Anda di halaman 1dari 20

INOVASI MODEL, PENDEKATAN, DAN STRATEGI PEMBELAJARAN

INOVASI PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

KELAS/SEMESTER : PMM-1 & PMM-2 / VI

1. Inayah Rizki Khaesarani (0305181049)


2. Syilfy Adha SK (0305183170)

DOSEN PENGAMPU : Dr. Rusydi Ananda, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATRA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah Swt, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Inovasi Model, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran” dengan tepat waktu.
Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas makalah secara kelompok pada mata
kuliah “Inovasi Pendidikan”. Pemakalah juga berterima kasih kepada Bapak Dr. Rusydi
Ananda, M.Pd yang sudah memberikan bimbingan dan saran dalam terwujudnya
makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu pemakalah mohon kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Semua kritik, saran, dan petunjuk yang diberikan akan diterima dengan
senang hati. Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih semoga dapat bermanfaat
dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 25 April 2021

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Model Inovasi Pendidikan .............................................................................. 3
B. Pendekatan Inovasi Pendidikan ...................................................................... 7
C. Strategi Inovasi Pendidikan ............................................................................ 8

BAB III SIMPULAN ......................................................................................... 16

SUMBER RUJUKAN ....................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembelajaran merupakan suatu konsep yang sangat kompleks dalam


menjadikan suatu kegiatan pembelajaran yang terjadi menjadi lebih efektif, efisien dan
kondusif. Proses ini melibatkan berbagai unsur dalam satu lingkungan belajar, baik
guru, siswa, media, dan unsur lain yang menunjang terjadinya interaksi belajar.
Pembelajaran yang terjadi selama ini diartikan sebagai pembelajaran konvensional yang
hanya memfokuskan pada komunikasi verbalistik, sentralisasi guru, pembelajaran yang
otoriter, gurulah yang berhak menentukan apa yang akan dipelajari oleh siswa dan
faham-faham yang tidak memberikan ruang kreatifitas baik bagi siswa dalam
mengembangkan pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

Menyikapi hal itu, pemakalah mencoba untuk memberikan penjelasan


mengenai model, pendekatan, dan strategi pembelajaran terhadap kegiatan manusia
dalam berinovasi untuk meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat menyinkronkan
kurikulum yang berlaku. Pemakalah juga berusaha mengangkat beberapa model
pembelajaran yang bisa dijadikan rujukan oleh guru dalam menerapkan model,
pendekatan, dan strategi pembelajaran yang bersifat inovatif dan berorientasi pada
prinsip-prinsip konstruktifis yang saat ini sangat dianjurkan bagi setiap guru dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas. Pembelajaran inovatif ini dilengkapi dengan
model, pendekatan, dan strategi pembelajaran yang sangat variatif dengan sintaks atau
langkah-langkahnya yang terstruktur dan sistematis sehingga dapat menciptakan inovasi
yang menarik dalam pembelajaran di kelas. Di antaranya model pembelajaran langsung,
kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah, inkuiri, atau belajar melalui penemuan.

Demikianlah makalah ini dibuat dengan harapan dapat menjadi salah satu
referensi bagi setiap pembaca dalam mengembangkan kemampuannya dalam
mengembangkan suatu proses pembelajaran yang berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran yang inovatif.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja model inovasi pendidikan?
2. Apa saja jenis pendekatan inovasi dalam pembelajaran?
3. Apa saja jenis strategi inovasi pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Menjadikan model pembelajaran inovatif sebagai rujukan pertama dalam
mengembangkan model pembelajaran.
b. Meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam mengaplikasikan model
pembelajaran inovatif dalam meningkatkan keterampilan mengajar sebagai
calon guru yang professional.
c. Meningkatkan keterampilan menulis sehingga dapat meningkatkan kualitas
menulis karya ilmiah.
2. Bagi Pembaca
a. Memberikan informasi penting tentang inovasi model, pendekatan, strategi
pembelajaran.
b. Sebagai referensi dan pedoman dalam memperdalam disiplin ilmu Inovasi
Pendidikan.
c. Menuangkan pengetahuan tentang pembelajaran inovatif, manfaat, tujuan,
contoh-contoh dan penerapannya, serta kesesuaiannya dengan kurikulum yang
berlaku.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Diharapkan pada akhirnya dapat menjadi guru yang profesional dengan
kemampuan mengajar yang selalu inovatif dengan mengacu pada prinsip-prinsip
pengembangan model pembelajaran yang inovatif dan mampu menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan bagi tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Bagi Pembaca
Bermanfaat agar bisa menerapkan model-model pembelajaran inovatif
dengan baik dan benar sesuai dengan motivasi yang positif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Inovasi Pendidikan

1. Pengertian Model
Beberapa para ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian model,
antara lain:
a. Pribadi menjelaskan bahwa model adalah upaya untuk mengkonkretkan sebuah
teori sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-
variabel yang terdapat di dalam teori tersebut.
b. Sagala menjelaskan bahwa model adalah kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.
c. Richey, dkk menjelaskan bahwa model adalah representasi realitas yang
disajikan dengan tingkat struktur dan keteraturan dan model ideal yang
disederhanakan dari sebuah realitas. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
model dapat digunakan untuk mengorganisasikan pengetahuan dari berbagai
sumber kemudian dipakai sebagai stimulus untuk mengembangkan hipotesis
dan membangun teori ke dalam istilah/keadaan yang konkrit untuk
menerapkannya pada praktek atau menguji teori.
d. Snelbecker menjelaskan bahwa model adalah konkretisasi teori yang bertujuan
sebagai perantara proses dan variabel yang terdapat dalam teori tersebut.
e. Prawiradilaga menjelaskan model dapat diartikan sebagai tampilan grafis,
prosedur kerja yang teratur atau sistematis serta mengandung pemikiran
bersifat uraian atau penjelasan beserta saran.1

Berdasarkan rumusan definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas,


dapat disimpulkan bahwa pengertian model adalah sebuah rangkaian hubungan
yang logis baik dalam bentuk kuantitatif maupun kualitatis yang mengaitkan ciri-
ciri realitas yang relevan secara bersama dengan apa yang menjadi perhatian kita.

1
Rusydi Ananda dan Amiruddin, Inovasi Pendidikan Melejitkan Potensi Teknologi dan Inovasi
Pendidikan, (Medan: Widya Puspita, 2017), hal. 63-64.

3
Dengan demikian dalam sebuah model akan terkandung sejumlah komponen yang
menjadi ciri dari suatu realita dan yang saling terhubung secara logis.

2. Pengertian Inovasi

Inovasi (innovation) adalah suatu ide, barang, kejadian, atau metode yang
dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang bagi bagi seseorang atau sekelompok
orang, baik itu berupa hasil diskoveri maupun invensi. Tujuan diadakannya inovasi
adalah untuk memecahkan suatu masalah tertentu.2 Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa inovasi bersifat subyektif dan spesifik.

Beberapa para ahli mendefinisikan inovasi sebagai berikut:


a. An innovation is an idea for accomplishing some recognition social and in a
new way or for a means of accomplishing some social (Elly, 4 1982, Seminar
on Educational Change). Artinya sebuah inovasi adalah ide untuk
mendapatkan pengakuan sosial dan cara baru atau sarana untuk mencapai
pengakuan sosial.
b. Innovation is the creative selection, organization, and utilization of human and
material resources in new and unique ways which will result in the attainment
of a higher level of achievement for the defined goals and objectives
(Huberman, 1973). Artinya, inovasi adalah proses kreatif dalam memilih,
mengorganisasi, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan material dalam
cara-cara baru atau dan unik yang akan menghasilkan pencapaian lebih tinggi
untuk tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
c. An innovation is an idea, practice, or object that is perceived as new by an
individual or other unit of adoption. It matters little, so far as human behavior
is concerned, whether or not an idea is “objectively” new as measured by the
lapse of time since its first use or discovery. The perceived newness of the idea
for the individual determines his or her reaction to it. If the idea seems new to
the individual, it is an innovation (Rogers, 1983). Artinya, sebuah inovasi
adalah suatu ide, praktik, atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau
kelompok individu. Tidak penting, sejauh perilaku manusia yang bersangkutan,
apakah ide itu “obyektif” baru yang diukur dengan selang waktu sejak
2
Muhammad Kristiawan, dkk. Inovasi Pendidikan, (Jawa Timur: WADE GROUP, 2018), hal. 3.

4
penggunaan pertama atau penemuan. Kebaharuan dirasakan dari sejauh mana
reaksi dari 6 individu terhadap ide baru tersebut. Jika ide tersebut tampak baru
bagi individu tersebut, maka itulah yang disebut inovasi.

Dari pendapat beberapa para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa inovasi
adalah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara dan barang-barang buatan
manusia yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau
kelompok orang. Sesuatu yang baru itu dapat berupa hasil diskoveri atau invensi
yang dimanfaatkan dalam mencapai tujuan tertentu dan untuk memecahkan
masalah tertentu.

3. Model Inovasi Pendidikan

Model-model dalam inovasi diciptakan sebagai kerangka dasar dalam


memahami bagaimana suatu inovasi itu terjadi serta bagaimana melihat
kemampuan seseorang untuk menjadi inovatif, adaptif dan mampu mendifusikan
suatu inovasi tertentu. Pada mulanya model-model tersebut digunakan dalam dunia
bisnis saja, namun lama kelamaan model-model tersebut dapat diterapkan atau
diadopsi oleh dunia pendidikan.3 Adapun model dalam inovasi pendidikan antara
lain:

a. Model Konfigurasi

Model konfigurasi atau disebut juga konfigurasi teori difusi inovasi


yang dikenal dengan istilah CLER (Configuration, linkage, environment,
resources). Model CLER ini merupakan model dengan pendekatan secara
komprehensif untuk mengembangkan strategi inovasi pada situasi yang
berbeda. Berikut paparan mengenai model CLER:

1) Konfigurasi (configuration) artinya menunjukkan bentuk hubungan


innovator dengan penerima dalam konteks sosial atau hubungan dalam
situasi sosial dan politik.
2) Hubungan (linkage), yaitu hubungan antara pelaku dalam proses
penyebaran inovasi. Innovator dan adopter harus berada dalam hubungan
3
Ibrahim, Inovasi Pendidikan, (Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan, 1988), hal. 21.

5
yang memungkinkan didengarkannya dan diperhatikannya inovasi yang
didifusikan.
3) Lingkungan (environment), yaitu cara keadaan lingkungan sekitar menjadi
tempat penyerbaran inovasi, baik fisik, sosial, maupun intelektual yang
secara umum bersifat netral dengan mempengaruhi atau mungkin
menghambat terhadap tingkah laku tertentu.
4) Sumber (resource), yaitu sumber yang tersedia bagi inovator dan penerima
dalam proses transisi penerimaan inovasi. Inovator memerlukan kejelasan
konsep agar dapat menyusun desain pengembangan dan menentukan
strategi inovasi. Dengan begitu, adopter memerlukan kejelasan konsep
untuk memahami inovasi sehingga dapat menerapkan inovasi sesuai yang
diharapkan.4

b. Model Penelitian, Pengembangan dan Difusi

Model inovasi ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap orang


memerlukan perubahan. Unsur pokok perubahan ialah penelitian,
pengembangan, dan difusi.5

c. Model Pengembangan Organisasi

Model ini berorientasi pada organisasi daripada sistem sosial. Model


ini berpusat pada sekolah. Model pengembangan organisasi ini berorientasi
pada nilai yang tinggi, artinya model ini juga mendasarkan pada filosofi yang
menyarankan agar sekolah tidak hanya diberi tahu tentang inovasi pendidikan
disuruh menerimanya, tetapi sekolah hendaknya mampu mempersiapkan diri
untuk memecahkan sendiri masalah pendidikan yang dihadapinya.

4
Rusydi Ananda dan Amiruddin, Op. Cit., hal. 64-65.
5
Ibid., hal. 65.

6
B. Pendekatan Inovasi Pembelajaran

1. Konsep Pendekatan Pembelajaran


Menurut Sanjaya mengemukakan bahwa “Pendekatan dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum”.6
Berdasarkan kajian terhadap pendapat ini, maka pendekatan merupakan
langkah awal pembentukan suatu ide dalam memandang suatu masalah atau objek
kalian, yang akan menentukan arah pelaksanaan ide tersebut untuk menggambarkan
perlakuan yang diterapkan terhadap masalah atau objek kajian yang akan ditangani.

2. Jenis-Jenis Pendekatan Pembelajaran


Roy Kellen mencatat bahwa terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran,
yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (Teacher Centered Approaches) dan
pendekatan yang berpusat pada siswa (Student Centered Approaches). Berikut
penjelasannya sebagai berikut:7

a. Pendekatan yang berpusat pada guru (Teacher Centered Approaches)


Pendekatan yang berpusat guru menurunkan strategi pembelajaran
langsung, pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Dalam
pendekatan ini, guru menempatkan diri sebagai orang yang serba tahu dan
sebagai satu-satunya sumber belajar.
Dampak negatif dari pendekatan ini adalah siswa menjadi pendengar
yang baik, pasif, dan kurang memotivasi diri untuk memahami materi pelajaran
yang sedang dipelajari, serta guru harus berupaya keras untuk memaksimalkan
dan mengontrol proses pembelajaran di kelas dengan baik agar sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Sedangkan, dampak positif adalah guru dapat berlatih
dan terus berlatih untuk memaksimalkan proses pembelajaran yang ia bawakan
dengan lancar dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

b. Pendekatan yang berpusat pada siswa (Student Centered Approaches)

6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008), hal. 54-55.
7
Ibid., hal. 60-62.

7
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa adalah pendekatan
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai objek belajar dan kegiatan
belajar bersifat modern. Pendekatan pebelajaran berorientasi pada siswa,
manajemen, dan pengelolaannya ditentukan oleh siswa. Pada pendekatan ini
siswa memiliki kesempatan yang terbuka untuk melakukan kreativitas dan
mengembangkan potensinya melalui aktivias secara langsung sesuai dengan
minat dan keinginannya, dengan menurunkan strategi pembelajaran discovery
dan inkuiry serta pembelajaran induktif.
Dampak positif dari pendekatan ini adalah mendorong siswa untuk
aktif mencari, menemukan, dan merumuskan sendiri hasil belajarnya melalui
proses berpikir dan bernalar, serta guru hanya sebagai pembimbing dalam
proses pembelajaran agar siswa tidak melenceng dalam menemukan
permasalahan pada materi yang dikaji. Sedangkan, dampak negatif terletak
kepada usaha anak berkeinginan maju atau tidak, jika tipe siswa pemalas maka
mereka juga tidak dapat beradaptasi dengan pendekatan ini, hal itu
menunjukkan usaha yang sia-sia saja. Jadi, kunci utamanya terletak kepada
siswa itu sendiri.

C. Strategi Inovasi Pendidikan

1. Strategi Inovasi Pendidikan

Sa’ud menjelaskan terdapat 4 (empat) jenis strategi inovasi, yaitu (1) strategi
fasilitatif, (2) strategi pendidikan, (3) strategi bujukan, dan (4) strategi paksaan.8

a. Strategi Fasilitatif (facilitative strategies)

Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakan strategi


fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial yang telah ditentukan,
diutamakan penyediaan fasilitas dengan maksud agar program perubahan sosial
akan berjalan dengan mudah dan lancar.
Strategi fasilitatif akan dapat dilaksanakan dengan tepat jika diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:

8
Udin Syaefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 13-17.

8
1) Strategi fasilitatif dapat digunakan dengan tepat jika sasaran perubahan (klien):
a) Mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target
perubahan (tujuan).
b) Merasa perlu adanya perubahan atau perbaikan.
c) Bersedia menerima bantuan dari luar dirinya.
d) Memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau
memperbaiki dirinya.
2) Sebaiknya strategi fasilitatif dilaksanakan dengan disertai program yang dapat
menimbulkan kesadaran pada klien atas tersedianya fasilitas atau tenaga
bantuan yang diperlukan.
3) Strategi fasilitatif tepat juga digunakan sebagai kompensasi motivasi yang
rendah terhadap usaha perubahan sosial.
4) Menyediakan berbagai fasilitas akan sangat bermanfaat bagi usaha perbaikan
sosial jika klien menghendaki berbagai macam kebutuhan untuk memenuhi
tuntutan perubahan sosial yang diharapkan.
5) Penggunaan strategi fasilitastif dapat juga dengan cara menciptkan peran yang
baru dalam masyarakat jika ternyata peran yang sudah ada di masyarakat tidak
sesuai dengan penggunaan sumber atau fasilitas yang diperlukan.
6) Usaha perubahan dengan menyediakan berbagai fasilitas akan lebih lancar
pelaksanannya jika pusat kegiatan organisasi pelaksana perubahan sosial
berada di lokasi tempat tinggal sasaran (klien).
7) Strategi fasilitatif dengan menyediakan dana serta tenaga akan sangat
diperlukan jika klien tidak dapat melanjutkan usaha perubahan sosial karena
kekurangan sumber dana dan tenaga.
8) Perbedaan sub bagian dalam klien akan menyebabkan perbedaan fasilitas yang
diperlukan untuk penekanan perubahan tertentu pada waktu tertentu.
9) Strategi fasilitatif kurang efektif jika:
a) Digunakan pada kondisi sasaran perubahan yang sangat kurang untuk
menentang adanya perubahan sosial.
b) Perubahan diharapkan berjalan dengan cepat, serta tidak sikap terbuka dari
klien untuk menerima perubahan.

9
b. Strategi Pendidikan (re-educative strategies)

Strategi ini bertujuan untuk mengadakan perubahan sosial dengan cara


menyampaikan fakta dengan maksud orang akan menggunakan fakta atau infomasi
itu untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan. Dengan dasar pemikiran
tersebut tersirat bahwa manusia akan mampu untuk membedakan fakta serta
memilihnya guna mengatur tingkah lakunya apabila fakta itu ditunjukkan
kepadanya.
Penggunaan strategi pendidikan dapat berlangsung secara efektif maka
perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Strategi pendidikan akan dapat digunakan secara tepat dalam kondisi dan
situasi sebagai berikut:
a) Apabila perubahan sosial yang diinginkan tidak harus terjadi dalam waktu
yang singkat (tidak ingin segera cepat berubah).
b) Apabila sasaran perubahan (klien) belum memiliki keterampilan atau
pengetahuan tertentu yang diperlukan untuk melaksanakan program
perubahan sosial.
c) Apabila menurut perkiraan akan terjadi penolakan yang kuat oleh klien
terhadap perubahan yang diharapkan.
d) Apabila dikehendaki perubahan yang sifatnya mendasar dari pola tingkah
laku yang sudah ada ke tingkah laku yang baru.
e) Apabila alasan atau latar belakang perlunya perubahan telah diketaui dan
dimengerti atas dasar sudut pandang klien sendiri, serta diperlukan adanya
kontrol dari klien.
2) Strategi pendidikan untuk melaksanakan program perubahan akan efektif jika:
a) Digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai untuk
digunakan sebagai dasar tindakan selanjutnya sesuai dengan tujuan
perubahan sosial yang akan dicapai.
b) Disertai dengan keterlibatan berbagai pihak, misalnya dengan adanya
sumbanagan dana, donator, serta berbagai penunjang lainnya.
c) Digunakan untuk menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau
kembali ke keadaan sebelumnya.

10
d) Digunakan untuk menanamkan pengertian tentang hubungan antara gejala
dan masalah, menyadarkan adanya masalah dan memantapkan bahwa
masalah yang dihadapi dapat dipecahkan dengan adanya perubahan.
3) Strategi pendidikan akan kurang efektif jika:
a) Tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan pendidikan.
b) Digunakan dengan tanpa dilengkapi dengan strategi yang lain.

c. Strategi Bujukan (persuasive strategies)

Program perubahan sosial dengan menggunakan strategi bujukan, artinya


untuk mencapai tujuan perubahan sosial dengan cara membujuk agar sasaran
perubahan (klien), mau mengikuti perubahan sosial yang direncanakan. Sasaran
perubahan diajak untuk mengikuti perubahan dengan cara memberikan alasan,
mendorong, atau mengajak untuk mengikuti contoh yang diberikan.
Penggunaan strategi bujukan ini perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
1) Strategi bujukan tepat digunakan bila klien:
a) Tidak berpartisipasi dalam proses perubahan sosial.
b) Berada pada tahap evaluasi atau legitimasi dalam proses pengambilan
keputusan untuk menerima atau menolak perubahan sosial.
c) Diajak untuk mengalokasikan sumber penunjang perubahan dari suatu
kegiatan atau program ke kegiatan atau program yang lain.
2) Strategi bujukan tepat digunakan jika:
a) Masalah dianggap kurang penting atau jika cara pemecahan masalah
kurang efektif.
b) Pelaksana program perubahan tidak memiliki alat kontrol secara langsung
terhadap klien.
c) Sebenarnya perubahan sosial sangat bermanfaat, tetapi menganggap
mengandung suatu resiko yang dapat menimbulkan perpecahan.
d) Perubahan tidak dapat dicobakan, sukar dimengerti, dan tidak dapat
diamati kemanfaatannya secara langsung.

11
e) Dimanfaatkan untuk melawan penolakan terhadap perubahan pada saat
awal terhadap perubahan pada saat awal diperkenalkannya perubahan
sosial yang diharapkan.

d. Strategi Paksaan (power strategies)

Strategi ini berarti memaksa klien (sasaran perubahan) untuk mencapai


tujuan perubahan. Sesuatu yang dipaksa merupakan bentuk dari hasil target yang
diharapkan Kemampuan untuk melaksanakan paksaan tergantung daripada
hubungan kontrol antara pelaksana perubahan dengan sasaran (klien). Jadi ukuran
hasil dari target perubahan tergantung dari kepuasan pelaksanaan perubahan,
sedangkan kekuatan paksaan artinya sejaumana pelaksana perubahan dapat
memaksa klien tergantung dari tingkat ketergantungan klien dengan pelaksana
perubahan.
Penerapan strategi paksaan ini dipengaruhi berbagai faktor antara lain: (1)
ketatnya pengawasan yang dilakukan pelaksana perubahan terhadap klien, (2)
tersedianya berbagai alternatif untuk mencapai tujuan perubahan, dan (3)
ketersediaan dana untuk menunjang pelaksanaan program, misalnya untuk memberi
hadiah kepada klien yang berhasil atau menghukum yang tidak mau dipaksa.
Selanjutnya, penerapan strategi paksaan ini perlu mempertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut:
1) Strategi paksaan dapat digunakan apabila partisipasi klien terhadap proses
perubahan sosial rendah dan tidak mau meningkatkan partisipasinya.
2) Strategi paksaan juga tepat digunakan apabila klien tidak merasa perlu untuk
berubah atau tidak menyadari perlunya perubahan sosial.
3) Strategi paksaan tidak efektif jika klien tidak memiliki saran penunjang untuk
mengusahakan perubahan dan pelaksana perubahan juga tidak
mengusahakannya maupun mengadakannya.
4) Strategi paksaan tepat digunakan jika perubahan sosial yang diharapkan harus
terwujud dalam waktu yang singkat, artinya tujuan perubahan harus segera
tercapai.

12
5) Strategi paksaan juga tepat dipakai untuk menghadapi usaha penolakan
terhadap perubahan sosial atau untuk cepat mengadakan perubahan sosial
sebelum usaha penolakan terhadapnya bergerak.
6) Strategi paksaan dapat digunakan jika klien sukar untuk mau menerima
perubahan sosial artinya sukar untuk dipengaruhi.
7) Strategi paksaan dapat juga digunakan untuk menjamin keamanaan percobaan
perubahan sosial yang telah direncanakan.

Selain keempat strategi inovasi pendidikan diatas, Kennedy sebagaimana


dikutip oleh Endang, dkk (2017), menyarankan tiga jenis strategi inovasi, yaitu:9

a. Power Coercive (Strategi Pemaksaan)


Strategi inovasi yang pertama adalah strategi pemaksaan berdasarkan
kekuasaan merupakan suatu pola inovasi yang sangat bertentangan dengan kaidah-
kaidah inovasi itu sendiri. Strategi ini cenderung memaksakan kehendak, ide, dan
pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasinya yang
sebenarnya dimana inovasi itu akan dilaksanakan. Kekuasaan memegang peranan
yang sangat kuat pengaruhnya dalam menerapkan ide-ide baru dan perubahan
sesuai dengan kehendak dan pikiran-pikiran dari pencipta inovasinya. Pihak
pelaksana yang sebenarnya merupakan objek utama dari inovasi itu sendiri sama
sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaannya.
Para inovator hanya menganggap pelaksana sebagai objek semata dan bukan
sebagai subjek yang juga harus diperhatikan dan dilibatkan secara aktif dalam
proses perencanaan dan pengimplementasiannya.

b. Rational Empirical (Empirik Rasional)


Strategi inovasi yang kedua adalah empirik rasional. Asumsi dasar dalam
strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau
akalnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional. Dalam kaitan dengan ini
inovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode
yang terbaik valid untuk memberikan manfaat bagi penggunanya. Disamping itu,

9
Endang Sri Rahayu, dkk, “Pendampingan Dalam Rancangan Sesuai Kurikulum 2013 Untuk
Meningkatkan Kualitas Guru-Guru SMA Gita Kirti II Jakarta Utara”, Jurnal Pemberdayaan
Masyarakat Madani (JPMM), Vol. 1, No.1, hal. 104.

13
strategi ini didasarkan atas pandangan yang optimistik seperti apa yang dikatakan
oleh Bennis, Benne, dan Chin yang dikutip oleh Cece Wijaya, dkk (1992).10
Di sekolah, para guru menciptkan strategi atau metode mengajar yang
menurutnya sesuai dengan akal yang sehat, berkaitan dengan situasi dan kondisi
bukan berdasarkan pengalaman guru tersebut. Di berbagai bidang, para pencipta
inovasi melakukan perubahan dan inovasi untuk bidang yang ditekuninya
berdasarkan pemikiran, ide, dan pengalaman dalam bidangnya itu, telah digeluti
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Inovasi yang demikian memberi dampak
yang lebih baik daripada model inovasi yang pertama. Hal ini disebabkan oleh
kesesuaian dengan kondisi nyata di tempat pelaksanaan inovasi tersebut.

c. Normative-Re-Educative (Pendidikan yang berulang secara normatif)


Jenis strategi inovasi yang ketiga adalah normatif re-edukatif (pendidikan
yang berulang) adalah suatu strategi inovasi yang didasarkan pada pemikiran para
ahli seperti Sigmund Freud, John Dewey, Kurt Lewis dan beberapa pakar lainnya,
yang menekankan bagaimana klien (sasaran perubahan) memahami permasalahan
pembaharuan seperti perubahan sikap, skill, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan manusia.11

Dalam pendidikan, sebuah strategi bila menekankan pada pemahaman


pelaksanaan dan penerima inovasi, maka pelaksanaan inovasi dapat dilakukan berulang
kali, Misalnya dalam pelaksanaan perbaikan sistem belajar mengajar di sekolah, para
guru sebagai pelaksana inovasi berulang kali melaksanakan perubahan-perubahan itu
sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan. Kecenderungan pelaksanaan model yang
demikian agaknya lebih menekankan pada proses mendidik dibandingkan dengan hasil
dari perubahan itu sendiri. Pendidikan yang dilaksanakan lebih mendapatkan porsi yang
dominan sesuai dengan tujuan menurut pikiran dan rasionalitas yang dilakukan berkali-
kali agar semua tujuan yang sesuai dengan pikiran dan kehendak pencipta, serta
pelaksanannya dapat tercapai.

10
Cece Wijaya, dkk, Upaya Pembaharuan dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran, (Bandung:
Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 54.
11
Syafaruddin, dkk, Inovasi Pendidikan. Suatu Analisis Terhadap Kebijakan Baru Pendidikan, (Medan:
Perdana Publishing, 2016), hal. 194.

14
2. Penerapan Inovasi Pendidikan

Rusdiana menjelaskan 9 (sembilan) langkah dalam menerapkan inovasi


pendidikan khususnya di lembaga pendidikan. Kesembilan langkah tersebut adalah:12
a. Membuat rumusan inovasi
b. Penggunaan metode
c. Penggunaan berbagai alternatif pilihan
d. Penggunaan data informasi
e. Penggunaan tambahan data
f. Manfaatkan pengalaman dari lembaga lain
g. Bertindak secara positif untuk mendapatkan kepercayaan
h. Ciptakan kepemimpinan yang efektif; dan
i. Mencari jawaban atas beberapa pertanyaan dasar tentang inovasi.

Berdasarkan kesembilan langkah tersebut, diharapkan strategi pembelajaran


yang dijalankan dapat mencapai tujuan dari penerapan inovasi pendidikan itu sendiri
terutama pada lembaga-lembaga pendidikan. Dimana strategi pembelajaran diharapkan
dapat membantu jalannya pelaksanaan proses pembelajaran menjadi lebih baik dan
dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam
penerapannya, inovasi diadakan bertujuan untuk memfasilitasi kemajuan sekolah.
Dengan begitu, sekolah akan semakin ingin berkontribusi lebih untuk memajukan
pendidikan di Indonesia.

12
Rusydi, Op.Cit, hal. 54-63.

15
BAB III
SIMPULAN

Model adalah sebuah rangkaian hubungan yang logis baik dalam bentuk
kuantitatif maupun kualitatis yang mengaitkan ciri-ciri realitas yang relevan secara
bersama dengan apa yang menjadi perhatian kita. Dengan demikian dalam sebuah
model akan terkandung sejumlah komponen yang menjadi ciri dari suatu realita dan
yang saling terhubung secara logis. Dengan begitu, model juga berkaitan erat dengan
inovasi pendidikan. Dengan memberikan sebuah inovasi atau pembaharuan terhadap
pendidikan, suatu model dapat memiliki sebuah eksistensi yang baik di mata lingkungan
lembaga pendidikan. Model memiliki 3 (tiga) jenis, yaitu (1) Model konfigurasi; (2)
Model penelitian, pengembangan dan difusi; dan (3) Model pengembangan organisi.

Pembelajaran inovatif merupakan suatu konsep pembelajaran yang sangat


menekankan pada pentingnya partisipasi aktif dari siswa dalam mempelajari suatu
kompetensi yang hendak mereka kuasai, guru bertindak sebagai fasilitator yang juga
berperan penting dalam merancang pembelajaran yang menyenangkan dan bisa
mengangkat dan mengembangkan kreatifitas siswa. Pendekatan-pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan berpusat kepada guru dan pendekatan berpusat kepada
siswa dimana keduanya memiliki dampak negatif dan positif masing-masing.

Didalam pendekatan menurunkan sebuah strategi inovasi pendidikan, dimana


strategi ini disusun bertujuan untuk mencapai sebuah tujuan yang sudah direncanakan
dan dipikirkan sedemikian rupa agar terealisasi sesuai dengan keinginannya. Apabila
ingin diperbaharui lagi, maka sekolah harus menyusun strategi yang matang agar
penyusunannya tidak terlihat berantakan.

16
SUMBER RUJUKAN

Ibrahim. 1988. Inovasi Pendidikan, Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi


Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.

Kristiawan, Muhammad, dkk. 2018. Inovasi Pendidikan, Jawa Timur: WADE GROUP.

Rahayu, Endang Sri, dkk. 2017. “Pendampingan Dalam Rancangan Sesuai Kurikulum
2013 Untuk Meningkatkan Kualitas Guru-Guru SMA Gita Kirti II Jakarta Utara”.
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani (JPMM). 1(1): 96-109.

Rusydi Ananda dan Amiruddin. 2017. Inovasi Pendidikan Melejitkan Potensi Teknologi
dan Inovasi Pendidikan. Medan: Widya Puspita.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syafaruddin, dkk. 2016. Inovasi Pendidikan. Suatu Analisis Terhadap Kebijakan Baru
Pendidikan. Medan: Perdana Publishing.

Udin Syaefudin Sa’ud. 2015. Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Wijaya, Cece, dkk. 1992. Upaya Pembaharuan dalam Bidang Pendidikan dan
Pengajaran. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.

17

Anda mungkin juga menyukai