2/Apr-Jun/2020
126
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
yaitu dengan mengajukan gugatan baru uraian di atas penulis tertarik untuk menulis
tersendiri, lepas dari gugatan asal. skripsi yang berjudul “GUGATAN REKONVENSI
Jika dalam pemeriksaan tingkat pertama DALAM SENGKETA PERTANAHAN MENURUT
tidak diajukan gugatan balas, maka dalam PERSPEKTIF HUKUM PERDATA”.
tingkat banding tidak dapat diajukan lagi, hal ini
seperti diatur dalam Pasal 132 a ayat (2) HIR jo. B. Rumusan Masalah
Pasal 157 ayat (4) RBG. Gugatan rekonvensi 1. Bagaimanakah gugatan rekonvensi
yang diajukan bersama dengan jawaban menurut peraturan perundang-undangan
tergugat dan tidak diajukan secara tersendiri ?
dalam proses persidangan yang lain 2. Bagaimanakah penerapan gugatan
mempunyai beberapa keuntungan antara lain rekonvensi dalam sengketa pertanahan
apabila gugatan balasan atau rekonvensi ini menurut perspektif hukum perdata ?
diajukan bersama-sama dengan jawaban
tergugat akan dapat menghemat ongkos C. Metodologi Penelitian
perkara karena pemeriksaan dilakukan Metodologi Penelitian adalah penelitian
bersamaan dengan perkara pokok sehingga hukum normatif biasa disebut penelitian yuridis
tidak lagi membayar ongkos perkara. normatif.8 Penulisan bertujuan untuk
Keuntungan selanjutnya adalah mempermudah mengungkapkan kebenaran secara sistematis,
prosedur karena secara tidak langsung metodologis, dan konsisten. Melalui proses
memotong rangkaian proses mulai dari peneletian tersebut diadakan analisa dan
pengajuan gugatan sampai dengan konstruksi terhadap data yang telah
pemanggilan para pihak untuk melakukan dikumpulkan dan diperoleh.
persidangan lagi. Rekonvensi yang diajukan
bersamaan dengan jawaban tergugat juga PEMBAHASAN
dapat menghindarkan putusan-putusan yang A. Gugatan Rekonvensi menurut Peraturan
saling bertentangan, karena gugatan konvensi Perundang-Undangan
dan rekonvensi diselesaikan sekaligus dan Pada masyarakat Indonesia secara luas
diputus dalam satu surat putusan, kecuali kalau gugatan rekonvensi dikenal dengan sebutan
pengadilan berpendapat bahwa perkara yang gugatan balik yang dilakukan dengan cara
satu dapat diselesaikan lebih dahulu daripada menggugat balik. Frase ini sama dengan yang
yang lain. Dalam hal terjadi perkara yang satu ditemukan dalam RBG yang menggunakan frase
dapat diselesaikan lebih dahulu dari pada yang gugatan balik dan di dalam HIR digunakan
lain maka pemeriksaan perkaranya yang dapat tuntutan balik. Istilah asli dari kata rekonvensi
didahulukan akan diperiksa terlebih dahulu berasal dari bahasa Belanda reconventie (eis in
aman tetapi gugatan semula dan rekonvensi reconventie), sebagai lawan dari conventie (eis
yang belum diputuskan tetap diperiksa oleh in conventie), kemudian di Indonesiakan
hakim yang sama sampai dijatuhkan putusan menjadi rekonvensi dan gugatan asalnya di
terakhir. Indonesiakan juga menjadi konvensi.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan HIR, Dasar hukum gugatan rekonvensi di atur
rekonvensi yang dilakukan tergugat terhadap dalam HIR Pasal 132 a dan Pasal 132 b, serta
penggugat sebagai tindakan yang bertujuan dalam RBG di atur dalam Pasal 157 dan Pasal
memperoleh perlindungan hak tergugat yang 158. Pasal 132 a Ayat (1) HIR menyatakan:
diajukan oleh penggugat. Pengajuan gugatan Dalam tiap-tiap perkara, tergugat berhak
rekonvensi harus berdasarkan peraturan yang mengajukan tuntutan balik, kecuali: (RV. 244.)
berlaku dan memperhatikan langkah-langkah 1. Bila penggugat semula itu menuntut
dalam mengajukan gugatan rekonvensi, agar karena suatu sifat, sedang tuntutan balik
gugatan rekonvensi dapat diterima oleh itu mengenai dirinya sendiri, atau
pengadilan negeri. Oleh sebab itu tergugat sebaliknya; (KUHPerd. 383, 452, 1655
hendaknya mengajukan gugatan rekonvensi dst.)
dengan mematuhi ketentuan yang berlaku agar
tidak menimbulkan masalah-masalah yang baru
dan menghabiskan waktu dan biaya. Atas dasar 8 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika,
Jakarta, 2014, Hlm. 12.
127
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
128
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
perbedaan interpretasi terkait dengan kata gugatan itu, harus mengenai sengketa yang
“jawaban”, yang tidak menjelaskan tentang benar-benar bersangkut paut hubungan
jawaban yang mana atau jawaban yang hukumnya antara pemberi kuasa dengan
keberapa gugatan rekonvensi tersebut harus tergugat. Contohnya, A bertindak sebagai kuasa
diajukan. Ada yang berpendapat bahwa B mengajukan gugatan kepada C tentang
gugatan rekonvensi harus diajukan bersamaan sengketa hak milik tanah. A mempunyai utang
dengan jawaban tergugat yang pertama, dan kepada C. Dalam peristiwa semacam ini
tidak dapat diajukan pada saat mengajukan undang-undang melarang atau tidak
duplik. Pendapat semacam ini didasarkan membenarkan C mengajukan gugatan
dengan Putusan Mahkamah Agung No. 346 rekonvensi kepada A mengenai utang tersebut.
K/Sip/1975 yang pada intinya menyatakan Sengketa ini harus diajukan oleh C secara
“Karena gugatan rekonvensi baru diajukan pada tersendiri kepada A melalui prosedur gugatan
jawaban tertulis kedua, gugatan rekonvensi perdata biasa.
tersebut adalah terlambat”. Dari penjelasan di atas, apabila penggugat
bertindak dalam kedudukan melaksanakan
B. Penerapan Gugatan Rekonvensi dalam tugas, sedang rekonvensi ditunjukan kepada
Sengketa Pertanahan menurut Perspektif diri pribadinya, gugatan itu melanggar
Hukum Perdata ketentuan Pasal 132 a ayat (1) ke-1 HIR.
Pasal 132a ayat (1) HIR, mengatur bahwa Misalnya, wali dalam melaksanakan fungsi
tergugat berhak mengajukan gugatan perwakilan, mengajukan gugatan untuk dan
rekonvensi dalam setiap perkara. Jadi, pada atas nama orang yang berada di bawah
prinsipnya terhadapa perkara apapun dapat perwakilan. Tergugat dilarang mengajukan
diajukan gugatan rekonvensi. Akan tetapi, gugatan rekonvensi yang menyangkut sengketa
ternyata pasal tersebut mencantumkan pribadi antara wali dengan tergugat. Atau
pengecualian, berupa larangan mengajukan direktur perseroan berdasarkan pasal 82 UU PT.
gugatan rekonvensi terhadap gugatan konvensi Menurut pasal tersebut, direksi bertugas
dalam perkara tertentu. Larangan pengajuan mewakili perseroan di dalam maupun diluar
gugatan rekonvensi yaitu: pengadilan. Dalam kedudukan dan kapasitas
1. Larangan mengajukan gugatan rekonvensi tersebut, salah seorang direksi menggugat A
kepada diri orang yang bertindak untuk membayar utangnya kepada A. Dalam
berdasarkan suatu kualitas. kasus seperti itu A dilarang mengajukan
Larangan tentang hal ini diatur dalam Pasal gugatan rekonvensi kepada diri pribadi direksi
132 a ayat (1) ke 1 HIR yang tidak dimaksud agar melunasi utangnya atau supaya
memperbolehkan pengajuan gugatan utang pribadi deireksi itu dikompensasi dengan
rekonvensi kepada diri pribadi penggugat, utang A kepada perseroan. Kalau A ingin
sedangkan dia tengah bertindak sebagai menuntut utangnya kepada direksi itu, ia tidak
penggugat mewakili kepentingan pemberi dapa mengajukannya melalui jalur gugatan
kuasa (principal). Misalnya, seorang kuasa yang rekonvensi, tetapi ia harus mengajukan gugatan
bertindak mengajukan gugatan kepada perdata yang terpisah dan berdiri sendiri.
tergugat untuk kepentingan dan atas nama (on Demikian halnya dengan pengurus Yayasan
behalf) pemberi kuasa (principal). Berarti kuasa menurut pasal 35 ayat (1) Undang-undang
tersebut adalah orang yang bertindak dalam Nomor 16 Tahun 2002. Pengurus Yayasan
kualitas mewakili kepentingan pemmberi memiliki fungsi dan kapasitas mewakili Yayasan
kuasa. di dalam dan di luar pengadilan. Oleh karena
Dalam kasus diatas, tergugat dilarang atau itu, apabila pengurus bertindak menggugat
tidak dibenarkan mengajukan gugatan seseorang di pengadilan, orang tersebut
rekonvensi mengenai perkara yang ditunjukkan dilarang mengajukan gugatan rekonvesi kepada
kepada diri pribadi kuasa. Jika tergugat hendak diri pribadi pengurus itu, tetapi ia dapat
mengajukan rekonvensi, harus ditujukan mengajukan gugatan perdata tersendiri.
kepada diri pribadi pemberi kuasa dalam status 2. Larangan mengajukan gugatan rekonvensi di
dan kepastiannya sebagai pemberi kuasa luar yurisdiksi Pengadilan Negeri yang
(principal), serta perkara yang diajukan dalam memeriksa perkara
129
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
Larangan ini diatur dalam Pasal 132 a ayat efektif atau efisien, pelanggaran atau asas
(1) ke 2 HIR, namun larangan dalam pasal ini forum rei sitae dapat dibenarkan. Oleh karena
hanya dapat diterapkan sepanjang mengenai itu, D dibenarkan Mengajukan gugatan
pelanggaran yurisdiksi absolut, tetapi dapat rekonvensi terhadap C mengenai sengketa hak
ditolerir apabila yang dilanggar adalah milik atas tanah tersebut berhadapan dengan
kompetensi relatif. Contohnya, A menggugat B gugatan utang piutang yang diajukan C
atas sengketa jual beli tanah. Terhadap gugatan kepadanya di Pengadilan Negeri Bandung.
tersebut, B mengajukan gugatan rekonvensi Pendapat di atas dapat disetujui, demi
mengenai sengketa hibah. Tindakan B tersebut terlaksananya asas peradilan sederhana, cepat,
tidak dapat dibenarkan, karena sesuai dengan dan biaya ringan. Memang ada putusan
ketentuan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 50 mahkamah agung yang tidak sejalan dengan
Tahun 2009 tentang Peradilan Agama,9 pendapat di atas, yang menegaskan suatu
sengketa hibah bagi yang beragama Islam gugatan rekonvensi dianggap tidak memenuhi
menjadi yurisdiksi absolut lingkungan peradilan syarat formil apabila gugatan yang di ajukan
agama. melanggar konvensi relatif. Pendapat yang
Gugatan rekonvensi yang melanggar terkandung dalam putusan tersebut, dianggap
kompetensi relatif dapat dibenarkan demi terlampau formalistis dan sangat menyimpang
tegaknya asas peradilan yang sederhana, cepat, dari asas peradila sederhana, cepat, dan biaya
dan biaya ringan. Contohnya, A berdomisili di ringan. Dapat dikatakan putusan ini tidak
Bogor mengajukan gugatan ke Pengadilan rasional dan kurang layak dijadikan pedoman.
Negeri Bandung kepada B yang bertempat Dengan demikian, larangan yang tercantum
tinggal di Bandung. Dalam kasus tersebut, B dalam Pasal 132 a ayat (1) ke-2 HIR tersebut,
dibenarkan mengajukan gugatan rekonvensi hanya tepat diterapkan sepanjang mengenai
kepada A meskipun hal ini melanggar pelaggaran yurisdiksi absolut, tapi dapat
kompetensi relatif berdasar asas actor sequitur ditolelir apabila yang dilanggar adalah
forum rei Pasal 118 ayat (1) HIR, yang kompetensi relatif.
menggariskan, gugatan harus diajukan di 3. Gugatan rekonvensi terhadap eksekusi
daerah hukum Pengadilan Negeri tempat Larangan mengajukan guagatan rekonvensi
tinggal tergugat. Berarti secara konvensional, terhadap sengketa yang menyangkut
jika B hendak menggugat A sesuai dengan perlawanan terhadap eksekusi putusan.
ketentuan Pasal 118 ayat (1) HIR, harus Misalnya A mengajukan perlawanan terhadap
diajukan ke Pengadilan Negeri Bogor, karena A eksekusi putusan peradilan yang telah
bertempat tinggan di Pengadilan Negeri Bogor. berkekuatan hukum tetap. Terhadap gugatan
Akan tetapi untuk tegaknya pelaksanaan sistem perlawanan tersebut, pihak terlawan tidak
peradilan yang efektif dan efisien, B dibenarkan dibenarkan mengajukan gugatan rekonvensi.
mengajukan gugatan rekonvensi di Pengadilan Alasan larangan tersebut, gugatan pelawan
Negeri Bandung, meskipun terjadi pelanggaran terhadap eksekusi putusan, dianggap sebagai
yurisdiksi relatif. Cotoh lain, C mengugat D perkara yang sudah selesai diputus
untuk membayar utang di Pengadilan Negeri persengketaannya. Dalam teori dan praktik
Bandung. Terhadap gugatan itu, D mengajuan dikatakan, sengketa eksekusi atau executie
gugatan rekonvensi atas sengketa hak milik geschillen adalah sengketa yang sudah selesai
tanah yang terletak di wilayah hukum pokok perkaranya.
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Berarti Akan tetapi, kalu bertitik tolak dari
secara konvensional berdasarkan pasal 118 ketentuan Pasal 379 Rv, yang menyatakan tata
ayat (3) HIR, pasal 99 ayat (8) Rv, oleh karena cara pemeriksaan perkara gugatan biasa
objek gugatan rekonvensi adalah tanah (benda berlaku sepenuhnya terhadap gugatan
tetap), gugatan harus diajukan berdasarkan perlawanan, baik yang berbentuk derden verzet
asas forum rei sitae, dalam hal ini Pengadilan (perlawanan pihak ketiga) atau partay verzet
Negeri Jakarta Selatan tempat tanah itu berada. (perlawanan para pihak), berarti hukum
Namun demi tegaknya sistem peradilan yang memperbolehkan terlawan mengajukan
gugatan rekonvensi atas gugatan perlawanan
9 Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, Tentang terhadap eksekusi. Sehubungan adanya
Peradilan Agama, Pasal 49.
130
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
kontroversi dalam ketentuan Pasal 132 a ayat gugatan rekonvensi pada saat proses
(1) ke-3 (tiga) HIR dengan Palas 379 Rv, dalam pemeriksaan berlangsung di Pengadilan Negeri,
praktik terdapat acuan penerapan yaitu jalan keluar yang harus ditempuh adalah
terhadap perlawanan berbentuk derden verzet dengan mengajukan gugatan perkara biasa.
yang mengandung dalil dan argumentasi lain 5. Larangan mengajukan gugatan rekonvensi
yang masih berkaitan langsung dengan pokok pada tingkat kasasi
materi yang dilawan, secara kasuistik Tidak dijumpai ketentuan undang-undang
dimungkinkan mengajukan gugatan rekonvensi. yang melarang secara tegas pengajuan gugatan
Akan tetapi, apabila gugatan perlawanan rekonvensi dalam tingkat kasasi. Dengan
berbentuk partay verzet yang sifat gugatannya demikian, berdasarkan prinsip penafsiran a
murni mengenai sengketa eksekusi dilarang contrario, boleh mengajukan gugatan
mengajukan gugatan rekonvensi. rekonvensi pada tingkat kasasi, karena undang-
4. Larangan mengajukan gugatan rekonvensi undang sendiri tidak tegas melarangnya. Akan
pada tingkat banding tetapi, fungsi Mahkamah Agung sebagai
Larangan ini ditegaskan dalam Pasal 132 a peradilan kasasi, bukan peradilan judex facti
ayat (2) HIR. Pasal 132 a ayat (2) HIR mengatur yang berwenang memeriksa dan menilai
bahwa apabila dalam proses pemeriksaan permasalahan fakta (feitelijke kwesties).
tingkat pertama, yaitu di Pengadilan Negeri Sehingga tidak dibenarkan mengajukan
tidak diajukan gugatan rekonvensi, hal tersebut rekonvensi kepada Mahkamah Agung dalam
tidak dapat diajukan dalam tingkat banding di tingkat kasasi, meskipun tidak ada ketentuan
Pengadilan Tinggi. Dengan demikian, kebolehan yang melarangnya. Larangan tentang itu
dan kesempatan mengajukan gugatan dijumpai dalam putusan Mahkamah Agung No.
rekonvensi, hanya pada tahap pemeriksaan 209 K/Sip/1970 yang mengatakan gugatan
Pengadilan Negeri. Gugatan rekonvensi yang rekonvensi dalam tingkat kasasi tidak dapat
diajukan, baik tersendiri maupun dalam diajukan. Oleh karena itu, kalau pada peradialn
memori banding, tidak memenuhi syarat formil, tingkat pertama tergugat lalai mengajukan
karena diajukan kepada instansi pengadilan gugatan rekonvensi, gugatan itu harus diajukan
yang tidak memiliki yuridiksi untuk itu. Lain secara tersendiri melalui gugatan perdata biasa
halnya jika dalam tingkat pertama diajukan ke Pengadilan Negeri.
gugatan rekonvensi maka gugatan itu berlanjut Misalnya, A menggugat B untuk membayar
meliputi yuridiksi Pengadilan Tinggi dalam utang. Kebetulan pada saat yang bersamaan
tingkat banding. Oleh karena itu, jika pada dengan gugatan itu, B mempunyai tagihan
tingkat Pengadilan Negeri tergugat mengajukan utang pula kepada A, sehingga sangat
gugatan rekonvensi lantas pada tingkat proposional sekali, B mengajukan gugatan
banding, Pengadilan Tinggi lalai rekonvensi berdasarkan dalil ipso jure
mempertimbangkan dan memutusnya, maka compensatur yang digariskan Pasal 1426 Kitab
hal itu dianggap merupakan pelanggaran Undang-Undang Hukum Perdata, yang
terhadap tata tertib beracara. Hal ini ditegaskan menyatakan kompensasi terjadi demi hukum
dalam putusan Mahkamah Agung Nomor. 1250 atau ipso jure compensatur. Akan teapi B lalai
K/Pdt/1986, bahwa Pengadilan Tinggi yang lalai mengajukan gugatan rekonvensi tentang itu
mempertimbangkan dan memutus gugatan pada tingkat Pengadilan Negeri, hal tersebut
rekonvensi dalam tingkat banding, dianggap tidak dapat diajukan pada tingkat banding atau
telah melakukan kekeliruan dalam tata cara kasasi, harus diajukan sebagai gugatan perdata
mengadili dan dapat dijadikan alasan oleh biasa yang tersendiri kepada Pengadilan
Mahkamah Agung untuk membatalkan Negeri.10
putusan, dan bersamaan dengan itu, Permasalahan pertanahan yang sering
memerintahkan Pengadilan Tinggi untuk terjadi di lapangan di akibatkan oleh masalah-
memeriksa dan memutus gugatan rekonvensi masalah sebagai berikut:
yang dimaksud. 1. Tumpang tindih penggunaan tanah dan
Sehubungan dengan larangan ini, apabila pertumbuhan penduduk yang terlalu
tergugat mempunyai tuntutan kepada
penggugat, tetapi lalai mengajukannya sebagai
10 Ibid, Hlm. 554-563
131
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
132
Lex Privatum Vol. VIII/No. 2/Apr-Jun/2020
133