Anda di halaman 1dari 3

IMPIAN SEORANG ANAK PENJUAL GORENGAN

Ketika keheningan malam mulai menyelimuti, seusai shalat isya, ku tersujud kepada Yang Maha Tinggi.
Derasnya air mata tak mampu ku bendung lagi. Jeritan hati seolah-olah menggebu-gebu merintih
dibaluti isak pilu. Ku memohon ampun kepada Yang Maha Pengampun. Ku memohon pula agar hatiku
ini bisa tahan banting mendengar hinaan dan cemoohan dari orang, dan ku harap hinaan dan cemoohan
itu bisa menjadi penyemangatku untuk membuktikan kepada dunia bahwa walaupun aku hanya seorang
anak penjual gorengan tapi aku bisa menjadi orang hebat. Ku terbawa suasana heningnya malam. Aku
terlalu menghayati suasana malam sehingga aku pun tertidur dan terlelaplah diatas sejadah merah.
"Demi masa.. sesungguhnya manusia kerugian" terbangunlah aku mendengar alarm handphone ku yang
bernada nasyid dari Raihan. Ku matikan alarm handphone, dan ternyata waktu sudah menunjukkan
pukul 02:30 WIB. Ku lepas mukena kemudian segera mengambil air wudhu. Aku pun mendirikan shalat
tahajud. Sebelum adzan subuh berkumandang, ku bacakan ayat-ayat Allah. Air mataku menetes ketika
aku membacakan surah Ar-Rahman. Apalagi ketika aku membaca ayat yang artinya "Maka nikmat Tuhan
kamu yang manakah yang kamu dustakan?" , hatiku menjerit karena terkadang aku lupa bersyukur atas
segala kenikmatan yang Allah berikan. Adzan mulai berkumandang, ku tunaikan shalat subuh. Tiba-tiba
"krek" mamah membuka pintu kamarku, mamah hanya memastikan anaknya apakah sudah bangun atau
belum. "Abil.. nanti bawa lagi gorengan ke sekolah ya, bantu mamah ya Bil.. soalnya kan penghasilan
mamah hanya dari jualan gorengan. Kita disinikan hanya numpang jadi jangan sampai kita
membebankan nenek" ucap mamah sebelum aku berangkat sekolah. "Oke mah.. doakan Abil ya mah
semoga Abil bisa dimudahkan dalam menerima materi yang guru Abil ajarkan, dan semoga gorengannya
laku:)" . Aku pun berangkat sekolah, ku langkahkan kaki ini, ku niatkan hatiku " Bismillahi tawakkaltu
'alallah" . Setiba di sekolah ku terima materi yang disampaikan oleh guruku. Istirahat pun tiba, ku jualkan
gorengan buatan mamah kepada teman-temanku. "Bil aku mau dong bala-bala sama tempenya, nih
uangnya". Gorenganku laris terjual padahal hanya ku jualkan ke kelas ku saja."Alhamdulillah gorengan
laris terjual, mamah pasti senang" ucap suara hatiku. Ketika pulang sekolah ada salahsatu temanku yang
menepak bahunya padaku "Bil.. lu itu mendingan gak usah sekolah, lu jualan aja gorengan keliling
komplek ahahaha" celetuk temanku. Ku hiraukan omongan itu, namun laki-laki itu makin menjadi-jadi,
"Bil.. ini gue serius ya lu itu emang pantes jualan gorengan, muka lu tuh cocok jadi penjual gorengan"
sindir dia. Disaat dia bilang begitu, hatiku tersambar petir, pedas sekali ucapannya. Aku tidak sanggup
lagi berada di dekat laki-laki itu. Ku palingkan wajahku dan bergegas pergi dari tempat itu. Emosiku
benar-benar bergejolak, namun gejolak emosi ku mampu ku padamkan dengan kesejukan air wudhu. Ku
mengadu dan merintih kepada Yang Maha Kuat. Ku meminta agar hatiku selalu diberikan kekuatan
dalam menghadapi kejamnya dunia. Ku pasrahkan semua ini hanya kepada Allah Yang Maha Memiliki
Segalanya. Ku sebut selalu nama indah - Nya. "Yaa Fattah.. Yaa Razzaq.. cukupkanlah rezeki ku dan
keluargaku, jangan sampai aku menjadi kufur nikmat. Semoga aku selalu bersyukur atas segala karunia-
Mu".Aku pulang ke rumah dengan wajah yang kurang mengenakkan. "Abil pulang sekolah kok cemberut
gitu? Gimana gorengannya laku?" tanya mamah, " Abil gak kenapa-napa kok mah, alhamdulillah
gorengannya laris terjual semuanya". " Senin jualan gorengan lagi ya Bil" ujar mamah, aku pun
mengangguk. Keesokannya mamah menyuruhku untuk membeli bahan-bahan makanan dan aku disuruh
untuk meminjam motor ke saudaraku. Ku berjalan menuju rumah saudaraku untuk meminjam motor
tapi apalah daya ketika aku tiba di rumahnya ternyata motornya sedang dipakai oleh ayahnya. Terpaksa
aku pun harus jalan kaki untuk membeli bahan-bahan membuat gorengan yang jaraknya sekitar 2 KM
dari rumah nenek ku. Ku berjalan seraya bershalawat sepanjang perjalanan. Tiba-tiba ada sebuah motor
yang berhenti didekatku, ternyata pengemudi motor itu adalah laki-laki yang selalu mengejekku di
sekolah. "Eh Abil, mau kemana lu?" tanya dia dengan gayanya yang tengil. Ku hiraukan pertanyaannya
itu dan ku lanjutkan jalan kaki ku. "Woy songong banget sih lu" teriak dia, dan aku pun tidak merespon
apapun karena aku terlanjur kesal dengan tingkah lakunya yang selalu mengejekku dan tengil. Dia pun
melajukan motornya dengan kencang dan terdengar bising dari knalpotnya itu. Tibalah aku di grosir
tempat menjual berbagai bahan makanan, aku pun mulai membelinya dan aku bertemu dengan Mang
Nana, dia adalah tetanggaku yang sedang berbelanja disana. "Belanja disini juga neng?" tanya Mang
Nana, "Iya mang" jawabku. "Gak malu ya neng kalau jualan gorengan ke sekolah? Masa iya sih pelajar
kok jualan gorengan, kalau misalkan nanti gak fokus belajarnya gimana?" sindir Mang Nana, "Ngapain
harus malu mang, justru darisini Abil belajar bagaimana cara untuk menarik konsumen dan Abil juga jual
gorengannya waktu istirahat jadi gak ngeganggu pelajaran sama sekali" ujarku membela diri. "Ya tetep
aja neng, amang kasihan aja sama eneng kan eneng punya cita-cita besar tapi kok malah jadi penjual
gorengan. Amang duluan ya neng" ujar Mang Nana sambil meninggalkan grosir, aku pun hanya
membalasnya dengan senyuman simetris. "Udah neng belanja nya segini?" tanya kasir grosir tersebut,
"iya mbak udah segitu". "Gak apa-apa neng jadi penjual gorengan juga asalkan eneng nya pintar, rajin
belajar, justru nanti orangtua eneng bangga ke eneng. Yang sabar ya neng, roda kehidupan itu berputar"
ucapan dari mbak kasir itu membangkitkan semangatku kembali. Dijalan menuju pulang, pikiranku
terngiang-ngiang oleh ucapan Mang Nana, padahal aku tidak mau memikirkan hal itu lagi tapi pikiranku
tak bisa lepas dari apa yang diucapkan oleh Mang Nana. Belumlah aku sampai di rumah, tiba-tiba aku
bertemu dengan kakak dari mamah ku "darimana?heh Bil udahlah jangan sekolah daripada nyusahin
mamah mu mulu. Kasihan kan mamah mu harus membiayai sekolahmu. Kan kamu juga tahu dia cuma
jualan gorengan. Nambah beban kamu tuh ya Bil. Kalau hidup lagi susah yaudah jangan bikin nambah
susah. Inget Bil jangan ngarep bisa kuliah, untuk makan aja susah apalagi untuk kuliah" ucap tanteku
sambil memelototiku. Spontan aku langsung lari entah akan kemana tujuanku berlari, hatiku bagai
dilempari batu besar. Aku tidak bisa menahan air mataku. Aku memang lemah, seringkali tak sanggup
mendengar kata-kata yang pedas dan menyayat hati, tapi beruntunglah aku karena aku masih
mempunyai Allah yang Maha Kaya. Ketika aku sedang mendinginkan hatiku dari ucapan pedas tanteku,
ku temukan Masjid. Segeralah ku ambil air wudhu dan ku lantunkan ayat-ayat Allah agar hatiku damai
dan tentram. Ku kembali ke rumah nenek dengan menyembunyikan apa yang kuhadapi tadi siang
dengan tanteku. Sesampainya di rumah aku memberikan belanjaannya ke mamah dan aku pun
mengurung di kamar. Mamah mungkin heran melihat tingkah laku anaknya yang mendadak pendiam
padahal aku sudah perlahan menyembunyikan perasaan ku di kala itu. Namun perasaan mamah sangat
kuat terhadap anaknya. Mamah rupanya tahu bahwa anaknya sedang ada masalah. Mamah pun
menghampiriku ke kamar "Nak kamu kenapa? Cerita sama mamah, mamah lihat dari tadi kamu diam
dan ekspresi kamu seperti itu". "Mah.." tak kuasa aku membendung air mata ini. Ku ceritakan semua
masalahku kepada mamah termasuk ucapan dari orang-orang yang telah membuat mentalku menciut.
"Nak.. jangan terlalu mendengar ucapan oranglain, justru kamu harus buktikan bahwa apa yang mereka
ucapkan tentangmu itu salah, mereka bahkan tidak tahu kehidupan aslimu seperti apa, mereka hanya
bisa berkomentar. Jika kamu sendiri saja sudah tidak yakin dengan impianmu, bagaimana kamu bisa
meyakinkan orang lain akan impian kamu. Mamah yakin kamu kelak pasti jadi orang hebat. Nak ingat..
jangan putus asa hanya karena kejamnya dunia kepadamu, justru berterimakasihlah kepada yang telah
mengejekmu, karena tanpa mereka hidupmu hanya monoton tanpa ada perubahan. Percayalah..
perkataan mereka bisa membuatmu kuat sayang. Maafkan mamah karena mamah tak bisa berikan apa
yang Abil mau" mamah pun mencoba tegar tapi air mata terus menetes perlahan di pipi nya. Mamah
memelukku dengan penuh kehangatan dan kasih sayang. Mah..akan ku buktikan pada dunia bahwa
meskipun aku hanya seorang anak penjual gorengan tapi impianku tinggi dan aku bisa mewujudkannya
atas kehendak Allah. Aku akan menjadi pembisnis yang sukses dengan pengalamanku yang ku lewati
sekarang. Aku mulai menuliskan semua impianku di secarik kertas, ku tambahkan segudang motivasi di
kertas tersebut. Ku tempelkan kertas itu di dinding kamarku. Ku baca setiap hari impian dan motivasi itu.
Semoga itu bisa menjadi penyemangat dan doa yang kelak akan tercapai satu persatu dari impian-
impian yang kutuliskan di secarik kertas itu. Aamiin Yaa Rabbal'aalamiin..

Nama : Frida Sela Salsabila

Kelas : XI IPA 3

Anda mungkin juga menyukai