2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Critical Book Report yang
berjudul,’DASAR DAN PENGUKURAN LISTRIK” ini.
Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami mengharapkan saran dan kritik guna memperbaiki makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca pada umumnya.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................... 4
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................... 9
Daftar Pustaka...................................................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.1Latar Belakang Masalah
1.2Identitas Buku
Nomor ISBN :-
BAB II
5
RANGKUMAN ISI BUKU
Ada dua sistem pengukuran yaitu sistem analog dan sistem digital.
Sistem analogberhubungan dengan informasi dan data analog. Sinyal analog
berbentuk fungsi kontinyu,misalnya penunjukan temperatur dalam
ditunjukkan oleh skala, penunjuk jarum pada skalameter, atau penunjukan
skala elektronik.Sistem digital berhubungan dengan informasi dan data
digital. Penunjukan angka digital berupa angka diskret dan pulsa
diskontinyu berhubungan dengan waktu. Penunjukan displaydari tegangan
atau arus dari meter digital berupa angka tanpa harus membaca dariskala
meter. Sakelar pemindah frekuensi pada pesawat HT juga merupakan angka
digitaldalam bentuk digital.
6
ukurnya. Misalnya jarum menunjukkan angka 12,5. Sedang konstanta
ukurnya adalah 10 volt. Maka nilai ukurnya adalah 125 volt.
- Alat ukur Digital, pembacan nilai ukur dapat dilakukan secara langsung.
7
Alat Ukur Digital
Alat ukur digital saat sekarang banyakdipakai dengan berbagai
kelebihannya,murah, mudah dioperaikan, dan praktis.Multimeter digital
mampu menampilkanbeberapa pengukuran untuk arus
miliamper,temperatur °C, tegangan milivolt, resistansi ohm, frekuensi Hz,
daya listrik mW sampaikapasitansi nF
Pada dasarnya data /informasi yang akan diukur bersifat analog.
Blok diagram alat ukur digital terdiri komponen sensor, penguat sinyal
analog, analog to digital converter, mikroprosesor, alat cetak, dan display
digital (Gambar 6.4).
Sensor mengubah besaran listrik dan non elektrik menjadi tegangan,
karena tegangan masihdalam orde mV perlu diperkuat olehpenguat input.
Sinyal input analog yang sudah diperkuat, dari sinyal analog diubah
menjadi sinyal digitaldengan (ADC) analog to digital akan diolah oleh
perangkat PC atau mikroprosessor denganprogram tertentu dan hasil
pengolahan disimpan dalam sistem memori digital. Informasi
digitalditampilkan dalam display atau dihubungkan dicetak dengan mesin
cetak.Display digital akan menampilkan angka diskrit dari 0 sampai angka 9
ada tiga jenis,yaitu 7-segmen, 14-segmen dan dot matrik 5 x 7. Sinyal
digital terdiri atas 0 dan 1, ketika sinyal 0 tidak bertegangan atau OFF,
8
ketika sinyal 1 bertegangan atau ON.
3. Pengukuran Tegangan
Seperti pada pengukuran arus, pengukuran tegangan listrik
dengan voltmeter juga memiliki keterbatasan, tahanan dalam meter
Rm membatasi kemampuan batas ukur tegangan. Menaikkan batas
ukur tegangan dilakukan dengan memasang tahanan ser Rs pada
9
meter dasar. Tahanan seri Rs akan dialiri arus sebesar Is, arus
yang melalui meter Rm sebesar Im.
Pengukuran daya pada sistem arus balik dibedakan menjadi tiga janis daya, yaitu
- Daya semu ( S ) yang diukur dalam satuan VA atau kVA
- Daya Aktif ( P ) yang diukur dalam satuan watt atau kW
- Daya Reaktif ( Q ) yang diukur dalam satuan VAR atau kVAR
10
Hubungan antara ketiga daya tersebut dapat dijelaskan dengan mudah
melalui segitiga daya, sebagai berikut:
Jadi, jika dua parameter diketahui maka parameter lainnya dapat ditentukan.
Bila daya semu diketahui dan besar beda fasa antara daya aktif dan daya
semu diketahui maka nilai daya aktifnya dapat ditentukan. Sebagai contoh,
diketahui daya semu S = 50 kVA, dan sudut beda fasanya 60 derajad busur,
maka daya aktif P = 50 kVA x cos 600 = 25 kW
11
Contoh lain, diketahui daya semu S = 50 kVA, dan Daya Aktif P = 25 kW,
maka daya reaktif kVAr. Pengukuran daya semu (Q) dapat dengan mudah
dilakukan dengan mengukur tegangan dan arus yang ada pada suatu
rangkaian arus bolak-balik seperti diperlihatkan pada gambar 7.2.
Hal 224
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
13