OLEH :
YAYASANKEPERAWATANNUSATENGGARATIMUR
AKADEMIKEPERAWATANMARANATHAGROUPS
2021
1
2
OLEH :
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan
bukan merupakan jiblakan atau tiruan dari Karya Tulis Ilmiah orang lain untuk
memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan dan perguruan tinggi
manapun baik sebagai maupun keseluruhan.
LEMBAR PERSETUJUAN
Oleh
ADEN YUMETRI TANAEM
11571118
Disetujui oleh :
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH
Aden Y.Tanaem
11571118
KOMISI PENGUJI
PENGUJI 1 PENGUJI II
Mengetahui
Direktur Akper Maranatha Groups
IDENTITAS PENGUJI
KOMISI PEMBIMBING
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul: Asuhan Keperawatan pada klien yang gangguan rasa
aman nyaman ; Gerd (Gastroesophageal Reflux Disease ) dengan diagnose medis
Gastritis diruang mawar Rumah Sakit Bhayangkara Titus Ully Kupang. Penulis
selesaikan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
D III Keperawatan pada Akper Maranatha Groups.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah banyak
kendala dan hambatan, namun berkat kerelaan dan bantuan dari beberapa pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini
dapat diselesaikan. Melalui kesempatan ini dengan setulus hati penulis
menyampaikan ucapan Terima Kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Drs. Samuel Sellan, selaku Dewan Pembina Yayasan Maranatha Nusa
Tenggara Timur yang memberikan fasilitas dalam perkuliahan.
2. Alfreid Selan selaku Ketua Yayasan Maranatha Nusa Tenggara Timur yang
memberikan kesempatan pada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan di
Akademi Keperawatan Maranatha Groups
3. Camelia BakkerS.Si-Teol.M.Si, selaku Direktur Akademi Keperawatan
Maranatha Groups yang telah memberikan rekomendasi dan kesempatan bagi
penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Awaliyah M.Suwetty.S.Kep.Ns., M.Kepsebagai wadir 1 sekaligus
pembimbing 1 yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Verawaty Amalo, S.Kom sebagai pembimbing 2 yang telah mengarahkan dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Kurnia Pelondou, S.Kep.Ns., M.Kep selaku penguji 1 yang telah mengarahkan
dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1.Tujuan Umum
1.3.2.Tujuan Khusus
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1.Manfaat Teoritis
1.4.2.Manfaat Praktis
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. KONSEP TEORI
2.1.1.Defenisi
2.1.2.Etiologi
2.1.3.Manifestasi Klinis
2.1.4.Patofisiologi
2.1.5.Penatalaksaan
2.1.6.Komplikasi
2.1.7.Pemeriksaan Penunjang
2.2.KONSEP DASAR GERD
2.2.1.
2.2.2.
2.2.3.
2.2.4.
2.2.5.
2.2.6.
2.3.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.3.1.
2.3.2.
2.3.3.
2.3.4.
10
2.3.5.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Desain Penelitian
3.2.Partisipan
3.3.Lokasi dan waktu penelitian
3.4.Teknik Pengumpulan data
3.5.Etika Penelitian
3.6.Uji Keabsahan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.HASIL PENELITIAN
4.1.1.Pengkajian
4.1.2.Diagnosa Keperawatan
4.1.3.Intervensi Keperawatan
4.1.4.Implementasi
4.1.5.Evaluasi
4.2.PEMBAHASAN
4.2.1.Pengkajian
4.2.2.Diagnosa Keperawatan
4.2.3.Intervensi Keperawatan
4.2.4.Implementasi
4.2.5.Evaluasi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
5.2.Saran
11
BAB I
PENDAHULUAN
pada kematian. Oleh sebab itu masyarakat harus mampu mengetahui faktor-faktor
yang disebabkan oleh gastritis agar mendapat penanganan sejak dini (Azwar &
Gorontalo, 2018).
Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO,2017
mengadakan peninjawan diberbagai Negara dunia dan mendapatkan hasil
presentase dari angka kejadian gastritis di dunia diantaranya Inggris 22 %,
Cina 31%, Jepang 14%, Kanada 35%, prancis 29,5%. Di dunia, insiden
gastritis sekitar 1,8 sampai 2,1 juta dari jumblah penduduk setiap tahunnya.
Prevelensi gastritis yang diinformasi melalui endoscopi pada populasi
Sanghai sekitar 17,2 persen. Angka kejadian gastritis di Indonesia menutut
Wolrd Health Organitatuon (WHO, 2017) adalah 40,8%.
pasien dirawat di Rumah Sakit, pasien mengatakan nyeri pada perut bagian
tengah atas saat ditekan, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri terasa
pada perut bagian tengah atas, skala nyeri pasien saat ditunjukkan oleh perawat
yaitu skala nyeri 4 dari rentang skala nyeri (1-10), pasien mengeluh nyeri yang
dirasakan hilang timbul dan akan terasa nyeri jika perut bagian tengah atas
ditekan.
Penyakit lambung merupakan penyakit yang tidak bisa dianggap remeh,
jika dibiarkan terus menerus dapat mengakibatkan penyakit lain dan bisa
menyebabkan kematian bila tidak segera ditangani. Beberapa penyakit yang
menyerang lambung, diantaranya adalah Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD), Gastritis Kronis (Maag) dan lainnya (Akmal & Winiarti, 2014).
Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah suatu keadaan
patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus
dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, laring,
dan saluran nafas.1,2 GERD bisa dibagi menjadi tipe erosif dan non-
erosif. Beberapa faktor risiko terjadinya refluks gastroesofageal antara lain:
obesitas, usia lebih dari 40 tahun, wanita, ras (India lebih sering mengalami
GERD), hiatal hernia, kehamilan, merokok, diabetes, asma, riwayat
keluarga dengan GERD, status ekonomi lebih tinggi, dan skleroderma.
Pada sebagian orang, makanan dapat memicu terjadinya refluks
gastroesofageal, seperti bawang, saos tomat, mint, minuman berkarbonasi,
coklat, kafein, makanan pedas, makanan berlemak, alkohol, ataupun porsi makan
yang terlalu besar. Beberapa obat dan suplemen diet pun dapat
memperburuk gejala refluks gastroesofageal, dalam hal ini obat-obatan yang
mengganggu kerja otot sfinter esofagus bagian bawah, seperti sedatif, penenang,
antidepresan, calcium channel blockers, dan narkotika. Termasuk juga
penggunaan rutin beberapa jenis antibiotika dan non steroidal anti- inflammatory
drugs (NSAIDs) dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya inflamasi
esofagus.1,2
15
akhir-akhir ini. Syam, dkk.3 melaporkan prevalensi GERD di Rumah Sakit Dr.
Ciptomangunkusumo meningkat dari 5,7% pada tahun 1997 menjadi 25,18%
pada tahun 2002. Studi lain yang dikemukakan oleh Sijabat, dkk.4
menemukan bahwa karakteristik yang paling banyak dari GERD di Rumah Sakit
Dr. Ciptomangunkusumo adalah esofagitis grade A, pasien wanita, dan
rerata usia 48,61 tahun (simpang baku [SB] 8,64 tahun), serta terdapat
korelasi antara obesitas atau obesitas abdomen dan GERD erosif. Sedangkan,
data epidemiologi di Amerika menunjukkan 1 dari 5 orang dewasa
memiliki gejala refluks esofagus berupa heartburn dan atau regurgitasi asam
lambung sekali dalam seminggu. Data tersebut juga menunjukkan bahwa lebih
dari 40% di antaranya memiliki gejala–gejala tersebut sedikitnya sekali dalam
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1. Definisi
Gastritis merupakan proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa
dipenuhi dengan bahan iritan (Sebayang, 2011). Gastritis adalah penyakit yang
disebabkan oleh meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan inflamasi
atau peradangan yang mengenai mukosa lambung (Khanza, et al.,2017).
a) Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah
gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan
mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut
erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa
muskularis.
b) Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun. Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian
permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik
oleh ulkus lambung (Khanza,etal.,2017).
2.1.2 Etiologi
1. Obat-obatansepertiAnti-InflamasiNonsteroid/OAINS
(Indometasin,Ibuprofendan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain,
agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2-deoxyuridine), Salisilat dan
Digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol seperti whisky, vodka,dan gin
6
22
3. Infeksi bakteri seperti H.pylori(paling sering),H.heilmani,Streptococci,
Staphyloccoci,Proteusspecies,Clostridiumspecies,E.coli,Tuberculosis
dan secondarysyphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.
5. Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis.
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar,sepsis,trauma,pembedahan,
gagal napas,gagal ginjal,kerusakan susunansaraf pusatdanrefluk susus-
lambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan.Makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen
penyebab iritasi mukosa lambung.
8. Garam empedu,terjadi pada kondisi refluks garam empedudari ususkecil
kemukosalambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa.
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.
10. Trauma langsung lambung,berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa,yang
dapat menimbulkan respons peradangan pada mukos lambung.
(Mutaqqin dan Sari, 2017)
2.1.4 Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya
obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada
para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV
(Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di
dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel
epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena
penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa
gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl
(terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl
meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon
mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi
(pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi
pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya
perdarahan.Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita,
namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.
24
2. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan
muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan
metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh
terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan
sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat
mak aelastisitasnya juga berkurang.
Pada saat mencerna makanan,lambung melakukan gerakan peristaltic
tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang
pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan
hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan
kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini
akan menimbulkan perdarahan.
(Sukarmin, 2012; Rukmana, 2018)
25
5 B. Pathway
Stress Alkohol, obat-obatan Makanan panas, pedas, asam yang merangsang Holicobacter pylori
Perdarahan
Gastritis kronis
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Nyeri
Kurangnya volume cairan Melena, hematemesis Komplikasi : ulcus pepticumTherapy
Resti Infeksi
GASTRITIS AKUT
26
2.1.5 Penatalaksanaan
Pengobatan gastritis meliputi :
1) Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
2) Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3) Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain.
(Soeparman, 1999, hal : 96)
Pada gastritis, penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan :
a. Gastritis akut
1) Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
2) Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi
dianjurkan.
3) Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
4) Bila perdarahan terjadi,lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran
Gastromfestinal
5) Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
6) Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
7) Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau
perforasi.
8) Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.
b. Gastritis kronis
1) Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak
diberikan sedikit tapi lebih sering.
2) Mengurangi stress.
3) H. Pylori diatasi dengan antiobiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan
gram bismuth (pepto-bismol).
28
2.1.5.Komplikasi
1) Tukak Lambung
Mayo Clinic menyebutkan bahwa tuka lambung termasuk komplikasi dari
gastritis. Penyakit ini menandakan adanya luka pada lambung atau perut
karena gastritis semakin parah. Tanpa perawatan,luka bisa menyebar ke area
usus kecil. Penyebab tukak lambung yakni infeksi bakteri dan penggunaan
obat pereda nyeri golongan NSAID. Gejala tukak lambung yang umum yakni
sensasi terbakar dan nyeri di area tengah perut atau antara pusar dan dada.
2) Pendarahan Pada Lapisan Perut
Selain peradangan dan luka menyebar ke usus kecil, komplikasi gastritis
seperti tukak lambung juga dapat menyebabkan pendarahan. Ini bisa menjadi
komplikasi yang mengancam jiwa jika tidak di tangani dengan tepat. Gejala
komplikasi gastritis ini tidak berbeda jauh dengan tukak lambung. Hanya saja,
kondisi ini bisa menyebabkan feses berwarna gelap karena tercampur dengan
darah dan lebih lengket.
3) Anemia
Anemia persiosa termasuk komplikasi gastritis. Ini menandakan bahwa
jumlah sel darah merah mengalami penurunan karena usus yang luka tidak
dapat menyerap vitamin B12 dengan baik. Vitamin B12 termasuk komponen
pembentuk sel darah merah. Gejala pada saat lapisan perut terluka, protein
pengikat vitamin B12 tidak di produksi secara maksimal. Akibatnya, produksi
sel darah merah tidak mencukupi. Terjadinya pendarahan dan kurangnya
penyerapan vitamin B12 akan menyebabkan anemia persiosa.
4) Kanker Perut (komplikasi gastritis atrofi)
Melansir American Cancer Society,Gastritis atrofi akut dapat menyebabkan
komplikasi kanker. Gastritis atrofi merupakan jenis gastritis yang muncul akibat
29
peradangan di lapisan perut selama bertahun-tahun. Kondisi ini bisa terjadi karena
adanya infeksi bakteri yang jadi penyebab gastritis, penyakit autoimun, atau anemia
persiosa.
a) Esofagus
Bagiansaluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi
menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Esofagus diselaputi oleh epitel
berlapis gepeng tanpa tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat kelompokan kelenjar-
kelenjar esofagea yang mensekresikan mukus. Pada bagian ujung distalesofagus,
lapisan otot hanya terdiri sel-sel ototpolos, pada bagian tengah,campuran sel-sel otot
lurik dan polos, dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.
31
b) Lambung
Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi
utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya menjadi
bubur yang liat yang dinamakan kimus (chyme).Permukaan lambung ditandai oleh
adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas
lipatan-lipatan tersebut menembus lamina propria, membentuk alurmikroskopik yang
dinamakan gastric pits atau foveolae gastricae.Sejumlah kelenjar-kelenjar kecil,
yang terletak di dalam lamina propria, bermuara ke dalam dasar gastric pits ini.
Epitel pembatas ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel toraks yang mensekresi mukus.
Lambung secara struktur histologis dapat dibedakan menjadi: kardia, korpus, fundus,
dan pylorus.
2.2.2. Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi:
a) Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal Sphincter)
b) Bersihan asam dari lumen esofagus menurun
c) Ketahanan epitel esofagus menurun.
d) Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya pepsin,
garam empedu, HCL.
e) Kelainan pada lambung.
f) Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis.
g) Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas
h) Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat refluks.
32
2.2.3. Patofisiologi
Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD (gastroesophageal reflux
disease) disebabkan aliran balik (refluks) isi lambung ke dalam esophagus.GERD
sering kali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika cairan
asam yang normalnya hanya ada di lambung, masuk dan mengiritasi atau
menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus.
Refluks gastroesofagus biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan
melemahnya tonus sfingter esophagus atau tekanan di dalam lambung yang lebih
tinggi dari esophagus.Dengan kedua mekanisme ini, isi lambung yang bersifat asam
bergerak masuk ke dalam esophagus.
Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke esofagus karena adanya
kontraksi sfingter esofagus (sfingter esofagus bukanlah sfingter sejati, tetapi suatu
area yang tonus ototnya meningkat). Sfingter ini normalnya hanya terbuka jika
gelombang peristaltik menyalurkan bolus makanan ke bawah esofagus. Apabila hal
ini terjadi, otot polos sfingter melemas dan makanan masuk ke dalam lambung.
Sfingter esofagus seharusnya tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat ini,
karena banyak organ yang berada dalam rongga abdomen, menyebabkan tekanan
abdomen lebih besar daripada tekanan toraks. Dengan demikian, ada kecenderungan
isi lambung terdorong ke dalam esofagus. Akan tetapi, jika sfingter melemah atau
inkompeten, sfingter tidak dapat mnutup lambung. Refluks akan terjadi dari daerah
33
k) Gejala lain : pertumbuhan yang buruk, kejang, nyeri telinga (pada anak).
l) Peradangan pada kerongkongan (esophagitis) bisa menyebabkan pendarahan
yang biasanya ringan tetapi bisa jadi besar. Darah kemungkinan dimuntahkan
atau keluar melalui saluran pencernaan, menghasilkan kotoran berwarna
gelap, kotoran berwarna ter (melena) atau darah merah terang, jika
pendarahan cukup berat.
m) Dengan iritasi lama pada bagian bawah kerongkongan dari refluks berulang,
lapisan sel pada kerongkongan bisa berubah (menghasilkan sebuah kondisi
yang disebut kerongkongan Barrett). Perubahan bisa terjadi bahkan pada
gejala-gejala yang tidak ada. Kelainan sel ini adalah sebelum kanker dan
berkembang menjadi kanker pada beberapa orang.
2.2.6. Penatalaksanaan
Pada berbagai penelitian terbukti bahwa respons perbaikan gejala
menandakan adanya respons perbaikan lesi organiknya (perbaikan esofagitisnya).Hal
ini tampaknya lebih praktis bagi pasien dan cukup efektif dalam mengatasi gejala
pada tatalaksana GERD.Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam
terapi medikamentosa GERD:
a) Antasid. Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam
menghilangkan gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis.
Selain sebagai buffer terhadap HCl, obat ini dapat memperkuat tekanan
sfingter esophagus bagian bawah. Kelemahan obat golongan ini adalah
rasanya kurang menyenangkan, dapat menimbulkan diare terutama yang
mengandung magnesium serta konstipasi terutama antasid yang
mengandung aluminium, penggunaannya sangat terbatas pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal.
b) Antagonis reseptor H2. Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah
simetidin, ranitidine, famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi
asam, golongan obat ini efektif dalam pengobatan penyakit refluks
gastroesofageal jika diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk
terapi ulkus. Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis
derajat ringan sampai sedang serta tanpa komplikasi.
c) Obat-obatan prokinetik. Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk
pengobatan GERD karena penyakit ini lebih condong kearah gangguan
motilitas. Namun, pada prakteknya, pengobatan GERD sangat
bergantung pada penekanan sekresi asam.
36
2.2.7. Komplikasi
Berikut ini adalah komplikasi yang terdapat pada gerd.
a) Batuk dan asma
b) Erosif esophagus
c) Esofagus Barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi kolumner
metaplastik
d) Esofagitis ulseratif
e) Perdarahan saluran cerna akibat iritasi
f) Striktur esophagus / Peradangan esophagus
g) Aspirasi
h) Tukak kerongkongan
2.3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian tahap awal adalah proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematik darui berbagai sumber untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasikan status kesehatan klien (Iyeretal.,1996). Tahap pengkajian
merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu ( Klien). Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap,
dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis
keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon
individu sebagai mana yang telah di tentukan dalam standar praktik keperawatan dari
American Nursing Association
38
( ANA ). Pengumpulan data di mulai sejak klien masuk ke rumah sakit ( Initial
Assessment ), serta klien di rawat terus menerus ( Ongiong Assesment ), serta
pengkajian ulang untuk menambah atau melengkapi data ( Re-assesment ).
TipeData:
1. Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian.Informasi tersebut tidak bisa ditentukan
oleh perawat, mencakup persepsi,perasaan, ide klien tentang status
kesehatannya. misalnya tentang nyeri,perasaan lemah, ketakutan,kecemasan,
frustrasi,mual, perasaan malu.
2. Data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indera (lihat,dengar, cium, raba) selama pemeriksaan
fisik. Misalnya frekuensi nadi,pernafasan,tekanan darah, edema,berat badan,
tingkat kesadaran.
Anamnesa meliputi :
1) Identitas pasien meliputi : nama ,umur ,jenis kelamin, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku/ bangsa, agama, pendidikan, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit, diagnose medis.
2) Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama
Penderita datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri epigastrium.
Munculnya keluhan nyeri pada epigastrium di akibatkan iritasi mukosa
lambung yang merangksang non iseptor nyeri pada lapisan otot lambung
pada bagian Pleksus saraf mienterikus (Auerbach) (Sukarmin, 2012).
b) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan pasien berupa nyeri ulu hati sampai datang kerumah sakit.
(Mardalena, 2018).
c) Riwayat penyakit dahulu
39
d) Pola Istirahat
Difokuskan pada pola tidur,istirahat,relaksasi dan bantuan-bantuan untuk
merubah pola tersebut
(Setiadi, 2012).
e) Pola Kebersihan Diri
Difokuskan pada upaya yang dilakukan individu dalam memelihara
kebersihan dan kesehatan dirinya baik secara fisik maupun mental guna
memberikan perasaan stabil dan aman pada diri individu
(Ambarwati, 2014).
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa,turgor
kulit buruk (perdarahan kronis).
4) Pengkajian pemenuhan kebutuhan sehari-hari (ADL)
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea/hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2) Sirkulasi
Gejala : - Hipotensi (termasuk postural)
- Takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- Kelemahan / nadi perifer lemah
-Pengisian kapiler lambar /perlahan (vasokonstriksi)
- Warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa : berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
3) Integritas ego
41
7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,perih,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak dan
hilang dengan makan (gastritis akut).Nyeri epigastrum kiri sampai
tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah
makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum
kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4
jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan
makanan atau antasida (ulkus duodenal).Tak ada nyeri (varises
esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-
obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor
psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
8) Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan
sirosis / hipertensi portal)
9) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat /dijual bebas yang mengandung ASA,
alkohol, steroid.NSAID menyebabkan perdarahan GI.
Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau
diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus,
atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal :
sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan.
(Doengoes, 1999, hal : 455)
43
5) Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi. Perawat menginspeksi bagian
tubuh. Untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang
signifinikan. Perawat yang berpengalaman melakukan beberapa
observasi hampir secara bersamaan, sambil menjadi sangat perseptif
terhadap tanda adanya abnormalitas. Dalam melakukan pemeriksaan
inspeksi adalah selalu member perhatian pada pasien. Perhatikan semua
gerakan dan lihat dengan cermat bagian tubuh atau area yang sedang di
inspeksi. Data yang di dapat berupa, wajah tampak pucat, tampak
berhati-hati pada daerah yang sakit dan berkeringat.
2) Palpasi
Palpasi menggunakan dua tangan untuk menyentuh bagian
tubuh untuk membuat suatu pengukuran sensitive terhadap tanda khusus
fisik. Keterampilan ini seringkali digunakan bersamaan dengan inspeksi.
Selama palpasi,pasien diusahakan dalam keadaan santai sehingga tidak
terjadi ketegangan otot yang dapat mempengaruhi optimalitas dari hasil
pemeriksaan. Pada pasien gastritis sulu hati akan terasa nyeri saat
dipalpsi.
3) Perkusi
Perkusi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan melibatkan
pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari guna mengevaluasi
ukuran,batasan dan konsistensi organ-organ tubuh yang bertujuan untuk
menemukan adanya cairan di dalam rongga tubuh. Dengan teknik
perkusi lokasi, ukuran dan struktur dapat ditentukan. Perkusi membantu
memastikan abnormalitas yang didapat dari pemeriksaan sinar-X atau
44
2.3.4 IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatanadalah pengelolah danperwujutan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.Pada tahap ini
perawatakan memberikan perawatan kepada pasiendan perawatakan
berkolaborasi dengan tenaga ahli medis lain untuk memenuhi kebutuhan pasien
(Ida,2016).Pada tiga diagnosis keperawatan pasien dengan gastritis
implementasi.
Diagnosis yang pertama: Memberikan analgesic dan mengajari teknik
menejemen nyeri melatih napas dalam,mangalihkan perhatian terhadap
nyeri,obserfasiadanya petunjuknonverbalmengenai adanya nyeri.
Diagnosis yang kedua: Melakukan pemasangan infus,melakukan
tindakan manajemen syok, melakukan manajemen cairan dan melakukan
tindakan manajemen hipovolemik,mencatat intake dan output cairan yang
akurat, memonitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik),memonitor vital sign, memonitor masukan makanan
atau cairan dan hitung intake kalori harian,kolaborasi pemberian cairan intra
vena,memberikan masukan cairan oral.
Diagnosis yang ketiga : Melakukan manajemen nutrisi,melakukan
manajemen gangguan makan, dan manajemen saluran cerna,mengkaji adanya
alergi makanan,Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,menganjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe, menganjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C,
menganjurkkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi,memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
47
2.3.5 EVALUASI
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang
digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien dengan
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang
sudah ditetapkan
(Debora, 2017).
Hasil yang harus dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut :
1) Keluhan nyeri menurun (rentangskala1-3).
2) Sikap protektif (melindungi diri)menurun
3) Kemampuan menggalipenyebab nyeri meningkat
4) Kemampuan mengontrol nyeri meningkat
5) Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis meningkat
6) Nafsu makan meningkat
7) Gelisah menurun
8) Kesulitan tidur menurun
(Tim Pokja SLKIPPNI,2018)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2 Partisipan
Klien Ny M umur 26 tahun datang ke rumah sakit pada tanggal Pada 5 Mei
2021 jam 09.30 Wib dengan keluhan kurang lebih 3 hari perut sakit dan kembung,
nyeri pada ulu hati, klien mengatakan mula muntah, kepala terasa pusing, nafsu
makan berkurang, klien mengatakan semua makanan yang di makan merangsang
½
mual dan muntah. Nafsu makan klien berkurang, porsi makan yang di habiskan
porsi. Penelitian ini yang menjadi partisipan peneliti adalah dengan masalah
gangguan rasa aman nyaman ; Gerd ( Gastroesophageal Reflux Disease ) dengan
diagnose Gastritis di ruang mawar Rumah Sakit Bhayangkara Titus Ully Kupang.
1) Identitas Klien
Pasien berinisial Ny M, umur 26 tahun dengan jenis kelamin perempuan,
bergama Kristen Protestan, pendidkan terakhir SMA, pekerjaan
mahasiswa , status perkawinan; belum menikah, biaya pengobatan ditanggung
oleh BPJS, klien masuk pada tanggal 5 Mei 2021, nomor RM klien 174955, di
rawat di ruang perawatan dengan diagnosa medis gastritis. Ny M beralamat di
Kelurahan Manutapen, RT 31/ RW 10. Kabupaten Kupang NTT
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada ulu hati, yang di
sertai dengan mual muntah kurang lebih 3 hari yang lalu.
b) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan dengan keluhan nyeri pada ulu hati, yang di sertai
dengan mual muntah, perut kembung, kepala terasa pusing, nafsu makan
berkurang, klien mengatakan semua makanan yang di makan merangsang
mual dan muntah. Nafsu makan klien berkurang, porsi makan yang di
½
habiskan porsi. Factor pencetus ; Klien mengatakan nyeri terjadi sejak 3
hari yang lalu dan terjadi saat telat makan dan makan makanan pedas.Upaya
untuk meringankan klien mengatakan untuk mengurangi nyeri klien
meminum air gula yang hangat namun hanya berefek sementara saja. Klien
juga mengkonsumsi obat-obatan seperti milanta.
c) Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan tidak pernah dioperasi dan, klien tidak ada riwayat
alergi dengan obat-obatan maupun makanan, klien tidak memiliki kebiasaan
merokok serta mengkonsumsi alkohol. Klien mengatakan cemas dengan
penyakit yang dideritanya, klien takut penyakitnya tidak sembuh, karena
klien + 3 tahun menderita penyakit gastritis dan klien pernah dirawat
dirumah sakit 2 tahun yang lalu dengan penyakit yang sama.
d) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang
mengalami penyakit seperti yang klien alami saat ini , tidak ada riwayat
keluarga atau keturunan yang menderita penyakit herediter.
e) Genogram (3 generasi di atas pasien)
Pasien adalah anak kedua dari 4 bersaudara. Pasien memiliki 2 saudara laki-
laki dan dua saudara perempuan. Orang tua kandung pasien serta semua
saudara-saudara dari orang tua pasien juga sudah meninggal dunia. Ayah
kandung pasien memiliki anak pertama dari enam bersaudara. Ayah kandung
pasien memiliki dua saudara laki-laki dan tiga saudara perempuan. Sedangkan
ibu kandung pasien adalah dua orang bersaudara. Ibu kandung pasien adalah
ana peratama. Kakek dan nenek pasien juga telah meninggal dunia.
3) Pola aktifitas sehari-hari
a) Pola Nutrisi :
Kebutuhan nutrisi sebelum sakit : klien mengatakan makan 3X sehari dengan
komposisi nasi, lauk dan sayur. Makan selalu habis dalam 1 porsi. Klien
mengatakan tidak mempunyai pantangan terhadap makanan, klien minum 6-7
gelas jenis air putih setiap hari.
Selama sakit : klien mengatakan pagi ini klien makan bubur habis 1 porsi
(makanan dari rumah sakit : nasi tim, sayur dan lauk pauk tidak dimakan).
Klien minum air putih habis 5-6 gelas / hari.
b) Pola eliminasi
Kebutuhan eliminasi sebelum sakit : klien mengatakan BAB 1 X sehari pada
waktu pagi dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau khas dan tidak ada
keluhan dalam BAB. Klien BAK ± 2-6 X sehari dengan warna kuning, bau
khas, dan klien tidak ada kesulitan dalam BAK. Selama sakit : klien
mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien BAB dengan frekuensi 1 X
sehari, konsistensi keras (berbentuk bulat-bulat kecil), warna hitam, bau khas
dan klien mengeluh sulit untuk BAB. Untuk eliminasi BAK nya, klien
mengatakan BAK dengan frekuensi 5-6 X sehari warna kekuningan, bau khas
dan tidak ada keluhan dalam BAK.
c) Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit pasien mengatakan kebutuhan tidak terganggu. Tidur + 7-8
jam. tidur dengan nyenyak , tidak gelisah. Sesudah sakit pasien mengatakan
kebutuhan tidurnya terganggu, pasien sering merasa gelisah, cemas, sering
terjaga pada malam hari karena nyeri pada perutnya.
d) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit pasien mengatakan aktivitas sehari hari pasien berjalan
dengan lancar seperti pergi kekampus , berukumpul bersama teman-
temannya untuk mengerjakan tugas. Sesudah sakit pasien mengatakan semua
aktivitasnya terganggu, dalam mengerjakan tugas , pasien mengatakan
selama sakit tidak bisa mengerjakan pekerjaan sehari hari yang biasa di
lakukan pasien, asien tampak kesulitan bekerja karena sakit yang di derita.
e) Persepsi
Persepsi klien terhadap penyakitnya, hal yang dipikirkan klien terhadap
penyakitnya adalah penyakit jantung karena di ulu hati terasa perih, panas dan
tertusuk-tusuk , klien terlihat bingung terhadap penyakit yang dideritanya
sekarang. Dan yang dipikirkan klien saat ini adalah kesembuhan klien.
4) Pemeriksaan fisik.
Kedaan Umum : Sedang , warna kulit tampak jaudience, sclera ikterik.
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Td 110/80 mmHg ,Suhu 36,5 OC , Nadi 84x/menit , Spo2 95 %
a) System pernafasan
Bentuk dada simetris, tidak nampak retraksi dada, tidak ada masa, pola
nafas normal, tidak ada nyeri tekan, irama nafas teratur, suara paru
vesikuler, tidak terdengar wheezing dan ronkhi.
b) System kardiovaskuler
Tidak nampak rektraksi dada, bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan,
tidak teraba masa, batas batas jantung normal, suara redup, suara paru
reguler. TTV : Td 110/80 mmHg ,Suhu 36,5 OC , Nadi 84x/menit , Spo2 95%.
c) System pencernaan
Permungkaan perut datar dan rata, bentuk perut kembung, gerakan dinding
perut datar, ada nyeri tekan di abdomen bagian kiri, tidak terasa
pembesaran hepar, tak teraba adanya masa, mukosa bibir tampak kering, lidah
tampak putih dan kotor.
d) System persyarafan
Tidak ada tremor, reflex cahaya pupil bagus, gerakan bola mata bebas
ke segala arah, kaku kuduk negatif.
e) System endokrin
a) Tidak ada pembesaran kelenjer thyroid.
b) Tidak ada pembesaran getah bening.
f) System Genitourinaria
a) Klien tidak terpasang kateter.
b) Pasien tidak ada mengalami gangguan genital/kelamin
g) System muskuloskeletal
Bentuk anggota gerak semestris kiri dan kanan (kaki, tangan) , tidak ada lesi
pada kulit anggota gerak, tidak ada edema, tugor kulit baik, tidak ada nyeri
gerak, nyeri terkan, tidak ada pembekakan pada sendi, tidak ada
menggunakan alat bantu.
h) System integument dan imunitas
Warna kulit sawo matang, tidak ada luka, tidak ada edema, tidak ada
benjolan, tidak ada memar, lesi, tugor kulit baik.
i) System wicara dan THT
Wicara; klien tidak mengalami gangguan bicara.
Mulut; Tidak ada stomatitis, tidak ada lisi , membran mokosa lembab.
Hidung; Simestris kiri dan kanan tidak ada polip, penciuman baik
pernafasan cuping hidung.
Leher; Tidak ada pembenngkakan thyroid, tidak ada pembesara kelenjer
getah bening.
j) System penglihatan
Inspeksi mata, kelengkapan mata kiri kanan, mata simetris kiri kanan,
konjungtiva tidak anemis, tidak ada edema pada mata, tidak ada alat bantu
penglihatan pada mata.
5) Data Psikologis
1. Status emosional
Klien nampak tidak tenang dan gelisah dan belum mampu menerima penyakit
yang dideritanya.
2. Kecemasan
Klien mengatakan cemas d a n g e l i s a dengan penyakit yang dideritanya,
klien takut penyakitnya tidak sembuh, karna klien + 3 tahun menderita
penyakit gastritis dan klien pernah dirawat dirumah sakit 2 tahun yang lalu
dengan penyakit yang sama.
3. Pola koping
Upaya untuk mengurangi nyeri klien meminum air gula yang hangat namun
hanya berefek sementara saja. Klien juga mengkonsumsi obat-obatan seperti
Milanta. Klien j u g a mengatakan bila kambuh penyakitnya segera minum
obat tradisional atau bila terasa nyeri selalu memangku batal dengan kuat. Klien
dalam mengatasi masalah yang dihadapinya menyangkut masalah kesehatan
mengkonsulkannya dengan pihak kesehatan ( Puskesmas). Klien mengatakan
hanya pasrah diri kepada Tuhan, berdoa agar cepat disembuhkan dari penyakit
yang dideritanya, dan berusaha untuk menjaga kesehatannya.
4. Gaya komunikasi
Klien tidak susah dalam berkomunikasi atau gaya komunikasi pasien normal,
pasien berbicara dengan baik dan berbicara dengan menggunakan bahasa daerah
dan bahasa indonesia.
5. Konsep Diri
Gambaran diri: Anak klien mengatakan klien tidak pernah mengeluh dengan
kondisi tubuhnya, masih dapat mengenal dirinya sendiri, klien berperan sebagi
kaka di dalam rumah. Klien selalu mengatakan ingin hidup dengan baik, sehat
dan ingin melihat adik-adiknya bahagia dan saat ini berharap ingin cepat
sembuh. Dan melanjutkan kulianya dengan baik dan bisa cepat selesai. Klien
dihargai oleh keluarganya, dan teman-temannya.
6. Data Sosial
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga , tetangga dan
masyarakat disekitarnya.
7. Data spiritual
Pasien dan keluarga memeluk agama Kristen protestan . Pasien saat sakit pasien
selalu beribadah.
8. Data penunjang
Pemeriksaan penunjang tanggal pemeriksaan 9 Mei 2021. Jenis pemeriksaan
Mean Corpuscular Volume 76,4 femoliter, Mean Corpuscular Hemoglobin
11,9 gram per desiliter, Red cel Distribution Width 13,6 persen, Jumlah
leukosit 2,59 sepuluh pangkat tiga per mililiter darah, Jumlah monosid 6.
Terapi atau tindakan kolaborasi ketorolac 10 mili gram dalam 1 ampul secara
intra vena, antasida sirup 2 senduk per oral, Infus Ringer Laktat 500 mili liter 20
tetes permenit secara intra vena.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis yang ditandai dengan
pasien mengeluh rasa sakit pada ulu hati, sejak tadi pagi nyeri seperti tertusuk-
tusuk, skala nyeri 6 belangsung 5 hingga 10 menit hilang timbul, wajah pasien
konsistensi keras, klien mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena
dengan klien mengatakan cemas, gelisah dank lien sering bertanya- Tanya atas
Pada implementasi dilakukan pada tanggal 10 Mei 2021 jam 09.00 wib
pada Ny M umur 26 tahun di ruang mawar rumah sakit bhayangkara kupang
dengan No. RM : 174955, implementasi yang dilakukan sebagai berikut :
Untuk diagnosa yang pertama mengkaji skala nyeri dengan respon klien
meliputi : subjektif : klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3
(skala nyeri 0-10). Objektif : klien terlihat rileks. Mengukur TTV dengan
respon klien meliputi : subjektif : tidak ada. Respon objektif : terukur TD :
120/90 /90 mmHg, N : 88 x/mnt, S : 36oC, RR : 22x/mnt, SpO2 99%,
mengajarkan teknik relaksasi dengan nafas dalam dengan respon klien
meliputi : subjektif : klien mengatakan mau diajari teknik relaksasi. Objektif :
klien terlihat mendemonstrasikan teknik yang diajarkan.
Untuk diagnosis yang kedua tindakan keperawatan pada tanggal 11
Mei 2021 diagnosis kekurangan nutrisi yang dihubungkan dengan anoreksia,
mual, muntah yaitu mengkaji penyebab mual dan muntah, mengkaji makanan
kesukaan, menyarankan mengkonsusmsi makanan lunak, menyarankan
menghidangkan makanan yang hangat, menyarankan mengkonsumsi makanan
sedikit tapi sering (Ida,2016).
Untuk diagnosa ketiga mengajarkan alih baring (untuk dilakukan klien
setiap 2 jam sekali) dengan respon klien meliputi subjektif : klien mengatakan
mau untuk melakukan alih baring, objektif : terlihat klien mendemonstrasikan
yang telah diajarkan, menganjurkan klien untuk minum yang banyak (10-12
gelas / hari) dengan respon klien meliputi subjektif : klien mengatakan mau
untuk memperbanyak minum, obyektif : klien terlihat minum air putih,
menganjurkan pada klien untuk makan tinggi serat (pepaya) dengan respon
klien meliputi subjektif : klien mengatakan mau makan makanan berserat,
objektif : klien terlihat makan buah (pepaya), kolaborasi pemberian obat
(laksatif) dengan respon klien meliputi subjektif : klien mengatakan mau
dimasukkan obat lewat anus, objektif : terlihat obat laksatif dimasukkan.
Untuk diagnosa ke empat ; memeberikan pendidikan kesehatan tentang
penyakit gastritis dengan respon klien meliputi subjektif : klien mengatakan
mau diberi pendidikan kesehatan tentang penyakit gastritis, objektif : klien
mendengarkan dan memperhatikan pendidikan kesehatan, memberikan
kesempatan kepada klien untuk bertanya dengan respon klien meliputi :
subjektif : klien bertanya tentang penatalaksanaan gastritis, objektif : terlihat
ekspesi ingin tahu. Memotivasi klien untuk melakukan anjuran dalam
pendidikan kesehatan dengan respon klien meliputi : subjektif : klien
mengatakan mau melakukan anjuran yang telah diberikan dalam pendidikan
kesehatan.
4.2. PEMBAHASAN
4.2.1. Pengkajian
5.1.Kesimpulan
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa lambung. Secara
histopatologi dapat di buktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut. Jika gastritis menjadi berat makan akan timbul berbagai
komplikasi seperti terjadinya perdarahan pada lambung yang di tandai dengan
muntah darah, perdarahan pada mukosa lambung, anemia karena berkurangnya
kemampuan untuk mengabsorbsi vitamin B12 yang berfungsi dalam proses
pembekuan darah. Klien akan mengeluh nyeri pada bagian perut, mual, muntah,
perut menjadi kembung.
Gastritis dapat di obati dengan pemberian kpmbinasi antibiotic yang sesuai
dengan dosis ( tidak overdosis ). Dengan pemberian PPT untuk menurunkan
aktivitas dari bakteri Helycobacter pylori.
Sebagai perawat harus memberikan Health Education kepada klien dengan
cara menghindari alcohol, makanan pedas, asam, dan makanan lainnya yang dapat
mengiritasi lambung, tidak merokok, pola hidup yang baik, dan rajin berolahraga.
Proses keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan Sirosis Hepatis
dimulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Pada diagnosa asuhan keperawatan pada pasien Ny M dengan Gastritis
diruang rawat inap mawar Rumah sakit Bhayangkara Titus Ully Kupang.
Dirumuskan IV diagnosa pada tinjauan kasus yaitu: Diagnosa keperawatan I:
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis Intervensi pada
diagnosa ini disesuaikan dengan teori namun dipilah sesuai dengan kondisi
pasien. Diagnosa keperawatan II : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Intervensi pada diagnosa ini disesuaikan dengan teori namun dipilah sesuai
dengan kondisi pasien. Diagnosa keperawatan III : Konstipasi
berhubungan dengan kurangnya aktivitas yang di tandai dengan konsistensi
keras, klien mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena perut
terasa sakit saat bergerak. Intervensi pada diagnosa ini disesuaikan dengan teori
namun dipilah sesuai dengan kondisi pasien. Diagnosa keperawatan IV : kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang di tandai dengan klien
mengatakan cemas, gelisah dank lien sering bertanya- tanya atas penyakit yang di
deritanya. Intervensi pada diagnosa ini disesuaikan dengan teori namun dipilah
sesuai dengan kondisi pasien.
Intervensi keperawatan pada pasien Ny M dengan Gastritis di ruangan
mawar Rumah Sakit Bhayangkara Kupang semua perencanaan yang telah
direncanakan berdasarkan diagnose keperawatan diterapkan pada tinjauan kasus.
Implementasi keperawatan pada pasien Gastritis di ruangan mawar Rumah
Sakit Bhayangkara Kupang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di
tetapkan dan hampir semua intervensi dapat dilakukan.
Evaluasi pada pasien dengan Gastritis asuhan keperawatan pada pasien
dengan Gastritis diruang rawat inap mawar Rumah Sakit Bhayangkara Kupang
dapat dilakukan dan dari diagnosa hampir semua masalah teratasi dan pasien
Belum bisa pulang karena ada beberapa, masalah yang belum teratasi.
5.2.Saran
a) Bagi Mahasiswa:
Diharapkan mahasiswa dapat mencari informasi dan memperluas wawasan
mengenai Gastritis dengan karena adanya pengetahuan dan wawasan yang
luas mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan
memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai Gastritis
faktor-faktor pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus
tersebut.
b) Bagi Tempat Penelitian:
Diharapkan lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien Gastritis dan memberikan
pendidikan kesehatan pada pasien dengan Gastritis dalam hal terkait
penanganan serta pengobatan terutama program diet yang dianjurkan.
c) Bagi Perkembangan Imu Keperawatan:
Dengan karya ilmiah ini diharapkan dapat meningkatkan keefektifan
dalam belajar, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan mahasiswa
dalam mengaplikasikan studi yang didapatkan, serta untuk melengkapi
sumber-sumber buku perpustakaan sebagai bahan informasi dan referensi
dalam mendukung pembuatan karya ilmiah bagi mahasiswa semester akhir
DAFTAR PUSTAKA
Alimul,A.,dan Uliyah,M.2016.Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Manusia.
Jakarta: Salemba Medika
Anggraini,A.2015.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis
Di Puskesmas Rengat Kabupaten Indra giri Hulu [skripsi].Pekan
baru(ID):STIKes Payung Negeri Pekan baru.
World Health Organization, (2018). Data Kesehatan Dunia.
Kementrian Kesehatan, (2017 ).Data Jumlah Kasus Gastritis di Indonesia.
Utami,A.D.,danI.R.Kartika.2018.Terapi Komplementer Guna Menurunkan Nyeri
Pasien Gastritis:Literatur Review REAL in Nursing Journal
(RNJ).Vol.1 (no.3): 127.
Khanza, N.,N.Isnan dari.danO.P.Lestari. 2017. Asuhan Keperawatan Pasien
Gastritis [skripsi]. Klaten (ID): STIKes Muhammadiyah Klaten.
Mutaqqin, A., dan K. Sari. 2013. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta:
SalembaMedika.
Rika.2016.HubunganAntara Pengetahuan DanPerilakuPencegahan GastritisPada
Mahasiswa Jurusan Keperawatan [skripsi]. Makassar (ID): UIN
Allauddin Makassar.
Rukmana,L.2018.Faktor FaktorYang Mempengaruhi Kekambuhan Gastritis Di
SMAN 1
Ngaglik[skripsi].Yogyakarta(ID):UniversitasAisyiyahYogyakarta.
LeMone P,Karene,dan Gerene.2016.Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedahedisi5 Vol. 1. Jakarta: EGC.
Mubarak.,Indrawati,danJ.Susanto.2015.Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Sudoyo,A.W.,Setiyohadi,B.,Alwi,I.,Simadibrata K,M.,&Setiadi,S.2010.
Purba dan Tafrina.2017.Asuhan Keperawatan PadaNy.P Dengan Prioritas Masal
ah
Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Gastritis di LingkunganWI Keluraha
n Sari Rejo
Kecamatan Medan Polonia.Repositori Institusi USU Universitas
Sumatera Utara
Nursalam.(2016).Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik
Bestari, Muhammad Begawan. 2015. Penatalaksanaan Gastroesofageal Reflux
Disease (GERD). Divisi Gastroentero-Hepatologi, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran / RS Dr.
Hasan Sadikin Bandung CDK 188 / vol. 42 no. 7 / November 2015.
Sujono, Hadi. 2014. Gastroenterologi Edisi VII. Bandung: Penerbit PT Alumni.
Yusuf, Ismail. 2013. Diagnosis Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) Secara
Klinis.PPDS Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Vol. 22, No.3, Edition
September - November 2013.