Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS ISI MENGENAI ETIKA PROFESI

BERDASARKAN ARTIKEL YANG BERJUDUL


“ANALISIS CONTOH KASUS ETIKA PROFESI
HUMAS“ SESUAI DENGAN TEORI ETIKA PROFESI
YANG TELAH DIPELAJARI

DIAJUKAN UNTUK MELAPORKAN HASIL ANALISIS ARTIKEL MENGGUNAKAN


TEORI ETIKA PROFESI YANG TELAH DI PELAJARI.
MATA KULIAH : ETIKA PROFESI
DOSEN : Ir. TANTO KUNTOYO, M. Pd.

DISUSUN OLEH :
TIARA RIZKIKA ASIKAWATI (182411036)
SHEILA ANTIKA PRATIWI (182411024)
DINA SAFITRI (182411052)
MARIASELLA BR. MANULLANG (182411042)
HUMAIRA HASNI (182411072)

D-III METROLOGI DAN INSTRUMENTASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

i
KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah


mengkaruniakan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini yang berjudul “Analisis Isi Mengenai Etika
Profesi Berdasarkan Artikel Yang Berjudul “Analisis Contoh Kasus Etika
Profesi Humas“ dan Artikel “Tiga Contoh Kasus Pelanggaran Etika
Kehumasan“ Sesuai Dengan Teori Etika Profesi Yang Telah Dipelajari.“
Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Tanto Kuntoyo selaku
dosen pembimbing mata kuliah Etika Profesi, yang telah memberikan
arahan terkait tugas laporan ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin
penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format
yang telah ditentukan.
Penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik dari pembaca.
Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan
evaluasi.
Mudah–mudahan makalah ini dapat diterima sebagai bahan
pembelajaran. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih untuk semua yang
berpatisipasi dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.

Medan, 1 April 2020

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................... iii
ABSTRACT...................................................................................
.......................iv
ABSTRAK.....................................................................................
.......................iv
BAB I PENDAHULUAN...........................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................2
BAB III METODELOGI PENELITIAN..........................................8
3.1 Konseptualisasi Penelitian..............................................................8
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian......................................................8
3.3 Teknik Pengumpulan Data..............................................................8
BAB IV ANALISIS PENELITIAN..............................................10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................18
LAMPIRAN...................................................................................
..................... 19

iii
ABSTRACT
This research raises the topic of Analysis on "Case of Public Relations Professional
Ethics" and Article "Three Examples of Cases of Public Relations Ethics Violations with the
theme Public Relations / Public Relations as a profession. In the article entitled "Analysis of
Case Examples of Public Relations Professional Ethics" and the article "Three Examples of
Cases of Violation of Public Relations Ethics" clearly occur contrary to the professional code
of public relations (PR) or Public Relations. In the case of the Adam Air Aircraft Crashes
737-700, several related cases were broadcast providing information that was not in
accordance with reality to the public and also violated Law Number 15 of 1992 concerning
Aviation.
While in the Lapindo Brantas mud case, Lapindo Brantas PR has changed the code of
ethics of the public relations profession, namely: hoax and uncertain news which divides
citizens through the issue of compensation which is done to be published in public opinion.
And in the case of Communication Climate at PT Citra Marga Nusaphala Persada tbk
Regarding the Company's Conditions, the Corporate Communication Department which is
positioned as a public relations company does not use public relations professional ethics
properly. CMN Creation of communication media that are not yet two-way, financial needs of
protected and unfavorable companies, working relationships managed by members /
government public relations who are not loyal to their institutions.

Keywords: Public Relations, Violation of professional ethics, Public Relations Code of


Ethics.

ABSTRAK

Penelitian ini mengangkat topik Analisis “Kasus Etika Profesi Humas“ dan Artikel
“Tiga Contoh Kasus Pelanggaran Etika Kehumasan yang bertemakan
Humas/ Public Relations sebagai profesi. Dalam artikel yang berjudul
“Analisis Contoh Kasus Etika Profesi Humas“ dan artikel “Tiga Contoh
Kasus Pelanggaran Etika Kehumasan“ sudah jelas terjadi pelanggaran
kode etik profesi Hubungan Masyarakat ( Humas ) atau Public Relations.
Dalam kasus Peristiwa Retaknya Badan Pesawat Adam Air 737-700, disitu
terjadi beberapa pelanggaran kasus yaitu diantaranya memberikan informasi
yang tidak sesuai dengan kenyataan kepada masyarakat dan juga melanggar Undang-undang
Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan.
iv
Sedangkan dalam kasus lumpur Lapindo Brantas, PR Lapindo Brantas telah
melanggar kode etik profesi Public relation, yaitu: menyebarkan berita hoax dan tidak pasti
yang mengakibatkan memecah belah warga memalui masalah ganti rugi hal tersebut
dilakukan untuk mengarahkan pada opini public.
Dan pada kasus Iklim Komunikasi di PT Citra Marga Nusaphala Persada
tbk Berkaitan dengan Kondisi Perusahaan, Departemen Komunikasi Koorporat
yang diposisikan sebagai PR perusahaan tersebut tidak menjalankan etika profesi kehumasan
dengan baik. CMNP menciptakan suatu media komunikasi yang sifatnya belum dua arah,
kinerja keuangan perusahaan tersebut cenderung tertutup dan memiliki kinerja buruk dan,
hubungan kerja pengelola anggota/kehumasan pemerintah yang tidak loyal kepada
instansinya.

Kata Kunci: Humas/Public Relations, Pelanggaran Etika profesi, Kode Etik Public Relation.

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang sebagai suatu istilah
yang berkaitan dengan bidang yang dipengaruhi oleh pendidikan,
kemampuan, dan keahlian. Tetapi keahlian yang diperoleh dari
pendidikan saja tidak cukup untuk menjadikan seseorang besikap
profesional pada profesi yang diambilnya.
Dalam menjadi seorang yang profesional, diperlukan pemahaman
secara teori yang mendalam mengenai hal yang akan dikerjakan di
bidang profesi yang diambil dan juga penguasaan akan tindakan-
tindakan (praktek) yang akan dilakukan dalam bidang profesi yang
akan dikerjakan. Sejalan dengan itu, menurut De George, timbul
kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri, sehubungan
dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena
banyak orang yang professional tidak atau belum tentu
termasuk dalam pengertian profesi.
Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata
cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu
profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu
profesi yang diterjemahkan kedalam standar perilaku anggotanya.
Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan
pengabdian kepada masyarakat. Nilai professional dapat disebut juga
dengan istilah asasetis. Empat asasetis, yaitu : Menghargai harkat dan
martabat, Peduli dan bertanggung jawab, Integritas dalam hubungan ,
dan Tanggung jawab terhadap masyarakat. 
Di Indonesia maupun mancanegara, banyak terdapat kasus-kasus
pelanggaran mengenai etika profesi dan juga kode etik profesi. Mulai
dari wartawan, pengacara, akuntan, humas, dan lain sebagainya.
Dalam tugas kali ini kami akan melakukan analisis dari suatu artikel
dalam negeri mengenai pelanggaran etika profesi yang dalam hal ini
adalah pelanggaran etika profesi Humas ( Hubungan Masyarakat )

1
atau Public Relation. Sesuai dengan materi yang telah kami pelajari
dalam mata kuliah Etika Profesi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan etika profesi ?
2. Carilah contoh kasus pelanggaran etika profesi dan buatlah analisis
kasus tersebut sesuai dengan teori yang telah dipelajari.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Siagian (1996) menyebutkan bahwa setidaknya ada 4 alasan mengapa


mempelajari etika sangat penting. Etika memandu manusia dalam memilih berbagai
keputusan yang dihadapi dalam kehidupan. Etika merupakan pola perilaku yang
didasarkan pada kesepakatan nilai-nilai sehingga kehidupan yang harmonis dapat tercapai.
Dinamika dalam kehidupan manusia menyebabkan perubahan nilai-nilai moral sehingga
perlu dilakukan analisa dan ditinjau ulang. Etika mendorong tumbuhnya naluri moralitas dan
mengilhami manusia untuk sama-sama mencari, menemukan dan menerapkan nilai-nilai
hidup yang hakiki. Pelajaran mengenai etika tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk
pencarian/penguasaan ilmu.
Etika adalah masalah sifat pribadi yang meliputi apa yang kita sebut “menjadi
orang baik”, tetapi juga merupakan masalah sifat keseluruhan segenap masyarakat yang
tepatnya disebut "ethos"nya. Jadi etika adalah bagian dan pengertian dari ethos, usaha
untuk mengerti tata aturan sosial yang menentukan dan membatasi tingkah laku kita,
khususnya tata aturan yang fundamental seperti larangan membunuh dan mencuri dan
perintah bahwa orang harus "menghormati orang tuanya" dan menghormati hak-hak
orang lain yang kita sebut moralitas.
Hubungan erat antara etika dan adat sosial ("adat-istiadat" yang mempunyai
akar etimologis yang sama dengan kata "moralitas") mau tidak mau menimbulkan
pertanyaan apakah moralitas adalah adat istiadat masyarakat tertentu, dan apakah etika
adalah suatu hukum tertentu. Jelaslah bahwa etika dan moralitas berkaitan erat sekali dengan
hukum dan adat istiadat/kebiasaan masyarakat. Misalnya di Indonesia pada umumnya

2
berpelukan di depan umum atau mencari untung dengan berlipat-lipat dalam transaksi bisnis
dianggap tak bermoral dalam masyarakar tertentu.
Sebuah etika atau ethics merupakan bagaimana kita memperhatikan atau
mempertimbangkan perilaku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika
mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas
untuk menentukan “kebenaran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap
orang lain. ( Yanuar, 2017 )
Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode
etik profesi jelas diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi
lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan
keahlian. Sebuah profesi hanya memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana
dalam diri para profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika
profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat
yang memerlukan. Istilah profesi merupakan suatu hal yang berkaitan dengan bidang
tertentu atau jenis pekerjaan (occupation) yang dipengaruhi oleh pendidikan dan
keahlian, sehingga banyak yang bekerja tetapi belum tentu memiliki profesi sesuai.
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja khusus melaksanakan kegiatan yang
memerlukan ketrampilan dan keahlian guna memenuhi kebutuhan rumit manusia.
Pemakaian dengan cara benar ketrampilan dan keahlian hanya dicapai dengan
penguasaan pengetahuan dalam lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, sejarah dan
lingkungan hidupnya, serta disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan kelompok
anggota profesi tersebut.
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan
dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak
orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari
pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori
sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan
dalam praktek.
Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti
kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup
pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan
sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut De George, timbul kebingungan mengenai
pengertian profesi itu sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan profesional.
Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang profesional tidak atau belum tentu
termasuk dalam pengertian profesi.
3
Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu
dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau
seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian
tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian,
sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-
senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Peranan etika dalam profesi. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua
orang, atau segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan
kelompok yang paling kecil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-
nilai etika tersebut, suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur
kehidupan bersama. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang
menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya
maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional.
Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenal adanya mafia peradilan,
demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik super spesialis di daerah mewah,
sehingga masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya. ( Nur, 2013 )
Apakah etika, dan apakah etika profesi itu ? Kata etik (atau etika) berasal dari kata
ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu
subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok
untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk
atau baik.
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as the
performance index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika akan
memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di
dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni
pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang
secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsipprinsip moral yang ada dan pada saat
yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam
tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode
etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”,
karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri.
Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang berkeahlian dan
berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan
berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu
4
hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri.
Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi
dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di
sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalahgunaan
kehlian
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh
kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran
kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian
profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semual
dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah
pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai
idealisme dan ujungujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun
kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini. ( Abdurrazaq, 2017 )
Public Relation adalah merupakan salah satu profesi yang memiliki kode etik. Dalam
Public Ralation kode etik disebut sebagai kode etik Publik Relation atau kode etik kehumasan
atau etika profesi humas. Dalam buku Etika Kehumasan karangan Rosady Ruslan  disebutkan
bahwa etika profesi humas merupakan bagian dari bidang etika khusus atau etika terapan
yang menyangkut dimensi sosial, khususnya bidang profesi. Kegiatan Humas atau profesi
Humas (Public Relation Professional), baik secara kelembagaan atau dalam stuktur organisasi
(Public Relation by Function) maupun individual sebagai penyandang professional Humas
(Public relation Officer by Professional) berfungsi untuk menghadapi dan mengantisipasi
tantangan kedepan, yaitu pergeseran sistem pemerintahan otokratik menuju sistem reformasi
yang lebih demokratik dalam era globalisasi yang ditandai dengan munculnya kebebasan
pers, mengeluarkan pendapat, opini dan berekspresi yang terbuka, serta kemampuan untuk
berkompetitif dalam persaingan pasar bebas, khususnya di bidang jasa teknologi informasi
dan bisnis lainnya yang mampu menerobos batas- batas wilayah suatu negara, sehingga
dampaknya sulit dibendung oleh negara lain sebagai target sasarannya.
Etika profesi kehumasan dapat menciptakan hubungan sinergis antara organisasi
dengan kliennya. Pelayanan terhadap klien seharusnya dapat menjadi perhatian khusus oleh
Public Relation karena sebagai fungsi manajemen yang berada di organisasi atau perusahaan
peran humas dan hubungannya sangat dekat dengan klien dan bahkan menjadi pihak
penengah antara organisasi dengan kliennya.
Etika erat kaitannya dengan pelaksanaan kode etik perilaku. Fungsi dari keduanya
adalah untuk melindungi mereka yang mempercayakan kesejahteraan di tangan profesional.
Perlindungan terhadap profesi tersebut berupa hak istimewa, status, dan kolegitas profesional.
5
Dalam profesi, penerapan nilai-nilai moral dalam prakteknya di sebut sebagai etika terapan.
Etika profesi merupakan norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah, ukuran-ukuran yang
diterima dan di taati oleh para pegawai atau karyawan, berupa peraturan-peraturan, tatanan
yang ditaati semua karyawan dari organisasi tertentu.
Menurut G Sachs dalam bukunya The Extent and intention of PR and Information
Activities terdapat tiga konsep penting dalam etika kehumasan, sebagai berikut :
1. The Image, knowledge about us and the attitudes toward us the our different interest
group have. Artinya, Citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap terhadap kita yang
mempunyai kelompok-kelompok dalam kepentingan yang saling berbeda.
2. The profile, the knowledge about anattitude towards, we want ourvarious interest group to
have. Artinya, Penampilan merupakan pengetahuan mengenai suatu sikap terhadap yang
kita inginkan untuk dimiliki kelompok kepentingan kita yang beragam.
3. The Ethics is branch of philosophy, it is amoral philosophy or philosophical thinking
about morality, often used as equivalent it right or good. Artinya, Etika merupakan cabang
dari ilmu filsafat, merupakan filsafat moral atau pemikiran filosofis tentang moralitas,
biasanya selalu berkaitan dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.
Public Relations Harus Menguasai Etika – Etika:
1. Good communications for internal and external public.
2. Tidak terlepas dari factor kejujuran (integrity) sebagai landasan utamanya. 
3. Memberikan kepada bawahan/karyawan adanya sense of belonging dan sense of wanted
pada perusahaannya (membuat mereka merasa diakui/dibutuhkan).
4. Etika sehari-hari dalam berkomunikasi dan berinteraksi harus tetap dijaga.
5. Menyampaikan informasi - informasi penting kepada anggota dan kelompok
berkepentingan.
6. Menghormati prinsip-prinsip rasa hormat terhadap nilai-nilai manusia.
7. Menguasai prinsip-prinsip rasa hormat terhadap nilai-nilai manusia.
8. Menguasai teknik dan cara penanggulangan kasus-kasus, sehingga dapat memberikan
keputusan dan pertimbangan secara bijaksana.
9. Mengenal batas-batas yang berdasarkan pada moralitas dalam profesinya.
10. Penuh dedikasi dalam profesinya.
11. Mentaati kode etik Public Relations
“Avoid negative news, and with drawal publication” Pejabat humas yang berfungsi
sebagai Spokesman dikenal dengan nama jubir (juru bicara). Untuk mengeluarkan suatu
pernyataan, seorang spokesman harus berpedoman pada: Berita dan Pemberitaan.

6
Hal yang harus dihindarkan bagi spokesman untuk membantah suatu pernyataan yaitu
jangan mengatakan “ no comment ” atau “off the record” Hendaknya humas dapat tetap
memberikan pernyataan yang diplomatis dan argumentative rasional.
Fungsi jubir dilihat dari kelembagaan, metode komunikasi dan profesional adalah:
 Penyampaian keputusan atau kebijaksanaan (intermediator)
 Mewakili “tokoh” untuk berbicara (communicator).
 Penyelenggara hubungan baik (relationship).
 Melindungi nama baik lembaga (back up management).
 Nara sumber dan menciptakan nama baik (good news resource and image maker).
 Profesional (bertindak sesuai dengan kode etik dan etika profesional)
Seorang profesional adalah “ A person who does some thing with great skill”. Syarat-
syarat pengembangan professionalisme:
1. Pengakuan Perlunya memperoleh pengakuan terhadap kemapuan dan keberadaan
seseorang sebagai profesionalisme secara serius, resmi yang telah memperoleh
keterampilan, keahlian, pengalaman, pengetahuan tentang bidangnya.
2. Organisasi Butuhnya wadah untuk menyalurkan keprofesionalisme di bidangnya sekaligus
dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan bagi seorang yang dinyatakan
profesional
3. Kriteria Pelaksanaan tugas, peranan, kewajiban serta kemampuan profesionalisme harus
sesuai dengan kreteria standar profesi
4. Kreatif Seorang yang profesional harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan ide
dan gagasan yang kaya dengan buah ide pikiran yang cemerlang untuk kemajuan dirinya
dan lembaga tentunya
5. Konseptor Seorang yang profesional setidaknya dapat membuat, menciptakan, konsep
kerja ataupun manajemen humas yang jelas

7
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Konseptualisasi Penelitian


Berdasarkan judul laporan penelitian ini yaitu Analisis isi mengenai
etika profesi berdasarkan artikel yang berjudul “Analisis Contoh Kasus
Etika Profesi Humas“ dan artikel “Tiga Contoh Kasus Pelanggaran Etika
Kehumasan“sesuai dengan teori etika profesi yang telah dipelajari,
maka definisi konseptual yang terdapat di dalamnya yaitu mengenai
Kode etik yang merupakan seperangkat norma profesional yang
digunakan sebagai syarat oleh para profesi dan harus ditaati. Peneliti
menggunakan metode analisis isi, yaitu penelitian yang berhubungan
dengan media komunikasi dan isinya.Menurut Berelsondalam Ardianto
(2011:349), metode analisis isi bersifat kuantitatif,dimana teknik
penelitian dipakai untuk mendeskripsikan secara objektif, secara
sistematis, dan secara kuantitatif, perihal isi komunikasi yang tampak.

3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti seluruh bentuk
pelanggaran kode etik Hubungan Masyarakat ( Humas ) atau Public
Relations berdasarkan artikel yang berjudul “Analisis Contoh Kasus
Etika Profesi Humas“ dan artikel “Tiga Contoh Kasus Pelanggaran Etika
Kehumasan“sesuai dengan teori etika profesi yang telah dipelajari.
Peneliti melakukan penarikan sampel karena peneliti hanya akan
menganalisis berita yang mengandung bentuk-bentuk pelanggaran
kode etik Hubungan Masyarakat ( Humas ) atau Public Relations.
Sampel yang terdapat dalam penelitian ini adalah contoh kasus yang
terdapat dalam artikel tersebut.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data menunjuk pada ukuran atau hasil observasi
dalam bentuk angka, gambar, atau kata-kata yang dikumpulkan dan
dicatat (Silalahi, 2009 : 280). Dalam melakukan penelitian ini, peneliti

8
menggunakan teknik observasi artikel yang berjudul “Analisis Contoh
Kasus Etika Profesi Humas“sesuai dengan teori etika profesi yang telah
dipelajari dan dicatat. Ardianto (2010 : 165) mengungkapkan bahwa
metode observasi berstruktur dapat membantu peneliti, sehingga
peneliti lebih mudah menentukan objek penelitian yang diamati
dengan tidak terbatas. Peneliti mengumpulkan data melalui riset etika
dan kode etik profesi Hubungan Masyarakat ( Humas ) atau Public
Relations melalui internet dan juga berdasarkan catatan-catatan dari
teori etika profesi yang telah dipelajari sebelumnya.

Link Artikel :
Indah, Shofia. 2017. Analisis Contoh Kasus Etika Profesi Humas.
https://shofiaindah.wordpress.com/2017/12/14/analisis-contoh-kasus-etika-
profesi- humas/. ( diakses 31 Maret 2020 ).
Isna, Daniq. 2013.Tiga Contoh Kasus Pelanggaran Etika Kehumasan.
http://daniq-isnaa.blogspot.co.id/2013/05/tiga-contoh-kasus-pelanggaran-
etika.html.
(diakses 31 Maret 2020 ).

9
BAB IV

ANALISIS PENELITIAN

Berdasarkan teori yang telah dipelajari, etika profesi merupakan


tingkah laku para pekerja profesional, dimana seseorang dapat dikatakan
profesional jika mempunyai kemampuan atau spesifikasi di bidangnya dan
dinyatakan kompeten di bidang tersebut. Etika profesi juga merupakan
sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan profesional
terhadap masyarakat dengan memberikan pelayanan profesional dengan
penuh ketertiban dan keahlian dalam rangka melaksanakan tugas dan
kewajiban. Segala prosedur atau tahapan yang dilakukan seorang
profesional harus tertib, jelas, dan berkeadilan. Pelayanan profesional juga
biasanya dilakukan oleh aparat berwenang dan harus memudahkan
masyarakat.
Kode etik profesi merupakan sistem norma, nilai aturan profesional
secara tertulis yang dengan tegas menyatakan apa yang benar dan yang
salah sebagai profesional dan perbuatan apa yang harus dilakukan dan
yang harus dihindari. Tujuan dari kode etik ini adalah agar profesional
dapat memberikan jasa atau pelayanan yang sebaik-baiknya kepada
masyarakat ataupun mitra kerja dalam rangka melindungi dari perbuatan
tidak profesional.
Dalam artikel yang berjudul “Analisis Contoh Kasus Etika Profesi
Humas“ dan artikel “Tiga Contoh Kasus Pelanggaran Etika Kehumasan“
sudah jelas terjadi pelanggaran kode etik profesi Hubungan Masyarakat
( Humas ) atau Public Relations. Hal ini dapat diketahui karena tim peneliti
10
kami telah mengobservasi data dan juga teori etika profesi yang telah
dipelajari.
Berdasarkan hasil observasi, tim peneliti memperoleh temuan data
sebagai berikut :
N Contoh kasus Jenis pelanggaran Kode Etik Yang Di
o Langgar
1. Peristiwa Retaknya 1. Mengecat seluruh 1. IPRA

Badan Pesawat Adam badan pesawat (International

Air 737-700 menjadi warna putih Public Relation


Association)
dan menutup retakan
Code of Condut  ;
dibelakang sayap
“Dalam
pesawat
IPRA Code of
menggunakan kain
Conductbutir C
berwarna putih. disebutkan
2. Membantah bahwa lembaga
Pernyataan mengenai kehumasan tidak
adanya kerusakan diperkenankan
pada sayap pesawat. untuk

3. Tidak memberikan menyebarkan

informasi yang jelas secara sengaja


informasi yang
mengenai kerusakan
palsu atau
sayap pesawat.
menyesatkan.”.
PR Adam Air
dapat dikatakan
melanggar kode
etik karena
terbukti tidak
berterus terang
perihal kejadian
retaknya badan
pesawat.
2. Kode Etik
Kehumasan
(KEKI) ; Dalam
salah satu butir

11
ketentuan KEKI
pasal III
disebutkan
bahwa anggota
perhumasan
tidak boleh
menyebarkan
informasi yang
tidak benar atau
yang
menyesatkan
sehingga dapat
menodai profesi
kehumasan.

2. Kasus lumpur lapindo 1. Menutupi fakta 1. Pasal 2 mengenai


Brantas sebenarnya dari Penyebaran informasi

kejadian kasus lumpur ; “seorang anggota


tidak akan
lapindo dengan
menyebarluaskan,
membuat iklan-iklan
secara sengaja dan
palsu
tidak
2. Memberikan bertanggungjawab,
keterangan palsu saat informasi yang palsu
konferensi pers. atau yang
3. Memecah belah meyesatkan, dan
warga mengenai sebaliknya justru

masalah ganti rugi. akan berusaha


sekeras mungkin
untuk mencegah
terjadinya hal
tersebut. Ia
berkewajiban
menjaga dan
ketepatan
informasi.”. Lapindo
dikatakan melanggar
pasal tersebut karena

12
Lapindo
menyebarkan
informasi yang tidak
sesuai dengan fakta.
2. Pasal 3 mengenai
Media Komunikasi ;
“seorang anggota
tidak akan
melaksanakan
kegiatan yang dapat
merugikan integritas
media komunikasi”.
Lapindo dapat
dikatakan melanggar
pasal berikut karena
Lapindo yang
merupakan milik
Bakrie Group dapat
menciptakan opini
public sendiri
mengenai lumpur
Lapindo itu sendiri
melalui media yang
dimiliki sehingga
informasi yang
diberikan meskipun
tidak sesuai dengan
kenyataan tetapi tidak
menjatuhkan citra
Lapindo.
3. Iklim Komunikasi di PT 1. Melakukan KKN. 1. Pasal 3 mengenai

Citra Marga Nusaphala 2. Tidak adanya sikap Media

Persada tbk Berkaitan saling menghargai, Komunikasi ;


“seorang anggota
dengan Kondisi membangun, dan
tidak akan
Perusahaan sikap tolong
melaksanakan
menolong antar
kegiatan yang
karyawan.
dapat merugikan

13
3. Atasan lebih integritas media

mementingkan komunikasi”. Dari

kebutuhan pribadi. sini CMNP dapat


dikatakan
4. Kurangnya kejujuean
melanggar pasal
dan keterusterangan
tersebut karena
akan hasil kerja
CMNP
karyawan.
menciptakan
5. Kurangnya suatu media
komunikasi antar komunikasi yang
atasan dan karyawan. sifatnya belum
dua arah.
2. Pasal 8 mengenai
memberitahukan
Kepentingan
Keuangan ;
“seorang angota
yang mempunyai
kepentingan
keuangan dalam
suatu organisasi,
tidak akan
menyarankan
klien atau
majikannya untuk
memakai
organisasi
tersebut atau pun
memanfaatkan
jasa-jasa
organisasi
tersebut, tanpa
memberitahukan
terlebih dahulu
kepentingan
pribadinya yang
terdapat dalam

14
organisasi
tersebut.”. CMNP
dapat dikatakan
melanggar pasal
tersebut karena
terbukti kinerja
keuangan
perusahaan
tersebut
cenderung
tertutup dan
memiliki kinerja
buruk.
3. Perusahaan
CMNP juga
melanggar kode
etik Kehumasan
Pemerintah
mengenai
hubungan kerja
kewajiban dalam
organisasi yang
berbunyi
“pengelola
anggota/kehuma
san pemerintah
harus loyal
kepada
instansinya,
memiliki kinerja
berkomunikasi
dan
integritasmoral
secara efektif,
baik dalam jalur
formal maupun
informal dengan

15
para pegawai
instansi tempat
pengelola /
anggota
kehumasan
pemerintah.

4. Upaya pengembalian 1. Kurangnya 1. Tidak ada


citra baik PT. KAI dilakukan Penelitian komunikasi
dan mendengarkan yang baik
(research-listening) – antara pihak
fact finding praktisi
2. Perencanaan dan PR/Kepala
mengambil humas PT.KAI
keputusan (planning- dengan
decision) yang kurang masyarakat
tepat. yang
3. Kurangnya menggunakan
komunikasi dan jalan raya
pelaksanaan akibat
(communicating- kecelakaan di
action) perbaikan. perlintasan
4. Tidak kereta api,
Mengevaluasi sehingga
(evaluating) menimbulkan
rumor atau
berita yang
kurang baik di
media massa
yang dapat
menurunkan
bahkan
menghancurkan
citra
perusahaan.

16
2. Perusahaan
tidak
mengasuransik
an aset tetap
terhadap resiko
kecelakaan,
kebakaran, dan
jenis kerugian
lainnya, kendala
teknis berupa
gangguan
komunikasi dan
sistem
persinyalan,
kurangnya
pengendalian
perawatan dan
keselamatan
kereta api.
Sehingga, akan
timbul salah
menyalahkan
antara pihak-
pihak yang
terlibat dan
hilangnya
kepercayaan
masyarakat
terhadap PT.KAI
ataupun
sesama civitas
PT.KAI yang
menimbulkan
ketidakharmoni

17
san dalam
perusahaan dan
juga
perusahaan
dengan
publiknya.
3. Minimnya
budaya
toleransi
keselamatan
sesama
pengguna jalan
dan minimnya
solialisasi
tentang rambu-
rambu di area
perlintasan
kereta api.

Berdasarkan hasil penelitian yang tim peneliti lakukan, kami


menemukan bahwa profesi Hubungan Masyarakat ( Humas ) atau Public
Relation banyak melakukan pelanggaran kode etik yang berhubungan
dengan kurangnya komunikasi, pembohongan publik atau menyiarkan
informasi atau keterangan palsu.
Link Artikel :
Indah, Shofia. 2017. Analisis Contoh Kasus Etika Profesi Humas.
https://shofiaindah.wordpress.com/2017/12/14/analisis-contoh-kasus-etika-
profesi- humas/. ( diakses 31 Maret 2020 ).
Isna, Daniq. 2013.Tiga Contoh Kasus Pelanggaran Etika Kehumasan.
http://daniq-isnaa.blogspot.co.id/2013/05/tiga-contoh-kasus-pelanggaran-
etika.html.
(diakses 31 Maret 2020 ).
BAB V

18
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang tim peneliti lakukan, kami


menemukan bahwa profesi Hubungan Masyarakat ( Humas ) atau Public
Relation banyak melakukan pelanggaran kode etik yang berhubungan
dengan kurangnya komunikasi, pembohongan publik atau menyiarkan
informasi atau keterangan palsu.
Etika dalam kehumasan sangatlah penting. Dengan adanya etika dalam
humas menjadikan kontrol bagi humas maupun bagi kehumasan itu
sendiri. Tanpa adanya etika seorang humas akan bertindak semaunya
sendiri, bertingkah laku sesuai keinginannya sendiri tanpa adanya aturan
yang membatasinya. Tanpa adanya etika profesi dalam kehumasan akan
banyak kecurangan-kecurangan yang dilakukan, akan banyak
kebohongan-kebohongan yang diciptakan untuk menutupi kesalahan
perusahaan atau organisasi. Selain itu etika juga dapat berperan untuk
mengukur dan melihat profesionalisme yang di miliki pribadi humas,
karena etika dalam sebuah profesi berkaitan pula dengan profesionalitas
dari profesi itu sendiri. Dapat mengimplementasikan etika dan etiket
dalam setiap langkah dan setiap kegiatan humas.
Oleh karena itu dalam kehumasan sikap atau etika yang baik wajib
dimiliki oleh seorang humas. Maka bagi seseorang dalam kehumasan
sangatlah penting unuk memiliki pemahaman mengenai etika karena
menyangkut penampilan (profile) dalam rangka menciptakan & membina
citra (image) organisasi yang diwakilinya. Selain itu pula etika dapat
berperan dalam pembuktian profesionalitas yang dimiliki oleh pribadi
humas itu sendiri.

19
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Amin, Yanuar. 2017. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan.
Halaman: 7-9.
Hasibuan, Abdurrazaq. 2017. Etika Profesi Profesionalisme Kerja. Medan: UISU Press
Halaman: 9-10.
Kasanah, Nur. 2013. Etika Profesi dan Profesional Bekerja. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Halaman: 38-41.

Internet :
Bagars. 2012. Etika Profesi Humas.
https://bagarsclothing.wordpress.com/2012/06/08/etikaprofesi-humas/.
(31 Maret 2020).
Ingawika, Novita. 2017. Etika Profesi Humas.
http://ingaingaingainga.blogspot.com/2018/11/etika-profesi-humas.html.
(31 Maret 2020).
Relation, Pub;ic Seni. 2014. Etika Profesi Public Relations.
https://dinarjamaudin07.wordpress.com/2014/01/28/etika-profesi-public-relations/.
(31 Maret 2020).

Link Artikel :
Indah, Shofia. 2017. Analisis Contoh Kasus Etika Profesi Humas.
https://shofiaindah.wordpress.com/2017/12/14/analisis-contoh-kasus-etika-
profesi- humas/. ( diakses 31 Maret 2020 ).
Isna, Daniq. 2013.Tiga Contoh Kasus Pelanggaran Etika Kehumasan.
http://daniq-isnaa.blogspot.co.id/2013/05/tiga-contoh-kasus-pelanggaran-
etika.html.

20
(diakses 31 Maret 2020 )

Lampiran:
Lampiran analisa kasus yang dijadikan objek penelitian.

1. ANALISIS KONTOH KASUS ETIKA PROFESI HUMAS


Etika Profesi Humas Melanggar dan Menerapkan Etika Profesi
Humas
Berita 1:
PERISTIWA RETAKNYA BADAN PESAWAT ADAM AIR 737-300
Rabu, 21 Februari 2007 pesawat Adam Air 737-300 dengan nomor
penerbangan KI-172 dengan mengangkut 148 orang penumpang
diberitahukan tentang peta pesawat di bandara Juanda,
Surabaya. Media mengabarkan bahwa Manajemen Adam Air tidak
berterima terang tentang keretakan badan pesawat tersebut,
disetujui membantah mengenai keretakan pesawat Adam Air 737-
300. Pihak Adam Air sendiri membuktikan melalui gambar yang
disebarkan di media yang telah mengecat seluruh badan menjadi
warna putih dan menutup retakan dibelakang sayap
menggunakan pesawat kain putih. Dari jumlah yang telah
didistribusikan yang dimedia, PR Adam Air tetap membantah
tentang pesawat yang diperlengkapi oleh Adam Air 737-300, dan
memilih tidak memberikan komentar mengenai berita yang
berkaitan dengan pembelian tersebut.
Dari kasus ini ditemukan bahwa PR Adam Air telah mengganti
kode etik kehumasan, yaitu:

21
1. Kode Condut IPRA ( Asosiasi Hubungan Masyarakat
Internasional)  ; “Dalam Kode Etik IPRA,  putusan yang disetujui
lembaga kehumasan tidak disetujui untuk disahkan secara
sengaja oleh informasi yang palsu atau menyesatkan.”. PR
Adam Air dapat dipecahkan kode etik karena terbukti tidak
diterima terang
2. Kode Etik Kehumasan (KEKI); Dalam salah satu butir
ketentuan KEKI pasal III meminta anggota perhumasan tidak
boleh mengizinkan informasi yang tidak benar atau yang
disangkal dapat menodai profesi kehumasan.
Selain memberikan informasi yang tidak sesuai dengan kenyataan
kepada masyarakat, dari tindakan memeriksa pesawat tersebut,
pihak Adam Air juga telah mengubah Undang-undang Nomor 15
Tahun 1992 tentang Penerbangan, yaitu pasal 34 ayat 2 yaitu
“ siapa pun yang melanggar merusak, memeriksa-membuktikan,
mengganti-ganti pesawat udara, mengambil bagian-bagian
pesawat atau barang lain yang tersisa akibat kecelakaan, sebelum
dilakukan penelitian terhadap penyebab kecelakaan itu. Ancaman
hukuman untuk pelanggarnya adalah enam bulan kurungan dan
denda Rp 18 juta. ”
 

Sumber:
Isnawati, Danik. Tiga Contoh Kasus Pelanggaran
Etika Humas.2017. Diakses pada tanggal 16 Desember 2017.
http://daniq-isnaa.blogspot.co.id/2013/05/tiga-contoh-kasus-
pelanggaran-etika.html

2. Kasus lumpur Lapindo Brantas


Lebih dari lima tahun kasus lumpur Lapindo belum usai.  Lapindo yang dimiliki oleh
Bakrie Group ini memang memiliki sumberdaya politik ekonomi yang dapat perpengaruh di
Indonesia, bahkan Bakrie Group dapat menciptakan opini public mengenai lumpur Lapindo
22
itu sendiri melalui media yang dimiliki. Pada 22 Oktober 2008 Lapindo Brantas mengadakan
siaran pers mengenai hasil para ahli geologi di London. Pada konfrensi tersebut Lapindo
menyewa perusahan Public Relation  untuk mengabarkan bahwa peristiwa tersebut bukan dari
kesalahan Lapindo. Lapindo mengeluarkan statement bahwa kejadian tersebut akibat dari
bencana alam, akan tetapi sejumlah ahli geolog dan LSM yang peduli terhadap kasus lumpur
Lapindo ini tetap menganggap bahwa kejadian pengeboran Lapindo yang menjadi pemicu
tragedy tersebut. Lapindo terus menutupi fakta dengan berbagai cara termasuk membuat iklan
serta memecah belah warga memalui masalah ganti rugi hal tersebut dilakukan untuk
mengarahkan pada opini public.
Dari kasus tersebut, maka PR Lapindo Brantas dapat dinyatakan telah melanggar kode
etik profesi Public relation, yaitu :
a.       Pasal 2 mengenai Penyebaran informasi ; “seorang anggota tidak akan menyebarluaskan,
secara sengaja dan tidak bertanggungjawab, informasi yang palsu atau yang meyesatkan,
dan sebaliknya justru akan berusaha sekeras mungkin untuk mencegah terjadinya hal
tersebut. Ia berkewajiban menjaga dan ketepatan informasi.”. Lapindo dikatakan
melanggar pasal tersebut karena Lapindo menyebarkan informasi yang tidak sesuai dengan
fakta.
b.      Pasal 3 mengenai Media Komunikasi ; “seorang anggota tidak akan melaksanakan
kegiatan yang dapat merugikan integritas media komunikasi”. Lapindo dapat dikatakan
melanggar pasal berikut karena Lapindo yang merupakan milik Bakrie Group dapat
menciptakan opini public sendiri mengenai lumpur Lapindo itu sendiri melalui media yang
dimiliki sehingga informasi yang diberikan meskipun tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
tidak menjatuhkan citra Lapindo.

3. Iklim Komunikasi di PT Citra Marga Nusaphala Persada tbk Berkaitan dengan


Kondisi Perusahaan
Terdapat tiga permasalahan yang terjadi di CMNP yaitu stigma KKN, kinerja
keuangan yang buruk, dan gugatan bagi hasil pengelolaan jalan tol dengan Jasa marga.
Karyawan lebih menganggap pembagian revenue sharing dengan Jasa Marga yang paling
menganggu eksistensi karyawan karena menyangkut kesejahteraan. hubungan antara bahawan
dan atasan dalam CMNP berkaitan dengan informai tentang usaha repositioning  dan keadaan
negatif perusahaan terlihat tidak supportive, dimana para karyawan merasa bahwa atasan
tidak membantu mereka dalam membangun dan memelihara rasa saling meghargai dan
kepentingan semua pihak. Adanya jarak yang membatasi antara karyawan yang bekerja di
lapangan dengan karyawan yang bekerja di kantor pusat maupun operasional.
Para karyawan lapangan merasa diperlakukan seperti mesin. Tidak adanya rasa saling
menghargai dan kepentingan semua pihak antar anggota organisasi karena motivasi kerja
karyawan dan anggota organisasi CMNP adalah untuk kepentingan pribadi. Karyawan hanya
pasrah dengan keadaan tanpa ada usaha untu lebih meningkatkan komunikasi sampai pada
taraf optimal, karyawan merasa lebih baik diam dan menerima apapun kebijakan manajemenn
dengan harapan eksistensi karyawan tetap terjaga. Kejujuran atau keterusterangan atasan atau
manajemen atas hasil kerja karyawan dirasakan kurang.
Departemen Komunikasi Korporat berfungsi sebagai jembatan antara manajemen
dengan pihak internal maupun eksternal. Salah satu bentuk dari program Bidang Internal
Departemen Korporat untuk menjawab kebutuhan komunikasi internal prusahaan diterbitkan
23
buletin triwulan. namun tidak tepat bisa menjawab kebutuhan akan saluran komunikasi,
dengan pemunculan media-media internal selain koordinasi oleh Depatemen Komunikasi
Korporat. Menurut karyawan hal ini sebenarnya tidak sehat, selain tidak efisien juga
mengkaburkan fungsi internal relations Departemen Komunikasi Korporat.  Departemen
komunikasi Korporat juga menerbitkan media internal warta Citra Marga, namun dinilai
terlambat dan cenderung menjadi corong manajemen dan belum memberikn kesempatan
komunikasi yang sifatnya bottom up. Komunikasi face to face menjadi hal yang sangat
dirindukan oleh para karyawan.
Dari kasus tersebut, Departemen Komunikasi Koorporat yang diposisikan sebagai PR
perusahaan tersebut tidak menjalankan etika profesi kehumasan dengan baik. Perusahaan
tersebut dapat dinyatakan melanggar etika kehumasan karena :
a.       Pasal 3 mengenai Media Komunikasi ; “seorang anggota tidak akan melaksanakan kegiatan
yang dapat merugikan integritas media komunikasi”. Dari sini CMNP dapat dikatakan
melanggar pasal tersebut karena CMNP menciptakan suatu media komunikasi yang sifatnya
belum dua arah.
b.      Pasal 8 mengenai memberitahukan Kepentingan Keuangan ; “seorang angota yang
mempunyai kepentingan keuangan dalam suatu organisasi, tidak akan menyarankan klien atau
majikannya untuk memakai organisasi tersebut atau pun memanfaatkan jasa-jasa organisasi
tersebut, tanpa memberitahukan terlebih dahulu kepentingan pribadinya yang terdapat dalam
organisasi tersebut.”. CMNP dapat dikatakan melanggar pasal tersebut karena terbukti kinerja
keuangan perusahaan tersebut cenderung tertutup dan memiliki kinerja buruk.
c.       Perusahaan CMNP juga melanggar kode etik Kehumasan Pemerintah mengenai hubungan
kerja kewajiban dalam organisasi yang berbunyi “pengelola anggota/kehumasan pemerintah
harus loyal kepada instansinya, memiliki kinerja berkomunikasi dan integritasmoral secara
efektif, baik dalam jalur formal maupun informal dengan para pegawai instansi tempat
pengelola / anggota kehumasan pemerintah.

sumber: http://daniq-isnaa.blogspot.co.id/2013/05/tiga-contoh-kasus-
pelanggaran-etika.html

24

Anda mungkin juga menyukai