Anda di halaman 1dari 90

PRAKTIKUM

KEPERAWATAN
BENCANA
Edisi Pembelajaran Secara Daring

Ns. Fitri Mailani, M.Kep


Ns. Elvi Oktarina, M.Kep, Sp.Kep.MB

Penerbit :
cv. Percetakan Syamza

Edisi Pembelajaran Daring i


Praktikum Keperawatan Bencana
EDISI PEMBELAJARAN SECARA DARING

Penulis : Ns. Fitri Mailani, M.Kep


Ns. Elvi Oktarina, M.Kep, Sp.Kep.MB
EDITOR : Ns. Arif Rohman Mansur, S.Kep. M.Kep
SAMPUL : Abu Hasan
ISBN :
Ukuran Buku : 15,2 x 25,7 cm
Tahun Terbit : 2020
Cetakan : Pertama

Penerbit:
CV. PERCETAKAN SYAMZA
JL. Dr. M. Hatta No. 47F Simpang Pasar Baru Unand
RT.03/RW.01 Kelurahan Cupak Tangah
Kecamatan Pauh Kota Padang
Sumatera Barat
Telp/Fax.: 0751- 4782578
email : syamzaoffset@gmail.com

Redaksi :
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Dekanat Fakultas Keperawatan
Kampus Limau Manis, Padang 25163
Telp./Faks.: 0751-779233, Fax (0751)779233,
Alamat e-mail: fkepunand.press@gmail.com
Website : https://fkep.unand.ac.id/

Hak Cipta Pada Penulis © 2020

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.


Dilarang memproduksi atau memperbanyak seluruh atau sebagian dari buku ini
dalam bentuk atau cara apa pun tanpa izin dari penulis dan penerbit

ii Praktikum Keperawatan Bencana


PRAKATA

Alhamdulillahi Robbil Alamin, segala puji hanya bagi Alloh Subhanahu


wa ta’ala yang hanya dengan nikmatnya kebaikan yang kita usahakan dapat
terwujud. Dengan segala kemudahan dan kelapangan yang dianugerahkan oleh
Alloh Azza wa Jalla penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku “Praktikum
Keperawatan Bencana Edisi Pembelajaran Secara Daring.
Buku ini ditujukan untuk dosen pembimbing dan mahasiswa yang mengikuti
praktikum keperawatan bencana di Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.
Buku ini disusun untuk membantu mahasiswa dalam melaksanakan praktikum
keperawatan bencana yang dilakukan secara online/daring sejak pandemic
Covid-19. Metode pembelajaran yang berubah menjadi pembelajaran daring
menuntut penyesuaian dalam penyampaian materi dalam pembelajaran
praktikum agar lebih mudah dipahami oleh mahasiswa. Buku ini memberikan
solusi dalam pembelajaran praktikum keperawatan bencana. Buku ini berisi
tentang penjelasan 14 materi Praktikum Keperawatan Bencana yang telah
disesuaikan dengan Rencana Pembelajaran Semester mata kuliah Keperawatan
Bencana. Buku ini diawali dengan penjelsan tentang praktikum, tata tertib dan
petunjuk teknis pelaksanaan praktikum secara daring dengan menggunakan
LMS ilearning dan Ms. Team.
Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, penulis mengharapkan buku
ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa di fakultas keperawatan Universitas
Andalas. Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan
kritik dari pembaca sehingga buku ini dapat semakin lengkap dan bermanfaat
dalam dunia pendidikan secara keseluruhan.

Padang, Oktober 2020

Penulis

Edisi Pembelajaran Daring iii


DAFTAR ISI

Daftar isi .................................................................................................................................................... iv


Daftar gambar ..........................................................................................................................................v
Ketentuan Praktikum Keperawatan Bencana .........................................................................1
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Praktikum Online ...................................................................4
LEMBARAN KERJA 1
Survei Potensi Bencana Wilayah ...................................................................................................7
LEMBARAN KERJA 2
Pembuatan Perencanaan Proses Mitigasi (Pra Bencana), Tanggap Darurat,
dan Pasca Bencana Wilayah...........................................................................................................12
LEMBARAN KERJA 3
Pembuatan Table Top........................................................................................................................21
LEMBARAN KERJA 4
Simulasi Table Top...............................................................................................................................23
LEMBARAN KERJA 5
Sosialisasi Perencanaan Proses Mitigasi (Pra Bencana),
Tanggap Darurat, dan Pasca Bencana Wilayah....................................................................24
LEMBARAN KERJA 6
Role Play Masalah Psikososial Pada Anak dan Remaja....................................................25
LEMBARAN KERJA 7
Role Play Masalah Psikososial pada Dewasa dan Lansia.................................................33
LEMBARAN KERJA 8
Simulasi Penanggulangan Bencana: Evakuasi Korban dan Triase Lapangan........38
LEMBARAN KERJA 9
Simulasi Penanggulangan Bencana: Penanganan Gawat Darurat.............................45
LEMBARAN KERJA 10
Simulasi Penanggulangan Bencana: Rumah Sakit Lapangan.......................................53
LEMBARAN KERJA 11
Simulasi Penanggulangan Bencana:
Sistem Rujukan dan Penggunaan Ambulan...........................................................................60
LEMBARAN KERJA 12
Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem Informasi dan Komunikasi.................67
LEMBARAN KERJA 13
Simulasi Penanggulangan Bencana: Pembekalan Dapur umum................................81
Disaster Camp........................................................................................................................................84

iv Praktikum Keperawatan Bencana


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tampilan ilearning Mata Kuliah Keperawatan Bencana ............................. 4


Gambar 2 Tampilan Absensi Praktikum Sesuai Dengan Kelompok............................ 5
Gambar 3 Tampilan Lanjutan dari slot Attendence/Kehadiran......................................5
Gambar 4 Tampilan pengisian attendance mahasiswa dan dosen............................6
Gambar 5 Tampilan kelompok praktikum di Ms. Team.....................................................6
Gambar 6 Miniatur Daerah Resiko Bencana..........................................................................22
Gambar 7 skema triase START......................................................................................................40
Gambar 8 Area Triase.........................................................................................................................41
Gambar 9 Alur Rujukan.....................................................................................................................49
Gambar 10 SPGDT-B..........................................................................................................................51
Gambar 11 Bagian depan Rumah Sakit Lapangan.............................................................57
Gambar 12 ruang perawatan Rumah Sakit Lapangan......................................................58
Gambar 13 Ruang Perawatan Rumah Sakit Lapangan.....................................................58
Gambar 14 Ruang Operasi Rumah Sakit Lapangan...........................................................59
Gambar 15 alur informasi pra bencana....................................................................................75
Gambar 16 alur penyampaian informasi langsung............................................................76
Gambar 17 Alur Penyampaian Informasi Penilaian Kebutuhan Cepat.....................76
Gambar 18 Alur Penyampaian Informasi Perkembangan...............................................77

Edisi Pembelajaran Daring v


vi Praktikum Keperawatan Bencana
KETENTUAN
PRAKTIKUM
KEPERAWATAN
BENCANA

DESKRIPSI
Mata kuliah ini membahas tentang konsep, jenis, klasifikasi, dan karakteristik
bencana, dampak bencana terhadap kesehatan, prinsip penanggulangan
kedaruratan bencana, persiapan bencana, penilaian sistematis, tindakan-
tindakan keperawatan selama fase bencana, perawatan psikososial dan spiritual
bagi korban bencana, perawatan bagi populasi rentan, aspek etik dan legal
pada bencana, perlindungan bagi petugas, pendekatan interdisiplin, pemulihan
pasca bencana, dan penerapan evidence based practice dalam keperawatan
bencana serta pemberdayaan individu, keluarga dan komunitas dalam bencana.
Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan berfikir
kritis, sistematis, dan komprehensif dalam mengaplikasikan konsep keperawatan
bencana dengan pendekatan holistik, etis, dan peka budaya.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa mampu:
1. Memahami gejala atau peristiwa yang mengindikasikan permulaan keadaan
darurat pada individu/keluarga/komunitas
2. Melakukan perencanaan kesiapan individu, keluarga dan tenaga professional
saat bencana
3. Memahami etika praktik selama tanggap bencana yang didasarkan pada
prinsip-prinsip kebermanfaatan
4. Menjelaskan stuktur nasional respon tanggap darurat saat bencana
5. Memahami pendekatan yang di gunakan untuk menangani kelompok rentan
(Venurable) saat tanggap darurat.
6. 6Memahami teknik komunikasi saat bencana mencakup terminologi bencana,
teknik komunikasi darurat dan komunikasi dasar pada kondisi gawat darurat
7. Melakukan pendokumentasian proses keperawatan bencana dengan
menggunakan skala darurat
Edisi Pembelajaran Daring 1
8. Melakukan tindakaan pengendalian infeksi dengan peralatan yang tersedia
(termasuk teknik penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan penilaian
kontaminasi atau dekontamintasi pada individu saat bencana)
9. Mampu melibatkan pasien, anggota keluarga atau relawan yang di tugaskan
sesuai kemampuan yang dimiliki dalam mengatasi kondisi bencana
10. Memberikan perawatan pasien berdasarkan kebutuhan prioritas dan sumber
daya yang tersedia.
11. Memahami manajemen korban massal saat bencana
12. Melakukan pengelolaan psikososial saat bencana
13. Memahami rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana

KOMPETENSI PRAKTIKUM
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran praktikum pada mata kuliah
keperawatan bencana, mahasiswa akan mampu:
1. Melakukan survei potensi bencana wilayah di lingkungan tempat tinggal nya
2. Membuat perencanaan proses mitigasi (pra bencana), tanggap darurat, dan
pasca bencana wilayah.
3. Melakukan simulasi menggunakan table top exercise disaster disuatu wilayah
4. Melakukan sosialisasi perencanaan proses mitigasi (pra bencana), tanggap
darurat, dan pasca bencana
5. Role play masalah psikososial pada anak dan remaja
6. Role play masalah psikososial pada dewasa dan manula
7. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: evakuasi korban dan triage
lapangan
8. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: penanganan gawat darurat
9. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: rumah sakit lapangan
10. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: sistem rujukan dan
penggunaan ambulan
11. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: sistem informasi dan
komunikasi
12. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: pembekalan dapur umum
TATA TERTIB
Tata tertib praktikum mengacu pada norma akademik mata kuliah keperawatan
bencana. Berikut tata tertib yang khusus berlaku selama pelaksanaan praktikum:
1. Kehadiran mahasiswa dalam praktikum adalah 100% dari total pertemuan
praktikum yang terlaksana. Jika tidak 100%, maka mahasiswa tidak diizinkan
mengikuti ujian praktikum.
2. Kegiatan praktikum sesuai dengan jadwal resmi dan jika terjadi perubahan
ditetapkan bersama dengan dosen dan mahasiswa.
3. Toleransi keterlambatan 15 menit.
4. Proses praktikum dilakukan via daring dengan meggunakan platform
LMS i-learning Fakultas Keperawatan UNAND dan tatap maya dengan
2 Praktikum Keperawatan Bencana
menggunakan Ms. Team.
5. Pengumpulan worksheet/tugas praktikum ditetapkan sesuai jadwal kepada
pembimbing praktikum terkait, dan dikumpulkan melalui slot yang sudah
disediakan di i-learning.
6. Mahasiswa yang berhalangan hadir karena sakit (harus ada keterangan sakit/
surat sakit dari dokter) dan halangan lainnya harus menghubungi dosen
sebelum praktikum dimulai.
7. Berpakaian sopan dan memakai jas praktikum saat pelaksanaan praktikum.
8. Mahasiswa wajib membuka video tatap maya saat praktikum berlangsung.
9. Kecurangan dalam ujian praktikum, nilai mata kuliah nol.

PERLENGKAPAN YANG DISEDIAKAN


Setiap pelaksanaan praktikum, mahasiswa menyediakan worksheet dan
peralatan praktikum seperti yang tertera pada worksheet yang akan digunakan
pada pertemuan tersebut.

PENILAIAN
Bobot penilaian untuk kompetensi praktikum adalah 20% dari total keseluruhan
penilaian mata kuliah. Penilaian praktikum terdiri dari penilaian atas ujian
praktikum (10%) dan worksheet (10%). Bobot penilaian proses untuk kompetensi
praktikum tidak dapat dipisahkan daripenilaian secara keseluruhan penilaian
proses. Penilaian proses terdirir dari keterampilan intrapersonal skills (15%),
keterampilan interpersonal skills (15%) dan sikap dan tata nilai (10%).

UJIAN PRAKTIKUM
Ujian praktikum dilaksanakan pada jadwal yang telah ditetapkan. Mahasiswa
mengikuti ujian praktikum dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Ujian praktikum dilaksanakan di ruang praktikum fakultas keperawatan
2. Setiap mahasiswa harus lulus ujian praktikum sebagai salah satu persyaratan
lulus mata kuliah.
MATERI PRAKTIKUM
1. Survei Potensi Bencana Wilayah
2. Pembuatan Perencanaan Proses Mitigasi (Pra Bencana), Tanggap Darurat,
dan Pasca Bencana Wilayah.
3. Pembuatan Table Top
4. Simulasi Table Top
5. Sosialisasi Perencanaan Proses Mitigasi (Pra Bencana), Tanggap Darurat, dan
Pasca Bencana
6. Role Play Masalah Psikososial Pada Anak dan Remaja
7. Role Play Masalah Psikososial pada Dewasa dan Manula
8. Simulasi Penanggulangan Bencana: Evakuasi Korban dan Triage Lapangan
9. Simulasi Penanggulangan Bencana: Penanganan Gawat Darurat

Edisi Pembelajaran Daring 3


10. Simulasi Penanggulangan Bencana: Rumah Sakit Lapangan
11. Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem Rujukan dan Penggunaan
Ambulan
12. Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem Informasi dan Komunikasi
13. Simulasi Penanggulangan Bencana: Pembekalan Dapur umum
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Modul ini disusun berdasarkan metode pembelajaran pada saat pandemic
COVID-19 dimana praktikum dilaksanakan secara daring/online. Modul
Keperawatan Bencana terdiri daru 13 lembaran kerja. Setiap lembaran kerja
memiliki tujuan pembelajaran, peralatan yang diperlukan dan daftar referensi.
Mahasiswa perlu memahami tujuan pembelajaran, mempersiapkan peralatan
yang diperlukan dan menyediakan buku rujukan sesuai dengan daftar referensi.
Setiap lembaran kerja dibagi menjadi 3 bagian yaitu: kegiatan sebelum
praktikum, kegiatan selama praktikum dan kegiatan setelah praktikum. Bagian
kegiatan sebelum praktikum harus dikerjakan mandiri oleh mahasiswa sebelum
praktikum dilaksanakan, dengan merujuk kepada referensi yang dianjurkan.
Kegiatan selama praktikum merupakan panduan dalam melaksanakan
praktikum pada pertemuan tersebut, dan dapat memiliki bagian yang harus diisi
oleh mahasiswa baik secara individu atau kelompok. Bagian kegiatan setelah
praktikum dkerjakan secara mandiri oleh mahasiswa setelah praktikum selesai.

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PRAKTIKUM ONLINE


1. Mahasiswa membuka i-learning dan memilih slot Keperawatan Bencana.

Gambar 1 Tampilan ilearning Mata Kuliah Keperawatan Bencana

2. Mahasiswa mengikuti kegiatan praktikum dengan jadwal dan kelompok


yang telah ditentukan

4 Praktikum Keperawatan Bencana


Gambar 2 Tampilan Absensi/Attendence Praktikum Sesuai Dengan Kelompok

3. Saat praktikum mahasiswa wajib mengisi attendance/kehadiran dislot yang


sudah disediakan.

Gambar 3 Tampilan Lanjutan dari slot Attendence/Kehadiran

Edisi Pembelajaran Daring 5


Gambar 4 Tampilan pengisian attendance mahasiswa dan dosen

4. Setelah mengisi attendance, selanjutnya mahasiswa bergabung pada


kelompok praktikum yag sudah disediakan di Ms.Team dan join meeting
sesuai dengan topic praktikum saat itu (Link juga akan dibagikan melalui WA
grup sesaat sebelum praktikum di mulai).

Gambar 5 Tampilan kelompok praktikum di Ms. Team

6 Praktikum Keperawatan Bencana


LEMBARAN
KERJA 1
Survei Potensi Bencana Wilayah

TUJUAN PEMBELAJARAN :
Mahasiswa Mampu melakukan Survei Potensi Bencana di Wilayah tempat
tinggalnya

PERLENGKAPAN PERSIAPAN :
1. Pena
2. Kertas
3. Laptop
4. Hasil kegiatan dibuatkan dalam sebuah laporan kegitan dengan ketentuan :
a. Jenis tulisan Times New Roman
b. Font 12
c. Spasi 1.5

KEGIATAN SEBELUM PRAKTIKUM


1. Pelajari dan pahami Kembali proses Winshield Survey
2. Tuliskan dan Jelaskan Jenis Bencana :
a. Bencana alam

b. Bencana Non Alam

Edisi Pembelajaran Daring 7


c. Bencana Sosial

Referensi:

WINSHIELD SURVEY
Winshield Survey merupakan pengamatan terhadap suatu wilayah untuk
mendapatkan gambaran umum situasi dan keadaan suatu wilayah yang
didapat melalui wawancara dengan penduduk setempat, tokoh dan observasi
lingkungan. Gambaran umum tersebut dapat digunakan sebagai langkah awal
dalam penentuan masalah yang ada di dalam suatu wilayah tersebut. Baik
masalah kesehatan maupun masalah maladaptif lainnya yang ada dalam satu
wilayah.

Contoh Winshield Survey di suatu RW:


ELEMEN DESKRIPSI
Perumahan dan Bangunan
lingkungan (daer- Mayoritas bangunan adalah bangunan permanen
ah) terbuat dari tembok (156 orang).
Arsitektur
Hampir sama antara satu rumah dengan yang lain.
Lantai yang terbuat dari tegel 169 rumah, yang ter-
buat dari semen 46 rumah dan yang terbuat dari
tanah 9 orang. Rata-rata di setiap rumah terdapat
jendela dengan pencahayaan yang baik yaitu 167
rumah.

Keunikan lingkungan
Banyak tanah kosong di sekitar rumah yang diman-
faatkan untuk membuang sampah terutama halaman
belakang rumah.

8 Praktikum Keperawatan Bencana


Lingkungan ter- Luas
buka Luas wilayah RW III 100 Ha dengan kepadatan ra-
ta-rata 9-10 rumah / 100 m.
Kualitas
Lahan terbuka digunakan untuk membuang hasil
pembakaran sampah dan sampah basah.
Batas Batas wilayah
Barat : Kelurahan Sumur Welut, Timur : RW II, Utara :
Perumahan Pondok Manggala, Selatan : RW IV
Tingkat sosial Tingkat Sosial ekonomi
ekonomi Tingkat sosial ekonomi masyarakat RW III sebagian
besar tingkat menengah dengan mata pekerjaan
sebagai pegawai swasta (pegawai pabrik, kuli bangu-
nan, tukang batu).
Kebiasaan Dewasa-tua
Pada pagi dan sore hari sebagian warga bekerja. Dan
pada malam hari warga mempunyai kegiatan rutin
mengadakan pengajian di rumah secara bergilir (tiap
minggu atau tiap bulan sekali). Pada 1 bulan 2 kali
sekali ibu-ibu rumah tangga mengadakan arisan (ter-
gantung masing-masing RT). Dan setiap bulan sekali
diadakan arisan RW dan PKK.

Anak-anak
Pada pagi mayoritas pergi ke sekolah, siang hari ber-
main dengan teman sebaya dan sore hari mayoritas
mengikuti kegiatan keagamaan dengan mengaji di
TPA dan bermain sepak bola
Transportasi Transportasi menggunakan kendaraan pribadi (mo-
tor, sepeda, mobil) selain itu juga menggunakan
mobil angkutan umum, ataupun jalan kaki.
Situasi jalan beraspal, paving dan sepanjang waktu
keadaan jalan ramai.

Edisi Pembelajaran Daring 9


Fasilitas umum Kesehatan
Terdapat dokter praktik umum dan Puskesmas Pem-
bantu..

Sekolah
Di wilayah Kelurahan Balas Klumprik khususnya RW III
tidak terdapat bangunan sekolah
Agama Masjid : 1

Ekonomi
Banyak terdapat home industry, antara lain daur
ulang sampah (kardus), krupuk, konveksi (tempat HP)
dan isi ulang air.
Pelayanan umum
Tidak ada tempat pelayanan umum, seperti kantor
Pos, Bank, dan lain-lain di wilayah RW III
Pusat belanja Terdapat banyak toko yang menjual kebutuhan se-
hari – hari.
Suku bangsa Mayoritas penduduk dari suku Jawa.
Agama Mayoritas beragama Islam
Kesehatan dan Penyakit terbanyak yang terjadi di masyarakat selama
morbiditas 6 bulan terakhir adalah batuk pilek yaitu 67 KK Se-
dangkan pada usila 7 penyakit yang terbanyak adalah
rheumatik yaitu 12 orang, hipertensi 6 orang, katarak
5 orang, Diabetes Mellitus 4 orang, penyakit jantung
1 orang dan TBC 1 orang.
Sarana Penunjang Rata-rata warga mempunyai televisi dan radio, seba-
gian kecil mempunyai telepon.
Media cetak yang dibaca oleh sebagian besar mas-
yarakat adalah Jawa Pos dan Surya.
Sudah ada sumber air bersih yaitu PDAM, tetapi air
tersebut tidak digunakan sepenuhnya untuk pemenu-
han kebutuhan sehari – hari karena masih ada sum-
ber air bersih lainnya yaitu air sumur.
Sumber penerangan menggunakan PLN

10 Praktikum Keperawatan Bencana


KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM:
1. Mahasiswa Melakukan Survey Wilayah di salah satu RT/RW sekitar tempat
tinggal menggunakan (Winshield Survey). Lengkapi pengkajian dengan luas
wilayah, jumlah kepala keluarga, jumlah kelompok rentan yang ada di sekitar
wilayah, ketersediaan lokasi/jalur evakuasi, lokasi pengungsian dan sarana
kesehatan.
2. Dari hasil pengkajian yang dilakukan tentukan/kategorikan mana yang
merupakan Hazard (bahaya/ancaman), Kerentanan, dan Kapasitas pada
daerah tersebut.
3. Mahasiswa mengidentifikasi dan menganalisa akan potensi Bencana di RT/
RW tersebut.
4. Tentukan zona Merah, Zona Kuning, Zona Hijau dari wilayah tersebut.
5. Hasil kegiatan mahasiswa diketik lalu dikumpulkan di LMS (i-learn) Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas di slot lembar kerja yang sudah disediakan.

Edisi Pembelajaran Daring 11


LEMBARAN
KERJA 2
Perencanaan Mitigasi Pra Bencana, Tanggap
Darurat, dan Pasca Bencana Wilayah.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu membuat perencanaan terkait mitigasi pada saat pra
bencana, tanggap darurat dan pasca bencana di wilayah tempat tinggalnya
yang telah dilakukan survey sebelumnya.

PERLENGKAPAN PERSIAPAN :
1. Pena
2. Kertas
3. Laptop
4. Hasil kegiatan dibuatkan dalam sebuah laporan kegitan dengan ketentuan :
a. Jenis tulisan Times New Roman
b. Font 12
c. Spasi 1.5

KEGIATAN SEBELUM PRAKTIKUM


1. Jelaskan strategi/ tahap kegiatan mitigasi pada saat pra bencana

2. Jelaskan strategi/ tahap kegiatan pada saat mitigasi tanggap darurat

12 Praktikum Keperawatan Bencana


3. Jelaskan Strategi Kegiatan pada saat mitigasi pasca bencana

Referensi:

MITIGASI BENCANA
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Mitigasi didefinisikan
sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana,
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (UU No 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan Umum,
Pasal 1 angka 9) (PP No 21 Tahun 2008, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka
6). Mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk
mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan
bencana (UU No 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat (1))
Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c dilakukan
untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap
masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana (PP No 21 Tahun 2008
Pasal 20 ayat (1)) baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan
dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat. Dalam konteks bencana,
dekenal dua macam yaitu (1) bencana alam yang merupakan serangkaian
peristiwa bencana yang disebabkan oleh faktor alam, yaitu berupa gempa,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan tanah longsor, dll.
(2) bencana sosial merupakan suatu bencana yang diakibatkan oleh manusia,
seperti konflik social, penyakit masyarakat dan teror. Mitigasi bencana
merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama
dari manajemen bencana. Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu:

Edisi Pembelajaran Daring 13


a. Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis
bencana.
b. Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana.
c. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui
cara penyelamatan diri jika bencana timbul, dan
d. Pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi
ancaman bencana.

Mitigasi dibagi menjadi dua macam, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi
non struktural

1. MITIGASI STRUKTURAL
Mitigasi strukural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang
dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan
pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan
banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat tahan
gempa, ataupun Early Warning System yang digunakan untuk memprediksi
terjadinya gelombang tsunami. Mitigasi struktural adalah upaya untuk
mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa
teknis bangunan tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan
dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan
tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak membahayakan
apabila bencana yang bersangkutan terjadi. Rekayasa teknis adalah prosedur
perancangan struktur bangunan yang telah memperhitungkan karakteristik aksi
dari bencana.

2. MITIGASI NON-STRUKTURAL
Mitigasi non–struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari
upaya tersebut diatas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti
pembuatan suatu peraturan. Undang-Undang Penanggulangan Bencana (UU
PB) adalah upaya non-struktural di bidang kebijakan dari mitigasi ini. Contoh
lainnya adalah pembuatan tata ruang kota, capacity building masyarakat, bahkan
sampai menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi penguatan
kapasitas masyarakat, juga bagian dari mitigasi ini. Ini semua dilakukan untuk,
oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar daerah rawan bencana.
Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi risiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya
bagi penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi
(economy costs) dan kerusakan sumber daya alam.
b. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam

14 Praktikum Keperawatan Bencana


menghadapi serta mengurangi dampak/risiko bencana, sehingga
masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman.
Pertimbangan dalam Menyusun Program Mitigasi (khususnya di Indonesia):
a. Mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan
b. Fokus bukan hanya dalam mitigasi bencana tapi juga pendidikan, pangan,
tenaga kerja, perumahan dan kebutuhan dasar lainnya.
c. Sinkron terhadap kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat
d. Dalam sektor informal, ditekankan bagaimana meningkatkan kapasitas
masyarakat untuk membuat keputusan, menolong diri sendiri dan
membangun sendiri.
e. Menggunakan sumber daya dan daya lokal (sesuai prinsip desentralisasi)
f. Mempelajari pengembangan konstruksi rumah yang aman bagi golongan
masyarakat kurang mampu, dan pilihan subsidi biaya tambahan
membangun rumah.
g. Mempelajari teknik merombak (pola dan struktur) pemukiman.
h. Mempelajari tata guna lahan untuk melindungi masyarakat yang tinggal
di daerah yang rentan bencana dan kerugian, baik secara sosial, ekonomi,
maupun implikasi politik.
i. Mudah dimengerti dan diikuti oleh masyarakat.

TAHAP TANGGAP DARURAT BENCANA


Tahap Tanggap Darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan
pertolongan untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna
menghindari bertambahnya korban jiwa.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan
sumber daya;
2. Penentuan status keadaan darurat bencana;
3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
4. Pemenuhan kebutuhan dasar;
5. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
6. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
Pengkajian secara cepat dan tepat dilakukan untuk menentukan kebutuhan
dan tindakan yang tepat dalam penanggulangan bencana pada saat tanggap
darurat.
a. Pengkajian ini dilakukan oleh tim kaji cepat melalui identifikasi terhadap:
b. Cakupan lokasi bencana;
c. Jumlah korban bencana;
d. Kerusakan prasarana dan sarana;
e. Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan; dan
f. Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.

Edisi Pembelajaran Daring 15


Penentuan status keadaan darurat bencana dilaksanakan oleh Pemerintah
atau pemerintah daerah sesuai dengan tingkatan bencana. Penentuan status
keadaan darurat bencana untuk tingkat nasional ditetapkan oleh Presiden,
tingkat provinsi oleh gubernur, dan tingkat kabupaten/kota oleh bupati/walikota.
Pengerahan Sumber Daya Manusia, Peralatan, dan Logistik dilakukan untuk
menyelamatkan dan mengevakuasi korban bencana, memenuhi kebutuhan
dasar, dan memulihkan fungsi prasarana dan sarana vital yang rusak akibat
bencana.
Pengerahan Sumber Daya Manusia untuk:
a. Pencarian dan penyelamatan korban bencana;
b. Pertolongan darurat;
c. Evakuasi korban bencana;
d. Pelayanan kesehatan; dan
e. Penampungan serta tempat hunian sementara.
REHABILITAS DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran serta masyarakat. Membangun menjadi lebih baik adalah
sebuah prinsip dalam upaya rehabilitasi dan rekonstruksi dimana pada saat
pembangunan kembali baik aspek kerusakan dan kerugian akibat bencana,
wajib dilakukan agar menjadi lebih baik serta berpedoman pada usaha/ upaya
mengurangi risiko atau dampak bencana dimasa yang akan datang.
Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana adalah suatu rangkaian kegiatan
pengkajian dan penilaian akibat, analisis dampak, dan perkiraan kebutuhan,
yang menjadi dasar bagi penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi.
Pengkajian dan penilaian meliputi identifikasi dan penghitungan kerusakan dan
kerugian fisik dan non fisik yang menyangkut aspek kemanusiaan, perumahan
atau pemukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan lintas sektor. Analisis dampak
melibatkan tinjauan keterkaitan dan aggregat dari akibat-akibat bencana dan
implikasi umumnya terhadap aspek-aspek fisik dan lingkungan, perekonomian,
psikososial, budaya, politik dan kepemerintahan. Perkiraan kebutuhan adalah
penghitungan biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi. Sasaran substansial rehabilitasi dan rekonstruksi
adalah:

16 Praktikum Keperawatan Bencana


a. Aspek kemanusiaan, yang antara lain terdiri dari sosial psikologis,
pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, rekonsiliasi dan resolusi
konflik, keamanan dan ketertiban, partisipasi dan peran serta lembaga
dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat;
b. Aspek perumahan dan permukiman, yang terdiri dari perbaikan lingkungan
daerah bencana, pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat dan
pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
c. Aspek infrastruktur pembangunan, yang antara lain terdiri dari perbaikan
prasarana dan sarana umum, pemulihan fungsi pemerintah, pemulihan
fungsi pelayanan publik, pembangunan kembali sarana dan prasarana,
penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang
lebih baik dan tahan bencana, Peningkatan fungsi pelayanan publik dan
Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat;
d. Aspek ekonomi, yang antara lain terdiri dari pemulihan sosial ekonomi
dan budaya, peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, mendorong
peningkatan ekonomi lokal seperti pertanian, perdagangan, industri,
parawisata dan perbankan;
e. Aspek sosial yang antara lain terdiri dari pemulihan konstruksi sosial dan
budaya, pemulihan kearifan dan tradisi masyarakat, pemulihan hubungan
antar budaya dan keagamaan dan pembangkitan kembali kehidupan
sosial budaya masyarakat;
f. Aspek lintas sektor yang antara lain terdiri dari pemulihan aktivitas/
kegiatan yang meliputi tata pemerintahan dan lingkungan hidup;

Strategi penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan dengan cara :


a. Pengkajian kebutuhan pasca bencana secara cermat dan akurat baik
meliputi aspek fisik dan aspek pembangunan manusia;
b. Penentuan prioritas dan pengalokasian sumberdaya secara maksimal,
komprehensif dan partisipatif termasuk memasukkan sumberdaya lokal
sebagai salah satu bentuk pemulihan aktivitas sosial kemasyarakatan;
c. Penyebarluasan informasi atau sosialisasi rencana pelaksanaan rehabilitasi
dan rekonstruksi secara bertanggungjawab dan membuka kesempatan
semua pemangku kepentingan untuk berperan serta;

Upaya yang dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan


kondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi
normal yang lebih baik, agar kehidupan dan penghidupan masyarakat dapat
berjalan kembali.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Perbaikan lingkungan daerah bencana;
b. Perbaikan prasarana dan sarana umum;
c. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
d. Pemulihan sosial psikologis;
Edisi Pembelajaran Daring 17
e. Pelayanan kesehatan;
f. Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
g. Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;
h. Pemulihan keamanan dan ketertiban;
i. Pemulihan fungsi pemerintahan; dan
j. Pemulihan fungsi pelayanan publik

Sedangkan tahap rekonstruksi merupakan tahap untuk membangun kembali


sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna.
Oleh sebab itu pembangunannya harus dilakukan melalui suatu perencanaan
yang didahului oleh pengkajian dari berbagai ahli dan sektor terkait.
1. Pembangunan kembali prasarana dan sarana;
2. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
3. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat
4. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang
lebih baik dan tahan bencana;
5. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia
usaha dan masyarakat;
6. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
7. Peningkatan fungsi pelayanan publik; atau
8. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

REFERENSI:
• Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
• PP no 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
• Perka BNPB no 4 tahun 2008 tentang Pedoman penyusunan Rencana
Penanggulangan bencana
• Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17
Tahun 2010 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi Dan
Rekonstruksi Pasca Bencana

• Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 7
Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar

KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM:


MITIGASI PRA BENCANA
Dari hasil analisis resiko potensi bencana di daerah masing-masing yang telah
dikaji oleh mahasiswa, harap di identifikasi kegiatan mitigasi bencana khusus
nya di bidang kesehatan yang perlu dilakukan di daerah tersebut, sesuaikan
dengan peta resiko bencana di daerah masing-masing. Silahkan dituliskan
18 Praktikum Keperawatan Bencana
kegiatan yang akan dilakukan pada saat mitigasi bencana di bidang kesehatan
dalam tabel dibawah ini:

Wilayah Target populasi Kegiatan dan Penanggung Jawab

FASE BENCANA/ TANGGAP DARURAT


Setelah membuat mitigasi pada fase pra bencana dibidang kesehatan sesuai
dengan resiko bencana di daerah masing-masing, maka mahasiswa membuat
skenario terjadinya bencana didaerah tersebut. Jika resiko bencana di daerah
mahasiswa adalah banjir maka buat skenario bencana banjir terjadi di daerah
tempat tinggal mahasiswa. Lalu lakukan kegiatan dibawah ini:
Lakukan pengkajian cepat dan identifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah
korban, kerusakan sarana dan prasarana, gangguan terhadap fungsi pelayanan
kesehatan dan kemampuan sumber daya kesehatan
• Tentukan besaran/lokasi bencana
• Perkiraan jumlah korban
• Fungsi pelayanan kesehatan yang terganggu
• Kemampuan sumber daya kesehatan
• Buat plan of action perawat yang bekerja sama dengan pihak setempat
ketika dalam fase bencana, seperti contoh pada tabel dibawah ini :

Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Penanggung Jawab


Bantuan dan per- 1. Triase Perawat dan Relawan
awatan awal 2. Manajemen Trauma
3. Perawatan luka
4. Evakuasi Korban
5. Pengendalian infeksi
(Silahkan dilanjutkan)

Edisi Pembelajaran Daring 19


FASE PASKA BENCANA
Selama fase pemulihan, perawat berfungsi sebagai penghubung penting
terhadap sumber daya komunitas yang dibutuhkan. Keterampilan perawat
dalam pengumpulan data, surveilans penyakit, investigasi wabah dan pendidikan
kesehatan juga akan dibutuhkan dalam bencana. Koordinasi individu, layanan
perawatan keluarga dan komunitas adalah tanggung jawab berkelanjutan
untuk perawat selama fase rehabilitasi. Buat plan of action perawat ketika fase
pasca bencana sesuaikan dengan scenario yang telah dibuat mahasiswa, seperti
contoh pada table dibawah ini:

Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Penanggung Jawab


Perawatan yang 1. Intervensi pasca bedah Perawat
Berkesinambungan 2. Perawatan suportif
3. Rehabilitasi fisiologis
4. Dukungan psikososial
dan kesehatan mental
(Silahkan dilanjutkan)

Hasil lembar kerja diketik lalu dikumpulkan di LMS (i-learn) Fakultas


Keperawatan Universitas Andalas di slot lembar kerja yang sudah disediakan.

20 Praktikum Keperawatan Bencana


LEMBARAN
KERJA 3
Pembuatan Table Top

TUJUAN PEMBELAJARAN :
Mahasiswa Mampu Membuat Tabletop Disaster Exercise (TDE) pada resiko
bencana di wilayah tempat tinggal nya.
Perlengkapan Persiapan :
1. Pena
2. Kertas
3. Laptop
4. Steoroform
5. Gambar yang dibutuhkan
6. Kertas warna warni
7. Perekat gambar
8. Hasil kegiatan dibuatkan dalam sebuah laporan kegitan dengan ketentuan :
a. Jenis tulisan Times New Roman
b. Font 12
c. Spasi 1.5
TABLETOP DISASTER EXERCISE (TDE)
Tabletop Disaster Exercise (TDE) atau gladi meja adalah penerapan model
mitigasi bencana komunikasi untuk mengurangi risiko bencana. Tujuan nya
adalah memvalidasi pikiran atau ide, dari prosedur, rencana kontinjensi, rencana
operasi, perjanjian kerjasama dalam, dan lainnya; tetapi juga bertujuan untuk
memecahkan masalah dalam menjalankan perencanaan dan prosedur untuk
menghasilkan umpan balik untuk evaluasi dan revisi rencana kontinjensi. TDE
juga merupakan suatu latihan dalam bentuk diskusi pada level pengambil
keputusan dari tiap-tiap instansi yang berfungsi membahas kasus atau
permasalahan dalam operasi penanganan bencana berdasarkan skenario latihan
guna meningkatkan pemahaman tentang SOP, buku petunjuk, serta tugas dan
tanggung jawab masing-masing. Sasaran peserta pelatihan harus memiliki
kemampuan teknis sesuai dengan bidang masing-masing yang bersinergi
dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya pada skenario tertentu.
Selain itu, dapat menguji rencana kontinjensi atau System Operating Procedure
(SOP), serta dapat menguji peralatan baru sebelum digunakan.

Edisi Pembelajaran Daring 21


Dampak positif dilaksanakannya TDE yaitu:
1. Efektif dan efisien dalam hal waktu, dana dan sumber daya;
2. Metode efektif untuk menguji rencana, kebijakan dan prosedur;
3. Sebagai sarana mempererat kerjasama dan koodinasi antara agensi
4. Untuk melihat peranan kontrol dan koordinasi antar pemilik kekuasaan

KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM


1. Dari analisis resiko potensi bencana di wilayah masing-masing yang telah
dibuat oleh mahasiswa sebelumnya, lalu buat peta kelompok pelaku
manajemen bencana?
2. Siapa yang menjadi koordinator bencana di sektor kesehatan?
3. Bagaimana seharusnya sistem pendataan, komunikasi dan informasi
dilakukan?
4. Buat miniatur sederhana dari wilayah masing-masing yang menunjukkan
resiko potensi bencana diwilayah tersebut beserta dengan tempat/bangunan
yang bermakna saat terjadinya nya bencana seperti: tempat pelayanan
kesehatan, gedung tempat evakuasi, lapangan dan lain-lain
Contoh :

Gambar 6 Miniatur Daerah Resiko Bencana

5. Buat laporan dari kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa, beserta dengan
foto miniatur wilayah yang dibuat, lalu di upload di LMS (i-learn) Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas dalam slot yang sudah disediakan.

22 Praktikum Keperawatan Bencana


LEMBARAN
KERJA 4
Simulasi Table Top

TUJUAN PEMBELAJARAN :
Mahasiswa mampu mempresentasikan tabletop disaster exercise yang telah
dibuat nya beserta dengan plan of action fase bencana (tanggap darurat) dan
sistem pendataan, komunikasi, informasi di wilayah tempat tinggal nya.

KEGIATAN PADA SAAT PRAKTIKUM


1. Seluruh mahasiswa mempresentasikan hasil pengkajian yang telah dilakukan
mulai dari analisa resiko bencana pada wilayah tempat tinggal nya, lalu
plan of action ketika fase bencana (tanggap darurat) dan sistem pendataan,
komunikasi, informasi di wilayah tempat tinggal nya tersebut dengan dibantu
alat peraga yaitu miniatur daerah wilayah yang telah dibuat mahasiswa pada
praktikum sebelumnya.
2. Setelah mahasiswa presentasi, anggota kelompok lain di harapkan
memberikan kritik dan saran .

Edisi Pembelajaran Daring 23


LEMBARAN
KERJA 5
Sosialisasi Perencanaan Proses Mitigasi (Pra
Bencana), Tanggap Darurat, dan Pasca Bencana
Wilayah

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mampu mensimulasikan sosialisasi program mitigasi (pra
bencana), Tanggap Darurat, dan Pasca Bencana Wilayah.

KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM


1. Dalam sosialisasi mitigasi (prabencana), mahasiswa ditugaskan membuat
video edukasi berupa penyuluhan kesiapsiagaan menghadapi bencana
(boleh bencana alam, non alam, dan social) kepada masyarakat yang berada
di zona merah atau kuning.
2. Dalam kondisi tanggap darurat, mahasiswa ditugaskan membuat skenario
saat terjadinya bencana dan roleplay sesuai dengan scenario yang telah
dibuat.
3. Selanjutnya mahasiswa akan berdiskusi terkait perencanaan program pasca
bencana di wilayah tersebut.
4. Tugas ini merupakan tugas kelompok praktikum, dan dipresentasikan pada
saat praktikum berlangsung.

24 Praktikum Keperawatan Bencana


LEMBARAN
KERJA 6
Role Play Masalah Psikososial Pada Anak dan
Remaja

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mampu melakukan role play dalam penanganan masalah
psikosial yang terjadi pada anak dan remaja pada saat terjadinya bencana dan
paska bencana.

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL PADA ANAK


Untuk anak- anak, bencana bisa sangat menakutkan, fisik mereka yang
tidak sekuat orang dewasa membuat mereka lebih rentan tehadap ancaman
bencana. Rasa aman utama anak-anak adalah orang dewasa disekitar mereka
(orang tua dan guru) serta keteraturan jadwal. Oleh karena itu anak-anak juga
sangat terpengaruh oleh reaksi orang tua mereka dan orang dewasa lainya.
Jika orangtua dan guru mereka bereaksi dengan panik, anak akan semakin
ketakutan. Saat mereka tinggal di pengungsian dan kehilangan ketaraturan
hidupnya. Tidak ada jadwal yang teratur untuk kegiatan belajar, dan bermain,
membuat anak kehilangan kendali atas hidupnya.
Dibawah ini beberapa gejala stress pada anak paska bencana:
a. Takut pisah dari orang tua atau orang dewasa, selalu mengikuti orang
tuanya, ketakutan orang asing, ketakutan berlebihan pada “monster” atau
binatang
b. Kesulitan tidur atau menolak untuk pergi tidur
c. Kompulsif, bermain berulang-ulang yang merupakan bagian dari
pengalaman bencana
d. Kembali ke perilaku sebelumnya, seperti mengompol atau menghisap
jempol
e. Mudah menangis dan menjerit
f. Menarik diri, tidak ingin bermain bersama anak-anak lain
g. Ketakutan, termasuk mimpi buruk dan ketakutan suara tertentu,
pemandangan, atau benda terkait dengan bencana
h. Agresif dan lekas marah
i. Mudah curiga
j. Mengeluh sakit kepala, sakit perut atau nyeri
k. Masalah di sekolah, menolak untuk pergi ke sekolah dan tidak mampu
untuk berkonsentrasi

Edisi Pembelajaran Daring 25


Hal utama yang perlu dilakukan adalah bersikap tenang saat bersama
dengan anak-anak, karena reaksi orang dewasa akan mempengaruhi reaksi
anak. Mulailah membuat kegiatan yang teratur dan rutin bagi anak. Kegiatan
yang teratur adalah salah satu kebutuhan psikososial utama bagi anak-anak.
Anak-anak akan merasa aman jika segera melakukan aktivitas yang sama/mirip
dengn aktivitas rutin yang dilakukan sebelum bencana. Oleh karena itu penting
sekali, untuk segera menyelenggarakan sekolah darurat, mencari tempat yang
aman bagi anak-anak untuk bermain di sore hari, mengajak anak untuk mengaji
di sore hari (atau bible study untuk anak-anak Nasrani).
Dalam salah satu dari kegiatan tersebut dorong anak untuk membuat
gambar tentang bencana atau menulis cerita atau puisi tentang bencana. Ini
akan membantu kita memahami bagaimana ia melihat apa yang terjadi (namun
juga lupa lakukan debreifing sebagi penutup). Berikan anak dengan informasi
faktual tentang apa yang terjadi dan apa yang (atau akan terjadi). Gunakan
bahasa sederhana, bahasa yang dapat dimengerti anak. Yakinkan anak bahwa
ia aman. Anak-anak sangat rentan terhadap perasaan ditinggalkan saat mereka
terpisah dari orang tua. Oleh karena itu hindari upaya “melindungi” anak-anak
dengan mengirimkan mereka pergi ke tempat lain namun memisahkan mereka
dari orang yang mereka cintai.
Hal-hal yang perlu di perhatikan saat mengatasi masalah psikososial pada anak/
remaja:
1. Membangun emosi yang positif seperti keceriaan, ketertarikan pada anak,
lembut, mendukung, peduli, kasih sayang, perhatian, hangat, dan puas
setelah mengikuti kegiatan.
2. Menerima anak apa adanya.
3. Membiarkan anak-anak tahu bahwa anda ingin membantu.
4. Memberikan pujian dan penghargaan atas usaha-usaha yang sudah
dilakukan anak atau perilaku positif yang ditampilkan anak
5. Hindari memberikan label atau cap buruk pada anak
6. Gunakan bahasa yang sederhana, sebisa mungkin menggunakan bahasa
setempat
7. Mendengar aktif
8. Berempati dan peka dengan kebutuhan anak
9. Memperhatikan bahasa tubuh anak
10. Menggunakan kontak mata
11. Menghindari penggunaan bahasa yang tidak dimengerti anak (sesuaikan
bahasa yang kita pakai dengan bahasa yang biasa dipakai anak sehari-hari)
12. Menyediakan waktu lebih banyak guna berbicara dengan anak bila ada anak
yang membutuhkan waktu kita
13. Mendorong mereka untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan ide-ide
mereka

26 Praktikum Keperawatan Bencana


14. Memastikan mereka mengerti apa yang anda katakan
15. Bersikap hangat dan menggunakan nada bicara yang tepat
16. Memberi anak kesempatan untuk mengekspresikan perasaan dan ide-ide
mereka
17. Memberi anak kesempatan untuk memilih
18. Jangan menganak-emaskan atau terlalu berlebihan memperhatikan anak
tertentu
19. Bersikap fleksibel dan kreatif, mampu menyesuaikan diri apabila ada anak
yang tidak mau terlibat atau merasa bosan
20. Melibatkan anak/remaja bekerja dalam tim.

PILIHAN KEGIATAN DUKUNGAN PSIKOSOSIAL


Dukungan psikososial pada anak dapat dilakukan melalui beberapa bentuk
kegiatan. Ada kegiatan yang berbentuk rekreasional dan edukasi. Kegiatan
rekreasional biasanya bersifat menyenangakn bagi anak. Ragam kegiatan
rekreasional yang dapat dilakukan berupa kegiatan seni (yang mencakup
melukis, bermain musik, menari, drama ataupun pertunjukan boneka). Dalam
kegiatan tersebut, anak memiliki kesempatan untuk memahami apa yang terjadi
pada diri mereka dan teman-temannya. ini dapat membantu mereka untuk
melewati masa-masa sulit pasca bencana. Aktivitas lainnya adalah bercerita.
Melalui kegiatan ini, anak dapat belajar untuk mendengarkan dan menghargai
orang lain. Selain itu, mereka juga dapat mempelajari nilai-nilai dan cara apa
yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Alternatif
kegiatan rekreasional lainnya adalah bermain atau permainan. Dengan kegiatan
ini, anak memiliki wadah untuk mengekspresikan dirinya secara bebas. Pada
permainan yang terstruktur, anak dapat belajar mengenai nilai-nilai yang dapat
diperoleh dari kegiatan permainan yang mereka lakukan. Kegiatan lainnya adalah
olahraga. Olahraga dapat menyalurkan energi dan menyegarkan bagi orang
yang melakukan. Anak-anak juga dapat belajar nilai-nilai positif dari kegiatan
olahraga, seperti kerja sama, disiplin, rasa percaya satu sama lain, dll. Pada
kegiatan yang bersifat edukasi. Pendamping perlu untuk melakukan koordinasi
dengan pihakpihak terkait. Koordinasi perlu untuk dilakukan memastikan
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan level pendidikan anak.
Dalam mendampingi korban bencana, relawan/pekerja kemanusiaan yang
bergerak di bidang psikososial sebaiknya memiliki ketrampilan-ketrampilan
dasar yang diperlukan untuk mendampingi mereka. Misalnya ketrampilan untuk
mendengarkan dan menenangkan atau meredakan emosi yang meledak-ledak,
ketrampilan memberikan emotional first aid, dan lainnya seperti dibawah ini:
Psychological Teknik menenangkan, defusing and debriefing, menga-
First Aid tasi kepanikan

Edisi Pembelajaran Daring 27


Relaksasi Otot: PMR, Visualiasasi : tempat kedamaian, Pernafasan :
dewasa terapi meta
Relaksasi anak Otot: PMR anak Gua Bertingkat, Menghalau Singa, Visu-
alisasi: tempat rahasia, Pernafasan : menghirup bunga,
Sugesti : sensor tubuh
Kegiatan Seni, Teater, Olahraga, Bercerita, Permainan tradisional
rekreasional
Terapi Ekspresif Menulis, Menggambar

RELAKSASI UNTUK ANAK


Berbagai jenis relaksasi dapat membantu anak-anak untuk menjadi nyaman
dengan tubuh dan jiwa mereka. Relaksasi dapat membantu sirkulasi darah dan
oksigen ditubuh, relaksasi juga membantu menstimulasi batang otak untuk
melepaskan mekanisme freezing paska kejadian traumatic. Relaksasi yang
selama ini dikenal sebagai pendekatan pra terapi bagi orang dewasa (progresive
muscle, imajinasi, meta, dll) dapat dimodifikasi untuk relaksasi bagi anak. Pada
prinsipnya, kita perlu menambahkan dunia anak dalam proses relaksasi, yakni
dengan bermain dan imajinasi.

1. SENSOR TUBUH
Sensor tubuh adalah upaya untuk mendorong mereka menyadari setiap
bagian dari tubuhnya dan melakukan self sugesti bahwa tubuhnya sehat. Jika hal
ini dilakukan cukup sering maka anak-anak akan terlatih untuk menggunakan
kekuatan mental untuk mengendalikan tubuhnya. Teknik ini cocok untuk anak-
anak usia 4-8 tahun yang senang berimajinasi. Katakan pada anak-anak bahwa
mereka akan akan melakukan sensor pada tubuh untuk membuat tubuh mereka
terasa nyaman dan sehat. Minta anak-anak untuk melakukan sensor dengan
cara menyentuh seluruh tubuh mereka dengan perlahan-lahan (biasanya anak-
anak akan melakukan dengan cepat). (1) Gosok-gosokkan kedua tangan terebih
dahulu, dan (2) tanyakan kepada anak-anak cahaya warna apa yang keluar dari
tangan, setiap anak boleh memilih warna yang disukai. Kemudian (3) mulailah
dengan mengusap kepala, diperinci ke dahi, pipi kanan, pipi kiri, belakang
kepala, sekeliling leher, pundak kanan, tangan kanan, pundak kiri, tangan kiri,
dada, perut, kaki kanan dan kaki kiri, ulangi aktivitas ini hingga 3 kali. Setiap kali
selesai hingga kaki, (4) berikan sugesti positip dengan mengatakan : “tubuh kita
terasa nyaman dan sehat”

2. MENGHIRUP BUNGA
Teknik ini bertujuan menstimulasi anak untuk menghirup oksigen dan
nitrogen monoksida yang dibutuhan oleh tubuh. Nitrogen monoksida selain
bertindak sebagai neurotsranmiter yang mempercepat pengiriman pesan juga

28 Praktikum Keperawatan Bencana


memberikan efek menenangkan, karena akan mengaktifkan reksi berantai
dalam sel-sel tubuh yang menyebabkan pembuluh ddarah mengendur dan
berdilatasi. Dengan bernafas menggunakan hidung maka seseorng menghirup
udara dengan kadar yang tigg. (Oz, 2009, 267). Suplai oksigen dan nitogen
dioksida yang memadai akan membuat tubuh lebih nyaman. Mintalah anak-
anak untuk menyebutkan bunga yang baunya harum. Andaikata ada seorang
anak yang menyebut “Melati” tanyakan siapa yang pernah melihat bunga melati,
bagaimana bentuknya, besar atau kecil, apa warnanya. Kemudian katakan; “ mari
kita membayangkan memegang bunga melati, tutup mata kita……..sekarang kita
hirup baunya dengan hidung kita, ingat dengan hidung kita….hmmmmmmm,
bagaimana baunya…..harum khan……Kita ulangi lagi………….Satu dua tiga, kita
hirup lagi………….., kita hirup sekali lagi dengan hidung kita……... Lakukan hal ini
beberapa kali, agar anak-anak menghirup oksigen dan nitrogen dioksisa dengan
melimpah. Tanyakan kepada mereka, “bunga apa lagi yang harum?”

3. TERIAKAN PENGHALAU SINGA


Teknik ini bertujuan untuk membuat anak melepaskan emosi dengan
melakukan teriakan sekencang-kencangnya. Mulailah dengan cerita tentang
Singa yang mengganggu desa, anda bisa membuat atau mengarang suatu cerita
yang menarik tentang hal ini. Kemudian, anak-anak diminta untuk membantu
menghalau singa dengan teriakan mereka. Minta anak-anak untuk lari-lari kecil
di tempat, semakin lama semakin kencang, kemudian hitunglah 1, 2 dan 3, Pada
hitungan ketiga , teriaklah bersama-sama Haauuuuuu sekencang mungkin.
Kembali lari-lari kecil, semakin lama semakin kencang kemudian hitunglah 1,2
dan 3, teriak Haauuuuuu lagi. Lakukan hal ini 4-5 kali.

4. MENGELUARKAN RACUN
Katakan pada anak-anak bahwa kita akan mengeluarkan racun dari dalam
tubuh, dengan cara menghirup udara sebanyak mungkin dan mengeluarkan
dengan cara meniupkannya hingga udara di dalam tubuh terasa habis. Kemudian
hirup kuat-kuat lagi dan tiupkan lagi. Ajak anak-anak untuk berimajinasi, setiap
kali mereka meniup, ada udara hitam yang keluar dari mulut mereka. Lakukan
hal ini sebanyak 5 kali.

5. DOA DAN SHOLAWAT


Ajak anak-anak untuk berdoa atau bershalawat. Setelah selesai, tutup dengan
mengatakan “sekarang kita semua merasa lebih tenang” dan tunjukkan dengan
gerakan menyentuh dada. Jika hal ini dilakukan terus menerus, anak-anak akan
mengasosisasikan doa/sholawat dan menyentuh dada dengan ketenangan.

6. MENYANYIKAN LAGU
Minta anak-anak untuk berbaring dan memejamkan mata mereka. Dengan
lembut nyanyikan lagu-lagu yang lembut pengantar tidur, nyanyikan lagu
Edisi Pembelajaran Daring 29
tersebut 2-5 kali tergantung panjang pendeknya lagu. Misalnya, Nina bobok,
Sayang anak loen sayang,

7. MEMBENTUK BENDA
Teknik ini merupakan modifikasi dari progressive muscle untuk menstimulasi
batang otak, agar kembali memiliki control terhadap otot-otot tubuh. Minta
anak-anak bergerak atau berjalan pelan di ruangan, setelah bergerak beberapa
saat, minta mereka untuk menjadi : Kapas ringan yang terbang terbawa
angin.........setelah beberapa saat, menjadi Tiang listrik yang kaku..ayo lebih kaku
lagi, semakin kaku, tambah kaku.......menjadi pohon kelapa ditepi pantai....., lebih
lentur lagi, semakin letur...menjadi batu yang keras........menjadi ular yang meliuk-
liuk.....menjadi robot yang berjalan…., menjadi tanah liat yang lembek, menjadi
batu karang yang keras dan seterusnya.

8. TEMPAT RAHASIA
Bagikan kertas hvs dan pensil warna kepada anak-anak. Minta mereka untuk
menggambar suatu tempat yang mereka sukai, tempat itu bisa berupa taman
bunga, taman bermain, rumah dari gula-gula, rumah diatas pohon atau apapun
juga. Setelah mereka selesai menggambar minta mereka untuk menceritakan,
apa yang mereka gambar, ada apa saja disitu, apa saja yang mereka senang
lakukan ditempat itu. Setelah mereka selesai menceritakan, katakan bahwa
mereka akan diajak untuk mengunjungi tempat rahasia mereka. Minta mereka
untuk duduk dengan nyaman, menghirup nafas yang dalam 2-4 kali dan
menutup mata mereka. Saat mereka menutup mata, katakan”
Saat ini kita masuk dalam tempat rahasia kita, tempat yang kita sukai dan tidak
ada seorangpun yang tahu. Lihatlah apa saja yang ada di tempat itu, adakah
pohon? Bunga? mainan?..................................... Apa warnanya?...................... Apa lagi
yang terlihat? ................Coba sentuh salah satu yang terlihat, rasakan! Bagaimana
rasanya? Apakah kasar? Atau halus? Atau panas? Atau dingin? ..........................
Coba hirup udaranya, ada bau apakah?..........................................Dengarkan ada
suara apa saja disitu............................................Apa yang paling kamu ingin lakukan
disitu? Lakukanlah......................Setelah beberapa saat katakan ” secara perlahan
kita akan kembali ke tempat ini, Kakak/Abang akang menghitung hingga 5,
pada hitungan ke 5, kita akan membuka mata kita dan kembali ke ruangan in, 1.
............,2................3 gerakkan secara perlahan kaki kita, 4, gerakkan secara perlahan
ujung jari-jari kita, 5 buka mata perlahan-lahan kembali ke tempat ini”

9. GUA BERTINGKAT 3
Katakan pada anak-anak bahwa kita akan mengajak mereka mengunjungi
gua bertingkat 3 . Ajak mereka untuk berdiri dan katakan : Anak-anak kita akan
mengunjungi gua bertingkat tiga, kita akan berjalan pelan-pelan mendekati gua
yang ada di depan kita (berjalanlah ditempat dengan pelan-pelan), injak batu

30 Praktikum Keperawatan Bencana


dengan menekan kuat (ajukan kaki kanan dan tekan dengan kuat), injak batu
disebelah kiri dengan kuat juga (ajukan kaki kiri dan tekan dengan kuat). Ya......
pintu pertama sudah terbuka, liriklah mata ke atas, kita perlu melirik adakah
kelelawar diatas (wajah tetap menhadap ke depan), adakah yang melihat?
Liriklah sekali lagi? Adakah yang melihat kelelawar diatas? Liriklah sekali lagi?
Apa yang terlihat anak-anak? Baik, kalau begitu situaisinya aman. Sekarang kita
putuskan tali yang dapat mengangkat kita ke atas, gigit dengan kuat........lebih
kuat......lebih kuat lagi............(ekspresikan seolah-olah kita sungguh-sungguh
mengginggit sesuatu), ya kita butuh tenaga yang lebih kuat, anak-anak tarik
nafas yang kuat.........nah sekarang kita lebih kuat, mari kita gigit lagi...........gigit
yang kuat......lebih kuat lagi........., wah kita harus mengambil tenaga lagi, tarik
nafas dalam... ya kita sekarang sudah lebih kuat lagi, mari kita gigit lagi..........
gigit yang kuat.........lebih kuat lagi................ya talinya putus, wah rasakan otot
dipipi kita rasanya jadi lemas khan? Mari kita ikatkan tali itu ke perut kita, ikat
yang kencang, tahan nafas kencangkan perut kita supaya tidak sakit, tarik lebih
kencang lagi talinya, semakin kencang, ya tahan....kita diangkat naik ke tingkat
2. Nah lepaskan talinya, rasakan segera perut kita lega khan?.....mari kita ambil
kekuatan lagi, tarik nafas.............ya kita sudah siap lagi mari kita ikatkan lagi, ikat
lebih kencang, semakin kencang, kencangkan perut kita. Tahan......tahan.......ya
kita sampai tingkat 3 , kendorkan perut kita....rasakan lemasknya perut kita.....
lebih enak khan? Di depan kita ada batu yang menghalangi jalan, kita perlu
menyingkirkannya.......tarik nafas dulu ambil tenaga, hembuskan perlahan,
mari kita ambil batu itu, angkat ke atas, terus ke atas dan buang ke sampig
kanan. Masih ada satu batu lagi, tarik nafas, keluarkan perlahan agar tenaga
kita bertambah, angkat lagi, terus angkat, batu itu berat sekali, lempar ke kiri..
Mari kita berjalan lagi (berjalanlah ditenpat dengan perlahan), di depan kita
ada pintu, mari kita dorong, tarik nafas dahulu, mengambil tenaga, hembuskan
perlahan. Mari kita dorong, satu........dorong yang lebih kuat......dua............... Wah
pintunya tidak mau terbuka (kendorkan tangan anda), kita ulangi lagi, ambil
tenaga dulu (tarik nafas dan hembuskan perlahan), mari kita dorong bersama,
satu........lebih kuat lagi........dua.........semakin kuat, tiga.......horeee pintu terbuka......
tepuk tangan......... rasakan tangan dan seluruh tubuh kita menjadi lemas rasanya.
Kita sudah sampai tingkat 3

10. BERIMAJINASI DENGAN AWAN


Ajak anak-anak untuk berbaring atau duduk di tempat terbuka yang teduh.
Ajak anak-anak untuk melihat awan dan berimajinasi tentang bentuk awan,
misalnya mana awan yang berbentuk salju, berbentuk bola, berbentuk kuda,
dan seterusnya

Edisi Pembelajaran Daring 31


REFERENSI:
• Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia. Buku Panduan Dukungan Psikososial Bagi Anak Korban Bencana
Alam. 2020. Diakses pada tanggal 01 Oktober 2020 di web https://
www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/38/2713/buku-panduan-
dukungan-psikososial-bagi-anak-korban-bencana-alam
• Kharismawan, Kuriake. Panduan Program Psikososial Paska Bencana. Pusat
Pusat Pengendalian Trauma, Universitas Soegijapranata.

KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM


SKENARIO KASUS BENCANA ALAM:
Pada tanggal 30 September 2020 terjadi gempa bumi berkekuatan 7,6SR
di kota Padang. Gempa tersebut membuat banyak kerusakan seperti gedung
sekolah, perkantoran, hotel, pusat perbelanjaan dan rumah warga. Daerah yang
paling berdampak gempa adalah daerah Purus kota Padang. Hampir seluruh
bangunan di daerah tersebut lulu lantak. Sebagian masyarakat mengungsi di
Mesjid yang sudah dispersiapkan oleh pemerintah sebagai tempat pengungsian.
Banyak anak-anak dan remaja yang menjadi korban. Satu kelompok relawan
yang terdiri dari mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, datang ke
tempat pengungsian untuk memberikan trauma healing pada anak dan remaja
disana. Ketika sampai di daerah pengungsian tim relawan melihat sebagian
besar anak-anak duduk dengan wajah bersedih. Bahkan ada anak yang belum
bertemu dengan orang tua nya.
Buatlah perencaan kegiatan trauma healing yang bisa dilakukan oleh
mahasiswa keperawatan kepada anak dan remaja di tempat pengungsian
tersebut, lalu lakukan role play dengan kelompok praktikum.
Role play yang dilakukan dibuat dalam bentuk video dan di upload di LMS
(i-learn) Fakultas Keperawatan UNAND.

32 Praktikum Keperawatan Bencana


LEMBARAN
KERJA 7
Role Play Masalah Psikososial pada Dewasa dan
Lansia

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mampu melakukan role play dalam penanganan masalah psikosial
yang terjadi pada orang dewasa dan lansia pada saat terjadinya bencana dan
paska bencana.

DAMPAK PSIKOLOGIS BENCANA PADA ORANG DEWASA


Kondisi psikososial didaerah bencana khususnya bagi kaum perempuan
mengakibatkan berbagai goncangan psikologis seperti hilangnya rasa percaya
diri, muncul kekhawatir bahkan memunculkan gejala phobia yaitu perasaan takut
yang berlebihan. Individu dan komunitas mengalami trauma dan tekanan hidup
bertubi-tubi dan berkelanjutan. Situasi demikian dapat menurunkan motivasi
untuk mempertahankan hidup selanjutnya. Selain implikasi psikososial yang
pada umumnya muncul dikalangan perempuan, biasanya mereka mengalami
pengalaman traumatis dimana daya penyesuaian satu individu dengan individu
lainnya akan mengalami kendala. Hal tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai
faktor diantaranya:
a. Gambaran umum tentang dirinya,
b. Dukungan sosial yang diterimanya,
c. Kapasitas berpikir dan penyesuaian diri,
d. Tingkat keparahan,
e. Pengalaman traumatik
Selain itu korban bencana akan mengalami perubahan dalam kepribadian
yang berpengaruh pada tingkat fungsi dan hubungan dengan lingkungan
sekitarnya dan bahkan mereka tidak mampu menata kembali hidup mereka.
Sebagian besar dari korban bencana mengalami gejala temporer. Gejala yang
paling popular adalah stres dan stres paska trauma yang seringkali menghinggapi
korban-korban bencana. Stres terjadi karena adanya situasi eksternal atau
internal yang memunculkan tekanan atau gangguan pada keseimbangan hidup
individu.
Kaum perempuan di daerah bencana karena hidup dengan kondisi yang
lebih lebih buruk dari sebelumnya maka memunculkan perasaan gelisah, sedih,

Edisi Pembelajaran Daring 33


tak berdaya dan bingung. Harapan hidupnya seolah-olah hilang. Depresi akan
mucul akibat ketidakmampuan melakukan perubahan. Individu dan komunitas
mengalami situsi belajar dari pengalaman dan situasi hidup bahwa mereka tidak
mampu mengatasinya. Trauma yang muncul ini bersifat kolektif dan memberikan
dampak psikososial.
Beberapa gejala yang pada umumnya muncul akibat bencana adalah sebagai
berikut:
1. Ingatan yang senantiasai mencengkeram berbagai bayangan tentang trauma
2. Perasaan seolah-olah trauma muncul kembali
3. Mimpi buruk
4. Gangguan tidur
5. Gangguan makan (muntah/mual)
6. Gangguan saat mengingat traumna
7. Ketakutan
8. Kewaspadaan yang berlebih
9. Kesulitan mengendalikan emosi
10. Kesulitan berkonsentrasi

DAMPAK PSIKOLOGIS BENCANA PADA LANSIA


Para lansia  telah mengalami penurunan kemampuan fisik dan mental.
Kemampuan adaptasi yang dimiliki juga sudah sangat jauh berkurang, sehingga
sangat rentan terhadap perubahan. Selain itu kaum lanjut usia ini juga telah
kehilangan peran, sehingga merasa dirinya tidak berarti dan tidak dibutuhkan
lagi oleh keluarganya. Mereka juga rentan terhadap kemungkinan diabaikan
oleh keluarga.

AKTIVITAS PSIKOSOSIAL PADA ORANG DEWASA


1. Ajak untuk perbanyak melakukan kegiatan agama
2. Temani mereka
3. Ajak bicara tentang apa saja sehingga ia tidak merasa sendiri
4. Menjadi pendengar yang baik terutama saat ia menceritakan perasaannya
tentang bencana yang menimpa
5. Dorong korban untuk banyak beristirahat dan makan yang cukup
6. Ajak korban melakukan aktifitas yang positif
7. Ajak korban untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari
8. Ajak bercIbu-ibu/Bapak dengan menggunakan humor ringan
9. Ajak berbincang-bincang tentang kondisi saat ini diluar
10. Membantu menemukan sanak saudara yang masih terpisah
11. Memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga menimbulkan harapan

34 Praktikum Keperawatan Bencana


AKTIVITAS PSIKOSOSIAL PADA WANITA 
Dalam memulihkan diri sendiri :
1. Mengungkap masalah yang dirasakan kepada orang yang dipercayai
2. Merawat dan menjaga kesehatan diri, baik fisik maupun psikis
3. Melakukan aktivitas-aktivitas yang disukai yang dapat mengalihkan
dari pikiranpikiran akan kejadian, baik dilakukan sendiri maupun secara
berkelompok
4. Belajar Ketrampilan Baru
5. Mencoba iklas dan mendekatkan diri kepada-Nya
Membantu keluarganya dalam memulihkan kondisi pasca bencana
1. Memberikan pengetahuan dan informasi mengenai bencana (gempa,
banjir, tsunami, longsor dll) kepada anak dan keluarga.
2. Saling mendukung dan memperhatikan sesama anggota keluarga, serta
memberikan perhatian lebih kepada anggota keluarga yang masih memiliki
masalah akibat bencana dan peristiwa sulit
3. Memberikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
4. Apabila dia berperan sebagai orang tua tunggal, maka dia bekerja
untuk mencari nafkah bagi keluarga sesuai dengan kemampuan/ketrampilan
yang dimiliki.
Memulihkan sesama perempuan dalam komunitas:
1. Saling memberikan perhatian kepada sesama perempuan korban bencana
yang tinggal di sekitarnya.
2. Saling bercerita dan berbagi perasaan antar sesama perempuan di komunitas
3. Saling memberi informasi kepada sesama perempuan baik dalam hal
mengembangkan usaha (industri kecil) bersama-sama dan dapat berupa
informasi lainnya.
4. Mengajak rekan perempuan dalam komunitas agar lebih percaya diri, dan
aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok
5. Bersama-sama ikut memberikan pendapat dalam rapat atau pertemuan
penyelesaian masalah karena suara perempuan juga penting.

 AKTIVITAS PSIKOSOSIAL PADA LANSIA


1. Berikan keyakinan yang positif
2. Dampingi pemulihan fisiknya dengan melakukan kunjungan berkala
3. Berikan perhatian yang khusus untuk mendapatkan kenyamanan pada lokasi
penampungan
4. Bantu untuk membangun kembali kontak dengan keluarga maupun
lingkungan sosial lainnya
5. Dampingi untuk menapatkan pengobatan dan bantuan keuangan

Edisi Pembelajaran Daring 35


TRAUMA HEALING
Untuk mengatasi trauma pada korban bencana, maka dilaksanakan program
trauma healing. Trauma healing merupakan salah satu program yang bertujuan
untuk penyembuhan luka trauma yang dialami oleh korban bencana, mulai dari
anak-anak, dewasa, dan lansia. Beberapa program trauma healing yang dapat
dilaksanakan yaitu:
a. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok dapat dijalankan dengan membentuk FGD (Focus Group
Discussion) dimana dalam kelompok ini, peserta mendiskusikan sebuah
topic masalah kemudian mencari pemecahan masalah dari topic yang di-
angkat dan disepakati.
b. Kegiatan ibadah
Kegiatan ibadah sangat membantu korban bencana dalam menerima apa
yang dialaminya dengan ikhlas dan lapang dada. Selain, fisik, rohani kor-
ban juga perlu diberikan siraman agar korban tetap tegar dalam menjalani
kondisinya saat pasca bencana. Salah satu kegiatan ibadah yang dapat
dijalankan untuk korban dewasa yaitu majelis taklim.
c. Kesenian dan keterampilan
Kegiatan kesenian dan keterampilan yang dilakukan hendaknya kegiatan
yang dapat menghasilkan uang, sehingga kegiatan ini memberikan man-
faat bagi korban dewasa. Diantara kegiatan kesenian dan keterampilan
yang dapat dilakukan, yaitu: menyulam, merajut, memasak, dan lain-lain.
d. Terapi Aktivitas dan exercise pada lansia
Melakukan latihan fisik secara teratur dengan tujuan meningkatkan keseha-
tan, bisa dilakukan individu dan kelompok.

KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM


SKENARIO KASUS BENCANA ALAM:
Tanggal 01 Oktober 2020 terjadi hujan deras berturut-turut selama 2
hari menyebabkan meluapnya sungai di daerah Kuranji Kota Padang. Banjir
merendam ratusan rumah warga di daerah tersebut, ratusan warga harus
dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Kondisi tanggal 3 OKtober 2020 hujan
sudah mulai berhenti dan air sudah mulai surut, namun masyarakat belum
disarankan untuk kembali ke rumah masing-masing. Masyarakat mengungsi di
daerah tinggi yaitu di sebuah gedung perkantoran yang dikondisikan sebagai
tempat pengungsian. Satu kelompok relawan yang terdiri dari mahasiswa
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas, datang ke tempat pengungsian untuk
memberikan trauma healing pada masyarakat dan lansia disana. Ketika sampai
di daerah pengungsian tim relawan melihat sebagian besar pengungsi duduk
termenung dengan wajah muram, masyarakat banyak mengalami kerugian

36 Praktikum Keperawatan Bencana


terkait kerusakan rumah, kehilangan harta benda, bahkan ada yang anggota
keluarga nya belum bisa dihubungi.
1. Buatlah perencaan kegiatan trauma healing yang bisa dilakukan oleh
mahasiswa keperawatan kepada orang dewasa dan lansia di tempat
pengungsian tersebut, lalu lakukan role play dengan kelompok praktikum.
2. Role play yang dilakukan dibuat dalam bentuk video dan di upload di LMS
(i-learn) Fakultas Keperawatan UNAND.

Edisi Pembelajaran Daring 37


LEMBARAN
KERJA 8
Simulasi Penanggulangan Bencana: Evakuasi
Korban dan Triase Lapangan

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mampu mensimulasikan evakuasi korban dan triage lapangan
pada kasus/skenario yang diberikan.

KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM


TRIASE
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang membutuhkan
stabilisasi segera (perawatan di lapangan) dan mengidentifikasi korban yang
hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life-saving surgery).
Dalam aktivitasnya, digunakan kartu merah, kuning, hijau dan hitam sebagai
kode identifikasi korban. Prinsip utama triage adalah menolong para penderita
yg mengalami cedera/keadaan yg berat namun memiliki harapan hidup.
Triase lapangan dilakukan pada tiga kondisi:
1) Triase di tempat (triase satu)
2) Triase medik (triase dua)
3) Triase evakuasi (triase tiga)

TRIASE DI TEMPAT
Triase di tempat dilakukan di “tempat korban ditemukan” atau pada tempat
penampungan yang dilakukan oleh tim Pertolongan Pertama atau Tenaga
Medis Gawat Darurat. Triase di tempat mencakup pemeriksaan, klasifikasi,
pemberian tanda dan pemindahan korban ke pos medis lanjutan. Metode yang
paling sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T (Simple Triage
and Rapid Treatment ). Metode ini dibagi 4 kategori, yaitu:
1. Prioritas I Merah: Merupakan prioritas utama, diberikan pada korban dalam
keadaan kritis, seperti :
a. gangguan jalan napas
b. Perdarahan besar/tidak terkontrol
c. Penurunan respon/status mental

38 Praktikum Keperawatan Bencana


2. Prioritas II Kuning : tidak ada ancaman nyawa, tapi perlu pertolongan, contoh:
a. Luka bakar tanpa gangguan jalan napas atau kerusakan alat gerak
b. Patah tulang tertutup yang tidak bisa jalan
c. Cedera punggung
3. Prioritas III Hijau : kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga
sebagai “walking wounded” atau orang cedera yang dapat berlajan sendiri.
4. Prioritas 0 hitam: korban sudah meninggal/mengalami cedera yang
mematikan

PELAKSANAAN TRIAGE METODE S.T.A.R.T


1. Langkah pertama korban yang dapat ditunda. Kenali dan kelompokkan
semua penderita yang dapat/mampu berjalan ke areal yg telah ditentukan,
beri label HIJAU.
2. Langkah kedua pemeriksaan pernapasan. Sekarang para penolong
menghampiri mereka yang tidak mampu berjalan. Kemudian menilai
pernapasannya. Bila korban tidak bernapas buka napas dengan tekan dahi
angkat dagu. Bila tetap tidak bernapas setelah jalan napas dibuka maka
berikan tanda HITAM, jika ia bernapas 30 kali atau lebih per menit berikan
tanda MERAH.
3. Langkah ketiga – Penilaian Sirkulasi
4. Melakukan penilaian sirkulasi dengan cara memeriksa WPK (Waktu Pengisian
Kapiler) denagn cara menekan diatas kuku ujung jari korban, ujung jari
dibawah kuku akan pucat. Bila tekanan dilepas maka ujung jari akan menjadi
merah. Apabila ternyata llebih dari 2 detik beri warna MERAH bila kurang dari
2 detik lakukan langkah selanjtunya.
5. Langkah keempat Penilaian status Mental
a. Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana
b. Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana maka
beri MERAH
c. Bila mampu beri label KUNING

TRIASE MEDIK
Triase ini dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oleh tenaga
medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter yang bekerja di Unit
Gawat Darurat, kemudian ahli anestesi dan terakhir oleh dokter bedah). Tujuan
triase medik adalah menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh
korban.

TRIASE EVAKUASI
Triase ini ditujukan pada korban yang dapat dipindahkan ke Rumah Sakit
yang telah siap menerima korban bencana massal. Jika pos medis lanjutan dapat

Edisi Pembelajaran Daring 39


berfungsi efektif, jumlah korban dalam status “merah” akan berkurang, dan akan
diperlukan pengelompokan korban kembali sebelum evakuasi dilaksanakan.
Tenaga medis di pos medis lanjutan dengan berkonsultasi dengan Pos Komando
dan Rumah Sakit tujuan berdasarkan kondisi korban akan membuat keputusan
korban mana yang harus dipindahkan terlebih dahulu, Rumah Sakit tujuan, jenis
kendaraan dan pengawalan yang akan dipergunakan.

Gambar 7 skema triase START

PERTOLONGAN PERTAMA
Pertolongan pertama dilakukan oleh para sukarelawan, petugas Pemadam
Kebakaran, Polisi, tenaga dari unit khusus, Tim Medis Gawat Darurat dan Tenaga
Perawat Gawat Darurat Terlatih. Pertolongan pertama dapat diberikan di lokasi
seperti berikut:
1. Lokasi bencana, sebelum korban dipindahkan
2. Tempat penampungan sementara
3. Pada “tempat hijau” dari pos medis lanjutan
4. Dalam ambulans saat korban dipindahkan ke fasilitas
Pertolongan pertama yang diberikan pada korban dapat berupa kontrol

40 Praktikum Keperawatan Bencana


jalan napas, fungsi pernapasan dan jantung, pengawasan posisi korban, kontrol
perdarahan, imobilisasi fraktur, pembalutan dan usaha-usaha untuk membuat
korban merasa lebih nyaman. Harus selalu diingat bahwa, bila korban masih
berada di lokasi yang paling penting adalah memindahkan korban sesegera
mungkin, membawa korban gawat darurat ke pos medis lanjutan sambil
melakukan usaha pertolongan pertama utama, seperti mempertahankan jalan
napas, dan kontrol perdarahan. Resusitasi Kardiopulmoner tidak boleh dilakukan
di lokasi kecelakaan pada bencana massal karena membutuhkan waktu dan
tenaga.

POS MEDIS LANJUTAN


Pos medis lanjutan didirikan sebagai upaya untuk menurunkan jumlah
kematian dengan memberikan perawatan efektif (stabilisasi) terhadap korban
secepat mungkin. Upaya stabilisasi korban mencakup intubasi, trakeostomi,
pemasangan drain thoraks, pemasangan ventilator, penatalaksanaan syok
secara medikamentosa, analgesia, pemberian infus, fasiotomi, imobilisasi fraktur,
pembalutan luka, pencucian luka bakar. Fungsi pos medis lanjutan ini dapat
disingkat menjadi “Three ‘T’ rule” (Tag, Treat, Transfer) atau hukum tiga (label,
rawat, evakuasi).
Lokasi pendirian pos medis lanjutan sebaiknya cukup dekat untuk ditempuh
dengan berjalan kaki dari lokasi bencana (50–100 meter) dan daerah tersebut
harus:
1. Termasuk daerah yang aman
2. Memiliki akses langsung ke jalan raya tempat evakuasi dilakukan
3. Berada di dekat dengan Pos Komando
4. Berada dalam jangkauan komunikasi radio.

Gambar 8 Area Triase

EVAKUASI KORBAN BENCANA


Evakuasi korban bencana merupakan memindahkan korban/penderita
bencana dari lokasi bencana ke tempat yang lebih aman dan mengusahakan
penderita/korban yang masih bernyawa untuk dapat diselamatkan. Tujuan
evakuasi adalah untuk menyelamatkan nyawa penderita/korban yang masih

Edisi Pembelajaran Daring 41


hidup dan memindahkan penderita/korban yang sudah tidak bernyawa.
Kebijakan dalam melakukan evakuasi korban bencana adalah:
1. Mendahulukan korban yang masih bernyawa dan kemungkinan besar dapat
diselamatkan.
2. Korban yang tingkat kegawatannya tinggi dan beresiko mati, lebih baik
ditinggalkan terlebih dahulu.

PROSEDUR EVAKUASI:
1. Petugas evakuasi harus membekali diri dengan segala keperluan pribadi
serta membekali diri dengan membawa alat dan obat untuk pertolongan
pertama.
2. Menentukan skalasi bencana;luas wilayah,jumlah korban,jenis penyakit,sarana
dan prasarana yang tersisa, sisa SDM dan akses jalan menuju lokasi bencana.
3. Menyampaikan hasil survey awal ke rumah sakit, sehingga rumah sakit dapat
mempersiapkan diri.
4. Petugas lapangan menilai tingkat kegawatan korban untuk korban luka
ringan dan sedang di beri pertolongan pertama di tempat kejadian atau pos
kesehatan lapangan.
5. Korban luka ringan dan sedang diperlakukan sama seperti masyarakat umum.
6. Korban luka berat segera dievakuasi ke RS rujukan wilayah/RS Polri / RS TNI
terdekat.
7. Korban yang memerlukan perawatan lebih lanjut dapat dievakuasi ke pusat
rujukan melalui jalan darat/sungai/laut/udara sesuai sarana yang dimiliki.

MEMINDAH DAN MENGANGKAT PENDERITA/KORBAN


1. Sebelum mengangkat penderita perlu memperhatikan beberapa hal
seperti berapa berat objek, apakah memerlukan bantuan tambahan dalam
mengangkat dsb.
2. Komunikasikan rencana untuk mengangkat dan mengangkut dengan rekan
anda.
3. Pada saat mengangkat penderita, ada peraturan yang harus dipatuhi untuk
mencegah cedera. Diantaranya:
a. Posisikan kaki dengan baik. Kaki harus kokoh, menapak pada permukaan
dan diposisikan sepanjang lebar bahu.
b. Ketika mengangkat, gunakan kaki anda, bukan punggung anda untuk
mengangkat.
c. Ketika mengangkat, jangan berputar atau membuat gerakan lain selain
mengangkat. Usaha untuk berbelok atau berputar ketika mengangkat
merupakan penyebab utama cedera.
d. Ketika mengangkat dengan satu tangan, jangan mengkompensasi.
e. Hindari bersandar ke sisi manapun. Jaga punggung anda tetap lurus dan
terkunci.

42 Praktikum Keperawatan Bencana


f. Jaga beban sedekat mungkin dengan tubuh anda. Semakin jauh beban
dari tubuh anda, semakin besar kemungkinan anda cedera.
g. Ketika membawa penderita pada tangga, jika memungkinkan gunakan
kursi tangga daripada tandu.
4. Pada saat menjangkau penderita, ada peraturan yang harus dipatuhi untuk
mencegah cedera. Diantaranya:
a. Jaga punggung tetap dalam posisi lurus/ terkunci.
b. Hindari berputar ketika menjangkau.
c. Hindari menjangkau lebih dari 15-20 inchi di depan tubuh anda.
d. Hindari menjangkau yang berkepanjangan ketika diperlukan usaha yang
besar
5. Pada saat mendorong atau menarik penderita, ada peraturan yang harus
dipatuhi untuk mencegah cedera. Diantaranya:
a. Lebih baik dorong daripada tarik, jika memungkinkan.
b. Jaga punggung tetap lurus/terkunci.
c. Jaga garis tarikan melalui pusat tubuh anda dengan menekuk lutut.
d. Jaga beban dekat dengan tubuh anda.
e. Jika beban dibawah pinggang, dorong atau tarik dari posisi berlutut.
f. Hindari mendorong atau menarik melebihi kepala.

REFERENSI:
Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis
Kesehatan Akibat Bencana (Mengacu Pada Standar Internasional) Edisi Revisi.
Jakarta.

SKENARIO:
Bencana longsor kembali terjadi dan menimbulkan korban jiwa di kaki
gunung Singgalaang pada tanggal 5/10 2020. Longsor menimbun 14 rumah.
Team BPBD segera bergerak cepat dan dalam perjalanannya berkoordinasi
dengan pusat pelayanan kesehatan terdekat baik puskesmas maupun rumah
sakit serta berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Tim segera mengaktifkan
Sistem Penaggulangan Gawat Darurat Terpadu-Bencana (SPGDT-B), dan dibantu
dengan para relawan, tim segera menyisir beberapa lokasi untuk mencari korban,
memberi pertolongan awal dan merujuk ke RS terdekat. Diantara korban tampak
beberapa orang kritis. Adapun rincian korban bencana ini sebagai berikut:
a. Seorang pria paruh baya yang terluka pada kaki dan kepalanya dan
berkali-kali berteriak memanggil petugas kesehatan.
b. Seorang korban usia lanjut tampak nafas yang tersengal – sengal dengan
jejas di dinding dadanya disertai ketertinggalan gerak salah satu dinding
dadanya.
c. Seorang ibu muda dengan bayi menderita luka di kepala dan wajah
penuh dengan tanah disertai adanya memar pada beberapa bagian tubuh
dengan keadaan tidak menangis.
Edisi Pembelajaran Daring 43
d. Seorang wanita hamil yang tampak lemah dengan perdarahan.
e. Seorang laki-laki muda dengan tubuh penuh tanah dengan kondisi lemah
namun masih bisa diajak berbicara.
f. Seorang laki-laki yang terbaring lemah dan tampak pucat dengan perut
yang distended dan nadi yang lemah.
g. Seorang korban wanita muda terbaring tidak sadar dengan luka berat di
kepala.
h. Seorang anak-anak yang tergeletak terhimpit runtuhan bangunan dan
naditidak teraba
i. Seorang wanita paruh baya tergeletak di lantai, dengan kaki terhimpit
reruntuhan bangunan, terlihat lemah dengan pendarahan di daerah kaki.
j. Puluhan korban dengan luka-luka ringan di bagian tubuhnya.

Lakukan triage pada kondisi diatas dan tentukan dari korban A-J mana yang
termasuk kategori label hitam, merah, kuning dan hijau.
Jelaskan cara evakuasi yang dilakukan untuk menyelamatkan korban bencana
tersebut.

44 Praktikum Keperawatan Bencana


LEMBARAN
KERJA 9
Simulasi Penanggulangan Bencana: Penanganan
Gawat Darurat

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mampu mensimulasikan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu pada saat terjadinya bencana.

KONSEP SPGDT
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) adalah suatu
sistem berupa koordinasi dari sektor kesehatan yang didukung oleh sektor lain
dan kegiatan kelompok profesional pada keadaan kedaruratan medis sehari
hari (SPGDT-S) dan pelayanan kedaruratan medis pada saat kejadian bencana
(SPGDT-B).
Pada penanganan bencana dengan korban masal (pra rumah sakit, dirumah
sakit dan antar rumah sakit) memerlukan pengaturan dan penetapan tentang :
1. Koordinasi dan komando (perlu kesepakatan semua unsur terlibat baik unsur
pelayanan medis maupun unsur penanganan bencana secara menyeluruh)
pada saat penanganan bencana berlangsung.
2. Pengaturan bila diperlukan peningkatan (eskalasi) dan mobilisasi sumber
daya (SDM, fasilitas dan sumber daya lain) terkait dengan masalah penugasan
termasuk pembiayaan.
3. Pelatihan berupa simulasi dari prosedur tetap (Protap), petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis yang dibuat oleh masing-masing institusi agar dapat
diimplementasikan, pada saat penyiagaan dan penanganan bencana.
4. Pelaporan, monitoring dan evaluasi yang didokumentasikan untuk
menganalisis/ mengetahui masalah dan hasil penanganan pada saat pasca
bencana.

PENILAIAN AWAL
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera
mengetahui beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi.
Aktivitas ini dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan
kemungkinan yang dapat terjadi dan memobilisasi sumber daya yang adekuat
Edisi Pembelajaran Daring 45
sehingga penatalaksanaan lapangan dapat diorganisasi secara benar. Di
dalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi:
1. Lokasi kejadian secara tepat
2. Waktu terjadinya bencana
3. Tipe bencana yang terjadi
4. Perkiraan jumlah korban
5. Risiko potensial tambahan
6. Populasi yang terpapar oleh bencana
7. Pelaporan ke Tingkat Pusat
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi kecelakaan. Keterlambatan akan
timbul dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan
aktivitas lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal, atau informasi
yang dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam
kecelakaan.

PENYEBARAN INFORMASI PESAN SIAGA


Segera setelah pesan diterima, pusat komunikasi akan mengeluarkan pesan
siaga, memobilisasi sumber daya yang dibutuhkan dan menyebarkan informasi
kepada tim atau institusi dengan keahlian khusus dalam penanggulangan
bencana massal. Pesan siaga selanjutnya harus dapat disebarkan secara cepat
dengan menggunakan tata cara yang telah ditetapkan.

IDENTIFIKASI AWAL DILOKASI


Tugas kedua tim penilai awal adalah untuk mengidentifikasi lokasi
penanggulangan bencana. Hal ini mencakup:
1. Daerah pusat bencana
2. Lokasi pos komando
3. Lokasi pos pelayanan medis lanjutan
4. Lokasi evakuasi
5. Lokasi VIP dan media massa
6. Akses jalan ke lokasi.
Identifikasi awal lokasi-lokasi di atas akan memungkinkan masing-masing tim
bantuan untuk mencapai lokasi yang merupakan daerah kerja mereka secara
cepat dan efisien. Salah satu cara terbaik untuk proses pra-identifikasi ini adalah
dengan membuat suatu peta sederhana lokasi bencana yang mencantumkan
topografi utama daerah tersebut seperti jalan raya, batas-batas wilayah alami
dan artifisial, sumber air, sungai, bangunan, dan lain-lain. Dengan peta ini
dapat dilakukan identifikasi daerah-daerah risiko potensial, lokalisasi korban,
jalan untuk mencapai lokasi, juga untuk menetapkan perbatasan area larangan.
46 Praktikum Keperawatan Bencana
Dalam peta tersebut juga harus dicantumkan kompas dan petunjuk arah mata
angin.

TINDAKAN KESELAMATAN
Tindakan penyelamatan diterapkan untuk memberi perlindungan kepada
korban, tim penolong dan masyarakat yang terekspos dari segala risiko yang
mungkin terjadi dan dari risiko potensial yang diperkirakan dapat terjadi
(perluasan bencana, kemacetan lalu lintas, material berbahaya, dan lain-lain).
Langkah-langkah penyelamatan yang dilakukan, antara lain:
1. Aksi langsung yang dilakukan untuk mengurangi risiko seperti dengan
memadamkan kebakaran, isolasi material berbahaya, penggunaan pakaian
pelindung, dan evakuasi masyarakat yang terpapar oleh bencana.
2. Aksi pencegahan yang mencakup penetapan area larangan berupa:
a. Daerah pusat bencana—terbatas hanya untuk tim penolong profesional
yang dilengkapi dengan peralatan memadai.
b. Area sekunder—hanya diperuntukkan bagi petugas yang ditugaskan
untuk operasi penyelamatan korban, perawatan, komando dan kontrol,
komunikasi, keamanan/keselamatan, pos komando, pos medis lanjutan,
pusat evakuasi dan tempat parkir bagi kendaraan yang dipergunakan
untuk evakuasi dan keperluan teknis.
c. Area tersier—media massa diijinkan untuk berada di area ini, area juga
berfungsi sebagai “penahan” untuk mencegah masyarakat memasuki
daerah berbahaya. Luas dan bentuk area larangan ini bergantung pada
jenis bencana yang terjadi (gas beracun, material berbahaya, kebakaran,
kemungkinan terjadinya ledakan), arah angin dan topografi. Langkah
penyelamatan akan diterapkan oleh Tim Rescue dengan bantuan dari
Dinas Pemadam Kebakaran dan unit-unit khusus (seperti ahli bahan
peledak, ahli material berbahaya, dan lain-lain) dalam menghadapi masalah
khusus. Area larangan ditetapkan oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan
jika diperlukan dapat dilakukan koordinasi dengan petugas khusus seperti
kepala bandar udara, kepala keamanan di pabrik bahan kimia, dan lain-
lain.

LANGKAH PENGAMANAN
Langkah pengamanan diterapkan dengan tujuan untuk mencegah campur
tangan pihak luar dengan tim penolong dalam melakukan upaya penyelamatan
korban. Akses ke setiap area penyelamatan dibatasi dengan melakukan
kontrol lalu lintas dan keramaian. Langkah penyelamatan ini memengaruhi
penyelamatan dengan cara:
1. Melindungi tim penolong dari campur tangan pihak luar Mencegah terjadinya
kemacetan dalam alur evakuasi korban dan mobilisasi sumber daya.
2. Melindungi masyarakat dari kemungkinan risiko terpapar oleh kecelakaan
yang terjadi.
Edisi Pembelajaran Daring 47
Faktor keamanan ini dilaksanakan oleh Kepolisian, unit khusus (Angkatan
Bersenjata), petugas keamanan sipil, petugas keamanan bandar udara, petugas
keamanan Rumah Sakit, dan lain-lain.

POS KOMANDO
Pos Komando merupakan unit kontrol multisektoral yang dibentuk dengan
tujuan:
1. Mengoordinasikan berbagai sektor yang terlibat dalam penatalaksanaan di
lapangan.
2. Menciptakan hubungan dengan sistem pendukung dalam proses penyediaan
informasi dan mobilisasi sumber daya yang diperlukan.
3. Mengawasi penatalaksanaan korban.
Semua hal di atas hanya dapat terwujud jika Pos Komando tersebut
mempunyai jaringan komunikasi radio yang baik. Penatalaksanaan lapangan dari
suatu bencana massal membutuhkan mobilisasi dan koordinasi sektor-sektor
yang biasanya tidak bekerja sama secara rutin. Efisiensi aktivitas pra-rumah
sakit ini bergantung pada tercipta-nya koordinasi yang baik antara sektor-
sektor tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan koordinasi ini Pos komando harus
dibentuk pada awal operasi pertolongan bencana massal.
Kriteria utama bagi efektifnya Pos Komando adalah tersedianya sistem
komunikasi radio. Sistem ini dapat bervariasi antara peralatan yang sederhana
seperti radio-komunikasi di mobil polisi hingga yang kompleks pos komando
bergerak khusus, bertempat di tenda hingga yang ditempatkan dalam bangunan
permanen. Pos Komando ditempatkan diluar daerah pusat bencana, berdekatan
dengan pos medis lanjutan dan lokasi evakuasi korban. Pos ini harus mudah
dikenali dan dijangkau, dapat mengakomodasi semua metode komunikasi baik
komunikasi radio maupun visual.

PENCARIAN DAN PENYELAMATAN


Kegiatan pencarian dan penyelamatan terutama dilakukan oleh Tim Rescue
(Basarnas, Basarda) dan dapat berasal dari tenaga suka rela bila dibutuhkan. Tim
ini akan:
1. Melokalisasi korban.
2. Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat pengumpulan /
penampungan jika diperlukan.
3. Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian).
4. Memberi pertolongan pertama jika diperlukan.
5. Memindahkan korban ke pos medis lanjutan jika diperlukan.
Bergantung pada situasi yang dihadapi (gas beracun, material berbahaya),
tim ini akan menggunakan pakaian pelindung dan peralatan khusus. Jika tim ini

48 Praktikum Keperawatan Bencana


bekerja di bawah kondisi yang sangat berat, penggantian anggota tim dengan
tim pendukung harus lebih sering dilakukan.
Di bawah situasi tertentu dimana lokalisasi korban sulit dilakukan (seperti
korban yang terjebak dalam bangunan runtuh), pembebasan korban akan
membutuhkan waktu yang lebih lama. Jika kondisi korban memburuk, pimpinan
tim SAR melalui Pos Komando dapat meminta bantuan tenaga medis lapangan
dari tim medis untuk melakukan stabilisasi korban selama proses pembebasan
dilakukan. Tenaga medis yang melakukan prosedur ini harus sudah dilatih
khusus untuk itu, dan prosedur ini hanya boleh dilakukan pada situasi-situasi
yang sangat mendesak.
Jika daerah pusat bencana cukup luas mungkin perlu untuk membaginya
menjadi daerah-daerah yang lebih kecil dan menugaskan satu tim SAR untuk
setiap daerah tersebut. Dalam situasi seperti ini, atau jika daerah pusat bencana
tidak aman bagi korban, tim SAR dapat membuat suatu tempat penampungan
di dekat daerah pusat bencana dimana korban akan dikumpulkan sebelum
pemindahan selanjutnya. Tempat penampungan ini diorganisasikan oleh tenaga
medis gawat darurat bersama para sukarelawan dimana akan dilakukan triase
awal, pertolongan pertama dan pemindahan korban ke pos medis lanjutan.

Gambar 9 Alur Rujukan

HOSPITAL DISASTER PLAN


Pada saat terjadi bencana (internal atau eksternal) maka rumah sakit harus
sudah menyiapkan diri dengan membuat perencanaan sebelumnya yaitu :
Edisi Pembelajaran Daring 49
a. Perencanaan penanganan korban bencana di area musibah/ area bencana
(pengiriman tim ke lokasi bencana).
b. Perencanaan RS menerima korban bencana (korban masal) yang dikirim
ke rumah sakit dari lokasi bencana.
c. Perencanaan penanganan pasien dan masyarakat RS menghadapi
bencana yang terjadi di dalam RS
Terdapat tugas dan tanggung jawab RS dalam menghadapi bencana yaitu:
a. Membuat perencanaan bila menghadapi disaster dan selalu dievaluasi.
b. Melakukan koordinasi dgn instansi di luar RS & antar unit kerja didalam
RS
c. Melakukan pelatihan periodik dan berkelanjutan bagi personil di RS
d. Menyiagakan sistem komunikasi, sistem evakuasi penggerakan ambulans,
penyediaan obat dan alat untuk korban masal.
e. Menentukan penanggung jawab dan jadwal penugasan & diketahui oleh
seluruh pegawai di RS pada saat kebakaran.

PENGIRIMAN TIM KE LAPANGAN (FOREIGN MEDICAL TEAM)


Pada kejadian bencana yang terjadi di luar Rumah sakit memerlukan pengkajian
sbb (for external disaster; establish context ):
1. Keadaan khusus di masyarakat yang berhubungan dengan kepadatan
penduduk (Characteristic community, demographic such as population
density).
2. Tersedianya sumber dana /All resources (transportation, logistics).
3. Sistem komunikasi dan jejaring sosial yang tersedia saat itu/Social network ,
communication system.
4. Permasalahan yang berhubungan dengan infrastruktur /Infrastructure
problem (jalan raya, tempat penampungan, bandara / pelabuhan).
5. Karakteristik kasus korban bencana /Characteristic the victims misalnya pada
saat gempa akan ditemukan banyak kasus tauma, pada saat gunung meletus
akan didapatkan kasus ISPA dan luka bakar, pada saat terjadi banjir akan
banyak dijumpai kasus infeksi.
Pengiriman tim ke lapangan memerlukan beberapa pertimbangan tentang
beberapa hal penting:
1. Komposisi tim yang akan dikirim ketempat bencana dengan kemampuan
khusus yang dimiliki /Team composition (speciality).
2. Komando/ Koordinator tim yang memiliki kemampuan mengaktivasi tim di
lapangan/ Team commander and who activate the team.
3. Diperlukan peralatan medis, peralatan proteksi diri para petugas, logistic
pendukung yang dibutuhkan tim/ Need the medical equipment, protective
clothing, supporting logistics.
4. Kesepakatan sistim komunikasi dan transportasi/ Communication and
transport arrangement.
50 Praktikum Keperawatan Bencana
KEGIATAN YANG DAPAT DILAKUKAN:
• Pembuatan rumah sakit lapangan (menggunakan tenda, bangunan yang
ada dan mengelola penyelenggaraan pelayanan kesehatan di lokasi bencana
• Membantu rumah sakit lain (RS terdekat dengan lokasi bencana/ RS rujukan
di lokasi bencana).
• Bila diperlukan membantu mengkoordinasikan tim medis/ rumah sakit pada
penanganan di lapangan

Gambar 10 SPGDT-B

REFERENSI
Kepmenkes No. 106/Menkes/SK/I/2004 Tentang Tim SPGDT dan Pelatihan
PPGD / GELS.
Pedoman Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, Ditjen Bina
Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan
National Emergency Medical Services Education Standards, an Emergency
Medical Responder Instructional Guidelines (http://www.ems.gov/
pdf/811077b.pdf)
Classification and Minimum Standards for Foreign Medical Teams in
Sudden Onset Disasters (http://www.who.int/hac/global_health_
cluster/fmt_guidelines_september2013.pdf)

Edisi Pembelajaran Daring 51


KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM:
SKENARIO:
Pada tanggal 8 Oktober 2020 terjadi gempa berkekuatan 6,2 SR yang berpusat
10km dari pantai Bungus kota Padang. Gempa terjadi pada pukul 09.00WIB,
dimana masyarakat sedang melakukan aktivitas sehari-hari. Daerah yang
berdampak paling parah adalah kecamatan Bungus Teluk Kabung, diketahui
beberapa penginapan di sekitar pantai roboh, dan satu gedung Sekolah
Menengah Atas juga rata dengan tanah. Banyak korban yang tidak sempat
menyelematkan diri. Setelah peringatan dari BMKG menyatakan situasi sudah
aman dan Gempa tidak berpotensi Tsunami, maka diturunkan tim relawan untuk
membantu mengevakuasi korban gempa terutama di tempat penginapan dan
gedung sekolah tersebut. Diketahui di sekitar kecamatan Bungus tidak terdapat
Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang tersedia hanya puskesmas rawat inap.
Adapun korban yang sudah di evakuasi di gedung SMA adalah sebanyak 50
orang 30 orang dalam keadaan luka ringan, 5 orang cidera kepala berat, 5 orang
adanya fraktur baik di ektremitas atas atau bawah, 6 orang dalam keadaan
pingsan kemungkinan adanya trauma di dalam tubuh dan nadi lemah, dan 4
orang ditemukan dalam keadaan apnoe.
1. Lakukan roleplay penanganan gawat darurat dalam situasi bencana seperti
scenario diatas, dimana seluruh mahasiswa akan berperan sebagai orang
yang terlibat dalam manajemen SDM saat bencana.
2. Buatkan system komando dan informasi yang jelas antara semua tim.
3. Persiapkan lingkungan yang diperlukan untuk evakuasi korban.
4. Lakukan system rujukan jika dibutuhkan
5. Lalu evaluasi ke efektifan kebijakan penanggulangan gawat darurat bencana
yang telah dilakukan.

52 Praktikum Keperawatan Bencana


LEMBARAN
KERJA 10
Simulasi Penanggulangan Bencana: Rumah Sakit
Lapangan

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mampu melakukan simulasi penanggulangan bencana dengan
memahami system rumah sakit lapangan.

KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM


RUMAH SAKIT LAPANGAN (RS LAPANGAN)
Rumah sakit lapangan (RS lapangan) merupakan unit pelayanan yang
diciptakan untuk membantu fungsi pelayanan kesehatan rujukan (rawat jalan,
rawat inap, UGD, kamar operasi, laboratorium, dll) yang dilaksanakan dalam
kondisi darurat. Dalam pengorganisasian, unit pelayanan tersebut terdiri dari
bagian bagian yang saling bekerja sama di dalam memberikan pelayanan
medik dasar dan spesialistik baik untuk perorangan maupun kelompok korban
bencana. Untuk dapat menjalankan fungsi secara baik tentunya diperlukan
pengorganisasian yang dijabarkan ke dalam bentuk organisasi dengan tugas dan
fungsi masing-masing bagian yang jelas. Demikian pula, mekanisme koordinasi
antar-bagian juga tergambar dengan jelas sehingga tidak menimbulkan kesan
yang tumpang tindih di dalam operasionalisasinya. Selain itu, mobilisasi tenaga
yang bekerja pada setiap bagian juga diatur sedemikian rupa agar dapat
menjalankan fungsinya dengan baik.

KRITERIA KEPALA RS LAPANGAN, ANTARA LAIN :


1. Minimal dokter umum
2. Mempunyai pengalaman dalam penanggulangan bencana
3. Sehat jasmani dan rohani.

TUGAS KEPALA RS LAPANGAN, ANTARA LAIN:


1. Memimpin dan mengelola tim RS lapangan dan SDM setempat guna
mencapai tujuan RS lapangan selama masa tugas.
2. Mengkoordinasikan operasional RS lapangan secara internal dan eksternal
(dengan institusi kesehatan setempat dan institusi lain).
3. Memantau dan mengevaluasi operasionalisasi RS lapangan sesuai standar

Edisi Pembelajaran Daring 53


pelayanan medis secara rutin.
4. Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan RS lapangan.
5. Melaporkan seluruh kegiatan RS lapangan ke dinas kesehatan setempat
dan PPK secara berkala (laporan harian, mingguan, bulanan, laporan akhir)
yang mencakup data statistik kesehatan berdasarkan sistem pemantauan
kesehatan.
6. Merencanakan dan menyiapkan serah terima tanggung jawab kepada tim
pengganti yang meliputi unsur-unsur teknis dan administratif.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan penilaian untuk pendirian
RS lapangan di lokasi bencana, antara lain:
1. Keamanan. Lokasi pendirian RS lapangan harus berada di wilayah yang aman
dari bencana susulan, misalnya, tidak berpotensi terkena gempa susulan atau
banjir susulan. Jika bencana berkaitan dengan konflik maka lokasi RS lapangan
harus berada di wilayah yang netral dan mendapat jaminan keamanan dari
kedua pihak yang bertikai.
2. Akses. Dalam penetapan lokasi pendirian RS lapangan, kita harus
memperhitungkan kemudahan akses bagi petugas dan pasien, juga untuk
mobilisasi logistik.
3. Infrastruktur. Apakah terdapat bangunan yang masih layak dan aman
dipergunakan sebagai bagian dari RS lapangan. Jika tidak, apakah ada lahan
dengan permukaan datar dan keras yang dapat digunakan untuk pendirian
RS lapangan. Apakah tersedia prasarana seperti sumber air bersih dan
listrik yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan operasional RS lapangan.
Selain itu, perlu pula dipertimbangkan ketersediaan bahan bakar untuk
menghidupkan genset dan kebutuhan operasional lain.
4. Sistem komunikasi. Apakah tersedia system komunikasi di lokasi pendirian
RS lapangan atau apakah diperlukan sistem komunikasi yang independen
bagi RS lapangan. Faktor komunikasi memegang peranan penting baik
untuk keperluan internal rumah sakit maupun untuk hubungan eksternal
terkait dengan pelaporan, koordinasi dan mobilisasi tenaga dan logistik, dsb.
Semua penilaian tersebut dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait untuk
mendapatkan hasil yang tepat sehingga mobilisasi RS lapangan dan sumber
dayanya dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
TENAGA MEDIS DAN NON-MEDIS
Pendirian RS lapangan memerlukan tenaga yang sudah terlatih dalam hal
operasionalisasi RS lapangan, yang terdiri dari tenaga medis dan non-medis
yang akan menjadi tim inti RS lapangan. Tim inti harus dipersiapkan sejak awal
dan terdiri dari unsur manajerial, klinisi, keperawatan, penunjang medis, sarana,
dan prasarana, biasanya merupakan tim yang melekat pada sistem RS atau
dibentuk oleh suatu institusi atau badan dengan melibatkan berbagai unsur.
Tenaga medis RS lapangan dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang memang menjadi tujuan pendirian RS lapangan. Contoh tenaga medis

54 Praktikum Keperawatan Bencana


yang terlibat, antara lain:
• dokter umum
• dokter spesialis bedah
• dokter spesialis bedah tulang
• dokter anestesi
• dokter penyakit dalam
• dokter spesialis kandungan
• dokter spesialis anak
• dokter spesialis jiwa
• perawat mahir (gawat darurat, kamar bedah, intensif, rawat bedah)
• perawat anestesi
• perawat umum
• radiographer
• tenaga analisis laboratorium
• apoteker dan asisten apoteker
• ahli gizi/dietisien
• tenaga rekam medis
• tenaga elektro medik, dan
• tenaga sanitarian.
Selain tenaga medis, tenaga non-medis juga diperlukan untuk mendukung
kelancaran operasionalisasi RS lapangan. Kebersihan maupun perawatan
tenda dan perlengkapan RS lapangan demikian pula dengan kesehatan dan
kesejahteraan anggota tim RS lapangan maupun penduduk yang berobat
menjadi tugas mereka. Tenaga non-medis yang terlibat, antara lain:
• pengemudi /supir
• juru masak
• tenaga administrasi
• tenaga laundry
• tenaga teknisi listrik dan mesin
• tenaga pembantu umum (untuk tenaga gudang, kebersihan, dll.)
• tenaga keamanan.
Untuk mempersiapkan anggota tim RS lapangan baik tenaga medis maupun
non-medis, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan:
• Tenaga yang dimobilisasi bersifat situasional bergantung pada bencana
yang terjadi.
• Tenaga lokal dapat disiapkan untuk mendukung tim inti yang bertugas.
• Masa tugas ≤14 hari dan berkesinambungan dengan tim pengganti yang
akan bertugas setelah serah terima dengan tim sebelumnya.
• Penyediaan tenaga dilaksanakan secara bertahap dan disesuaikan dengan
jenis pelayanan dan waktu yang disediakan.

Edisi Pembelajaran Daring 55


OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN
Pada prinsipnya pelayanan farmasi (obat dan perbekalan kesehatan) kepada
pasien di RS lapangan hampir sama dengan pelayanan pada pasien di rumah
sakit biasa karena kondisi darurat sistem pelayanannya dibuat lebih sederhana.
Kriteria jenis obat yang disediakan di RS lapangan adalah obat untuk penyelamat
jiwa (pertolongan pertama atau kondisi emergensi).
JENIS PENYAKIT DAN OBAT SAAT BENCANA
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Buku Peta Bencana di Indonesia
beberapa jenis penyakit dan kelainan yang sering ditemukan pada keadaan
bencana dan di tempat pengungsian, antara lain:
• diare
• ISPA
• campak
• tifoid
• stres
• hipertensi
• penyakit mata
• asma
• kurang gizi
• penyakit kulit
• DBD
• tetanus
Beberapa pendekatan yang dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan
perhitungan kebutuhan obat dalam situasi bencana, yaitu:
1. Melihat jenis bencana yang terjadi, misalnya bencana banjir, bencana
gunung meletus, bencana kebakaran hutan, bencana kebakaran, bencana
akibat konflik (huruhara). Berdasarkan data tersebut, kita dapat melakukan
perhitungan yang relatif sesuai dengan kebutuhan selain jenis obat yang
disediakan juga dapat mendekati kebutuhan nyata.
2. Mendata jumlah pengungsi, berikut usia dan jenis kelaminnya.
3. Pedoman pengobatan yang umum digunakan. Dalam hal ini sebaiknya
merujuk pada Pedoman Pengobatan yang diterbitkan oleh Depkes.
Agar penyediaan obat dan perbekalan kesehatan dapat membantu
pelaksanaan pelayanan kesehatan pada saat kejadian bencana, jenis obat
dan perbekalan kesehatan harus sesuai dengan jenis penyakit dan pedoman
pengobatan yang berlaku. (DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar terapi
rumah sakit.).

Rumah sakit lapangan ini bisa terdiri dari beberapa tenda yang disesuaikan
dengan fungsi nya, seperti:
1. Tenda Gudang, tujuan: Sebagai tempat penyimpanan seluruh peralatan RS
lapangan untuk bencana pada saat persiapan sampai operasionalisasi.
56 Praktikum Keperawatan Bencana
2. Tenda Unit Gawat Darurat (UGD), tujuan: Sebagai tempat untuk memberikan
pelayanan gawat darurat (gadar) dan melakukan triase.
3. Tenda Bedah, tujuan: Sebagai tempat untuk tindakan operasi (bedah).
4. Tenda Perawatan tujuan: Sebagai tempat untuk perawatan pasien.
5. Tenda Intensive Care Unit (ICU) tujuan: Sebagai tempat untuk perawatan
intensif pasien yang kritis.
6. Tenda Farmasi, tujuan: Sebagai tempat untuk menyiapkan dan menyediakan
bahan sediaan farmasi (obat dan bahan habis pakai)
7. Tenda Personel, tujuan: Sebagai tempat istirahat personel RS lapangan.
8. Pendirian Tenda Administrasi, tujuan: Sebagai tempat pelayanan administrasi
RS lapangan.
9. Tenda Laundry dan Sterilisasi, tujuan: Sebagai tempat untuk sterilisasi alat
medis, alat operasi, linen (baju operasi, tutup kepala).
10. Tenda X-Ray tujuan: Sebagai tempat untuk memberikan pelayanan radiografi
pada pasien.

PENYEDIAAN PRASARANA RUMAH SAKIT LAPANGAN


1. Alat Kesehatan (Alkes)
2. Prasarana Radio Komunikasi
3. Pembangkit Daya Listrik (Generator Set)
4. Prasarana Penerangan
5. Prasarana Air Bersih
6. Prasarana Pembuangan Limbah
7. Prasarana Laundry dan Sterilisasi
8. Prasarana Pelayanan Gizi (Dapur Umum)
9. Prasarana Toilet dan Kamar Mandi

Sumber: https://republika.co.id/berita/phv9pr396/baznas-resmikan-rumah-sakit-lapangan-di-sigi
Gambar 11 Bagian depan Rumah Sakit Lapangan

Edisi Pembelajaran Daring 57


Sumber: https://nasional.okezone.com/read/2018/11/08/337/1975126/baznas-bangun-rumah-sakit-lapangan-di-palu
Gambar 12 ruang perawatan Rumah Sakit Lapangan

Sumber: https://covid19.go.id/p/berita/rs-lapangan-jatim-rawat-16-pasien-covid
Gambar 13 Ruang Perawatan Rumah Sakit Lapangan

58 Praktikum Keperawatan Bencana


Sumber: http://metrobali.com/kesdam-jaya-gelar-rumah-sakit-lapangan-bantu-pemda-dalam-menanggulangi-
korban-bencana-alam/
Gambar 14 Ruang Operasi Rumah Sakit Lapangan

REFERENSI:
Kementrian Kesehatan. 2008. Pedoman Pengelolaan Rumah Sakit
Lapangan untuk Bencana. Jakarta: Kemenkes RI.

Edisi Pembelajaran Daring 59


LEMBARAN
KERJA 11
Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem
Rujukan dan Penggunaan Ambulance

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa melakukan simulasi sistem rujukan dan penggunaan ambulance
pada saat terjadinya bencana.

SISTEM TRANSPORTASI DAN RUJUKAN


Transportasi saat bencana adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut
penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai
dengan tujuan untuk memindahkan penderita/korban bencana dengan aman
tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang memadai.
Kebijakan terkait sistem transportasi:
1. Pengoperasian alat transportasi belum di anggap berakhir hingga seluruh
personil dan perlengkapan yang terdiri dari sistem pengiriman perawatan
emergensi pra rumah sakit siap untuk pengiriman selanjutnya.
2. Alat transportasi yang digunakan untuk memindahkan korban dari lokasi
bencana ke RS atau dari RS yang satu ke RS yang lainnya.
3. Pada setiap alat transportasi minimal terdiri dari 2 orang para medik dan 1
pengemudi (bila memungkinkan ada 1 orang dokter)

PROSEDUR  TRANSPORTASI :
1. Persiapan ambulans Gawat darurat di rumah sakit maupun di lokasi
pengungsi.
2. Menerima dan menanggapi panggilan emergensi dari lokasi bencana.
3. Mengoperasikan ambulans gawat darurat apabila ada korban yang
membutuhkan pengangkutan.
4. Memindahkan korban/pasien dari tempat kejadian ke ambulans.
5. Transportasi pasien ke rumah sakit lapangan atau rumah sakit terdekat.
6. Pengiriman pasien ke rumah sakit menggunakan ambulan harus sesuai
dengan peraturan penggunaan ambulans di jalan raya.
7. Memindahkan pasien ke unit gawat darurat untuk dilakukan penanganan
secara cepat

60 Praktikum Keperawatan Bencana


AMBULANCE
Ambulance merupakan sarana transportasi untuk mengangkut penderita/
korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai. Tujuan nya untuk
memindahkan penderita/korban bencana dengan aman tanpa memperberat
keadaan penderita/korban ke sarana kesehatan yang memadai.

PROSEDUR PENGGUNAAN AMBULANCE SAAT DI RUMAH SAKIT


a. Kru ambulans harus mulai menyiapkan ambulans untuk pengiriman
berikutnya.
1. Bersihkan dengan cepat ruang pasien dengan menggunakan sarung
tangan industri.
2. Bersihkan darah, muntahan, dan cairan tubuh lainnya yang mengering
di lantai.
3. Seka perlengkapan apapun yang terkena percikan. Masukkan handuk
yang digunakan untuk membersihkan darah dan cairan tubuh langsung
ke dalam kantung merah.
4. Buang sampah-sampah seperti bungkus perban, balut yang sudah
dibuka walaupun belum dipakai, dan barang-barang sejenis.
5. Kain linen dan selimut besar yang kotor dapat dicuci dan digunakan
kembali.
6. Gunakan pengharum ruangan untuk menetralisir bau muntah, urin,
atau tinja.
b. Siapkan perlengkapan pernafasan.
1. Bersihkan dan disinfeksi benda-benda yang tidak sekali pakai (non
disposable) dengan cara yang benar, bersihkan pula unit masker
bag-valve yang telah digunakan dan alat-alat pembantu pernafasan
lain serta alat untuk terapi inhalasi untuk mencegah alat-alat tersebut
menjadi tempat perkembangan agen infeksi yang dapat dengan
mudah mengkontaminasi pasien berikutnya. Lakukan juga disinfeksi
untuk unit suction.
2. Letakkan barang-barang sekali pakai yang telah digunakan ke kantung
plastik dan bungkus. Ganti barang-barang serupa dengan cadangan
yang dibawa dalam ambulans.
c. Ganti barang-barang yang telah digunakan
1. Segera ganti barang-barang yang telah terpakai di ambulans dengan
barang serupa yang diambil dari ruang logistik rumah sakit berdasarkan
prinsip -satu untuk satu - seperti balut steril, perban, handuk, masker
oksigen sekali pakai, sarung tangan sekali pakai, air steril, dan airways
(alat bantu jalan nafas) oral.
2. Tukar barang-barang seperti bidai dan spinal board yang digunakan
oleh pasien dengan barang serupa dari ruang logistik rumah sakit.

Edisi Pembelajaran Daring 61


3. Jika perlengkapan memang bisa ditukar, segera periksa kelengkapan
dan fungsi perlengkapan dengan cepat. Beberapa bagian biasanya
hilang atau rusak, biasanya ketika alat-alat imobilisaasi dilepaskan dari
pasien.
4. Jika menemukan bahwa ada bagian perlengkapan yang rusak atau
tidak lengkap, beritahu otoritas rumah sakit untuk mengetahui apakah
alat tersebut dapat diperbaiki atau diganti.

TRANSPORTASI PASIEN / HELPER SAAT KEADAAN BENCANA


Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit.
Serangkaian tugas harus dilakukan sejak pasien dimasukkan ke dalam
ambulans hingga diambil alih oleh pihak rumah sakit. Tujuan untuk
memindahkan penderita/korban bencana dengan aman tanpa memperberat
keadaan penderita/korban ke sarana kesehatan yang memadai.
Sarana transportasi terdiri dari:
1. Kendaraan pengangkut (ambulance)
2. Peralatan medis dan non medis.
3. Petugas (medis/paramedis)
4. Obat-obatan life saving dan life support.

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk transportasi penderita/korban bencana


adalah:
a. Sebelum Diangkat
1. Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah ditanggulangi.
2. Perdarahan telah dihentikan
3. Luka-luka telah ditutup
4. Patah tulang telah difiksasi
b. Selama perjalanan harus dimonitor
1. Kesadaran
2. Pernafasan
3. Tekanan Darah
4. Keadaan luka

PROSEDUR MEMINDAHKAN PASIEN KE AMBULANCE


1. Pada saat ambulans datang anda harus mampu menjangkau pasien
sakit atau cedera tanpa kesulitan, memeriksa kondisinya, melakukan
prosedur penanganan emergensi di tempat dia terbaring, dan kemudian
memindahannya ke ambulans.
2. Pada beberapa kasus tertentu, misalnya pada keadaan lokasi yang berbahaya
atau pasien yang memerlukan prioritas tinggi maka proses pemindahan
pasien harus didahulukan sebelum menyelesaikan proses pemeriksaan dan
penanganan emergensi diselesaikan.
3. Jika dicurigai adanya cedera spinal, kepala harus distabilkan secara manual

62 Praktikum Keperawatan Bencana


dan penyangga leher (cervical collar) harus dipasang dan pasien harus
diimobilisasi di atas spinal board.
4. Pemindahan pasien ke ambulans dilakukan dalam 4 tahap berikut:
a. Pemilihan alat yang digunakan untuk mengusung pasien
b. Stabilisasi pasien untuk dipindahkan
c. Memindahan pasien ke ambulans
d. Memasukkan pasien ke dalam ambulans
5. Pasien sakit atau cedera harus distabilkan agar kondisinya tidak memburuk.
6. Perawatan luka dan cedera lain yang diperlukan harus segera diselesaikan,
benda yang menusuk harus difiksasi, dan seluruh balut serta bidai harus
diperiksa sebelum pasien diletakkan di alat pengangkut pasien.
7. Jangan menghabiskan banyak waktu untuk merawat pasien dengan cedera
yang sangat buruk atau korban yang telah meninggal. Pada prinsipnya,
kapanpun seorang pasien dikategorikan dalam prioritas tinggi, segera
transpor dengan cepat.
8. Penyelimutan pasien membantu menjaga suhu tubuh, mencegah paparan
cuaca, dan menjaga privasi.
9. Alat angkut (carrying device) pasien harus memiliki tiga tali pengikat untuk
menjaga posisi pasien tetap aman. Yang pertama diletakkan setinggi dada,
yang kedua setinggi pinggang atau panggul, dan yang ketiga setinggi
tungkai. Kadang-kadang digunakan empat tali pengikat di mana dua tali
disilangkan di dada.
10. Jika penderita/korban tidak mungkin diangkut dengan tandu misalnya pada
penggunaan spinalboard dan hanya bisa diletakkan di atas tandu/usungan
ambulans (ambulance stretcher),maka disyaratkan untuk menggunakan tali
kekang yang dapat mencegah pasien tergelincir ke depan jika ambulans
berhenti mendadak.

MEMPERSIAPKAN PASIEN UNTUK TRANSPORTASI


1. Lakukan pemeriksaan menyeluruh. Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa
bernafas tanpa kesulitan setelah diletakan di atas usungan. Jika pasien tidak
sadar dan menggunakan alat bantu jalan nafas (airway), pastikan bahwa
pasien mendapat pertukaran aliran yang cukup saat diletakkan di atas
usungan.
2. Amankan posisi tandu di dalam ambulans. Pastikan selalu bahwa pasien
dalam posisI aman selama perjalanan ke rumah sakit. Tandu pasien dilengkapi
dengan alat pengunci yang mencegah roda usungan brgerak saat ambulans
tengah melaju.
3. Posisikan dan amankan pasien. Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus
diamankan dengan kuat ke usungan. Perubahan posisi di dalam ambulans
dapat dilakukan tetapi harus disesuaikan dengan kondisi penyakit atau
cederanya. Pada pasien tak sadar yang tidak memiliki potensi cedera spinal,
ubah posisi ke posisi recovery (miring ke sisi) untuk menjaga terbukanya jalan
nafas dan drainage cairan. Pada pasien dengan kesulitan bernafas dan tidak
Edisi Pembelajaran Daring 63
ada kemungkinan cedera spinal akan lebih nyaman bila ditransport dengan
posisi duduk. Pasien syok dapat ditransport dengan tungkai dinaikkan 8-12
inci. Pasien dengan potensi cedera spinal harus tetap diimobilasasi dengan
spinal board dan posisi pasien harus diikat erat ke usungan.
4. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu. Tali ikat keamanan
digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke ambulans, sesuaikan
kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien dengan aman
tetapi tidak terlalu ketat yang dapat mengganggu sirkulasi dan respirasi atau
bahkan menyebabkan nyeri.
5. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung. Jika kondisi
pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan spinal board
pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans dijalankan. Ini
dilakukan agar tidak perlu membuang banyak waktu untuk meletakkan dan
memposisikan papan seandainya jika benar terjadi henti jantung.
6. Melonggarkan pakaian yang ketat. Pakaian dapat mempengaruhi sirkulasi
dan pernafasan. Longgarkan dasi dan sabuk serta buka semua pakaian yang
menutupi leher. Luruskan pakaian yang tertekuk di bawah tali ikat pengaman.
Tapi sebelum melakukan tindakan apapun, jelaskan dahulu apa yang akan
Anda lakukan dan alasannya, termasuk memperbaiki pakaian pasien.
7. Periksa perbannya. Perban yang telah di pasang dengan baik pun dapat
menjadi longgar ketika pasien dipindahkan ke ambulans. Periksa setiap
perban untuk memastikan keamanannya. Jangan menarik perban yang
longgar dengan enteng. Perdarahan hebat dapat terjadi ketika tekanan
perban dicabut secara tiba-tiba.
8. Periksa bidainya. Alat-alat imobilisasi dapat juga mengendur selama
pemindahan ke ambulans. Periksa perban atau kain mitella yang menjaga
bidai kayu tetap pada tempatnya. Periksa alat-alat traksi untuk memastikan
bahwa traksi yang benar masih tetap terjaga. Periksa anggota gerak yang
dibidai perihal denyut nadi bagian distal, fungsi motorik, dan sensasinya.
9. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Bila tidak
ada cara lain bagi keluarga dan teman pasien untuk bisa pergi ke rumah
sakit,biarkan mereka menumpang di ruang pengemudi-bukan di ruang
pasien- karena dapat mempengaruhi proses perawatan pasien. Pastikan
mereka mengunci sabuk pengamannya.
10. Naikkan barang-barang pribadi. Jika dompet, koper, tas, atau barang pribadi
pasien lainnya dibawa serta, pastikan barang tersebut aman di dalam
ambulans. Jika barang pasien telah Anda bawa, pastikan Anda telah memberi
tahu polisi apa saja yang dibawa. Ikuti polisi dan isilah berkas-berkas sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
11. Tenangkan pasien. Kecemasan dan kegelisahan seringkali menerpa pasien
ketika dinaikkan ke ambulans. Ucapkan beberapa patah kata dan tenangkan
pasien dengan cara yang simpatik. Perlu diingat bahwa mainan seperti
boneka beruang dapat berarti banyak untuk menenangkan pasien anak

64 Praktikum Keperawatan Bencana


yang ketakutan. Senyum dan nada suara yang menenangkan adalah hal
yang penting dan dapat menjadi perawatan kritis yang paling dibutuhan
oleh pasien anak yang ketakutan.
12. Ketika anda merasa bahwa pasien dan ambulans telah siap diberangkatkan,
beri tanda kepada pengemudi untuk memulai perjalanan ke rumah sakit. Jika
yang Anda tangani ini adalah pasien prioritas tinggi, maka tahap persiapan,
melonggarkan pakaian, memeriksa perban dan bidai, menenangkan pasien,
bahkan pemeriksaan vital sign dapat ditangguhkan dan dilakukan selama
perjalanan daripada harus diselesaikan tetapi menunda transportasi pasien
ke rumah sakit.

PERAWATAN PASIEN SELAMA PERJALANAN


1. Lanjutkan perawatan medis emergensi selama dibutuhkan. Jika usaha
bantuan hidup (life support) telah dimulai sebelum memasukkan pasien ke
dalam ambulans, maka prosedur tersebut harus dilanjutkan selama perjalanan
ke rumah sakit. Pertahankan pembukaan jalan nafas, lakukan resusitasi,
berikan dukungan emosional, dan lakukan hal lain yang diperlukan termasuk
mencatat temuan baru dari usaha pemeriksaan awal (initial assesment)
pasien.
2. Gabungkan informasi tambahan pasien. Jika pasien sudah sadar dan Anda
telah mempertimbangkan bahwa perawatan emergensi selanjutnya tidak
akan terganggu, maka Anda dapat mulai mencari informasi baru dari pasien.
3. Lakukan pemeriksaan menyeluruh dan monitor terus vital sign. Peningkatan
denyut nadi secara tiba-tiba misalnya, dapat menandakan syok yang dalam.
Catat vital sign dan laporkan perubahan yang terjadi pada anggota staf
bagian emergensi segera setelah mencapai fasilitas medis. Lakukan penilaian
ulang vital sign setiap 5 menit untuk pasien tidak stabil dan setiap menit
untuk pasien stabil.
4. Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda. Beberkan informasi hasil
pemeriksaan dan penanganan pasien yang sudah Anda lakukan, dan beri
tahu perkiraan waktu kedatangan Anda.
5. Periksa ulang perban dan bidai.
6. Bicaralah dengan pasien, tapi kendalikan emosi Anda. Bercakap-cakap
terkadang berguna untuk menenangkan pasien yang ketakutan.
7. Jika terdapat tanda-tanda henti jantung, minta pengemudi untuk
menghentikan ambulans sementara Anda melakukan Resusitasi dan
memberikan AED (defibrilator). Beri tahu pengemudi untuk menjalankan
ambulans lagi setelah memastikan bahwa henti jantung telah teratasi. Pastikan
bahwa UGD mengetahui adanya henti jantung. Adalah hal yang sangat
membantu jika Anda memang secara rutin selalu meletakkan bantalan keras
di antara matras pelbet (cot) dan punggung pasien yang memiliki resiko
tinggi mengalami henti jantung.

Edisi Pembelajaran Daring 65


MEMINDAHKAN PASIEN KE UNIT GAWAT DARURAT
1. Dampingi staf UGD bila dibutuhkan dan berikan laporan lisan atas kondisi
pasien Anda. Beritahu setiap perubahan kondisi pasien yang telah Anda
amati.
2. Segera setelah Anda tidak lagi menangani pasien, siapkan laporan perawatan
pra rumah sakit.
3. Serahkan barang-barang pribadi pasien ke pihak rumah sakit.. Jika benda-
benda berharga pasien dipercayakan penuh pada penjagaan anda, segera
serahkan kepada staf UGD yang bertanggung jawab.
4. Minta diri untuk meninggalkan rumah sakit. Bertanyalah kepada dokter atau
perawat UGD apakah layanan anda masih dibutuhkan.

REFERENSI
Kepmenkes No. 106/Menkes/SK/I/2004 Tentang Tim SPGDT dan Pelatihan
PPGD / GELS.
Pedoman Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, Ditjen Bina
Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan
National Emergency Medical Services Education Standards, an Emergency
Medical Responder Instructional Guidelines (http://www.ems.gov/
pdf/811077b.pdf)
Classification and Minimum Standards for Foreign Medical Teams in
Sudden Onset Disasters (http://www.who.int/hac/global_health_
cluster/fmt_guidelines_september2013.pdf)

Catatan:

Untuk mencapai kompetensi pada materi Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem Rujukan dan
Penggunaan Ambulance, mahasiswa akan melakukan simulasi langsung pada saat dilakukan kegiatan
disaster camp. Kegiatan disaster camp direncanakan akan dilakukan pada akhir pelaksanaan praktikum
keperawatan bencana, dimana kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh mahasiswa dan dosen pembimbing
praktikum. Kegiatan akan dilaksanakan di lingkungan kampus Fakultas Keperawatan, dengan sarana dan
prasarana di fasilitasi oleh PMI cabang Sumatera Barat.

66 Praktikum Keperawatan Bencana


LEMBARAN
KERJA 12
Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem
Informasi dan Komunikasi

TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa melakukan Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem Informasi
dan Komunikasi

INFORMASI PRABENCANA
Dalam rangka mendukung upaya-upaya sebelum terjadi bencana diperlukan
data dan informasi yang lengkap, akurat dan terkini sebagai bahan masukan
pengelola program di dalam mengambil keputusan terkait penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana. Salah satu bentuk informasi yang cukup
penting adalah adanya profil yang menggambarkan kesiapsiagaan sumber
daya dan upaya- upaya yang telah dilakukan terkait dengan penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana di daerah, khususnya di tingkat kabupaten/kota.
Informasi yang dikumpulkan dalam bentuk profil terdiri dari:
1. Gambaran umum wilayah, yang meliputi letak geografis, aksesibilitas wilayah,
gambaran wilayah rawan bencana, geomadic mapping, data demografi dan
informasi bencana yang pernah terjadi.
2. Upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan yang pernah dilakukan
3. Upaya tanggap darurat dan pemulihan yang pernah dilakukan
4. Gambaran pengelolaan data dan informasi
Dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota diharapkan dapat menyusun profil
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ini yang dikumpulkan secara
berkala setahun sekali. Informasi profil ini diharapkan sudah tersedia pada setiap
bulan April. Sumber informasi pra-bencana yang dituangkan kedalam bentuk
profil tersebut berasal dari dinas kesehatan, rumah sakit, instansi terkait dan
puskesmas.

Edisi Pembelajaran Daring 67


INFORMASI SAAT DAN PASCABENCANA
Informasi saat dan pasca-bencana ini terdiri dari :
1. Informasi pada awal kejadian bencana;
Informasi ini harus disampaikan segera setelah kejadian awal diketahui serta
dikonfirmasi kebenarannya dengan menggunakan formulir penyampaian
informasi Form B-1 atau B-4 (terlampir). Sumber informasi dapat berasal dari
masyarakat, serta pelayanan kesehatan, dinas kesehatan provinsi/kabupaten/
kota dan lintas sektor.

68 Praktikum Keperawatan Bencana


Form B-1 Form Pelaporan Awal Kejadian Bencana

FORM PELAPORAN AWAL KEJADIAN BENCANA

A. JENIS BENCANA .................................................................................................................


B. DESKRIPSI BENCANA ........................................................................................................
C. LOKASI BENCANA
1. Dusun : ..............................
2. Desa/Kelurahan : ..............................
3. Kecamatan : ..............................
4. Kabupaten/Kota : ..............................
5. Provinsi : ..............................
6. Letak Geografis Pegunungan/Kepulauan/Pantai/ Lain-lain (sebutkan) ...........................
D. WAKTU KEJADIAN BENCANA
........../........./20............ Pukul ..............................
E. JUMLAH KORBAN
1. Meninggal : ........................... jiwa 2. Hilang ........................... jiwa
2. Luka Berat : ........................... jiwa 4. Luka Ringan .................jiwa
3. Pengungsi : ........................... jiwa ............ KK, Lokasi Pengungsian : .....................................................
F. FASILITAS UMUM
1. Akses lokasi kejadian bencana
□ Mudah dijangkau menggunakan ......................................................................
□ Sukar karena....................................................................................................
2. Jalur komunikasi yang masih dapat digunakan......................................................
3. Keadaan jaringan listrik
□ Baik □ Terputus □ Belum tersedia/belum ada
G. SARANA KESEHATAN YANG RUSAK
1. Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan
Kondisi Bangunan Fungsi Pelayanan
Sarana Kesehatan
Rusak Tidak Ya Tidak
a. RS
b. Puskesmas
c. Pustu
d. Gudang Farmasi
e. Polindes
2. Sumber air bersih yang digunakan
□ Cukup
□ Tidak Cukup
H. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN
1. ..............................................................................................................................................
2. ..............................................................................................................................................
I. BANTUAN SEGERA YANG DIPERLUKAN
1. ..............................................................................................................................................
2. ..............................................................................................................................................

................../............/20.............
Kepala
Puskesmas Nama
NIP.

Edisi Pembelajaran Daring 69


Form B-4 Form Pelaporan Kejadian Bencana Melalui SMS

FORM B-4
FORM PELAPORAN KEJADIAN BENCANA
MELALUI SHORT MESSAGE SERVICE (SMS)

Tanggal/Bulan/Tahun (TBT) : ............................................................................


Jenis bencana (JB) : ............................................................................
Lokasi bencana (LOK) : ............................................................................
Waktu kejadian bencana (PKL) : ............................................................................
Jumlah penduduk terancam (PAR) : ............................................................................
Jumlah Korban :
a. Meninggal (MGL)............................... orang
b. Hilang (HLG)........................................ orang
c. Luka Berat (LB).................................... orang
d. Luka Ringan (LR)................................ orang
e. Dirawat
• Puskesmas (RWP) : ....................... orang
• Rumah Sakit (RWS) : ....................... orang
f. Pengungsi : ....................... orang
g. Jumlah Poskes : ....................... orang

INFORMASI PENILAIAN KEBUTUHAN CEPAT


Informasi ini dikumpulkan segera setelah informasi awal kejadian bencana diterima olej Tim Penilaian
Kebutuhan Cepat dengan menggunakan formulir isian Form B-2 (terlampir). Sumber informasi dapat
berasal dari masyarakat, serta pelayanan kesehatan, dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota dan lintas
sektor.

70 Praktikum Keperawatan Bencana


FORM B-2

FORM PELAPORAN AWAL KEJADIAN BENCANA

A. JENIS BENCANA .................................................................................................................


B. DESKRIPSI BENCANA ........................................................................................................
C. LOKASI BENCANA
3. Dusun : ..............................
4. Desa/Kelurahan : ..............................
5. Kecamatan : ..............................
6. Kabupaten/Kota : ..............................
7. Provinsi : ..............................
8. Letak Geografis Pegunungan/Kepulauan/Pantai/ Lain-lain (sebutkan) ...........................
D. WAKTU KEJADIAN BENCANA ........../........./20............ Pukul ..............................
E. JUMLAH PENDUDUK YANG TERANCAM : .................... jam .................................. KK
F. JUMLAH KORBAN
1. Meninggal : ........................... jiwa 2. Hilang ........................... jiwa
2. Luka Berat : ........................... jiwa 4. Luka Ringan .................jiwa
3. Pengungsi : ........................... jiwa ............ KK, Lokasi Pengungsian : .....................................................
4. Jumlah kelompok rentan pada pengungsian :
• Bayi ....................................................... jiwa
• Balita .................................................... jiwa
• Ibu hamil ........................................... jiwa
• Ibu menyusui .................................. jiwa
• Lansia .................................................. jiwa
5. Jumlah korban yang dirujuk ke :
• Puskesmas ........................................ jumlah ...................................... jiwa
• Rumah Sakit ..................................... jumlah ...................................... jiwa
G. SARANA KESEHATAN YANG RUSAK
1. Jumlah dan Jenis Fasilitas Kesehatan
Kondisi Bangunan Fungsi Pelayanan
Sarana Kesehatan
Rusak Tidak Ya Tidak
a. RS
b. Puskesmas
c. Pustu
d. Gudang Farmasi
e. Polindes
2. Sumber air bersih
a. Sumur Gali : ................. buah b. SPT : ........................... buah c. PMA ............................ buah
d. PAH : ................. buah e. Perpipaan : .............. buah
3. Sarana Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan :
a. Jamban Keluarga : ........ buah b. MCK : ................ buah c. Lain-lain (sebutkan)........ buah
H. FASILITAS UMUM
1. Akses lokasi kejadian bencana
□ Mudah dijangkau menggunakan ......................................................................
□ Sukar karena....................................................................................................
2. Jalur komunikasi yang masih dapat digunakan......................................................
3. Keadaan jaringan listrik
□ Baik □ Terputus □ Belum tersedia/belum ada

Edisi Pembelajaran Daring 71


I. KONDISI SANITASI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI LOKASI PENAMPUNGAN PENGUNGSI
No Jenis Fasilitas Kondisi
1. Jenis tempat penampungan □ bangunan permanen □ bangunan darurat
2. Kapasitas penampungan pengungsi □ memadai (min 10m3/or) □ tidak memadai
3. Kapasitas penyediaan air bersih □ memadai □ tidak memadai
(min 20 lt/or/hr)
4. Sarana MCK □ memadai □ tidak memadai
(min 20 or/MCK)
5. Tempat pembuangan sampah □ memadai □ tidak memadai
(min 3 m3/60 or)
6. Sarana SPAL □ memadai (min 4m dari □ tidak memadai
penampungan)
7. Penerangan □ Ada □ tidak ada

J. KESIAPAN LOGISTIK
1. Obat dan Bahan Habis Pakai : Tidak ada / Kurang / Cukup
2. Alat Kesehatan : Tidak ada / Kurang / Cukup
3. Bahan Sanitasi
• Kaporit : Tidak ada / Kurang / Cukup
• PAC : Tidak ada / Kurang / Cukup
• Aquatab : Tidak ada / Kurang / Cukup
• Kantong Sampah : Tidak ada / Kurang / Cukup
• Repellant Lalat : Tidak ada / Kurang / Cukup
4. Ketersediaan Pangan : Tidak ada / Kurang / Cukup
K. SARANA PENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN
1. Transportasi operasional pelayanan kesehatan : Tidak ada / Kurang / Cukup
2. Alat komunikasi : Tidak ada / Kurang / Cukup
3. Sarana listrik untuk pelayanan kesehatan : Tidak ada / Kurang / Cukup
L. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN
1. ...........................................................................................................................................
2. ...........................................................................................................................................
M. BANTUAN YANG DIPERLUKAN
1. ...........................................................................................................................................
2. ...........................................................................................................................................
N. RENCANA TINDAK LANJUT
1. ...........................................................................................................................................
2. ...........................................................................................................................................

.........../........./20...........
Mengetahui,
Petugas yang melaporkan Kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota......................................

.......................................... .....................................................
NIP. NIP.

INFORMASI PERKEMBANGAN KEJADIAN BENCANA


Informasi ini dikumpulkan setiap kali terjadi perkembangan informasi terkait dengan upaya penanganan
krisis kesehatan akibat bencana yang terjadi. Formulir penyampaian infromasinya menggunakan Form B-3
(terlampir). Sumber informasi dapat berasal dari masyarakat, serta pelayanan kesehatan, dinas kesehatan
provinsi/kabupaten/kota.

72 Praktikum Keperawatan Bencana


FORM PELAPORAN AWAL KEJADIAN BENCANA

Tanggal/Bulan/Tahun : .................................................................................................................
Jenis Bencana : .................................................................................................................
Lokasi Bencana : .................................................................................................................
Waktu Kejadian Bencana : .................................................................................................................
A. JUMLAH KORBAN KEADAAN TERAKHIR
1. Meninggal : ....................... jiwa, Balita : ....................... jiwa
2. Hilang : ....................... jiwa
3. Luka Berat : ....................... jiwa
4. Luka Ringan : ....................... jiwa
5. Pengungsi : ....................... jiwa .................. KK
Lokasi Pengungsian : ....................................................
Jumlah kelompok rentan pada pengunsi :
a. Bayi : ....................... jiwa
b. Balita : ....................... jiwa
c. Ibu Hamil : ....................... jiwa
d. Ibu menyusui : ....................... jiwa
e. Lansia : ....................... jiwa
6. Jumlah korban yang dirujuk ke :
a. Puskesmas .....................................................
Jumlah : ....................... jiwa
b. Rumah Sakit .....................................................
Jumlah : ....................... jiwa
B. PERKEMBANGAN KONDISI KESEHATAN KORBAN
1. Jumlah Korban
Fasilitas Korban Masih Korban Korban Korban
Keterangan
Kesehatan Dirawat Meninggal Pulang Dirujuk
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Jumlah

2. Jenis Penyakit Rawat Jalan di Fasilitas Kesehatan


(RS. Puskesmas, Posko Kesehatan)
Umur Sex
No Diagnosa
0-5 thn > 5 thn Jumlah L P Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Jumlah

3. Jenis Penyakit Rawat Inap di Fasilitas Kesehatan


(RS. Puskesmas, Posko Kesehatan)
Umur Sex
No Diagnosa
0-5 thn > 5 thn Jumlah L P Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Jumlah

Edisi Pembelajaran Daring 73


C. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN
1. ....................................................................................................................................
2. ....................................................................................................................................
3. ....................................................................................................................................
4. dst .............................................................................................................................
D. BANTUAN SEGERA YANG DIPERLUKAN
1. ....................................................................................................................................
2. ....................................................................................................................................
3. ....................................................................................................................................
4. dst .............................................................................................................................
E. RENCANA TINDAK LANJUT
1. ....................................................................................................................................
2. ....................................................................................................................................
3. ....................................................................................................................................
4. dst .............................................................................................................................

.........../........./20...........
Mengetahui,
Kepala Dinas Kesehatan Petugas yang melaporkan

.......................................... .....................................................
NIP. NIP.

74 Praktikum Keperawatan Bencana


SARANA PENYAMPAIAN INFORMASI
a. Informasi Pra Bencana
Profil yang menggambarkan kesiapsiagaan sumber daya dan upaya-upaya
yang telah dilakukan terkait dengan penanggulangan krisis kesehatan
akibat bencana di daerah, khususnya di tingkat kabupaten/kota dapat
disampaikan melalui email dan secara online melalui website.
b. Informasi Saat dan Pasca Bencana
Informasi pada awal kejadian bencana yang menggunakan Form B-1
dapat disampaikan melalui telepon dan melalui faksimil, sedangkan yang
menggunakan Form B-4 dapat disampaikan memalui sms gate-way.
Informasi penilaian kebutuhan cepat yang menggunakan Form B-2 dapat
disampaikan melaui e-mail dan secara online melalui website serta melalui
faksimil. Informasi perkembangan kejadian bencana yang menggunakan
form B-3 dapat disampaikan melalui e-mail dan secara online melalui
website serta melalui faksimil.
ALUR, MEKANISME PENYAMPAIAN INFORMASI
a. Informasi Pra Bencana
Informasi terintegrasi dengan sistem informasi yang sudah ada


Gambar 15 alur informasi pra bencana
b. Informasi Saat Bencana
1. Bagan alur penyampaian informasi langsung
Informasi awal tentang krisis pada saat kejadian bencana dari lokasi
bencana langsung dikirim ke Dinas Kab/Kota atau Provinsi, maupun
PPK Setjen Depkes dengan menggunakan sarana komunikasi yang
paling memungkinkan pada saat itu. Informasi dapat disampaikan oleh
masyarakat, unit pelayanan kesehatan dan lain-lain. Unit penerima
informasi harus melakukan konfirmasi.

Edisi Pembelajaran Daring 75



Gambar 16 alur penyampaian informasi langsung
2. Alur penyampaian informasi penilaian kebutuhan cepat secara
berjenjang
Informasi penilaian kebutuhan cepat disampaiakn secara berjenjang
mulai dari institusi kesehatan di lokasi bencana ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi, dari
Provinsi ke Depkes melalui PPK dan di laporkan ke Mentri Kesehatan.
Alur informasi dapat dilihat pada bagan berikut ini:


Gambar 17 Alur Penyampaian Informasi Penilaian Kebutuhan Cepat
3. Alur penyampaian informasi perkembangan PK-AB
Informasi perkembangan disampaikan secara berjenjang mulai dari
institusi kesehatan di lokasi bencana ke Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi, dari Provinsi ke
Depkes melalui PPK dan dilaporkan ke Mentri Kesehatan.

76 Praktikum Keperawatan Bencana



Gambar 18 Alur Penyampaian Informasi Perkembangan

LEMBAGA YANG BERPERAN DALAM PENYAMPAIAN INFORMASI


Lembaga-lembaga yang berperan dalam mata rantai peringatan dini ini
berkewajiban untuk segera memberikan konfirmasi (secara manual) bahwa
mereka telah menerima berita peringatan dini yang telah dikirimkan oleh
BMKG. Konfirmasi ini dilatihkan melalui penerimaan berita gempabumi. Pihak-
pihak dalam rantai komunikasi peringatan dini tsunami mempunyai peran dan
tanggung jawab masing-masing.
a. BMKG. Lembaga ini menjadi penyedia berita peringatan dini tsunami di
Indonesia. BMKG menyampaikan berita gempabumi, berita peringatan dini
tsunami, dan saran untuk tindak lanjut di daerah yang terancam tsunami
kepada pihak lain dalam rantai komunikasi peringatan dini tsunami.
b. BNPB. BNPB berkewajiban menindaklanjuti berita gempabumi dan
berita peringatan dini tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG.
BNPB membantu menyebarluaskan peringatan dini tsunami dan saran
kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Selain itu, BNPB
berkewajiban untuk segera menyiapkan tanggap darurat, yaitu kegiatan
search and rescue dan bantuan darurat, setelah ancaman tsunami berakhir.
c. Pemda. Pemerintah daerah (pemda) berkewajiban untuk menindaklanjuti
berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami serta saran yang
disampaikan oleh BMKG. Pemda adalah satusatunya pihak dalam rantai
komunikasi peringatan dini tsunami yang mempunyai wewenang serta
tanggung jawab memutuskan dan mengumumkan status evakuasi secara
resmi berdasarkan informasi dari BMKG. Berdasarkan UU 24/2007 pasal
46 dan 47; PP 21/2008 pasal 19 dan Perka BNPB 3/2008 khususnya di
dalam Bab 2 yang menyebutkan bahwa pemda bertanggung jawab untuk
segera dan secara luas mengumumkan arahan yang jelas dan instruktif
Edisi Pembelajaran Daring 77
untuk membantu penduduk dan pengunjung di daerah tersebut bertindak
cepat dan tepat terhadap ancaman tsunami.
d. TNI. TNI berkewajiban menindaklanjuti berita gempabumi dan berita
peringatan dini tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG. TNI ikut
berperan dalam usaha menyebarluaskan berita gempabumi atau berita
peringatan dini tsunami khususnya di tingkat daerah. Bila status evakuasi
diumumkan, TNI dapat mendukung proses evakuasi masyarakat. TNI
berkewajiban untuk segera menyiapkan tanggap darurat, yaitu kegiatan
search and rescue dan bantuan darurat, setelah ancaman tsunami berakhir.
e. POLRI. POLRI berkewajiban menindaklanjuti berita gempabumi dan berita
peringatan dini tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG. POLRI
ikut berperan serta dalam usaha menyebarluaskan berita gempabumi
atau berita peringatan dini tsunami khususnya di tingkat daerah. Bila
status evakuasi diumumkan, POLRI dapat mendukung proses evakuasi
masyarakat. POLRI berkewajiban untuk segera menyiapkan tanggap
darurat, yaitu kegiatan search and rescue dan bantuan darurat, setelah
ancaman tsunami berakhir.
f. Stasiun TV dan radio. Stasiun TV dan radio di tingkat nasional atau daerah
(milik pemerintah dan swasta) wajib menyiarkan berita gempabumi dan
berita peringatan dini tsunami serta saran yang disampaikan oleh BMKG.
Hal ini berdasar pada UU 31/2009 pasal 34 dan Permenkominfo 20/2006
pasal 1 - 5. Stasiun TV dan radio merupakan pihak dalam rantai komunikasi
peringatan dini tsunami yang mempunyai akses langsung dan cepat kepada
publik. Stasiun TV dan radio berkewajiban untuk segera menangguhkan
siaran yang sedang berlangsung dan menyiarkan peringatan dini tsunami
dan saran yang diterima dari BMKG kepada pemirsa dan pendengar.
g. Masyarakat berisiko. Masyarakat berisiko berhak mendapatkan informasi
tentang ancaman tsunami serta arahan instruktif yang memungkinkan
orang-orang yang terancam bencana bertindak secara tepat dan cepat.
Masyarakat bertanggung jawab untuk siap menyelamatkan diri dari
ancaman gempabumi dan tsunami. Individu dan lembaga masyarakat
wajib meneruskan informasi serta arahan yang benar kepada orang lain.
Lembaga Swadaya Masyarakat seperti Organisasi Amatir Radio Indonesia
(ORARI), Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dan Search and Rescue
(SAR) ikut beperan dalam penyebaran berita gempabumi, berita peringatan
dini tsunami, serta saran yang disampaikan oleh BMKG.
h. Penyedia layanan selular. Penyedia layanan selular merupakan salah satu
bagian dari mata rantai penyebaran berita gempabumi dan peringatan
dini tsunami melalui moda SMS. Penyedia layanan ini berkewajiban
meneruskan berita gempabumi dan berita peringatan dini tsunami dari
BMKG ke para pengguna ponsel yang sudah terdaftar. Secara internal
penyedia layanan ini juga harus memberikan prioritas yang lebih tinggi
untuk pengiriman SMS dari BMKG daripada SMS pada umumnya, seperti

78 Praktikum Keperawatan Bencana


SMS perorangan. Dengan demikian, dalam situasi di mana arus SMS
padat, SMS dari BMKG akan didahulukan dalam antrian untuk sampai
ke pengguna. Selain itu juga mereka wajib menjaga agar server untuk
layanan ini tetap beroperasi dengan terus menerus dan dalam kondisi
baik. Semua layanan ini tidak dipungut biaya.
i. Pengelola hotel. Pengelola hotel berkewajiban untuk menyelamatkan
para tamu yang menginap di hotel tersebut, berkunjung ke hotel tersebut,
dan masyarakat yang berada di sekitar hotel tersebut. Pengelola hotel
bertanggung jawab untuk menyiapkan segala prosedur dan rencana
tindak untuk keadaan darurat gempabumi dan tsunami melalui langkah-
langkah sebagai berikut: membuat mekanisme penerimaan peringatan
dini dari BMKG atau Pusdalops atau BPBD; memberikan informasi yang
lengkap pada para tamu mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan
pada saat darurat tsunami; serta menyiapkan tempat evakuasi sementara
dan rambu evakuasi baik di dalam bangunan hotel maupun di luar
bangunan (evakuasi dalam bangunan hotel harus memenuhi persyaratan
bangunan tahan gempabumi dan tsunami dan memiliki ketinggian
melebihi perkiraan tinggi tsunami di daerah tersebut). Apabila para tamu
hotel harus melakukan evakuasi ke luar dari hotel, maka pengelola hotel
berkewajiban memberikan informasi yang lengkap kepada para tamu
lokasi tempat evakuasi sementara dan membimbing para tamu menuju
tempat evakuasi pada saat darurat tsunami.
SISTEM KOMUNIKASI DALAM SITUASI BENCANA
Dalam keadaan darurat semua sistem komunikasi dapat digunakan untuk
penyampaian informasi dan koordinasi sebagai upaya penanggulangan
bencana. Sarana komunikasi yang bisa dilakukan yaitu membunyikan tanda
bahaya atau mengirimkan kurir dengan menggunakan telephone / selular / fax
atau menggunakan pemancar radio. Namun pada kondisi sekarang penggunaan
media social dalam sarana komunikasi mengenai bencana kepada masyarakat
dirasa sangat efektif. Namun, yang menjadi kendala adalah ketika jaringan internet
terputus atau tidak bisa digunakan ketika bencana terjadi. Sehingga pada saat
terjadinya bencana yang mengganggu jaringan seluler/ internet penggunaan
radio sebagai media komunikasi akan sangat efektif. Pemancar radio dapat
digunakan sebagai sarana komunikasi dinas pemerintah /swasta/badan2 lainnya
untuk mengirim/menerima berita dari pihak ketiga kecuali penyampaian berita
pada saat terjadi marabahaya, bencana alam dan penyelamatan jiwa manusia
dan harta benda atau penyampaian berita berdasarkan instruksi menteri yang
menangani telekomunikasi. Apabila jaringan komunikasi team penanganan
bencana telah berfungsi & mencukupi atau operasi dinyatakan selesai maka
kegiatan dukungan komunikasi amatir radio dihentikan.

Edisi Pembelajaran Daring 79


REFERENSI
Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis
Kesehatan Akibat Bencana (Mengacu Pada Standar Internasional).
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis
Kesehatan Akibat Bencana (Mengacu Pada Standar Internasional)
Edisi Revisi. Jakarta.
________. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Nomor 07 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pengelolaan Data Dan
Informasi Bencana Indonesia.

KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM


INFORMASI BENCANA ALAM
Telah terjadi banjir bandang di Dusun Pambaka, Desa Lapapa, Kecamatan
Masamba, Kabupaten Luwu Utara pada hari Jumat tanggal 17 Juli 2020.
Berdasarkan data hingga Sabtu (18/07), terdapat 36 orang meninggal dunia,
40 orang hilang, 58 luka-luka dan 14.483 jiwa mengungsi di 76 titik di tiga
kecamatan. Korban yang mengalami luka-luka, di identifikasi sebanyak 30
orang mengalami luka ringan dan selebihnya mengalami luka berat dan perlu
penanganan lanjut di RS. Jumlah korban jiwa diprediksi akan terus bertambah.
Akses lokasi kejadian bencana untuk saat ini masih sulit untuk dijangkau akibat
cuaca yang buruk. Tim BPBD dan BASARNAS mengevakuasi korban dengan
menggunakan perahu karet. Adanya ganguan sinyal seluler membuat sistem
komunikasi sedikit terganggu. Untuk sementara ini jaringan listrik juga terputus
didaerah tersebut. Didaerah bencana terdapat satu puskesmas yang kondisi nya
terbenam banjir dan tidak bisa digunakan lagi. Saat ini tim BASARNAS dan
BPBD terus melakukan evakuasi terhadap warga yang masih berada di zona
merah. Tim penanggulangan bencana juga sudah mulai menyalurkan bantua
makanan dan pakaian ke beberapa titik pengungsian.
Dari informasi diatas, mahasiswa ditugaskan mengisi Form B-1 yaitu Form
Pelaporan Awal Kejadian Bencana (format terlampir di atas). Hasil pelaporan di
upload di slot LMS yang telah disediakan di ilearning F.Kep Univiersitas Andalas.

80 Praktikum Keperawatan Bencana


LEMBARAN
KERJA 13
Simulasi Penanggulangan Bencana: Pembekalan
Dapur umum

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mampu melakukan simulasi penanggulangan bencana:
Pembekalan dapur umum.

KEGIATAN SAAT PRAKTIKUM


DAPUR UMUM SAAT BENCANA
Salah satu unsur dalam manajemen penanggulangan bencana alam adalah
adanya dapur umum. Dapur umum digunakan untuk mobilisasi bantuan berupa
penyaluran kebutuhan makanan dan logistik untuk petugas dan korban. Dapur
umum adalah merupakan suatu tempat dalam bentuk tenda sementara untuk
menyikapi terjadinya bencana yang diselenggarakan oleh instalasi gizi. Tujuan
dibuatnya dapur umum adalah sebagai tempat/wadah proses penyelenggaraan
makanan untuk korban bencana. Tempat penyelenggaraan dapur umum harus
berdasarkan keadaan tempat yang aman, terjangkau, terpenuhi dalam waktu
tertentu, memenuhi syarat higiene dan sanitasi, terpisah dengan instalasi gizi.
Unit terkait yang terlibat dalam pembuatan dapur umum adalah:   
1. Internal : perencanaan, RTP, keuangan, Pelayanan, Rawat Inap, IPS PL
2. Eksternal : Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Rumah Sakit lain, LSM dan
Sukarelawan
Secara umum, peralatan dapur umum lapangan sama dengan peralatan
dapur skala rumah tangga, tetapi yang membedakan hanyalah tentang
kapasitasnya saja. Selain kapasitas juga yang harus dimengerti adalah teknik
kemasan alat dapur umum lapangan karena kegiatan dapur umum lapangan ini
sangat mobile sehingga perlu suatu tempat kemasan yang dapat memudakan
activitas personil dalam pelayanan penanggulangan bencana. Dapur umum
lapangan yang disingkat dengan Dumlap, setiap kegiatan dapur umum
lapangan dalam penanganannya sangat berbeda, sebab setiap pelayanan tim
dapur umum lapangan ini juga ahli dalam pemahaman karakter jenis bencana
dan penempatannya. Sehingga pada saat waktu membuka kegiatan dapur
umum lapangan tersebut bisa maksimal dan memenuhi standartnya. Yang
perlu diperhatikan dalam membuka dapur umum juga harus dekat dengan
akses jalan dan air bersih.

Edisi Pembelajaran Daring 81


LOKASI DAPUR UMUM
Dalam menentukan lokasi agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Letak Dapur Umum dekat dengan posko atau penampungan supaya mudah
dicapai atau dikunjungi oleh korban
2. Kebersihan lingkungan cukup memadai
3. Aman dari bencana
4. Dekat dengan transportasi umum
5. Dekat dengan sumber air
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENDISTRIBUSIAN :
1. Distribusi dilakukan dengan SABAR dan juga di iringi data yang akurat
2. Lokasi atau tempat pendistribusian yang aman dan mudah dicapai oleh
korban
3. Waktu pendistribusian yang konsisten dan tepat waktu
4. Pengambilan jatah seyogyanya diambil oleh KK atau perwakilan yang sah
5. Pembagian makanan bisa menggunakan daun, piring, kertas, atau sesuai
dengan pertimbangan aman, cepat, praktis, dan sehat
LAMA PENYELENGGARAAN DAPUR UMUM:
1. Diselenggarakan bila situasi untuk memberikan bahan mentah tidak mungkin
2. Lamanya 1 – 3 hari untuk seluruh korban bencana
3. Hari ke 4 – 7 pemberian dilakukan secara selektif
4. Setelah lebih dari 7 hari diupayakan bantuan berupa bahan mentah
KAITAN DAPUR UMUM DENGAN STANDAR MINIMUM
Standar-standar minimum ketahanan pangan, gizi, dan bantuan pangan
adalah suatu pernyataan praktis dari asas-asas dan hak-hak seperti yang
terkandung dalam Piagam kemanusiaan. Setiap orang berhak atas pangan yang
cukup, hak ini diakui dalam Instrumen Hukum Internasional dan termasuk hal
untuk terbebas dari kelaparan.
Aspek-aspek hak untuk mendapatkan kecukupan pangan tersebut di atas
mencakup :
• Ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi individu, bebas dari bahan-bahan yanag merugikan, dan
dapat diterima dalam suatu budaya tertentu.
• Pengan tersebut dapat dijangkau dengan cara berkesinambungan dan tidak
mengganggu pemenuhan hak-hak asasi manusia lainnya.
• Pemasokan pangan saat bencana diberikan dalam bentuk makanan matang
• Distribusi makanan harus dimulai secepat mungkin berdasarkan
perkembangan sehari-hari tanpa rencana yang terlalu rinci.
• Stok makanan baik jenis dan jumlah tersedia beraneka ragam à kualitas dan
kuantitas nutrisi.
• Jumlah kalori minimal 1600-2000 kcal/org/hari à tanpa memperhatikan jenis
makanan yang diperlukan untuk populasi yang akan menerima.

82 Praktikum Keperawatan Bencana


KETENAGAAN DIDAPUR UMUM
• Sehat: para pejamah makanan/ relawan/petugas jika sedang sakit tidak
boleh turut serta mengolah makanan.
• Higiene perorangan: pejamah makanan harus memperhatikan aturan higiene
perorangan, seperti: memotong kuku, menutupi rambut dengan penutup
kepala, berpakaian rapi dan bersih, mencuci tangan setelah defakasi dan
mengolah makanan, dll.
• Terlatih dalam pengelolaan makanan.
FASILITAS PENDUKUNG DAPUR UMUM
• Penyediaan air bersih,
• kamar kecil,
• tempat cuci tangan,
• fasilitas untuk air kotor dan sampah padat,
• bak dapur,
• bak cuci piring,
• perlengkapan alat-alat dapur
• lemari pendingin.
PERENCANAAN DISTRIBUSI MAKANAN
• Segera memberikan pasokan makanan kepada kelompok yang amat
memerlukan, misal populasi yang terisolasi, institusi dan petugas bantuan
sosial.
• Segera membuat perkiraan awal kebutuhan makanan setempat à dapat
ditentukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk memperoleh stok
makanan, transportasi, penyimpanan dan pembagian makanan
• Segera menentukan lokasi tempat memperoleh stok makanan dan lakukan
penilaian kelayakan konsumsi stok makanan tersebut
• Memantau informasi perkembangan kebutuhan makanan sehingga
mengantisipasi dan mengatur perubahan-perubahan yang diperlukan dalam
memperoleh stok makanan, transportasi, penyimpanan dan pembagian
makanan.
PERKIRAAN KEBUTUHAN KOMPOSISI MAKANAN SEHARI:
• Makanan yang dibagi sesederhana mungkin
• Pilih makanan yang tidak mudah rusak dan tidak memakan tempat untuk
penyimpanan dan distribusi
• Jenis makanan terdiri dari makanan pokok, sumber energi tambahan: lemak
dan protein.
• Anak balita/ibu hamil/ibu menyusui : perlu makanan tambahan.

Edisi Pembelajaran Daring 83


REFERENSI
Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat (2011). Manajemen
Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan.
Pusat penanggulangan Krisis Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2011).
Pedoman teknis penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana.
Jakarta: Depkes RI.

DISASTER CAMP
Untuk mencapai tujuan pembelajaran praktikum keperawatan bencana pada
mahasiswa program studi S1 ilmu Keperawatan, dan mendukung tercapainya
Visi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yaitu menjadi pusat pendidikan
sarjana keperawatan/ners yang bermartabat dengan keunggulan dalam bidang
keperawatan bencana berbasis kemitraan masyarakat untuk mewujudkan
masyarakat yang tangguh ditingkat nasional dan regional tahun 2030. Maka
diadakan kegiatan simulasi bencana kepada mahasiswa yang mengambil mata
kuliah Keperawatan Bencana di program studi S1 Ilmu keperawatan.
Adapun tujuan nya adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran pada
lembar kerja 9-14 pada materi praktikum keperawatan bencana, yaitu simulasi
penanggulangan bencana: evakuasi korban dan triage lapangan, penanganan
gawat darurat, rumah sakit lapangan, sistem rujukan dan penggunaan ambulance,
sistem informasi/komunikasi dan pembekalan dapur umum. Kegiatan ini
dilakukan di lingkungan kampus Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
dan wajib diikuti oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Keperawatan
Bencana dan dosen pembimbing kelompok praktikum. Kegiatan disaster camp
akan dilaksanakan selama 3 hari dengan dibantu sebagai penyedia sarana,
prasarana dan fasilitator dari Palang Merah Indonesia (PMI) cabang provinsi
Sumatera Barat.
Dalam sistem pembelajaran daring/online, kegiatan ini tetap direncanakan
dilaksanakan namun harus disesuaikan dengan protocol kesehatan yang telah
ditetapkan oleh Fakultas Keperawatan. Jadwal dan rundown acara akan dibagikan
sebelum kegiatan dilaksanakan. Acara ini dilaksanakan diakhir pelaksanaan
praktikum keperawatan bencana.
Pada saat pelaksanaan disaster camp, proses evaluasi terhadap kognitif,
afektif dan psikomotor mahasiswa dilakukan. Pemahaman mahasiswa terhadap
penanggulangan bencana secara keseluruhan langsung akan dievaluasi oleh
masing-masing dosen pembimbing praktikum.

84 Praktikum Keperawatan Bencana

Anda mungkin juga menyukai