Anda di halaman 1dari 70

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN ;


GERD (GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE) PADA PASIEN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS DIRUMAH SAKIT
BHAYANGKARA TITUS ULLY KUPANG

OLEH :

ADEN YUMETRI TANAEM


NIM 11571118

YAYASANKEPERAWATANNUSATENGGARATIMUR
AKADEMIKEPERAWATANMARANATHAGROUPS
2021

1
2

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN ;


GERD (GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE) PADA PASIEN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS DIRUMAH SAKIT
BHAYANGKARA TITUS ULLY KUPANG

KARYA TUULIS ILMIA


Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)
Pada Akademi Keperawatan Maranatha Kupang

OLEH :

ADEN YUMETRI TANAEM


11571118

YAYASAN MARANATHA NUSA TENGGARA TIMUR


AKADEMI KEPERAWATAN MARANATHA GROUPS
2021
3

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan
bukan merupakan jiblakan atau tiruan dari Karya Tulis Ilmiah orang lain untuk
memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan dan perguruan tinggi
manapun baik sebagai maupun keseluruhan.

Kupang,17 Juli 2021


Yang menyatakan

Nama : Aden Y.Tanaem


Nim : 11571118
4

LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN ;


GERD (GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE) PADA PASIEN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS DIRUMAH SAKIT
BHAYANGKARA TITUS ULLY KUPANG

Oleh
ADEN YUMETRI TANAEM
11571118

Telah diperiksa dan disetujui serta layak untuk dipertahankan di hadapan


Tim Penguji Sidang Ujian Karya Tulis Ilmiah Tugas Akhir pada
Akademi Keperawatan Maranatha Groups, pada tanggal 17 Juli 2021

Disetujui oleh :

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Awaliyah M. Suwetty, S.Kep,Ns., M.Kep Verawaty Amalo, S.Kom


NIDN : 0812028501 NUP: 9908431816
5

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN ;


GERD (GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE) PADA PASIEN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS DIRUMAH SAKIT
BHAYANGKARA TITUS ULLY KUPANG

OLEH
Aden Y.Tanaem
11571118

KOMISI PENGUJI

PENGUJI 1 PENGUJI II

Kurnia Pelondou, S.Kep.Ns., M.Kep Meldy E.H. Lede, S.Kom., M.Kes


NIDN : - NIDN:0814057602

Mengetahui
Direktur Akper Maranatha Groups

Camelia Bakker, S.Si-Teol., M.Si


NIDN: 0810128702
6

IDENTITAS PENGUJI

JUDUL KARYA TULISA ILMIAH


ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN ;
GERD (GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE) PADA PASIEN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS DIRUMAH SAKIT
BHAYANGKARA TITUS ULLY KUPANG

Nama Mahasiswa : Aden Yumetri Tanaem


Nim : 11571118
Program studi : D-III Keperawatan

KOMISI PEMBIMBING

1) Pembimbing  I : Awaliyah M.Suwetty, S.Kep.Ns., M.Kep


2) Pembimbing II : Verawaty Amalo, S.Kom

TIM DOSEN PENGUJI

1) Penguji I : Kurnia Pelandou, S.Kep.Ns., M.Kes


2) Penguji II : Meldy E. H. Lede, S.Kom., M.Kes

Tanggal Ujian : 17 Juli 2021


7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat perlindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul: Asuhan Keperawatan pada klien yang gangguan rasa
aman nyaman ; Gerd (Gastroesophageal Reflux Disease ) dengan diagnose medis
Gastritis diruang mawar Rumah Sakit Bhayangkara Titus Ully Kupang. Penulis
selesaikan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
D III Keperawatan pada Akper Maranatha Groups.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah banyak
kendala dan hambatan, namun berkat kerelaan dan bantuan dari beberapa pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini
dapat diselesaikan. Melalui kesempatan ini dengan setulus hati penulis
menyampaikan ucapan Terima Kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Drs. Samuel Sellan, selaku Dewan Pembina Yayasan Maranatha Nusa
Tenggara Timur yang memberikan fasilitas dalam perkuliahan.
2. Alfreid Selan selaku Ketua Yayasan Maranatha Nusa Tenggara Timur yang
memberikan kesempatan pada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan di
Akademi Keperawatan Maranatha Groups
3. Camelia BakkerS.Si-Teol.M.Si, selaku Direktur Akademi Keperawatan
Maranatha Groups yang telah memberikan rekomendasi dan kesempatan bagi
penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Awaliyah M.Suwetty.S.Kep.Ns., M.Kepsebagai wadir 1 sekaligus
pembimbing 1 yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Verawaty Amalo, S.Kom sebagai pembimbing 2 yang telah mengarahkan dan
membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Kurnia Pelondou, S.Kep.Ns., M.Kep selaku penguji 1 yang telah mengarahkan
dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8

7. Meldy E. H. Lede,S.Kom., M.Kes selaku penguji 2 yang telah mengarahkan


dan membimbing penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Seluruh staf dosen Akademi Keperawatan Maranatha Groups yang telah
memberikan ilmu, bimbingan, motivasi dan arahan selama dalam proses
perkulihan serta para staf akademik dan pegawai perpustakaan yang sudah
mengijinkan penulis untuk meminjamkan buku sebagai referensi dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
9. Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Titus Ully Kupang dan Kepala Tata
Ruangan Mawar serta Perawat-perawat yang telah memberikan ijin dan data
untuk di gunakan dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Seluruh responden yang telah memberikan kesempatan, membantu dan
meluangkan waktunya dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Kedua orang tua tercinta Bapak Yohanis Tanaem dan Mama Marci Tusi
(Alm) ,Mama Yohana, Tanta Sarlina, Oma Wehelmina serta Kakak dan Adik,
Alberth, Stradivari,Anderias, Nasi, Derni,Marci , Adriana, Marni dan seluruh
keluarga yang memberi semangat dan selalu mendukung penulis dalam bentuk
materil maupun doa selama proses perkuliahan sampai penyelesaian Karya
Tulis Ilmiah ini.
12. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis
untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah  ini, Khususnya (teman-teman
seangkatan)
13. Teman-teman Mahasiswa Akademi Keperawatan Maranatha Groups angkatan
ke 17 tahun 2018 (AKM 18) atas kebersamaan, bantuan dan motivasi.
Semoga Tuhan Yang maha Esa memberkati dan menyertai kita masing-
masing di dalam tugas dan karya kita semua. Penulis menyadari bahwa Karya
Tulis Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran
yang bersifat membangun dan bermanfaat sangat penulis harapkan dalam
penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Kupang, Juli 2021


9

DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1.Tujuan Umum
1.3.2.Tujuan Khusus
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1.Manfaat Teoritis
1.4.2.Manfaat Praktis
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. KONSEP TEORI
2.1.1.Defenisi
2.1.2.Etiologi
2.1.3.Manifestasi Klinis
2.1.4.Patofisiologi
2.1.5.Penatalaksaan
2.1.6.Komplikasi
2.1.7.Pemeriksaan Penunjang
2.2.KONSEP DASAR GERD
2.2.1.
2.2.2.
2.2.3.
2.2.4.
2.2.5.
2.2.6.
2.3.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.3.1.
2.3.2.
2.3.3.
2.3.4.
10

2.3.5.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.Desain Penelitian
3.2.Partisipan
3.3.Lokasi dan waktu penelitian
3.4.Teknik Pengumpulan data
3.5.Etika Penelitian
3.6.Uji Keabsahan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.HASIL PENELITIAN
4.1.1.Pengkajian
4.1.2.Diagnosa Keperawatan
4.1.3.Intervensi Keperawatan
4.1.4.Implementasi
4.1.5.Evaluasi
4.2.PEMBAHASAN
4.2.1.Pengkajian
4.2.2.Diagnosa Keperawatan
4.2.3.Intervensi Keperawatan
4.2.4.Implementasi
4.2.5.Evaluasi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
5.2.Saran
11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kasus gastritis bukanlah hal yang baru di tahun ini, karena
gastritis menyerang orang dewasa maupun anak-anak bahkan juga lansia.
Masyarakat indonesia banyak menganggap penyakit gastritis bukanlah sesuatu
hal yang serius, sehingga dapat di anggap tidak memerlukan penanganan dengan
segera. Sehingga pada gastritis lanjut beresiko menimbulkan kanker, dan juga
mengakibatkan pengikisan mukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan
system pencernaan yang biasa di sebut (maag). Peradangan yang terjadi pada
lambung individu atau inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung, yang di
kenal di kalangan masyarakat umum ( Nurjanah, 2018 ).
Resiko terkena gastritis pada umumnya meningkat seiring bertambahnya
usia. Pada wanita, kondisi ini biasanya terjadi di kisaran usia 45-64 tahun.
Sedangkan pada pria, gastritis lebih sering terjadi di atas usia 65 tahun dan untuk
remaja 14-18 tahun. Pada usia lansia, lapisan mukosa lambung akan mengalami
penipisan dan melemah, kondisi inilah yang menyebabkan gastritis lebih sering
terjadi pada lansia dibandingkan orang yang berusia muda, lebih parah dan
beragam. Lansia dengan beberapa kondisi kronis memiliki resiko lebih tinggi
untuk mengalami penyakit gastritis, peningkatan berat badan yang sering
terjadi pada lansia juga menjadi salah satu faktor lemak
yang  menumpuk  diperut dapat menekan lambung.  Banyak faktor yang menyeb
abkan gastritis akut seperti beberapa jenis obat, alkohol, bakteri, virus, jamur,
stres,radiasi, alergiatau intoksikasi dari bahan makanan dan minuman, gara
mempedu,iskemia dan trauma langsung, penyebab utamanya adalah pola makan 
tidak teratur.   (Nurjanah,2018).
Dalam beberapa tahun ini, gangguan kesehatan yang banyak dialami oleh
lansia salah satunya adalah gastritis. Masalah yang sering muncul lansia
tinggal sendiri tanpa didampingi sehingga masalah kesehatan sering terjadi.
12

Dibeberapa daerah pelayanan kesehatan belum optimal, sarana prasarana terbatas,


aspek promosi kesehatan terabaikan, serta tenaga kesehatan yang memperhatikan
kesehatan lansia masih sangat kurang. Oleh karena itu penyakit gastritis
dapat mempengaruhi kualitas hidup pada seseorang dari akut hingga kronis.
Adaptasi yang baik, koping keluarga dan juga lingkungan dapat membantu dalam
penanganan kasus ini. Penyuluhan mengenai pentingnya peran keluarga dalam
mengendalikan faktor-faktor yang mungkin akan menimbulkan terjadinya
kekambuhan juga sangat disarankan (Megawati & Nosi, 2017).
Saat ini semakin banyak yang mengangap bahwa gaya hidup seseorang
tidak terlalu penting sehingga adanya bakteri yang menyebabkan salah
satunya inflamasi pada dinding lambung. Pola makan yang tidak teratur
sangat berhubungan dengan gastritis. Apabila tidak segera ditangani asam
lambung akan naik mengakibatkan terjadinya luka-luka (ulkus) yang disebut
sebagai tukak lambung. Mengkonsumsi alcohol, stress, merokok, frekuensi
makan, dan jenis makanan sangat erat hubungannya dengan gastritis yang secara
tidak langsung akan menyebabkan terjadinya iritasi pada lambung. Kurangnya
pengetahuan dan juga konsumsi makanan berlebihan, serta kurangnya
dukungan keluarga sering menjadi faktor pemicu gastritis pada lansia. Pola
makan yang kurang benar menjadi faktor utama penyebab gastritis pada
lansia. Kurangnya pengetahuan dan juga konsumsi makanan berlebih, serta
kurangnya dukungan keluarga sering menjadi faktor pemicu gastritis pada lansia.
Pola makan yang kurang benar menjadi faktor utama penyebab gastritis pada
lansia (Nurhanifah, Resa, & Afni, 2018). Di Indonesia ada beberapa pola
makan yang dapat mengakibatkan gastritis seperti makan sambal berlebihan,
makan makanan terlalu asam, dan lain sebagainya. Pola hidup yang tidak baik
akan menjadi masalah dikemudian hari, salah satunya gastritis. Gastritis pada
lansia terjadi oleh beberapa faktor yang dilakukan semasa hidupnya. Gastritis
akan menimbulkan komplikasi ringan hingga berat yang akan mengakibatkan
keparahan pada lambung. Gastritis akut akan terjadi jika masalah ini tidak segera
ditangani, selain itu hal ini akan menimbulkan pendarahan pada saluran cerna
apabila Ini terjadi dan terlambat ditangani akan berakibat anemia dan beresiko
13

pada kematian. Oleh sebab itu masyarakat harus mampu mengetahui faktor-faktor
yang disebabkan oleh gastritis agar mendapat penanganan sejak dini (Azwar &
Gorontalo, 2018).
Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO,2017
mengadakan peninjawan diberbagai Negara dunia dan mendapatkan hasil
presentase dari angka kejadian gastritis di dunia diantaranya Inggris 22 %,
Cina 31%, Jepang 14%, Kanada 35%, prancis 29,5%. Di dunia, insiden
gastritis sekitar 1,8 sampai 2,1 juta dari jumblah penduduk setiap tahunnya.
Prevelensi gastritis yang diinformasi melalui endoscopi pada populasi
Sanghai sekitar 17,2 persen. Angka kejadian gastritis di Indonesia menutut
Wolrd Health Organitatuon (WHO, 2017) adalah 40,8%.

Prevelensi di Indonesia cukup tinggi yaitu 274,396 kasus dari 238,452,952


jiwa penduduk. Data angka kesakitan penduduk berasal dari masyarakat
(community bassed data) yang diperoleh dari studi morbilitas dan hasil
pengumpulan data dinas kesehatan kabupaten/kota penyakit gastritis
menempati urutan kedua dari sepuluh penyakit terbanyak di NTT dengan
jumblah kasuh 99,111 kasus pada tahun 2016 (Kemenkes,2017).
Ditemukan di Remkam Medis Rumah Sakit Bhayangkara Titus Ully
Kupang mulai bulan januari sampai desember tahun 2019 di peroleh sebanyak
120 penderita gastritis. Pada klien Gastiris terdapat diagnosa keperawatan
dengan masalah nyeri akut sebesar 94% atau 113 penderita sedangkan dengan
masalah lain seperti defisit nutrisi, hypovolemia dan ansietas sebesar 6% atau 7
penderita. Pengelompokan usia penderita Gastritis pada rentang usia 0 – 17 tahun
sebanyak 10 penderita, pada rentang usia 18 – 65 tahun sebanyak 74 penderita
dan rentang usia >65 tahun sebanyak 36 penderita.
Pada bulan Mei 2020 terdapat pasien berjenis kelamin perempuan berumur
60 tahun yang didiagnosa gastritis. Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut,
badan terasa lemas dan nafsu makan menurun ,sehingga pasien sering merasa
nyeri yang sangat hebat pada lambungnya. Didapatkan riwayat penyakit dahulu
pasien memiliki riwayat penyakit asam lambung. Selang beberapa waktu saat
14

pasien dirawat di Rumah Sakit, pasien mengatakan nyeri pada perut bagian
tengah atas saat ditekan, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri terasa
pada perut bagian tengah atas, skala nyeri pasien saat ditunjukkan oleh perawat
yaitu skala nyeri 4 dari rentang skala nyeri (1-10), pasien mengeluh nyeri yang
dirasakan hilang timbul dan akan terasa nyeri jika perut bagian tengah atas
ditekan.
Penyakit lambung merupakan penyakit yang tidak bisa dianggap remeh,
jika dibiarkan terus menerus dapat mengakibatkan penyakit lain dan bisa
menyebabkan kematian bila tidak segera ditangani. Beberapa penyakit yang
menyerang lambung, diantaranya adalah Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD), Gastritis Kronis (Maag) dan lainnya (Akmal & Winiarti, 2014).
Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah suatu keadaan
patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam esofagus
dengan berbagai gejala yang timbul akibat keterlibatan esofagus, laring,

dan saluran nafas.1,2 GERD bisa dibagi menjadi tipe erosif dan non-
erosif. Beberapa faktor risiko terjadinya refluks gastroesofageal antara lain:
obesitas, usia lebih dari 40 tahun, wanita, ras (India lebih sering mengalami
GERD), hiatal hernia, kehamilan, merokok, diabetes, asma, riwayat
keluarga dengan GERD, status ekonomi lebih tinggi, dan skleroderma.
Pada sebagian orang, makanan dapat memicu terjadinya refluks
gastroesofageal, seperti bawang, saos tomat, mint, minuman berkarbonasi,
coklat, kafein, makanan pedas, makanan berlemak, alkohol, ataupun porsi makan
yang terlalu besar. Beberapa obat dan suplemen diet pun dapat
memperburuk gejala refluks gastroesofageal, dalam hal ini obat-obatan yang
mengganggu kerja otot sfinter esofagus bagian bawah, seperti sedatif, penenang,
antidepresan, calcium channel blockers, dan narkotika. Termasuk juga
penggunaan rutin beberapa jenis antibiotika dan non steroidal anti- inflammatory
drugs (NSAIDs) dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya inflamasi

esofagus.1,2
15

Studi di Indonesia menyebutkan bahwa prevalensi GERD meningkat

akhir-akhir ini. Syam, dkk.3 melaporkan prevalensi GERD di Rumah Sakit Dr.
Ciptomangunkusumo meningkat dari 5,7% pada tahun 1997 menjadi 25,18%

pada tahun 2002. Studi lain yang dikemukakan oleh Sijabat, dkk.4
menemukan bahwa karakteristik yang paling banyak dari GERD di Rumah Sakit
Dr. Ciptomangunkusumo adalah esofagitis grade A, pasien wanita, dan
rerata usia 48,61 tahun (simpang baku [SB] 8,64 tahun), serta terdapat
korelasi antara obesitas atau obesitas abdomen dan GERD erosif. Sedangkan,
data epidemiologi di Amerika menunjukkan 1 dari 5 orang dewasa
memiliki gejala refluks esofagus berupa heartburn dan atau regurgitasi asam
lambung sekali dalam seminggu. Data tersebut juga menunjukkan bahwa lebih
dari 40% di antaranya memiliki gejala–gejala tersebut sedikitnya sekali dalam

sebulan. Sementara di Asia, prevalensi bervariasi antara 3-5%.3,4


Faktor risiko terjadinya GERD yang didapatkan pada penelitian ini
yaitu konsumsi jamu yang didapatkan pada 28 pasien (49,12%). Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyebutkan bahwa GERD berkorelasi dengan konsumsi
jamu terkait dengan terjadinya erosi pada lapisan mukosa sehingga asam
lambung berlebih yang dapat mempermudah terjadinya refluks.8,9 Untuk pasien
yang mengonsumsi alkohol, didapatkan sebanyak 18 pasien
(31,48%). Beberapa literatur seperti Pehl, dkk.10 menyebutkan bahwa
white and red wine dapat meningkatkan produksi asam lambung sehingga lebih
berisiko refluks.
Seiring dengan kesadaran akan kesehatan masyarakat yang masih rendah,
kebiasaan hidup dari masyarakat yang selalu ingin hidup praktis, perilaku dan
pola pikir yang cenderung mengarah bergaya hidup tidak sehat, pengetahuan
masyarakat yang sedikit akan gejala–gejala awal dari suatu penyakit. Merupakan
salah faktor- faktor penyebab penyakit menjadi parah ketika penderita ditangani
oleh tenaga paramedis, sehingga perlu adanya suatu sistem untuk mendiagnosa
suatu penyakit (Raharjo, Damiyana, & Hidayatullah, 2016).
Sistem untuk mendiagnosa penyakit lambung yaitu aplikasi yang akan
dibangun dengan berbasis mobile dengan sistem operasi Android. Melihat
16

perkembangan pengguna mobile khususnya Android yang begitu cepat dan


meningkat setiap tahunnya sebanyak 40% per tahunnya (Halim & Hansun,
2016). Salah satu perancangan aplikasi yang cocok adalah sistem pakar. Karena
sistem pakar merupakan salah satu bidang teknik kecerdasan buatan yang cukup
diminati karena penerapannya di berbagai bidang baik bidang ilmu pengetahuan
maupun bisnis yang terbukti sangat membantu dalam mengambil keputusan dan
sangat luas penerapannya (Hayadi, 2018).
Sistem Pakar yang akan digunakan adalah metode Certainty Factor.
Certainty Factor adalah suatu metode yang membuktikan apabila suatu fakta itu
pasti ataukah tidak pasti yang berbentuk metric yang biasanya digunakan dalam
sistem pakar. Pada penelitian terdahulu yang berjudul Penerapan Metode
Certainty Factor dalam Sistem Pakar Pendeteksi Resiko Osteoporosis dan
Osteoarthritis (Halim & Hansun, 2016) sistem pakar dengan metode Certainty
Factor mempunyai presentasi keakuratan 80% yang dapat menjadi bukti nyata
bahwa metode ini dapat diandalkan untuk penelitian ini. Topik ini dipilih supaya
dapat mendeteksi dini penyakit lambung dan memberikan solusi sebelum
mencapai tingkat yang lebih parah dengan metode Certainty Factor.
Gastritis diatasi dengan menginstrusikan pasien untuk menghindari alkohol
dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui
mulut, diet mangandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu
diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan
adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragisaluran
gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makan yang
sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan
penetralisasian agen penyebab. Terapi pendukung mencakup intubasi,
analgesik, dan sedatif, antasida serta cairan intravena. Endeskopi fiberoptik
mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk
mengangkat jaringan perforasi. (Smeltzer dkk, 2001).
Beberapa strategi untuk mencegah masalah gastritis dari segala
usia,menghindari makanan pemicu asam lambung. Hindari
mengomsumsi minuman yang mengandung kafein, usahakan untuk
17

mengomsumsi makanan dalam porsi kecil namun frekuensi sering, jangan


langsung tidur atau rebahan setelah makan, tidur yang cukup. Metode yang
sering digunakan untuk mengatasi masalah ini diantaranya adalah relaksasi,
merupakan terapi psikologis untuk mengintervensi dan mengontrol fungsi
psikologis sehingga mampu mengurangi rasa nyeri pada lambung. Pembedahan,
hal ini sering dilakukan untuk pengobatan medis yang dilakukan untuk para ahli,
metode ini memiliki efek samping yang lebih banyak dari jenis terapi yang lain
untuk mengurangi sekresi asam lambung sehingga menimbulkan pengosongan
lambung ke usus 12 jari. Diet dan terapi obat biasa dilakukan untuk
menghambat terjadinya sekresi asam lambung. Menurut penelitian terapi farmasi
ini belum membuktikan hasil yang konsisten (Subekti & Utami,2015)
Tindakan sebagai perawat, selain memberikan terapi farmakologi
dibutuhkan juga terapi non farmakologi yaitu seperti cara mengurangi nyeri
dengan teknik relaksasi napas dalam, imajinasi atau distraksi yang dapat
meningkatkan asupan oksigen dan menurunkan ketegangan otot (Sukarmin,
2012). Selain itu, dilakukan pula teknik relaksasi genggam jari sambil menarik
napas dalam-dalam. Teknik ini dapat mengurangi dan menyembuhkan
ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan titik-
titik keluar dan masuknya energy pada meridian yang terletak pada jari
tangan kita (Utami dan Kartika, 2018).

Berdasarkan data di atas penulisan tertarik untuk melakukan “Asuhan


Keperawatan Gangguan Rasa Aman Nyaman ; Gerd (Gastroesophageal Reflux
Disease ) dengan diagnose medis Gastritis diruang mawar Rumah Sakit
Bhayangkara Titus Ully Kupang.
18

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah ‘’Bagaimana konsep teori dan penerapan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan rasa aman nyaman ; Gerd
(Gastroesophageal Reflux Disease ) dengan diagnose medis Gastritis diruang
mawar rumah sakit Bhayangkara Titus Ully Kupang.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum


Mampu mengembangkan pola pikir dalam memahami konsep teori dan
penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan rasa aman
nyaman ; Gerd (Gastroesophageal Reflux Disease ) dengan diagnose medis
Gastritis dengan pendekatan proses keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1) Mampu melakukan pengkajian secara sistematis pada klien yang
gangguan rasa aman nyaman ; Gerd (Gastroesophageal Reflux Disease )
dengan diagnose medis Gastritis diruang mawar Rumah Sakit
Bhayangkara Titus Ully Kupang.
2) Mampu menetapkan diagnose keperawatan pada klien yang mengalami
gangguan rasa aman nyaman ; Gerd (Gastroesophageal Reflux Disease )
dengan diagnose medis Gastritis diruang mawar Rumah Sakit
Bhayangkara Titus Ully Kupang.
3) Mampu merencanakan keperawatan pada klien yang gangguan rasa aman
nyaman ; Gerd (Gastroesophageal Reflux Disease ) dengan diagnose
medis Gastritis diruang mawar Rumah Sakit Bhayangkara Titus Ully
Kupang.
19

4) Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien yang gangguan


rasa aman nyaman ; Gerd (Gastroesophageal Reflux Disease ) dengan
diagnose medis Gastritis diruang mawar Rumah Sakit Bhayangkara Titus
Ully Kupang.
5) Mampu mengevaluasi klien yang mengalami gangguan rasa aman
nyaman ; Gerd (Gastroesophageal Reflux Disease ) dengan diagnose
medis Gastritis diruang mawar Rumah Sakit Bhayangkara Titus Ully
Kupang.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Manfaat Teoritis


1) Bagi masyarakat
Informasi bagi masyarakat khususnya  penderita gastritis tentang
pentingnya mengetahui penyebab penyakit gastritis.
2) Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Untuk menambah keluasan ilmu dan dan teknologi dalam bidang
kerawatan medical bedah pada pasien gastritis
3) Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan bagi institusi rumah skakit agar memberikan motifasi
perawat gawat darurat dalam melakukan perawatan yaitu dengan
tindakan pertolongan pertama bagi pasien yang mengalami kondisi kritis
/gaawat dengan tujuan untuk mempertahankan keselamatan pasien dan
peningkatan pelayanann kesehatan pada pasien dengan Gastritis diruang 
mawar Rumah Sakit Bhayangkara Titus Ully Kupang.
4) Manfaat bagi Profesi Keperawatan
Hasil dari studi kasus yang sudah di lakukan bisa memberikan saran dan
masukan bagi profesi keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan
terutama dalam mengatasi gangguan rasa aman nyaman ; Gerd (
Gastroesophageal Reflux Disease ) dengan diagnose medis Gastritis
diruang mawar Rumah Sakit Bhayangkara Titus Ully Kupang.
20

5) Manfaat Bagi Pasien Dan Kelurga


Manfaat praktik penulisan studi kasus bagi pasien dan keluarga dapat
mengetahui gambaran umum tentang asuhan keperawatan dalam
meningkatkan mutu pelayanan terutama dalam mengatasi gangguan rasa
aman nyaman ; Gerd (Gastroesophageal Reflux Disease ) dengan diagnose
medis Gastritis diruang mawar Rumah Sakit Bhayangkara Titus Ully
Kupang.
6) Manfaat bagi diri sendiri :
Manfaat bagi penulis studi kasus adalah: menjadi sumber refrensi dan
informasi bagi orang yang membaca Karya Tulis Ilmiah ini supaya
mengetahui dan lebih mendalami bagaimana cara merawat pasien yang
penyakit penyakit Gastritis.

1.4.2 Tujuan Praktis


Memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan rasa aman nyaman nyeri ; Gerd (Gastroesophageal
Reflux Disease ) dengan diagnose medis Gastritis.
21

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. KONSEP DASAR GASTRITIS

2.1.1. Definisi
Gastritis merupakan proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa
dipenuhi dengan bahan iritan (Sebayang, 2011). Gastritis adalah penyakit yang
disebabkan oleh meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan inflamasi
atau peradangan yang mengenai mukosa lambung (Khanza, et al.,2017).

a) Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah
gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan
mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut
erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa
muskularis.
b) Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa
lambung yang menahun. Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian
permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik
oleh ulkus lambung (Khanza,etal.,2017).

2.1.2 Etiologi
1. Obat-obatansepertiAnti-InflamasiNonsteroid/OAINS
(Indometasin,Ibuprofendan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain,
agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2-deoxyuridine), Salisilat dan
Digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol seperti whisky, vodka,dan gin

6
22

3. Infeksi bakteri seperti H.pylori(paling sering),H.heilmani,Streptococci,
Staphyloccoci,Proteusspecies,Clostridiumspecies,E.coli,Tuberculosis
dan secondarysyphilis.
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.
5. Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis.
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar,sepsis,trauma,pembedahan,
gagal napas,gagal ginjal,kerusakan susunansaraf pusatdanrefluk susus-
lambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan.Makanan berbumbu dan
minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen
penyebab iritasi mukosa lambung.
8. Garam empedu,terjadi pada kondisi refluks garam empedudari ususkecil
kemukosalambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa.
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke
lambung.
10. Trauma langsung lambung,berhubungan dengan keseimbangan antara
agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa,yang
dapat menimbulkan respons peradangan pada mukos lambung.
(Mutaqqin dan Sari, 2017)

2.1.3 Manifestasi Klinis


A. Manifestasi Klinis Gastritis Akut
1. Nyeri padaulu hati
2. Mual dan muntah
3. Perut kembung
4. Anoreksia
(Anggraini, 2015)

B. Manifestasi Klinis Gastritis Kronis


1. Nyeri menetap padaepigastrium.
2. Anoreksia
3. Perasaan penuh di dalamperut
23

4. Mual dan muntah


5. Hematemesismelena (perdarahan padasalurancerna)
(Rika, 2016)

2.1.4 Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya
obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada
para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV
(Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di
dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan
menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel
epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena
penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa
gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl
(terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl
meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon
mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi
(pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi
pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya
perdarahan.Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita,
namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.
24

2. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan
muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan
metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh
terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan
sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat
mak aelastisitasnya juga berkurang.
Pada saat mencerna makanan,lambung melakukan gerakan peristaltic
tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang
pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan
hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan
kerusakan pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini
akan menimbulkan perdarahan.
(Sukarmin, 2012; Rukmana, 2018)
25

5 B. Pathway

Stress Alkohol, obat-obatan Makanan panas, pedas, asam yang merangsang Holicobacter pylori

Menyerang bagian fundus gaster


Iritasi sel epitel kolumner gaster
Desquamasi sel
Produksi mukus berkurang Respon radang kronis
- Destruksi kelenjar
Merangsang saraf simpatis N. Vagus
Respon lambung vasodilatasiRespon
mukosalambung eksfeliasi (pengelupasan) - Metaplasia

Erosi sel mukosa Sel mukosa hilang Elastisitas kurang


Produksi HCl meningkat
Kekakuan
Kerusakan pembuluh darah mukosa
Mual, muntah, anoreksia Iritasi lambung Nyeri

Perdarahan
Gastritis kronis
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Nyeri
Kurangnya volume cairan Melena, hematemesis Komplikasi : ulcus pepticumTherapy

Peningkatan kehilangan sel darah merah


Resiko tinggi tidak taat
Hipovolemia
Anemia
Resti kerusakan perfusi jaringan Kurang pengetahun
Penurunan hemoglobin
Penurunan kekebalan tubuh

Resti Infeksi
GASTRITIS AKUT
26

(Price, Sylvia dan Wilson, Lorrane, 1999 : 162)


27

2.1.5 Penatalaksanaan
Pengobatan gastritis meliputi :
1) Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
2) Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3) Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain.
(Soeparman, 1999, hal : 96)
Pada gastritis, penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan :
a. Gastritis akut
1) Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
2) Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi
dianjurkan.
3) Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral.
4) Bila perdarahan terjadi,lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran
Gastromfestinal
5) Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
6) Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
7) Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau
perforasi.
8) Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.
b. Gastritis kronis
1) Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak
diberikan sedikit tapi lebih sering.
2) Mengurangi stress.
3) H. Pylori diatasi dengan antiobiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan
gram bismuth (pepto-bismol).
28

2.1.5.Komplikasi
1) Tukak Lambung
Mayo Clinic menyebutkan bahwa tuka lambung termasuk komplikasi dari
gastritis. Penyakit ini menandakan adanya luka pada lambung atau perut
karena gastritis semakin parah. Tanpa perawatan,luka bisa menyebar ke area
usus kecil. Penyebab tukak lambung yakni infeksi bakteri dan penggunaan
obat pereda nyeri golongan NSAID. Gejala tukak lambung yang umum yakni
sensasi terbakar dan nyeri di area tengah perut atau antara pusar dan dada.
2) Pendarahan Pada Lapisan Perut
Selain peradangan dan luka menyebar ke usus kecil, komplikasi gastritis
seperti tukak lambung juga dapat menyebabkan pendarahan. Ini bisa menjadi
komplikasi yang mengancam jiwa jika tidak di tangani dengan tepat. Gejala
komplikasi gastritis ini tidak berbeda jauh dengan tukak lambung. Hanya saja,
kondisi ini bisa menyebabkan feses berwarna gelap karena tercampur dengan
darah dan lebih lengket.
3) Anemia
Anemia persiosa termasuk komplikasi gastritis. Ini menandakan bahwa
jumlah sel darah merah mengalami penurunan karena usus yang luka tidak
dapat menyerap vitamin B12 dengan baik. Vitamin B12 termasuk komponen
pembentuk sel darah merah. Gejala pada saat lapisan perut terluka, protein
pengikat vitamin B12 tidak di produksi secara maksimal. Akibatnya, produksi
sel darah merah tidak mencukupi. Terjadinya pendarahan dan kurangnya
penyerapan vitamin B12 akan menyebabkan anemia persiosa.
4) Kanker Perut (komplikasi gastritis atrofi)
Melansir American Cancer Society,Gastritis atrofi akut dapat menyebabkan
komplikasi kanker. Gastritis atrofi merupakan jenis gastritis yang muncul akibat
29

peradangan di lapisan perut selama bertahun-tahun. Kondisi ini bisa terjadi karena
adanya infeksi bakteri yang jadi penyebab gastritis, penyakit autoimun, atau anemia
persiosa.

2.1.7 Pemeriksaan penunjang


Ada beberapa pemeriksaan penunjang yaitu :
1) Ureabreathtest (tesnapasurea),tesserologis,tes antigen feses untuk
pemeriksaanadanya infeksi h. pylori.
2) Analisis lambung, untuk mengkaji sekresi asam hidroklorat.
3) Kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah dievaluasi untuk
mengetahui adanya anemia.
4) Kadar vitamin B12 serum diukur untuk evaluasi kemungkinan terjadinya
Anemia pernisiosa.Kadar normal vitamin B12 adalah200-1000 pg/ml.
5) Endoscopi saluran cernaatas,untuk menginspeksi perubahan mukosa
lambung mengidentifikasi area perdarahan dan mendapatkan jaringan untuk
biopsy.
(LeMone,et al., 2016)

2.1.Konsep Teoritis Gerd

2.2.1 Defenisi Gerd


GERD (Gastroesofageal Reflux Disease) adalah suatu penyakit yang jarang
terdiagnosis oleh dokter di Indonesia karena bila belum menimbulkan keluhan yang
berat seperti refluks esofagitis dokter belum bisa mendiagnosa.Refluks
gastroesofagus adalah masuknya isi lambung ke dalam esofagus yang terjadi secara
intermiten pada orang, terutama setelah makan (Asroel, 2014).
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD)
didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan
lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang
30

mengganggu (troublesome) di esofagus maupun ekstra esofagus dan atau komplikasi


(Susanto, 2013).
Pada orang normal, refluks ini terjadi pada posisi tegak sewaktu habis makan.
Karena sikap posisi tegak tadi dibantu oleh adanya kontraksi peristaltik primer, isi
lambung yang mengalir masuk ke esofagus segera dikembalikan ke lambung. Refluks
sejenak ini tidak merusak mukosa esofagus dan tidak menimbulkan keluhan atau
gejala. Oleh karena itu,dinamakan refluks fisiologis.Keadaan ini baru dikatakan
patologis, bila refluks terjadi berulang-ulang yang menyebabkan esofagus distal
terkena pengaruh isi lambung untuk waktu yang lama.Istilah esofagitis refluks berarti
kerusakan esofagus akibat refluks cairan lambung, seperti erosi dan ulserasi epitel
skuamosa esofagus (Susanto, 2013).
Jadi, GERD merupakan suatu keadaan patologis akibat maksuknya isi
lambung ke esofagus yang biasa terjadi setelah makan dan dapat terjadi pada posisi
tegak oleh adanya konstraksi peristaltik primer lambung.
1) Anatomi Fisiologi

a) Esofagus
Bagiansaluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi
menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Esofagus diselaputi oleh epitel
berlapis gepeng tanpa tanduk. Pada lapisan submukosa terdapat kelompokan kelenjar-
kelenjar esofagea yang mensekresikan mukus. Pada bagian ujung distalesofagus,
lapisan otot hanya terdiri sel-sel ototpolos, pada bagian tengah,campuran sel-sel otot
lurik dan polos, dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik.
31

b) Lambung
Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi
utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya menjadi
bubur yang liat yang dinamakan kimus (chyme).Permukaan lambung ditandai oleh
adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi epitel pembatas
lipatan-lipatan tersebut menembus lamina propria, membentuk alurmikroskopik yang
dinamakan gastric pits atau foveolae gastricae.Sejumlah kelenjar-kelenjar kecil,
yang terletak di dalam lamina propria, bermuara ke dalam dasar gastric pits ini.
Epitel pembatas ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel toraks yang mensekresi mukus.
Lambung secara struktur histologis dapat dibedakan menjadi: kardia, korpus, fundus,
dan pylorus.

2.2.2. Etiologi
Beberapa penyebab terjadinya GERD meliputi:
a) Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal Sphincter)
b) Bersihan asam dari lumen esofagus menurun
c) Ketahanan epitel esofagus menurun.
d) Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya pepsin,
garam empedu, HCL.
e) Kelainan pada lambung.
f) Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis.
g) Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas
h) Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat refluks.
32

i) Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan


berkarbonat, alkohol, merokok, dan obat-obatan yang bertentangan dengan
fungsi esophageal sphincter bagian bawah termasuk yang memiliki efek
antikolinergik (seperti beberapa antihistamin), penghambat saluran kalsium,
progesteron, dan nitrat.
j) Kelaianan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan (Yusuf, 2015)

2.2.3. Patofisiologi
Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD (gastroesophageal reflux
disease) disebabkan aliran balik (refluks) isi lambung ke dalam esophagus.GERD
sering kali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika cairan
asam yang normalnya hanya ada di lambung, masuk dan mengiritasi atau
menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus.
Refluks gastroesofagus biasanya terjadi setelah makan dan disebabkan
melemahnya tonus sfingter esophagus atau tekanan di dalam lambung yang lebih
tinggi dari esophagus.Dengan kedua mekanisme ini, isi lambung yang bersifat asam
bergerak masuk ke dalam esophagus.
Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke esofagus karena adanya
kontraksi sfingter esofagus (sfingter esofagus bukanlah sfingter sejati, tetapi suatu
area yang tonus ototnya meningkat). Sfingter ini normalnya hanya terbuka jika
gelombang peristaltik menyalurkan bolus makanan ke bawah esofagus. Apabila hal
ini terjadi, otot polos sfingter melemas dan makanan masuk ke dalam lambung.
Sfingter esofagus seharusnya tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat ini,
karena banyak organ yang berada dalam rongga abdomen, menyebabkan tekanan
abdomen lebih besar daripada tekanan toraks. Dengan demikian, ada kecenderungan
isi lambung terdorong ke dalam esofagus. Akan tetapi, jika sfingter melemah atau
inkompeten, sfingter tidak dapat mnutup lambung. Refluks akan terjadi dari daerah
33

bertekanan tinggi (lambung) ke daerah bertekanan rendah (esofagus). Episode refluks


yang berulang dapat memperburuk kondisi karena menyebabkan inflamasi dan
jaringan parut di area bawah esofagus.
Pada beberapa keadaan, meskipun tonus sfingter dala keadaan normal, refluks
dapat terjadi jika terdapat gradien tekananyang sangat tinggi di sfingter. Tekanan
abdomen yang tinggi cenderung mendorong sfingter esofagus ke rongga toraks. Hal
ini memperbesar gradien tekanan antara esofagus dan rongga abdomen. Posisi
berbaring, terutama setelah makan juga dapat mengakibatkan refluks. Refluks isi
lambung mengiritasi esofagus karena tingginya kandungan asam dalam isi lambung.
Walaupun esofagus memiliki sel penghasil mukus, namun sel-sel tersebut tidak
sebanyak atau seaktif sel yang ada di lambung (Corwin, 2009: 600).
2.2.4. Manifestasi Klinik
a) Rasa panas/ tebakar pada esofagus (pirosis)
b) Muntah.
c) Nyeri di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya, bahkan menjalar
ke leher, tenggorokan, dan wajah, biasanya timbul setelah makan atau ketika
berbaring.
d) Kesulitan menelan makanan (osinofagia) karena adanya penyempitan
(stricture) pada kerongkongan dari reflux.
e) Tukak esofageal peptik yaitu luka terbuka pada lapisan kerongkongan, bisa
dihasilkan dari refluks berulang. Bisa menyebabkan nyeri yang biasanya
berlokasi di belakang tulang payudara atau persis di bawahnya, mirip dengan
lokasi panas dalam perut.
f) Nafas yang pendek dan berbunyi mengik karena ada penyempitan pada
saluran udara.
g) Suara parau.
h) Ludah berlebihan (water brash).
i) Rasa bengkak pada tenggorokan (rasa globus).
j) Terjadi peradangan pada sinus (sinusitis).
34

k) Gejala lain : pertumbuhan yang buruk, kejang, nyeri telinga (pada anak).
l) Peradangan pada kerongkongan (esophagitis) bisa menyebabkan pendarahan
yang biasanya ringan tetapi bisa jadi besar. Darah kemungkinan dimuntahkan
atau keluar melalui saluran pencernaan, menghasilkan kotoran berwarna
gelap, kotoran berwarna ter (melena) atau darah merah terang, jika
pendarahan cukup berat.
m) Dengan iritasi lama pada bagian bawah kerongkongan dari refluks berulang,
lapisan sel pada kerongkongan bisa berubah (menghasilkan sebuah kondisi
yang disebut kerongkongan Barrett). Perubahan bisa terjadi bahkan pada
gejala-gejala yang tidak ada. Kelainan sel ini adalah sebelum kanker dan
berkembang menjadi kanker pada beberapa orang.

2.2.5. Pemeriksaan Penunjang


a. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan standar baku
untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal break di esophagus
(esofagitis refluks). Jika tidak ditemukan mucosal break pada pemeriksaan
endoskopi saluran cerna bagian atas pada pasien dengan gejala khas GERD,
keadaan ini disebut non-erosive reflux disease (NERD).
b. Esofagografi dengan barium
Dibandingkan dengan endoskopi, pemeriksaan ini kurang peka dan seringkali
tidak menunjukkan kelainan, terutama pada kasus esofagitis ringan. Pada
keadaan yang lebih berat, gambar radiology dapat berupa penebalan dinding
dan lipatan mukosa, ulkus, atau penyempitan lumen.
c. Monitoring pH 24 jam
Episode refluks gastroesofageal menimbulkan asidifikasi bagian distal
esophagus. Episode ini dapat dimonitor dan direkam dengan menempatkan
mikroelektroda pH pada bagian distal esophagus. Pengukuran pH pada
35

esophagus bagian distal dapat memastikan ada tidaknya refluks


gastroesofageal. pH dibawah 4 pada jarak 5 cm di atas LES dianggap
diagnostik untuk refluks gastroesofageal.

2.2.6. Penatalaksanaan
Pada berbagai penelitian terbukti bahwa respons perbaikan gejala
menandakan adanya respons perbaikan lesi organiknya (perbaikan esofagitisnya).Hal
ini tampaknya lebih praktis bagi pasien dan cukup efektif dalam mengatasi gejala
pada tatalaksana GERD.Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam
terapi medikamentosa GERD:
a) Antasid. Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam
menghilangkan gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis.
Selain sebagai buffer terhadap HCl, obat ini dapat memperkuat tekanan
sfingter esophagus bagian bawah. Kelemahan obat golongan ini adalah
rasanya kurang menyenangkan, dapat menimbulkan diare terutama yang
mengandung magnesium serta konstipasi terutama antasid yang
mengandung aluminium, penggunaannya sangat terbatas pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal.
b) Antagonis reseptor H2. Yang termasuk dalam golongan obat ini adalah
simetidin, ranitidine, famotidin, dan nizatidin. Sebagai penekan sekresi
asam, golongan obat ini efektif dalam pengobatan penyakit refluks
gastroesofageal jika diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk
terapi ulkus. Golongan obat ini hanya efektif pada pengobatan esofagitis
derajat ringan sampai sedang serta tanpa komplikasi.
c) Obat-obatan prokinetik. Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk
pengobatan GERD karena penyakit ini lebih condong kearah gangguan
motilitas. Namun, pada prakteknya, pengobatan GERD sangat
bergantung pada penekanan sekresi asam.
36

d) Metoklopramid. Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine.


Efektivitasnya rendah dalam mengurangi gejala serta tidak berperan
dalam penyembuhan lesi di esophagus kecuali dalam kombinasi dengan
antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton. Karena melalui
sawar darah otak, maka dapat timbul efek terhadap susunan saraf pusat
berupa mengantuk, pusing, agitasi, tremor, dan diskinesia.
e) Domperidon. Golongan obat ini adalah antagonis reseptor dopamine
dengan efek samping yang lebih jarang disbanding metoklopramid
karena tidak melalui sawar darah otak.Walaupun efektivitasnya dalam
mengurangi keluhan dan penyembuhan lesi esophageal belum banyak
dilaporkan, golongan obat ini diketahui dapat meningkatkan tonus LES
serta mempercepat pengosongan lambung.
f) Cisapride. Sebagai suatu antagonis reseptor 5 HT4, obat ini dapat
mempercepat pengosongan lambung serta meningkatkan tekanan tonus
LES. Efektivitasnya dalam menghilangkan gejala serta penyembuhan
lesi esophagus lebih baik dibandingkan dengan domperidon.
g) Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa oktasulfat). Berbeda dengan
antasid dan penekan sekresi asam, obat ini tidak memiliki efek langsung
terhadap asam lambung. Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan
pertahanan mukosa esophagus, sebagai buffer terhadap HCl di eesofagus
serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu. Golongan obat ini cukup
aman diberikan karena bekerja secara topikal (sitoproteksi).
h) Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI). Golongan obat
ini merupakan drug of choice dalam pengobatan GERD. Golongan obat-
obatan ini bekerja langsung pada pompa proton sel parietal dengan
mempengaruhi enzim H, K ATP-ase yang dianggap sebagai tahap akhir
proses pembentukan asam lambung.
Obat-obatan ini sangat efektif dalam menghilangkan keluhan serta
penyembuhan lesi esophagus, bahkan pada esofagitis erosive derajat berat serta yang
37

refrakter dengan golongan antagonis reseptor H2. Umumnya pengobatan diberikan


selama 6-8 minggu (terapi inisial) yang dapat dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan
(maintenance therapy) selama 4 bulan atau on-demand therapy, tergantung dari
derajat esofagitisnya.

2.2.7. Komplikasi
Berikut ini adalah komplikasi yang terdapat pada gerd.
a) Batuk dan asma
b) Erosif esophagus
c) Esofagus Barret, yaitu perubahan epitel skuamosa menjadi kolumner
metaplastik
d) Esofagitis ulseratif
e) Perdarahan saluran cerna akibat iritasi
f) Striktur esophagus / Peradangan esophagus
g) Aspirasi
h) Tukak kerongkongan

2.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

2.3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian tahap awal adalah proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematik darui berbagai sumber untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasikan status kesehatan klien (Iyeretal.,1996). Tahap pengkajian
merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu ( Klien). Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat, lengkap,
dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis
keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon
individu sebagai mana yang telah di tentukan dalam standar praktik keperawatan dari
American Nursing Association
38

( ANA ). Pengumpulan data di mulai sejak klien masuk ke rumah sakit ( Initial
Assessment ), serta klien di rawat terus menerus ( Ongiong Assesment ), serta
pengkajian ulang untuk menambah atau melengkapi data ( Re-assesment ).
TipeData:
1. Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian.Informasi tersebut tidak bisa ditentukan
oleh perawat, mencakup persepsi,perasaan, ide klien tentang status
kesehatannya. misalnya tentang nyeri,perasaan lemah, ketakutan,kecemasan,
frustrasi,mual, perasaan malu.
2. Data Objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indera (lihat,dengar, cium, raba) selama pemeriksaan
fisik. Misalnya frekuensi nadi,pernafasan,tekanan darah, edema,berat badan,
tingkat kesadaran.
Anamnesa meliputi :
1) Identitas pasien meliputi : nama ,umur ,jenis kelamin, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku/ bangsa, agama, pendidikan, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit, diagnose medis.
2) Riwayat sakit dan kesehatan
a) Keluhan utama
Penderita datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri epigastrium.
Munculnya keluhan nyeri pada epigastrium di akibatkan iritasi mukosa
lambung yang merangksang non iseptor nyeri pada lapisan otot lambung
pada bagian Pleksus saraf mienterikus (Auerbach) (Sukarmin, 2012).
b) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan pasien berupa nyeri ulu hati sampai datang kerumah sakit.
(Mardalena, 2018).
c) Riwayat penyakit dahulu
39

Pasien gastritis dengan riwayat kebiasaan mengkonsumsi makanan


berbumbu dan minuman dengan kandung ankafein,alcohol yang
merupakan agen  agen yang menyebabkan iritasi mukosa lambung,
Riwayat diet dan pola makan tidak teratur (Muttaqin dan Sari, 2013).
d) Riwayat penyakit keluarga
Di isi dengan menyebutkan nama penyakit berat yang pernah
di derita oleh keluarga dan dikhususkan terhadap riwayat kesehatan
terutama penyakit genetic dan penyakit keturunan. (Setiadi, 2012).
e) Riwayat Alergi
Riwayat alergi yang di miliki klien harus diketahui perawat.
Alergen dapat berupa makanan,obat,bulu hewan, serbuk sari maupun
allergen lain yang dapat menimbulkan alergi (Debora, 2017).

3) Pola Fungsi Kesehatan


a) Pola Nutrisi
Peningkatan asam lambung pada penderita gastritis akan menurunkan
nafsu makan, karena produk sekretorik lambungakan lebih banyak
mengisi lumen lambung 
(Sukarmin,2012).
b) Pola Eliminasi
Pola fungsi ekskresi feses,urine dan kulit seperti pola BAB,BAK dangang
guan atau kesulitan ekskresi. Faktor yang mempengaruhi fungsi ekskresi S
eperti pemasukan cairan danaktivitas
(Tarwotodan Wartonah, 2015).
c) Pola Aktivitas
Penderita juga tampak malas untukberaktivitas,banyak tiduran,dalam 
Memenuhi kebutuhan sehari-hari sepertimakan,BAB,BAK banyak
dibantu oleh keluarga
(Sukarmin, 2012).
40

d) Pola Istirahat
Difokuskan pada pola tidur,istirahat,relaksasi dan bantuan-bantuan untuk
merubah pola tersebut
(Setiadi, 2012).
e) Pola Kebersihan Diri
Difokuskan pada upaya yang dilakukan individu dalam memelihara
kebersihan dan kesehatan dirinya baik secara fisik maupun mental guna
memberikan perasaan stabil dan aman pada diri individu
(Ambarwati, 2014).
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa,turgor
kulit buruk (perdarahan kronis).
4) Pengkajian pemenuhan kebutuhan sehari-hari (ADL)
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea/hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2) Sirkulasi
Gejala : - Hipotensi (termasuk postural)
- Takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- Kelemahan / nadi perifer lemah
-Pengisian kapiler lambar /perlahan (vasokonstriksi)
- Warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa : berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
3) Integritas ego
41

Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja),


perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
4) Eliminasi
Gejal : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI,
misal:Luka peptic /gaster,gastritis,bedah gaster, iradiasi area
gaster. Perubahanpola defekasi/karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi Bunyi usus : sering hiperaktif
selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik
feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang
merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea). Konstipasi dapat
terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat
5) Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan.Nyeri ulu hati, sendawa bau asam,
mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa,turgor kulit
buruk (perdarahan kronis).
6) Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak
cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma
(tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi)
42

7) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,perih,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak dan
hilang dengan makan (gastritis akut).Nyeri epigastrum kiri sampai
tengah / atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah
makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum
kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4
jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan
makanan atau antasida (ulkus duodenal).Tak ada nyeri (varises
esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-
obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor
psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
8) Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan
sirosis / hipertensi portal)
9) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat /dijual bebas yang mengandung ASA,
alkohol, steroid.NSAID menyebabkan perdarahan GI.
Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau
diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus,
atau episode muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal :
sirosis, alkoholisme, hepatitis, gangguan makan.
(Doengoes, 1999, hal : 455)
43

5) Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi. Perawat menginspeksi bagian
tubuh. Untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang
signifinikan. Perawat yang berpengalaman melakukan beberapa
observasi hampir secara bersamaan, sambil menjadi sangat perseptif
terhadap tanda adanya abnormalitas. Dalam melakukan pemeriksaan
inspeksi adalah selalu member perhatian pada pasien. Perhatikan semua
gerakan dan lihat dengan cermat bagian tubuh atau area yang sedang di
inspeksi. Data yang di dapat berupa, wajah tampak pucat, tampak
berhati-hati pada daerah yang sakit dan berkeringat.
2) Palpasi
Palpasi menggunakan dua tangan untuk menyentuh bagian
tubuh untuk membuat suatu pengukuran sensitive terhadap tanda khusus
fisik. Keterampilan ini seringkali digunakan bersamaan dengan inspeksi.
Selama palpasi,pasien diusahakan dalam keadaan santai sehingga tidak
terjadi ketegangan otot yang dapat mempengaruhi optimalitas dari hasil
pemeriksaan. Pada pasien gastritis sulu hati akan terasa nyeri saat
dipalpsi.
3) Perkusi
Perkusi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan melibatkan
pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari guna mengevaluasi
ukuran,batasan dan konsistensi organ-organ tubuh yang bertujuan untuk
menemukan adanya cairan di dalam rongga tubuh. Dengan teknik
perkusi lokasi, ukuran dan struktur dapat ditentukan. Perkusi membantu
memastikan abnormalitas yang didapat dari pemeriksaan sinar-X atau
44

pengkajian melalui palpasi dan auskultasi. Pada pasien gastritis suara


perkusi abdomen timpani.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah teknik pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi
yang dihasilkan tubuh. Beberapa bunyi dapat didengar dengan telinga
tanpa alat bantu, meskipun sebagian bunyi dapat didengar dengan
stetoskop untuk mendengarkan bunyi dan karakteristik. Pada pasien
gastritis suara auskultasi bising lambung dan usus sering terdengar
hiperaktif.
6) Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yaitu :
1) Ureabreathtest (tesnapasurea),tesserologis,tes antigen feses untuk
pemeriksaan adanya infeksi hpylori.
2) Analisis lambung, untuk mengkaji sekresi asam hidroklorat.
3) Kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah dievaluasi untuk
mengetahui adanya anemia.
4) Kadar vitamin B12 serum,diukur untuk mengevaluasi kemungkinan
terjadinya anemia pernisiosa.Kadar normal vitamin B12 adalah 200-1000
pg/ml.
5) Endoscopi saluran cerna atas,untuk menginspeksi perubahan mukosa
lambung mengidentifikasi area perdarahan dan mendapatkan jaringan
untuk biopsy.
(Le Mone,et al., 2016)

2.3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


MenurutNorth American Nursing Diagnosis Association 2015-2017
diagnosis keperawatan pada Gastritis adalah :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
45

2) Kekurangan volume cairan,(kehilangan aktif) berhubungan dengan


perdarahan,mual, muntah dan anoreksia.
3) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah.

2.3.3 RENCANA KEPERAWATAN


Diagnosis keperawatan pertama: nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera biologis Nursing Outcomes Classification (GloriaB,2016). Goal: pasien
akan bebas dari nyeri selama dalam perawatan.Objektif dalam jangka waktu 1
kali 30 menit perawatan pasien akan menunjukan outcomes control nyeri
(1605),tingkat nyeri (2102),nyeri efek yang mengganggu (2010) dan nyeri
respon psikologis tambahan (1306). Nursing Intervention classsification yaitu
pemberian analgesic (2210), menejemen nyeri (1400) dan menejemen saluran
cerna (0430).
Diagnosa keperawatan kedua: kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif. Nursing Outcomes Classification (Gloria
B,2016). Goal: pasien akan mempertahankan status cairan yang adekuat selama
dalam perawatan.Objektif: dalam jangka waktu 3 kali 60 menit perawatan
pasien akan menunjukan oucomes: keseimbangan cairan (0601), keseimbangan
elektrolit (0606) dan hidrasi (0602).Nursing Interventions Classification.
(GloriaB,2016) yaitu: Pemasangan infuse (4190), Manajemen syok: volume
(4258),manajemen cairan (4120) dan manajemen hipovolemi (4180).
Diagnosa keperawatan ketiga : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, munta. Nursing Outcomes
Classification (Gloria,B,2016).Goal: pasien akan mempertahankan status nutrisi
yang adekuat selama dalam perawatan. Objektif: dalam jangka waktu 3 kali 24
jam perawatan pasien akan menunjukan outcomes: status nutrisi: asupan nutrisi
(1009), status nutrisi (1004) nafsu makan (1014)dan status nutrsisi: asupan
46

makan dan cairan (1008). Nursing Interventions Classification yaitu:


manajemen nutrisi (1100), manajemen gangguan makan(1030), dan manajemen
saluran cerna(0430).

2.3.4 IMPLEMENTASI
Tindakan keperawatanadalah pengelolah danperwujutan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.Pada tahap ini
perawatakan memberikan perawatan kepada pasiendan perawatakan
berkolaborasi dengan tenaga ahli medis lain untuk memenuhi kebutuhan pasien
(Ida,2016).Pada tiga diagnosis keperawatan pasien dengan gastritis
implementasi.
Diagnosis yang  pertama: Memberikan analgesic dan mengajari teknik
menejemen nyeri melatih napas dalam,mangalihkan perhatian terhadap
nyeri,obserfasiadanya petunjuknonverbalmengenai adanya nyeri.
Diagnosis yang kedua: Melakukan pemasangan infus,melakukan
tindakan manajemen syok, melakukan manajemen cairan dan melakukan
tindakan manajemen hipovolemik,mencatat intake dan output cairan yang
akurat, memonitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik),memonitor vital sign, memonitor masukan makanan
atau cairan dan hitung intake kalori harian,kolaborasi pemberian cairan intra
vena,memberikan masukan cairan oral.
Diagnosis  yang ketiga : Melakukan manajemen nutrisi,melakukan
manajemen gangguan makan, dan manajemen saluran cerna,mengkaji adanya
alergi makanan,Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,menganjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe, menganjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C,
menganjurkkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi,memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
47

2.3.5 EVALUASI
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang
digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien dengan
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang
sudah ditetapkan
(Debora, 2017).
Hasil yang harus dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut :
1) Keluhan nyeri menurun (rentangskala1-3).
2) Sikap protektif (melindungi diri)menurun
3) Kemampuan menggalipenyebab nyeri meningkat
4) Kemampuan mengontrol nyeri meningkat
5) Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologis meningkat
6) Nafsu makan meningkat
7) Gelisah menurun
8) Kesulitan tidur menurun
(Tim Pokja SLKIPPNI,2018)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Studi kasus ini adalah untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada
gangguan rasa aman nyaman ; Gerd ( Gastroesophageal Reflux Disease ) dengan
diagnose Gastritis di ruang mawar Rumah Sakit Bhayangkara Titus Ully Kupang

3.2 Partisipan
Klien Ny M umur 26 tahun datang ke rumah sakit pada tanggal Pada 5 Mei
2021 jam 09.30 Wib dengan keluhan kurang lebih 3 hari perut sakit dan kembung,
nyeri pada ulu hati, klien mengatakan mula muntah, kepala terasa pusing, nafsu
makan berkurang, klien mengatakan semua makanan yang di makan merangsang
½
mual dan muntah. Nafsu makan klien berkurang, porsi makan yang di habiskan
porsi. Penelitian ini yang menjadi partisipan peneliti adalah  dengan masalah
gangguan rasa aman nyaman ; Gerd ( Gastroesophageal Reflux Disease ) dengan
diagnose Gastritis di ruang mawar Rumah Sakit Bhayangkara Titus Ully Kupang.

3.3 Lokasi danwaktu penelitian


Penelitian lakukan di Rumah Sakit Bhayangkara Titus Ully Kupang yang
beralamat di Jl.Nangka No.84, Oetete, Kec. Oebobo, Kota Kupang Nusa Tenggara
Timur. Status rumah sakit bhayangkara berdasarkan Kep Wali Kota Kupang
No.92/KEP/HK/2012 tanggal 09/05/2012 tentang pemberian ijin operasional tetap
Rumah Sakit Umum tipe C Bhayangkara Kupang, pada tanggal 26/01/2007 RS
Bhayangkara Kupang mendapat ijin operasional Rumah Sakit dari Depertemen
Kesehatan RI No : YM.02.04.3.1.587. sebagai unit pelayanan kesehatan Polri di
Daerah Nusa Tenggara Timur. RS Bhayangkara Kupang juga telah memperoleh
akreditasi Menkes dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
YM.01.10/III/6725/10 tentang pemberian status AKREDITASI PENUH TINGKAT
DASAR, tanggal 11/11/2010. Sampai sekarang telah memulai pentahapan
pembangunan baik aspek organisasi, fisik dan sumber dayanya, serta telah lulus
AKREDITASI KARS pada tanggal 14/09/2017. Rumah sakit ini memiliki banyak
ruangan baik itu ruang IGD, ruang bersalin, ruang radiologi, ruang rawat inap, ruang
rawat jalan, panoramic & caphalometri, usg 4 dimensi, laboratorium, farmasi, rawat
tahanan,dan fasilitas lainnya.Pengambilan data berlangsung di ruanginap mawar kelas
3 pria . Waktu penelitian di lakukan selama 2 bulan yang di mulai dari tanggal 1 Mei
2021 sampai 31 juli 2021. Proses pengambilan data di mulai pada pukul 08.00 WITA
sampai 14.00 WIB.
Ditemukan di Rekam Medis Rumah Sakit Bhayangkara Titus Ully Kupang
mulai bulan Januari sampai Desember tahun 2019 diperoleh sebanyak 120 penderita
gastritis.Pada klien Gastiris terdapat diagnose keperawatan dengan masalah nyeri
akut sebesar 94%. atau 113 penderita sedangkan dengan masalah lain seperti deficit
nutrisi, hypovolemia dan ansietas sebesar 6% atau 7 penderita.Pengelompokan usia
penderita Gastritis pada rentang usia 0–17 tahun sebanyak 10 penderita,pada rentang
usia 18–65 tahun sebanyak 74 penderita dan rentang usia >65 tahun sebanyak 36
penderita.
Pada bagian ini dibahas tentang kesenjangan asuhan keperawatan pada klien,
dengan teori menggunakan pendekatan proses keperawatan dimulai dari pengkajian
sampai evaluasi

3.4 Teknik Pengumpulan data


Mengumpulkan data dan mencari data klien gastritis dengan masalah gangguan
rasa aman nyaman ; Gerd ( Gastroesophageal Reflux Disease ) dengan diagnose
gastritis. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara sebagai
berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah dengan maksud tertentu yang dilakukan olehkedua pihak
atau beberapa pihak yaitu pewawancara mengajukan
pertanyaan dan yang terwawancara yang memberikan pertanyaan
menjawab pertanyaan.Wawancara yang digunakan adalah wawancara pende
katan asuhan keperawatan pada klien gastritis dengan masalah nyeri
akut.Sumber yang didapat adalah dari klien,keluarga dan perawat lainnya.
2. Observasi dan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pada system pencernaan dan
berfokus pada klien gastritis dengan masalah nyeri akut.
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yang digunakan untuk melengkapi hasil penelitian
ini didapat dari rekam medik klien dengan masalah gangguan rasa aman
nyaman ; Gerd ( Gastroesophageal Reflux Disease ) di ruang mawar Rumah
Sakit Bhayangkara Titus Ully Kupang
3.5 Etik penelitian
Dicantumkan etikayang mendasari penyusunan studi kasus, terdiri dari :
1) Informed Consent (persetujuan dengan klien)
Lembar persetujuanyang akan diberikan pada responden akan diteliti dan
memenuhi kriteria inklusif dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.
2) Anonimity (tanpanama)
Untuk menjaga kerahasiaan penelitian tidak mencantumkan nama responden
namun hanya di cantumkan inisial saja.
3) Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu yang dilaporkan hasil penelitian

3.6 Uji keabsahan data


Disamping integritas penulis,uji keabsahan data dapat dilakukan dengancara
berikut ini :
1. Memperpanjang waktu pengamatan/tindakan
2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari
tiga sumber data utama yaitu klien, keluarga klien, perawat dan tenaga kesehatan
lainnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL PENELITIAN


4.1.1. Pengkajian
Penulis melakukan pengkajian keperawatan kepada pasien Ny M pada tanggal 6
Mei 2021 dengan metode auto anamnesa dan allo anamnesa yaitu teknik pengumpulan
data melalui studi kepustakaan dengan mempelajari isi literatur- literatur yang
berhubungan dengan karya tulis ini dan menggunakan proses keperawatan dengan
pendekatan observasi dan wawancara selain itu melakukan pengamatan langsung dan
pemeriksaan secara langsung dengan metode per sistem melalui inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi. Hasil pengkajian tersebut penulis sajikan sebagai berikut :

1) Identitas Klien
Pasien berinisial Ny M, umur 26 tahun dengan jenis kelamin perempuan,
bergama Kristen Protestan, pendidkan terakhir SMA, pekerjaan
mahasiswa , status perkawinan; belum menikah, biaya pengobatan ditanggung
oleh BPJS, klien masuk pada tanggal 5 Mei 2021, nomor RM klien 174955, di
rawat di ruang perawatan dengan diagnosa medis gastritis. Ny M beralamat di
Kelurahan Manutapen, RT 31/ RW 10. Kabupaten Kupang NTT
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada ulu hati, yang di
sertai dengan mual muntah kurang lebih 3 hari yang lalu.
b) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan dengan keluhan nyeri pada ulu hati, yang di sertai
dengan mual muntah, perut kembung, kepala terasa pusing, nafsu makan
berkurang, klien mengatakan semua makanan yang di makan merangsang
mual dan muntah. Nafsu makan klien berkurang, porsi makan yang di
½
habiskan porsi. Factor pencetus ; Klien mengatakan nyeri terjadi sejak 3
hari yang lalu dan terjadi saat telat makan dan makan makanan pedas.Upaya
untuk meringankan klien mengatakan untuk mengurangi nyeri klien
meminum air gula yang hangat namun hanya berefek sementara saja. Klien
juga mengkonsumsi obat-obatan seperti milanta.
c) Riwayat kesehatan masa lalu
Pasien mengatakan tidak pernah dioperasi dan, klien tidak ada riwayat
alergi dengan obat-obatan maupun makanan, klien tidak memiliki kebiasaan
merokok serta mengkonsumsi alkohol. Klien mengatakan cemas dengan
penyakit yang dideritanya, klien takut penyakitnya tidak sembuh, karena
klien + 3 tahun menderita penyakit gastritis dan klien pernah dirawat
dirumah sakit 2 tahun yang lalu dengan penyakit yang sama.
d) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang
mengalami penyakit seperti yang klien alami saat ini , tidak ada riwayat
keluarga atau keturunan yang menderita penyakit herediter.
e) Genogram (3 generasi di atas pasien)
Pasien adalah anak kedua dari 4 bersaudara. Pasien memiliki 2 saudara laki-
laki dan dua saudara perempuan. Orang tua kandung pasien serta semua
saudara-saudara dari orang tua pasien juga sudah meninggal dunia. Ayah
kandung pasien memiliki anak pertama dari enam bersaudara. Ayah kandung
pasien memiliki dua saudara laki-laki dan tiga saudara perempuan. Sedangkan
ibu kandung pasien adalah dua orang bersaudara. Ibu kandung pasien adalah
ana peratama. Kakek dan nenek pasien juga telah meninggal dunia.
3) Pola aktifitas sehari-hari
a) Pola Nutrisi :
Kebutuhan nutrisi sebelum sakit : klien mengatakan makan 3X sehari dengan
komposisi nasi, lauk dan sayur. Makan selalu habis dalam 1 porsi. Klien
mengatakan tidak mempunyai pantangan terhadap makanan, klien minum 6-7
gelas jenis air putih setiap hari.
Selama sakit : klien mengatakan pagi ini klien makan bubur habis 1 porsi
(makanan dari rumah sakit : nasi tim, sayur dan lauk pauk tidak dimakan).
Klien minum air putih habis 5-6 gelas / hari.
b) Pola eliminasi
Kebutuhan eliminasi sebelum sakit : klien mengatakan BAB 1 X sehari pada
waktu pagi dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau khas dan tidak ada
keluhan dalam BAB. Klien BAK ± 2-6 X sehari dengan warna kuning, bau
khas, dan klien tidak ada kesulitan dalam BAK. Selama sakit : klien
mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien BAB dengan frekuensi 1 X
sehari, konsistensi keras (berbentuk bulat-bulat kecil), warna hitam, bau khas
dan klien mengeluh sulit untuk BAB. Untuk eliminasi BAK nya, klien
mengatakan BAK dengan frekuensi 5-6 X sehari warna kekuningan, bau khas
dan tidak ada keluhan dalam BAK.
c) Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit pasien mengatakan kebutuhan tidak terganggu. Tidur + 7-8
jam. tidur dengan nyenyak , tidak gelisah. Sesudah sakit pasien mengatakan
kebutuhan tidurnya terganggu, pasien sering merasa gelisah, cemas, sering
terjaga pada malam hari karena nyeri pada perutnya.
d) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit pasien mengatakan aktivitas sehari hari pasien berjalan
dengan lancar seperti pergi kekampus , berukumpul bersama teman-
temannya untuk mengerjakan tugas. Sesudah sakit pasien mengatakan semua
aktivitasnya terganggu, dalam mengerjakan tugas , pasien mengatakan
selama sakit tidak bisa mengerjakan pekerjaan sehari hari yang biasa di
lakukan pasien, asien tampak kesulitan bekerja karena sakit yang di derita.
e) Persepsi
Persepsi klien terhadap penyakitnya, hal yang dipikirkan klien terhadap
penyakitnya adalah penyakit jantung karena di ulu hati terasa perih, panas dan
tertusuk-tusuk , klien terlihat bingung terhadap penyakit yang dideritanya
sekarang. Dan yang dipikirkan klien saat ini adalah kesembuhan klien.

4) Pemeriksaan fisik.
Kedaan Umum : Sedang , warna kulit tampak jaudience, sclera ikterik.
Kesadaran : Compos Mentis
TTV : Td 110/80 mmHg ,Suhu 36,5 OC , Nadi 84x/menit , Spo2 95 %

a) System pernafasan
Bentuk dada simetris, tidak nampak retraksi dada, tidak ada masa, pola
nafas normal, tidak ada nyeri tekan, irama nafas teratur, suara paru
vesikuler, tidak terdengar wheezing dan ronkhi.
b) System kardiovaskuler
Tidak nampak rektraksi dada, bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan,
tidak teraba masa, batas batas jantung normal, suara redup, suara paru
reguler. TTV : Td 110/80 mmHg ,Suhu 36,5 OC , Nadi 84x/menit , Spo2 95%.
c) System pencernaan
Permungkaan perut datar dan rata, bentuk perut kembung, gerakan dinding
perut datar, ada nyeri tekan di abdomen bagian kiri, tidak terasa
pembesaran hepar, tak teraba adanya masa, mukosa bibir tampak kering, lidah
tampak putih dan kotor.
d) System persyarafan
Tidak ada tremor, reflex cahaya pupil bagus, gerakan bola mata bebas
ke segala arah, kaku kuduk negatif.
e) System endokrin
a) Tidak ada pembesaran kelenjer thyroid.
b) Tidak ada pembesaran getah bening.
f) System Genitourinaria
a) Klien tidak terpasang kateter.
b) Pasien tidak ada mengalami gangguan genital/kelamin
g) System muskuloskeletal
Bentuk anggota gerak semestris kiri dan kanan (kaki, tangan) , tidak ada lesi
pada kulit anggota gerak, tidak ada edema, tugor kulit baik, tidak ada nyeri
gerak, nyeri terkan, tidak ada pembekakan pada sendi, tidak ada
menggunakan alat bantu.
h) System integument dan imunitas
Warna kulit sawo matang, tidak ada luka, tidak ada edema, tidak ada
benjolan, tidak ada memar, lesi, tugor kulit baik.
i) System wicara dan THT
Wicara; klien tidak mengalami gangguan bicara.
Mulut; Tidak ada stomatitis, tidak ada lisi , membran mokosa lembab.
Hidung; Simestris kiri dan kanan tidak ada polip, penciuman baik
pernafasan cuping hidung.
Leher; Tidak ada pembenngkakan thyroid, tidak ada pembesara kelenjer
getah bening.
j) System penglihatan
Inspeksi mata, kelengkapan mata kiri kanan, mata simetris kiri kanan,
konjungtiva tidak anemis, tidak ada edema pada mata, tidak ada alat bantu
penglihatan pada mata.

5) Data Psikologis
1. Status emosional
Klien nampak tidak tenang dan gelisah dan belum mampu menerima penyakit
yang dideritanya.
2. Kecemasan
Klien mengatakan cemas d a n g e l i s a dengan penyakit yang dideritanya,
klien takut penyakitnya tidak sembuh, karna klien + 3 tahun menderita
penyakit gastritis dan klien pernah dirawat dirumah sakit 2 tahun yang lalu
dengan penyakit yang sama.
3. Pola koping
Upaya untuk mengurangi nyeri klien meminum air gula yang hangat namun
hanya berefek sementara saja. Klien juga mengkonsumsi obat-obatan seperti
Milanta. Klien j u g a mengatakan bila kambuh penyakitnya segera minum
obat tradisional atau bila terasa nyeri selalu memangku batal dengan kuat. Klien
dalam mengatasi masalah yang dihadapinya menyangkut masalah kesehatan
mengkonsulkannya dengan pihak kesehatan ( Puskesmas). Klien mengatakan
hanya pasrah diri kepada Tuhan, berdoa agar cepat disembuhkan dari penyakit
yang dideritanya, dan berusaha untuk menjaga kesehatannya.
4. Gaya komunikasi
Klien tidak susah dalam berkomunikasi atau gaya komunikasi pasien normal,
pasien berbicara dengan baik dan berbicara dengan menggunakan bahasa daerah
dan bahasa indonesia.
5. Konsep Diri
Gambaran diri: Anak klien mengatakan klien tidak pernah mengeluh dengan
kondisi tubuhnya, masih dapat mengenal dirinya sendiri, klien berperan sebagi
kaka di dalam rumah. Klien selalu mengatakan ingin hidup dengan baik, sehat
dan ingin melihat adik-adiknya bahagia dan saat ini berharap ingin cepat
sembuh. Dan melanjutkan kulianya dengan baik dan bisa cepat selesai. Klien
dihargai oleh keluarganya, dan teman-temannya.
6. Data Sosial
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga , tetangga dan
masyarakat disekitarnya.
7. Data spiritual
Pasien dan keluarga memeluk agama Kristen protestan . Pasien saat sakit pasien
selalu beribadah.
8. Data penunjang
Pemeriksaan penunjang tanggal pemeriksaan 9 Mei 2021. Jenis pemeriksaan
Mean Corpuscular Volume 76,4 femoliter, Mean Corpuscular Hemoglobin
11,9 gram per desiliter, Red cel Distribution Width 13,6 persen, Jumlah
leukosit 2,59 sepuluh pangkat tiga per mililiter darah, Jumlah monosid 6.
Terapi atau tindakan kolaborasi ketorolac 10 mili gram dalam 1 ampul secara
intra vena, antasida sirup 2 senduk per oral, Infus Ringer Laktat 500 mili liter 20
tetes permenit secara intra vena.

4.1.2. Diagnosa Keperawatan


1. Analisa Masalah
Pada pengkajian analisa data yang dilakukan pada tanggal 06 Mei 2021 jam
09.00 wib pada Ny M umur 26 tahun di ruang mawar rumah sakit bhayangkara kupang
dengan No. RM : 174955 ditemukan data-data fokus sebagai berikut : untuk data yang
pertama adalah data subjektif : klien mengatakan nyeri pada ulu hati, kepala terasa pusing
(nggliyeng) dan perut kembung, Klien mengatakan perut terasa sakit saat bergerak, klien
mengatakan nafsu makan menurun, pasien mengatakan mual muntah pada saat
mengomsumsi makanan pedas dan asam, dan untuk data objektif : Ku : pasien tampak
lemah, pasien tampak cemas,pasien tampak gelisah,pasien tampak pucat, , kesadaran
composmentis, TD : 110/80 mmHg, N : 84 x/menit, S : 36oC, RR : 22 x/mnt. SpO2 95% ,
Klien terlihat meringis saat epigastrium ditekan, P : klien terlihat meringis saat
epigastrium ditekan, Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk, R : di ulu hati / epigastrium, S :
skala nyeri 6 (skala nyeri 0 – 10), T : nyeri hilang timbul dan saat ditekan pada
epigastrium, problem : nyeri akut, etiologi : agen cedera biologis pada mukosa lambung.
Data yang kedua data subjektif : klien mengatakan selama dirawat di rumah sakit BAB
dengan frekuensi 1 X sehari, konsistensi keras, klien mengatakan lebih banyak berbaring
di tempat tidur karena perut terasa sakit saat bergerak, untuk data objektif : pemeriksaan
abdomen 1 : simetris Pa : teraba keras di perut sebelah kiri bawah, Pe : tympani, Au :
peristaltik ± 4 x/mnt, problem : konstipasi , Etiologi : kurangnya aktivitas. Data yang
ketiga data subjektif : klien mengatakan ia sakit jantung karena di ulu hati terasa perih,
panas dan tertusuk-tusuk dan untuk data objektif klien terlihat bingung terhadap penyakit
yang dideritanya sekarang, problem : kurang pengetahuan, etiologi : kurang informasi.

2. Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis yang ditandai dengan

pasien mengeluh rasa sakit pada ulu hati, sejak tadi pagi nyeri seperti tertusuk-

tusuk, skala nyeri 6 belangsung 5 hingga 10 menit hilang timbul, wajah pasien

tampak menahan rasa sakit.

b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan anoreksia, mual dan muntah


c) Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktivitas yang di tandai dengan

konsistensi keras, klien mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena

perut terasa sakit saat bergerak

d) kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang di tandai

dengan klien mengatakan cemas, gelisah dank lien sering bertanya- Tanya atas

penyakit yang di deritanya.

4.1.3. Intervensi Keperawatan

Intevensi tahap perencanaan keperawatan ada tahap Goal, Objektif, Nursing


Outcomes classification (Gloria B,2016). Dan Nursing interventions classification
yang dibuat adalah :
Diagnosa keperawatan pertama : Nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera biologis yang ditandai dengan pasien mengeluh rasa sakit pada ulu hati, sejak
tadi pagi nyeri seperti tertilkam, skala nyeri 6 belangsung 5 hingga 10 menit hilang
timbul, wajah pasien tampak menahan rasa sakit dipilih sebagai diagnosis pertama
karena mengancam jiwa. Nursing Outcomes classification (Gloria B,2016). Goal :
pasien akan bebas dari rasa nyeri selama dalam perawatan. Objektif : dalam jangka
waktu 2x24 jam perawatan pasen akan bebas dari rasa nyeri dengan outcomes pertama,
control nyeri (1605) yang diharapkan meningkat dari 2 (jarang menunjukan ) menjadi
4 (sering menunjukan ) empat indicator yang diambil yaitu mengenali kapan nyeri
terjadi,menggambarkan faktor penyebab, menggunakan tindakan pencegahan, dan
menggunakan analgesic yang direkomendasi kedua tingkat nyeri (2102) yang
diharapkan meningkat dari 2 (cukup berat )menjadi 4 (ringan) outcomes yang
memiliki 22 indikator. Tetapi hannya 4 indikator yang penulis ambil sedanglan 18
indikator tidak diambil tersebut yaitu : nyri yang dilaporkan, ekspresi wajah, frekuensi
napas dan tekanan darah. Nursing interventions classification (Gloria B,2016). Yaitu:
intervensi pemberian analgesic (2210) enam aktivitas yang diambil yaitu pertama, cek
perintah pengobatan melalui obat, dosis, dan frekuensi obat analgesic yang diresepkan.
Kedua, cek adanya riwayat alergi obat. Ketiga tentukan analgesic sebelumnya, rute
pemberian dan dosis untuk mencapai hasil pengurangannyeri yang obtimal dan
yang keempat monitpr tanda-tanda vital sebelum dan setelah pemberian analgesic pada
pemberian dosis pertama kali atau jika ditemukan tanda- tanda yang tidak biasa.
Intervensi managemen nyeri (1400) empat akifitas yang diambil yaitu yang
pertama, lakukan pengkajian nyeri secara komperhensi Provocate, Quality, Region,
Severe, Time (PQRST). Kedua, observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai
ketidak nyamanan. Ketiga, pastikan perawatan analgesic bagi pasien. Keempat, ajarkan
penggunaan teknik nonfarmakologi (teknik relaksasi).
Diagnosis keperawatan kedua : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah Nursing
Outcomes Classification. (Gloria B,2016) goal pasien akan mempertahankan status
nutrisi yang adekuat selama dalam perawatan. Objektif dalam jangka waktu 3 kali 24
jam perawatan pasien akan menunjukan outcomes status nutrisi ; asupan nutrisi (1009),
status nutrisi (1004), nafsu makan (1014), dan status nutrisi asupan makan dan cairan
(1008) . Nursing interventions classification. (Gloria B,2016) manajemen nutrisi,
melakukan manajemen gangguan makan, dan manajemen saluran cerna, mengkaji
adanya alergi makanan, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, menganjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe,
menganjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C, menganjurkkan diet
yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi, memonitor jumlah
nutrisi dan kandungan kalori.
Diagnosa keperawatan yang ke tiga : dengan tujuan dan kriteria hasil : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien mengatakan tidak konstipasi
dengan kriteria hasil : melaporkan eliminasi yang membaik dengan konsistensi lunak,
klien tidak mengeluh sulit BAB, untuk intervensi atau rencana keperawatan yang akan
dilakukan adalah : ajarkan alih baring setiap 2 jam sekali, anjurkan pada klien untuk
minum banyak (10-12 gelas), menganjurkan pada klien untuk makan tinggi serat
(pepaya), kolaborasi pemberian obat laksatif.
Diagnosa keperawatan yang keempat : dengan tujuan dan kriteria hasil : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien mengatakan tahu tentang
penyakitnya dengan kriteria hasil klien tahu tentang penyakitnya, untuk intervensi atau
rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah : kaji tingkat pengetahuan tentang
penyakitnya. Berikan pendidikan kesehatan tentang penyakitnya, motivasi klien untuk
melakukan anjuran dalam pendidikan kesehatan, beri kesempatan untuk klien bertanya
tentang penyakitnya.
4.1.4. Implementasi Keperawatan

Pada implementasi dilakukan pada tanggal 10 Mei 2021 jam 09.00 wib
pada Ny M umur 26 tahun di ruang mawar rumah sakit bhayangkara kupang
dengan No. RM : 174955, implementasi yang dilakukan sebagai berikut :
Untuk diagnosa yang pertama mengkaji skala nyeri dengan respon klien
meliputi : subjektif : klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3
(skala nyeri 0-10). Objektif : klien terlihat rileks. Mengukur TTV dengan
respon klien meliputi : subjektif : tidak ada. Respon objektif : terukur TD :
120/90 /90 mmHg, N : 88 x/mnt, S : 36oC, RR : 22x/mnt, SpO2 99%,
mengajarkan teknik relaksasi dengan nafas dalam dengan respon klien
meliputi : subjektif : klien mengatakan mau diajari teknik relaksasi. Objektif :
klien terlihat mendemonstrasikan teknik yang diajarkan.
Untuk diagnosis yang kedua tindakan keperawatan pada tanggal 11
Mei 2021 diagnosis kekurangan nutrisi yang dihubungkan dengan anoreksia,
mual, muntah yaitu mengkaji penyebab mual dan muntah, mengkaji makanan
kesukaan, menyarankan mengkonsusmsi makanan lunak, menyarankan
menghidangkan makanan yang hangat, menyarankan mengkonsumsi makanan
sedikit tapi sering (Ida,2016).
Untuk diagnosa ketiga mengajarkan alih baring (untuk dilakukan klien
setiap 2 jam sekali) dengan respon klien meliputi subjektif : klien mengatakan
mau untuk melakukan alih baring, objektif : terlihat klien mendemonstrasikan
yang telah diajarkan, menganjurkan klien untuk minum yang banyak (10-12
gelas / hari) dengan respon klien meliputi subjektif : klien mengatakan mau
untuk memperbanyak minum, obyektif : klien terlihat minum air putih,
menganjurkan pada klien untuk makan tinggi serat (pepaya) dengan respon
klien meliputi subjektif : klien mengatakan mau makan makanan berserat,
objektif : klien terlihat makan buah (pepaya), kolaborasi pemberian obat
(laksatif) dengan respon klien meliputi subjektif : klien mengatakan mau
dimasukkan obat lewat anus, objektif : terlihat obat laksatif dimasukkan.
Untuk diagnosa ke empat ; memeberikan pendidikan kesehatan tentang
penyakit gastritis dengan respon klien meliputi subjektif : klien mengatakan
mau diberi pendidikan kesehatan tentang penyakit gastritis, objektif : klien
mendengarkan dan memperhatikan pendidikan kesehatan, memberikan
kesempatan kepada klien untuk bertanya dengan respon klien meliputi :
subjektif : klien bertanya tentang penatalaksanaan gastritis, objektif : terlihat
ekspesi ingin tahu. Memotivasi klien untuk melakukan anjuran dalam
pendidikan kesehatan dengan respon klien meliputi : subjektif : klien
mengatakan mau melakukan anjuran yang telah diberikan dalam pendidikan
kesehatan.

4.1.5. Evaluasi Keperawatan


Pada evaluasi asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 11 Mei 2021
jam 12.00 wib pada Ny M umur : 26 tahun di ruang mawar rumah sakit
bhayangkara kupang dengan No.RM 174955 ditemukan data sebagai berikut :
Hasil evaluasi pada setiap tindakan berdasarkan tindakan diagnosis yang
telah ditetapkan dengan mengunakan metode subjektif, objektif,
asesmen, planning (SOAP) :
Untuk diagnosa yang pertama dengan catatan perkembangan klien
meliputi : subjektif : klien mengatakan nyeri pada ulu hati berkurang setelah
diberikan obat ulsifur melalui IM, objektif : klien terlihat lemah. Analisa data :
masalah teratasi sebagian, planning : lanjutkan intervensi (mengkaji skala
nyeri). Evaluasi jam 16.30 wib meliputi data subjektif : klien mengatakan
nyeri pada ulu hati masih terasa, objektif : klien terlihat lemah. Analisa data :
masalah teratasi sebagian, planning : lanjutkan intervensi (mengkaji skala
nyeri).
Untuk diagnosis yang kedua hasil evaluasi pada setiap tindakn yang
ditetapkan dengan mengunakan metode subjektif, objektif, asesmen,
plening (SOAP) untuk diagnosis kekurangan nutrisi berhubungan dnegan
anoreksia mual munta Subjektif : pasien mengatakan tidak merasakan mual
atau munta berkurang , Objektif : pasien tampak menghabiskan porsi makan
yang disediakan, ungkapan nonverbal keinginan untuk mual tau munta
negatif . Asesment: masalah teratasi. Plening : intervensi di lanjutkan.
Untuk diagnosa yang ke tiga meliputi subjektif : klien mengatakan
mau melakukan anjuran yang diberikan agar dapat BAB dengan normal,
objektif : klien terlihat mendemonstrasikan yang telah diajarkan. Analisa data :
masalah belum teratasi, planning : ulangi intervensi (menganjurkan pada klien
untuk makan tinggi serat).
Untuk diagnosa yang keempat meliputi subjektif : klien mengatakan
belum tahu penyakit yang diderita sekarang, objektif : klien terlihat bingung /
cemas. Analisa data : masalah belum teratasi. Planning : lanjutkan intervensi.
(berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit gastritis, berikan kesempatan
klien untuk bertanya, motivasi klien untuk bertanya).

4.2. PEMBAHASAN
4.2.1. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian pada Ny M pada tanggal 6 mei 2021 yang


masuk di Rumah Sakit Bhayangkara Kupang dengan keluhan nyeri ulu hati dan
mual muntah, kepala terasa pusing ,perut kembung, nafsu makan menurun pada
saat melakukan pengkajian dengan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik dan juga menggali informasi dari pengalaman anggota keluarga untuk
mendapatkan informasi yang riil dan nyata di alami oleh klien.
Proses pengkjian ini sesuai dengan tahapan pengambilan data oleh
perawat dengan ditandai pengumpulan informasi yang bersifat terus menerus
dan sebagai keputusan profesional yang mengandung arti sebagai informasi yang
dikumpulkan. Pengumpulan data bersumber dari pasien maupun keluarga dengan
mekanisme wawancara, pemeriksaan fisik, serta pengalaman anggota keluarga
yang dilaporkan. Pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada Ny M sesuai
dengan teori yang telah di jabarkan tersebut di atas dengan menggunakan format
pengkajian keperawatan menurut Gordon (2017) dengan metode wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan juga menggali informasi dari pengalaman
anggota keluarga untuk memenuhi data dan informasi yang diperlukan
dalam proses asuhan keperawatan. Berdasarkan anamnesa pasien mengeluhkan
adanya nyeri ulu hati disertai mual dan muntah sebanyak dalam satu hari,
nyeri timbul rasanya perih dan seperti ditusuk-tusuk sejak 3 hari yang lalu
dan terjadi saat telat makan dan makan makanan pedas. Upaya untuk
meringankan klien mengkonsumsi milanta. Penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hidayah B, (2017). Bahwa pasien gastritis akan
mengalami nyeri perut bagian kiri dan menjalar hingga ke ulu hati, nyeri timbul
bila pasien telat makan. Nyeri yang timbul rasanya perih dan seperti ditusuk-
tusuk.
Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung
dari autodigesti oleh HCl dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak, maka terjadi
difusi HCl ke mukosa lambung dan HCl akan merusak mukosa. Keberadaan HCl
di mukosa lambung menstimulasi perubahan pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin
merangsang pelepasan histamin dari sel mast. Histamin akan menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari
intrasel ke ekstrasel dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga
timbul perdarahan pada lambung (Mawey, 2014 )
Selain itu, penulis melakukan observasi nafsu makan berkurang ,pasien
terlihat cemas dan pasien terlihat gelisah, klien bertanya-tanya tentang
penyakitnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa stres yang
berkepanjangan merupakan salah satu faktor pemicu karena mengakibatkan
peningkatan produksi asam lambung. Gastritis sering dihubungkan dengan
keadaan psikologis seseorang. Produksi asam lambung akan meningkat pada
keadaan stress, seperti beban kerja yang berlebihan, cemas, takut atau
terburu-buru. Kadar asam lambung yang meningkat akan menimbulkan
ketidaknyamanan pada lambung. Selain itu penulis mendapatkan data bahwa
pasien sering telat makan dan juga makan makanan pedas. Hal ini sesuai
pernyataan bahwa orang yang memiliki pola makan tidak teratur, mudah
terserang penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong,
atau ditundanya pengisian, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa
lambung, karena ketika kondisi lambung kosong, akan terjadi gerakan peristaltik
lambung bertambah intensif yang akan merangsang peningkatan produksi asam
lambung sehingga dapat timbul rasa nyeri diulu hati.

4.2.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosis keperawatan adalah suatu peryataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan, resiko perubahan pola) dari individu dimana perawat
secara akuntabilitas mengidentivikasi dan memberikan intervensi untuk menjaga
satatus kesehatan (Arifin,2016). Menurut Hadi,H (2017) pada klien gastritis
ditemukan diagnosis keperawatan sebagai berikut : 1) Nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera biologis 2) Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah. 3) Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktivitas yang di
tandai dengan konsistensi keras, klien mengatakan lebih banyak berbaring di
tempat tidur karena perut terasa sakit saat bergerak. 4) kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurang informasi yang di tandai dengan klien mengatakan
cemas, gelisah dank lien sering bertanya- tanya atas penyakit yang di deritanya.

4.2.3. Intervensi Keperawatan


Berdasarkan teori intervensi keperawatan menurut (NANDA, 2015, 2020)
bila dihubungkan dengan kasus yang terjadi pada Ny M diagnose keperawatan
yang muncul adalah:
Diagnosa keperawatan I: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologis Intervensi pada diagnosa ini disesuaikan dengan teori namun dipilah
sesuai dengan kondisi pasien.
Diagnosa keperawatan II : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Intervensi pada diagnosa ini disesuaikan dengan teori namun dipilah sesuai
dengan kondisi pasien.
Diagnosa keperawatan III : Konstipasi berhubungan dengan kurangnya
aktivitas yang di tandai dengan konsistensi keras, klien mengatakan lebih banyak
berbaring di tempat tidur karena perut terasa sakit saat bergerak. Intervensi
pada diagnosa ini disesuaikan dengan teori namun dipilah sesuai dengan kondisi
pasien.
Diagnosa keperawatan IV : kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi yang di tandai dengan klien mengatakan cemas, gelisah dank
lien sering bertanya- Tanya atas penyakit yang di deritanya. Intervensi pada
diagnosa ini disesuaikan dengan teori namun dipilah sesuai dengan kondisi
pasien.

4.2.4. Implementasi Keperawatan

Implementasi dilakukan pada Ny M adalah melaksanakan perencanaan


yang ditentukan sesuai dengan kondisi pasien yaitu : Diagnosa keperawatan I:
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis. Intervensi pada
diagnosa ini disesuaikan dengan teori namun dipilah sesuai dengan kondisi
pasien. Diagnosa keperawatan II : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Intervensi pada diagnosa ini disesuaikan dengan teori namun dipilah sesuai
dengan kondisi pasien. Diagnosa keperawatan III : Konstipasi
berhubungan dengan kurangnya aktivitas yang di tandai dengan konsistensi
keras, klien mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena perut
terasa sakit saat bergerak. Intervensi pada diagnosa ini disesuaikan dengan teori
namun dipilah sesuai dengan kondisi pasien. Diagnosa keperawatan IV : kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang di tandai dengan klien
mengatakan cemas, gelisah dank lien sering bertanya- Tanya atas penyakit yang di
deritanya. Intervensi pada diagnosa ini disesuaikan dengan teori namun dipilah
sesuai dengan kondisi pasien. Dari ke-4 diagnosa ini implementasi yang dilakukan
pada tanggal 7 Mei 2021 disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan
berdasarkan masalah keperawatan yang muncul dan dilakukan sesuai dengan
kondisi pasien.
4.2.5. Evaluasi Keperawatan

Diagnosa keperawatan I: Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera


biologis. Evaluasi pada diagnosa ini yaitu masalah belum teratasi. Diagnosa
keperawatan II : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
yang berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah. Evaluasi pada diagnosa
ini yaitu masalah belum teratasi. Diagnosa keperawatan III : Konstipasi
berhubungan dengan kurangnya aktivitas yang di tandai dengan konsistensi
keras, klien mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena perut
terasa sakit saat bergerak. Evaluasi pada diagnosa ini yaitu masalah belum
teratasi. Diagnosa keperawatan IV : kurang pengetahuan berhubungan dengan
kurang informasi yang di tandai dengan klien mengatakan cemas, gelisah dank
lien sering bertanya- tanya atas penyakit yang di deritanya. Evaluasi pada
diagnosa ini yaitu masalah belum teratasi.
BAB V
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa lambung. Secara
histopatologi dapat di buktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut. Jika gastritis menjadi berat makan akan timbul berbagai
komplikasi seperti terjadinya perdarahan pada lambung yang di tandai dengan
muntah darah, perdarahan pada mukosa lambung, anemia karena berkurangnya
kemampuan untuk mengabsorbsi vitamin B12 yang berfungsi dalam proses
pembekuan darah. Klien akan mengeluh nyeri pada bagian perut, mual, muntah,
perut menjadi kembung.
Gastritis dapat di obati dengan pemberian kpmbinasi antibiotic yang sesuai
dengan dosis ( tidak overdosis ). Dengan pemberian PPT untuk menurunkan
aktivitas dari bakteri Helycobacter pylori.
Sebagai perawat harus memberikan Health Education kepada klien dengan
cara menghindari alcohol, makanan pedas, asam, dan makanan lainnya yang dapat
mengiritasi lambung, tidak merokok, pola hidup yang baik, dan rajin berolahraga.
Proses keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan Sirosis Hepatis
dimulai dari pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
Pada diagnosa asuhan keperawatan pada pasien Ny M dengan Gastritis
diruang rawat inap mawar Rumah sakit Bhayangkara Titus Ully Kupang.
Dirumuskan IV diagnosa pada tinjauan kasus yaitu: Diagnosa keperawatan I:
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis Intervensi pada
diagnosa ini disesuaikan dengan teori namun dipilah sesuai dengan kondisi
pasien. Diagnosa keperawatan II : Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Intervensi pada diagnosa ini disesuaikan dengan teori namun dipilah sesuai
dengan kondisi pasien. Diagnosa keperawatan III : Konstipasi
berhubungan dengan kurangnya aktivitas yang di tandai dengan konsistensi
keras, klien mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena perut
terasa sakit saat bergerak. Intervensi pada diagnosa ini disesuaikan dengan teori
namun dipilah sesuai dengan kondisi pasien. Diagnosa keperawatan IV : kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang di tandai dengan klien
mengatakan cemas, gelisah dank lien sering bertanya- tanya atas penyakit yang di
deritanya. Intervensi pada diagnosa ini disesuaikan dengan teori namun dipilah
sesuai dengan kondisi pasien.
Intervensi keperawatan pada pasien Ny M dengan Gastritis di ruangan
mawar Rumah Sakit Bhayangkara Kupang semua perencanaan yang telah
direncanakan berdasarkan diagnose keperawatan diterapkan pada tinjauan kasus.
Implementasi keperawatan pada pasien Gastritis di ruangan mawar Rumah
Sakit Bhayangkara Kupang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di
tetapkan dan hampir semua intervensi dapat dilakukan.
Evaluasi pada pasien dengan Gastritis asuhan keperawatan pada pasien
dengan Gastritis diruang rawat inap mawar Rumah Sakit Bhayangkara Kupang
dapat dilakukan dan dari diagnosa hampir semua masalah teratasi dan pasien
Belum bisa pulang karena ada beberapa, masalah yang belum teratasi.

5.2.Saran
a) Bagi Mahasiswa:
Diharapkan mahasiswa dapat mencari informasi dan memperluas wawasan
mengenai Gastritis dengan karena adanya pengetahuan dan wawasan yang
luas mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan
memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai Gastritis
faktor-faktor pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus
tersebut.
b) Bagi Tempat Penelitian:
Diharapkan lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien Gastritis dan memberikan
pendidikan kesehatan pada pasien dengan Gastritis dalam hal terkait
penanganan serta pengobatan terutama program diet yang dianjurkan.
c) Bagi Perkembangan Imu Keperawatan:
Dengan karya ilmiah ini diharapkan dapat meningkatkan keefektifan
dalam belajar, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan mahasiswa
dalam mengaplikasikan studi yang didapatkan, serta untuk melengkapi
sumber-sumber buku perpustakaan sebagai bahan informasi dan referensi
dalam mendukung pembuatan karya ilmiah bagi mahasiswa semester akhir
DAFTAR PUSTAKA
Alimul,A.,dan Uliyah,M.2016.Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Manusia.
Jakarta: Salemba Medika
Anggraini,A.2015.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis
Di Puskesmas Rengat Kabupaten Indra giri Hulu [skripsi].Pekan
baru(ID):STIKes Payung Negeri Pekan baru.
World Health Organization, (2018). Data Kesehatan Dunia.
Kementrian Kesehatan, (2017 ).Data Jumlah Kasus Gastritis di Indonesia.
Utami,A.D.,danI.R.Kartika.2018.Terapi Komplementer Guna Menurunkan Nyeri
Pasien Gastritis:Literatur Review REAL in Nursing Journal
(RNJ).Vol.1 (no.3): 127.
Khanza, N.,N.Isnan dari.danO.P.Lestari. 2017. Asuhan Keperawatan Pasien
Gastritis [skripsi]. Klaten (ID): STIKes Muhammadiyah Klaten.
Mutaqqin, A., dan K. Sari. 2013. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta:
SalembaMedika.
Rika.2016.HubunganAntara Pengetahuan DanPerilakuPencegahan GastritisPada
Mahasiswa Jurusan Keperawatan [skripsi]. Makassar (ID): UIN
Allauddin Makassar.
Rukmana,L.2018.Faktor FaktorYang Mempengaruhi Kekambuhan Gastritis Di
SMAN 1
Ngaglik[skripsi].Yogyakarta(ID):UniversitasAisyiyahYogyakarta.
LeMone P,Karene,dan Gerene.2016.Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedahedisi5 Vol. 1. Jakarta: EGC.
Mubarak.,Indrawati,danJ.Susanto.2015.Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Sudoyo,A.W.,Setiyohadi,B.,Alwi,I.,Simadibrata K,M.,&Setiadi,S.2010.
Purba dan Tafrina.2017.Asuhan Keperawatan PadaNy.P Dengan Prioritas Masal
ah
Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri Gastritis di LingkunganWI Keluraha
n Sari Rejo
Kecamatan Medan Polonia.Repositori Institusi  USU  Universitas
Sumatera Utara
Nursalam.(2016).Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik
Bestari, Muhammad Begawan. 2015. Penatalaksanaan Gastroesofageal Reflux
Disease (GERD). Divisi Gastroentero-Hepatologi, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran / RS Dr.
Hasan Sadikin Bandung CDK 188 / vol. 42 no. 7 / November 2015.
Sujono, Hadi.  2014. Gastroenterologi Edisi VII. Bandung: Penerbit PT Alumni.
Yusuf, Ismail. 2013. Diagnosis Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) Secara
Klinis.PPDS Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Vol. 22, No.3, Edition
September - November 2013.

Anda mungkin juga menyukai