8. Menguasai teknik dan cara penanggulangan kasus-kasus, sehingga dapat memberikan
keputusan dan pertimbangan secara bijaksana.
9. Mengenal batas-batas yang berdasarkan pada moralitas dalam profesinya.
10. Penuh dedikasi dalam profesinya.
11. Mentaati kode etik Public Relations
“Avoid negative news, and with drawal publication” Pejabat humas yang berfungsi
sebagai Spokesman dikenal dengan nama jubir (juru bicara). Untuk mengeluarkan suatu
pernyataan, seorang spokesman harus berpedoman pada: Berita dan Pemberitaan.
6
Hal yang harus dihindarkan bagi spokesman untuk membantah suatu pernyataan yaitu
jangan mengatakan “ no comment ” atau “off the record” Hendaknya humas dapat tetap
memberikan pernyataan yang diplomatis dan argumentative rasional.
Fungsi jubir dilihat dari kelembagaan, metode komunikasi dan profesional adalah:
Penyampaian keputusan atau kebijaksanaan (intermediator)
Mewakili “tokoh” untuk berbicara (communicator).
Penyelenggara hubungan baik (relationship).
Melindungi nama baik lembaga (back up management).
Nara sumber dan menciptakan nama baik (good news resource and image maker).
Profesional (bertindak sesuai dengan kode etik dan etika profesional)
Seorang profesional adalah “ A person who does some thing with great skill”. Syarat-
syarat pengembangan professionalisme:
1. Pengakuan Perlunya memperoleh pengakuan terhadap kemapuan dan keberadaan
seseorang sebagai profesionalisme secara serius, resmi yang telah memperoleh
keterampilan, keahlian, pengalaman, pengetahuan tentang bidangnya.
2. Organisasi Butuhnya wadah untuk menyalurkan keprofesionalisme di bidangnya sekaligus
dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan bagi seorang yang dinyatakan
profesional
3. Kriteria Pelaksanaan tugas, peranan, kewajiban serta kemampuan profesionalisme harus
sesuai dengan kreteria standar profesi
4. Kreatif Seorang yang profesional harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan ide
dan gagasan yang kaya dengan buah ide pikiran yang cemerlang untuk kemajuan dirinya
dan lembaga tentunya
5. Konseptor Seorang yang profesional setidaknya dapat membuat, menciptakan, konsep
kerja ataupun manajemen humas yang jelas
7
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
8
menggunakan teknik observasi artikel yang berjudul “Analisis Contoh
Kasus Etika Profesi Humas“sesuai dengan teori etika profesi yang telah
dipelajari dan dicatat. Ardianto (2010 : 165) mengungkapkan bahwa
metode observasi berstruktur dapat membantu peneliti, sehingga
peneliti lebih mudah menentukan objek penelitian yang diamati
dengan tidak terbatas. Peneliti mengumpulkan data melalui riset etika
dan kode etik profesi Hubungan Masyarakat ( Humas ) atau Public
Relations melalui internet dan juga berdasarkan catatan-catatan dari
teori etika profesi yang telah dipelajari sebelumnya.
Link Artikel :
Indah, Shofia. 2017. Analisis Contoh Kasus Etika Profesi Humas.
https://shofiaindah.wordpress.com/2017/12/14/analisis-contoh-kasus-etika-
profesi- humas/. ( diakses 31 Maret 2020 ).
Isna, Daniq. 2013.Tiga Contoh Kasus Pelanggaran Etika Kehumasan.
http://daniq-isnaa.blogspot.co.id/2013/05/tiga-contoh-kasus-pelanggaran-
etika.html.
(diakses 31 Maret 2020 ).
9
BAB IV
ANALISIS PENELITIAN
11
ketentuan KEKI
pasal III
disebutkan
bahwa anggota
perhumasan
tidak boleh
menyebarkan
informasi yang
tidak benar atau
yang
menyesatkan
sehingga dapat
menodai profesi
kehumasan.
12
Lapindo
menyebarkan
informasi yang tidak
sesuai dengan fakta.
2. Pasal 3 mengenai
Media Komunikasi ;
“seorang anggota
tidak akan
melaksanakan
kegiatan yang dapat
merugikan integritas
media komunikasi”.
Lapindo dapat
dikatakan melanggar
pasal berikut karena
Lapindo yang
merupakan milik
Bakrie Group dapat
menciptakan opini
public sendiri
mengenai lumpur
Lapindo itu sendiri
melalui media yang
dimiliki sehingga
informasi yang
diberikan meskipun
tidak sesuai dengan
kenyataan tetapi tidak
menjatuhkan citra
Lapindo.
3. Iklim Komunikasi di PT 1. Melakukan KKN. 1. Pasal 3 mengenai
13
3. Atasan lebih integritas media
14
organisasi
tersebut.”. CMNP
dapat dikatakan
melanggar pasal
tersebut karena
terbukti kinerja
keuangan
perusahaan
tersebut
cenderung
tertutup dan
memiliki kinerja
buruk.
3. Perusahaan
CMNP juga
melanggar kode
etik Kehumasan
Pemerintah
mengenai
hubungan kerja
kewajiban dalam
organisasi yang
berbunyi
“pengelola
anggota/kehuma
san pemerintah
harus loyal
kepada
instansinya,
memiliki kinerja
berkomunikasi
dan
integritasmoral
secara efektif,
baik dalam jalur
formal maupun
informal dengan
15
para pegawai
instansi tempat
pengelola /
anggota
kehumasan
pemerintah.
16
2. Perusahaan
tidak
mengasuransik
an aset tetap
terhadap resiko
kecelakaan,
kebakaran, dan
jenis kerugian
lainnya, kendala
teknis berupa
gangguan
komunikasi dan
sistem
persinyalan,
kurangnya
pengendalian
perawatan dan
keselamatan
kereta api.
Sehingga, akan
timbul salah
menyalahkan
antara pihak-
pihak yang
terlibat dan
hilangnya
kepercayaan
masyarakat
terhadap PT.KAI
ataupun
sesama civitas
PT.KAI yang
menimbulkan
ketidakharmoni
17
san dalam
perusahaan dan
juga
perusahaan
dengan
publiknya.
3. Minimnya
budaya
toleransi
keselamatan
sesama
pengguna jalan
dan minimnya
solialisasi
tentang rambu-
rambu di area
perlintasan
kereta api.
18
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Amin, Yanuar. 2017. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan.
Halaman: 7-9.
Hasibuan, Abdurrazaq. 2017. Etika Profesi Profesionalisme Kerja. Medan: UISU Press
Halaman: 9-10.
Kasanah, Nur. 2013. Etika Profesi dan Profesional Bekerja. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Halaman: 38-41.
Internet :
Bagars. 2012. Etika Profesi Humas.
https://bagarsclothing.wordpress.com/2012/06/08/etikaprofesi-humas/.
(31 Maret 2020).
Ingawika, Novita. 2017. Etika Profesi Humas.
http://ingaingaingainga.blogspot.com/2018/11/etika-profesi-humas.html.
(31 Maret 2020).
Relation, Pub;ic Seni. 2014. Etika Profesi Public Relations.
https://dinarjamaudin07.wordpress.com/2014/01/28/etika-profesi-public-relations/.
(31 Maret 2020).
Link Artikel :
Indah, Shofia. 2017. Analisis Contoh Kasus Etika Profesi Humas.
https://shofiaindah.wordpress.com/2017/12/14/analisis-contoh-kasus-etika-
profesi- humas/. ( diakses 31 Maret 2020 ).
Isna, Daniq. 2013.Tiga Contoh Kasus Pelanggaran Etika Kehumasan.
http://daniq-isnaa.blogspot.co.id/2013/05/tiga-contoh-kasus-pelanggaran-
etika.html.
20
(diakses 31 Maret 2020 )
Lampiran:
Lampiran analisa kasus yang dijadikan objek penelitian.
21
1. Kode Condut IPRA ( Asosiasi Hubungan Masyarakat
Internasional) ; “Dalam Kode Etik IPRA, putusan yang disetujui
lembaga kehumasan tidak disetujui untuk disahkan secara
sengaja oleh informasi yang palsu atau menyesatkan.”. PR
Adam Air dapat dipecahkan kode etik karena terbukti tidak
diterima terang
2. Kode Etik Kehumasan (KEKI); Dalam salah satu butir
ketentuan KEKI pasal III meminta anggota perhumasan tidak
boleh mengizinkan informasi yang tidak benar atau yang
disangkal dapat menodai profesi kehumasan.
Selain memberikan informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan
kepada masyarakat, dari tindakan memeriksa pesawat tersebut,
pihak Adam Air juga telah mengubah Undang-undang Nomor 15
Tahun 1992 tentang Penerbangan, yaitu pasal 34 ayat 2 yaitu
“ siapa pun yang melanggar merusak, memeriksa-membuktikan,
mengganti-ganti pesawat udara, mengambil bagian-bagian
pesawat atau barang lain yang tersisa akibat kecelakaan, sebelum
dilakukan penelitian terhadap penyebab kecelakaan itu. Ancaman
hukuman untuk pelanggarnya adalah enam bulan kurungan dan
denda Rp 18 juta. ”
Sumber:
Isnawati, Danik. Tiga Contoh Kasus Pelanggaran
Etika Humas.2017. Diakses pada tanggal 16 Desember 2017.
http://daniq-isnaa.blogspot.co.id/2013/05/tiga-contoh-kasus-
pelanggaran-etika.html
sumber: http://daniq-isnaa.blogspot.co.id/2013/05/tiga-contoh-kasus-
pelanggaran-etika.html
24