Anda di halaman 1dari 3

ARAKTERISTIK INOVASI

2.1 Pengertian Karakteristik Inovasi

Secara etimologis, istilah karakteristik merupakan susunan dua kata yang terdiri dari kata karakteristik
dan tafsir. Istilah karakteristik diambil dari Bahasa Inggris yakni characteristic, yang artinya mengandung
sifat khas. Ia mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu. Secara garis besar karakteristik itu
adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.

Secara umum, Karakteristik Inovasi Pendidikan dapat diartikan berdasarkan kata Karakteristik dan
Inovasi Pendidikan. Karakteristik adalah ciri khas atau bentuk-bentuk watak atau karakter yang dimiliki
oleh setiap individu, corak tingkah laku, tanda khusus. Inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang,
metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat) baik berupa hasil invensi atau discovery yang di gunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan untuk memecahkan masalah pendidikan.

Berdasarkan pengertian diatas, karakteristik inovasi pendidikan bisa diartikan sebagai ciri-ciri atau
karakter yang dimilki oleh suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru
bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau discovery yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan untuk memecahkan masalah pendidikan.

Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi, yaitu:

1. Keunggulan Relatif (relative advantage)

2. Kesesuaian (compatibility)

3. Kerumitan (complexity)

4. Kemampuan diuji cobakan (trialability)

5. Kemampuan diamati (observability)

2.2 Keunggulan Relatif (Relative Advantage)

Keunggulan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat
keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin
dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat
penting;

Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik atau unggul dari yang pernah
ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise social,
kenyamanan, kepuasan, dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi,
semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Sebagai contoh para adopter akan menilai apakah suatu Inovasi itu relatif menguntungkan atau lebih
unggul dibanding yang lainnya atau tidak. Untuk adopter yang menerima secara cepat suatu inovasi,
akan melihat inovasi itu sebagai sebuah keunggulan.

2.3 Kesesuaian (Compatibility)

Kesesuaian (compatibility), yaitu tingkat kesesuaian dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan
kebutuhan dari penerima. Kesesuaian adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten
dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika
suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu
tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).

Contoh lainnya ialah, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang
berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang
sesuai (compatible). Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi berdasarkan
konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhannya.

2.4 Kompleksitas (Complexity)

Kompleksitas (complexity), yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan manggunakan inovasi bagi
penerima. Kompleksitas adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk
dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan
digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya atau sulit dimengerti dan digunakan oleh
pengadopsi. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu
inovasi dapat diadopsi. Tetapi apabila suatu inovasi sulit untuk dipahami dan sulit dimengerti oleh
pengadopsi, maka semakin sulit pula suatu inovasi dapat diadopsi.

Adopter atau pengguna inovasi juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang akan
dihadapinya jika mereka memanfaatkan inovasi. Artinya bagi individu yang lambat mamahami dan
menguasainya tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding individu yang cepat
memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan
seseorang untuk mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.

2.5 Trialabilitas atau Kemampuan Uji Coba

Trialabilitas (trialability), yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Kemampuan
untuk diuji cobakan atau trialabilitas adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji coba dalam batas
tertentu. Suatu inovasi yang dapat diuji cobakan dalam pengaturan (setting) sesungguhnya umumnya
akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu
menunjukkan (mendemostrasikan) keunggulannya.
Kemampuan untuk dapat diuji bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian. Mempunyai
kemungkinan untuk diuji coba terlebih dahulu oleh para adopter untuk mengurangi ketidakpastian
mereka terhadap inovasi itu.

2.6 Observasibilitas atau Kemampuan Diamati

Dapat diamati (obsevability), yaitu mudah diamati atau tidaknya suatu hasil inovasi oleh penerima.
Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain.
Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau
sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan
relatif, kesesuaian (compatibility), kemampuan untuk diuji cobakan, dan kemampuan untuk diamati
serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.

Dengan kemampuan untuk diamati akan mendorong adopter untuk memberikan penilaian apakah
inovasi itu mampu meningkatkan status sosial mereka di depan orang lain sehingga dirinya akan
dianggap sebagai orang yang inovatif.

Anda mungkin juga menyukai