Anda di halaman 1dari 4

BAHAN PEMERIKSAAN (SPECIMEN HANDLING)

DISUSUN OLEH :

Nanda Putri Hadi Suwarno


P3.73.34.2.19.028

DOSEN PEMBIMBING :

Eva Ayu Maharani, S.Si, M.Biomed


Ni Putu Aryadnyani, ST , M.Biomed.

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


PRODI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
Penugasan Mandiri : Penatalaksanaan spesimen untuk pemeriksaan biologi
molekuler
1. Jenis Pemeriksaan :
 Identifikasi Mycobacterium Tuberculocis

2. Jenis Spesimen
 Sputum
Pemeriksaan sputum secara mikroskopis merupakan pemeriksaan yang
efisien, mudah dan murah. Pemeriksaan standar baku emas untuk mendiagnosis
tuberkulosis adalah melalui kultur, tetapi membutuhkan waktu yang lama. Sifat
Mycobacterium tuberculosis yang lambat pada waktu pembelahan sekitar 20 jam,
sehingga pada kultur pertumbuhan baru tampak setelah 4-8 minggu. Untuk dapat
tumbuh dimedia kultur diperlukan 100-1000 kuman / ml sputum.

3. Syarat Spesimen :
 Dibutuhkan tiga spesimen sputum untuk menegakkan diagnosis TB secara
mikroskopis. Spesimen sputum paling baik diambil pada pagi hari selama 3 hari
berturut-turut (pagi-pagipagi), tetapi untuk kenyamanan penderita pengumpulan
sputum dilakukan : Sewaktu – Pagi – Sewaktu (SPS) dalam jangka waktu 2 hari.
 Sewaktu hari -1 (sputum sewaktu pertama = A)
 Kumpulkan sputum spesimen pertama pada saat pasien berkunjung ke UPK
(Unit Pelayanan Kesehatan)
 Beri pot sputum pada saat pasien pulang untuk keperluan pengumpulan
sputum pada hari berikutnya.
 Pagi hari -2 (sputum pagi = B)
 Pasien mengeluarkan sputum spesimen kedua pada pagi hari kedua setelah
bangun tidur dan membawa spesimen ke laboratorium.
 Sewaktu hari -2 (sputum sewaktu kedua = C)
 Kumpulkan sputum spesimen ketiga di laboratorium pada saat pasien kembali
ke laboratorium pada hari kedua saat membawa sputum pagi (B).

4. Pengolahan Spesimen :
1) Menurut 500 mikrometer sputum dicampur dengan volume sama larutan pelisis
(NaOH, Na-sitrat dan N-acetyl L-cysteine) dalam tabung mikrosentrifus steril.
2) Dikocok dengan horijontal gyrotary shaker selama dua puluh menit pada 420 rpm.
3) Setelah di sentrifus 10 menit pada 12.000 rpm, wadah dicuci dengan aquadest
steril dua kali.
4) Wadah ditambahkan larutan TE dan larutan pelisis (guanidin tiosianat, Tris-HCI,
EDTA dan Triton-X).
5) 20 mikroliter diatom kemudian dikocok kembali selama 10 menit pada 100 rpm
dan di sentrifus 2 menit.
6) Setelah dicuci dengan buffer dan etanol 70% dingin masing-masing dua kali dan
aseton satu kali.
7) Wadah dikeringkan pada 560 C.
8) Pada wadah kering ditambahkan larutan TE dan di inkubasi 56% selama 10
menit.
9) Setelah di sentrifus, supernatanya digunakan untuk template PCR.
10) Seluruh prosedur inokulasi dn ekstraksi DNA dilakukan dalam Biological safety
cabinet class II.
11) Konsentradi ekstrak DNA diukur dengan monodrop ND 1000 Spectrophotometer
analysis software.
12) Sepasang primer oligonukleotida digunakan untuk mengamplifikasi fragmen 342
bp yang spesifik untuk kompleks M. tuberculosis.
13) Amplifikasi dilakukan dengan menambahkan template DNA (50 mg).
14) 20 pmol masing-masing primer kedalam tabung PCR.
15) 250 mikroM masing-masing deoxynucleosid trphospht (dNTP) dan gel loading
dye dan volume dijadikan microliter dengan aquadest.
16) Kontrol positif adalah DNAdari strain standar M. tuberculosis dan kontrol negatif
adalah aquadest.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.batan.go.id/NHC/syaifudin6.php

Anda mungkin juga menyukai