KEPERAWATAN
BENCANA
Edisi Pembelajaran Secara Daring
Penerbit :
cv. Percetakan Syamza
Penerbit:
CV. PERCETAKAN SYAMZA
JL. Dr. M. Hatta No. 47F Simpang Pasar Baru Unand
RT.03/RW.01 Kelurahan Cupak Tangah
Kecamatan Pauh Kota Padang
Sumatera Barat
Telp/Fax.: 0751- 4782578
email : syamzaoffset@gmail.com
Redaksi :
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Dekanat Fakultas Keperawatan
Kampus Limau Manis, Padang 25163
Telp./Faks.: 0751-779233, Fax (0751)779233,
Alamat e-mail: fkepunand.press@gmail.com
Website : https://fkep.unand.ac.id/
Penulis
DESKRIPSI
Mata kuliah ini membahas tentang konsep, jenis, klasifikasi, dan karakteristik
bencana, dampak bencana terhadap kesehatan, prinsip penanggulangan
kedaruratan bencana, persiapan bencana, penilaian sistematis, tindakan-
tindakan keperawatan selama fase bencana, perawatan psikososial dan spiritual
bagi korban bencana, perawatan bagi populasi rentan, aspek etik dan legal
pada bencana, perlindungan bagi petugas, pendekatan interdisiplin, pemulihan
pasca bencana, dan penerapan evidence based practice dalam keperawatan
bencana serta pemberdayaan individu, keluarga dan komunitas dalam bencana.
Kegiatan belajar mahasiswa berorientasi pada pencapaian kemampuan berfikir
kritis, sistematis, dan komprehensif dalam mengaplikasikan konsep keperawatan
bencana dengan pendekatan holistik, etis, dan peka budaya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa mampu:
1. Memahami gejala atau peristiwa yang mengindikasikan permulaan keadaan
darurat pada individu/keluarga/komunitas
2. Melakukan perencanaan kesiapan individu, keluarga dan tenaga professional
saat bencana
3. Memahami etika praktik selama tanggap bencana yang didasarkan pada
prinsip-prinsip kebermanfaatan
4. Menjelaskan stuktur nasional respon tanggap darurat saat bencana
5. Memahami pendekatan yang di gunakan untuk menangani kelompok rentan
(Venurable) saat tanggap darurat.
6. 6Memahami teknik komunikasi saat bencana mencakup terminologi bencana,
teknik komunikasi darurat dan komunikasi dasar pada kondisi gawat darurat
7. Melakukan pendokumentasian proses keperawatan bencana dengan
menggunakan skala darurat
Edisi Pembelajaran Daring 1
8. Melakukan tindakaan pengendalian infeksi dengan peralatan yang tersedia
(termasuk teknik penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan penilaian
kontaminasi atau dekontamintasi pada individu saat bencana)
9. Mampu melibatkan pasien, anggota keluarga atau relawan yang di tugaskan
sesuai kemampuan yang dimiliki dalam mengatasi kondisi bencana
10. Memberikan perawatan pasien berdasarkan kebutuhan prioritas dan sumber
daya yang tersedia.
11. Memahami manajemen korban massal saat bencana
12. Melakukan pengelolaan psikososial saat bencana
13. Memahami rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana
KOMPETENSI PRAKTIKUM
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran praktikum pada mata kuliah
keperawatan bencana, mahasiswa akan mampu:
1. Melakukan survei potensi bencana wilayah di lingkungan tempat tinggal nya
2. Membuat perencanaan proses mitigasi (pra bencana), tanggap darurat, dan
pasca bencana wilayah.
3. Melakukan simulasi menggunakan table top exercise disaster disuatu wilayah
4. Melakukan sosialisasi perencanaan proses mitigasi (pra bencana), tanggap
darurat, dan pasca bencana
5. Role play masalah psikososial pada anak dan remaja
6. Role play masalah psikososial pada dewasa dan manula
7. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: evakuasi korban dan triage
lapangan
8. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: penanganan gawat darurat
9. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: rumah sakit lapangan
10. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: sistem rujukan dan
penggunaan ambulan
11. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: sistem informasi dan
komunikasi
12. Melakukan simulasi penanggulangan bencana: pembekalan dapur umum
TATA TERTIB
Tata tertib praktikum mengacu pada norma akademik mata kuliah keperawatan
bencana. Berikut tata tertib yang khusus berlaku selama pelaksanaan praktikum:
1. Kehadiran mahasiswa dalam praktikum adalah 100% dari total pertemuan
praktikum yang terlaksana. Jika tidak 100%, maka mahasiswa tidak diizinkan
mengikuti ujian praktikum.
2. Kegiatan praktikum sesuai dengan jadwal resmi dan jika terjadi perubahan
ditetapkan bersama dengan dosen dan mahasiswa.
3. Toleransi keterlambatan 15 menit.
4. Proses praktikum dilakukan via daring dengan meggunakan platform
LMS i-learning Fakultas Keperawatan UNAND dan tatap maya dengan
2 Praktikum Keperawatan Bencana
menggunakan Ms. Team.
5. Pengumpulan worksheet/tugas praktikum ditetapkan sesuai jadwal kepada
pembimbing praktikum terkait, dan dikumpulkan melalui slot yang sudah
disediakan di i-learning.
6. Mahasiswa yang berhalangan hadir karena sakit (harus ada keterangan sakit/
surat sakit dari dokter) dan halangan lainnya harus menghubungi dosen
sebelum praktikum dimulai.
7. Berpakaian sopan dan memakai jas praktikum saat pelaksanaan praktikum.
8. Mahasiswa wajib membuka video tatap maya saat praktikum berlangsung.
9. Kecurangan dalam ujian praktikum, nilai mata kuliah nol.
PENILAIAN
Bobot penilaian untuk kompetensi praktikum adalah 20% dari total keseluruhan
penilaian mata kuliah. Penilaian praktikum terdiri dari penilaian atas ujian
praktikum (10%) dan worksheet (10%). Bobot penilaian proses untuk kompetensi
praktikum tidak dapat dipisahkan daripenilaian secara keseluruhan penilaian
proses. Penilaian proses terdirir dari keterampilan intrapersonal skills (15%),
keterampilan interpersonal skills (15%) dan sikap dan tata nilai (10%).
UJIAN PRAKTIKUM
Ujian praktikum dilaksanakan pada jadwal yang telah ditetapkan. Mahasiswa
mengikuti ujian praktikum dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Ujian praktikum dilaksanakan di ruang praktikum fakultas keperawatan
2. Setiap mahasiswa harus lulus ujian praktikum sebagai salah satu persyaratan
lulus mata kuliah.
MATERI PRAKTIKUM
1. Survei Potensi Bencana Wilayah
2. Pembuatan Perencanaan Proses Mitigasi (Pra Bencana), Tanggap Darurat,
dan Pasca Bencana Wilayah.
3. Pembuatan Table Top
4. Simulasi Table Top
5. Sosialisasi Perencanaan Proses Mitigasi (Pra Bencana), Tanggap Darurat, dan
Pasca Bencana
6. Role Play Masalah Psikososial Pada Anak dan Remaja
7. Role Play Masalah Psikososial pada Dewasa dan Manula
8. Simulasi Penanggulangan Bencana: Evakuasi Korban dan Triage Lapangan
9. Simulasi Penanggulangan Bencana: Penanganan Gawat Darurat
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Mahasiswa Mampu melakukan Survei Potensi Bencana di Wilayah tempat
tinggalnya
PERLENGKAPAN PERSIAPAN :
1. Pena
2. Kertas
3. Laptop
4. Hasil kegiatan dibuatkan dalam sebuah laporan kegitan dengan ketentuan :
a. Jenis tulisan Times New Roman
b. Font 12
c. Spasi 1.5
Referensi:
WINSHIELD SURVEY
Winshield Survey merupakan pengamatan terhadap suatu wilayah untuk
mendapatkan gambaran umum situasi dan keadaan suatu wilayah yang
didapat melalui wawancara dengan penduduk setempat, tokoh dan observasi
lingkungan. Gambaran umum tersebut dapat digunakan sebagai langkah awal
dalam penentuan masalah yang ada di dalam suatu wilayah tersebut. Baik
masalah kesehatan maupun masalah maladaptif lainnya yang ada dalam satu
wilayah.
Keunikan lingkungan
Banyak tanah kosong di sekitar rumah yang diman-
faatkan untuk membuang sampah terutama halaman
belakang rumah.
Anak-anak
Pada pagi mayoritas pergi ke sekolah, siang hari ber-
main dengan teman sebaya dan sore hari mayoritas
mengikuti kegiatan keagamaan dengan mengaji di
TPA dan bermain sepak bola
Transportasi Transportasi menggunakan kendaraan pribadi (mo-
tor, sepeda, mobil) selain itu juga menggunakan
mobil angkutan umum, ataupun jalan kaki.
Situasi jalan beraspal, paving dan sepanjang waktu
keadaan jalan ramai.
Sekolah
Di wilayah Kelurahan Balas Klumprik khususnya RW III
tidak terdapat bangunan sekolah
Agama Masjid : 1
Ekonomi
Banyak terdapat home industry, antara lain daur
ulang sampah (kardus), krupuk, konveksi (tempat HP)
dan isi ulang air.
Pelayanan umum
Tidak ada tempat pelayanan umum, seperti kantor
Pos, Bank, dan lain-lain di wilayah RW III
Pusat belanja Terdapat banyak toko yang menjual kebutuhan se-
hari – hari.
Suku bangsa Mayoritas penduduk dari suku Jawa.
Agama Mayoritas beragama Islam
Kesehatan dan Penyakit terbanyak yang terjadi di masyarakat selama
morbiditas 6 bulan terakhir adalah batuk pilek yaitu 67 KK Se-
dangkan pada usila 7 penyakit yang terbanyak adalah
rheumatik yaitu 12 orang, hipertensi 6 orang, katarak
5 orang, Diabetes Mellitus 4 orang, penyakit jantung
1 orang dan TBC 1 orang.
Sarana Penunjang Rata-rata warga mempunyai televisi dan radio, seba-
gian kecil mempunyai telepon.
Media cetak yang dibaca oleh sebagian besar mas-
yarakat adalah Jawa Pos dan Surya.
Sudah ada sumber air bersih yaitu PDAM, tetapi air
tersebut tidak digunakan sepenuhnya untuk pemenu-
han kebutuhan sehari – hari karena masih ada sum-
ber air bersih lainnya yaitu air sumur.
Sumber penerangan menggunakan PLN
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu membuat perencanaan terkait mitigasi pada saat pra
bencana, tanggap darurat dan pasca bencana di wilayah tempat tinggalnya
yang telah dilakukan survey sebelumnya.
PERLENGKAPAN PERSIAPAN :
1. Pena
2. Kertas
3. Laptop
4. Hasil kegiatan dibuatkan dalam sebuah laporan kegitan dengan ketentuan :
a. Jenis tulisan Times New Roman
b. Font 12
c. Spasi 1.5
Referensi:
MITIGASI BENCANA
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Mitigasi didefinisikan
sebagai upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana,
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (UU No 24 Tahun 2007, Bab I Ketentuan Umum,
Pasal 1 angka 9) (PP No 21 Tahun 2008, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka
6). Mitigasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c dilakukan untuk
mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan
bencana (UU No 24 Tahun 2007 Pasal 47 ayat (1))
Mitigasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c dilakukan
untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap
masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana (PP No 21 Tahun 2008
Pasal 20 ayat (1)) baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan
dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat. Dalam konteks bencana,
dekenal dua macam yaitu (1) bencana alam yang merupakan serangkaian
peristiwa bencana yang disebabkan oleh faktor alam, yaitu berupa gempa,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan tanah longsor, dll.
(2) bencana sosial merupakan suatu bencana yang diakibatkan oleh manusia,
seperti konflik social, penyakit masyarakat dan teror. Mitigasi bencana
merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama
dari manajemen bencana. Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu:
Mitigasi dibagi menjadi dua macam, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi
non struktural
1. MITIGASI STRUKTURAL
Mitigasi strukural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang
dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan
pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan
banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat tahan
gempa, ataupun Early Warning System yang digunakan untuk memprediksi
terjadinya gelombang tsunami. Mitigasi struktural adalah upaya untuk
mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa
teknis bangunan tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan
dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan
tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak membahayakan
apabila bencana yang bersangkutan terjadi. Rekayasa teknis adalah prosedur
perancangan struktur bangunan yang telah memperhitungkan karakteristik aksi
dari bencana.
2. MITIGASI NON-STRUKTURAL
Mitigasi non–struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari
upaya tersebut diatas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti
pembuatan suatu peraturan. Undang-Undang Penanggulangan Bencana (UU
PB) adalah upaya non-struktural di bidang kebijakan dari mitigasi ini. Contoh
lainnya adalah pembuatan tata ruang kota, capacity building masyarakat, bahkan
sampai menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi penguatan
kapasitas masyarakat, juga bagian dari mitigasi ini. Ini semua dilakukan untuk,
oleh dan di masyarakat yang hidup di sekitar daerah rawan bencana.
Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi risiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya
bagi penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi
(economy costs) dan kerusakan sumber daya alam.
b. Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
c. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam
REFERENSI:
• Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
• PP no 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
• Perka BNPB no 4 tahun 2008 tentang Pedoman penyusunan Rencana
Penanggulangan bencana
• Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17
Tahun 2010 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi Dan
Rekonstruksi Pasca Bencana
•
• Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 7
Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan
Kebutuhan Dasar
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Mahasiswa Mampu Membuat Tabletop Disaster Exercise (TDE) pada resiko
bencana di wilayah tempat tinggal nya.
Perlengkapan Persiapan :
1. Pena
2. Kertas
3. Laptop
4. Steoroform
5. Gambar yang dibutuhkan
6. Kertas warna warni
7. Perekat gambar
8. Hasil kegiatan dibuatkan dalam sebuah laporan kegitan dengan ketentuan :
a. Jenis tulisan Times New Roman
b. Font 12
c. Spasi 1.5
TABLETOP DISASTER EXERCISE (TDE)
Tabletop Disaster Exercise (TDE) atau gladi meja adalah penerapan model
mitigasi bencana komunikasi untuk mengurangi risiko bencana. Tujuan nya
adalah memvalidasi pikiran atau ide, dari prosedur, rencana kontinjensi, rencana
operasi, perjanjian kerjasama dalam, dan lainnya; tetapi juga bertujuan untuk
memecahkan masalah dalam menjalankan perencanaan dan prosedur untuk
menghasilkan umpan balik untuk evaluasi dan revisi rencana kontinjensi. TDE
juga merupakan suatu latihan dalam bentuk diskusi pada level pengambil
keputusan dari tiap-tiap instansi yang berfungsi membahas kasus atau
permasalahan dalam operasi penanganan bencana berdasarkan skenario latihan
guna meningkatkan pemahaman tentang SOP, buku petunjuk, serta tugas dan
tanggung jawab masing-masing. Sasaran peserta pelatihan harus memiliki
kemampuan teknis sesuai dengan bidang masing-masing yang bersinergi
dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lainnya pada skenario tertentu.
Selain itu, dapat menguji rencana kontinjensi atau System Operating Procedure
(SOP), serta dapat menguji peralatan baru sebelum digunakan.
5. Buat laporan dari kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa, beserta dengan
foto miniatur wilayah yang dibuat, lalu di upload di LMS (i-learn) Fakultas
Keperawatan Universitas Andalas dalam slot yang sudah disediakan.
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Mahasiswa mampu mempresentasikan tabletop disaster exercise yang telah
dibuat nya beserta dengan plan of action fase bencana (tanggap darurat) dan
sistem pendataan, komunikasi, informasi di wilayah tempat tinggal nya.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mampu mensimulasikan sosialisasi program mitigasi (pra
bencana), Tanggap Darurat, dan Pasca Bencana Wilayah.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mampu melakukan role play dalam penanganan masalah
psikosial yang terjadi pada anak dan remaja pada saat terjadinya bencana dan
paska bencana.
1. SENSOR TUBUH
Sensor tubuh adalah upaya untuk mendorong mereka menyadari setiap
bagian dari tubuhnya dan melakukan self sugesti bahwa tubuhnya sehat. Jika hal
ini dilakukan cukup sering maka anak-anak akan terlatih untuk menggunakan
kekuatan mental untuk mengendalikan tubuhnya. Teknik ini cocok untuk anak-
anak usia 4-8 tahun yang senang berimajinasi. Katakan pada anak-anak bahwa
mereka akan akan melakukan sensor pada tubuh untuk membuat tubuh mereka
terasa nyaman dan sehat. Minta anak-anak untuk melakukan sensor dengan
cara menyentuh seluruh tubuh mereka dengan perlahan-lahan (biasanya anak-
anak akan melakukan dengan cepat). (1) Gosok-gosokkan kedua tangan terebih
dahulu, dan (2) tanyakan kepada anak-anak cahaya warna apa yang keluar dari
tangan, setiap anak boleh memilih warna yang disukai. Kemudian (3) mulailah
dengan mengusap kepala, diperinci ke dahi, pipi kanan, pipi kiri, belakang
kepala, sekeliling leher, pundak kanan, tangan kanan, pundak kiri, tangan kiri,
dada, perut, kaki kanan dan kaki kiri, ulangi aktivitas ini hingga 3 kali. Setiap kali
selesai hingga kaki, (4) berikan sugesti positip dengan mengatakan : “tubuh kita
terasa nyaman dan sehat”
2. MENGHIRUP BUNGA
Teknik ini bertujuan menstimulasi anak untuk menghirup oksigen dan
nitrogen monoksida yang dibutuhan oleh tubuh. Nitrogen monoksida selain
bertindak sebagai neurotsranmiter yang mempercepat pengiriman pesan juga
4. MENGELUARKAN RACUN
Katakan pada anak-anak bahwa kita akan mengeluarkan racun dari dalam
tubuh, dengan cara menghirup udara sebanyak mungkin dan mengeluarkan
dengan cara meniupkannya hingga udara di dalam tubuh terasa habis. Kemudian
hirup kuat-kuat lagi dan tiupkan lagi. Ajak anak-anak untuk berimajinasi, setiap
kali mereka meniup, ada udara hitam yang keluar dari mulut mereka. Lakukan
hal ini sebanyak 5 kali.
6. MENYANYIKAN LAGU
Minta anak-anak untuk berbaring dan memejamkan mata mereka. Dengan
lembut nyanyikan lagu-lagu yang lembut pengantar tidur, nyanyikan lagu
Edisi Pembelajaran Daring 29
tersebut 2-5 kali tergantung panjang pendeknya lagu. Misalnya, Nina bobok,
Sayang anak loen sayang,
7. MEMBENTUK BENDA
Teknik ini merupakan modifikasi dari progressive muscle untuk menstimulasi
batang otak, agar kembali memiliki control terhadap otot-otot tubuh. Minta
anak-anak bergerak atau berjalan pelan di ruangan, setelah bergerak beberapa
saat, minta mereka untuk menjadi : Kapas ringan yang terbang terbawa
angin.........setelah beberapa saat, menjadi Tiang listrik yang kaku..ayo lebih kaku
lagi, semakin kaku, tambah kaku.......menjadi pohon kelapa ditepi pantai....., lebih
lentur lagi, semakin letur...menjadi batu yang keras........menjadi ular yang meliuk-
liuk.....menjadi robot yang berjalan…., menjadi tanah liat yang lembek, menjadi
batu karang yang keras dan seterusnya.
8. TEMPAT RAHASIA
Bagikan kertas hvs dan pensil warna kepada anak-anak. Minta mereka untuk
menggambar suatu tempat yang mereka sukai, tempat itu bisa berupa taman
bunga, taman bermain, rumah dari gula-gula, rumah diatas pohon atau apapun
juga. Setelah mereka selesai menggambar minta mereka untuk menceritakan,
apa yang mereka gambar, ada apa saja disitu, apa saja yang mereka senang
lakukan ditempat itu. Setelah mereka selesai menceritakan, katakan bahwa
mereka akan diajak untuk mengunjungi tempat rahasia mereka. Minta mereka
untuk duduk dengan nyaman, menghirup nafas yang dalam 2-4 kali dan
menutup mata mereka. Saat mereka menutup mata, katakan”
Saat ini kita masuk dalam tempat rahasia kita, tempat yang kita sukai dan tidak
ada seorangpun yang tahu. Lihatlah apa saja yang ada di tempat itu, adakah
pohon? Bunga? mainan?..................................... Apa warnanya?...................... Apa lagi
yang terlihat? ................Coba sentuh salah satu yang terlihat, rasakan! Bagaimana
rasanya? Apakah kasar? Atau halus? Atau panas? Atau dingin? ..........................
Coba hirup udaranya, ada bau apakah?..........................................Dengarkan ada
suara apa saja disitu............................................Apa yang paling kamu ingin lakukan
disitu? Lakukanlah......................Setelah beberapa saat katakan ” secara perlahan
kita akan kembali ke tempat ini, Kakak/Abang akang menghitung hingga 5,
pada hitungan ke 5, kita akan membuka mata kita dan kembali ke ruangan in, 1.
............,2................3 gerakkan secara perlahan kaki kita, 4, gerakkan secara perlahan
ujung jari-jari kita, 5 buka mata perlahan-lahan kembali ke tempat ini”
9. GUA BERTINGKAT 3
Katakan pada anak-anak bahwa kita akan mengajak mereka mengunjungi
gua bertingkat 3 . Ajak mereka untuk berdiri dan katakan : Anak-anak kita akan
mengunjungi gua bertingkat tiga, kita akan berjalan pelan-pelan mendekati gua
yang ada di depan kita (berjalanlah ditempat dengan pelan-pelan), injak batu
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mampu melakukan role play dalam penanganan masalah psikosial
yang terjadi pada orang dewasa dan lansia pada saat terjadinya bencana dan
paska bencana.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mampu mensimulasikan evakuasi korban dan triage lapangan
pada kasus/skenario yang diberikan.
TRIASE DI TEMPAT
Triase di tempat dilakukan di “tempat korban ditemukan” atau pada tempat
penampungan yang dilakukan oleh tim Pertolongan Pertama atau Tenaga
Medis Gawat Darurat. Triase di tempat mencakup pemeriksaan, klasifikasi,
pemberian tanda dan pemindahan korban ke pos medis lanjutan. Metode yang
paling sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T (Simple Triage
and Rapid Treatment ). Metode ini dibagi 4 kategori, yaitu:
1. Prioritas I Merah: Merupakan prioritas utama, diberikan pada korban dalam
keadaan kritis, seperti :
a. gangguan jalan napas
b. Perdarahan besar/tidak terkontrol
c. Penurunan respon/status mental
TRIASE MEDIK
Triase ini dilakukan saat korban memasuki pos medis lanjutan oleh tenaga
medis yang berpengalaman (sebaiknya dipilih dari dokter yang bekerja di Unit
Gawat Darurat, kemudian ahli anestesi dan terakhir oleh dokter bedah). Tujuan
triase medik adalah menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh
korban.
TRIASE EVAKUASI
Triase ini ditujukan pada korban yang dapat dipindahkan ke Rumah Sakit
yang telah siap menerima korban bencana massal. Jika pos medis lanjutan dapat
PERTOLONGAN PERTAMA
Pertolongan pertama dilakukan oleh para sukarelawan, petugas Pemadam
Kebakaran, Polisi, tenaga dari unit khusus, Tim Medis Gawat Darurat dan Tenaga
Perawat Gawat Darurat Terlatih. Pertolongan pertama dapat diberikan di lokasi
seperti berikut:
1. Lokasi bencana, sebelum korban dipindahkan
2. Tempat penampungan sementara
3. Pada “tempat hijau” dari pos medis lanjutan
4. Dalam ambulans saat korban dipindahkan ke fasilitas
Pertolongan pertama yang diberikan pada korban dapat berupa kontrol
PROSEDUR EVAKUASI:
1. Petugas evakuasi harus membekali diri dengan segala keperluan pribadi
serta membekali diri dengan membawa alat dan obat untuk pertolongan
pertama.
2. Menentukan skalasi bencana;luas wilayah,jumlah korban,jenis penyakit,sarana
dan prasarana yang tersisa, sisa SDM dan akses jalan menuju lokasi bencana.
3. Menyampaikan hasil survey awal ke rumah sakit, sehingga rumah sakit dapat
mempersiapkan diri.
4. Petugas lapangan menilai tingkat kegawatan korban untuk korban luka
ringan dan sedang di beri pertolongan pertama di tempat kejadian atau pos
kesehatan lapangan.
5. Korban luka ringan dan sedang diperlakukan sama seperti masyarakat umum.
6. Korban luka berat segera dievakuasi ke RS rujukan wilayah/RS Polri / RS TNI
terdekat.
7. Korban yang memerlukan perawatan lebih lanjut dapat dievakuasi ke pusat
rujukan melalui jalan darat/sungai/laut/udara sesuai sarana yang dimiliki.
REFERENSI:
Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis
Kesehatan Akibat Bencana (Mengacu Pada Standar Internasional) Edisi Revisi.
Jakarta.
SKENARIO:
Bencana longsor kembali terjadi dan menimbulkan korban jiwa di kaki
gunung Singgalaang pada tanggal 5/10 2020. Longsor menimbun 14 rumah.
Team BPBD segera bergerak cepat dan dalam perjalanannya berkoordinasi
dengan pusat pelayanan kesehatan terdekat baik puskesmas maupun rumah
sakit serta berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Tim segera mengaktifkan
Sistem Penaggulangan Gawat Darurat Terpadu-Bencana (SPGDT-B), dan dibantu
dengan para relawan, tim segera menyisir beberapa lokasi untuk mencari korban,
memberi pertolongan awal dan merujuk ke RS terdekat. Diantara korban tampak
beberapa orang kritis. Adapun rincian korban bencana ini sebagai berikut:
a. Seorang pria paruh baya yang terluka pada kaki dan kepalanya dan
berkali-kali berteriak memanggil petugas kesehatan.
b. Seorang korban usia lanjut tampak nafas yang tersengal – sengal dengan
jejas di dinding dadanya disertai ketertinggalan gerak salah satu dinding
dadanya.
c. Seorang ibu muda dengan bayi menderita luka di kepala dan wajah
penuh dengan tanah disertai adanya memar pada beberapa bagian tubuh
dengan keadaan tidak menangis.
Edisi Pembelajaran Daring 43
d. Seorang wanita hamil yang tampak lemah dengan perdarahan.
e. Seorang laki-laki muda dengan tubuh penuh tanah dengan kondisi lemah
namun masih bisa diajak berbicara.
f. Seorang laki-laki yang terbaring lemah dan tampak pucat dengan perut
yang distended dan nadi yang lemah.
g. Seorang korban wanita muda terbaring tidak sadar dengan luka berat di
kepala.
h. Seorang anak-anak yang tergeletak terhimpit runtuhan bangunan dan
naditidak teraba
i. Seorang wanita paruh baya tergeletak di lantai, dengan kaki terhimpit
reruntuhan bangunan, terlihat lemah dengan pendarahan di daerah kaki.
j. Puluhan korban dengan luka-luka ringan di bagian tubuhnya.
Lakukan triage pada kondisi diatas dan tentukan dari korban A-J mana yang
termasuk kategori label hitam, merah, kuning dan hijau.
Jelaskan cara evakuasi yang dilakukan untuk menyelamatkan korban bencana
tersebut.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mampu mensimulasikan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu pada saat terjadinya bencana.
KONSEP SPGDT
Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) adalah suatu
sistem berupa koordinasi dari sektor kesehatan yang didukung oleh sektor lain
dan kegiatan kelompok profesional pada keadaan kedaruratan medis sehari
hari (SPGDT-S) dan pelayanan kedaruratan medis pada saat kejadian bencana
(SPGDT-B).
Pada penanganan bencana dengan korban masal (pra rumah sakit, dirumah
sakit dan antar rumah sakit) memerlukan pengaturan dan penetapan tentang :
1. Koordinasi dan komando (perlu kesepakatan semua unsur terlibat baik unsur
pelayanan medis maupun unsur penanganan bencana secara menyeluruh)
pada saat penanganan bencana berlangsung.
2. Pengaturan bila diperlukan peningkatan (eskalasi) dan mobilisasi sumber
daya (SDM, fasilitas dan sumber daya lain) terkait dengan masalah penugasan
termasuk pembiayaan.
3. Pelatihan berupa simulasi dari prosedur tetap (Protap), petunjuk pelaksanaan,
petunjuk teknis yang dibuat oleh masing-masing institusi agar dapat
diimplementasikan, pada saat penyiagaan dan penanganan bencana.
4. Pelaporan, monitoring dan evaluasi yang didokumentasikan untuk
menganalisis/ mengetahui masalah dan hasil penanganan pada saat pasca
bencana.
PENILAIAN AWAL
Penilaian awal merupakan prosedur yang dipergunakan untuk segera
mengetahui beratnya masalah dan risiko potensial dari masalah yang dihadapi.
Aktivitas ini dilakukan untuk mencari tahu masalah yang sedang terjadi dan
kemungkinan yang dapat terjadi dan memobilisasi sumber daya yang adekuat
Edisi Pembelajaran Daring 45
sehingga penatalaksanaan lapangan dapat diorganisasi secara benar. Di
dalam penilaian awal dilakukan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk
mengidentifikasi:
1. Lokasi kejadian secara tepat
2. Waktu terjadinya bencana
3. Tipe bencana yang terjadi
4. Perkiraan jumlah korban
5. Risiko potensial tambahan
6. Populasi yang terpapar oleh bencana
7. Pelaporan ke Tingkat Pusat
Penilaian awal yang dilakukan harus segera dilaporkan ke pusat komunikasi
sebelum melakukan aktivitas lain di lokasi kecelakaan. Keterlambatan akan
timbul dalam mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana jika tim melakukan
aktivitas lanjutan sebelum melakukan pelaporan penilaian awal, atau informasi
yang dibutuhkan dapat hilang jika kemudian tim tersebut juga terlibat dalam
kecelakaan.
TINDAKAN KESELAMATAN
Tindakan penyelamatan diterapkan untuk memberi perlindungan kepada
korban, tim penolong dan masyarakat yang terekspos dari segala risiko yang
mungkin terjadi dan dari risiko potensial yang diperkirakan dapat terjadi
(perluasan bencana, kemacetan lalu lintas, material berbahaya, dan lain-lain).
Langkah-langkah penyelamatan yang dilakukan, antara lain:
1. Aksi langsung yang dilakukan untuk mengurangi risiko seperti dengan
memadamkan kebakaran, isolasi material berbahaya, penggunaan pakaian
pelindung, dan evakuasi masyarakat yang terpapar oleh bencana.
2. Aksi pencegahan yang mencakup penetapan area larangan berupa:
a. Daerah pusat bencana—terbatas hanya untuk tim penolong profesional
yang dilengkapi dengan peralatan memadai.
b. Area sekunder—hanya diperuntukkan bagi petugas yang ditugaskan
untuk operasi penyelamatan korban, perawatan, komando dan kontrol,
komunikasi, keamanan/keselamatan, pos komando, pos medis lanjutan,
pusat evakuasi dan tempat parkir bagi kendaraan yang dipergunakan
untuk evakuasi dan keperluan teknis.
c. Area tersier—media massa diijinkan untuk berada di area ini, area juga
berfungsi sebagai “penahan” untuk mencegah masyarakat memasuki
daerah berbahaya. Luas dan bentuk area larangan ini bergantung pada
jenis bencana yang terjadi (gas beracun, material berbahaya, kebakaran,
kemungkinan terjadinya ledakan), arah angin dan topografi. Langkah
penyelamatan akan diterapkan oleh Tim Rescue dengan bantuan dari
Dinas Pemadam Kebakaran dan unit-unit khusus (seperti ahli bahan
peledak, ahli material berbahaya, dan lain-lain) dalam menghadapi masalah
khusus. Area larangan ditetapkan oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan
jika diperlukan dapat dilakukan koordinasi dengan petugas khusus seperti
kepala bandar udara, kepala keamanan di pabrik bahan kimia, dan lain-
lain.
LANGKAH PENGAMANAN
Langkah pengamanan diterapkan dengan tujuan untuk mencegah campur
tangan pihak luar dengan tim penolong dalam melakukan upaya penyelamatan
korban. Akses ke setiap area penyelamatan dibatasi dengan melakukan
kontrol lalu lintas dan keramaian. Langkah penyelamatan ini memengaruhi
penyelamatan dengan cara:
1. Melindungi tim penolong dari campur tangan pihak luar Mencegah terjadinya
kemacetan dalam alur evakuasi korban dan mobilisasi sumber daya.
2. Melindungi masyarakat dari kemungkinan risiko terpapar oleh kecelakaan
yang terjadi.
Edisi Pembelajaran Daring 47
Faktor keamanan ini dilaksanakan oleh Kepolisian, unit khusus (Angkatan
Bersenjata), petugas keamanan sipil, petugas keamanan bandar udara, petugas
keamanan Rumah Sakit, dan lain-lain.
POS KOMANDO
Pos Komando merupakan unit kontrol multisektoral yang dibentuk dengan
tujuan:
1. Mengoordinasikan berbagai sektor yang terlibat dalam penatalaksanaan di
lapangan.
2. Menciptakan hubungan dengan sistem pendukung dalam proses penyediaan
informasi dan mobilisasi sumber daya yang diperlukan.
3. Mengawasi penatalaksanaan korban.
Semua hal di atas hanya dapat terwujud jika Pos Komando tersebut
mempunyai jaringan komunikasi radio yang baik. Penatalaksanaan lapangan dari
suatu bencana massal membutuhkan mobilisasi dan koordinasi sektor-sektor
yang biasanya tidak bekerja sama secara rutin. Efisiensi aktivitas pra-rumah
sakit ini bergantung pada tercipta-nya koordinasi yang baik antara sektor-
sektor tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan koordinasi ini Pos komando harus
dibentuk pada awal operasi pertolongan bencana massal.
Kriteria utama bagi efektifnya Pos Komando adalah tersedianya sistem
komunikasi radio. Sistem ini dapat bervariasi antara peralatan yang sederhana
seperti radio-komunikasi di mobil polisi hingga yang kompleks pos komando
bergerak khusus, bertempat di tenda hingga yang ditempatkan dalam bangunan
permanen. Pos Komando ditempatkan diluar daerah pusat bencana, berdekatan
dengan pos medis lanjutan dan lokasi evakuasi korban. Pos ini harus mudah
dikenali dan dijangkau, dapat mengakomodasi semua metode komunikasi baik
komunikasi radio maupun visual.
Gambar 10 SPGDT-B
REFERENSI
Kepmenkes No. 106/Menkes/SK/I/2004 Tentang Tim SPGDT dan Pelatihan
PPGD / GELS.
Pedoman Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, Ditjen Bina
Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan
National Emergency Medical Services Education Standards, an Emergency
Medical Responder Instructional Guidelines (http://www.ems.gov/
pdf/811077b.pdf)
Classification and Minimum Standards for Foreign Medical Teams in
Sudden Onset Disasters (http://www.who.int/hac/global_health_
cluster/fmt_guidelines_september2013.pdf)
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mampu melakukan simulasi penanggulangan bencana dengan
memahami system rumah sakit lapangan.
Rumah sakit lapangan ini bisa terdiri dari beberapa tenda yang disesuaikan
dengan fungsi nya, seperti:
1. Tenda Gudang, tujuan: Sebagai tempat penyimpanan seluruh peralatan RS
lapangan untuk bencana pada saat persiapan sampai operasionalisasi.
56 Praktikum Keperawatan Bencana
2. Tenda Unit Gawat Darurat (UGD), tujuan: Sebagai tempat untuk memberikan
pelayanan gawat darurat (gadar) dan melakukan triase.
3. Tenda Bedah, tujuan: Sebagai tempat untuk tindakan operasi (bedah).
4. Tenda Perawatan tujuan: Sebagai tempat untuk perawatan pasien.
5. Tenda Intensive Care Unit (ICU) tujuan: Sebagai tempat untuk perawatan
intensif pasien yang kritis.
6. Tenda Farmasi, tujuan: Sebagai tempat untuk menyiapkan dan menyediakan
bahan sediaan farmasi (obat dan bahan habis pakai)
7. Tenda Personel, tujuan: Sebagai tempat istirahat personel RS lapangan.
8. Pendirian Tenda Administrasi, tujuan: Sebagai tempat pelayanan administrasi
RS lapangan.
9. Tenda Laundry dan Sterilisasi, tujuan: Sebagai tempat untuk sterilisasi alat
medis, alat operasi, linen (baju operasi, tutup kepala).
10. Tenda X-Ray tujuan: Sebagai tempat untuk memberikan pelayanan radiografi
pada pasien.
Sumber: https://republika.co.id/berita/phv9pr396/baznas-resmikan-rumah-sakit-lapangan-di-sigi
Gambar 11 Bagian depan Rumah Sakit Lapangan
Sumber: https://covid19.go.id/p/berita/rs-lapangan-jatim-rawat-16-pasien-covid
Gambar 13 Ruang Perawatan Rumah Sakit Lapangan
REFERENSI:
Kementrian Kesehatan. 2008. Pedoman Pengelolaan Rumah Sakit
Lapangan untuk Bencana. Jakarta: Kemenkes RI.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa melakukan simulasi sistem rujukan dan penggunaan ambulance
pada saat terjadinya bencana.
PROSEDUR TRANSPORTASI :
1. Persiapan ambulans Gawat darurat di rumah sakit maupun di lokasi
pengungsi.
2. Menerima dan menanggapi panggilan emergensi dari lokasi bencana.
3. Mengoperasikan ambulans gawat darurat apabila ada korban yang
membutuhkan pengangkutan.
4. Memindahkan korban/pasien dari tempat kejadian ke ambulans.
5. Transportasi pasien ke rumah sakit lapangan atau rumah sakit terdekat.
6. Pengiriman pasien ke rumah sakit menggunakan ambulan harus sesuai
dengan peraturan penggunaan ambulans di jalan raya.
7. Memindahkan pasien ke unit gawat darurat untuk dilakukan penanganan
secara cepat
REFERENSI
Kepmenkes No. 106/Menkes/SK/I/2004 Tentang Tim SPGDT dan Pelatihan
PPGD / GELS.
Pedoman Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, Ditjen Bina
Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan
National Emergency Medical Services Education Standards, an Emergency
Medical Responder Instructional Guidelines (http://www.ems.gov/
pdf/811077b.pdf)
Classification and Minimum Standards for Foreign Medical Teams in
Sudden Onset Disasters (http://www.who.int/hac/global_health_
cluster/fmt_guidelines_september2013.pdf)
Catatan:
Untuk mencapai kompetensi pada materi Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem Rujukan dan
Penggunaan Ambulance, mahasiswa akan melakukan simulasi langsung pada saat dilakukan kegiatan
disaster camp. Kegiatan disaster camp direncanakan akan dilakukan pada akhir pelaksanaan praktikum
keperawatan bencana, dimana kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh mahasiswa dan dosen pembimbing
praktikum. Kegiatan akan dilaksanakan di lingkungan kampus Fakultas Keperawatan, dengan sarana dan
prasarana di fasilitasi oleh PMI cabang Sumatera Barat.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa melakukan Simulasi Penanggulangan Bencana: Sistem Informasi
dan Komunikasi
INFORMASI PRABENCANA
Dalam rangka mendukung upaya-upaya sebelum terjadi bencana diperlukan
data dan informasi yang lengkap, akurat dan terkini sebagai bahan masukan
pengelola program di dalam mengambil keputusan terkait penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana. Salah satu bentuk informasi yang cukup
penting adalah adanya profil yang menggambarkan kesiapsiagaan sumber
daya dan upaya- upaya yang telah dilakukan terkait dengan penanggulangan
krisis kesehatan akibat bencana di daerah, khususnya di tingkat kabupaten/kota.
Informasi yang dikumpulkan dalam bentuk profil terdiri dari:
1. Gambaran umum wilayah, yang meliputi letak geografis, aksesibilitas wilayah,
gambaran wilayah rawan bencana, geomadic mapping, data demografi dan
informasi bencana yang pernah terjadi.
2. Upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan yang pernah dilakukan
3. Upaya tanggap darurat dan pemulihan yang pernah dilakukan
4. Gambaran pengelolaan data dan informasi
Dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota diharapkan dapat menyusun profil
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana ini yang dikumpulkan secara
berkala setahun sekali. Informasi profil ini diharapkan sudah tersedia pada setiap
bulan April. Sumber informasi pra-bencana yang dituangkan kedalam bentuk
profil tersebut berasal dari dinas kesehatan, rumah sakit, instansi terkait dan
puskesmas.
................../............/20.............
Kepala
Puskesmas Nama
NIP.
FORM B-4
FORM PELAPORAN KEJADIAN BENCANA
MELALUI SHORT MESSAGE SERVICE (SMS)
J. KESIAPAN LOGISTIK
1. Obat dan Bahan Habis Pakai : Tidak ada / Kurang / Cukup
2. Alat Kesehatan : Tidak ada / Kurang / Cukup
3. Bahan Sanitasi
• Kaporit : Tidak ada / Kurang / Cukup
• PAC : Tidak ada / Kurang / Cukup
• Aquatab : Tidak ada / Kurang / Cukup
• Kantong Sampah : Tidak ada / Kurang / Cukup
• Repellant Lalat : Tidak ada / Kurang / Cukup
4. Ketersediaan Pangan : Tidak ada / Kurang / Cukup
K. SARANA PENDUKUNG PELAYANAN KESEHATAN
1. Transportasi operasional pelayanan kesehatan : Tidak ada / Kurang / Cukup
2. Alat komunikasi : Tidak ada / Kurang / Cukup
3. Sarana listrik untuk pelayanan kesehatan : Tidak ada / Kurang / Cukup
L. UPAYA PENANGGULANGAN YANG TELAH DILAKUKAN
1. ...........................................................................................................................................
2. ...........................................................................................................................................
M. BANTUAN YANG DIPERLUKAN
1. ...........................................................................................................................................
2. ...........................................................................................................................................
N. RENCANA TINDAK LANJUT
1. ...........................................................................................................................................
2. ...........................................................................................................................................
.........../........./20...........
Mengetahui,
Petugas yang melaporkan Kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota......................................
.......................................... .....................................................
NIP. NIP.
Tanggal/Bulan/Tahun : .................................................................................................................
Jenis Bencana : .................................................................................................................
Lokasi Bencana : .................................................................................................................
Waktu Kejadian Bencana : .................................................................................................................
A. JUMLAH KORBAN KEADAAN TERAKHIR
1. Meninggal : ....................... jiwa, Balita : ....................... jiwa
2. Hilang : ....................... jiwa
3. Luka Berat : ....................... jiwa
4. Luka Ringan : ....................... jiwa
5. Pengungsi : ....................... jiwa .................. KK
Lokasi Pengungsian : ....................................................
Jumlah kelompok rentan pada pengunsi :
a. Bayi : ....................... jiwa
b. Balita : ....................... jiwa
c. Ibu Hamil : ....................... jiwa
d. Ibu menyusui : ....................... jiwa
e. Lansia : ....................... jiwa
6. Jumlah korban yang dirujuk ke :
a. Puskesmas .....................................................
Jumlah : ....................... jiwa
b. Rumah Sakit .....................................................
Jumlah : ....................... jiwa
B. PERKEMBANGAN KONDISI KESEHATAN KORBAN
1. Jumlah Korban
Fasilitas Korban Masih Korban Korban Korban
Keterangan
Kesehatan Dirawat Meninggal Pulang Dirujuk
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Jumlah
Jumlah
Jumlah
.........../........./20...........
Mengetahui,
Kepala Dinas Kesehatan Petugas yang melaporkan
.......................................... .....................................................
NIP. NIP.
Gambar 15 alur informasi pra bencana
b. Informasi Saat Bencana
1. Bagan alur penyampaian informasi langsung
Informasi awal tentang krisis pada saat kejadian bencana dari lokasi
bencana langsung dikirim ke Dinas Kab/Kota atau Provinsi, maupun
PPK Setjen Depkes dengan menggunakan sarana komunikasi yang
paling memungkinkan pada saat itu. Informasi dapat disampaikan oleh
masyarakat, unit pelayanan kesehatan dan lain-lain. Unit penerima
informasi harus melakukan konfirmasi.
Gambar 17 Alur Penyampaian Informasi Penilaian Kebutuhan Cepat
3. Alur penyampaian informasi perkembangan PK-AB
Informasi perkembangan disampaikan secara berjenjang mulai dari
institusi kesehatan di lokasi bencana ke Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota kemudian diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi, dari Provinsi ke
Depkes melalui PPK dan dilaporkan ke Mentri Kesehatan.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa mampu melakukan simulasi penanggulangan bencana:
Pembekalan dapur umum.
DISASTER CAMP
Untuk mencapai tujuan pembelajaran praktikum keperawatan bencana pada
mahasiswa program studi S1 ilmu Keperawatan, dan mendukung tercapainya
Visi Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yaitu menjadi pusat pendidikan
sarjana keperawatan/ners yang bermartabat dengan keunggulan dalam bidang
keperawatan bencana berbasis kemitraan masyarakat untuk mewujudkan
masyarakat yang tangguh ditingkat nasional dan regional tahun 2030. Maka
diadakan kegiatan simulasi bencana kepada mahasiswa yang mengambil mata
kuliah Keperawatan Bencana di program studi S1 Ilmu keperawatan.
Adapun tujuan nya adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran pada
lembar kerja 9-14 pada materi praktikum keperawatan bencana, yaitu simulasi
penanggulangan bencana: evakuasi korban dan triage lapangan, penanganan
gawat darurat, rumah sakit lapangan, sistem rujukan dan penggunaan ambulance,
sistem informasi/komunikasi dan pembekalan dapur umum. Kegiatan ini
dilakukan di lingkungan kampus Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
dan wajib diikuti oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Keperawatan
Bencana dan dosen pembimbing kelompok praktikum. Kegiatan disaster camp
akan dilaksanakan selama 3 hari dengan dibantu sebagai penyedia sarana,
prasarana dan fasilitator dari Palang Merah Indonesia (PMI) cabang provinsi
Sumatera Barat.
Dalam sistem pembelajaran daring/online, kegiatan ini tetap direncanakan
dilaksanakan namun harus disesuaikan dengan protocol kesehatan yang telah
ditetapkan oleh Fakultas Keperawatan. Jadwal dan rundown acara akan dibagikan
sebelum kegiatan dilaksanakan. Acara ini dilaksanakan diakhir pelaksanaan
praktikum keperawatan bencana.
Pada saat pelaksanaan disaster camp, proses evaluasi terhadap kognitif,
afektif dan psikomotor mahasiswa dilakukan. Pemahaman mahasiswa terhadap
penanggulangan bencana secara keseluruhan langsung akan dievaluasi oleh
masing-masing dosen pembimbing praktikum.