Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

INFEKSI SALURAN NAFAS ATAS (ISPA) PADA ANAK

Tugas ini ditulis untuk memenuhi tugas Profesi Keperawatan Komunitas Agregat

Anak

DISUSUN OLEH

KELOMPOK B’20

AGREGAT ANAK

PROGRAM STUDI PROFESI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : ISPA Pada Anak


Sasaran : Komunitas Virtual B’20 Agregat Anak
Hari/Tanggal : Sabtu, 9 Januari 2021
Jam : 10.00
Penyaji :Masri Rahayu P, Risada Septriella, Ulfa Mawaddah N.
Tempat :Zoom Meeting
Waktu : 120 menit

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan investasi untuk keberhasilan
pembangunan bangsa.Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan
secara menyeluruh dan berkesinambungan.Tujuan Sistem Kesehatan
Nasional adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua
potensi bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis,
berhasil-guna dan berdayaguna, sehingga tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya (Departemen Kesehatan RI, 2015).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu
masalah kematian pada anak di Negara berkembang. ISPA merupakan salah
satu penyakit infeksi yang menyerang salah satu atau lebih dari saluran
pernapasan mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksinya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura
(Kemenkes, 2010). Menurut World Health Organzation(WHO) tahun 2016
jumlah penderita ISPA adalah 59.417 anak dan memperkirakan di Negara
berkembang berkisar 40-80 kali lebih tinggi dari Negara maju. Dari jumlah
itu 70 persen korban berasal dari Negara berkembang(Safarina, 2015).
Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) masih merupakan
masalah kesehatan yang utama karena merupakan penyebab kematian dan
kesakitan yang terbanyak di dunia. Infeksi saluran pernapasan atas
merupakan penyebab kematian dan kesakitan balita dan anak di Indonesia.
Angka kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan (ISPA) pada balita dan
anak di Indonesia masih tinggi (Safarina, 2015). Berdasarkan hasil utama
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, di Indonesia prevalensi
ISPA berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan terdapat sebanyak 4,4 %.
Periode prevalence Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan penduduk adalah 25,0
persen. Lima provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur,
Papua, Papua Barat, dan Jawa Timur. Insiden dan prevalensi Indonesia tahun
2013 adalah 1,8 persen dan 4,5 persen. Lima provinsi yang mempunyai
insiden dan prevalensi ISPA tertinggi untuk semua umur adalah Nusa
Tenggara Timur, Papua, Bengkulu, Banten (Riskesdas, 2018)
ISPA di sebabkan oleh virus, bakteri dan reketsia
(Widoyono,2011:204), dan infeksi ini paling sering terjadi pada anak karena
beberapa faktor seperti terpapar asap rokok, pencemaran lingkungan,
makanan yang kurang bersih dan lain-lain, anak akan mengalami masalah
pernafasan berupa sesak nafas, kesulitan bernafas, batuk dan bentuk-bentuk
masalah lainnya sebagai akibat infeksi saluran pernafasan. ISPA dapat
disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor individu anak, faktor perilaku dan
factor lingkungan. Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat badan
lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi
perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA pada anak atau peran aktif
keluarga/masyarakat dalam menangani penyakit ISPA. Faktor lingkungan
meliputi: pencemaran udara dalam rumah (asap rokok dan asap hasil
pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi yang tinggi),
ventilasi rumah dan kepadatan hunian (Prabu, 2009).
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan
dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan
dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat
iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga
menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh
bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan
kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat
dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya
infeksi saluran pernafasan (saputri,2013). Penderita akan mengalami demam,
batuk, dan pilek berulang serta anoreksia, di bagian tonsilitis dan otitis media
akan memperlihatkan adanya inflamasi pada tonsil atau telinga tengah dengan
jelas. Infeksi akut pada anak jika tidak mendapatkan pengobatan serta
perawatan yang baik akan mengakibatkan timbulkan pneumonia yang
berlanjut pada kematian karena sepsis yang meluas bahkan berhentinya
pernapasan sementara atau apnea (WHO,2008).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan dapat memahami masalah ISPA pada
anak dan mengetahui cara perawatan ISPA pada anak.
2. Tujuan Khusus
Setelah pertemuan, klien dapat :
a. Memahami pengertian ISPA
b. Mengetahui klasifikasi ISPA
c. Mengetahui penyebab ISPA
d. Mengetahui tanda dan gejala pada ISPA
e. Mengetahui komplikasi ISPA
f. Mengetahui cara mengatasi ISPA pada anak
g. Mengetahui cara pencegahan ISPA secara medis dan herbal
(komplementer)
C. Sasaran dan Target
Orangtua Anak komunitas virtual B’20

D. Strategi Pelaksanaan
1. Metode
Ceramah, diskusi, dan tanya jawab
2. Isi/materi penyuluhan
Terlampir
3. Waktu dan tempat
a. Tanggal : Sabtu, 09 Januari 2021
b. Waktu : 10.00 WIB- Selesai
c. Tempat : Zoom Meeting

4. Setting Tempat
Tempat disesuaikan dengan kondisi lingkungan rumah keluarga anak
komunitas virtual B’20

5. Media
Video dan Booklet

6. Susunan acara
No Waktu Kegiatan Penyampai
1. 10.00-10.10 - Pembukaan ulfa
- Perkenalan
- Penyampaian maksud
dan tujuan
2. 10.00-10.40 - Menayangkan Video ii
Tentang Ispa
2. 10.40-11.10 - Review materi yang ella
dijelaskan dalam video
3. 11.10-11.40 Diskusi & Tanya Jawab Ulfa, ii, ella
4. 11.40-12.00 Penutup Ulfa, ii, ella
- Salam

7. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi persiapan
1) Satuan Acara Pembelajaran sudah dibuat sebelum kegiatan dimulai
2) Materi telah disiapkan
3) Media telah disiapkan
4) Tempat telah disiapkan
5) Kontrak waktu telah disepakati
6) Mahasiswa hadir tepat waktu
b. Evaluasi proses
1) Mahasiswa melakukan kegiatan penyuluhan kemudian dilakukan
evaluasi
2) Klien mengikuti proses dari awal sampai selesai
c. Evaluasi hasil
1) Klien mampu mengikuti dan menyimak dengan baik.
2) Klien dapat mengulang kembali materi yang sudah disampaikan.

8. Pengorganisasian
Penyaji: Ulfa, Ella, II

Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang

mudah dipahami oleh peserta.

b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses

penyuluhan.

c. Memotivasi peserta untuk bertanya

9. Setting Tempat

JEJARING KOMUNITAS VIRTUAL B’20

Keterangan:
: Penyaji

: Orang Tua dan anak komunitas virtual B’20

10. Evaluasi
a. Evaluasi persiapan
Satuan Acara Pembelajaran sudah dibuat sebelum kegiatan dimulai,
materi telah disiapkan, media telah disiapkan yaitu berupa Booklet dan
video, tempat merupakan pertemuan dalam zoom meeting yaitu sesuai
kontak waktu, pada Hari Sabtu, 09 Desember 2021. Penyaji hadir
dalam zoom meeting sepuluh menit sebelum acara dimulai.
b. Evaluasi proses
Penyaji melakukan kegiatan penyuluhan mengenai ISPA kemudian
mereview dan merecall kembali kepada klien apakah ada yang
ditanyakan ataupun sudah memahami dan klien telah mengikuti proses
dari awal sampai selesai
c. Evaluasi hasil
Klien mampu mengikuti dan menyimak dengan baik dan klien dapat
mengulang kembali materi yang sudah disampaikan.
Lampiran Materi.
ISPA pada Anak

A. Pengertian ISPA
ISPA adalah masuknya miroorganisme (bakteri, virus dan riketsia) ke
dalam saluran pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat
berlangsung sampai 14 hari (Wijayaningsih, 2013). ISPA merupakan salah
satu penyakit menular yang dapat ditularkan melalui udara. Infeksi saluran
pernafasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini diawali
dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala berupa tenggorokan sakit
atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau batuk berdahak (Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, 2013).ISPA adalah penyakit infeksi yang
sangat umum dijumpai pada anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau
ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan (Meadow, Sir Roy.
2002:153).
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa
Inggris Acute Respiratory Infection (ARl) mempunyai pengertian sebagai
berikut:
1) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta
organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14
hari.

B. Klasifikasi ISPA
Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian
atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ
aksesoris saluran pernafasan. Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru
termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Program
pemberantasan penyakit (P2) ISPA dalam 2 golongan yaitu (Cahyaningrum,
2012):
a. ISPA Non-Pneumonia
Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan istilah
batuk dan pilek (common cold).
b. ISPA Pneumonia
Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi
kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai adanya
nafas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah.
Berdasarkan kelompok umur program-programpemberantasan ISPA (P2
ISPA) mengklasifikasikan ISPA(Cahyaningrum, 2012) sebagai berikut:

1. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas:


a. Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penarikan yang
kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam dan adanya nafas
cepat, frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat dinding dada bagian
bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari
60 menit.
2. Kelompok umur 2 bulan -<5 tahun diklasifikasikan atas:
a. Pneumonia berat
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan dinding
dada dan bagian bawah ke dalam.
b. Pneumonia
Tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya nafas
cepat, frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 - <12 bulan
dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun.
c. Bukan pneumonia
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada
nafas cepat, frekuensi kurang dari 50 kali per menit pada anak
umur 2- <12 bulan dan kurang dari 40 permenit 12 bulan - <5
tahun.

C. Penyebab ISPA

Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. (Suriadi,Yuliani R,2001).
Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut
menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan
musim panas ke musim hujan.
Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab
terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas
bagian bawah (DepKes RI, 2007).

D. Tanda dan Gejala pada ISPA


Tanda dan gejala ISPA pada anak antara lain (Wijayaningsih, 2013):
a. Pilek biasa
b. Keluar sekret cair dan jernih atau mukus dari hidung
c. Kadang bersin-bersin
d. Sakit tenggorokan
e. Nafas cepat
f. Batuk
g. Sakit kepala
h. Sekret menjadi kental
i. Demam
j. Nausea
k. Muntah
l. Anoreksia
m. Diare
n. Nyeri abdomen

Tanda-tanda bahaya klinis ISPA:


1) Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah
atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
2) Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
3) Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
4) Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak (Naning R,2002).

E. Komplikasi ISPA
1. Penemonia;
2. Bronchitis;
3. Sinusitis;
4. Laryngitis;
5. Kejang deman (Soegijanto, S, 2009).

F. Cara Mengatasi ISPA Pada Anak


Pengobatan ISPA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Rasmaliah,
2004);
1. Pneumonia berat
Penderita pneumonia berat dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik
parenteral, oksigendan, dan sebagainya.
2. Pneumonia
Penderita pneumonia diberikan obat antibiotik kotrimoksasol peroral.
Bila penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata
dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat
dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau
penisilin prokain.
3. Bukan pneumonia
Penderita bukan pneumonia tidak perlu diberikan obat antibiotik.
Diberikan perawatan dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk
tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang
merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin. Bila
demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan
didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah
bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman
streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.
Hal yang perlu diperhatikan setelah diketahui jenis ISPA yang diderita
adalah;
a. Tindakan pengobatan sendiri hanya dapat dilakukan pada ISPA non
pneumonia yaitu pada keadaan batukpilek ringan.
b. Jika dalam waktu 4 hari penderita tidak sembuh, atau timbul gejala
pneumonia, utamanya pada anak balita, segera konsultasikan ke dokter atau
unit pelayanan kesehatan. (Mustikawati, 2014)
G. Cara Pencegahan ISPA Secara Medis dan Herbal (komplementer)
Upaya pencegahan
Menurut Wijayaningsih tahun 2013, hal-hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain:
a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik diantaranya
dengan cara memberikan makanan kepada anak yang mengandung
cukup gizi.
b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan
tubuh terhadap penyakit baik.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
d. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA.
Upaya perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain (Purba, 2003):
a. Meningkakan istirahat minimal 8 jam per hari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung
e. Bila demam gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat
f. Bila anak terserang ISPA tetap berikan makanan dan ASI
Penatalaksaan medis : pemberian antibiotik sesuai jenis kuman
penyebab.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar.


Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Cahyaningrum, P. F. (2012). Hubungan Kondisi Faktor Lingkungan dan Angka


Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta
Pasca Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010. Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta.

Coleman. (2000). Social in the Creation of Human Capital in P. Dasgupta and I.

Serageldin (Ed). Social Capital : A Multi faceted Perpective, 13-39.

Washington, DC : The World Bank.

Mustikawati, I.S. (2014). Analisis Perilaku Pencarian Pengobatan (Health Seeking

Behaviour) Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Balita Di

Muara Angke, Jakarta Utara. Jurnal I Nohim, No.2 Vol.2. 145-156

Purba, M. I. (2003). Pedoman Pemberantasan ISPA dan Pneumonia. Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakatra: Trans Info Media.

Whaley and Wong.(1991). Nursing Care Infants and Children, Fourth Edition.
Toronto Canada : Mosby Year Book

Anda mungkin juga menyukai