KATA PENGANTAR
1
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah Konsep Evidence
based midwfery practice
. Makalah ini disusun dengan harapan dapat dijadikan sebagai bahan ajar
untuk Mata Kuliah Profesionalisme Kebidanan bagi mahasiswa yang mengikuti
pendidikan DIV Kebidanan.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami
menyadari keterbatasan kami selaku penulis, oleh karena itu demi
pengembangan kreatifitas dan penyempurnaan makalah ini, kami
mengharapkan saran dan masukan dari pembaca maupun para ahli, baik dari
segi isi, istilah serta pemaparannya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas
budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan
dalam menyelesaikan makalah ini.Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi para pembaca.Amin.
Daftar Isi
2
Judul.................................................................................................................1
Kata Pengantar.................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................3
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang….............................................................................................4
Rumusan Masalah............................................................................................4
Tujuan /Manfaat...............................................................................................4
Bab II Pembahasan
.......................................................10
Kesimpulan.......................................................................................................11
Daftar Pustaka................................................................................................12
BAB I
3
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Tidak semua informasi yang didapatakan bisa dipercaya dan digunakan sebagai
bagai bahan pertimbangan dalam menentukan terapi untuk pasien. Keterampilan
memperoleh informasi dengan cepat dan tepat melalui internet akan sangat
menunjang tugas dan tanggung jawab farmasis dalam praktik
profesionalismenya. Informasi dapat diperoleh darimana saja, baik internet,
jurnal publikasi ilmiah, buku terbaru, cerita tenaga kesehatan lain, maupun
seminar kesehatan yang diselenggarakan.
2.RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN
BAB II
4
PEMBAHASAN
1. Pengertian evidence
Suatu istilah yang luas yang digunakan dalam proses pemberian informasi
berdasarkan bukti dari penelitian (Gray, 1997). Jadi, Evidence based Midwifery
adalah pemberian informasi kebidanan berdasarkan bukti dari penelitian yang
bisa dipertanggung jawabkan. Praktik dalam kebidanan yang di utamakan
adalah lebih didasarkan pembuktian ilmiah hasil observasi/penelitian dan
pengalaman praktik terbaik dari semua para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi.
Secara prinsip yang menjadi dasar praktik evidence based health careadalah
bahwa setiap perilaku atau tindakan medis harus dilandasi suatu bukti ilmiah
yang telah diuji kebenaran dan tingkat kemanfaatannya untuk pasien. Bagi
farmasis, segala tindakan dalam rangka pengobatan, pemmilihan jenis obat,
penilihan jenis sediaan dan cara pemberian obat, maupun konsultasi tentang
obat harus didasarkan bukti ilmiah yang sudah valid, terkini dan bermanfaat.
5
LANGKAH LANGKAH EVIDENCE BASED MEDICINE
6
pertanyaan tersebut. Untuk ini diperlukan keterampilan penelusuran informasi
ilmiah (searching skill) serta kemudahan akses ke sumber-sumber informasi.
Penelusuran kepustakaan dapat dilakukan secara manual di perpustakaan-
perpustakaan Fakultas Kedokteran atau rumahsakit-rumahsakit pendidikan
dengan mencari judul-judul artikel yang berkaitan dengan permasalahan yang
ada dalam jurnal-jurnal.
Pada saat ini terdapat lebih dari 25.000 jurnal biomedik di seluruh dunia yang
dapat di-akses secara manual melalui bentuk cetakan (reprint). Dengan
berkembangnya teknologi informasi, maka penelusuran kepustakaan dapat
dilakukan melalui internet dari perpustakaan, kantor-kantor, warnet-warnet
(warung internet), bahkan di rumah, dengan syarat memiliki komputer dan
seperangkat modem, serta saluran telepon untuk mengakses internet
Dalam tahap ini seorang klinisi atau praktisi dituntut untuk dapat melakukan
penilaian (appraisal) terhadap hasil-hasil studi yang ada. Tujuan utama dari
penelaahan kritis ini adalah untuk melihat apakah bukti-bukti yang disajikan
valid dan bermanfaat secara klinis untuk membantu proses pengambilan
keputusan. Hal ini penting, mengingat dalam kenyataannya tidak semua studi
yang dipublikasikan melalui majalah (jurnal-jurnal) internasional memenuhi
kriteria metodologi yang valid dan reliabel.
Untuk mampu melakukan penilaian secara ilmiah, seorang klinisi atau praktisi
harus memahami metode yang disebut dengan “critical appraisal” atau
“penilaian kritis” yang dikembangkan oleh para ahli dari Amerika Utara dan
Inggris. Critical appraisal ini dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan kunci
untuk menjaring apakah artikel-artikel yang kita peroleh memenuhi kriteria
sebagai artikel yang dapat digunakan untuk acuan.
7
Dalam Tabel Levels of evidence dipresentasikan derajat evidence, yaitu
kategorisasi untuk menempatkan evidence berdasarkan kekuatannya.
Evidence level 1a, misalnya, merupakan evidence yang diperoleh dari meta-
analisis terhadap berbagai uji klinik acak dengan kontrol (randomized
controlled trials). Evidence level 1a ini dianggap sebagai bukti ilmiah dengan
derajat paling tinggi yang layak untuk dipercaya
Tahap ini harus dilakukan untuk mengetahui apakah current best evidence yang
digunakan untuk pengambilan keputusan terapi bermanfaat secara optimal bagi
pasien, dan memberikan resiko yang minimal. Termasuk dalam tahap ini adalah
mengidentifikasi evidence yang lebih baru yang mungkin bisa berbeda dengan
apa yang telah diputuskan sebelumnya. Tahap ini juga untuk menjamin agar
intervensi yang akhirnya diputuskan betul-betul memberi manfaat yang lebih
besar dari resikonya (“do more good than harm”). Rekomendasi mengenai
keputusan terapi yang paling baik dibuat berdasarkan pengalaman klinik dari
kelompok ahli yang menyusun pedoman pengobatan.
8
kesehatan terbaik dapat ditingkatkan. Semua pihak sependapat bahwa pelayanan
kesehatan disediakan berdasarkan kebutuhan dibandingkan berdasarkan
ketersediaan. Para bidan di Belanda mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan mutu organisasi, Royal Dutch Midwifery Association
(KNOV) menyusun suatu sistem mutu untuk mengembangkan organisasi secara
sistematis dan pengadaan pelayanan kebidanan.
Pada penelitian yang dilakukan pada 2004 di Belanda, data dikumpulkan dari
358 responden yang merupakan ibu muda dari 57 bidan. Kuesioner yang
dipergunakan memuat berbagai aspek meliputi; prenatal, natal, periode post
partum, dan memuat dua pertanyaan terbuka.
Sebanyak 312 responden berpartisipasi dalam penelitian ini dan diperoleh data
berupa daftar sebanyak 870 aspek yang dihargai oleh responden dalam
perawatan kebidanan yang mereka peroleh. Berikut adalah aspek-aspek
tersebut; sopan santun (337 pernyataan positif), kompetensi profesional (224
pernyataan positif), dukungan (57 pernyataan positif). Aspek-aspek tersebut
dapat dikategorikan sebagai kekuatan dalam pelayanan asuhan kebidanan.
Namun, 177 responden memberikan pernyataan negatif yang memerlukan
perbaikan lebih lanjut terkait aspek-aspek tersebut, yakni; dimensi organisasi
(65 pernyataan negatif), kebijakan (62 pernyataan negatif), dan informasi (46
pernyataan negatif).
9
suatu strategi yang berfokus pada pasien dapat dikembangkan dan tidak hanya
mengacu pada kebijakan mutu Royal Dutch Midwifery Association (KNOV).
BAB III
10
PENUTUP
Kesimpulan
Langkah awal dan utama untuk memperbaiki adalah kembali lagi kita
melakukan evaluasi dan pemetaan. Baik pemerintah pusat melalui kementerian
kesehatan maupun pemerintah daerah dengan dinas kesehatannya, marilah
kitamempelajarin lebih lanjutnya mengenai 1. perinsip dalam evidence based
midwifery care
Secara prinsip yang menjadi dasar praktik evidence based health careadalah
bahwa setiap perilaku atau tindakan medis harus dilandasi suatu bukti ilmiah
yang telah diuji kebenaran dan tingkat kemanfaatannya untuk pasien. Bagi
farmasis, segala tindakan dalam rangka pengobatan, pemmilihan jenis obat,
penilihan jenis sediaan dan cara pemberian obat, maupun konsultasi tentang
obat harus didasarkan bukti ilmiah yang sudah valid, terkini dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
11
Evidence based midwifery di royal college midwivesinggris :
http://www.rcm.org.uk/ebm/volume-11-2015/volume
12