Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SEJARAH AGAMA-AGAMA

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AGAMA


ZOROASTER
Makalah ini dibuat dan ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Agama-Agama

Dosen Pengampu: Dr. Hj. Siti Maryam, M.Ag.

Oleh:

Muhammad Dzulfikar A. 19101020083


Ridho Fathulloh 19101020084
Muhammad Fatihatur R. 19101020085

Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam


Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
UIN Sunan Kalijaga
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah atas kehadiran Allah SWT. Deangan segala


Rahmat-Nya, makalah dari Mata kuliah Sejarah Agama-Agama yang berjudul
“Sejarah dan perkembangan Agama Zoroaster” bisa disusun dengan sebaik-
baiknya, dan tepat pada waktunya, dan diucapkan kepada Dosen pengampu mata
kuliah Sejarah Agama-Agama yaitu, Ibu Dr. Hj. Siti Maryam yang telah
memberikan tugas ini dan menambah pengetahuan kami mengenai Sejarah
Agama-Agama.

Semoga dengan adanya makalah ini bisa memberikan manfaat serta


menambah pengetahuan bagi kita semua. Sangat disadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna, diharapkan masukan dan kritik untuk perbaikan makalah ini,
baik dari Ibu Dosen serta pembaca.

Yogyakarta, 16 November 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Pembahasan 4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

A. Sejarah Awal Mula Agama Zoroaster......................................................5


B. Ajaran Pokok Zoroaster.............................................................................8
C. Perkembangan Dan Penyebaran Agama Zoroaster...............................13

BAB III PENUTUP................................................................................................19

A. Kesimpulan.................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Zoroaster adalah satu ajaran filosofi yang dibawa oleh seorang
bijak yang bernama Zarathustra yang hidup sekitar abad ke 6 SM. Agama
Zoroaster atau majusi dikenal di dunia Barat dengan nama Zoroastranisme,
sedang tokoh pendirinya adalah bernama Zaratrustra. Agama Zoroaster
merupakan bentuk agama yang ajaran-ajarannya mirip dengan agama-agama
atau banyak mempengaruhi budayabudaya besar yang timbul sesudahnya.
Pada masanya banyak dianut oleh manusia dipusat-pusat kebudayaan
manusia, seperti Babilonia, Persia dan masih hidup sampai sekarang. Agama
ini banyak mengubah dan berpengaruh terhadap budaya dan agama sampai
saat ini. Maka dari itu dalam makalah ini, dapat digunakan untuk mengkaji
dan mempelajari dari sejarah agama Zoroaster ini dengan baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah awal kemunculan agama Zoroaster?
b. Apa saja pokok ajaran dalam agama Zoroaster?
c. Bagaimana perkembangan dan persebaran agama Zoroaster?

C. Tujuan Pembahasan
a. Untuk mendeskripsikan sejarah awal kemunculan agama Zoroaster.
b. Untuk menjelaskan pokok ajaran dalam agama Zoroaster.
c. Untuk menyebutkan perkembangan dan penyebaran agama Zoroaster.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH AWAL MULA AGAMA ZOROASTER

Agama Zoroaster dalam dunia Barat disebut dengan nama


Zoroastrianisme, atau dalam literatur lain seperti Arab menyebutnya dengan nama
Majusi, dan di Persia dimana agama ini berasal dikenal dengan nama
Mazdayasna. Sedangakan untuk nama Zoroaster sendiri berasal dari bahasa
Yunani, karena diambil dari nama pendiri atau pelopornya yang juga dianggap
sebagai nabi agama Zoroaster yaitu Zarathustra.

1. Lahirnya Zarathustra

Zarathustra lahir di sebelah Utara tanah Iran (Persia Kuno), tepatnya di


kota Azerbaijan, kira-kira abad ke 6 SM, meninggal juga kira-kira abad ke 6 SM,
dalam usia 77 tahun. Ayahnya bernama Porushop Spitama dan ibunya bernama
Dughdova dari suku Spitama. Pasangan ini melahirkan seorang putra yang diberi
nama Zarahustra. Nama pribadi Zarathustra adalah Spitama Zarathusthra (dalam
bahasa Yunani berubah menjadi Zoroaster), gelar yang diperoleh setelah dia
mendakwahkan risalahnya, tepat seperti Siddharta Gautama yang setelah
penerangannya dikenal sebagai nama Buddha, dan Yesus sebagai Kristus atau
Almasih. Dr. Taraporewala menerangkan arti nama Zarathusthra sebagai Dia yang
memiliki cahaya keemasan, yang tegasnya suatu nama yang tepat diberikan
kepada salah satu pembawa Cahaya yang besar di dunia 1. Pada saat kelahirannya,
kepala kaum Majusi yang bernama Durashan di Iran, tiba-tiba gemetar dan
ketakutan karena dia berfirasat bahwa seorang bayi laki-laki yang baru lahir ke
dunia, kelak akan menghancurkan agama Majusi beserta pemujaan berhalanya
dan akan memusnahkan kaum Majusi di permukaan bumi ini. Pada usia sekitar 7
tahun, Zarahustra sudah mulai memperoleh pelajaran keagamaan kependetaan
secara lisan karena pada saat itu belum ada pengetahuan menulis. Pelajaran-

1
Nyonya Ulfat Aziz-us-Samad, Great Religions World, ...... P.105.

5
pelajaran tersebut menyangkut tentang cara beribadah, ajaran-ajaran pokok
agama, hapalan-hapalan doa, serta pujian-pujian kepada Tuhan. Selanjutnya diusia
yang ke-15 tahun ia sudah mulai menjadi pendeta.

2. Zarathustra Menerima Wahyu

Pada umur 20 tahun, Zarahustra mulai bertafakur dan gemar mengembara.


Ia memprioritaskan perjuangan hidupnya untuk berbuat baik, membantu fakir
miskin, dan menyayangi binatang-binatang. Ketika berusia 30 tahun, ia mulai
menerima wahyu yang pertama. Dalam menerima wahyu, ia dituntun oleh Vehu
Mano (makhluk halus di sisi Tuhan) untuk menghadap kepada Tuhan. Kemudian
Tuhan menurunkan wahyu kepadanya sebagai tanda bukti kebesarannya. Selama
10 tahun, Zarahustra menerima wahyu dari Tuhan. Ia sering mendapatkan
perlawanan dari pihak kejahatan, tetapi dia selalu menang. Ia selalu taat dan patuh
dalam menjalankan agamanya, yang akhirnya agama tersebut menjadi agama
nasional yang dianut oleh segenap bangsa India dan Persia yang kemudian dikenal
dengan sebutan agama Zoroaster. Bangsa Persia sendiri sebelum mengenal agama
Zoroaster, kepercayaan mereka adalah politeisme, animisme, dan menyembah
berbagai kekuatan alam seperti; matahari, bumi, bulan, angin, air, api, benda-
benda langit, dan termasuk mereka juga penyembah hewan atau binatang.

Agama Zoroaster merupakan salah satu agama wahyu atau agama samawi
yang tertua dan masih hidup sampai sekarang. Agama ini berkembang sejak abad
ke-6 SM sampai abad ke-7 M, serta banyak menguasai daerah Timur Dekat dan
Tengah. Agama Zoroaster dinisbahkan kepada pembawanya yaitu Zarathustra.
Diceritakan bahwa suatu ketika ia sedang berada di suatu perkumpulan untuk
merayakan musim semi. Ia pergi ke sungai saat fajar mengambil air untuk
keperluan upacara Haoma. Zarahustra menuju ke tengah sungai untuk menimbah
air dari aliran tengah, ketika hendak kembali ke pinggir ia melihat bayang-bayang.
Di tepian sungai beliau melihat sebuah zat yang berkilauan yang disebutkan
sebagai Vohu Manah (itikad baik), yang kemudian Zarahustra dibawa olehnya ke
hadapan Tuhan Ahura Mazda. Pada saat itu Zarahustra tidak melihat bayangannya

6
karena adanya cahaya terpancar yang terang benderang. Dan pada saat itulah
Zarahustra mulai menerima wahyu. Agama yang telah diajarkan Zarahustra
dikenal sebagai agama Zoroaster, tetapi sesungguhnya nama yang diberikannya
sendiri adalah agama Mazdayasna yang artinya kebaktian kepada Mazda, yakni
Tuhan Maha Segala Yang Esa, sejati, dan Maha Mengetahui2.

Zarathustra atau Zoroaster oleh sebagian para ahli ia dianggap sebagai


salah satu tokoh pembaru agama tradisional3. Anggapan tersebut muncul sebab
seperti yang telah dibahas sebelumnya, kepercayaan orang Persia kuno ialah
memuja dewa-dewi dari agama Iran-Arya lama (pararel dengan agama Indo-Arya
baru yang kemudian kenal sebagai Hindu), sedangkan Zarathustra mengecam
praktik ini, dan bersabda bahwa hanya Tuhan saja Ahura Mazda, Tuhan
Kebijaksanaan yang harus dipuja. Dengan melakukan itu, dia bukan saja
berkontribusi pada pemisahan besar antara Iran dan India Arya, tapi juga
mengenalkan manusia pada keyakinan monotheistik pertama. Dan bila dilihat
dengan kondisi sekarang, gagasan akan Tuhan yang Esa merupakan salah-satu
ajaran Zoroastrianisme yang masuk ke berbagai agama besar lain, terutama tiga
agama besar yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Zarathustra juga dikenal sebagai
nabi yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan dan sanggup melakukan
berbagai mujizat. Selama bertahun-tahun ia berusaha menemukan penyingkapan-
penyingkapan dari kebenaran spiritual. Dan sejak perjumpaannya dengan Ahura
Mazda4, Zarathustra menjadi semakin giat menyebarkan ajaran bahwa segala
sesuatu yang baik berasal dari Ahura Mazda5.

Pada awalnya, kemunculan agama Zoroaster memperoleh tantangan dan


desakan dari bangsanya, itu sebab ajarannya yang sangat berbeda dengan
kepercayaan yang ada pada waktu itu. Hal inilah yang membuat Zarathustra

2
Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas agama-agama,Jakarta: penerbit Almahira,2011, h.465-
466.
3
H.M Arifin. 1986. Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar. Golden Trayon. Hlm. 18, 20-
24.
4
Elizabeth Dowling, George Scarlett. 2006. Encyclopedia of Religious aand Spiritual
Development. California: Sage Publications. Hlm. 495.
5
Mary Pat Fisher. 1997. An Encyclopedia of The World's Faith Living Religions. Tauris
Publisher. Hal. 208-214.

7
mendapat tekanan dan mendorong Ia memutuskan untuk melarikan diri dan pergi
ke Chorasma atau (Qarazm).6 Pada tahun 618 SM, Raja Chorasma yaitu Vitaspa
dan menterinya Yasasp yang menikahi Pauron Chista, didalam sebuah diskusi
agama ia berhasil menundukakan raja dan masyarakat majus untuk memeluk
agama Zoroaster serta sang Raja mengumumkannya sebagai agama resmi di
wilayah baktria. Barulah Zoroastrianisme mengalami perkembangan dan semakin
bertambah banyak yang menjadi pengikutnya.7

B. AJARAN POKOK ZOROASTER


1. Tuhan

Didalam ajaran agma Zoroaster tuhan adalah Ohrmazd atau Ahura Mazda,
Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan Yang Bijaksana, Yang Berdiri Sendiri dan
Abadi dan Tidak Terbatas. Ahriman adalah kekuatan jahat merupakan musuh
Ohrmazd tuhan yang mahakuasa, dua kekuatan ini saling berperang berebut
pengaruh. Dalam agama Zoroaster, Tuhan pada awalnya terbatas, dibatasi oleh
lawannya, Ahriman serang Ahriman memungkinkan tuhan atau Ohrmazd untuk
membalas serangan dalam rangka membela diri karena Ohrmazd memenangkan
pertempuran, maka tuhan menjadi tak terbatas. Kisah pertarungan kosmis ini tidak
hanya mengakibatkan hancurnya Ahriman tetapi juga memberikan kesempurnaan
kepada Tuhan yang awalnya kurang sempurna. Zat baik yang terbatas menjadi tak
terbatas.

Beginilah, pada awalnya dua zat yang saling bertentangan mengadakan


pertarungan, yang maha tau dan maha baik, sedangkan satunya menyerang dan
suka menghantam. Ohrmazd sebetulnya sudah tahu akan adanya serangan lantas
menciptakan makhluk ideal atau sepiritual yang tanpa pikiran, gerakan, sentuhan
dan dengan makhluk itu dia ingin membela diri. Makhluk ini adalah seorang dewa
dan juga sebuah kehampaan yang diperlukan oleh Ohrmazd bagi sebuah karya
untuk kebaikan. Jadi, kehampaan ini sejak semula berada disisi Ohrmazd.

6
H.M Arifin. 1986. Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar. Golden Trayon. Hlm. 18, 20-
24.
7
Ibid.,

8
Makhluk kehampaan ini saling mengisi dan melengkapi, dan begitu pertarungan
dimulai, kehampaan mengembang menjadi satu kehidupan karena Ohrmazd ingin
melindungi makhluk. Ahriman tidak berpangku tangan saja, dia melihat cahaya
dan ingin menghancurkannya. Oleh karena itu dia mempersiapkan senjatanya
sendiri dalam bentuk syaetan. Maka terjadilah pertempuran antara Ohrmazd tuhan
kebaikan melawan Ahriman symbol kejahatan, ketika pertempuran berlangsung
Ohrmazd membaca Ahuunvar maka Ahriman tidak bisa berkutik8

2. Manusia

Dalam kitab nasihat Zartusht ditemukan konsep tentang manusia. Konsep


manusia dalam kitab ini bersifat katekismus pertanyaan dan jawaban. Pertanyaan-
pertanyaan dalam teks ini berkiar tentang: “Siapa saya? Saya milik saipa?
Darimana asal saya dan kemana saya kembali? ” Manusia pada asalnya, adalah
wujud gaib dan ruhnya dalam bentuk Fravashi, ada sebelum jasmaninya. Baik
jasad maupun Rohnya adalah ciptaan Ohrmazd dan Roh tidak bersifat abadi.
Manusia adalah milik tuhan dan kepada-Nya dia akan kembali, mereka tidak
dipaksa oleh Tuhan, tetapi bebas dan sukarela menerima peran ini ketika
ditawarkan kepadanya.

Di dunia setiap orang bebas memilih baik atau buruk, jika memilih yang
buruk berarti dia tidak alami. Peran manusia didunia adalah bekerjasama alam dan
menjalani kehidupan yang saleh dengan pikiran perkataan perbuatan yang baik.
Dalam hidup ini manusia memiliki kewajiban utuk hidup berumah tangga dengan
memiliki istri serta mengasuh dan mendidik anak. Anak bayak dianggap lebih
baik. Semakin banyak manusia semakin baik karena akan dapat mengalahkan
Ahriman. Dalam agama Zoroaster, hidup bertani dianggap sebagai suatau
perbuatan baik, karena tanah akan menghasilkan seseuatu yang bermanfaat untuk
kehidupan dan kemakmuran9

8
5 M. Yusaran Asrafi: Log. Sit. Hlm 277.
9
Ibid. hlm. 272.

9
3. Etika

Ajaran-ajaran agama Zoroaster sebagian besar menitikberatkan pada


masalah etika. Dasar pikiran teologisnya memiliki inti pandangan moralistik
tentang kehidupan. Kenyataan kehidupan yang utama dan tidak bisa dihindari
adalah kejelekan. Baik adalah baik dan jelek adalah jelek. Menolak adanya prinsip
dan kejelekan yang terpisah sama dengan mempertalikan atau menghubungkan
kejelekan pada Tuhan. Oleh karena itu kejelekan tentu merupakan sesuatu yang
berdiri sendiri dan secara terpisah. Moralitas ajaran agama Zoroaster diungkapkan
dalam tiga kata yaitu: humat, huklit, dan huvarsht yang artinya pikiran baik,
perkataan baik, dan perbuatan baik. Hal yang paling utama dari ketiganya adalah
perbuatan baik.

4. Kematian

Pengikut agama Zoroaster tidak memperbolehkan penguburan dan


pembakaran mayat yang telah meninggal, karena mereka menganggap bahwa
akan menodai air, udara, bumi, dan api. Setiap upacara kematian dipimpin oleh
pendeta dan diselenggarakan di dalam kuil Bachram yaitu kuil terbesar bagi
pengikut Zarathustra dengan apinya yang terus menyala. Pada penyelenggaraan
ritus kematian yaitu dengan cara menempatkan mayat di atas Dakhma atau
menara ketenangan (tower of silence). Di sana terdapat pembagian tempat yang
jelas bagi kaum laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Adapun tahap-tahap yang
dilakukan pada saat ritual kematian adalah sebagai berikut:

1. Mayat disimpan dalam sebuah ruangan di rumah selama tiga hari sebelum
di bawake Dakhma, tempat untuk melaksanakan ritual kematian.
2. Di Dakhma (menara ketenangan) mayat dibuka pakaian-nya, lalu
ditidurkan di atasmenara yang terbuka agar mayat tersebut dimakan oleh
burung-burung gagak atau nazar.
3. Setelah habis dagingnya dimakan oleh burung-burung, dan tinggal tulang-
tulangnya itulah yang dibuang ke dalam sumur.

10
5. Pengadilan Setelah kematian

Menurut ajaran agama Zoroaster bahwa setiap roh manusia yang sudah
meninggal akan bergentayangan selama tiga hari di sekitar jasadnya. Pada hari
keempat, roh tersebut menghadapi pengadilan di atas “jembatan pembalasan”.
Jembatan tersebut dijaga oleh Dewa Rashu yang bertindak sebagai hakim yang
sangat adil dalam menimbang perbuatan baik dan buruk manusia. Jika perbuatan
baiknya lebih berat, roh tersebut diizinkan langsung menuju surga, tetapi jika
perbuatan buruknya lebih berat atau lebih besar maka roh tersebut akan ditarik
dan dimasukkan ke dalam neraka. Sementara apabila perbuatan baik dan buruknya
seimbang maka roh tersebut akan dibawa ke suatu tempat yang bernama
Hamestagan atau tempat campuran. Di tempat inilah roh-roh akan mengalami
perbaikan dengan merasakan penderitaan yang berupa panas dan dingin. Neraka
dalam kepercayaan agama Zoroaster bukan merupakan tempat penyiksaan yang
abadi. Neraka hanya-lah bersifat sementara dan merupakan tempat penyucian dari
noda dan dosa-dosa manusia. Akhir dari penyucian dosa terjadi pada saat
pengadilan (hisab) yaitu pada akhir zaman. Dengan demikian roh akan
menghadapi dua kali pengadilan yaitu: pengadilan saat kematian dan pengadilan
umum pada saat hari kiamat ketika jasad manusia dibang-kitkan dan disatukan
kembali dengan rohnya. Bagi ajaran agama Zoroaster, pengadilan di hari kiamat
diikuti dengan pensucian akhir dari noda dan dosa-dosa sehingga semua menjadi
suci tanpa noda. Tidak ada siksaan yang abadi dan semua manusia pada akhirnya
masuk ke dalam surga.

6. Hari Kebangkitan/ Kiamat

Penganut Zoroaster percaya hari akhir pasti akan terjadi. Pada hari kiamat
nanti manus ia akan dibangkitkan kembali dari kuburnya untuk menerima hasil
perbuatannya selama hidup di dunia. Amal perbuatan manusia lantas ditimbang,
orang yang amal baiknya sangat sedikit akan jatuh dari jembatan ke dalam neraka.
Sedangkan orang yang amal buruknya sedikit dapat melintasi jembatan dengan

11
selamat menuju ke surga. Jembatan tersebut dinamakan Civant (konsep yang
mirip jembatan Shirathal Mustaqim dalam kepercayaan agama Islam). Pada saat
itu semua roh jahat dibinasakan oleh Ahura Mazda termasuk Angra Mainyu juga
turut dibinasakan. Konsep surga menurut ajaran agama Zoroaster sangatlah
sederhana. Surga adalah seperti tempat reuni bagi keluarga yang sangat besar dan
di dalamnya laksana kehidupan dunia yang ideal. Kehidupan di surga adalah
penyempurnaan alami dari pada kehidupan di dunia. Di sanalah seluruh keluarga
berkumpul dalam suatu kehidupan yang abadi dan kenikmatan yang abadi pula.10

7. Peribadatan

Dalam salah satu butir teks beberapa perkataan adhurbadh bin mahraspand
ayat 72 disebutkan pergilah ke kuil api tiga kali sehari dan bacalah doa api.
kelanjutan ayat tersebut mengatakan bahwa siapa yang paling sering pergi ke kuil
api dan membaca doa api akan menerima banyak barang duniawi dan kesucian.
Zoroaster mewajibkan kepada para pengikutnya untuk beribadat lima kali sehari.
Ketika matahari terbit, ketika tengah hari, ketika matahari terbenam, waktu
setengah hari seperti waktu ashar, tengah-tengah antara tengah hari dan waktu
matahari terbenam. Bagi agama Zoroaster, selama musim panas doa-doa yang
dibaca pada tengah hari berfungsi membantu orangyang saleh untuk berfikir
tentang kebenaran serta tentang kejayaan kebaikan sekarang dan yang akan datang
sedangkan selama musim dingin adalah merupakan peringatan tahunan akan
adanya kekuatan kejahatan yang mengancam dan perlunya bertahan terhadapnya.
Tambahan baru lainnya adalah waktu tengah malam yang tenggang waktunya
sampai saat matahari terbit. Doa ini dipersembahkan bagi Sraosha tuhannya doa.

Doa atau sembahyang lima kali sehari merupakan kewajiban yang


mengikat bagi para pemeluk agama Zoroaster, bagian pengabdian wajibnya pada
Tuhan, dan senjata did lam bertarung melawan kejahatan.

Bentuk dan isi sembahyang yang dikenal dari praktek yang ada adalah
sebagai berikut:

10
H.A Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia, Yogyakarta: PT. Hanindita Offset, 1988,h.270

12
 Mempersiapkan diri dengan mencuci wajah, tangan dan kaki dari kotoran
debu
 Melepas tali kawat suci dan berdiri dengan tali dipegang dengan kedua
tangannya di mukanya, tegak lurus dihadapan penciptanya, matanya
menatap symbol kebajikan, api kemudian berdoa pada ohrmazd (ahura
mazda), mengutuk Ahriman (sambil memukul-mukulkan ujung kawat
dengan penghinaan), memasang tali kawat lagi masih berdoa. Keseluruhan
pelaksanaan memakan waktu lima menit.11

Di samping kewajiban individu diatas, para pengikut Zoroaster masih


mempunyai kewajiban bersama yaitu merayakan tujuh macam peringatan hari
besar tahunan. Waktu peringatan berbeda-beda :

 Pertengahan musim semi


 Pertengahan musim panas
 Pertengahan musim dingin
 Upacara khusus bagi kelahiran
 Menginjak usia pubertas
 Perkawinan
 Kematian12

C. PERKEMBANGAN DAN PENYEBARAN AGAMA ZOROASTER

Setelah Zarahustra menerima wahyu dari Sang pencipta, beliaupun


menyampaikan atau menyebarkannya di tanah kelahirannya yaitu Iran Utara.
Selama 10 tahun pertama menyampaikan ajaran tersebut dia memiliki pengikut
hanya satu orang itu adalah saudara sepupunya sendiri yang bernama
Maidhyoimanha. Ajaran agama yang diperkenalkan Zarahustra mendapat respon
yang begitu fariatif dan beliau bisa menerima dengan sabar dan lapang dada serta
tetap meyakini janji dari Ahura Mazda. Hingga pada akhirnya beliau

11
Ibid h.271
12
Ibid.,

13
memanjatkan do’a dan bermohon kepada Sang Pencipta, dan kemudian turun
perintah agar ia hijrah dan meninggalkan tempat kelahiran-nya tersebut. Pada
tahun ke 12 kenabiannya, ia meninggal-kan tanah kelahirannya dan mengembara
ke wilayah Timur, mulanya ke Seista, lalu ke Bactria yang diperintah oleh seorang
raja yang bijaksana bernama Vishtaspa13.

Raja Vishtaspa dalam literatur di Barat dikenal dengan istilah Kings


Hystaspes yang berasal dari keluarga Hakkham. Ia memiliki cucu yang bernama
Cyrus the Great (559-529SM.) Karena keberhasilannya menaklukkan kerajaan-
kerajaan kecil di seluruh wilayah Iran dan membangun sebuah imperium Parsi
yang dikenal dengan nama dinasti Hakkham (600-331 SM), sedangkan di dunia
Barat disebut dengan dinasti Achaemeninds.

Raja Vishtaspa menyambut dan menerima Zarahustra dengan ramah-


tamah, dan cenderung kepada risalah dan filsafat Zoroaster terutama
pemikirannya tentang bahwa inti dari gagasan ketuhanan tidak akan dicapai hanya
karena adanya perubahan bangsa dan Bahasa. Yang berubah hanyalah nama
Tuhan yang tunggal untuk seluruh alam. Perbedaan nama tersebut karena adanya
perbedaan budaya di setiap suku bangsa di dunia. Tiap-tiap bangsa menyebut
nama Tuhan yang berbeda sesuai apa yang diinginkan dan budaya yang berlaku
pada bangsa tersebut. Dalam riwayat menyatakan bahwa Zarahustra sering
memperlihatkan bukti mukjizatnya di hadapan sang raja dan para menterinya serta
melakukan diskusi dengan para cendekiawan di lingkungan kerajaan.

Di antara mukjizat yang dimiliki Zarahustra adalah kemampuannya


membuat sebuah lingkaran yang tepat tanpa menggunakan alat, sementara
menurut ahli ilmu ukur hal tersebut sangat sulit dilakukan bahkan tidak mungkin.
Mukjizatnya yang lain yakni beliau pernah bertemu dengan orang buta, kemudian
dia meminta jenis rumput untuk diperaskan kepada kedua mata si buta, dan
akhirnya orang buta tersebut dapat melihat.

Nurlidiawati, Sejarah agama-Agama (Studi Historis Tentang Agama Kuno Masa


13

Lampau), Jurnal Rihlah, Vol. III No. 1 Oktober 2015, hlm. 100

14
Pada ajaran agama Zoroaster, terdapat 3 sekte yaitu:

1) Kelompok Shenshahi; yaitu kelompok yang merayakan tahun baru pada


musim gugur sekitar bulan Agustus atau September.
2) Kelompok Qadimi; yaitu kelompok yang merayakan tahun barunya pada
musim panas di sekitar bulan Julia tau Agustus.
3) Kelompok Fasli; yaitu kelompok yang merayakan tahun barunya pada
musim semi yakni setiap tanggal 21 Maret14.

Adapun aliran-aliran yang terdapat dalam agama Zoroaster di antaranya:

1) Aliran Manu
Ajaran-ajaran yang diajarkan dalam aliran adalah:

a) Tentang Baik dan Buruk

Menurut ajaran manu, bahwa segalah yang ada dalam kehidupan adalah
kebaikan, karena pada akhirnya Tuhanlah yang akan menang atas segalah
kejahatan, maka manusia hendaklah membantu Tuhan untuk mengalahkan roh
jahat dengan melakukan kebaikan-kebaikan.

b) Anjuran Menghentikan Perkawinan

Kebaikan dan kejelekan akan terus berlangsung selama manusia itu ada
dan berkembang menurut keper-cayaan mereka. Agar semua kejahatan dan
kejelekan cepat berakhir, maka manusia harus menghentikan perkembang
biakannya dengan kata lain tidak melakukan pernikahan agar tidak memiliki
keturunan.

c) Zuhud

Dalam ajaran ini, manusia harus menjauhi segala kesenangan dunia,


termasuk melarang untuk menikah, menyembelih binatang, dan makan daging.

d) Ibadat

14
Ibid., hlm. 101

15
Ibadat-ibadat yang diajarkan dalam aliran manu seperti; sembahyang dan
puasa. Sebelum melakukan sembahyang, pertama-tama mereka mengusap anggota
badan dengan air, lalu menghadap ke matahari dan bersujud. Tiap kali melakukan
sembahyang mereka bersujut sebanyak 12 kali, bersujud sambil berdo’a.
Sedangkan puasa yang diajarkan dalam aliran ini yaitu mereka berpuasa selama 7
hari dalam sebulan.

Tempat beribadah agama Zoroaster adalah kuil (kuil api) yang umumnya
berbentuk kotak. Api yang terdapat dalam kuil tersebut dibiarkan terus menyalah
dan memancarkan cahaya sebagai simbol kehadiran dewa-dewa sekaligus sebagai
lambang kesucian. Tungku api atau kuil api dijaga oleh pemuka-pemuka agama
(magi) dan para pendeta.

Bentuk dan isi sembahyang yang dikenal dari praktek ibadah dalam ajaran
agama Zoroaster adalah sebagai berikut:

(1) Setiap ingin melaksanakan sembahyang, pertama-tama mempersiapkan


diri dengan mencuci wajah, tangan, dan kaki dari kotoran debu kemudian
menutup sebagian mukanya.

(2) Melepaskan tali kawat suci dan berdiri dengan tali dipegang dengan
kedua tangan di mukanya, tegak lurus di hadapan penciptanya kemudian matanya
menatap simbol kebajikan yakni api.

(3) Mereka berdo’a kepada Ohrmazd (Ahura Mazda), mengutuk Ahriman


(sambil memukul-mukulkan ujung kawat dengan penghinaan), memasang tali
kawat lagi sambil berdo’a.

2) Aliran Madzdak

Ajaran pada aliran ini mirip dengan ajaran Majusi kuno yakni meyakini
adanya dua Tuhan (Tuhan kebaikan dan Tuhan Keburukan). Ajaran yang paling
penting dalam aliran ini adalah ajaran yang mirip dengan sosialisme yang
menyatakan bahwa manusia memiliki derajat yang sama (tidak ada strata sosial).

16
Menurut anggapan mereka penyebab utama dari kejahatan dan peperangan adalah
wanita dan harta.

Ajaran-ajaran yang diajarkan dalam aliran Madzdak:

a) Tsanwiyah

Ajaran-ajaran dalam aliran ini yaitu mengakui adanya dua Tuhan. Selain
menyembah api mereka juga menyembah berhala.

b) Disahniyah

Disahniyah adalah ajaran Majusi yang lahir di luar Persia, yang diajarkan
oleh bangsa Siryani (Sirya) yang bernama Bardaishan atau ibnu Dishan yang
wafat pada tahun 222 M. Inti ajarannya mirip dengan ajara Manu yang
menyatukan dua ajaran yakni ajaran Nasrani dan Majusi. Hanya saja
perbedaannya adalah pengikut aliran ini tidak percaya tentang adanya hari akhirat.
Inilah yang menyebab-kan aliran ini sangat berbeda dengan yang lainnya.

3) Aliran Zindiq

Zindiq adalah sebuah aliran dalam agama Majusi yang sangat berbeda
dengan lainnya, yakni aliran yang atheis dalam hal ini mereka tidak percaya
tentang adanya Tuhan. Menurut aliran ini alam raya atau bumi ini terjadi dan
tercipta dengan sendirinya, dan tidak akan berakhir, kekal selama-lamanya.
Zaman yang beredar ini akan terus berputar dan tidak akan pernah berakhir15.

Agama Zoroaster pernah menguasai atau berkembang luas meliputi


kawasan Timur dekat dan Timur Tengah, yang merupakan kawasan asal-usul
budaya manusia. Maka tidak heran bahwa agama ini mempengaruhi agama-agama
yang timbul sesudahnya dan mempengaruhi peradapan masa. Masa berikutnya
sebagai mana dicatat atau ditulis oleh ahli sejarah kenamaan Arnold Toynbee,
“Aliran Zarasustra” saat ini terbatas pada masyarakat Parsees, dan sekarang
komunitas kecil itu seperti orang Yahudi, memiliki kontribusi besar daripada

15
Ibid., hlm. 102

17
jumlah mereka yang sedikit. Secara tak langsung, Zarasustra mempengaruhi kaum
Yahudi, Nasrani dan Islam16.

16
Arief Wibowo dan Muhammad Fadhli, SUHUF, Vol. 31, No. 2, November 2019, hlm. 183

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Agama Zoroaster atau Majusi yang berkonsep Monoteisme, dan agama ini
dibawa oleh seorang Nabi bernama Zarathustra, yang selalu gigih dan tekun
dalam menyebarkan agama Zoroaster. Pusat perkembangan dan penyebaran
agama Zoroaster yaitu, di Persia (Iran), India dan Timur tengah. Zoroaster
memiliki beberapa ajaran keagamaan diantarannya ialah, tentang Ahura Mazda,
Angra Mainyu, Kemanusiaan, kematian dan masih banyak lagi.

Tempat beribadah agama Zoroaster adalah kuil api. Api yang terdapat
dalam kuil tersebut dibiarkan terus menyalah dan memancarkan cahaya sebagai
simbol kehadiran dewa-dewa sekaligus sebagai lambang kesucian. Tungku api
atau kuil api dijaga oleh pemuka-pemuka agama (magi) dan para pendeta. Adapun
aliran-aliran yang terdapat dalam agama Zoroaster di antaranya, Aliran Zindiq,
Aliran Manu, Aliran Madzdak.

19
DAFTAR PUSTAKA

Nyonya Us Samad, Ulfat Aziz, Great Religions World.

Al-Maghlouth, 2011, Sami bin Abdullah, Atlas agama-agama, Jakarta: penerbit


Almahira,

Arifin, H.M. 1986. Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar. Golden


Trayon.

Dowling, Elizabeth dan Scarlett, George. 2006. Encyclopedia of Religious aand


Spiritual Development. California: Sage Publications.

Fisher, Mary Pat. 1997. An Encyclopedia of The World's Faith Living Religions.
Tauris Publisher.

Nurlidiawati, Oktober 2015. Sejarah agama-Agama (Studi Historis Tentang


Agama Kuno Masa Lampau), Jurnal Rihlah, Vol. III No. 1

Wibowo, Arief dan Fadhli, Muhammad. November 2019

SUHUF, Vol. 31, No. 2.

Ali, A Mukti, 1988, Agama-Agama di Dunia, Yogyakarta: PT. Hanindita Offset,

Asrafi, Yusaran, 5 M.: Log. Sit.

20

Anda mungkin juga menyukai