Anda di halaman 1dari 190

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA


YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT

OLEH:

TIKA HERLIA
NIM. P07220117077

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

SAMARINDA

2020
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA DI

RAWAT DI RUMAH SAKIT

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Pada

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Oleh:

TIKA HERLIA
NIM : P07220117077

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

SAMARINDA

2020
ii

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan

bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari karya tulis ilmiah lain untuk

memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun

baik sebagian

maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia menerima sanksi sesuai

ketentuan yang berlaku.

Balikpapan, 8 mei 2020

Yang menyatakan

TIKA HERLIA

NIM. P07220117077
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI

UNTUK DIUJIKAN

TANGGAL 8 Mei 2020

Oleh

Pembimbing

Rahmawati Shoufiah, S.ST., M.Pd

NIDN. 4020027901

Pembimbing Pendamping

Nurhayati, S.ST., M.Pd NIDN. 4024016801

Mengetahui,

Ketua Program Studi D III Keperawatan

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Ns. Andi Lis AG, M. Kep

NIP. 196803291994022001
Karya Tulis Ilmiah Pasien Dengan Efusi Pleura yang dirawat di rumah sakit

Tahun 2020

Telah Diuji

Pada tanggal 8 Mei 2020

PANITIA PENGUJI

Ketua Penguji

1. Rus Andraini, A.Kp, M.P.H...........................................

NIDN. 4006027101

Penguji Anggota
1.Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd ...........................................

NIDN. 4020027901

2. Nurhayati, S.ST., M.Pd ...........................................

NIDN. 4024016801
Mengetahui,

Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Poltekkes Kemenkes KalimantanTimur


Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Prodi D-III Keperawatan

Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes Ns. Andi Lis AG, M. Kep
NIP. 196508251985032001 NIP. 196803291994022001
v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri

1. Nama : Tika Herlia

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat, Tanggal Lahir : kuningan, 14 oktober 1998

4. Agama : Islam

5. Pekerjaan : Mahasiswa

6. Alamat : Jl. Gunung stelling Rt.52 Gn. Samarinda

B. Riwayat Pendidikan

1. TK RA-Raudathul Aftah Tahun 2003-2004

2. SD Negeri 009 Pekanbaru Tahun 2005-2010

3. SMP Negeri 13 Balikpapan Tahun 2011-2014

4. SMA Negeri 7 Balikpapan Tahun 2014 - 2017

5. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim Tahun 2017

sampai sekarang
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas

berkat dan rahmatnya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dalam rangka memenuhi persyaratan

ujian akhir program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan Keperawatan Samarinda Kelas C

Balikpapan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Efusi Pleura”.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mengalami

kesulitan dan hambatan, akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan dari

berbagai pihak. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis telah

mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak baik materil

maupun moril. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada yang terhormat :

1. H.Supriadi B, S.Kp.,M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

3. Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

4. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung Jawab Prodi

D-III Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur.


5. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingannya sehingga Karya tulis imiah ini dapat terselesaikan

dengan baik.

6. Nurhayati, S.ST.,M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingannya sehingga Karya tulis imiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Bapak Ade Herman dan Ibu Juliati selaku orang tua saya terimakasih banyak yang

selalu mendukung, dan mendoakan tanpa hentinya.

8. Adik saya Galih Citra Putri, terimakasih sudah mendukung untuk menyelesaikan

pendidikan yang saya jalani.

9. Teman-teman angkatan ke – 6 Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan yang

selalu mendukung dalam penyusunan Karya tulis imiah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukan,

saran, serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Balikpapan, 21 Februari 2020

Tika Herlia
ABSTRAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA”

Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama banyaknya


ukuran dan jumlah individu yang terkena penyakit di bagian organ pernapasan
salah satunya efusi pleura. Efusi pleura biasanya disebebkan oleh adanya penyakit
infeksi dan non infeksi. Tingginya angka kejadian efusi pleura ini salah satunya
disebabkan oleh keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatannya sejak
dini. Efusi pleura jika tidak mendapatkan penanganan akan mengakibatkan
gangguan pada pola napas dan tindakan pengaturan posisi serta pembedahan
berupa pemasangan water seal drain dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi
pleura di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr. H. Abdoel
Moeloek Provinsi Lampung.

Penelitian ini menggunakan metode literature review asuhan keperawatan


pada dua kasus yang sama sebagai subjek penelitian pasien dewasa dengan
penyakit Efusi pleura di ruang Flamboyan A RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan dan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung. Metode
pengambilan data adalah dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi. Instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian
asuhan keperawatan sesuai ketentuan yang berlaku di prodi keperawatan
Poltekkes Kaltim.

Hasil penelitian didapatkan data masing-masing pasien mengeluh sesak


napas. Pada pasien pertama ditemukan 3 diagnosa keperawatan dan pada pasien
kedua ditemukaan 3 diagnosa keperawatan. Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama tiga hari pada kedua pasien didapatkan hasil yaitu dengan dua
masalah pasien teratasi dan satu masalah pasien sebagian teratasi sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat dan ditetapkan peneliti.

Dapat disimpulkan bahwa setiap pasien dengan efusi pleura memiliki


respon yang berbeda terhadap masalah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi atau
status kesehatan dan kemampuan pasien dalam menghadapi suatu masalah.
Sehingga perawat harus melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk
menangani masalah keperawatan pada setiap pasien dan meningkatkan
keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya pada pasien
efusi pleura.

Kata kunci : Efusi Pleura, Asuhan Keperawatan


ABSTRACT

" NURSING CARE IN PATIENTS WITH PLEURAL EFFUSION"

Respiratory system disorders are the main cause of the large size and
number of individuals affected by disease in the respiratory organs, one of which
is pleural effusion. Pleural effusion is usually caused by infectious and non-
infectious diseases. The high incidence of pleural effusion is one of them caused
by the delay of patients to check their health early. This study aims to obtain an
overview of nursing care in patients with pleural effusion in Dr. Hospital.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan and RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi
Lampung.

This study uses a case study method with the literature review by
implementing care as a unit of analysis. The unit of analysis is adult patients with
pleural effusion. The data collection method is by interview, observation, physical
examination, documentation study and. The instrument of data collection uses the
format of Nursing Care according to the provisions in force in the campus nursing
study program at the East Kalimantan Polytechnic.

Based on the assessment, diagnosis, intervention, implementation and


evaluation results, in the first patients found three nursing diagnoses that appeared
only two diagnoses were resolved, one diagnoses were partially resolved, and in
the second patient found three nursing diagnoses that appeared only two diagnoses
were resolved and one diagnoses are partially resolved.

It can be concluded that each patient with pleural effusion has a different
response to the problem. This is influenced by the condition or health status and
ability of the patient to deal with a problem. So that nurses must carry out
comprehensive nursing care to handle nursing problems in each patient and
improve skills in implementing nursing care, especially in patients with pleural
effusion.

Keywords: Pleural Effusion, Nursing Care


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN...............................................................................

HALAMAN SAMPUL DALAM.............................................................................i

LEMBAR PERNYATAAN.....................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...........................................................................................v

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

ABSTRAK............................................................................................................viii

DAFTAR ISI...........................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii

DAFTAR BAGAN...............................................................................................xiv

DAFTAR TABEL..................................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................5

1. Tujuan Umum............................................................................................5

2. Tujuan Khusus...........................................................................................5

D. Manfaat Penelitian........................................................................................6

Adapun manfaat penulisan proposal ini adalah:...................................................6

1. Bagi Peneliti..................................................................................................6

2. Bagi Tempat Penelitian...............................Error! Bookmark not defined.


3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan.......Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7

A. Konsep Dasar Medis.....................................................................................7

1. Pengertian..................................................................................................7

2. Etiologi......................................................................................................8

3. Anatomi Fisiologi......................................................................................9

4. Klasifikasi................................................................................................13

5. Manifestasi Klinis....................................................................................13

6. Patofisiologi.............................................................................................14

8. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................17

9. Komplikasi..............................................................................................18

B. Konsep Masalah Keperawatan....................................................................20

1. Diagnosis Keperawatan...........................................................................20

3. Masalah keperawatan..............................................................................24

C. Konsep Asuhan Keperawatan Efusi Pleura................................................33

1. Pengkajian...............................................................................................33

2. Diagnosa Keperawatan............................................................................39

3. Intervensi Keperawatan...........................................................................40

4. Implementasi Keperawatan.....................................................................48

5. Evaluasi Keperawatan.............................................................................49

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................50

A. Pendekatan/Desain Penelitian.....................................................................50
B. Subyek Penelitian........................................................................................50

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)........................................................51

D. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................52

E. Prosedur Penelitian.....................................................................................52

F. Metode dan instrument Pengumpulan Data................................................53

G. Keabsahan Data...........................................................................................53

H. Analisis Data...............................................................................................54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................55

A. Hasil............................................................................................................55

B. Pembahasan...............................................................................................101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................117

A. Kesimpulan...............................................................................................117

B. Saran..........................................................................................................118

DATAR PUSTAKA............................................................................................120

LAMPIRAN - LAMPIRAN
GAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Anatomi Paru dan Pleura...............................................................9


DAFTAR BAGAN

BAGAN 2.1 Pathway Efusi Pleura................................................................23


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pada Pasien 1 dan 2................................................57

Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik Pada Pasien.........................60

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien........................................73

Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pada Pasien........................................74

Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien...................................................74

Tabel 4.6 Perencanaan Pada Pasien 1dan 2........................................................77

Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan Pasien 1 dan 2........................................80

Tabel 4.8 Evaluasi Keperawatan Pasien 1 dan 2................................................94


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Asuhan Keperawatan Pasien 1

Lampiran 2 Asuhan Keperawatan Pasien 2

Lampiran 3 format konsul


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling utama, manusia

mempunyai beberapa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi jika ingin dalam

keadaan sehat dan seimbang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur

unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan

fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan

kehidupan dan kesehatan. Salah satu keseimbangan fisiologis yang perlu

dipertahankan, yaitu saluran pernafasan yang berfungsi menghantarkan udara

(oksigen) dari atmosfer yang kita hirup dari hidung dan berakhir prosesnya di

paru-paru untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Rosmalawati &

Kasiati, 2016)

Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama banyaknya

ukuran dan jumlah individu yang terkena penyakit di bagian organ

pernapasan. Salah satu penyakit gangguan sistem pernapasan pada manusia

yaitu efusi pleura.Efusi pleura adalah cairan yang berlebih di dalam membran

berlapis ganda yang mengelilingi paru-paru (Irianto, 2014).

Efusi pleura merupakan kondisi medis yang dilatarbelakangi oleh

berbagai Penyebab. Data WHO menunjukkan bahwa Efusi pleura disebabkan

oleh berbagai kelainan kardiopulmonal seperti gagal Jantung kongestif,

gangguan hati, hingga keganasan di paru-paru (Mc Gart & Anderson, 2011).
Prevalensi efusi pleura di dunia diperkirakan sebanyak 320 kasus per

100.000 penduduk di negara-negara industri dengan penyebarannya

tergantung dari etiologi penyakit yang mendasarinya. Angka kejadian efusi

pleura di Amerika Serikat ditemukan sekitar 1,5 juta kasus per tahunnya

dengan penyebab tersering gagal jantung kongestif, pneumonia bakteri,

penyakit keganasan, dan emboli paru (Rubins, 2013). Hasil penelitian di salah

satu rumah sakit di India pada tahun 2013-2014 didapatkan prevalensi efusi

pleura sebanyak 80 kasus dengan penyebab terbanyak tuberkulosis paru

(Jamaluddin, 2015). Sedangkan prevalensi efusi pleura di Indonesia mencapai

2,7% dari penyakit infeksi saluran napas lainnya dan Kelompok umur

terbanyak terkena efusi pleura antara 40-59 tahun, umur termuda 17 tahun dan

umur tertua 80 tahun (Depkes RI, 2006).

Penyebab efusi pleura yang disebabkan infeksi yaitu tuberkulosis,

pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik. Sedangkan

untuk non infeksi disebabkan oleh karsinoma paru, karsinoma pleura,

karsinoma mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung, gagal jantung,

perikarditis konstriktiva, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme, kilotoraks,

emboli paru (Morton dkk, 2012).

Pasien-pasien dengan efusi pleura menunjukkan gejala klinis yang

beragam mulai dari efusi pleura tanpa gejala hingga efusi pleura masif yang

menunjukkan berbagai gejala serius yang mengganggu pernapasan. Pada

kasus efusi pleura tanpa gejala, biasanya efusi pleura terlihat dari gambaran X-

Ray thorak (Wedro, 2014).


Karakteristik tanda dan gejala dari efusi pleura yang sering terjadi seperti

sesak nafas, batuk kering, dan nyeri dada pleuritik. Pada pemeriksaan fisik

dapat ditemukan bunyi redup saat dilakukan perkusi, berkurangnya taktil

vokal fremitus saat dilakukan palpasi, dan penurunan bunyi napas pada

auskultasi paru (Karkhanis, 2012).

Masalah keperawatan yang umum terjadi pada pasien dengan efusi

pleura salah satunya adalah pola napas tidak efektif dan gangguan pertukaran

gas (NANDA, 2012). Pola napas tidak efektif diakibatkan oleh terganggunya

ekspansi paru akibat akumulasi cairan di pleura sehingga akan menimbulkan

manifestasi klinis seperti peningkatan frekuensi napas, kesulitan bernapas

(dipsnea), penggunaan otot-otot bantu pernapasan, dan pada kasus-kasus berat

muncul gejala hipoksia seperti sianosis. Sementara itu, efusi pleura juga

berakibat pada terganggunya pertukaran gas yang bermanifestasi klinis pada

perubahan nilai gas darah arteri (Wilkinson & Ahern, 2005).

Oleh karena itu, peran perawat dan tenaga kesehatan sangatlah

diperlukan terutama dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitative, untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti

pneumonia, peneumothoraks, gagal nafas dan kolaps paru sampai dengan

kematian. Peran perawat secara promotife misalnya memberikan penjelesan

dan informasi penyakit Efusi pleura, preventifenya mengurangi merokok dan

minum- minuman beralkohol, kurative misalnya dilakukan pengobatan ke

rumah sakit dan melakukan pemasangan WSD, rehabilitative misalnya

melakukan
pengecekan kembali kondisi klien ke rumah sakit atau tenaga kesehatan

(Muttaqin, 2008).

Penanganan efusi pleura berfokus pada pemenuhan kebutuhan

oksigenasi yang maksimum.Oksigenasi yang maksimum difokuskan untuk

mencapai pertukaran gas yang adekuat, ventilasi yang adekuat, dan perfusi

jaringan yang adekuat (Dugdale, 2014). Evakuasi cairan dilakukan untuk

menjamin ventilasi dan pertukaran gas yang adekuat. Evakuasi cairain

dilakukan melalui tindakan medis seperti thoracentesis dan pemasangan chest

tube (Rubins, 2013). Tindakan keperawatan juga berperan penting untuk

menjamin ventilasi dan perfusi yang adekuat. Beberapa tindakan keperawatan

utama untuk mengatasi masalah pernapasan pada pasien efusi pleura adalah

pengkajian berupa monitor status pernapasan meliputi frekuensi pernapasan,

auskultasi suara paru, monitor status mental, dispnea, sianosis, dan saturasi

oksigen (Wilkinson & Ahern, 2005). Selain itu, tindakan keperawatan yang

penting adalah “Positioning” yang bertujuan untuk meningkatkan ekspansi

paru sehingga mengurangi sesak (Dean, 2014).

Berdasarkan data yang diperoleh dari studi pendahuluan Dari catatan

medical di ruang Flamboyan B RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan

dari tahun 2018 hingga sekarang ini kasus efusi pleura yang dirawat di RSUD

Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan sebanyak 41 kasus. Sehingga dalam hal

ini penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Dengan Efusi Pleura Di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan


Kalimantan Timur” secara komperhensif guna memperoleh gambaran secara

nyata.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan pada

pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan

Kalimantan Timur tahun 2020?.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan

asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso

Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada karya tulis ini adalah:

a. Mengkaji pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo

Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020

b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di

RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di

RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020.


d. Melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di

RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun

20120.

e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di

RUSD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan proposal ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat memperoleh pengalaman dalam

memberikan asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

selama pendidikan khususnya pada pasien dengan Efusi Pleura.

2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan

Hasil peneliti ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam imu

pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien efusi pleura menggunakan litearur-literatur terbaru.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang

terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer

jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap

penyakit lain (Nurarif et al, 2015).

Efusi pleura adalah kondisi paru bila terdapat kehadiran dan

peningkatan cairan yang luar biasa di antara ruang pleura. Pleura adalah

selaput tipis yang melapisi permukaan paru-paru dan bagian dalam dinding

dada di luar paru-paru. Di pleura, cairan terakumulasi di ruang antara

lapisan pleura. Biasanya, jumlah cairan yang tidak terdeteksi hadir dalam

ruang pleura yang memungkinkan paru-paru untuk bergerak dengan lancar

dalam rongga dada selama pernapasan (Philip, 2017).

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang

terletak diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit

primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder

terhadap penyakit lain (Nurarif & Kusuma, 2015).

Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul

dirongga pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau

seluruhnya (Nair & Peate, 2015).


2. Etiologi

Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan

kecepatan produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau

keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut (Morton

2012)

a. Peningkatan tekanan pada kapiler sub pleura atau limfatik

b. Peningkatan permeabilitas kapiler

c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah

d. Peningkatan tekakanan negative intrapleura

e. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura

1) Penyebab efusi pleura:

a) Infeksi

(1) Tuberkulosis

(2) Pneumonitis

(3) Abses paru

(4) Perforasi esophagus

(5) Abses sufrenik

b) Non infeksi

(1) Karsinoma paru

(2) Karsinoma pleura: primer, sekunder

(3) Karsinoma mediastinum

(4) Tumor ovarium

(5) Bendungan jantung: gagal jantung, perikarditiskonstriktiva


(6) Gagal hati

(7) Gagal ginjal

(8) Hipotiroidisme

(9) Kilotoraks

(10) Emboli paru.

Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi

menjadi transudat, eksudat dan hemoragi.

a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongesif (gagal

jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (karena sirosishati), sindrom vena

kava superior, tumor dan sindrom meigs.

b. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru,

radiasi dan penyakit kolagen.

c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark

paru dan tuberculosis.

3. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.2 Anatomi Paru dan Pleura (Adita, 2015)


a. Trakea

Trakea juga dikenal sebagai tenggorokan. Trakea adalah tulang tabung

yang menghubungkan hidung dan mulut ke paru-paru. Ini adalah

tabung berotot kaku terletak di depan kerongkongan yang sekitar 4,5

inci panjang dan lebar 1 inci.

b. Bronkus

Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-

kira veterbrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan

trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Trakea bercabang menjadi

bronkus utama (primer) kiri dan kanan. Bronkus kanan lebih pendek

lebih lebar dan lebih vertikal dari pada yang kiri, sedikit lebih tinggi

dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di

bawah arteri disebut lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih

langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis

sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas

dan bawah.

c. Bronkioli

Bronkioli membentuk percabangan menjadi bronkioli terminalis yang

tidak mempunyai kelenjar lender dan silia. Bronkioli terminalis ini

kemudian menjadi bronkioli respiratori, yang dianggap menjadi saluran

transisional antara udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.

Sampai titik ini, jalan udara konduksi mengandung sekitar 150 ml udara
dalam percabangan trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam

pertukaran gas.

d. Pleura Parietal dan Pleura Visceral

Pleura yang bagiannya menempel dengan dinding dalam rongga dada

disebut pleura parietalis dan bagian yang melekat dengan paru-paru

disebut pleura visceralis. Sebetulnya pleura ini merupakan kantung

yang dindingnya berisi cairan serosa yang berguna sebagai pelumas

sehingga tidak menimbulkan sakit bila antara dinding rongga dada dan

paru-paru terjadi gesekan pada waktu respirasi.

e. Lobus

Lobus merupakan jalur dari paru-paru yang terdiri dari beberapa bagian

yaitu paru kiri terdiri dari dua lobus (lobus superior dan lobus inferior)

dan paru kanan terdiri dari tiga lobus yaitu (lobus superior, lobus

medius dan lobus inferior).

Pleura merupakan lapisan pembungkus paru. Di mana antara pleura

yang membungkus pulmo dekstra et sinistra dipisahkan oleh adanya

mediastinum. Pleura dari interna ke eksterna terbagi atas 2 bagian :

a. Pleura Viscelaris/Pulmonis yaitu pleura yang langsung melekat pada

permukaan pulmo.

b. Pleura Parietalis yaitu bagian pleura yang berbatasan dengan dinding

thoraks.

Kedua lapisan pleura ini saling berhubungan pada hilus pulmonis

sebagai ligamen Pulmonal (pleura penghubung). Di antara kedua lapisan


pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut dengan cairan pleura.

Dimana di dalam cairan pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yang

berfungsi agar tidak terjadi gesekan antara pleura ketika proses

pernapasan. (Wijaya & Putri, 2013).

Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru kanan yang terdiri tiga

lobus terdiri dari bagian atas, tengah dan bawah sedangkan paru-paru kiri

terdiri dari 2 lobus yaitu lobus atas dan bawah. Bagian atas puncak paru

disebut apeks yang menjorok ke atas arah leher pada bagian bawah disebut

basal. Paru-paru dilapisi oleh selaput pleura. Dari segi anatomisnya,

permukaan rongga pleura berbatasan dengan paru sehingga cairan pleura

mudah bergerak dari satu rongga ke rongga yang lainnya. Dalam keadaan

normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura, karena

biasanya sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang

selalu bergerak secara teratur. Cairan ini berfungsi untuk pelumas antara

kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain.

Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih

dari cukup untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan

tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura

ke mediastinum. Permukaan superior diafragma dan permukaan lateral

pleura parietalis, memerlukan adanya keseimbangan antara produksi

cairan pleura oleh pleura parietalis dan absorbs oleh cairan viseralis. Oleh

karena itu, rongga pleura disebut sebagai ruang potensial, karena ruang ini

normalnya
begitu sempit, sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas

(Muttaqin, 2011).

4. Klasifikasi

Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu:

a. Efusi pleura transudat

Merupakan ultra filtrat plasma, yang menandakan bahwa membran

pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan di sebabkan oleh

faktor sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan

pleura.

b. Efusi pleura eksudat

Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh

kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat (Morton, 2012)

5. Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi klinik dari efusi pleura yaitu :

a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena

pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan

banyak, penderita akan sesak nafas.

b. Adanya gejala penyakita seperti demam, menggigil,dan nyeri dada

pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberculosis),

banyak keringat, batuk, banyak riak.

c. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika

penumpukan cairan pleural yang signifikan.

d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,

karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan

berkurang
bergerak dalam pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada

perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan

membentuk garis melengkung (garis ellis damoiseu).

e. Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup

timpani dibagian atas garis ellis damoiseu. Segitiga grocco-rochfusz,

yaitu dareah pekak kkarena cairan mendorong mediastinum kesisi

lain,pada auskulasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan

ronki.

f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura

6. Patofisiologi

Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura

parietalis dan pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat

cairan antara 10 cc - 20 cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu

bergerak teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua

pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui

bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan selanjutnya di absorbsi

tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura

parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis. Cairan

kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil

diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan

penyerapan cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak

mikrovili disekitar sel-sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura

tetap karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadaan

ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic
koloid. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah

satunya adalah infeksi tuberkulosa paru .

Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil

Mikobakterium tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli,

terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan

saluran getah bening menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti

dengan pembesaran kelenjar getah bening hilus (limphadinitis regional).

Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas

membran. Permebilitas membran akan meningkat yang akhirnya dapat

menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan

terjadinya efusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus

subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat

juga dari robekkan kearah saluran getah bening yang menuju rongga

pleura, iga atau columna vetebralis.

Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkolusa paru adalah

merupakan eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura

tersebut karena kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya

serous, kadang-kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura

bias mengandung leukosit antara 500-2000. Mula-mula yang dominan

adalah sel-sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan efusi

sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan efusi

bukanlah karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya

efusi pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain:

Irama
pernapasan tidak teratur, frekuensi pernapasan meningkat, pergerakan

dada asimetris, dada yang lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi

redup. Selain hal - hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh

efusi pleura yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan

suhu, batuk dan berat badan menurun (Nair & Peate, 2015).

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan pada efusi pleura yaitu: (Nurarif et al, 2015)

a. Tirah baring

Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena

peningkatan aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga

dispneu akan semakin meningkat pula.

b. Thoraksentesis

Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti

nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu

dikeluarkan untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah

cairan efusi pleura lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya

baru dapat dikalkukan 1 jam kemudian.

c. Antibiotic

Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya

infeksi. Antibiotik diberi sesuai hasil kultur kuman.

d. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat melalui

selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan

mencegah cairan terakumulasi kembali.

e. Water seal drainage (WSD)

Water seal drainage (WSD) adalah suatu system drainase yang

menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari

cavum pleura atau rongga pleura.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Rontgen dada, biasanya dilakukan untuk memastikan adanya efusi pleura,

dimana hasil pemeriksaan akan menunjukkan adanya cairan.

b. CT scan dada. CT scan bisa memperlihatkan paru-paru dan cairanefusi

dengan lebih jelas, serta bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses

paru atau tumor.

c. USG dada, bisa membantu mengidentifikasi adanya akumulasi cairan

dalam jumlah kecil.

d. Torakosentesis, yaitu tindakan untuk mengambil contoh cairan untuk

diperiksa menggunakan jarum. Pemeriksaan analisa cairan pleura bisa

membantu untuk menentukan penyebabnya.

e. Biopsi. Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya,

maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil

untuk dianalisa.

f. Bronkoskopi, pemeriksaan untuk melihat jalan nafas secara langsung untuk

membantu menemukan penyebab efusi pleura.


g. Torakotomi, biasanya dilakukan untuk membantu menemukan penyebab

efusi pleura, yaitu dengan pembedahan untuk membuka rongga dada.

Namun, pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan

pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat

ditentukan.

9. Komplikasi

a. Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase

yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan

pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika

fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat

pada jaringan

- jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan

(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran - membran

pleura tersebut.

b. Atalektasis

lektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang

disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.

c. Fibrosis paru

Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan

ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara

perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang

menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang


berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang

terserang dengan jaringan fibrosis.

d. Kolaps Paru

Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan

ektrinsik pada sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara

keluar dan mengakibatkan kolaps paru.

e. Empiema

Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang

mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi

yang menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah

dalam rongga pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas

bir atau lebih, yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas

dan rasa sakit (Morton, 2012).


B. Konsep Masalah Keperawatan

1. Diagnosis Keperawatan

a. Definisi

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI,

2017).

b. Jenis

Jenis diagnosis keperawatan terdiri dari diagnosis keperawatan positif

dan negatif. Diagnosis keperawatan positif meliputi diagnosis

keperawatan promosi kesehatan, sedangkan diagnosis keperawatan

negatif terdiri dari diagnosis keperawatan aktual dan resiko (PPNI,

2017).

1) Positif

Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai

kondisi lebih sehat atau optimal.

a) Promosi Kesehatan

Menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk

meningkatkan kondisi kesehatannya ketingkat yang lebih baik

atau optimal.

2) Negatif

Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sakit atau berisiko

mengalami kesakitan.

a) Aktual
Menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau

proses kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami

masalah kesehatan.

b) Resiko

Menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau

proses kehidupannya yang menyebabkan klien beresiko

mengalami masalah kesehatan.

c. Komponen

Masing - masing komponen diagnosis diuraikan sebagai

berikut: (PPNI, 2017).

1) Masalah (Problem)

Merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan

intidari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses

kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas deskriptor atau penjelas

dan fokus diagnostik. Deskriptor merupakan pernyataan yang

menjelaskan bagaimana suatu fokus diagnosis terjadi.

2) Indikator Diagnostik

a) Penyebab (Etiologi) merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan status kesehatan.

b) Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom). Tanda merupakan data

objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratorium dan prosedur diagnostik, sedangkan


merupakan data subyektif yang diperoleh dari hasil anamnesis

yang dikelompokkan menjadi:

Mayor: Tanda/gejala ditemukan sekitar 80% - 100% validasi

diagnosis.

Minor: Tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika

ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis.

c) Faktor risiko merupakan kondisi atau situasi yang dapat

meningkatkan kerentanan klien mengalami masalah kesehatan.

Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri atas

penyebab dan tanda/gejala. Pada diagnosis risiko tidak

memiliki penyebab dan tanda/gejala, hanya memiliki

tanda/gejala yang menunjukkan kesiapan klien untuk mencapai

kondisi yang lebih optimal.


2. Pathway
3. Masalah
keperawatan

Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita

efusi pleura sebelum dilakukan tindakan invasif menurut (Nurarif et al,

2015) dan (PPNI, 2017):

a. Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005)

1) Definisi Masalah

Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi

adekuat.

2) Penyebab

Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot

pernafasan )

3) Gejala Dan Tanda

a) Data Mayor

(1) Subjektif

(a) Dipsnea

(2) Objektif

(a) Penggunaan otot bantu pernapasan

(b) Fase ekspirasi memanjang

(c) Pola napas yang abnormal (misalnya takipnea,

bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)

b) Data Minor

(1) Subjektif

(a) Ortopnea
(2) Objektif

(a) Pernapasan pursed lip

(b) Pernapasan cuping hidung

(c) Diameter thoraks anterior posterior meningkat

(d) Ventilasi semenit menurun

(e) Kapitas vital menurun

(f) Tekanan Ekspirasi menurun

(g) Tekanan Inspirasi menurun

(h) Ekskursi dada berubah

4) Kondisi Klinis Terkait

a) Trauma thoraks

b. Nyeri Akut (D. 0077)

1) Definisi

Pengalaman sensorik atau emosioal yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan.

2) Penyebab

Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)

3) Gejala dan Tanda

a) Data Mayor

(1) Subjektif

Mengeluh nyeri
(2) Objektif

(a) Tampak meringis

(b) Bersikap protektif

(c) Gelisah

(d) Frekuensi nadi meningkat

(e) Sulit tidur

b) Data Minor

(1) Subjektif

Tidak

tersedia

(2) Objektif

(a) Tekanan darah meningkat

(b) Pola napas berubah

(c) Nafsu makan berubah

(d) Proses berfikir terganggu

(e) Menarik diri

(f) Berfokus pada diri sendiri

(g) Diaforesis

4) Kondisi Klinis

Terkait Infeksi

c. Intoleransi Aktivitas (D.0056)

1) Definisi

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari.

2) Penyebab
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

3) Gejala dan Tanda

a) Data Mayor

(1) Subjektif

Mengeluh lelah

(2) Objektif

Frekuensi jantung meningkat lebih dari 20% dari kondisi

istirahat

b) Data Minor

(1) Subjektif

(a) Dyspnea/setelah aktivitas

(b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

(c) Merasa lemah

(2) Objektif

(a) Tekanan darah berubah lebih dari 20% dari kondisi

istirahat

(b) Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah

aktivitas

(c) Gambaran EKG menunjukan iskemia

(d) Sianosis

4) Kondisi Klinis Terkait

a) PPOK

d. Hipertermia (D. 0130)


1) Definisi

Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.

2) Penyebab

Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)

3) Gejala dan tanda

a) Data mayor

(1) Subjektif

Tidak

tersedia

(2) Objektif

Suhu tubuh diatas nilai normal

b) Data minor

(1) Subjektif

Tidak

tersedia

(2) Objektif

(a) Kulit merah

(b) Kejang

(c) Takikardi

(d) takipnea

(e) kulit terasa terhangat

4) kondisi terkait

proses infeksi
e. Defisit Nutrisi (D. 0019)

1) Definisi

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme.

2) Penyebab

Ketidakmampuan mencerna makanan

3) Gejala dan Tanda

a) Data Mayor

(1) Subjektif

Tidak tersedia

(2) Objektif

Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

b) Data Minor

(1) Subjektif

(a) Cepat kenyang setelah makan

(b) Keram atau nyeri abdomen

(c) Nafsu makan menurun

(2) Objektif

(a) Bising usus hiperaktif

(b) Otot pengunyah lemah

(c) Otot menelan lemah

(d) Membran mukosa pucat

(e) Sariawan
(f) Serum albumin turun

(g) Rambut rontok berlebihan

(h) Diare

4) Kondisi Klinis Terkait

Infeksi

f. Defisit pengetahuan (D.0111)

1) Definisi

Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan

topic tertentu.

2) Penyebab

Kurang terpapar informasi

3) Gejala dan tanda

a) Data mayor

(1) Subjektif

(a) Menanyakan masalah yan dihadapi

(2) Objektif

(a) Menjalani pemeriksaan yang tidak sesuai anjuran

(b) Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah

b) Data minor

(1) Subjektif

Tidak

tersedia

(2) Objektif

(a) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat


(b) Menunjukan prilaku berlebihan (mis. Apatis,

bermusuhan, agatasi,hysteria)

4) Kondisi klinis terkait

Penyakit kronis

g. Nyeri Akut (D.0077)

1) Definisi

Pengalaman sensorik atau emosioal yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan.

2) Penyebab

Agen pencedera fisik ( prosedur operasi)

3) Gejala dan Tanda

a) Data Mayor

(1) Subjektif

Mengeluh

nyeri

(2) Objektif

(a) Tampak meringis

(b) Bersikap protektif

(c) Gelisah

(d) Frekuensi nadi meningkat

(e) Sulit tidur


b) Data Minor

(1) Subjektif

Tidak

tersedia

(2) Objektif

(a) Tekanan darah meningkat

(b) Pola napas berubah

(c) Nafsu makan berubah

(d) Proses berfikir terganggu

(e) Menarik diri

(f) Berfokus pada diri sendiri

(g) Diaforesis

4) Kondisi Klinis Terkait

Kondisi pembedahan

h. Risiko infeksi (D. 0142)

1) Definisi

Berisiko mengalami peningkatan terserang organism patogenik.

2) Faktor Risiko

Efek prosedur invasif

3) Kondisi Klinis Terkait

Tindakan invasive
C. Konsep Asuhan Keperawatan Efusi Pleura

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,

agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status

pendidikan dan pekerjaan pasien.

b. Keluhan Utama

Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa :

sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura

yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan

bernafas serta batuk non produktif.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda

-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada,

berat badan menurun dan sebagainya.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC

paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.Hal ini

diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita

penyakit- penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura

seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain sebagainya.


f. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara

mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang

dilakukan terhadap dirinya.

g. Pengkajian Pola Fungsi

1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

2) Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit

mempengaruhi perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang

juga memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan

kesehatan.

3) Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol

dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi

timbulnya penyakit.

4) Pola nutrisi dan metabolisme

5) Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu

melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk

mengetahui status nutrisi pasien.

6) Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama

MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu

makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur

abdomen.

7) Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit.

pasien dengan effusi pleura keadaan umumnyalemah.


h. Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan

defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien

yang lemah, pasien akan lebih banyak bedrest sehingga akan

menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur

abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus

digestivus.

i. Pola aktivitas dan latihan

1) Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi.

2) Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.

3) Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat

adanya nyeri dada.

4) Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien

dibantu oleh perawat dan keluarganya.

j. Pola tidur dan istirahat

1) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan

berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.

2) Selain itu, akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan

rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak

orang yang mondar - mandir, berisik dan lain sebagainya.

k. Pemeriksaan Fisik

1) Status Kesehatan Umum

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan

pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan


anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana

mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan

pasien.

2) Sistem Respirasi

Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit

mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan

pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah

hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan

ictus kordis. Pernapasan cenderung meningkat dan pasien biasanya

dyspneu.

a) Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah

cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan

pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.

b) Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya.

Bila cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan

terdapat batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung

lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini

disebut garis Ellis- Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian

depan dada, kurang jelas di punggung.

c) Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi

duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada

kompresi atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan

ditemukan tanda tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di

sekitar batas atas cairan.

3) Sistem Cardiovasculer
a) Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal

berada pada ICS-5 pada linea medio klavikula kiri selebar 1

cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

pembesaran jantung.

b) Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) harus

diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung,

perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.

c) Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung

terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah

pembesaran jantung atau ventrikel kiri.

d) Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal

atau gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan

gejala payah jantung serta adakah murmur yang menunjukkan

adanya peningkatan arus turbulensi darah.

4) Sistem Pencernaan

a) Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit

atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol

atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya

benjolan-benjolan atau massa.

b) Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana

nilai normalnya 5-35 kali per menit.


c) Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan

abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk

mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba.

d) Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau

cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites,

vesikaurinarta, tumor).

e) Sistem Neurologis

Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping itu juga

diperlukan pemeriksaan GCS, apakah composmentis atau

somnolen atau comma. Pemeriksaan refleks patologis dan

refleks fisiologisnya.Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu

dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan

dan pengecapan.

f) Sistem Muskuloskeletal

Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial.Selain

itu, palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat

perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refiltime.

Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan

otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.

g) Sistem Integumen

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada

tidaknya lesi pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya

akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem

transport
oksigen. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan

kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian tekstur kulit (halus-

lunak- kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi

seseorang,

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,

keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau

proses kehidupan yang aktual ataupun potensial. Diagnosa keperawatan

merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan

(Dinarti & Mulyanti, 2017).

Adapun dignosa yang diangkat dari masalah sebelum dilakukan

tindakan infasif adalah:

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas

(kelemahan otot nafas) (D.0005)

b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis (inflamasi,

iskemia, neoplasma) (D.0077)

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)

d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019)

f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

(D.0111) (PPNI, 2017).


Adapun dignosa yang diangkat dari masalah setelah dilakukan

tindakan infasif adalah:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur

operasi) (D.0077)

b. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142)

(PPNI, 2017)

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dapat dilaksanakan oleh perawat berdasarkan

standard intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) :

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas.

(D.0005)

1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola

nafas membaik.

2) Kriteria hasil

a) Dyspnea menurun

b) Penggunaan otot bantu nafas menurun

c) Pemanjangan fase ekspirasi menurun

d) Otopnea menurun

e) Pernapasan pursed-lip menurun

f) Frekuensi nafas membaik

3) Intervensi

Observasi

a) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)


b) Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing ,

ronchi kering)

Terapeutik

a) Pertahankan kepatenan jalan nafas head-tilt dan chin-lift

(jaw- thrust jika curiga trauma sevikal)

b) Posisikan semi-fowler atau fowler

c) Berikan oksigen jika

perlu Edukasi

a) Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik, jika

perlu.

b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis ( inflamasi,

iskemia, neoplasma) (D.0077)

1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri

menurun

2) Kriteria hasil :

a) Keluhan nyeri menurun

b) Melaporkan nyeri terkontrol meningkat

c) Meringis menurun

d) Penggunaan analgetik menurun

e) Tekanan darah membaik

3) Intervensi
Observasi

a) Identifikasi skala nyeri

b) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri.

Terapeutik

a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

b) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemiihan strategi

meredakan nyeri

Edukasi

a) Anjurkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

c. Intoleransi aktifitas (D.0056)

1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawaan diharapkan

akitifitas pasien meingkat


2) Kriteria hasil

a) Kemudahan melakukan aktifitas

b) Dyspnea saat beraktifitas menurun

c) Dspnea setelah beraktifitas menurun

d) Perasaan lemah menurun

e) Tekanan darah membaik

f) Frekueni nadi membaik

3) Intervensi

Observasi

a) Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

b) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas

Terapeutik

a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,

suara, kunjungan)

Edukasi

a) Anjurkan tirah baring

b) Melakukan aktvitas secara bertahap

d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)

1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharpkan suhu

kembali membaik
2) Kriteria hasil :

a) Mengigil menurun

b) Kulit merah menurun

c) Takikardia menurun

d) Takipnea menurun

e) Tekanan darah membaik

f) Suhu tubuh membaik

3) Intervensi

Observasi

a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis.dehidrasi, terpapar

lingkungan panas, penggunaan incubator)

b) Monitor suhu tubuh

c) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeuik

a) Sediakan lingkungan yang dingin(atur suhu ruangan)

b) Longgarkan atau lepas pakaian

c) Berikan cairan oral

Edukasi

a) Anjurkan tirah baring

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019)

1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi

membaik

2) Kriteria hasil
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

b) Berat bada membaik

c) Nafsu makan membaik

d) Indeks masa tubuh (IMT) membaik

e) Frekuensi makan membaik

3) Intervensi

Observasi

a) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

b) Monitor asupan makanan

c) Identifikasi perubahan berat badan

d) Monitor berat badan

e) Timbang berat badan

Terapeutik

a) Berikan makanan tinggi kalori dan protein

Kolaborasi

a) Kolaborasi dengan ahl gizi tentang cara meningkatkan asupan

makanan

f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(D.0111)

1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

pengetahuan meningkat
2) Kriteria hasil

a) Perilaku sesuai anjuran menigkat

b) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic

mengingkat

c) Pertanyaan tentang masalah dihadapi menurun

d) Persepsi keliru terhadap masalah menurun

3) Intervensi

Observasi

a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

terapeutik

a) Sediakan materi dan media pendidikn kesehatan

b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

c) Berikan kesempatan untuk bertanya

d) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

Adapun intervensi dari diagnosa setelah dilakukan tindakan

invasif tersebut adalah:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur

operasi) (D.0077)

a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

nyeri menurun

b. Kriteria hasil :

1) keluhan nyeri menurun

2) kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat


3) gelisah menurun

4) frekuensi nadi membaik

5) tekanan darah membaik

c. Intervensi

Observasi

1) Identifikasi respon nyeri non verbal

2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi , frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

Terapeutik

1) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri

Edukasi

1) Anjurkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa

nyeri

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek tindakan invasif. (D.0142)

a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

resiko infeksi menurun

b. Kriteria hasil :

1) Demam menurun

2) Kebersihan badan meningkat


3) Bengkak menurun

4) Kemerahan menurun

5) Kultur sputum membaik\kultur area luka membaik

c. Intervensi

Observasi

1) Monitor tanda dan gejala infeksi dan sistemik

Terapeutik

1) Batasi jumlah pengunjung

2) Berikan perawatan kulit pada area edema

3) Cuci tangan sesudah atau sebelum kontak dengan pasien

4) Pertahankan tekhnik aseptic

Edukasi

1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2) Ajarkan mencuci tangan dengan benar

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan

komponen lain dari proses keperawatan. Selama implementasi, perawat

mengkaji kembali pasien, modifikasi rencana asuhan, dan menuliskan

kembali hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan. Untuk implementasi

yang efektif, perawat harus berpengetahuan banyak tentang tipe-tipe

intervensi,
proses implementasi dan metode implementasi. Ada tiga fase

implementasi keperawatan yaitu :

a. Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi

rencana, pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan

rencana, persiapan pasien dan lingkungan.

b. Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi

dengn tujuan. Implementasi apat dilakukan dengan intervensi

indeoenden, dependen atau interdependen

c. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan pasien setelah

implementasi dilakukan (potter and pery, 2005)

5. Evaluasi Keperawatan

Fase terakhir proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan dan

kualitas data, teratasi atau tidaknya maslah pasien, serta pencapaian tujuan

serta ketepatan ntervensi keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencanaa

keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

melalui perbandingan pelayanan keperawatan mutu pelayanan

keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah

ditentukan terebih dahulu.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan/Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dalam bentuk literature

riview kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien

dengan Efusi Pleura. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

B. Subyek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan ini adalah:

1. Subyek ialah pasien yang di rawat inap

2. Subyek terdiri dari 2 orang pasien (laki-laki maupun perempuan) yang di

rawat inap dengan Efusi Pleura

3. Subyek yang berusia 40 - 59 tahun

4. Subyek pasien dengan diagnosa medis Efusi Pleura


C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)

Definisi operasional karya tulis ini adalah :

1. Efusi Pleura

Efusi pleura adalah cairan yang berlebih di dalam membran berlapis

ganda yang mengelilingi paru-paru yang disebabkan oleh adanya infeksi

seperti tuberkulosis, pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses

subfrenik dan non infeksi yaitu karsinoma paru, karsinoma pleura,

karsinoma mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung gagal

jantung, perikarditis kontsriktiva, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme,

kilotoraks, dan emboli paru. Setelah tindakan pemasangan WSD

penatalaksanaannya adalah dilakukan pemenuhan kebutuhan oksigenasi

yang maksimum. Untuk menentukan asuhan keperawatan pada pasien

Efusi Pleura adalah berdasarkan diagnose medis yang tercatat di dalam

rekam medik pasien dan dari hasil pengkajian pasien.

2. Asuhan Keperawatan pada efusi pleura

Asuhan keperawatan pada Efusi Pleura adalah suatu proses atau

tahap tahap kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan langsung

kepada pasien dengan Efusi Pleura dalam berbagai tatanan

pelayanan kesehatan meliputi metode askep atau asuhan keperawatan yang

ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta berkesinambungan

dalam pemecahan masalah kesehatan pasien dewasa dengan Efusi Pleura.

Asuhan keperawatan di mulai dengan adanya tahapan pengkajian


(pengumpulan data, analisis data dan penegakkan masalah) diagnosis

keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian/evaluasi tindakan keperawatan.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian pada kasus ini yaitu di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan pada pasien 1 dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek

provinsi Lampung pada pasien 2. Waktu penelitian pada pasien 1 dilaksanakan

pada tanggal 11 Maret 2020 – 13 Maret 2020 di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo, Waktu penelitian pada pasien 2 dilaksanakan pada tanggal 25

Maret 2019 – 27 Maret 2019.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut :

1. Mahasiswa mengidentifikasi laporan asuhan keperawatan terdahulu

maupun media internet.

2. Mahasiswa melapor ke pembimbing untuk konsultasi mengenai kasus yang

telah di peroleh.

3. Setelah disetujui oleh pembimbing kemudian membuat review kasus dari

ke 2 pasien.
F. Metode dan instrument Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

digunakan, antara lain :

a. Wawancara yaitu hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien

dengan efusi pleura, keluhan utama, riwayat peyakit sekarang-dahulu-

keluarga dll. Sumber data dari klien, keluarga, perawat lainnya.

b. Pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik : inspeksi, auskultasi,

palpasi, perkusi (IAPP) pada system tubuh klien.

c. Observasi intake dan output cairan, hasil laboratorium.

d. Studi dokumentasil (hasil dari pemeriksaan diagnostic).

2. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format

Asuhan Keperawatan dewasa sesuai ketentuan yang berlaku di Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur (instrument terlampir).

G. Keabsahan Data

Keabsahan data untuk membuktikan kualitas data atau informasi yang

diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas

tinggi. Keabsahan data pada penelitian ini di tentukan oleh integritas peneliti

(karena peneliti menjadi instrument utama) yaitu dalam melakukan asuhan

keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan efusi pleura, keabsahan

data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan /tindakan,

sumber informasi
tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu pasien

dengan efusi pelura, perawat dan orang tua/keluarga pasien yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam

yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis

digsunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang

menggunakan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti

dibandingkan teori yang sudah ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini saya akan mereview hasil dan pembahas dari tika herlia dan

latifa ayni, selanjutnya akan di uraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

hasl pengamatan tentang data umum pasien dan tentang gambaran lokasi umum

penelitian, yaitu di ruang Flamboyan RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan dan ruang melati RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung.

Pengmbilan data dilakukan padaa tanggal 11 Maret – 13 Maret 2020 dan 25 Maret

– 27 Maret 2019 dengan jumlah subyek sebanyak dua pasien. Adapun hasil

penelitiannya diuraikan sebagai berikut :

A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan yang terletak di Jalan MT Haryono No. 656 Balikpapan.

RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo atau dahulu dikenal dengan Rumah

Sakit Umum Balikpapan ini dibuka sejak tanggal 12 September 1949.

Fasilitas yang tersedia antara lain: intalasi rawat jalan, instalasi farmasi,

ruang rawat inap, fisioterapi, dan UGD 24 jam.

Gambaran umum ruang melati RSUD Dr.H Abdul Moeloek

provinsi Lampung, ruang melati adalah adalah salah satu bagian dalam

ruang pelayanan rawat inap penyakit paru pernapasan di RSUD Dr. H

Abdul Moeloek provinsi Lampung yang terdiri dari 2 unit yaitu unit

pertama ruang
perawatan pasien paru pernapasan dengan kapasitas 42 tempat tidur yang

terdiri dari kelas khusus dengan 6 tempat tidur (TB MDR), kelas 1 dengan

5 tempat tidur, kelas II dengan 10 tempat tidur, kelas III dengan 21 tempat

tidur, exra bed dengan 15 tempat tidur, selanjutnya ruang isolasi flu

burung (ruang perawatan pasien dengan kriteria tertentu) dengan kapasitas

6 tempat tidur yang terdiri dari kelas suspect dengan 4 tempat tidur, kelas

comfirm dengan 2 tempat tidur. Pengaturan tempat tidur di tempatkan

berdasarkan jenis kelamin dan jenis penyakitnya dan di sesuaikan dengan

kondisi ruangan.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian Ruang

Flamboyan A pada pasien 1 dari tanggal 11 Maret – 13 Maret 2020 dan

untuk pasien 2 di Ruang Melati pada tanggal 25 Maret – 27 Maret 2019.

Ruang Flamboyan A adalah ruangan yang dikhususkan merawat pasien-

pasien dengan kasus bedah dan non bedah untuk pemempuan. Ruang

Flamboyan A terletak di lantai dua RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo

Balikpapan.

Kasus yang dirawat di ruang Flamboyan A meliputi kasus, Gagal

Ginjal Kronik, Penyakit Paru Obstuktif Kronis, Diabetes Mellitus, Efusi

Pleura, Cholelitiasis, Laparatomy, Fraktur, CHF, CKR, Abses Hepar dan

Batu Ureter. Pada sub-sub ini akan dijelaskan sebagai berikut:


2. Data Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pada Pasien 1 dan 2 Dengan Efusi Pleura
di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H
Abdul Moeloek provinsi Lampung
Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2
Nama Ny. N Ny. N
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Umur 47 Tahun 53 tahun
Status Perkawinan Menikah Menikah
Pekerjaan Wiraswasta IRT
Agama Islam Islam
Pendidikan Terakhir SLTA Sma
Alamat Jalan Perum Karangjoang sutiyoso gg.
Panderwangi lk I kota
baru, kec.Tanjung
Karang Timur
Diagnosa Medis Efusi Pleura Efusi Pleura
Nomor Register 75.39.XX 00.54.19.21
MRS/ Tgl Pengkajian Rabu, 11 Maret 2020/ 24 Maret 2019 / 25
Rabu, 11 Maret 2020 Maret 2019
Keluhan utama Pasien mengatakan sesak Pasien mengatakan
napas Sesak napas
Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit Pasien datang ke Rs.
sekarang pasien yaitu Abdoel Moeloek pada
pasien pada hari Rabu tanggal 24 maret 2019
tanggal 11 maret 2020 melalui UGD pukul
pasien mengatakan 21.23 WIB. Klien
Sesak napas, batuk dan mengatakan sesak
nyeri pinggang. Pasien napas. Pasien menga
tiba di IRD pada pukul takan sesak dan yang
16.00 Wita. Pasien dirasakan hilang timbul,
mengatakan awalnya sesak berat dirasakan
hanya batuk pilek, saat beraktivitas dan
kemudian dirujuk ke sesak terasa ringan saat
Rumah Sakit Restu Ibu dalam keadaan rileks
dengan diagnose TBC, dan memoposisikan
pasien dianjurkan setengah duduk dan
melakukan pengobatan miring sebelah kanan,
tbc di puskesmas. Setelah Pasien mengatakan dada
berjalan 2 bulan sebelah kanan atas
pengobatan ternyata terasa berat, frekuensi
dokter salah sesak tidak menentu,
mendiagnosa. Selama 2 sesak mengakibatkan
bulan pengobatan TBC, pasien mual dan tidak
sering timbul alergi pada nafsu makan. sesak
makanan. Pasien sudah dirasakan sejak 3
mengatakan pada rontgen hari yang lalu, TD
1 sudah ada cairan di 120/90, RR 28 x/menit,
paru-paru, lalu pada S: 36,0 0C, N 92
rongen ke 2 cairan x/menit, SaO2: 98%.
semakin membanyak.
Pasien mengatan jika
banyak beraktivitas
pasien mudah lelah dan
sesak nafas. Pasien
mengatakan pada
tanggang 9 Maret 2020
dilakukan penarikan
cairan di Ruang
Flamboyan A sebanyak
1,1 Liter.
Riwayat penyakit dahulu Pasien mengatakan ada Pasien mengatakan tidak
riwayat asma. Pasien pernah masuk rumah
mengatakan pernah sakitsebelumnya, Pasien
dilakukan operasi katarak tidak pernah mengalami
pada tahun 2018 di RSUD operasi sebelumnya.
kanujoso djatiwibowo
balikpapan. Pasien
mengatakan alergi
makanan yaitu : udang,
ayam, kepiting, ikan,
bayam, susu.
Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan Pasien mengatakan
keluarganya tidak ada keluarga Pasien tidak
yang memiliki riwayat ada yang memiliki
penyakit keturunan, riwayat penyakit TBC,
penyakit kronik ataupun jantung, diabetes
penyakit menular. militus, dan hipertensi
Pasien mengatakan
Pasien tidak memiliki
riwayat alergi baik
alergi obat maupun
makanan
Psikososial Pasien dapat
berkomunikasi dengan
perawat maupun orang
lain sangat baik dan
lancar serta menjawab
pertanyaan yang diajukan
oleh perawat. Pasien
mengatakan penyakit
yang ia alami ini adalah
cobaan dari tuhan dan
pasien ikhlas
menjalaninya. Orang
yang paling dekat dengan
pasien adalah suaminya.
Ekspresi pasien terhadap
penyakitnya tidak ada
gangguan. Pasien
mengatakan interaksi
dengan orang lain baik
dan tidak ada masalah.
Reaksi dan interaksi
pasien tampak kooperatif
dan tidak ada gangguan
konsep diri.
Spiritual Dalam pengkajian
spiritual pada pasien,
pasien mengatakan
sebelum sakit pasien
selalu beribadah sholat
lima waktu. Selama di
rumah sakit pasien masih
selalu melaksanakan
ibadahnya yaitu sholat
lima waktu.

Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek


provinsi Lampung, ayni, tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.1 ditemukan data dari identitas pasien.

Pada pasien 1 bernama Ny. N berjenis kelamin perempuan, masuk

rumah sakit pada tanggal 11 Maret 2020 dan dilakukan pengkajian

pada tanggal 11 maret 2020 dengan diagnosa Efusi Pleura. Sedangkan

pada pasien 2 bernama Ny. N berumur 53 tahun, berjenis kelamin

perempuan, masuk rumah sakit pada tanggal 24 Maret 2019 dan

dilakukan pengkajian pada tanggal 25 Maret 2019 dengan diagnosa

medis Efusi Pleura

Pada pengkajian riwayat kesehatan dalam keluhan utama pada

pasien 1 dan pasien 2 ditemukan ada persamaan yaitu sesak napas.

Pada riwayat kesehatan sekarang ditemukan data pasien 1 pada tanggal

11 Maret 2020 pasien merasakan susah bernapas, batuk dan nyeri

pinggang.

Sedangkan data pasien 2 pada tanggal 24 Maret 2019, pasien

mengatakan sesak napas hilang timbul. Pada riwayat kesehatan dahulu

ditemukan pasien 1 memiliki riwayat penyakit asma dan pernah

operasi katarak tahun2018, pada pasien 2 tidak memiliki riwayat

penyakit
menular. Pada pasien 1 dan 2 tidak ada riwayat penyakit kronik. Pada

riwayat penyakit keluarga ditemukan pula kesamaan data pasien 1 dan

pasien 2 keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan

dan menular.

Data dari pengkajian data psikososial pada pasien 1 ditemukan

masalah keperawatan pola komunikasinya baik, pasien dapat

berinteraksi dengan kooperatif dan tidak ada gangguan pada konsep

diri. Data dari pengkajian spiritual pada pasien 1 tidak ditemukan

masalah, sebelum sakit pasien selalu beribadah dan selama di rumah

sakit pasien masih melaksanakan ibadahnya.

Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Dengan
Efusi Pleura pasien 1 dan 2 di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung
Pemeriksaan fisik Pasien 1 Pasien 2
Keadaan umum a. Pasien dengan posisi a. Pasien terpasang
semi fowler. ifus Rl 500cc
b. Pasien terpasang infus b. Pasien dengan
di sebelah tangan kiri posisi semi
dengan cairan infuse fowler.
RL 500cc.
c. Pasien tidak terdapat
tanda klinis yang
mencolok seperti
adanya sianosis dan
perdarahan.
Kesadaran (GCS) E4M6V5 Composmentis
Tanda-tanda vital TD : 114/80 TD : 120/90 mmHg
mmHg HR : 103 N : 92x/menit
x/menit RR : 28 x/menit
T : 36,20C S : 36,0C
RR : 24 x/menit SPO2 : 98 %
SPO2 : 97%
Kenyamanan/nyeri P: Pasien mengatakan P: terdapat nyeri tekan
nyeri pada pinggang ulu hati
Q: Nyeri dirasakan seperti Q: Nyeri dirasakan
ditusuk-tusuk seperti terlilit
R: Nyeri di bagian R: Nyeri di bagian ulu
pinggang hati
S: Skala nyeri 4 S: Skala nyeri 4
T: Nyeri dirasakan hilang T: Nyeri dirasakan
timbul. Pasien tampak hilang timbul.
meringis menahan nyeri.

Status Fungsional/ Aktivitas a. Pasien mampu secara Sebelum sakit pasien


dan Mobilisasi Barthel Indeks mandiri baraktivitas dan
mengendalikan bekerja seperti biasa,
rangsangan defekasi setelah sakit pasien
(BAB) =2 hanya terbaring di
b. Pasien mampu tempat tidur dan
mengendalikan aktivitas nya dibantu
rangsangan berkemih oleh keluarga.
secara mandiri Pasien mengatakan
(BAK) sebelum masuk rumah
=2 sakit tidur nya 6-8
c. Untuk membersihkan jam/hari dan setelah
diri (cuci muka, sisir bangun merasa segar.
rambut, sikat gigi) Pasien mengatakan
mandiri = 0 tidur 5-6 jam/hari
d. Untuk penggunaan Pasien mengatakan
jamban, masuk dan tidak dapat tidur
keluar (melepaskan, dengan nyenyak dan
memakai celana, sering terbangun saat
membersihkan, tidur karena nyeri
menyiram) mandiri = padaulu hati.
1
e. Pasien mampu
makan secara mandiri
=2
f. Untuk perubahan
sikap dari berbaring ke
duduk pasien mampu
secara mandiri = 3
g. Untuk berpindah
atau berjalan pasien
memerlukan bantuan
satu orang = 2
h. Pasien mampu
memakai pakaian
secara mandiri = 2
i. Untuk naik turun
tangga memerlukan
pertolongan = 1
j. Untuk mandi mandiri
=1
Skor = 16
ketergantungan
ringan.
Pemeriksaan kepala Finger print di tengah kepala tidak ada lesi,
Rambut frontal terdehidrasi, kulit rambut tampak bersih,
kepala bersih, bentuk tidak terdapat nyeri
kepala oval, tidak tekan
ditemukan adanya
penonjolan pada tulang
kepala pasien. Penyebaran
rambut merata, warna
hitam, tidak mudah patah
dan tidak bercabang,
rambut terlihat cerah.
Mata Mata lengkap dan simetris konjungtiva ananemis,
kanan dan kiri, tidak ada mata isokor,
pembengkakan pada
kelopak mata, kornea mata
jernih, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak
ikterik, pupil isokor,
pasien dapat melihat dan
membaca tanpa
menggunakan
kacamata, tekanan bola
mata sama kanan dan kiri,
pergerakan bola mata
mampu ke segala arah,
tidak ada nyeri tekan pada
mata.
Hidung Terdapat pernafasan napas menggunakan
cuping hidung, tidak ada cuping hidung, tidak
secret atau sumbatan pada terjadi gangguan
lubang hidung, mukosa penciuman
merah muda, tidak ada
masalah pada tulang
hidung dan posisi septum
nasi ditengah, ketajaman
penciuman baik, mampu
mencium bau dan
membedakan bau.
Rongga Mulut Tidak ada sianosis, tidak Tidak ada sianosis
ada luka, gigi lengkap dan
terdapat caries gigi, warna
lidah merah muda, mukosa
bibir lembab, letak uvula
simetris ditengah, tidak
ada gangguan dalam
mengunyah dan menelan,
fungsi pengecapan mampu
membedakan rasa manis,
asin, asam dan pahit .
Telinga Daun telinga simetris Daun telinga simetris
kanan dan kiri, ukuran kanan dan kiri
sedang, kanalis telinga
tidak kotor dan tidak ada
benda asing, ketajaman
pendengaran baik pasien
dapat mendengar suara
gesekan jari.
Pemeriksaan Leher Posisi trakea simetris di tidak ada pembesaran
tengah, tidak ada vena jugularis, tidak
pembesaran pada kelenjar ada pembesaran
tiroid dan kelenjar lympe, kelenjar tiroid.
denyut nadi karotis teraba
kuat, fungsi menelan baik,
tidak ada rasa nyeri saat
menggerakkan kepala dari
sisi ke sisi, vena jugularis
2 cm di atas sudut sternum
(normal).
Pemeriksaan thorak : Pasien sesak, batuk tidak Pasien mengatakan
Sistem Pernafasan produktif, tidak terdapat sesak saat melakukan
secret, konsistensi tidak aktivitas dan cepat
ada, warna tidak ada, bau lelah, pasien tidak
tidak ada, suara ucapan batuk.
pasien jelas. a. Inspeksi : bentuk
- Inspeksi: dada asimetris,
Bentuk dada simetris gerakan dinding
kanan kiri, frekuensi dada asimetris
pernapasan 26x/menit, (pergerakan dada
irama pernapasan tidak kanan tertinggal),
teratur, pola tidak terdapat
pernapasan dispnea, benjolan atau lesi,
terdapat pernapasan tampak retraksi
cuping hidung, dinding dada.
terdapat penggunaan b. Palpasi : tidak
otot bantu pernapasan, terdapat nyeri
usaha bernapas dengan tekan, vocal
posisi setengah duduk, fremitus
menggunakan alat menurun,
bantu pernapasan yaitu ekspansi dada
nasal kanul 3 lpm. tidak maksimal
- Palpasi: ada
Vocal premitus getaran ketertinggalan
paru kanan dan kiri gerak pada dada
teraba tidak sama kuat sebelah kanan,
saat pasien tidak teraba
mengucapkan 77, tidak getaran antara IC
terdapat krepitasi. 6-8 pada dada
- Perkusi: sebelah kanan
Perkusi redup di ICS depan
IV dan V anterior c. Perkusi: terdapat
dextra , batas paru dan suara redup
hepar ICS ke 4 sampai antara IC 6-8
ICS ke 6 pada dada
- Auskultasi: sebelah kanan
Suara napas wheezing d. Auskultasi :
ICS IV dan V anterior terdengar suara
dextra, suara ucapan vesikuler pada
jelas. thorax sinistra
Penggunaan WSD: dan terdengar
Tidak menggunkan WSD. suara ronkhi pada
Pada tanggal 9/3/2020 thorax dextra
dilakukan penarikan antara IC 6-8
cairan, Terdapat cairan depan.
berwarna kuning, jumlah
cairan saat dilakukan
pengkajian 1,1 liter.
Pemeriksaan jantung : Sistem Keluhan nyeri dada tidak –
Kardiovaskuler ada, pada pemeriksaan
inspeksi CRT< 3 detik,
tidak ada sianosis. Pada
pemeriksaan palpasi dada,
iktus kordis teraba di
intercosta sinistra (ICS) V
di sebelah medial linea
midclavikularis sinistra,
akral hangat. Pada
pemeriksaan perkusi batas
atas kanan jantung di ICS
II linea parasternalis dextra
(tidak melebar). Batas
bawah kanan jantung ICS
III dan IV linea
parasternalis dextra (tidak
melebar). Batas atas kiri
terdapat di SIC II linea
parasternalis sinistra
(pinggang jantung) tidak
melebar. Batas bawah kiri
terdapat di SIC V ke
medial linea
midclavicularis dextra
(tidak melebar). Pada
pemeriksaan auskultasi
bunyi jantung II aorta dub
yaitu terjadi akibat adanya
getaran menutupnya katup
aorta pada dinding thorak
(bunyi jantung regular).
Bunyi jantung II pulmonal
dup yaitu terjadi akibat
adanya getaran
menutupnya katup
pulmonal pada dinding
thorak (bunyi jantung
regular). Bunyi jantung I
trikuspidalis lub terjadi
akibat adanya getaran
menutupnya katup
trikuspidalis ( bunyi
jantung regular). Bunyi
jantung I mitral lub terjadi
akibat adanya getaran
menutupnya katup mitral
(bunyi jantung regular).
Tidak terdapat bunyi
jantung tambahan.
Pemeriksaan Sistem BB: 60 kg pasien mengatakan
Pencernaan dan Status TB: 155 cm sebelum masuk
Nutrisi IMT: 25 kg/m2 rumah sakit pasien
Kategori: berat badan ideal makan 3 kali dalam
Tidak ada penurunan berat seharidan selalu
badan dalam 6 bulan menghabiskan 1
terakhir dan nafsu makan piring setiap makan.
baik. semenjak masuk
rumah sakit nafsu
Saat di rumah pasien makan pasien
memiliki kebiasaan makan berkurang dan hanya
dengan nasi, sayur, dan menghabiskan
lauk sejumlah 1 porsi sedikit atau ½ porsi
sedang sekali makan makanan yang
dengan frekuensi 3 kali diberikan rumah
sehari pada pagi, siang, sakit. pasien
dan malam. Saat di rumah, mengatakan minum
pasien memiliki kebiasaan dalam sehari sekitar
minum sejumlah ± 700 ml, 8-9 gelas. Selama 24
minuman yang diminum jam terakhir pasien
oleh pasien berupa air makan 3 kali dalam
putih. sehari. pasien
Di rumah sakit, saat dikaji mengatakan selama
pasien makan dengan nasi, di rumah sakit tidak
sayur lauk dan buah menghabiskan
sejumlah 1 porsi makan makanan yang
dengan frekuensi makan 3 disediakan. pasien
kali sehari pagi, siang dan mengatakan nyeri
malam. Saat dirumah sakit pada ulu hati nya
pasien minum sejumlah ± dan pasien merasa
700 cc/hari, minuman mual dan tidak
yang diminum oleh nafsu
pasien berupa air makan.pasien
putih. Pasien memiliki tampak lemas.
alergi
udang,ayam,kepiting,ikan, Pasien mengatakan
bayam dan susu, tidak dirumah frekuensi
memiliki kesulitan dalam buang air kecil
mengunyah dan menelan, normal dalam satu
tidak ada mual dan hari 3-4 kali
muntah. Semenjak sakit perhari
pasien makan dengan konsistensi
sendiri. Pasien kuning jernih, bau
mengatakan BAB normal.
1x/ hari terakhir tanggal BAB 1x dalam sehari
12/3/2020 dengan dengan konsistensi
konsistensi lunak. padat. Sedangkan,
pasien mengatakan
saat dirumah sakit
frekuensi buang air
kecil dalam sehari 4-5
kali perhari dengan
warna kuning jernih
dan bau seperti bau
obat. Sedangkan
dengan BAB dalam
satu hari 1 kali
dengan
konsistensi padat.
Abdomen Inspeksi: a. Inspeksi : tidak
Perut normal, tidak ada lesi dan
terdapat bayangan vena, stomatitis,
tidak terdapat benjolan terdapat distensi.
atau masa, tidak terdapat abdomen, klien
luka operasi, tidak terdapat tidak terpasang
drain. kolostomi,
Auskultasi: b. Auskultasi:
Peristaltik usus 12x/menit bissing usus 10
Palpasi: x/mnt
Tidak terdapat acites, tidak c. Palpasi : terdapat
terdapat nyeri tekan pada nyeri tekan pada
titik Mc. Burney, tidak ulu hati pasien,
terdapat masa, tidak ada pasie mengatakan
pembesaran dantidak ada nyeri seperti
nyeri pada hepar. terlilit dan hilang
Perkusi: timbul, nyeri
Tidak terdapat acites, akan hilang jika
Tidak terdapat terdapat klien berbaring
undulasi, sfiting Dulnes setengah duduk
tidak terdapat cairan, tidak dan menarik
terdapat nyeri ketuk pada napas dalam, dan
ginjal. akan timbul jika
Pada pemeriksaan 9 regio klien melakukan
hepar berada di regio aktivitas, nyeri
hypocondrium dextra, tidak menyebar
epigastrica dan sedikit ke dengan skala 4.
hypocondrium sinistra, Tidak ada
lambung berada di regio pembesaran
epigastrium, limfa berada hepar
di regio hypocondrium d. Perkusi: terdapat
sinistra, kandung empedu suara timpani
berada pada perbatasan pada kuadran
regio hypocondrium dextra kanan atas.
dan epigastrium, kandung . Punggung dan tulang
kemih berada di regio belakang: tidak
hypogastrium, apendiks terdapat kelainan
berada di daerah antara pada tulang
regio inguinalis dextra, belakang.
abdominal lateralis dextra
dan bagian bawah region
umbilicalis.
Sistem Persyarafan Status memori panjang, –
perhatian dapat
mengulang, bahasa baik,
dapat berorientasi pada
orang, tempat dan waktu,
tidak ada keluhan pusing,
istirahat tidur 8 jam/hari.
Pasien tidak ada kesulitan
dalam istirahat tidur.
Pada pemeriksaan saraf
kranial.
- nervus I pasien dapat
membedakan bau –
bauan
- nervus II pasien dapat
melihat dan membaca
tanpa menggunakan
kacamata
- nervus III pasien dapat
menggerakkan bola
mata ke bawah dan ke
samping
- nervus IV pupil pasien
mengecil saat
dirangsang cahaya
nervus V pasien dapat
merasakan sensasi
halus dan tajam
- nervus VI pasien
mampu melihat benda
tanpa menoleh
- nervus VII pasien bisa
senyum dan menutup
kelopak mata dengan
tahanan
- nervus VIII pasien
dapat mendengar
gesekan jari, pada
- nervus IX uvula
pasien berada ditengah
dan simetris
- nervus X pasien dapat
menelan
- nervus XI pasien bisa
melawan tahanan pada
pipi dan bahu
- nervus XII pasien
dapat menggerakkan
lidah.
Pada pemeriksan reflek
fisiologis, ditemukan
adanya gerakan fleksi pada
tangan kiri dan tangan
kanan saat dilakukan
pemeriksaan reflek bisep
dan ditemukan adanya
gerakan ekstensi saat
dilakukan pemeriksaan
reflek trisep. Pada
pemeriksaan reflek patella
ditemukan adanya gerakan
tungkai ke depan pada
kaki kanan, reflek patella
ditemukan adanya gerakan
tungkai ke depan padakaki
kiri. Pada pemeriksaan
reflek patologis berupa
reflek babinsky ditemukan
adanya gerakan fleksi pada
jari-jari.
Sistem Perkemihan Kebersihan sistem –
perkemihan pasien bersih,
tidak terdapat keluhan
kencing, kemampuan
berkemih spontan, tidak
menggunakan alat bantu
kateter, produksi urine 550
ml/hari, warna urine
kuning jernih, bau urine
normal, kandung kemih
tidak ada pembesaran,
tidak ada nyeri pada
kandung kemih. Balance
cairan:
Intake
 Minum peroral= 700 cc/
hari
 Cairan infuse= 500
cc/hari
 Obat iv=35cc/hari
 NGT=0
 Makanan= Nasi 500
gram/hari = 645 kalori
(100gram=129 kalori).
 Sayur 400 gram/ hari
=200 kalori (
100gram=50 kalori)
 Buah 300
gram/hari=150kalori(10
0 gram= 50 kalori
 Lauk 150 gram/hari
=285 kalori ( 50
gram=95kalori)
Total= 1.130 kalori
1 kalori= 0,14 ml/hari
Jadi 1.130x0,14= 158.2
ml/hari
Total
intake=700+500+35+15
8.2 = 1.393.2 ml/hari
Output
Urine 550 ml/hari
Drain=300ml/hari
IWL= 37,5 ml/hari
Diare=0
Muntah=0
Perdarahan=0
Fases=20
Total=907,5/hr
Balance cairan: 1.393.2 -
907,5= + 485.7
Sistem muskuloskeletal dan Pergerakan sendi pasien akral hangat, warna
Integumen bebas, pada pemeriksaan merah muda, tidak
tangan kanan, tangan kiri terdapat kelainan
kaki kiri, kaki kanan pada jari
didapatkan kekuatan otot Kekuatan otot:
5. 5 5
5 5
5 5

5 5

Tidak terdapat edema pada


ekstremitas bawah, tidak
terdapat kelainan pada
tulang belakang, tidak
terdapat fraktur, tidak
terpasang traksi, spalk,
atau gips, tidak
terdapat
kompartemen
syndrome,Tidak terdapat
luka pembedahan dibagian
Intercostal IV dan V linea
axilaris anterior, turgor
kulit baik< 3 detik, tidak
terdapat edema dikaki
pasien. Penilaian tidak
terdapat pitting edema.
Tidak terdapat ekskoriasis,
psoriasis, dan urtikaria.
Persepsi sensori pasien
tidak ada gangguan,
kelembapan pasien sangat
lembab, aktivitas pasien
untuk berjalan kadang-
kadang berjalan,
mobilisasi pasien
keterbatasan ringan, nutrisi
pasien baik, gesekan dan
pergeseran tidak
menimbulkan masalah.
Hasil penilaian risiko
dicubitus pasien yaitu low
risk( berisiko rendah).
Sistem Endokrin Tidak terdapat pembesaran -
kelenjar thyroid, tidak
terdapat pembesaran
kelenjar getah bening,
tidak terdapat trias DM,
tidak terjadinya
hipoglikemi, tidak
terjadinya
hiperglikemi, tidak
terdapat luka gangren,
pasien tidak memiliki
riwayat luka sebelumnya,
tidak adanya riwayat
amputasi.
Seksualitas dan Reproduksi Bentuk payudara simetris tidak ada kelainan
a. Payudara kanan dan kiri, warna pada genetalia.
aerola kehitaman, tidak
b. Genitalia ada benjolan pada axilla
dan clavikula.
Pasien mengatakan sudah
menikah, tidak ada
kelainan seksualitas.
Keamanan Lingkungan Penilaian risiko pasien –
jatuh dengan skala morse.
Pasien mengatakan tidak
ada riwayat jatuh yang
baru atau 3 bulan terakhir,
pasien mandiri dalam
aktivitas, pasien saat
berjalan sesak, status
mental pasien normal,
dengan kategori penilaian
risiko jatuh pasien yaitu
berisiko rendah
Personal hygiene Pasien mengatakan saat di –
rumah pasien memiliki
kebiasaan mandi sebanyak
2 kali sehari, sikat gigi
sebanyak 2 kali sehari,
keramas sebanyak 1 kali
sehari, memotong kuku
seminggu sekali saat
panjang. Di rumah sakit
pasien mengatakan diseka
2 kali sehari, keramas 1 kali
sehari, dan memotong
kuku jika terlihat panjang.
Pasien tampak bersih dan
rapi. Pasien mengatakan
tidak memiliki kebiasaan
merokok dan minum
minuman beralkohol.

Berdasarkan

Tab

Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek


provinsi Lampung, ayni, tahun 2019
table 4.2 ditemukan data dari pemeriksaan kenyamanan/nyeri pada pasien

1 didapatkan nyeri pada bagian pinggang, nyeri dirasakan seperti

tertusuk- tusuk, nyeri skala 4, nyeri dirasakan hilang timbul lebih kurang

3 menit, pasien tampak meringis menahan nyeri.

Pemeriksaan status fungsional/aktivitas dan mobilisasi barthel

indeks pada pasien 1 didapatkan hasil pasien dengan ketergantungan

ringan yaitu dengan skor 16.

Pemeriksaan thoraks yaitu sistem pernapasan pasien 1 terdapat

yaitu pasien sesak, batuk tidak produktif, irama pernapasan tidak teratur,

terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat penggunaan otot bantu saat

bernapas, vocal premitus tidak sama kuat antara kiri dan kanan, perkusi

redup, suara napas wheezing, sedangkan pada pasien 2 sesak napas hilang

timbul. Dari kedua pasien tersebut ditemukan kesamaan data yaitu tidak

terpasangnya WSD. Pada pasien 1 dilakukan penarikan cairan sebanyak

1,1 liter dengan cairan warna kuning.

Pemeriksaan sistem pencernaan dan status nutrisi pada pasien 1 berat

badan ideal, tidak ada penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir,

nafsu makan baik. Saat di rumah sakit pasien makan dengan jumlah 1

porsi kadang tidak habis dengan frekuensi makan 3 kali sehari dengan

jumlah minum lebih kurang 700 cc/hari, pasien memiliki pantangan atau

alergi, tidak memiliki kesulitan dalam mengunyah atau menelan, tidak

ada mual maupun muntah. Untuk BAB pasien mengatakan 1x/hari

dengan
konsistensi lunak. Pada pasien 2 nafsu makan kurang, pasien tidak ada

pantangan atau alergi, adanya mual. Untuk BAB pasien mengatakan 1X

sehari dengan konsistensi padat, pasien mengatakan dirumah frekuensi

BAK sebanyak 3-4 kali sehari dengan konsistensi kuning jernih, bau

normal.

Pemeriksaan abdomen pasien 1 perut tampak tidak membesar, tidak

terdapat bayangan pada vena, tidak terdapat benjolan dan masa, tidak

terdapat luka operasi, tidak terdapat drain, peristaltik usus 12 x/menit,

tidak terdapat nyeri tekan pada titik Mc. Burney, tidak ada pembesaran

dan nyeri pada hepar, tidak terdapat undulasi, sfiting dullness tidak

terdapat cairan, tidak terdapat nyeri ketuk pada ginjal. Pada pasien 2 tidak

ada lesi dan stomatitis, terdapat distensi abdomen, klien tidak terpasang

kolostomi, bising usus 10 x/m terdapat nyeri tekan pada ulu hati klien,

klien mengatakan nyeri seperti terlilit dan hilang timbul, nyeri akan

hilang jika klien berbaring setengah duduk dan menarik napas dalam, dan

akan timbul jika klien melakukan aktivitas, nyeri tidak menyebar dengan

skala

4, Tidak ada pembesaran hepar, terdapat suara timpani pada

kuadran kanan atas.

Pemeriksaan sistem perkemihan pada pasien 1 dan 2 terdapat

kesamaan yaitu kebersihan sistem perkemihan pasien bersih, tidak

terdapat keluhan kencing, kemampuan berkemih spontan, tidak

menggunakan alat bantu kateter, bau urine normal, tidak ada pembesaran

kandung kemih. Pada pasien 1 terdapat balance cairan + 485.7 ml/hari.


Pemeriksaan sitem musculoskeletal pada pasien 1 pergerakan

sendi pasien bebas, pada pemeriksaan tangan kanan, tangan kiri kaki kiri,

kaki kanan didapatkan kekuatan otot 5. Tidak terdapat edema pada

ekstremitas bawah, tidak terdapat kelainan pada tulang belakang, tidak

terdapat fraktur, tidak terpasang traksi, spalk, atau gips, tidak terdapat

kompartemen syndrome, turgor kulit baik < 3 detik. Pada pasien 2 sama

seperti pasien 1 hanya saja pada pasien 2 tidak terdapat edema pada

bagian ekstremitas.

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien Dengan Efusi


Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan ruang melati
RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung
Pemeriksaan
Penunjang Pasien 1 Pasien 2
Laboratorium 12/3/2020 24/3/109
Hematologi Parameter Hasil Nilai
Hasil: rujukan
Hematokrit : 34,5 (L)
Indeks Eritrosit PATOLOGI
MCV : 14,4 (L) Hemoglobin 8,8 12,0-16,0
MCH : 26,0 (L) Leukosit 21.100 4.800- 10.800
MCHC : 31,9 (H) Eritrosit 3,1 4,2-5,4
RDW-CV : 16,6 (H) Hemotokrit 26 37-47
EO Sinofil : 0,7 (H) Trombosit 599.00 150.000-
Laju darah lengkap:73(H) 450.000
MCV 85 79-99
Hitung jenis leukosit MCH 28 27-31
Limfosit : 18,1 (L) MCHC 34 30-35
Monosit : 8,5 (H)
Kimia Darah Hitung jenis:
Elektrolit darah - Basofil 0 0-1
Ureum darah : 21 - Eoshinofil 0 2-4
Kreatinin darah : 0,68 - Batang 0 3-5
Rontgen 12/3/2020 - Segmen 8 50-70
Thoraks 1 posisi - Limfosit 8 25-40
Hasil: - Monosit 6 2-8
Terdapat cairan Gula darah 95 <140
(penumpukan cairan paru sewaktu
sebelah kanan) Ureum 14 13-43
Creatinine 0,44 0,55-1,02

Instalasi Patologi
Anatomi: Makroskopis
Diterima cairan fleura volume 200
ml warna merah
Mikroskopis
Sediaan berlatar belakang eritrosit,
terdiri dari sebaran satu-satu sel
radang kronik. Tampak sel tumor.
Kesimpulan Pleuritis kronik.

Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek


provinsi Lampung, ayni, tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.3 ditemukan kesamaan data dari pemeriksaan

penunjang pada pasien 1 didapatkan pemeriksaan thoraks 1 posisi

dengan hasil terdapan penumpukan cairan di rongga paru sebelah

kanan.

Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pada Pasien dengan Efusi


Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD
Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung

Pasien 1 Pasien 2
a. Dexametasone (iv) 3x1 a. IVFD RL 10 tts/mnt
b. Ketorolac (iv) 3x30 mg b. Inj. metil predinosolon 5mg/12jam
c. Ringer Laktat (iv) 16 Tpm c. Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
(500cc/24 jam) d. Katerolac 30 mg/hari
e. Inj. Levofloxacin 5 mg/24 jam

Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek


provinsi Lampung, ayni, tahun 2019

b. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Dengan Efusi Pleura di


RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul
Moeloek provinsi Lampung

No Pasien 1 Pasien 2
Urut Hari/Tanggal Diagnosa Hari/Tanggal Diagnosa
ditemukan Keperawatan Ditemukan Keperawatan
(kode SDKI) (Kode SDKI)
1. Rabu, 11 Pola napas tidak Senin, 25 Pola napas tidak
Maret 2020 efektif Maret 2019 efektif
berhubungan berhubungan
dengan hambatan dengan hambatan
upaya napas upaya napas
(kelemahan otot (kelemahan otot
pernapasan). pernapasan).
Kriteria mayor: Kriteria mayor:
Subjektif: Subjektif:
e. Pasien a. Pasien
mengatakan mengatakan
sesak napas. sesak napas.
Objektif: b. Paisen
a. Pasien tampak mengatkan
terdapat sesak
penggunaan otot dirasakan
bantu ketika pasien
pernapasan. beraktivitas
b.Pola napas Objektif:
pasien tampak a. tampak sulit
cepat dispnea. bernapas
Kriteria minor: b. pernapasan
Subjektif: dangkal dan
a. Pasien cepat
mengatakan c. tampak
sesak dirasakan retraksi
saat duduk dinding dada
ataupun Kriteria
berbaring. minor:
Objektif: Subjektif:
a. Pasien tampak a. Pasien
menggunakan mengatakan
pernapasan sesak
cuping hidung. dirasakan
b. Tampak bentuk ketika
dada pasien beraktivitas
barrel chest. Objektif:
c. Tampak a. Frekuensi
terdapat napas
penggunaan otot 28x/mnt
bantu b. Terpasang
pernapasan. nasal kanul 2
d. RR : 26x/menit lpm (D. 0005)
(D. 0005)
2. Rabu, 11 Nyeri akut Senin, 25 Maret Risiko Defisit
Maret 2020 berhubungan 2019 Nutrisi
dengan agen berhubungan
pencedera dengan Faktor
fisiologis Psikologis (mis.
Karakteristik Stres,
mayor: keengganan
Subjektif: untuk makan)
a. Pasien ditandai dengan
mengatakan mual dan
nyeri pinggang kurangnya nafsu
Obyektif: makan.
Karakteristik
mayor:
a. Pasien tampak Subjektif:
meringis a. Pasien
menahan nyeri. mengatakan
b.Pasien tampak mual dan
gelisah. tidak nafsu
c. Frekuensi nadi makan
pasien Obyektif:
meningkat a. Pasien
Karakteristik tampak lemas
minor: b. Pasien
Subjektif: tampak
a. Tidak terdapat distensi
dalam (SDKI). abdomen
Objektif: c. Pasien
a. tekanan darah tampakmengh
pasien meingkat abiskan ½
b. pola napas dari porsi
pasien meingkat makan yang
(D.0077) di berikan.
(D.0032)
3. Rabu, 11 Intoleransi Senin, 25 Intoleransi
Maret 2020 aktivitas Maret 2019 aktivitas
berhubungan berhubungan
dengan kelemahan dengan
Karakteristik kelemahan
mayor: Karakteristik
Subjektif: mayor:
a. Pasien Subjektif:
mengatakan a. Pasien
saat mengatakan
beraktivitas mudah lelah
mudah sesak b. Pasien
dan lelah. mengatakaan
Objektif: sesak jika
a. pasien tampak banyak
lemas beraktivitas
b. pasien saat Objektif:
beraktivitas di a. Pasien
bantu oleh tampak lemas
suaami b. Aktivitas
Karakteristik dibantu oleh
minor: perawat dn
Subjektif: keluargaa
a.Pasien c. Pasien
mengatakan terpasang
sesak dirasakan nasal kanul 2
saat lpm
beraktivitas. Karakteristi
Objektif: k minor:
a. Tidak Subjektif:
tersedia a. pasien sesak
(D.0056) saat
beraktifitas
b. Pasien
mengatakan
lemas
Objektif:
a. Tidak
tersedia(D.00
56)

Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek


provinsi Lampung, ayni, tahun 2019

Table 4.5 telah melakukan pengkajian dan menganalisis data pada

pasien 1 dan pasien 2, ditemukan 2 diagnosa yang sama dan 1 diagnosa

yang berbeda. Pada pasien 1 ditemukan diagnosa pada tanggal 11 Maret

2020 deengan diagnosa pola napas tidak efektif berhubungan dengan

hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan), nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. Pada pasien 2

ditemukan diagnosa pada tanggal 24 Maret 2019 dengan diagnosa Pola

Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Hambatan Upaya Napas,

Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Faktor Psikologis

(Keengganan Untuk Makan), Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan

Kelemahan.

c. Perencanaan

Tabel 4.6 Perencanaan Pada Pasien 1dan 2 Dengan Efusi Pleura di


RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul
Moeloek provinsi Lampung
Hari/ Dx Tujuan dan Kriteria Perencanaan
Tanggal Keperawatan Hasil
Pasien 1
Rabu, 11 Pola napas tidak Setelah dilaksanakan 1.1 Lakukan monitor
Maret efekstif tindakan asuhan pola napas
2020 berhubungan keperawatan selama (frekuensi,
dengan hambatan 3x24 jam diharapkan kedalaman, usaha
upaya napas pola napas kembali napas)
(kelemahan otot efektif. 1.2 Lakukan monitor
pernapasan) Kriteria hasil: bunyi napas
a. Dyspnea tambahan (mis.
menurun. Gurgling, mengi,
Menunjukan pola wheezing, ronci
napas kering)
normal/efektif 1.3 posisikan semi
(RR : 20x/ menit) fowler.
b. Penggunaan otot 1.4 berikan oksigen
bantu nafas jika perlu.
menurun 1.5 Ajarkan pasien
c. Frekuensi napas teknik batuk efektif
membaik
Rabu, 11 Nyeri akut Setelah dilaksakan 2.1 lakukan identifikasi
Maret berhubungan tindakan asuhan skala nyeri
2020 dengan agen keperawatan selama 2.2 lakukan identifikasi
pencedera 1x24 jam diharapkan lokasi, karakteristik,
fisiologis nyeri pinggang pasien durasi, frekuensi,
menurun kualitas, intensitas
Kriteria hasil: nyeri.
a. keluhan nyeri 2.3 Berikan teknik non
menurun farmakologis untuk
b. Melaporkan mengurangi rasa
bahwa nyeri nyeri
berkurang dengan 2.4 Kolaborasi
menggunakan pemberian analgetik,
manajemen nyeri jika perlu.
skala nyeri (0-1).
c. meringis menurun
d. penggunaan
analgetik menurun
Rabu, 11 Intoleransi Setelah dilaksakan 3.1 lakukan identifikasi
Maret Aktivitas tindakan asuhan gangguan fugsi
2020 berhubungan keperawatan selama tubuh yang
dengan 3x24 jam diharapkan mengakibatkan
kelemahan . toleransi aktivitas kelelahan
meningkat 3.2 sediakan lingkungan
Kriteria hasil: nyaman dan rendah
a. Kemudahan stimulus
melakukan aktifitas 3.3 anjurkan tirah baring
b.Dyspnea saat 3.4 anjurkan melakukan
beraktifitas menurun ativias secara
c. Perasaan lemah bertahap
menurun
d.Frekuensi nadi
membaik

Pasien 2
Masalah Rencana keperawatan
keperawatan Tujuan Rencana tindakan
Pola Napas Tidak Setelah dilakukan Observasi
Efektif berhubungan asuhan keperawatan 1. Observasi tanda-tanda vital
dengan Hambatan diharapkan pola napas (nadi dan pernapasan) / 8
Upaya Napas menjadi efektif dengan Jam
kriteria hasil: 2. Kaji kualitas, frekuensi,
1. Frekuensi dan kedalaman pernapasan,
pernapasan dalam serta melaporkan setiap
rentan normal ( RR : perubahan yang terjadi / 8
24 x/menit) jam
2. Pada pemeriksaan Mandiri :
3. Berikan Pasien posisi yang
rontgen thorak tidak
ditemukan adanya nyaman atau tinggikan
akumulasi cairan kepala (60-90º) dan bantu
3. Tidak ada mengubah posisi
bunyi napas fowler/semi fowler,
tambahan miringkan ke arah sisi yang
4. Tidak ada retraksi sakit
dinding dada dan 4. Lakukan auskultasi bunyi
penggunaan alat napas dan catat adanya
bantu pernapasan. bunyi tambahan.
5. Bantu dan ajarkan klien
untuk batuk dan napas
dalam yang efektif.
Kolaborasi :
6. Kolaborasi dengan tim
medis lain untuk pemberian
, foto thoraks serta obat-
obatan
- Inj. metil predinosolon 5mg
/12jam
- Inj. Ranitidine 50 mg / 12
jam
- Katerolac 30 mg/hari
Inj. Levofloxacin 5 mg/24
jam
2. Risiko Defisit Setelah dilakukan Observasi
Nutrisi berhubungan tindakan asuahan 1. Lakukan pengkajian
faktor psikologis Keperawatan diharapkan lengkap rasa mual
risiko defisit nutrisi termasuk frekuensi, durasi,
dapat teratasi dengan tingkat mual, dan faktor
kriteria hasil: yang menyebabkan pasien
1. Pasien mengatakan mual.
tidak mual 2. Monitor mual ( misal,
2. Tidak terjadi frekuensi, durasi dan
penurunan BB tingkat keparahan )
3. Asupan makanan 3. Evaluasi efek mual
menjadi adekuat terhadap nafsu makan
pasien, aktivitas sehari-
hari, dan pola tidur pasien
Mandiri
4. Anjurkan makan sedikit
tapi sering dan dalam
keadaan hangat
5. Kendalikan faktor
lingkungan penyebab mual
(mis, rangsangan visual
yang tidak menyenangkan)
6. Anjurkan pasien
mengurangi jumlah
makanan yang bisa
menimbulkan mual.
7. Berikan istirahat dan tidur
yang adekuat untuk
mengurangi mual
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian obat
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan asuhan keperawatan 1. Monitor respon fisik,
dengan kelemahan diharapkan intoleransi emosi, social dan
aktivitas dapat diatasi spiritual setiap 12 jam
dengan kriteria hasil: Mandiri :
1.Mampu melakukan 2. Bantu klien untuk
aktivitas sehari-hari mengidentifikasi
secara mandiri, aktivitas yang
seperti: ke kamar mampu dilakukan
mandi, mengganti 3. Bantu pasien untuk
pakaian, makan dan mengidentifikasi
minum dll. aktivitas yang disukai
2. Kebutuhan aktivitas 4. Bantu pasien untuk
terpenuhi tanpa mengembangkan
merasa sesak motivasi diri dan
3.Pasien toleran penguatan
terhadap Kolaborasi :
aktivitasnya. 5. Kolaborasi dengan
tenaga rehabilitasi
medic dalam
merencanakan program
terapi yang tepat.

Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek


provinsi Lampung, ayni, tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.6 setelah melakukan penegakan diagnosa

keperawatan pada pasien 1 dan 2 selanjutnya membuat perencanaan

tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masing-masing diagnosa

yang ditemukan pada pasien.


d. Pelaksanaan

Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan Pasien 1 dan 2 Pada Pasien


Dengan Efusi Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung
Waktu
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Pelaksanaan
Hari 1
Rabu, 11 Maret
2020 1.1 Melakukan monitor DS:
pola napas (frekuensi, a. Pasien mengatakan
19.05 kedalaman, usaha napas) sesak napas.
b. Pasien mengatakan
saat beraktivitas
mudah sesak dan
lelah
DO:
a. Pasien tampak
sesak
b. Tampak irama
pernapasan pasien
tidak teratur
c. Pasien tampak
menggunakan
pernapasan cuping
hidung
d. Pasien
menggunakan otot
bantu pernapasan
e. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu saat
bernapas.
f. TD : 114/80
mmHg
N : 103x/mnt
RR: 26 X/ menit
S : 36,2⁰C
1.2 Melakukan monitor Spo2 : 97%
bunyi napas tambahan Ds:
19.10 (mis. Gurgling, mengi, a. Pasien mengatakan
wheezing, ronci kering) bersedia dilakukan
pemeriksaan
Do:
a. Tampak
menggunakan
pernapasan cuping
hidung
b. Pasien tampak
19.15 menggunakan otot
bantu pernapasan
c. Tampak terdengar
bunyi napas
wheezing
d. RR : 26x/mnt
e. Spo2 : 97%

1.3 Memberikan posisi semi


fowler / fowler
Ds:
a. Pasien
mengatakan sesak
napas.
b. Pasien
mengatakan batuk
Do:
a. Pernapasan pasien
tampak cepat
(dispnea)
b. Tampak irama
pernapasan pasien
tidak teratur
c. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan.
d. Pasien tampak
menggunakan
pernapasan cuping
hidung
19.25 e. Tampak usaha
1.4 berikan oksigen napas semi fowler
jika perlu.
Ds:
a. Pasien
mengatakan sesak
napas
b. Pasien menatakan
batuk

Do:
a. Pasien tampak
menggunakan
otot bantu
pernapasan
b. Pasien tampak
menggunakan
cuping hidung
c. Tampak usaha
20. 00 napas semi fowler
d. Terpasang nasal
kanul 3 lpm
e. Pasien tampak
tenang

1.5 mengajarkan pasien Ds:


teknik batuk efektif a. Pasien mengatakan
sesak napas dan
batuk tapi tidak
berdahak
b. Pasien bersedia di
ajarkan tekhnik
batuk efektif

Do:
a. Pada pemeriksaan
auskultasi suara
napas wheezing
b. Tampak tidak
ada secret
c. Pasien tampak
paham

Ds :
2.1 Melakukan identifikasi a. Pasien mengatakan
skala nyeri nyeri di daerang
pinggang
b. Pasien mengatkan
20.10 Nyeri seperti
tertusuk tusuk
c. Pasien mengatkan
Nyeri hilang
timbul
Do :
a. Skala nyeri 4
b. Pasien tampak
meringis
c. Tampak frekuensi
nadi meingkat
d. TD : 114/80
mmHg
N : 103x/mnt
RR: 26 X/ menit
S : 36,2⁰C
Spo2 : 98%

Ds :
2.2 Melakukan identifikasi
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, a. Pasien mengatakan
kualitas, intensitas nyeri. nyeri di bagian
pinggang
b. Pasien mengatakan
nyeri seperti
20.15 ditusuk-tusuk
c. Pasien mengatakan
Nyeri hilang
timbul
Do :
a. Pasien tampak
meringis
b. Skala Nyeri 4
c. Pasien tampak
menahan nyeri
2.3 Memberikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri Ds :
a. Pasien bersedia
diberi tindakan
terapeutik
(kompres hangat)
Do :
20.20 a. Pasien tampak
meringis
b. Pasien tampak
menahan nyeri
c. Skala nyeri 4
d. Pasien tampak
2.4 Melakukan Kolaborasi gelisah
pemberian analgetik, e. Pasien tampak
jika perlu. paham
Ds :
a. Pasien
mengatakan
bersedia diberi
analgetik
Do :
a. Pasien tampak
meringis
20.30 b. Pasien tampak
paham setelah
diberi penjelasan
tentang indikasi
analgetik
c. Pasien tampak
menahan nyeri
d. Skala nyeri 4
3.1 Melakuan identifikasi e. Pasien tampak
gangguan fugsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
gelisah
Ds:
a. Pasien mengatan
jika beraktivitas
pasien mudah lelah
dan sesak nafas.
Do :
a. Pasien tampak
lelah.
20.40 b. Dalam beraktifitas
pasien tampak
3.2. Menganjurkan tirah dibantu oleh suami
baring. c. Pasien tampak sulit
beraktivitas karena
sesak

Ds :
a. Pasien mengatakan
bersedia
dianjurkan untuk
tirah baring
Do :
a. Pasien tampak
paham
20.45 b. Pasien tampak
3.3. Menganjurkan rileks
melakukan ativias secara c. Pasien sulit
bertahap berkativitas karena
sesak napas

Ds :
a. Pasien mengatakan
bersedia
melakukan
aktifitas secara
bertahan

Do :
a. Pasien tampak
paham yang di
21.00 anjurkan perawat
Melakukan visite keperawatan b. Pasien saat
beaktivitas masih
dibantu oleh suami

S:
a. Pasien mengatakan
masih terasa sesak
b. Pasien mengatakan
masih batuk-batuk
c. Pasien mengatakan
jika beraktivitas
akan sesak napas
dan lelah.
d. Pasien mengatakan
sudah tidak nyeri
di daerah pinggang
O:
a. Pasien tampak
tidak meringis
menahan nyeri lagi
b. Skala nyeri 1
c. Pasien tampak
lemah
d. Pasien tampak
gelisah
e. Pasien tampak
sesak
TTV:
TD: 118/80 mmHg
N: 80X/menit
T: 36,0⁰C
RR: 24X/Menit
Spo2:98%
A:Masalah belum
teratasi
P:Lanjutkan
Intervensi
Hari 2
Tindakan Keperawatan Evaluasi
Waktu Pelaksanaan
Kamis, 12 Maret 2020
14.00 Visite keperawatan S:
a. Pasien mengatakan
sesak dan batuk
mulai berkurang
b. Pasien mengatakan
nyeri sudah hilang
c. Pasien mengatakan
jika beraktivitas
masih sesak
O:
a. Pasien tampak masih
sesak
b. Pasien tampak masih
menggunakan otot
c. pernapasan
d. Pasien masih
menggunakan
pernapasan cuping
hidung
e. Pasien tampak lemah
TTV:
TD: 120/70 mmHg
N: 84X/menit
RR: 22X/menit
T: 36,0⁰C
SPO2: 98%
a. Pasien tampak
terpasang nasal kanul 3
lpm
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
14.15
Menginstruksikan pada Ds:
pengunjung dan pada pasien a. Pasien dan
untuk mencuci tangan saat pengunjung
berkunjung dan setelah mengatakan
berkunjung meninggalkan mengerti cara
pasien mencuci tangan
yang benar
Do:
a. Pasien dan salah satu
pengunjung tampak
melakukan cara cuci
14.25 tangan yang baik
1.1 Melakukan monitor pola Ds:
napas (frekuensi, a. pasien mengatakan
kedalaman, usaha napas) sesak berkurang
b. pasien mangatakan
batuk sudah
berkurang
Do:
a. pasien tampak
menggunakan nasal
kanul saat sesak
saja
b. pasien tampak
sesak sudah
berkurang
c. pasien tampak
14.30 posisi semi fowler
1.2 Melakukan monitor d. RR : 22x/mnt
bunyi napas tambahan
(mis. Gurgling, mengi, Ds:
wheezing, ronci kering) a. Pasien mengatakan
bersedia dilakukan
pemeriksaan
Do:
a. Pasien sedikit lebih
tenang
b. Wheezing pada
pasien berkurang
c. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan
berkurang
d. Pasien tampak
menggunakan
cuping hidung
berkurang
14.50
1.3 memberika posisikan Ds:
semi fowler / fowler a. Pasien mengatakan
sesak napas
berkurang.
b. Pasien mengatakan
batuk sudah
berkurang
Do:
a. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan
berkurang.
b. Pasien tampak
menggunakan
pernapasan cuping
hidung berkurang
c. Pasien tampak
tenang
15.10
1.4 memberikan oksigen Ds:
jika perlu. a. Pasien mengatakan
sesak napas
berkurang
Do:
a. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu pernapasan
b. RR : 22x/mnt
c. Terpasang nasal
kanul jika sesak
saja
d. Spo2 : 98 %
15.20
1.5 mengajarkan pasien Ds:
teknik batuk efektif a. Pasien mengatakan
batuk berkurang
b. Pasien mengatakan
sesak berkurang
Do:
a. Pada pemeriksaan
auskultasi suara
napas Wheezing
berkurang
b. Tampak tidak
ada secret

15.30 3.1 Melakuan identifikasi Ds:


gangguan fugsi tubuh
yang mengakibatkan a. Pasien mengatakan
kelelahan jika beraktivitas
sesak dan mudah
lelah sudah
berkurang
Do :
a. Pasien tampak lelah
berkurang
b. Pasien tampak
posisi semi fowler
c. Pasien tampak
16.00 3.2 Menganjurkan tirah tenang
baring Ds :
a. Pasien mengatakan
jika beraktivitas
sesak dan mudah
lelah berkurang
Do :
a. Pasien tampak
paham
b. Pasien tampak rilex
c. Pasien beraktivitas
secara bertahap
d. Pasien beraktivitas
masih dibantu oleh
16.15 3.3 Menganjurkan melakukan suami
ativias secara bertahap Ds :
a. Pasien mengatakan
sesak nafas dan
lelah sudah
berkurang
Do :
a. Pasien tampak
tenang
b. aktifitas pasien
masih dibantu oleh
suami
c. Pasien beraktivitas
secara bertahap
16.30 Melakukan visite
keperawatan S:
a. Pasien mengatakan
sesak sudah
berkurang
b. Pasien mengatakan
batuk sudah
berkurang
c. Pasien mengatakan
nyeri sudah sembuh
O:
a. Pasien tampak
sesak berkurang
b. Pasien tampak
memakai Nasal
kanul jika sesak
saja
c. Penggunaan otot
bantu pernapasan
berkurang
d. Penggunaan cuping
hdung berkurang
TTV
TD: 120/ 80 mmHg
HR: 80X/Menit
RR: 22 X/menit
T: 36,0Oc
Spo2: 98%
A: Masalah sebagian
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Hari 3
Waktu Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Evaluasi
Jumat, 13 Maret 2020

21.00 Visite keperawatan S:


a. Pasien mengatakan
sudah tidak sesak
napas dan batuk
b. Pasien mengatakan
jika beraktivitas
sudah mulai tidak
sesak
c. Pasien mengatakan
jika beraktivitas
lelah berkurang
O:
a. Pasien tampak
tidak sesak
b. Pasien sudah tidak
menggunakan otot
pernapasan
c. Pasien sudah tidak
menggunakan
cuping hidung
d. Pasien tampak
lemah berkurang
TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 80X/menit
RR: 20X/menit
T: 36,0⁰C
SPO2: 99%
e. Pasien sudah tidak
menggunakan
nasal kanul
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan
21.10 1.1 Melakukan monitor pola Ds:
napas (frekuensi, a. pasien mengatakan
kedalaman, usaha napas) sudah tidak sesak
Do:
a. pasien sudah tidak
menggukanan
nasal kanul
b. pasien tampak
sudah tidak
menggunakan
cuping hidung
c. pasien sudah tidak
menggunakan otot
bantu pernapasan
d. RR : 20 x/mnt
e. Spo2: 99%

21.20 1.2 Melakukan monitor Ds:


bunyi napas tambahan a. Pasien mengatakan
(mis. Gurgling, mengi, bersedia dilakukan
wheezing, ronci kering) pemeriksaan
Do:
a. Pasien sudah tidak
terdengar suara
wheezing
b. Pasien sudah tidak
menggunakan otot
bantu pernapasan
c. Pasien tidak
menggunakan
cuping hidung
d. Pasien tampak
tidak sesak

21.25 3.1. Melakuan identifikasi Ds :


gangguan fugsi tubuh yang a. Pasien mengatakan
mengakibatkan kelelahan sesak sudah
berkurang saat
beraktivitas
b. Pasien mengatakan
saat beraktivitas
lelah sudah
berkurang
Do :
a. Pasien tampak
tidak gelisah lagi
b. Pasien tampak
lemah berkurang
c. Pasien tampak
tenang
d. Pasien Tampak
beraktivitas dibantu
oleh suami
21. 30 3.2. Menganjurkan tirah Ds :
baring a. Pasien mengatakan
saat beraktivitas
lelah sudah
berkurang
Do :
a. Pasien tampak
beraktivitas masih
di bantu
b. Pasien tampak
melakukan tirah
baring
21. 40 3.3 Menganjurkan melakukan Ds :
ativias secara bertahap a. Pasien mengatakan
saat beraktivitas
lelah berkurang
Do :
a. Pasien tampak
tenang
b. Pasien tampak
melakukan
aktivitas secara
bertahap
c. Pasien melakukan
aktivitas masih
dibantu oleh suami
22.00 Melakukan visite
keperawatan S:
a. Pasien mengatakan
sudah tidak sesak
b. Pasien mengatakan
saat berkativitas
lelah berkurang
c. Pasien mengatakan
sudah tidak Sesak
saat beraktivitas
d. Pasien mengatakan
batuk sudah tidak
ada
O:
a. Pasien tampak
sudah tidak sesak
b. Pasien tampak
sudah tidak
menggunakan nasal
kanul
c. Wheezing sudah
tidak terdengar
d. Tidak
menggunakan otot
bantu pernapasan
e. Pasien sudah tidak
menggunakan
cuping hidung
TTV
TD: 120/ 80 mmHg
N: 80X/Menit
RR: 20 X/menit
T: 36,0Oc
Spo2: 99%
A: Masalah teratasi
sebagian
P: lanjutkan intervensi

PASIEN 2

No Waktu Implementasi Paraf


dx dan Tanggal
1. 25 Maret 2019 1. Memeriksa tanda- tanda vital
08.15 WIB (tekanan darah, nadi,
pernapasan
dan suhu)/8 jam
2. Mengauskultasi dada sebelah kiri
pasien.
3. Memposisikan klien semi fowler,
miringkan ke arah sisi yang sakit
yang nyaman atau tinggikan kepala
(60-90º)
4. Mengajarkan klien untuk batuk dan
napas dalam yang efektif.
5. Kolaborasi obat :
- Inj.Methyl prednisolon 5mg/IV
- Inj.Ranitidine 50mg/iv
- Ketorolac 30mg/drip
- Inj.Levofloxacyn 5mg/iv

25 Maret 2019 1. Memeriksa tanda- tanda vital


(tekanan darah, nadi, pernapasan
16.15 dan suhu)
2. Mengauskultasi pada dada sebelah
kiri pasien.
3. Memposisikan klien semi fowler,
miringkan ke arah sisi yang sakit
yang nyaman atau tinggikan kepala
(60-90º)

1. Mengevaluasi klien untuk batuk dan


25 Maret 2019 napas dalam yang efektif.
20.15 WIB 2. Kolaborasi obat
- Inj. Ranitidine 50mg/ IV
- Inj. Metil Predinosolon 5mg /IV

2. 26 Maret 2019 1. Memeriksa tanda-tanda vital (tekanan


08.20 WIB darah, nadi, pernapasandan suhu)/8
jam
2. Mengauskultasi dada sebelah kiri
pasien.
3. Memposisikan klien semi fowler,
miringkan ke arah sisi yang sakit yang
nyaman atau tinggikan kepala (60-
90º)
4. Mengajarkan klien untuk batuk dan
napas dalam yang efektif.
5. Kolaborasi obat :
Inj.metil predinosolon
5mg /IV
Inj. Ranitidine 50 mg /IV
Ketorolac 30 mg/drip
Inj. Levofloxacin 5 mg/IV

26 Maret 2019 1. Memeriksa tanda- tanda vital


08.15 WIB (tekanan darah,nadi,pernapasandan
suhu)
2. Mengauskultasi dada sebelah kiri
pasien.
3. Memposisikan klien semi
fowler, miringkan ke arah sisi
yang sakit yang nyaman atau
tinggikan kepala (60-90º)
4. Mengajarkan klien untuk batuk dan
napas dalam yang efektif.
5. Kolaborasi obat :
- Inj. Levofloxacin 5 mg/IV
- Inj. metil predinosolon
5mg
/IV
- Inj. Ceftriaxone 1 g /IV
- Inj. Ranitidine 50 mg / IV
3. 27, Maret 2019 1. Memeriksa tanda-tanda vital
09.30 WIB (tekanan darah, nadi, pernapasandan
suhu)/8 jam
2. Mengauskultasi dada sebelah
kiri pasien.
3. Memposisikan klien semi fowler,
miringkan ke arah sisi yang sakit
yang nyaman atau tinggikan
kepala (60- 90º)
4. Mengajarkan klien untuk batuk
dan napas dalam yang efektif.
5. Kolaborasi obat :
- Inj.Metil predinosolon
5mg /IV
- Inj. Ranitidine 50 mg / IV
- Ketorolac 30
mg/drip
- Inj. Levofloxacin 5 mg/IV

27, Maret 2019 1. Memeriksa tanda-tanda vital


16.15 WIB (tekanan darah, nadi, pernapasandan
suhu)/8 jam
2. Mengauskultasi dada sebelah kiri
pasien.
3. Memposisikan klien semi fowler,
miringkan ke arah sisi yang sakit
yang nyaman atau tinggikan kepala
(60- 90º)

27, Maret 2019 1. Mengevaluasi klien untuk batuk dan


20.15 WIB napas dalam yang efektif.
2. Kolaborasi obat :
- Inj. Metil predinosolon 5mg /IV
- Inj. Ranitidine 50 mg / IV

Berdasarkan tabel 4.7 Implementasi tindakan keperawatan dilakukan

untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan pada pasien sesuai

dengan perencanaan intervensi keperawatan masing-masing diagnosa

keperawatan yang telah disusun.Pelaksanaan tindakan keperawatan pada

pasien 1 dilakukan selama 3 hari perawatan yaitu pada tanggal 11 Maret

2020 sampai tanggal13 Maret 2020. Pelaksanaan tindakan keperawatan

pada pasien 2 dilakukan selama 3 hari perawatan yaitu pada tanggal 25

Maret 2019 sampai tanggal 27 Maret 2019 Pelaksanaan tindakan

keperawatan dilakukan secara komperehensif.

d. Evaluasi

Tabel 4.8 Evaluasi Keperawatan Pasien 1 dan 2 Pada Pasien Dengan


Efusi Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan
RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung
Hari Ke- Diagnosa Kep Evaluasi SOAP
Hari 1
Rabu , 11 Maret Pola napas tidak efektif S:
2020 berhubungan dengan hambatan a. Pasien mengatakan sesak
upaya napas ( kelemahan otot napas.
pernapasan) O:
a. Pasien tampak sesak
b. Tampak irama pernapasan
pasien tidak teratur
c. Pasien tampak
menggunakan pernapasan
cuping hidung
d. Pasien tampak
menggunakan otot bantu
saat bernapas.
e. TTV:
TD: 114/80 mmHg
HR: 103X/menit
T: 36,2⁰C
RR: 24X/Menit
Spo2 : 97%
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1.1Melakukan monitor pola
napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
1.2Melakukan monitor bunyi
napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi,
wheezing, ronci kering)
1.3memberikan posisikan semi
fowler / fowler
1.4berikan oksigen jika perlu.
1.5Ajarkan pasien teknik batuk
efektif

Nyeri akut berhubungan dengan S:


agen pencedera fisik (prosedur a. Pasien mengatakan terasa
operasi) nyeri di daerah pinggang
sudah tidak ada
O:
a. Pasien tampak tenang
setelah di berikan analgetik
b. Pasien tampak tidak
meringis lagi
c. Skala nyeri 1
d. Pasien tidak gelisah karena
nyeri
TTV:
TD: 120/80 mmHg
HR: 80X/menit
T: 36,2⁰C
RR: 24X/Menit
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

Intoleransi Aktivitas berhubungan S:


dengan kelemahan . a. Pasien mengatakan saat
beraktivitas sesak napas
dan mudah lelah
O:
a. pasien tampak lemah
b. pasien tampak posisi semi
fowler
c. pasien tampak saat
beraktivitas di bantu oleh
suami
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
3.1Melakuan identifikasi
gangguan fugsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
3.2 Menganjurkan tirah baring
3.3 Menganjurkan
melakukan ativias secara
bertahap

Hari 2
Hari Ke- Diagnosa Kep Evaluasi SOAP
Kamis , 12 Maret Pola napas tidak efektif S:
2020 berhubungan dengan hambatan a. Pasien mengatakan sesak
upaya napas ( kelemahan otot napas berkurang
pernapasan) O:
a. Pasien tampak masih
sesak
b. Pasien tampak
menggunakan pernapasan
cuping hidung sudah
berkurang
c. Pasien tampak
menggunakan otot bantu
saat bernapas sudah
bekurang.
d. TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 84X/menit
T: 36,2⁰C
RR: 22X/Menit
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1.1 Melakukan monitor pola
napas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
1.2 Melakukan monitor bunyi
napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi,
wheezing, ronci kering)
1.3 memberikan posisikan
semi fowler / fowler
1.4 berikan oksigen jika perlu.
1.5 Ajarkan pasien teknik
batuk efektif
Intoleransi Aktivitas berhubungan S:
dengan kelemahan . a. Pasien mengatakan saat
beraktivitas sesak napas
dan mudah lelah sudah
berkurang
O:
a. pasien tampak gelisah sudah
berkurang
b. pasien tampak posisi semi
fowler
c. pasien tampak lemah
berkurang
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
3.1 Melakuan identifikasi
gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
3.2 Menganjurkan tirah baring
3.3 Menganjurkan melakukan
ativias secara bertahap

Hari 3
Hari Ke- Diagnosa Kep Evaluasi SOAP
Jumat , 13 Maret Pola napas tidak efektif S:
2020 berhubungan dengan hambatan a. Pasien mengatakan sudah
upaya napas ( kelemahan otot tidak sesak napas
pernapasan) b. Psien mengatakan sudah
tidak batuk
O:
a. Pasien tampak tidak sesak
b. Tampak irama pernapasan
pasien sudah teratur
c. Pasien tampak sudah tidak
menggunakan pernapasan
cuping hidung
d. Pasien tampak sudah tidak
menggunakan otot bantu
saat bernapas
e. Pasien sudah tidak
menggunakan nasal kanul
f. TTV:
TD: 114/80 mmHg
N: 80X/menit
T: 36,2⁰C
RR: 20X/Menit
A: Masalah sudah teratasi
P : Intervensi di hentikan

Intoleransi Aktivitas berhubungan S:


dengan kelemahan . a. Pasien mengatakan saat
beraktivitas sudah tidak
sesak napas
b. Pasien mengtakan saat
beraktivitas lelah
berkurang
O:
a. pasien tampak tenang
b. pasien tampak lemah
berkurang
c. pasien beraktivitas secara
bertahap
d. pasien beberapa
beraktivitas masih dibantu
suami
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
2.1 Melakuan identifikasi
gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan
kelelahan
3.2 Menganjurkan tirah baring
3.3 Menganjurkan melakukan
ativias secara bertahap

PASIEN 2
Waktu dan Tanggal Evaluasi
25 Maret 2019 Subjektive
08.15 WIB 1. Pasien mengatakan sesak
2. Pasien mengatakan sesak bertambah saat beraktivitas
Objektive
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 l/menit
2. Posisi pasien semifowler
3. TTV:
TD:120/90 mmHg
Nadi: 92x/menit,
RR: 28 x/menit,
Suhu: 36,0 0C
4. Bunyi nafas ronchi
5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
Assesment
Pola Napas Tidak Efektif Belum Teratasi
Planning
Lanjutkan Intervensi Observasi :
1. Monitor kualitas,
frekuensi, dan kedalaman pernapasan, serta melaporkan
setiap perubahan yang terjadi /8jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi
tambahan /8 jam
Mandiri :
3. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler
atau arah yang sakit
4. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan
5. Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat

Subjective:
26 Maret 2019 1. Pasien mengatakan sesak berkurang
08.15 WIB 2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat
beraktivitas ringan seperti duduk dan makan
sendiri di tempat tidur
Objective:
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm
2. Posisi pasien semifowler
3. TTV:
TD : 120/90 mmHg
Nadi: 92x/menit, RR: 26 x/menit Suhu: 36,0⁰C
4. Bunyi nafas ronchi
5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
6. Pola nafas dispneu.

Assesment:
Pola Napas Tidak
Efektif belum teratasi
Planning:
Lanjutkan intervensi Observasi :
1. Monitor kualitas, frekuensi, dan kedalaman
pernapasan, serta melaporkan setiap perubahan yang
terjadi /8 jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi tambahan
/8 jam
Mandiri :
3. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi
fowler atau arah yang sakit
4. Evaluasi klien napas dalam yang telah
diajarkan Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat

27 Maret Subjective:
2019 1. Pasien mengatakan sesak berkurang
09.30 WIB 2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat
beraktivitas ringan
Objective:
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm
2. Posisi pasien semifowler
3. TTV:
TD : 120/90 mmHg
Nadi: 92x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 36,00C
4. Bunyi nafas ronchi
5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
Assesment:
Pola Napas Tidak Efektif Belum Teratasi
Planning:
Lanjutkan intervensi Observasi :
1. Monitor kualitas,
frekuensi,dan kedalaman pernapasan,serta melaporkan
setiap
perubahan yang
terjadi //8 jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi
tambahan /8 jam
Mandiri :
3. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi
fowler atau arah yang sakit
4. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat

Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi
Lampung, ayni, tahun 2019
Pada table 4.8 setelah melakukan pelaksanaan tindakan

keperawatan pada pasien 1, dibuat evaluasi tindakan selama 24 jam. Pada

pasien 1 saat melakukan evaluasi tindakan pada pasien 1 menunjukan 3

diagnosa keperawatan yang teratasi 2 dan sebagian teratasi 1 yaitu pola

napas tidak efektif teratasi dihari ke 3, nyeri akut teratasi sebagian dihari ke

1, intoleransi aktivitas teratasi sebagian di hari ke 3. Pada pasien 2

menunjukan 3 diagnosa keperawatan yang teratasi 2 dan sebagian teratasi 1,

pola napas tidak efektif teratasi sebagian di hari ketiga.

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini, peneliti membahas tentang asuhan

keperawatan pada 2 pasien dengan Efusi pleura sesuai dengan konsep-konsep

teori yang ada. Asuhan keperawatan dilaksanakan selama 3 pada pasien 1 dari

tanggal 11 Maret

– 13 Maret 2020 di ruang Flamboyan A dan 3 hari pada pasien 2 mulai dari

tanggal 25 Maret – 27 Maret 2019 di Ruang Melati RSUD Dr. H. Abdoel

Moeloek Provinsi Lampung. Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan Asuhan

keperawatan Pada Pasien Dengan Efusi Pleura di RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi

Lampung sesuai tiap fase dalam proses keperawatan yang meliputi:

pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.


1. Pengkajian

a. Pasien 1

Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang

dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi pasien, membuat data

dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang respon kesehatan

pasien (Dinarti & Mulyanti, 2017).

Pada pengkajian pasien 1 menggunakan konsep pengkajian

berdasarkan teori (Muttaqin, 2008). Dimana pengkajian ini difokuskan

pada asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura. Hasil dari

pengkajian sebagai berikut:

Berdasarkan dari hasil pengkajian pada pasien 1 dengan

diagnosa medis Efusi Pleura. Pada pasien 1 memiliki keluhan yaitu

sesak napas.

Berdasarkan teori yang ada menurut (Sudoyo dkk, 2009)

menyatakan bahwa bila cairan banyak pada penderita efusi pleura,

penderita mengalami sesak akan sesak napas.

Menurut peneliti bahwa sesak napas yang dirasakan pada

pasien 1 merupakan tanda dan gejala dari efusi pleura yang terjadi

karena adanya penumpukan cairan dalam rongga paru yang

menyebabkan kelemahan pada otot pernapasan.

Pada riwayat penyakit sekarang ditemukan data pemeriksaan vital

TD: 114/80 mmHg, N: 103x/menit, RR: 26x/menit, Suhu: 36,2 0C,


pasien 1 pada hari Senin tanggal 11 maret 2020 pasien mengatakan

Sesak napas, batuk dan nyeri pinggang. Pasien tiba di IRD pada pukul

16.00 Wita. Pasien mengatakan awalnya hanya batuk pilek, kemudian

dirujuk ke Rumah Sakit Restu Ibu dengan diagnose TBC, pasien

dianjurkan melakukan pengobatan di Rumah Sakit Restu Ibu. Sudah

berjalan 2 bulan pengobatan ternyata dokter salah mendiagnosa.

Selama 2 bulan pengobatan TBC, sering timbul alergi pada makan.

Pasien mengatakan pada rontgen 1 sudah ada cairan di paru-paru, lalu

pada rongen ke 2 semakin membanyak. Pasien mengatan jika berjalan

mudah lelah dan sesak nafas. Pasien mengatakan pada tanggang 9

Maret 2020 dilakukan penarikan cairan di Ruang Flamboyan A

sebanyak 1,1 Liter. Lalu pasien di bawa ke RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo, sesampainya di IRD pasien langsung dilakukan

pemeriksaan thoraks 1 posisi, lalu pasien di bawa ke ruang Flamboyan

A pada tanggal 11 Maret 2020.

Berdasarkan teori menurut (Morton,dkk 2012) Efusi pleura

adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan produksi

cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya,

adapun penyebab dari efusi pleura diantaranya non infeksi berupa

karsinoma termasuk limfoma maligna. Hal ini yaitu terjadi karena

adanya akumulasi cairan disebabkan oleh faktor sistemik yang

mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura.


Menurut peneliti pada pasien 1 memiliki penyakit penumpukan

cairan paru karena kesalahan diagnose pada pasien.

Pada pemeriksaan fisik thorak system pernapasan pada pasien 1

pasien sesak, batuk tidak produktif, tidak terdapat sekret, dengan

frekuensi napas 26x/menit, irama pernapasan tidak teratur, pola

pernapasan pasien dispnea, terdapat pernapasan cuping, terdapat

penggunaan otot bantu pernapasan, vocal premitus getaran paru kanan

dan kiri tidak sama kuat. Hasil pemeriksaan rontgen thoraks 1 posisi

pada pasien 1 didapatkan hasil terdapat penumpukan cairan paru

disebelah kanan.

Berdasarkan teori yang ada menurut (Morton dkk, 2012)

menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi penyembuhan efusi

pleura yaitu adanya penyakit infeksi dan non infeksi. Untuk penyakit

infeksi yaitu Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh

kapiler yang rusak dan masuk ke dalam paru yang dilapisi pleura

tersebut atau kedalam paru terdekat. Sedangkan untuk penyakit non

infeksi yaitu karena adanya akumulasi cairan disebabkan oleh faktor

sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura.

b. Pasien 2

Usia subyek asuhan pada pengumpulan data ini adalah usia

lebih dari 30 tahun yang termasuk dalam kategori dewasa. Berdasarkan

hasil pengumpulan data didapati subyek asuhan usia 53 tahun, subyek

asuhan pada pengumpulan data ini adalah berjenis kelamin perempuan.


pada pasien 2 didapatkan data yaitu, pasien datang ke Rs.

Abdoel Moeloek pada tanggal 24 maret 2019 melalui UGD pukul

21.23 WIB. Pasien mengatakan sesak napas. Pasien mengatakan sesak

dan yang dirasakan hilang timbul, sesak berat dirasakan saat

beraktivitas dan sesak terasa ringan saat dalam keadaan rileks dan

memoposisikan setengah duduk dan miring sebelah kanan, Pasien

mengatakan dada sebelah kanan atas terasa berat, frekuensi sesak tidak

menentu, sesak mengakibatkan pasien mual dan tidak nafsu makan.

sesak sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Pemeriksaan vital TD:
0
110/80 mmHg, N: 87x/menit, RR: 28x/menit, Suhu: 36,7 C,

Kesadaran : Composmentis. pada pasien Ny. N terdapat suara

tambahan yaitu ronchi dibagian lapang paru sebelah kanan, bentuk

dada pasien asimetris (pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit),

terdapat suara redup karena terdapat cairan di lapang paru sebalah

kanan terdapat suara redup karena terdapat cairan di lapang paru

sebalah kanan pada IC 6 8 bagian depan, tidak terdapat nyeri tekan

pada seluruh lapang paru. Hasil pemeriksaan pada pasien 2 di terima

cairan sebanyak 200 ml.

Pada pengkajian Ny.N pada bagian abdomen terdapat nyeri

tekan pada ulu hati Pasien, Pasien mengatakan nyeri seperti terlilit dan

hilang timbul, nyeri akan hilang jika pasien berbaring setengah duduk

dan menarik napas dalam, dan akan timbul jika pasien melakukan

aktivitas, nyeri tidak menyebar, skala nyeri 4, peneliti sebelumnya

melakukan
pengkajian tidak konverhensif seharusnya dari keluhan pasien bisa

ditegakan diagnose keperawatan.

Pada implementasi pasien 2 peneliti kurang konverhensif dalam

memasukan data implementasi, peneliti tidak mencantumkan data

subjektif dan data objektif pasien 2.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai

seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan

atau proses kehidupan yang aktual ataupun potensial. Diagnosa

keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan

keperawatan (Dinarti & Mulyanti, 2017).

Berdasarkan hal tersebut peneliti dalam kasus asuhan keperawatan

pada pasien dengan Efusi pleura menegakkan masalah keperawatan

berdasarkan dari pengkajian yang didapatkan.

Menurut (Nurarif, Amin Huda & Kusuma, 2015) dan (PPNI, 2017)

ada 4 diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien efusi pleura

sebelum dilakukan tindakan invasif yaitu pola napas tidak efektif

berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan),

nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, Resiko Defisit

nutrisi berhubungan dengan factor psikologis, intoleransi aktivitas


berhubungan dengan kelemahan. Diagnosa keperawatan pada kedua

pasien yang sesuai dengan teori antara lain:

a. Pola napas tidak efektif

Diagnosa yang sama antara teori dengan kedua pasien yaitu pola napas

tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan

otot pernapasan). Diagnosa ini muncul pada pasien 1 dan 2 karena

pada saat pengkajian didapatkan data subjektif dari pasien 1 dan 2

yaitu pasien mengatakan sesak napas dan data objektif dari pasien 1

dan 2 yaitu pasien tampak sesak, pasien mengatakan sulit bernapas

pasien mengatakan sesak bertambah jika beraktivitas

Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang

tidak memberikan ventilasi adekuat. Kriteria mayor yang dapat dilihat

dari data subyektif meliputi dispnea dan untuk data objektif yaitu

adanya penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memannjang,

pola napas abnormal. Kriteria minor yang didapatkan dari data

subjektif yaitu ortopnea, dan untuk data objektif yaitu pernapasan

pursed lip, pernapasan cuping hidung, diameter thoraks anterior

posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital

menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun,

ekskursi dada berubah (PPNI, 2017).

Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sudoyo dkk, 2009)

Adanya timbunan cairan pada rongga paru mengakibatkan penderita

akan mengalami sesak napas.


Menurut peneliti pada pasien 1 dan 2 pola napas tidak efektif

ditimbulkan karena adanya penumpukan cairan paru yang

menyebabkan ketidak mampuan atau adanya kelemahan otot

pernapasan sehingga muncul masalah pola napas tidak efektif.

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera agen pencedera

fisiologis

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien 1 dengan teori

adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. pada

pasien satu didapatkan data subyektif dimana pasien mengatakan nyeri

di daerah piggang. Sementara data objektif yang ditemukan pada

pasien

1 pasien tampak meringis menahan nyeri,skala nyeri 4 dan pasien

tampak gelisah .

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan

onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari 3 bulan. Kriteria mayornya yang dapat

ditemukan berupa data subjektif mengeluh nyeri, data objektif yang

ditemukan yaitu tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi

nadi meningkat, sulit tidur. Sedangkan untuk kriteria minor tidak

tersedia data subjektif dan untuk data objektif tekanan darah

meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir

terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis(PPNI,

2017).
Berdasarkan teori yang ada menurut (Nurarif, Amin Huda &

Kusuma, 2015)menyatakan bahwa adanya penumpukan di cairan

rongga pleura dapat dilakukan tindakan pembedahan yaitu berupa

pemasangan drainase yang dapat menimbulkan adanya nyeri pada

pasien.

c. Resiko Defisit Nutrisi

Diagnosa yang berbeda dengan pasien 2 adalah resiko defisit

nutrisi berhubungan dengan factor psikologis (ke engganan untuk

makan). Saat pengkajian didapatkan data subyektif dari pasien yang

mengatakan nafsu makannya menurun dan mual, sedangkan pada data

objektif pasien hanya memakan ½ dari porsi yang dierikan.

Resiko Defisit nutrisi adalah beresiko mengalami asupan nutrisi

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Menurut

peneliti Resiko defisit nutrisi pada pasien 2 terjadi karena adanya

faktor penyakit yang diderita sehingga pasien mengalami penurunan

napsu makan sehingga diangkat diagnose resiko defisit nutrisi.

d. Intoleransi aktivitas

Pada diagnosa ini ada kesamaan pada pasien 1 dan 2 dengan

intoleransi aktivitas berhubungan dengaan kelemahan. Saat pengkajian

didapatkan data subyektif dari pasien yang mengatakan lelah, pasien

mengatakan sesak napas. Sementara data objektif didapatkan pasien

tampak sesak.
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk

melakukan aktivitas sehari-hari. Kriteria mayor ditemukan data

subjektif yaitu mengeluh lelah dan data objektif yaitu frekuensi jantung

berubah > 20% dari kondisi istirahat. Kriteria minor didapatkan data

subjektif yaitu dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman

setelah beraktivitas, merasa lemah dan untuk data objektif tekanan

darah berubah > 20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG

menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas, gambara EKG menunjukan

iskemia, sianosis (PPNI, 2017).

Berdasarkan teori yang ada menurut (Nurarif, Amin Huda &

Kusuma, 2015) menyatakan bahwa dengan adanya penumpukan cairan

di rongga pleura mengakibatkan sesak pada pasien sehingga energy

berkurang untuk melakukan aktiviitas.

Menurut peneliti intoleransi aktivitas pada pasien 1 dan 2

terjadi karena adanya kelemahan sehingga sulit melakukan aktivitas

maka dari itu peneliti mengagkat diagnosa intoleransi aktivitas.

3. Perencanaan

Intervensi keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan

langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan,

rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada pasien

berdasarkan analisis data dan diagnosa keperawatan (Dinarti & Mulyanti,

2017).
Tahap ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan,

perencanaan tindakan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 dibuat

setelah semua data yang terkumpul selesai dianalisis dan diprioritaskan.

Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan ini terdiri dari:

menegakkan diagnosa keperawatan, menentukan sasaran dan tujuan,

menentukan kriteria dan evaluasi, menyusun intervensi dan tindakan

keperawatan.

Pada diagnosa pola napas tidak efektif berhubungan dengan

hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan) pada pasien 1 dan 2

peneliti mencantumkan tujuan setelah melakukan tindakan keperawatan

dalam waktu yang telah ditentukan diharapkan pola napas pasien kembali

efektif dengan kriteria hasil: menunjukan pola napas normal/efektif , bebas

sianosis dan tanda gejala hipoksia.

Intervensi tindakan pola napas tidak efektif yang telah di buat pada

pasien 1 dan 2 meliputi: Lakukan monitor pola napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas) , Lakukan monitor bunyi napas tambahan (mis.

Gurgling, mengi, wheezing, ronci kering), pertahankan kepatenan jalan

napas, posisikan semi fowler., berikan oksigen jika perlu, Ajarkan pasien

teknik batuk efektif

Pada diagnosa resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya

nafsu makan pada pasien 2 peneliti mencantumkan tujuan setelah

melakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah ditentukan

diharapkan pemenuhan kebutuhan pasien tercukupi dengan dengan kriteria


hasil: keinginan makan membaik, asupan makan membaik, asupan cairan

membaik, energy untuk makan membaik.

Intervensi resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya

nafsu makan yang telah di buat pada pasien 2 meliputi: Lakukan

pengkajian lengkap rasa mual termasuk frekuensi, durasi, tingkat mual,

dan faktor yang menyebabkan pasien mual. Monitor mual (misal,

frekuensi, durasi dan tingkat keparahan) Evaluasi efek mual terhadap

nafsu makan pasien, aktivitas sehari-hari, dan pola tidur pasien, Anjurkan

makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan hangat, Kendalikan faktor

lingkungan penyebab mual (mis, rangsangan visual yang tidak

menyenangkan), Anjurkan pasien mengurangi jumlah makanan yang bisa

menimbulkan mual. Berikan istirahat dan tidur yang adekuat untuk

mengurangi mual, Kolaborasi pemberian obat

Pada diagnosa Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan pada pasien 1 dan 2 peneliti mencantumkan tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawaan diharapkan akitifitas pasien meingkat

dengan kriteria hasil: Dyspnea saat beraktifitas menurun, Dyspnea setelah

beraktifitas menurun, Perasaan lemah menurun, Tekanan darah membaik,

Frekueni nadi membaik.

Intervensi Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

pada pasien 1 dan 2 meliputi: Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang

mengakibatkan kelelahan, Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama


melakukan aktifitas, Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus

(mis. Cahaya, suara, kunjungan), Anjurkan tirah baring, Melakukan

aktvitas secara bertahap

4. Pelaksanaan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan

implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain

yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi

keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Mulyanti, 2017).

Implementasi yang dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2 dibagi

dalam tiga tahap yaitu tindakan keperawatan mandiri, tindakan kolaborasi,

dan proses pendokumentasian tindakan mandiri. Implementasi yang

dilakukan peneliti disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat.

Pada pasien 1 dan 2 terdapat tindakan pada masalah utama

keperawatan yaitu pola napas tidak efektif tindakan yang dilakukan yaitu

lakukan observasi pola napas pasien, Monitor pola nafas (frekuensi,

kedalaman, usaha nafas), Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling,

mengi, wheezing , ronchi kering).


Menurut (Yuaningsih, 2017) mengatakan bahwa pemberian teknik

relaksasi napas dalam pada pasien yang terpasang water seal drain yaitu

agar ekspansi paru dapat maksimal.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang

telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan

mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan

keperawatan yang dilakukan dan memenuhi kebutuhan pasien. Penilaian

adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (Dinarti &

Mulyanti, 2017).

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada pasien 1 dari 3

masalah keperawatan yang muncul hanya dua masalah yang teratasi yaitu

pola napas tidak efektif dan nyeri akut. Pada pola napas tidak efektif

ditandai dengan menunjukan pola napas pasien normal, bebas sianosis dan

tanda gejala hipoksia. Pada nyeri akut ditandai dengan keluhan nyeri

menurun, Melaporkan nyeri terkontrol meningkat, Meringis menurun,

penggunaan analgetik menurun, tekanan darah membaik. Pada intoleransi

akivitas didapatkan evaluasi subjektif pasien mengatakan saat beraktivitas

terasa sesak dan mudah lelah. Evaluasi objektif didapat pasien masih

tampak lelah, pasien tampak posisi semi fowler, jika beraktivitas pasien di

bantu oleh suami. Pada tanggal 12 maret 2020 didapatkan evaluasi

subjektif pasien mengatkan saat beraktivitas sesak napas dan lelah mulai

berkurang, pada evaluasi objektif pasien tampak gelisah sudah berkurang,

pasien
tampak melakukan aktivitas secara bertahap, aktivitas masih dibantu oleh

suami. Pada tanggal 13 maret 2020 didapatkan data evaluasi subjektif

pasien mengatkan saat beraktivitas sudah tidak sesak dan lelah berkurng,

evaluasi objektif pasien tampak tenang, lemas tampak berkurang, bebrapa

aktivitas di bantu oleh suami.

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada pasien 2 dari 3

masalah keperawatan yang muncul hanya dua masalah yang teratasi

yaitu resiko defisit nutrisi dan intoleransi aktivitas. Pada pola napas tidak

efektif didapatkan evaluasi subjektif pasien mengatakan masih dirasakan

sesak, sesak yang dirasakan berat ketika klien melakukan aktivitas.

Evaluasi objektif di dapat klien masih tampak kesulitan bernapas dengan

terpasang oksigenasi nasal kanul 2 lpm, frekuensi pernapasan 28 x/mnt

dan terdengar suara ronchi. pada tanggal 26 Maret 2019 didapat evaluasi

subjektif klien mengatakan sesak napas dan batuk masih dirasakan tetapi

sudah berkurang, klien mampu mempraktikkan teknik latihan napas

dalam, evaluasi objektif didapatkan frekuensi napas 26x/menit dengan

oksigen nasal kanul 2 lpm dan suara napas masih terdengar ronchi. pada

tanggal 27 Maret 2019 didapat data subjektif masih terasa sesak tetapi

sudah mulai berkurang. Evaluasi objektif frekuensi napas 24 x/mnt dan

oksigen terpasang 2lpm terdengar suara ronchi.

Berdasarakan hasil evaluasi diatas dapat disimpulkam bahwa

masalah pola napas tidak efektif pada pasien 2 belum dapat teratasi
dengan implementasi dan evaluasi yang telah diberikan setiap hari.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada

pasien 1 dengan efusi pleura di Ruangan di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Kalimantan Timur sedangkan Pada pasien 2 Ruang Melati RSUD Dr. H.

Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2019 dan peneliti dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan sesuai dengan teori meliputi identitas

pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan pasien, pola aktivitas sehari-hari,

data psikososial, data status mental pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

penunjang dan penatalaksanaan terapi.Salah satu focus utama pengkajian

pada pasien dengan efusi pleura adalah pola pernapasan pasien.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut teori yang dikemukakan peneliti pada bab sebelumnya

diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada pasien efusi pleura

setelah dilakukan tindakan invasive pembedahan yaitu 3 diagnosa. pada

pasien 1 dan 2 tidak dilakukan pemasangan WSD dan terdapat 3 diagnosa.

3. Perencanaan

Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada kedua pasien

dirumuskan berdasarkan prioritas masalah dengan teori yang ada,

Intervensi
setiap diagnosa dapat sesuai dengan kebutuhan pasien dan memperhatikan

kondisi pasien serta kesanggupan keluarga dalam kerjasama. Intervensi

yang dilakukan oleh peneliti yaitu intervensi yang dilakukan secara

mandiri maupun kolaborasi.

4. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan

intervensi yang sudah di buat, sesuai dengan kebutuhan kedua pasien

dengan efusi pleura.

5. Evaluasi Keperawatan

Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang di berikan. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada

pasien 1 dan 2 selama 3 hari perawatan oleh peneliti dan dibuat dalam

bentuk SOAP. Respon pasien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

baik, pasien cukup kooperatif dalam pelaksanaan setiap tindakan

keperawatan.

B. Saran
1. Bagi Peneliti

Peneliti diharapkan lebih teliti dalam melalukan asuhan

keperawatan, salah satunya dalam mengangkat diagnose keperawatan

peneliti sebaiknya dalam melaksanakan asuhan keperawatan dapat

melaksanakan pengkajian dan pengisian data ecara komperhensif dan

menyeluruh.

2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan


Hasil peneliti ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam imu

pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura menggunakan litearur-

literatur terbaru.
DATAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Ayni (2019). Karya Tulis Ilmiah Efusi Pleura.

http://repo.stikesicme- jbg.ac.id/2528/. Diakses tanggal 23 april

2020.

Bararah, Taqiyyah & Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan


Lengkap Menjadi Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Dean, E. (2014). Effect of Body Position on Pulmonary Function. Journal of


American Physical Therapy: Diakses pada 19 februari 2020 pada :
http://ptjournal.apta.org/

Dinarti & Mulyanti, Y. (2017). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Dugdale, D.C. (2014). Pleural efussion: US international Library of Medicine


National Institute of Health: Diakses pada 19 februari 2020 pada
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000086.htm

E Doenges Marilynn dkk, 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Buku


kedoktteran EGC

Haugen, N & Galura, S.J. (2012).Ulrich & Canale's Nursing Care Planning
Guides (7th Ed). Diakses pada 19februari 2020 pada
http://www1.us.elsevierhealth.com/SIMON/Ulrich/Constructor/diagnos
es.cfm?did=320

Irianto, K. (2014). Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta.

Juall Lynda, 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran
EGC

Morton dkk. (2012). Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.

Morton. (2012). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 dan 2. Jakarta: Media


Aesculapius.

Martha & Smith Kelly, 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta: Digna
pustaka
NANDA-I, 2010. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta: Buku kedokteran EGC

NANDA International. (2012). Nursing diagnoses: definitions and


classifications 2013-2014. USA: Wiley-Blackwell.

Nair, M., & Peate, I. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan Edisi 2. Jakarta:
Bumi Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi refisi jilid 1 2015.
Jakarta: Media Action Publishing.

PHILIP ENG Respiratori medical clinic. (2017). philipeng.com. Dipetik April22,


2017, dari philipeng.com.sg:http://www.philipeng.com.sg/ms
/conditions/pleural-effusion/

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta


Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Priharjo Robert, 1996. Pengkajin Fisik Keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran


EGC

Rosmalawati dan Kasiat (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta :


Pusdik SDM Kesehatan
.
Rubins, J .(2013). Pleural Efussion. Diakses pada tanggal 19 februari 2020 pada
http://emedicine.medscape.com/article/299959-overview

Sherwood, L. (2010). Human physiologi: From cell to system. USA: Brooks and
Cole

The British Thoracic Society. (2010). Pleural Disease Guideline 2010 A Quick
Reference Guide. British Thoracic Society Reports, Vol 2, No 3, 2010.
Diakses pada tanggal 19 februari 2020 pada http://www.brit-
thoracic.org.uk/clinical-information/pleural-disease.aspx

Wartonah, 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta


salemba medika

Wedro, B. (2014). Pleural Effusion. Medicine Net: Diakses pada tanggal 19


februari 2020 pada:
http://www.onhealth.com/pleural_effusion/article.htm

Wilkinson, J.M dan Ahern, N.R. (2005). Diagnosis Keperawatan: Diagnosis


Nanda, Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
LAMPIRAN : Asuhan Keperawatan Pasien 1
LAMPIRAN : Asuhan Keperawatan Pasien 2

A. PEMERIKSAAN FISIK
Item Klien 2
pengkajian
Data Nama : Ny. N
umum Umur : 53 tahun Status perkawinan : menikah
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : sma
Jenis kelamin : perempuan Alamat : sutiyoso gg.
Panderwangi lk I kota baru, kec.Tanjung
Karang Timur
Sumber biaya :jamkesmas BPJS
Dx. Medis : efusi pleura No. rekam medic :
00.54.19.21 Tanggal pengkajian : 25 Maret 2019

Keluhan Sesak napas


utama
Riwayat Klien datang ke Rs. Abdoel Moeloek pada tanggal 24 maret 2019
penyakit melalui UGD pukul 21.23 WIB. Klien mengatakan sesak napas.
sekarang klien mengatakan sesak dan yang dirasakan hilang timbul, sesak
berat dirasakan saat beraktivitas dan sesak terasa ringan saat
dalam keadaan rileks dan memoposisikan setengah duduk dan
miring sebelah kanan, klien mengatakan dada sebelah kanan atas
terasa berat, frekuensi sesak tidak menentu, sesak mengakibatkan
klien mual dan tidak nafsu makan. sesak sudah dirasakan sejak 3
hari yang lalu, TD 120/90, RR 28 x/menit, S: 36,0 0C, HR 92
x/menit, SaO2: 98%

Riwayat klien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakitsebelumnya,


penyakit klien tidak pernah mengalami operasi sebelumnya.
dahulu
Riwayat Klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang memiliki
penyakit riwayat penyakit TBC, jantung, diabetes militus, dan
keluarga hipertensi

Riwayat Klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat alergi


alergi baik alergi obat maupun makanan

Pemeriksa TD: 120/90 mmHg Nadi: 92x/menit RR: 28


an fisik x/menit Suhu: 36,0C
Kesadaran: Composmentis
a. Kepala : kepala tidak ada lesi, rambut tampak bersih, tidak
terdapat nyeri tekan, konjungtiva ananemis, mata isokor,
wajah tidak pucat, bibir tidak sianosis.
b. Hidung : napas menggunakan cuping hidung, tidak terjadi
gangguan penciuman
c. Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
d. THORAK :
Inspeksi : bentuk dada asimetris, gerakan dinding dada
asimetris (pergerakan dadakanan tertinggal), tidak terdapat
benjolan atau lesi, tampak retraksi dinding dada.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus menurun,
ekspansi dada tidak maksimal ada ketertinggalan gerak pada
dada sebelah kanan, tidak teraba getaran antara IC 6-8 pada
dada sebelah kanan depan
Perkusi: terdapat suara redup antara IC 6-8 pada dada sebelah
kanan
Auskultasi : terdengar suara vesikuler pada thorax sinistra
dan terdengar suara ronkhi pada thorax dextra antara IC 6-8
depan.
e. ABDOMEN
Inspeksi : tidak ada lesi dan stomatitis, terdapat distensi
abdomen, klien tidak terpasang kolostomi,

Auskultasi: bissing usus 10 x/m Palpasi :terdapat nyeri tekan


pada ulu hati klien, klien mengatakan nyeri seperti terlilit dan
hilang timbul, nyeri akan hilang jika klien berbaring setengah
duduk dan menarik napas dalam, dan akan timbul jika klien
melakukan aktivitas, nyeri tidak menyebar dengan
Skala 4. Tidak ada pembesaran hepar
Perkusi: terdapat suara timpani pada kuadran kanan atas.
a. Punggung dan tulang belakang: tidak terdapat kelainan pada
tulang belakang.
b. Genetalia: tidak ada kelainan pada genetalia.
c. Ekstremitas atas dan bawah: akral hangat, warna merah
muda, tidak terdapat kelainan pada jari
d. Kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555
Pola Klien mengatakan sesak saat melakukan aktivitas dan cepat
pengkajian lelah, klien tidak batuk. Pada saat pengkajian diperoleh data:
oksigenasi Inspeksi: frekuensi napas 28x/m, kedalaman pernapasan dangkal
dan cepat, pernapasan tidak menggunakan cuping hidung, irama
napas tidak teratur, tampak ekspansi dada asimetris
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus menurun,
ekspansi dada tidak maksimal ada ketertinggalan gerak pada dada
sebelah kanan, tidak teraba getaran antara IC 6-8 pada dada
sebelah kanan depan
Perkusi: terdapat suara redup antara IC 6-8 pada thorax dextra
Auskultasi : terdengar suara vesikuler pada thorax sinistra dan
terdengar suara ronkhi pada thorax dexyta antara IC 6-8 depan.

Pola Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien makan 3


pengkajian kali dalam seharidan selalu menghabiskan 1 piring setiap
metabolis makan,. semenjak masuk rumah sakit nafsu makan klien
medan berkurang dan hanya menghabiskan sedikit atau ½ porsi makanan
nutrisi yang diberikan rumah sakit. Klien mengatakan minum dalam
sehari sekitar 8-9 gelas. Selama 24 jam terakhir klien makan 3
kali dalam sehari. Klien mengatakan selama di rumah sakit tidak
menghabiskan makanan yang disediakan. Klien mengatakan
nyeri pada ulu hati nya
dan klien merasa mual dan tidak nafsu makan. Klien tampak
lemas.

Pola Sebelum sakit klien baraktivitas dan bekerja seperti biasa,


Aktivitas setelah sakit klien hanya terbaring di tempat tidur dan aktivitas
nya dibantu oleh keluarga

Pola Klien bekerja sebagai ibu rumah tangga, situasi keluarga klien
Konsepsi baik, dengan ia sebagai kepala keluarga memiliki seorang istri
Diri dan 2 orang anak. Klien termasuk aktif dalam keanggotaan
kelompok sosial, yaitu pengajian ibu-ibu dan arisan di sekitar
rumahnya. Klien mengatakan bahwa tiadak ada keadaan fisiknya
yang tidak ia sukai.

Pola Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tidur nya 6-8
pengkajian jam/hari dan setelah bangun merasa segar.
istirahat Klien mengatakan tidur 5-6 jam/hari klien mengatakan tidak
tidur dapat tidur dengan nyenyak dan sering terbangun saat tidur karena
nyeri padaulu hati.
Pola Klien mengatakan dirumah frekuensi buang air kecil normal
pengkajian dalam satu
eliminasi hari 3-4 kali perhari dengan konsistensi kuning
jernih, bau normal dan BAB 1x dalam sehari dengan
konsistensi pad at. Sedangkan, klien mengatakan saat
dirumah sakit frekuensi buang air kec il dalam sehari 4-5 kali p
erhari dengan warna kuning jernih dan bau seperti bau obat.
Sedangkan dengan BAB dalam satu hari 1 kali dengan
konsistensi padat.
Pemerikaa Pemeriksaan laboratorium
n Tgl: 24 Maret 2 19
penunjang
Parameter Hasil Nilai
rujukan
PATOLOGI
Hemoglobin 8,8 12,0-16,0
Leukosit 21.100 4.800-10.800

Eritrosit 3,1 4,2-5,4


Hemotokrit 26 37-47
Trombosit 599.00 150.000 - 450.000
0

MCV 85 79-99
MCH 28 27-31
MCHC 34 30-35
Hitung jenis:
- Basofil 0 0-1
- Eoshinofil 0 2-4
- Batang 0 3-5
- Segmen 86 50-70
- Limfosit 8 25-40
- Monosit 6 2-8
Instalasi
Patologi
Anatomi:
Makroskopis
Diterima cairan
fleura volume 200 ml
warna merah

Terapi obat - IVFD RL 10 tts/mnt


- Inj. metil predinosolon 5mg /12jam
- Inj. Ranitidine 50 mg / 12 jam
- Katerolac 30 mg/hari
- Inj. Levofloxacin 5 mg/24 jam
B. ANALISIS DATA

Ny. N 1. - Klien - Tampak Pola Napas Hambatan


mengatakan sulitbernapas Tidak Upaya
dia sulit - Napas Efektif Napas
bernapas menggunakanc
- Klien uping hidung
mengatakan - Pernapasan
sesak cepat
bertambah jika dan dangkal
beraktivitas - Frekuensi
pernapasan28x
/m
- Terpasang
oksigen nasal
kanul 2 l/m
2. - Klien - Klien tampak Risiko Faktor
mengatakan lemas Defisit Psikologis
mual dan - Tampak Nutrisi (Keenggan
tidak nafsu distensi an Untuk
makan abdomen Makan)
- Klien - Klien tampak
mengatakan hanya
nyeri pada menghabiskan
ulu hatinya ½ dari porsi
yang telah
diberikan
3. - Klien - Klien tampak Intoleransi Kelemahan
mengatakan lemas Aktivitas Fisik
mudah lelah - Aktivitas klien Umum dan
- Klien dibantu oleh Keletihan
mengatakan Perawat dan Sekunder
sesak jika keluarga Akibat
banyak - Klien Adanya
beraktivitas terpasang Sesak
oksigen Napas.
nasal kanul 2
liter/ menit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama klien Diagnosa keperawatan
Ny. N 1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan
Hambatan Upaya Napas
2. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan
Faktor Psikologis (Keengganan Untuk Makan)
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan
Kelemahan Fisik Umum Dan Keletihan
Sekunder Akibat Adanya Sesak Napas.
D. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Masalah Rencana keperawatan


keperawatan Tujuan Rencana tindakan
1. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan Observasi
Efektif asuhan keperawatan 1. Observasi tanda-tanda vital
berhubungan diharapkan pola napas (nadi dan pernapasan) / 8 Jam
dengan Hambatan pada Ny. N menjadi 2. Kaji kualitas, frekuensi, dan
Upaya Napas efektif dengan kriteria kedalaman pernapasan, serta
hasil: melaporkan setiap perubahan
kriteria hasil: yang terjadi / 8 jam
1. Frekuensi Mandiri :
pernapasan dalam3. Berikan klien posisi yang
rentan normal ( RR : nyaman atau tinggikan kepala
24 x/menit) (60-90º) dan bantu mengubah
2. Pada pemeriksaan posisi fowler/semi fowler,
rontgen thorak tidak miringkan ke arah sisi yang
ditemukan adanya sakit
akumulasi cairan 4. Lakukan auskultasi bunyi napas
3. Tidak ada bunyi dan catat adanya bunyi
napas tambahan tambahan.
4. Tidak ada retraksi 5. Bantu dan ajarkan klien untuk
dinding dada dan batuk dan napas dalam yang
penggunaan alat efektif.
bantu pernapasan. Kolaborasi :
6. Kolaborasi dengan tim medis
lain untuk pemberian , foto
thoraks serta obat- obatan
- Inj. metil predinosolon 5mg
/12jam
- Inj. Ranitidine 50 mg / 12 jam
- Katerolac 30 mg/hari
- Inj. Levofloxacin 5 mg/24 jam
Setelah dilakukan Observasi
2. Risiko Defisit tindakan asuahan 1. Lakukan pengkajian lengkap
Nutrisi berhubungan Keperawatan rasa mual termasuk frekuensi,
Mual diharapkan risiko durasi, tingkat mual, dan faktor
defisit nutrisi pada Ny. yang menyebabkan pasien
N dapat teratasi dengan mual.
kriteria hasil: 2. Monitor mual ( misal,
1. Klien mengatakan frekuensi, durasi dan tingkat
tidak mual keparahan )
2. Tidak terjadi 3. Evaluasi efek mual terhadap
penurunan BB nafsu makan pasien, aktivitas
3. Asupan makanan sehari-hari, dan pola tidur
menjadi adekuat pasien
Mandiri
4. Anjurkan makan sedikit tapi
sering dan dalam keadaan
hangat
5. Kendalikan faktor lingkungan
penyebab mual (mis,
rangsangan visual yang tidak
menyenangkan)
6. Anjurkan pasien mengurangi
jumlah makanan yang bisa
menimbulkan mual.
7. Berikan istirahat dan tidur
yang adekuat untuk
mengurangi mual
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian obat

3. Intoleransi Setelah dilakukan Observasi :


Aktifitas asuhan keperawatan 1. Monitor respon fisik, emosi,
diharapkan intoleransi social dan spiritual setiap 12
berhubungan denga aktivitas pada Ny. N jam
Ketidak Seimbangan dapat diatasi dengan Mandiri :
Antara Suplei dan kriteria hasil: 2. Bantu klien untuk
Kebutuhan Oksigen 1. Mampu melakukan mengidentifikasi aktivitas
aktivitas sehari-hari yang mampu dilakukan
secara mandiri, 3. Bantu pasien untuk
seperti: ke kamar mengidentifikasi aktivitas
mandi, mengganti yang disukai
pakaian, makan dan 4. Bantu pasien untuk
minum dll. mengembangkan motivasi
2. Kebutuhan aktivitas diri dan penguatan
terpenuhi tanpa Kolaborasi :
merasa sesak 5. Kolaborasi dengan tenaga
3. Pasien rehabilitasi medic dalam
toleran terhadap merencanakan program
aktivitasnya. terapi yang tepat.

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Waktu dan Tanggal Evaluasi


25 Maret 2019 Subjektive
08.15 WIB 1. Pasien mengatakan sesak
2. Pasien mengatakan sesak bertambah saat
beraktivitas
Objektive
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 l/menit
2. Posisi pasien semifowler
3. TTV:
TD:120/90 mmHg
Nadi: 92x/menit,
RR: 28 x/menit,
Suhu: 36,0 0C
4. Bunyi nafas ronchi
5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
Assesment
Pola Napas Tidak Efektif Belum Teratasi
Planning
Lanjutkan Intervensi Observasi :
1. Monitor kualitas, frekuensi, dan kedalaman
pernapasan, serta melaporkan setiap perubahan yang
terjadi /8jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi
tambahan /8 jam
Mandiri :
1. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi
fowler atau arah yang sakit
2. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat
26 Maret 2019
08.15 WIB Subjective:
1. Pasien mengatakan sesak berkurang
2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat
beraktivitas ringan seperti duduk dan makan sendiri
di tempat tidur
Objective:
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm
2. Posisi pasien semifowler
3. TTV:
TD : 120/90 mmHg
Nadi: 92x/menit, RR: 26 x/menit Suhu:
36,0⁰C
4. Bunyi nafas ronchi
5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
6. Pola nafas dispneu.

Assesment:
Pola Napas Tidak
Efektif belum teratasi
Planning:
Lanjutkan intervensi Observasi :
1. Monitor kualitas, frekuensi, dan kedalaman
pernapasan, serta melaporkan setiap perubahan
yang terjadi /8 jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi
tambahan /8 jam
Mandiri :
1. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler
atau arah yang sakit
2. Evaluasi klien napas dalam yang telah
diajarkan Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
27 Maret
2019
09.30 WIB Subjective:
1. Pasien mengatakan sesak berkurang
2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat
beraktivitas ringan
Objective:
1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm
2. Posisi pasien semifowler
3. TTV:
4. TD : 120/90 mmHg
5. Nadi: 92x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 36,00C
6. Bunyi nafas ronchi
7. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan
Assesment:
Pola Napas Tidak Efektif Belum Teratasi
Planning:
Lanjutkan intervensi Observasi :
1. Monitor kualitas, frekuensi,dan kedalaman
pernapasan,serta melaporkan setiap perubahan
yang terjadi //8 jam
2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi
tambahan /8 jam
Mandiri :
1. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan
kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi
fowler atau arah yang sakit
2. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian obat
LAMPIRAN : LEMBAR KONSUL

LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL

Nama : Tika Herlia

NIM : P07220117077

Judul : Literatur Review asuhan keperawatan pada pasien dengan

efusi pleura

Nama pembimbing : Rahmawati Shoufiah, S.ST., M.Pd

NO HARI/TANGGAL MATERI SARAN TTD TTD


YANG DI PEMBIMBING
KONSULKAN PEMBIMBI MAHASIS
NG WA
a. Penulisan judul
1 14 januari 2020 BAB I cover harus
berbntuk
Latar belakang
pyramid
masalah
b. Format margin
harus sesuai
c. Data pada efusi
pleura belum
di masukan
d. Masalah, solusi
dan perawat
belum di
cantumkan
e. Prevalensi
belum di
cantumkan
f. Penulisan klien
diganti menjadi
pasien
g. Kata
pengantar,
daftar isi,daftar
pustaka belum
saatnya
dicantumkan
a. Perhatikan
2 4 februari 2020 BAB I spasi yang
digunakan
Latar belakang
b. Masalah yang
masalah
muncul pada
efusi pleura
belum
dicantumkan
c. Komplikasi
efusi pleura
d. Data efusi
pleura harus
dicantumkan
a. Penelitian
3 10 februari 2020 BAB I-II sebelumnya
harus
Latar belakag
dimasukan
maslah –
b. Pengetikan
metode
disesuaikan
penelitian
c. Penomoran
harus rapih
d. Tambahkan
gangguan
pernapasan
e. Sumber belum
dimasukan
f. Definisi
operasional
diperbaiki
g. Umur pasien
diperbaiki
h. Pint ke 5 di
bab 3
penulisan di
perbaiki

a. Penomoran
4. 21 februari 2020 BAB I - III diubah menjadi
abjad
b. Perbaiki bagan
pathway
c. Intervensi
sesuaikan
dengan
siki,sdki,slki
d. Tambahkan
kata pada
asuhan
keperawatan
e. Bahasa
operasional
f. Tambahkan
tanggal di
jadwl
penelitian
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Tika Herlia

NIM : P07220117077

Judul : Literatur Review asuhan keperawatan pada pasien dengan

efusi pleura

Nama pembimbing : Rahmawati Shoufiah, S.ST., M.Pd

NO HARI/TANGGAL MATERI SARAN TTD TTD


YANG DI PEMBIMBING PEMBIMB MAHASI
KONSULKAN ING SWA
1 28 April 2020 BAB 4 Lampirkan askep
Hasil & yang asli pada
Pembahasan pasien 1 dan
pasien
2
2 1 Mei 2020 BAB 4 a. di telaah
Hasil & kembali Bab 4
Pembahasan dan 5
b. penomoran
pada tabel di
baiki
c. nomor pada
rekamedik
ganti dengan
yang baru
d. Ds & Do
dilengkapi lagi
sesuai
pengkajian
e. 5. lengkapi
tanda mayor
dan mior pada
diagnose
3 13 mei 2020 BAB III-V a. tabel pasien
Metodologi 1&2 jadikan
penelitian – Satu
penutup b. daftar pustaka
pasien ke 2 di
cantumkan
c. sumber di
cantumkan
d. Bab 3 isi di
sesuaikan
dengan
peraturan kti
yang baru
4. 28 juni 2020 BAB I –V a. Cover
Pendahuluan - digabung
penutup b. Lembar
persetujun
disamakan
c. Perbaiki kata
kata proposal
dengan Kayra
tulis ilmiah
d. Manfaat di
perbaiki
e. Bagian abstrak
ditambahkan
literature rivew
f. Bagian hasil
ditambahkan
sumber pada
bagian bawah
table
g. Saran di
perbaiki
LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL

Nama : Tika Herlia

NIM : P07220117077

Judul : Literatur Review asuhan keperawatan pada pasien dengan

efusi pleura

Nama pembimbing : Nurhayati, S.ST., M.Pd

NO HARI/TANGGAL MATERI SARAN TTD TTD


YANG DI PEMBIMBING PEMBIM MAHA
KONSULKAN BING SISWA

1 15 januari 2020 BAB I a. Penulisan judul


Latar belakang cover harus
masalah sesuai buku
panduan
b. Pengetikan
harus sesuai
buku panduan
2 8 januari 2020 BAB I a. Nyeri
Latar belakang termasuk
masalah diagnose
b. Penelitian
pendahuluan
harus
dicantumkan
c. LBM masih
dangkal
diperbaiki lagi
3 19 februari 2020 BAB I a. Perbaiki
Latar belakag penomoran
masalah b. Perbaiki
pengetikan
4. 21 maret 2020 BAB I - III a. Yang diberi
tanda merah
pada proposal
diperbaiki lagi
b. Bab 2
menggunakan
sub bab
sesuai buku
panduan
c. Pathway
dipaparkan
dulu setelah itu
diagnose
keperawatan
5 26 maret 2020 BAB I - III a. Perbaiki
penulisan
b. Telaah kembali
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Tika Herlia

NIM : P07220117077

Judul : Literatur Review asuhan keperawatan pada pasien dengan

efusi pleura

Nama pembimbing : Nurhayati, S.ST., M.Pd

NO HARI/TANGGAL MATERI YANG SARAN TTD TTD


DI PEMBIMBING PEMBIMB MAHA
KONSULKAN ING SISWA

BAB IV-V a. Penomoran


1 30 April 2020 Hasil - penutup tabel
diperbaiki
b. Rekamedik di
ubah
c. DS & DO
dilengkapi
sesuai
pengkajian
d. Perbaiki
diagnose ke
3
e. Pelaksanaan
di pola
nafas
diperbaiki
f. Ditelaah
kembali
2 17 Mei 2020 BAB I – V a. Perbaiki
pengetikan
b. ACC
LAMPIRAN : FOTO SEMINAR HASIL

Anda mungkin juga menyukai