1
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH PENCEGAHAN TENTANG HAZARD K3
KARENA ZAT KIMIA
TUJUAN :
“ Makalah yang disusun bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah K3. Selain itu
makalah ini juga disusun untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Pencegahan
dan Pengendalian Hazard dalam Keperawatan”
Disahkan oleh,
Dosen Pengampu Mata Kuliah K3
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
PENCEGAHAN HAZARD K3 KARENA ZAT KIMIA yang disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah keselamayan Pasien dan Keselamatan kerja dalam Keperawatan. Dan juga kami
berterima kasih kepada Bapak Marsito, M. Kep. Sp. Kom. selaku Dosen mata kuliah K3 yang telah
memberikan bimbingan kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Pencegahan dan Pengendalian Hazard. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 19
B. Saran ……………………………………………………………….. 19
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu bagian terpenting dari
perlindungan ketenaga kerjaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja dan
menjamin para pekerja dan orang lain yang berada di sekitar tempat kerja selalu dalam
keadaan aman dan sehat. Kesehatan dan keselamatan kerja bergantung juga pada
lingkungan, apabila lingkungan dalam keadaan terjaga maka kurangnya risiko terjadinya
kecelakaan akibat kerja.
Penerapan Hiperkes dan keselamatan kerja di tempat kerja merupakan upaya utama
dalam mewujudkan lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan higienis serta melindungi dan
meningkatkan pemberdayaan pekerja yang sehat, selamat, dan berkinerja tinggi. Untuk
mengetahui dan memahami tujuan yang akan dicapai tanpa melaksanakan tindakan nyata
dalam aspek hygiene perusahaan, ergonomi, kesehatan dan keselamatan kerja, bukan
merupakan cara yang tepat untuk mengatasi kemungkinan terjadinya akibat negatif di
tempatkerja (Puspitasari, 2010). Didalam (Penjelasan, Penelitian, Medan, & Tobing, 2012).
Hazard atau potensi bahaya menunjukan bahwa adanya sesuatu potensial yang akan
mengakibatkan cidera, kerusakan, dan penyakit. Di tempat keja sangat memungkinkan
terjadi kecelakaan kerja, apalagi di rumah sakit. Di rumah sakit sangat rentan terjadinya
kecelakaan kerja. Adapun sumber bahaya di rumah sakit seperti sumber bahaya fisik, kimia,
biologis, ergonomis, dan sebagainya.
Risiko bahaya di rumah sakit tidak semuanya terlihat kalau tidak dikenalnya,
terutama resiko bahaya biologi, karena keberadaan micro organisme patogen tidaklah
terlihat seperti resiko bahaya fisik atau kimia. Akan tetapi dampak dari risiko bahaya biologi
di rumah sakit jika tidak dikendalikan, maka dapat berdampak serius baik terhadap
kesehatan maupun terhadap keselamatan pekerja dan pengunjung serta masyarakat disekitar
rumah sakit, begitupun dengan risiko bahaya kimia, fisika, ergonomis, dan sebagainya.
Bahaya kimia di rumah sakit sangat berpotensi, karena rumah sakit lekat dengan
obatobatan, lekat dengan mesin-mesin yang memakai zat-zat kimia. Zat kimia dapat dikatakan
potensi bahaya karena dapat menyebabkan kerusakan pada pernapasa. Adapun jalur
pernapasan yang dapat rusak dikarenakan menghidup zat kimia, antara lain kulit
5
(absorpsi kulit), absorpsi melalui paru-paru (inhalasi), absorpsi melalui saluran pencernaan
(ingesti).
Upaya pengendalian risiko bahaya adalah dengan melakukan sosialisasi kepada
seluruh pekerja rumah sakit tentang risiko bahaya tersebut sehingga para pekerja mampu
mengenal risiko bahaya tersebut. Dengan mengenal risiko bahaya diharapkan pekerja
mampu mengidentifikasi risiko bahaya yang ada disatuan kerjanya dan mengetahui upaya
pengendalian isiko bahaya yang sudah dilakukan oleh rumah sakit sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan pekerja terhadap sistem pengendalian risiko bahaya yang sudah
dilakukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Hazard?
2. Apa yang dimaksud bahaya Kimia?
3. Bagaimana Upaya Mencegah Hazard Kimia?
4. Apa saja Kategori Hazard Kimia?
5. BagaimanaPotensi Bahaya Kimia?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Kusus
1. Untuk Mengetahui definisi Hazard
2. Untuk Mengetahui Bahaya Kimia
3. Untuk Mengetahui Upaya Mencegah Hazard Kimia
4. Untuk Mengetahui Kategori Hazard Kimia
5. Untuk Mengetahui Potensi Bahaya Kimia
D. Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah untuk membagikan informasi dan wawasan
kepada pembaca mengenai Pencegahan Hazard Radiasi dalam Kesehatan Keselamatan Kerja
dan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah K3.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hazard
Bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi
menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (OHSAS 18001,
2007) didalam (Penjelasan et al., 2012)
Bahaya diartikan sebagai potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk muncul dan
menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika salah satu bagian dari rantai kejadian hilang, maka
suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya terdapat dimana-mana baik di tempat kerja atau di
lingkungan, namun bahaya hanya akan menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak atau
eksposur (Tranter, 1999).
Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja (K3), bahaya diklasifikasikan
menjadi 2 (Ratnasari, 2009) yaitu:
1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)
Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada timbulny kecelakaan yang dapat
menyebabkan luka (injury) hingga kematian, serta kerusakan property perusahaan.
Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan antara lain:
a. Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti tersayat,
terjatuh, tertindih dan terpeleset.
b. Bahaya elektrik, disebabkan oleh peralatan yang mengandung arus listrik
c. Bahaya kebakaran, disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat flammable (mudah
terbakar).
c. Bahaya Ergonomi, antara lain repetitive movement, static posture, manual handling
dan postur janggal.
d. Bahaya Biologi, antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di
lingkungan kerja yaitu bakteri, virus, protozoa, dan fungi (jamur) yang bersifat
patogen.
e. Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang terlalu berat, hubungan dan kondisi
kerja yang tidak nyaman
Untuk pengendalian bahaya kimia, ada empat tipe pengendalian yang dapatdilakukan,
yaitu inherent, active, passive dan procedural .
1. Inherently Safer Alternative (ISA).
ISA adalah strategi pengendalian bahaya dengan cara mengganti bahan baku atau
proses berbahaya dengan bahan baku atau proses yang tingkat bahayanya lebih rendah. Saat
yang paling tepat melakukan ISA adalah pada saat awal pengembangan produk atau proses
(development stage). Ada empat strategi yang dapat dilakukan dalam ISA, yaitu:
a. Miminize
Menggunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah kecil, baik selama
penyimpanan, proses maupun pengiriman. Dengan mengurangi jumlah bahan kimia
8
maka risiko dari bahan tersebut juga menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan
jumlah yang lebih besar.
b. Subtitute
Mengganti bahan kimia yang berbahaya dengan bahan kimia yang kurang
berbahaya. Misalnya pelarut organik yang bersifat mudah terbakar diganti denga air.
c. Moderate
Jika dua hal diatas tidak bisa dilakukan maka kita dapat melakukan proses atau
penyimpanan pada kondisi yang lebih aman, misalnya pengenceran, penyimpanan
dengan suhu yang lebih rendah, proses yang lebih sederhana dan sebagainya. Sehingga
laju reaksi atau energi yang reaksi yang dihasil lebih rendah jika dibandingkan dengan
kondisi normal.
d. Dilution
Melarutkan untuk mengurangi tingkat bahaya reaktifitas, baik pada saat proses
produksi maupun penyimpanan.
2. Passive Control
Passive control adalah mengurangi bahaya atau resiko dengan merancang proses
dan peralatan yang lebih aman. Passive control dapat mengurangi frekuensi atau
konsekuensi dari bahaya tersebut tanpa fungsi aktif peralatan apapun, misalnya tempat
penampungan (contaiment), dinding tahan api, pipa atau tangki yang tahan terhadap
tekanan tinggi.
3. Active Control
Active control menggunakan sistem engineering control, misalnya safety
interlock, emergency shutdown system, smoke detector dan lain sebagainya.
4. Procedural Control
Procedural control disebut juga administrative control, yaitu proses pengendalian
dengan cara membuat prosedur administratif menggurangi bahaya dan resiko dari bahaya
kimia. Misalnya work instruction, safe operating limit, work permit dan sebagainya.
9
D. Kategori Hazard kimia
Kategori bahan kimia berbahaya adalah sebagai berikut :
1. Explosif
Yaitu bahan yang mudah terbakar, seperti : kalium klorat, Trinitrotaluen(TNT), natrium
nitrat, gas bertekanan tinggi, campuran belerang, karbon dan kalium klorat
2. Flamable,
Yaitu bahan yang mudah terbakar seperti: metanol, eter, aseton, heksana, benzena, uap
ini dapat bergerak menuju api sejauh 3 meter
4. Bahan yang mudah terbakar oleh air Seperti logam N a, K dan asam sulfat pekat
5. Bahan mudah terbakar oleh asam seperti logam paduan N a dan K, senyawa hidrida dan
sebagainya
6. Gas bertekanan tinggi Seperti gas-gas dalam tabung silinder dengan tekanan tinggi.
7. Bahan-bahan beracun seperti C02, CI2, benzena, Kloroform, sianida dan sebagainya
8. Bahan korosif contohnya : anhidrida asam, alkali, asam sulfat, fenol dan sebagainya
Bahan tersebut mudah dikenali karena biasanya pabrik-pabrik bahan kimia telah
melengkapi kemasannya dengan label-label peringatan bahaya.
10
peradangan pada kulit,iritasi mata dan saluran pernapasan.
c. Luka bakar yang diakibatkan dari meledaknya bahan-bahan reaktif.
E. Potensi Bahaya Kimia
Yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses
produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh pekerja melalui :
1. inhalation (melalui pernafasan),
2. ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan),
3. skin contact (melalui kulit).
Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh pekerja sangat tergantung dari jenis
bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan
(toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh
Adapun risiko bahaya yang dapat ditimbulkan pada industri logam adalah sebagai
berikut :
1. Tembaga (Cu)
Logam tembaga (Cu) merupakan mikroelemen esensial untuk semua tanaman dan
hewan, termasuk manusia. Kebutuhan tubuh per hari akan Cu adalah 0,05 mg/kg berat
badan. Pada kadar tersebut tidak terjadi akumulasi Cu pada tubuh manusia normal. Namun,
konsumsi Cu dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan gejala-gejala yang akut.
Beberapa gejala keracunan Cu adalah sakit perut, mual, muntah, diare, dan beberapa kasus
yang parah dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian.
2. Arsen (As)
Arsen (As) atau sering disebut arsenik dapat merusak ginjal dan bersifat racun
yang sangat kuat. Senyawa arsen sangat sulit dideteksi karena tidak memiliki rasa yang
khas atau ciri-ciri pemaparan lain yang menonjol. Gejala keracunan senyawa arsen
terutama adalah sakit di kerongkongan, sukar menelan, disertai rasa nyeri lambung dan
muntah- muntah. Kompensasi dari pemaparan arsen terhadap manusia adalah kanker,
terutama kanker paru-paru dan hati. Terpapar arsen di udara juga dapat menyebabkan
pembentukan kanker kulit pada manusia.
3. Aluminium (Al)
Sekitar 20 tahun yang lalu, ada penelitian yang menunjukkan bahwa aluminium
merupakan penyebab penyakit Alzheimer Akibatnya, banyak organisasi dan individu
11
yang mengurangi tingkat pemakaian peralatan dari alumimium. Namun, Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menyimpulkan bahwa, penelitian yang menyatakan bahwa
aluminium merupakan penyebab penyakit alzheimer tidak dapat dipercaya, karena
penelitian tersebut tidak memperhitungkan asupan aluminium total yang ada dalam
penyakit itu. Meskipun tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa aluminium sebagai
penyebab utama penyakit alzheimer, para peneliti bersepakat untuk melakukan penelitian
lebih lanjut lagi. Pada industri logam, perlu diperhatikan keselamatan para pekerja,
karena aluminium yang terkandung dalam cairan logam di tempat kerja menyebabkan
kanker. Target organ aluminium adalah sistem saraf pusat, ginjal, dan sistem pencernaan.
4. Timbal (Pb)
Logam timbal (Pb) merupakan logam yang lunak dan berwarna cokelat kehitaman
serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan Pb
ini adalah sering menyebabkan keracunan. Logam Pb dapat masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan, makanan, dan minuman. Accidental poisoning seperti termakannya senyawa
timbal dalam konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan gejala keracunan timbal seperti iritasi
gastrointestinal akut, rasa logam pada mulut, muntah, sakit perut, dan diare. Pb dapat
mempengaruhi sistem saraf, inteligensia, dan pertumbuhan. Pb di dalam tubuh
menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim. Efek logam Pb pada kesehatan
manusia adalah menimbulkan kerusakan otak, kejang-kejang, gangguan tingkah laku, dan
bahkan kematian.
12
BAB III
SKENARIO KASUS
Lima dari 15 individu pekerja baru pada pabrik metal mengeluh adanya ruam yang terasa
gatal pada tangan dan lengan bawah dalam 2 bulan sejak mulai bekerja.
Kelima pekerja mempunyai riwayat atopi, dan pada pemeriksaan kulit menunjukkan
bahwa kelimanya mengalami dermatitis kontak pada tangan bagian dorsal dan setengah lengan
bawah bagian distal. Testing patch pada pekerja dengan seri standar alergen dan baterai cairan
metal adalah negatif. Diagnosis sementara adalah dermatitis kontak iritan (DKI) terhadap cairan
metal, dan pengobatan simtomatis dimulai.
Inspeksi temoat kerja adalah menunjukkan tangan dan lengan bawah pekerja sangat
terkontaminasi dengan minyak mesin pemotongan dalam melakukan pekerjaannya.
KATA KUNCI
5 dari 15 individu mengeluh ruam gatal pada tangan dan lengan bawah
Dimulai 2 bulan sejak bekerja
Ada riwayat atopi
Testing patch dengan seri standar allergen dan baterai cairan metal : negatif
Diagnosis sementara : dermatitis kontak iritan
Inspeksi tempat kerja : tangan dan lengan bawah sangat terkontaminasi minyak mesin
pemotongan
13
BAB IV
PEMBAHASAN
14
- Hobi pasien
b. Pemeriksaan klinis
- Pastikan apakah dermatitis ?
- Apakah dermatitis kontak ?
- Bila dermatitis kontak, termasuk oleh iritasi atau oleh alergi ?
- Apakah ada faktor tambahan yang berperan (misal: sinar matahari) ?
- Apakah penyakit kulit ini bukan penyakit kulit akibat kerja ?
- Apakah ada faktor predisposisi untuk penyakit kulit akibat kerja ?
- Apakah faktor ini dapat dicegah ?
c. Tes patch
d. Tes laboratorium
Pemeriksaan darah, urine, tinja hendaknya dilakukan secara lengkap. Bila ada infeksi
bakteri hendaknya pus atau nanah dibiak dan selanjutnya dilakukan tes resistensi. Bila
ada jamur perlu diperiksa kerokan kulit dengan KOH 10% dan selanjutnya dibiak dalam
media Sabouraud agar.
Pemeriksaan biopsi kulit kadang-kadang perlu dilakukan Uji tempel, karena
dermatosis akibat kerja sebagian besar berbentuk dermatitis kontak alergis (80%)
maka uji tempel perlu dikerjakan untuk memastikan penyebab alergennya.
Bahan tersangka dilarutkan dalam pelarut tertentu dengan konsentrasi tertentu. Sekarang
udah ada bahan tes tempel yang sudah standar dan disebut unit uji tempel; unit ini terdiri
atas filter paper disc, yang dapat mengabsorbsi bahan yang akan diuji. Bahan yang akan
diuji diteteskan di atas unit uji tempel, kemudian ditutup dengan bahan impermeabel,
selanjutnya ditutup lagi dengan plester yang hipoalergis. Pembacaan dilakukan
setelah48, 72 dan 96 jam. Setelah penutup dibuka, ditunggu dahulu 15¬30 menit untuk
menghilangkan efek plester.
Dalam penilaian ini harus dapat dibedakan antara reaksi iritasi dan reaksi alergi,
reaksi negatif semu dan reaksi positif semu, untuk itu diperlukan pengalaman dan penilaian
khusus.
15
B. Penatalaksanaan, Pencegahan, Dan Pengendalian Terhadap Skenario
Upaya pengobatan dermatitis kontak akibat kerja dibagi menjadi dua yaitu secara
umum dan khusus. Untuk pengobatan umum dapat dilakukan dengan cara memakai alat
pelindung di tempat kerja, dan menghindari bahan-bahan yang menyebabkan kelainan kulit
tersebut. Sedangkan untuk pengobatan khusus dapat dilakukan secara sistemik dengan
menggunakan antihistamin, antibiotik, kortikosteroid dan roborantia atau secara topikal
bergantung dengan jenis lesi. Jika lesinya basah dapat menggunakan KMnO4 sedangkan bila
kering dapat diberikan kortikosteroid.
Telah dijelaskan sebelumnya upaya pengobatan yang paling umum adalah
menghindari bahan yang dapat menyebabkan respon iritasi pada kulit baik yang bersifat
kimiawi, mekanik maupun fisis. Untuk menghindari bahan iritan dapat dilakukan dengan
mengganti material pada tempat kerja dengan material lain yang kurang berbahaya. Selain
itu, jika memungkinkan, pekerja disarankan untuk mengganti pekerjaannya. Namun jika
sudah terpapar dapat dilakukan pencucian sesegera mungkin pada area yang terpapar iritan
akan mengurangi waktu kontak agen iritan dengan kulit. Penggunaan baju pelindung,
sarung tangan dan alat proteksi lainnya akan mengurangi pemaparaan iritan dan sebaiknya
penggunaan alat proteksi diganti secara periodic.
Pencegahan
Sejauh ini pencegahan tidak harus selalu menghindari bahan iritan sepenuhnya.
Pengurangan durasi dan frekuensi kontak sejauh ini cukup berpegaruh. Pengurangan
didapat dengan cara menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, dan
pakaian yang mendukung. Selain itu diikuti juga dengan pelatihan dan pemberian
motivasi secara berkala kepada karyawan tentang keselamatan diri
1. Sarung tangan dan pakaian pelindung. Penggunaan sarung tangan dan pakaian
pelindung dapat sangat efektif. Bagaimanapun juga penggunaan alat pelindung
tersebut dapat diikuti dengan beberapa kendala seperti:
a. Sarung tangan yang dipakai harus sesuai dengan ukuran masing-masing individu
karena penggunaan sarung tangan yang tidak sesuai dapat mengakibatkan situasi
yang berbahaya, terutama saat bekerja dengan mesin,
b. Sarung tangan juga dapat menghambat penguapan air yang berakibat menjadi
iritan bagi kulit itu sendiri.
16
c. Saat iritan masuk ke sarung tangan, lingkungan yang lembab tersebut dapat
meningkatkan iritasi. Oleh karena itu, lubang dan kebocoran pada sarung tangan
harus sangat dihindari. Sarung tangan harus dipilih secara hati-hati dengan
pertimbangan lingkungan pekerjaan. Sarung tangan yang terbuat dari karet dan
lateks biasanya digunakan pada pekerja medis, sedangkan hairdresser
membutuhkan sarung tangan polyethylene yang impermeable terhadap
thioglycolate.
2. Pembersihan kulit
Pada beberapa profesi seperti perawat, pembersihan kulit merupakan suatu
penyebab utama dermatitis kontak iritan. Setiap individu dengan profesi yang
berbeda harus diinformasikan tentang metode pembersihan kulit yang benar, karena
terkadang bahkan cara pembersihan kulit yang benar belum banyak diketahui.
Frekuensi cuci tangan penting karena dermatitis kontak iritan merupakan kerusakan
kulit yang diakibatkan oleh iritasi rendah yang berakumulasi. Tangan harus dicuci
hanya saat diperlukan. Penggunaan alkohol pada saat ini diterima secara luas pada
profesi medis sebagai desinfektan yang mengiritasi lebih rendah dan lebih banyak
digunakan.
3. Barrier cream/pelembab
Pekerja dengan resiko yang tinggi terhadap iritasi kulit biasanya
menggunakan barrier cream untuk melindungi dan melembabkan kulit. Barrier cream
sering disebut invisible gloves yang lebih dapat diterima karna pemakaiannya lebih
nyaman daripada sarung tangan biasa. Penggunaan barrier cream telah banyak
dilakukan penelitiannya, namun sampai saat ini belum ada standar khusus tentang
formula barrier cream yang terbukti efektif. Penggunaan moisturizer untuk menolong
regenerasi barrier kulit diterima secara luas. Saat kulit tangan mulai kasar biasanya
penggunaan moisturizer merupakan pilihan pertama untuk mengatasinya.
4. Training dan motivasi
Semua alat perlindungan hanya akan efektif apabila diikuti dengan individu
yang mengerti dan memahami aturan. Pemberian training seperti pengetahuan
tentang iritasi dan bahan bahan iritan harus ditingkatkan terutama yang dapat dicegah
oleh masing-masing individu. Pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD),
17
seperti gloves dan pakaian, barrier creams, cara pembersihan kulit yang baik juga
penting disampaikan untuk meningkatkan kesadaran akan dermatitis kontak iritan.
18
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. SARAN
Jagalah keselamatan anda dalam kondisi yang aman dan patuhilah pada peraturan
protocol kesehatan dan rambu lalu lintas agar tidak terjadi kecelakaan dan mengurangi
risiko kecelakaan.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://www.safetysign.co.id/news/94/4-Metode-Pengendalian-Risiko-
Bahaya- Kimia
Coenraads, S. Epidemiology. In: Rycroft RJG, Meme T, Frosch PJ(eds). Textbook of Contact
20