Inovasi Pendidikan Makalah Kel-2
Inovasi Pendidikan Makalah Kel-2
INOVASI PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah Swt, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Inovasi Model, Pendekatan, dan Strategi Pembelajaran” dengan tepat waktu.
Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas makalah secara kelompok pada mata
kuliah “Inovasi Pendidikan”. Pemakalah juga berterima kasih kepada Bapak Dr. Rusydi
Ananda, M.Pd yang sudah memberikan bimbingan dan saran dalam terwujudnya
makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu pemakalah mohon kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Semua kritik, saran, dan petunjuk yang diberikan akan diterima dengan
senang hati. Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih semoga dapat bermanfaat
dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Model Inovasi Pendidikan .............................................................................. 3
B. Pendekatan Inovasi Pendidikan ...................................................................... 7
C. Strategi Inovasi Pendidikan ............................................................................ 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demikianlah makalah ini dibuat dengan harapan dapat menjadi salah satu
referensi bagi setiap pembaca dalam mengembangkan kemampuannya dalam
mengembangkan suatu proses pembelajaran yang berdasarkan prinsip-prinsip
pembelajaran yang inovatif.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja model inovasi pendidikan?
2. Apa saja jenis pendekatan inovasi dalam pembelajaran?
3. Apa saja jenis strategi inovasi pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Menjadikan model pembelajaran inovatif sebagai rujukan pertama dalam
mengembangkan model pembelajaran.
b. Meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam mengaplikasikan model
pembelajaran inovatif dalam meningkatkan keterampilan mengajar sebagai
calon guru yang professional.
c. Meningkatkan keterampilan menulis sehingga dapat meningkatkan kualitas
menulis karya ilmiah.
2. Bagi Pembaca
a. Memberikan informasi penting tentang inovasi model, pendekatan, strategi
pembelajaran.
b. Sebagai referensi dan pedoman dalam memperdalam disiplin ilmu Inovasi
Pendidikan.
c. Menuangkan pengetahuan tentang pembelajaran inovatif, manfaat, tujuan,
contoh-contoh dan penerapannya, serta kesesuaiannya dengan kurikulum yang
berlaku.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Diharapkan pada akhirnya dapat menjadi guru yang profesional dengan
kemampuan mengajar yang selalu inovatif dengan mengacu pada prinsip-prinsip
pengembangan model pembelajaran yang inovatif dan mampu menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan bagi tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Bagi Pembaca
Bermanfaat agar bisa menerapkan model-model pembelajaran inovatif
dengan baik dan benar sesuai dengan motivasi yang positif.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Model
Beberapa para ahli mengemukakan pendapatnya tentang pengertian model,
antara lain:
a. Pribadi menjelaskan bahwa model adalah upaya untuk mengkonkretkan sebuah
teori sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-
variabel yang terdapat di dalam teori tersebut.
b. Sagala menjelaskan bahwa model adalah kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan.
c. Richey, dkk menjelaskan bahwa model adalah representasi realitas yang
disajikan dengan tingkat struktur dan keteraturan dan model ideal yang
disederhanakan dari sebuah realitas. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
model dapat digunakan untuk mengorganisasikan pengetahuan dari berbagai
sumber kemudian dipakai sebagai stimulus untuk mengembangkan hipotesis
dan membangun teori ke dalam istilah/keadaan yang konkrit untuk
menerapkannya pada praktek atau menguji teori.
d. Snelbecker menjelaskan bahwa model adalah konkretisasi teori yang bertujuan
sebagai perantara proses dan variabel yang terdapat dalam teori tersebut.
e. Prawiradilaga menjelaskan model dapat diartikan sebagai tampilan grafis,
prosedur kerja yang teratur atau sistematis serta mengandung pemikiran
bersifat uraian atau penjelasan beserta saran.1
1
Rusydi Ananda dan Amiruddin, Inovasi Pendidikan Melejitkan Potensi Teknologi dan Inovasi
Pendidikan, (Medan: Widya Puspita, 2017), hal. 63-64.
3
Dengan demikian dalam sebuah model akan terkandung sejumlah komponen yang
menjadi ciri dari suatu realita dan yang saling terhubung secara logis.
2. Pengertian Inovasi
Inovasi (innovation) adalah suatu ide, barang, kejadian, atau metode yang
dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang bagi bagi seseorang atau sekelompok
orang, baik itu berupa hasil diskoveri maupun invensi. Tujuan diadakannya inovasi
adalah untuk memecahkan suatu masalah tertentu.2 Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa inovasi bersifat subyektif dan spesifik.
4
penggunaan pertama atau penemuan. Kebaharuan dirasakan dari sejauh mana
reaksi dari 6 individu terhadap ide baru tersebut. Jika ide tersebut tampak baru
bagi individu tersebut, maka itulah yang disebut inovasi.
Dari pendapat beberapa para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa inovasi
adalah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara dan barang-barang buatan
manusia yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau
kelompok orang. Sesuatu yang baru itu dapat berupa hasil diskoveri atau invensi
yang dimanfaatkan dalam mencapai tujuan tertentu dan untuk memecahkan
masalah tertentu.
a. Model Konfigurasi
5
yang memungkinkan didengarkannya dan diperhatikannya inovasi yang
didifusikan.
3) Lingkungan (environment), yaitu cara keadaan lingkungan sekitar menjadi
tempat penyerbaran inovasi, baik fisik, sosial, maupun intelektual yang
secara umum bersifat netral dengan mempengaruhi atau mungkin
menghambat terhadap tingkah laku tertentu.
4) Sumber (resource), yaitu sumber yang tersedia bagi inovator dan penerima
dalam proses transisi penerimaan inovasi. Inovator memerlukan kejelasan
konsep agar dapat menyusun desain pengembangan dan menentukan
strategi inovasi. Dengan begitu, adopter memerlukan kejelasan konsep
untuk memahami inovasi sehingga dapat menerapkan inovasi sesuai yang
diharapkan.4
4
Rusydi Ananda dan Amiruddin, Op. Cit., hal. 64-65.
5
Ibid., hal. 65.
6
B. Pendekatan Inovasi Pembelajaran
6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008), hal. 54-55.
7
Ibid., hal. 60-62.
7
Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa adalah pendekatan
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai objek belajar dan kegiatan
belajar bersifat modern. Pendekatan pebelajaran berorientasi pada siswa,
manajemen, dan pengelolaannya ditentukan oleh siswa. Pada pendekatan ini
siswa memiliki kesempatan yang terbuka untuk melakukan kreativitas dan
mengembangkan potensinya melalui aktivias secara langsung sesuai dengan
minat dan keinginannya, dengan menurunkan strategi pembelajaran discovery
dan inkuiry serta pembelajaran induktif.
Dampak positif dari pendekatan ini adalah mendorong siswa untuk
aktif mencari, menemukan, dan merumuskan sendiri hasil belajarnya melalui
proses berpikir dan bernalar, serta guru hanya sebagai pembimbing dalam
proses pembelajaran agar siswa tidak melenceng dalam menemukan
permasalahan pada materi yang dikaji. Sedangkan, dampak negatif terletak
kepada usaha anak berkeinginan maju atau tidak, jika tipe siswa pemalas maka
mereka juga tidak dapat beradaptasi dengan pendekatan ini, hal itu
menunjukkan usaha yang sia-sia saja. Jadi, kunci utamanya terletak kepada
siswa itu sendiri.
Sa’ud menjelaskan terdapat 4 (empat) jenis strategi inovasi, yaitu (1) strategi
fasilitatif, (2) strategi pendidikan, (3) strategi bujukan, dan (4) strategi paksaan.8
8
Udin Syaefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 13-17.
8
1) Strategi fasilitatif dapat digunakan dengan tepat jika sasaran perubahan (klien):
a) Mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target
perubahan (tujuan).
b) Merasa perlu adanya perubahan atau perbaikan.
c) Bersedia menerima bantuan dari luar dirinya.
d) Memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau
memperbaiki dirinya.
2) Sebaiknya strategi fasilitatif dilaksanakan dengan disertai program yang dapat
menimbulkan kesadaran pada klien atas tersedianya fasilitas atau tenaga
bantuan yang diperlukan.
3) Strategi fasilitatif tepat juga digunakan sebagai kompensasi motivasi yang
rendah terhadap usaha perubahan sosial.
4) Menyediakan berbagai fasilitas akan sangat bermanfaat bagi usaha perbaikan
sosial jika klien menghendaki berbagai macam kebutuhan untuk memenuhi
tuntutan perubahan sosial yang diharapkan.
5) Penggunaan strategi fasilitastif dapat juga dengan cara menciptkan peran yang
baru dalam masyarakat jika ternyata peran yang sudah ada di masyarakat tidak
sesuai dengan penggunaan sumber atau fasilitas yang diperlukan.
6) Usaha perubahan dengan menyediakan berbagai fasilitas akan lebih lancar
pelaksanannya jika pusat kegiatan organisasi pelaksana perubahan sosial
berada di lokasi tempat tinggal sasaran (klien).
7) Strategi fasilitatif dengan menyediakan dana serta tenaga akan sangat
diperlukan jika klien tidak dapat melanjutkan usaha perubahan sosial karena
kekurangan sumber dana dan tenaga.
8) Perbedaan sub bagian dalam klien akan menyebabkan perbedaan fasilitas yang
diperlukan untuk penekanan perubahan tertentu pada waktu tertentu.
9) Strategi fasilitatif kurang efektif jika:
a) Digunakan pada kondisi sasaran perubahan yang sangat kurang untuk
menentang adanya perubahan sosial.
b) Perubahan diharapkan berjalan dengan cepat, serta tidak sikap terbuka dari
klien untuk menerima perubahan.
9
b. Strategi Pendidikan (re-educative strategies)
10
d) Digunakan untuk menanamkan pengertian tentang hubungan antara gejala
dan masalah, menyadarkan adanya masalah dan memantapkan bahwa
masalah yang dihadapi dapat dipecahkan dengan adanya perubahan.
3) Strategi pendidikan akan kurang efektif jika:
a) Tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan pendidikan.
b) Digunakan dengan tanpa dilengkapi dengan strategi yang lain.
11
e) Dimanfaatkan untuk melawan penolakan terhadap perubahan pada saat
awal terhadap perubahan pada saat awal diperkenalkannya perubahan
sosial yang diharapkan.
12
5) Strategi paksaan juga tepat dipakai untuk menghadapi usaha penolakan
terhadap perubahan sosial atau untuk cepat mengadakan perubahan sosial
sebelum usaha penolakan terhadapnya bergerak.
6) Strategi paksaan dapat digunakan jika klien sukar untuk mau menerima
perubahan sosial artinya sukar untuk dipengaruhi.
7) Strategi paksaan dapat juga digunakan untuk menjamin keamanaan percobaan
perubahan sosial yang telah direncanakan.
9
Endang Sri Rahayu, dkk, “Pendampingan Dalam Rancangan Sesuai Kurikulum 2013 Untuk
Meningkatkan Kualitas Guru-Guru SMA Gita Kirti II Jakarta Utara”, Jurnal Pemberdayaan
Masyarakat Madani (JPMM), Vol. 1, No.1, hal. 104.
13
strategi ini didasarkan atas pandangan yang optimistik seperti apa yang dikatakan
oleh Bennis, Benne, dan Chin yang dikutip oleh Cece Wijaya, dkk (1992).10
Di sekolah, para guru menciptkan strategi atau metode mengajar yang
menurutnya sesuai dengan akal yang sehat, berkaitan dengan situasi dan kondisi
bukan berdasarkan pengalaman guru tersebut. Di berbagai bidang, para pencipta
inovasi melakukan perubahan dan inovasi untuk bidang yang ditekuninya
berdasarkan pemikiran, ide, dan pengalaman dalam bidangnya itu, telah digeluti
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Inovasi yang demikian memberi dampak
yang lebih baik daripada model inovasi yang pertama. Hal ini disebabkan oleh
kesesuaian dengan kondisi nyata di tempat pelaksanaan inovasi tersebut.
10
Cece Wijaya, dkk, Upaya Pembaharuan dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran, (Bandung:
Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 54.
11
Syafaruddin, dkk, Inovasi Pendidikan. Suatu Analisis Terhadap Kebijakan Baru Pendidikan, (Medan:
Perdana Publishing, 2016), hal. 194.
14
2. Penerapan Inovasi Pendidikan
12
Rusydi, Op.Cit, hal. 54-63.
15
BAB III
SIMPULAN
Model adalah sebuah rangkaian hubungan yang logis baik dalam bentuk
kuantitatif maupun kualitatis yang mengaitkan ciri-ciri realitas yang relevan secara
bersama dengan apa yang menjadi perhatian kita. Dengan demikian dalam sebuah
model akan terkandung sejumlah komponen yang menjadi ciri dari suatu realita dan
yang saling terhubung secara logis. Dengan begitu, model juga berkaitan erat dengan
inovasi pendidikan. Dengan memberikan sebuah inovasi atau pembaharuan terhadap
pendidikan, suatu model dapat memiliki sebuah eksistensi yang baik di mata lingkungan
lembaga pendidikan. Model memiliki 3 (tiga) jenis, yaitu (1) Model konfigurasi; (2)
Model penelitian, pengembangan dan difusi; dan (3) Model pengembangan organisi.
16
SUMBER RUJUKAN
Kristiawan, Muhammad, dkk. 2018. Inovasi Pendidikan, Jawa Timur: WADE GROUP.
Rahayu, Endang Sri, dkk. 2017. “Pendampingan Dalam Rancangan Sesuai Kurikulum
2013 Untuk Meningkatkan Kualitas Guru-Guru SMA Gita Kirti II Jakarta Utara”.
Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Madani (JPMM). 1(1): 96-109.
Rusydi Ananda dan Amiruddin. 2017. Inovasi Pendidikan Melejitkan Potensi Teknologi
dan Inovasi Pendidikan. Medan: Widya Puspita.
Syafaruddin, dkk. 2016. Inovasi Pendidikan. Suatu Analisis Terhadap Kebijakan Baru
Pendidikan. Medan: Perdana Publishing.
Wijaya, Cece, dkk. 1992. Upaya Pembaharuan dalam Bidang Pendidikan dan
Pengajaran. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.
17