Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM

MUSKULOSKELETAL PADA Tn R DENGAN DIAGNOSA


MEDIS FRAKTUR CERVICAL

Disusun oleh :

Wenie
2017.C.09a.0913

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
T.A 2020/2021
i

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini di susun oleh :

Nama : Wenie

NIM : 2017.C.09a.0913

Program Studi : Sarjana Keperawatan

Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. J


Dengan Diagnosa Medis Fraktur Cervical Pada Sistem
Muskuloskeletal.

Telah Melakukan Asuhan Keperawatan Sebagai Persyaratan Untuk


Menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan II Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.
ii

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Mengetahui
Ketua Program Studi S1
Keperawatan Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep Kristinawati, S.Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Fraktur Cervical Pada Tn.J pada Sistem
Muskuloskeletal”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK
2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawati, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners selaku Koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan 2.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 10 November 2020

Penyusun
2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi. Fraktur
adalah terputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
ruda paksa. Sehingga Fraktur servikal adalah suatu keadaan cedera pada tulang
belakang servikal dan medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi,
subluksasi, atau fraktur vertebra servikalis dan ditandai dengan kompresi pada
medula spinalis daerh servikal. Dislokasi servikal adalah lepasnya salah satu
struktur dari tulang servikal. Subluksasi servikal merupakan kondisi sebagian dari
tulang servikal lepas. Fraktur servikal adalah terputusnya hubungan dari badan
tulang vertebra servikalis (Muttaqin, 2011).Cedera tulang belakang adalah cedera
mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma, jatuh dari ketinggian,
kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dsb ( Sjamsuhidayat, 2013).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012
jumlah kasus fraktur ada 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin
tinggi pada tahun 2025 dengan jumlah 1,15 milyar kasus atau sekitar 29% dari
total penduduk dunia. Sebanyak 95% pasien di Indonesia memiliki riwayat
penyakit brbagai macam fraktur. Lebih dari 17% fraktur distal humerus pada
populasi pediatri , dan merupakan kasus kedua terbanyak pada fraktur elbow
(setelah supracondylar). Seringkali terjadi pada pasien usia 6 tahun (Hefti, 2007).
Fraktur tulang leher merupakan suatu keadaan darurat medis yang
membutuhkan perawatan segera. Spine trauma mungkin terkait cedera saraf
tulang belakang dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, sehingga sangat penting
untuk menjaga leher .Fraktur ini sering terjadi pada anak karena kondisi tulang
masih sangat rawan untuk tumbuh dan berkembang. Fraktur tulang leher sangat
berbahaya karena bisa mengganggu sistem saraf yang terdapat pada vertebra. Hal
ini bias mengakibatkan gangguan-gangguan neurologis. Bahkan fraktur pada
tulang leher bisa menyebabkan seorang anak mengalami lumpuh.
3

Penanganan segera pada klien dengan masalah fraktur adalah dengan


mengimbolisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah
fiksasi interna melalui oprasi Orif. Penanganan tersebut dilakukan untuk
mencegah terjadinya koplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga faktor
utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi.
.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pembahasan di atas “Bagaimana pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Fraktur Cervical Di rumah
sakit mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi sampai dengan
evaluasi keperawatan? ”

.3 Tujuan Penulisan
.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Fraktur Cervical Di rumah
sakit dengan menggunakan proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan
evaluasi keperawatan.
.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengkajian pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Fraktur Cervical Di rumah sakit.
1.3.2.2 Mengidentifikasi diagnosa pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Fraktur Cervical Di rumah sakit.
1.3.2.3 Mengidentifikasi intervensi pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Fraktur Cervical Di rumah sakit.
1.3.2.4 Mengidentifikasi implementasi pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Fraktur Cervical Di rumah sakit.
1.3.2.5 Mengidentifikasi evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang dilakukan
pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Fraktur Cervical Di rumah
sakit.
.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan Keperawatan
Laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan
dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada klien Fraktur
4

Cervical yang digunakan dalam peningkatan profesi keperawatan dan pelayanan


kesehatan.
1.4.2 Bagi Pengembangan IPTEK
Dengan adanya laporan studi kasus diharapkan dapat menimbulkan ide-ide
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan
terutama penembangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan konsep
pendekatan proses keperawatan.
1.4.3 Bagi Institusi
1.4.3.2 Pendidikan
Sebagai tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
terhadap ilmu keperawatan dan pendokumentasian proses keperawatan khususnya
bagi mahasiswa STIKES Eka Harap Palangka Raya dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien Fraktur Cervical sehingga dapat diterapkan di masa yang
akan datang.
1.4.3.2 Rumah Sakit
Memberikan kerangka pemikiran ilmiah yang bermanfaat bagi rumah sakit
dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan memberikan gambaran
pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Fraktur Cervical.
1.4.3.3 Bagi Profesi
Asuhan keperawatan dengan klien Fraktur Cervical ini diharapkan dapat
memberikan masukan sebagai salah satu referensi bagi perawat untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi. Fraktur
adalah terputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
ruda paksa. Sehingga Fraktur Cervical dapat dikatakan fraktur Klavikula adalah
patah tulang pada tulang klavikula atau tulang selangka. Hal ini sering disebabkan
akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik(outstrechedhead), posisi jatuh
bertumpu ke bahu atau pukulan langsung ke klavikula. [ CITATION Her10 \l 1057 ].
Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat
beban berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias
menyebabkan terputusnta kontinuitas tulang tersebut (Dokterbujang, 2012).
Fraktur tulang leher merupakan suatu keadaan darurat medis yang
membutuhkan perawatan segera. Spine trauma mungkin terkait cedera saraf
tulang belakang dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, sehingga sangat penting
untuk menjaga leher .Fraktur ini sering terjadi pada anak karena kondisi tulang
masih sangat rawan untuk tumbuh dan berkembang. Fraktur tulang leher sangat
berbahaya karena bisa mengganggu sistem saraf yang terdapat pada vertebra. Hal
ini bias mengakibatkan gangguan-gangguan neurologis. Bahkan fraktur pada
tulang leher bisa menyebabkan seorang anak mengalami lumpuh (Dokter bujang,
2012).

4
5

Fraktur Cervical berkekuatan-tinggi merupakan cedera yang membahayakan


jiwa. Perdarahan luas sehubungan dengan Fraktur Cervical relatif umum namun
terutama lazim dengan fraktur berkekuatan-tinggi. Kira-kira 15–30% pasien
dengan cedera clavicula berkekuatan-tinggi tidak stabil secara hemodinamik, yang
mungkin secara langsung dihubungkan dengan hilangnya darah dari cedera
clavicula. Perdarahan merupakan penyebab utama kematian pada pasien dengan
Fraktur Cervical, dengan keseluruhan angka kematian antara 6-35% pada Fraktur
Cervical berkekuatan-tinggi rangkaian besar [ CITATION Gan08 \l 1057 ].
2.1.2 Anatomi Fisiologi

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus


pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah tulang dan
jaringan ikat yang menyusun kurang lebih 25 % berat badan dan otot menyusun
kurang lebih 50%. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon,
ligament, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur
ini. (Price,S.A,1995 :175). System musculoskeletal terdiri dari:
2.1.2.1 Tulang
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang
terdiri atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan
mineral terutama calsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33%.
2.1.2.2 Fungsi dari tulang adalah sebagai berikut :
1.      Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2.      Melindungi organ tubuh (jantung, otak, paru-paru, dan jaringan lunak).
3.      Memberikan pergerakan (otot berhubungan dengan kontraksi dan
pergerakan).
4.      Membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang (hematopoesis).
6

5.      Menyimpan garam-garam mineral (kalsium, fosfor, magnesium dan fluor).


2.1.2.3 Struktur tulang
Tulang diselimuti di bagian luar oleh membran fibrus padat disebut periosteum.
Periosteum memberikan nutrisi pada tulang dan memungkinkan tumbuh, selain
sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament. Periosteum mengandung saraf,
pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang terdekat mengandung osteoblast .
Dibagian dalamnya terdapat endosteum yaitu membran vascular tipis yang
menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga dalam tulang kanselus.
Osteoklast terletak dekat endosteum dan dalam lacuna howship (cekungan pada
permukan tulang).
Sumsum tulang merupakan jaringan vascular dalam rongga sumsum (batang)
tulang panjang dan tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama terletak di
sternum, ilium, vetebra dan rusuk pada orang dewasa, bertanggungjawab dalam
produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewasa tulang panjang terisi oleh
sumsum lemak kuning. Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang baik.
Tulang kanselus menerima asupan darah melalui pembuluh metafis dan epifis.
Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui kanal
volkman. Selain itu terdapat arteri nutrient yang menembus periosteum dan
memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrient
memasok darah ke sumsum tulang, System vena ada yang keluar sendiri dan ada
yang mengikuti arteri.
2.1.2.4 Tulang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :
1) Osteoblas
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matrik
tulang. Matrik tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar
(glukosaminoglikan/ asam polisakarida dan proteoglikan). Matrik tulang
merupakan kerangka dimana garam garam mineral ditimbun terutama calsium,
fluor, magnesium dan phosphor.
2) Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai pemeliharaan fungsi
tulang dan terletak pada osteon (unit matrik tulang). Osteon yaitu unit fungsional
mikroskopik tulang dewasa yang di tengahnya terdapat kapiler dan disekeliling
7

kapiler tedapat matrik tulang yang disebut lamella. Di dalam lamella terdapat
osteosit, yang memperoleh nutrisi lewat prosesus yang berlanjut kedalam
kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang
terletak kurang lebih 0,1 mm).
3) Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang. Tidak seperti
osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang.
Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan peralihan tulang
(resorpsi dan pembentukan tulang). Kalium dalam tubuh orang dewasa diganti
18% pertahun.

.1.1 Gambar 1.1 struktur tulang


2.1.2.5 Etiologi
1. Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada
tempat tersebut.
2. Trauma tidak langsung: bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya
fraktur berjauhan.
3. Proses penyakit: kanker dan riketsia.
4. Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat
mengakibatkan fraktur kompresi tulang belakang.
5. Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga
dapat menyebabkan fraktur (misal; elektrik shock dan tetani).

.1.3 Tanda dan Gejala


Menurut Gloria N. Dkk 2013, fraktur pada servikal sering merupakan
bagian dari salah satu trauma dengan tulang yang lain tempat
8

menyambungnya kedua tulang tersebut. Keluhan berupa gejala


pembengkakan, deformitas.
Pasien tidak mengalami syok berat tetapi merasa nyeri bila berusaha
berjalan. Terdapat nyeri tekan dan bengkak pada siku bagian media, Nyeri saat
flexi dan extensi terutama saat extensi dengan tahanan saat flexi pergelangan
akibat tarikan dari origo flexor group muscle. Deformitas dapat juga dilihat jika
posisi fraktur bergeser. Dapat juga disertai dengan parese dari nervus ulnaris,
berupa partial claw hand digiti 4 dan 5 serta tidak dapat adduksi dari ibu jari.
Ada juga pasien mengalami syok berat, sangat nyeri dan tidak dapat berdiri, serta
juga tidak dapat kencing. Kadang – kadang ada juga terjadi tahanan saat flexi-
extensi dari siku karena fragmen tulang masuk dan mengganjal sendi..

.1.4 Patofisiologi
Apabila tulang hidup normal dan mendapat kekerasan yang cukup
menyebabkan patah, maka sel-sel tulang akan mati. Perdarahan biasanya terjadi
disekitar tempat patah dan kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut.
Jaringan lunak biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat
timbul setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mati berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darah di tempat tersebut. Fagositosis dan
pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk bekuan fibrin
(hematom fraktur) dan berfungsi sebagai jalan untuk melekatnya sel-sel baru.
Aktifitas osteoblas segera terangsang dan membentuk tulang baru imatur yang
disebut kalus. Bekuan fibrin di reabsorbsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan
lahan mengalami remodeling untuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan
kalus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi. Penyembuhan memerlukan
beberapa minggu sampai beberapa bulan (Corwin 2009).
WOC FRAKTUR 4

Trauma Gerakan pintir mendadak Kontraksi otot ekstem Keadaan patologis

Fraktur Cervical MRS MK : Ansietas

Diskontiunitas tulang Pergeseran fragmen tulang

BI B2 B3 B4 B5 B6

Perubahan jaringan Perubahan jaringan Pergeseran fragmen Perubahan jaringan Perubahan Perubahan
tulang sekitar Retensi produk jaringan sekitar
sekitar sekitar jaringan sekitar

Spasme otot Inflamasi Laserasi kulit


Laserasi kulit Ggn. Pergeseran Laserasi kulit
Metabolisme fragmen tulang
Merangsang Terputusnya vena /
Terputusnya vena/ Peningkatan tekanan lemak
Ada luka terbuka
neurotransmiter arteri
arteri kapiler Nyeri saat
beraktifitas
Hipotalamus Mual, muntah Sebagai media
perdarahan Pelepasan histamin perdarahan
masuknya virus
Aktivitas penyebab infeksi
terhambat
Suplai O2 oleh darah Reseptor nyeri Perdarahan MK. Defisit
Protein plasma hilang
Nutrisi
MK : Gangguan MK : Risiko
Edema Persepsi nyeri Kehilangan volume integritas Infeksi
Kebutuhan O2
cairan kulit/jaringan
Penekanan pembuluh MK : Nyeri Akut
Takipnea, dispnea
darah
MK : Kekurangan
MK: Ketidakefektifan Volume Cairan Ilyas 2015, Egot et al, 2015
perfusi jaringan
Pola Napas

MK : Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Perifer.
8

.1.5 Pemeriksaan Diagnostik


2.1.5.1 Laboratorium:
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui: Hb, hematokrit sering
rendah akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan
jaringan lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meningkat di
dalam darah.
2.1.5.2 CT scan
Sebuah mesin CT scan khusus menggunakan komputer untuk mengambil
gambar dari klavikula Pasien. Pasien mungkin akan diberi pewarna sebelum
gambar diambil. Pewarna biasanya diberikan dalam pembuluh darah Pasien
(Intra Vena). Pewarna ini dapat membantu petugas melihat foto yang lebih
baik. Orang yang alergi terhadap yodium atau kerang (lobster, kepiting, atau
udang) mungkin alergi terhadap beberapa pewarna. Beritahu petugas jika
Pasien alergi terhadap kerang, atau memiliki alergi atau kondisi medis
lainnya.
2.1.5.3 Magnetic resonance imaging scan/ MRI
MRI menggunakan gelombang magnetik untuk mengambil gambar tulang
selangka/ klavikula, tulang dada, dan daerah bahu. Selama MRI, gambar
diambil dari tulang, otot, sendi, atau pembuluh darah. Pasien perlu berbaring
diam selama MRI.
2.1.5.4 X-ray
X-ray digunakan untuk memeriksa patah tulang atau masalah lain. X-ray
dari kedua klavikula Pasien terluka dan terluka dapat diambil.
.1.6 Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan pada fraktur klavikula ada dua pilihan yaitu dengan
tindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau
nonoperative treatment.
Tujuan dari penanganan ini adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari
patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar
mereka tetap menempelsebagaimana mestinya sehingga tidak terjadi
deformitas dan proses penyembuhan tulang yang mengalami fraktur lebih cepat.
Proses penyembuhan pada Fraktur Cervical memerlukan waktu yang cukup lama.
9

Penanganan nonoperative dilakukan dengan pemasangan silang selama 6 minggu.


Selama masa ini pasien harus membatasi pergerakan bahu, siku dan tangan.
Setelah sembuh, tulang yang mengalami fraktur biasanya kuat dan kembali
berfungsi. Pada beberapa patah tulang, dilakukan pembidaian untuk membatasi
pergerakan. atau mobilisasi pada tulang untuk mempercepat proses penyembuhan.
Bagian tulang lainnya harus benar-benar tidak boleh digerakkan (immobilisasi).
Imobilisasi bisa dilakukan melalui:
1. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang
Pemasangan gips merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah.
Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau
strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke
belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap
klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi
terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua
lengan harus dipantau.
2. Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada
tempatnya.
3. Fikasasi :
a. Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan (plate) atau
batanglogam pada pecahan-pecahan tulang atau sering disebut open reduction
with internal fixation (ORIF).
b. Fiksasi eksternal : Immobilisasi lengan atau tungkai dapat menyebabkan otot
menjadi lemah dan menciut. Karena itu sebagian besar penderita perlu menjalani
terapi fisik
Pada prinsipnya penanganan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai penyembuhan
tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan sisa kelainan bentuk.
Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani
dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya
ligamen korakoklavikular, akan terjadi pergeseran yang harus ditangani dengan reduksi terbuka
dan fiksasi interna. Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan latihan gerakan
tapi harus menghindari aktivitas yang berat. Tindak lanjut perawatan dilakukan dengan
pemantauan yang dijadwalkan1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk menilai gejala klinis dan
10

kemudiansetiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis. Pemeriksaan foto rontgen
tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan
tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke - 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase
remodeling pada proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah
berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan
kekuatan kembali normal. Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).
Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangirasa nyeri. Obat-obat
yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik antiinflamasi seperti acetaminophen dan
codeine dapat juga obat golongan NSAIDs seperti ibuprofen.
1.1.7 Komplikasi
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis, cedera vena
atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan malunion (penyimpangan penyatuan).
Malunion merupakan masalah kosmetik bila pasien memakai baju dengan leher rendah.
(Egol et al, 2015).
Komplikasi akut :
- Cedera pembuluh darah
- Pneumouthorax
- Haemothorax
Komplikasi lambat :
- Mal union : proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun
tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
- Non union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan
11

.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupak dasar proses
keperawatan diperlukan pengkajian yang cermat untuk mengenal masalah
klien agar dapat memberikan rah kepada tindakan keperawatan.
Keberhasilan keperawatan sanagat tergantung kepada kecermatan dan
ketelitian dalam pengkajian. Tahap pengkajian ini terdiri dari empat
komponen antara lain :
Pengelompokan data, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan.
Data dasar pengkajian klien :
1. Aktivitas/istirahat
Tanda: Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
(mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau trjadi secara sekunder, dari
pembengkakan jaringan, nyeri)
2. Sirkulasi
Gejala: Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap
nyeri/ansietas), atau hipotensi (kehingan darah)
3. Neurosensori
Gejala : Hilang gerak/sensasi,spasme otot, Kebas/kesemutan (parestesis)
Tanda: Demormitas local; angulasi abnormal, pemendakan, ratotasi,
krepitasi (bunyi berderit, spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang
fungsi).
4. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera (mungkin terlokalisasi pada
ara jaringan/kerusakan tulang; dapat berkurang pada imobilisasi) tak ada
nyeri akibat kerusakan saraf.
5. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Lingkungan cidera
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : femur 7-8 hari,
panggul/ clavicula 6-7 hari, lain-lainya 4 hari bila memerlukan perawatan
dirumah sakit
12

.2.2 Diagnosa Keperawatan


Penentuan diagnosa keperawatan harus berdasarkan analisa data dari
hasil pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di
kelompokkan menjadi diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan.
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
dengan tumor abdomen antara lain :
1) Pre Operasi
a) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan integritas
struktur tulang, gangguan metabolisme sel, kerusakan muskuloskletal
dan neuromuskuler, nyeri.
b) Nyeri (akut) b/d ada nya cidera fraktur.
c) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka.
d) Ketidakefektifan pola nafas
e) Ketidakefektifan fungsi perifer
2) Post Operasi
a) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan volume cairan.
b) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
tindakan operasi.
c) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka.
d) Defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
e) Gangguan intregitas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.
13

.2.3 Intervensi Keperawatan


Pre operasi
1 Nyeri akut berhubungan dengan setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri SIKI (I.08238 Hal 201)
kerusakan kulit atau jaringan. selama 1x7 jam diharapkan nyeri klien Observasi :
SDKI (D.0077 Hal 172) berkurang. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Kriteria hasil : SLKI (L.08066 Hal 145) durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
1. Keluhan nyeri menurun (5) nyeri
2. Meringis menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
3. Kesulitan tidur menurun (5) 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaa terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi respon nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik.
14

Terapeutik :
1. Berikan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Anjurkan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
15

perlu

2 Gangguan integritas kulit Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan integritas kulit SIKI (I.11353
berhubungan dengan kerusakan selama 1x7 jam diharapkan integritas kulit Hal 316)
mekanis dari jaringan sekunder dan jaringan klien meningkat Observasi :
akibat tekanan dan gesekan. Kriteria hasil : SLKI (L.14125 Hal 33) 1. Identifikasi penyebab gangguan
(D.0129 Hal 282). 1. Perfusi jaringan meningkat (5) integritas kulit
2. Kerusakan jaringan menurun (5) Terapeutik :
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
3. Keruskan lapisan kulit menurun (5) baring
4. Perdarahan menurun (5) 2. Lakukan pemujatan pada area
penonjolan tulang, bila perlu
5. Suhu kulit membaik (5)
3. Bersihkan parineal dengan air
hangat, terutama selama periode
diare
4. Gunakan produk berbahan petrolium
atau minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk berbahan ringan
atau alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
6. Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
Edukasi :
16

1. Anjurkan menggunakan pelembab


2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah
dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu
ekstrim
6. Anjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada di luar
rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya

3 Defisit nutrisi berhubungan setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi. SIKI (I.03119 Hal
dengan ketidakmampuan selama 1x7 jam diharapkan status nutrisi 200)
mengabsorbsi nuttrien. SDKI (D . klien membaik. Observasi :
0019 Hal 56). Kriteria hasil : SLKI (L.03030 Hal 121) 1. Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makanan yang dihabiskan
meningkat (5) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
2. Pengetahuan tentang standar asupan
nutrisi yang tepat meningkat (5) 3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
17

3. Indeks masa tubuh membaik (5) jenis nutrien


4. Nafsu makan membaik (5) 5. Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik
5. Bising usus membaik (5)
6. Monitor asupan makanan
6. Frekuensi makan membaik (5)
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboraturium
Terapeutik :
1. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, bila perlu
2. Fasilitasi menetukan pedoman diet
3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, bila
perlu
7. Hentikan pemberian makanan
18

melalui selang nasogatrik jika asupan


oral dapat ditoleransi
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,bila perlu

4 Risiko Infeksi Behubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan Infeksi. SIKI (I.14539 Hal
Dengan Ketidakadekuatan selama 1x7 jam diharapkan tingkat infeksi 278)
Pertahanan Tubuh Primer: klien menurun. Observasi :
Kerusakan Integritas Kulit Kriteria hasil ; SLKI (L.14137 Hal 139) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
(D.0142 Hal 304) 1. Demam menurun (5) lokal dan sistemik
2. Kemerahan menurun (5) Terapeutik :
1. Batasi jumlah pengunjung
3. Nyeri menurun (5)
2. Berikan perawatan kulit pada area
4. Bengkak menurun (5) edema
5. Kultur area luka membaik (5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
19

lingkungan pasien
4. Pertahankan tehnik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi

5 Perfusi perifer tidak efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen hipovolemia. SIKI (I.02079
selama 1x7 jam diharapkan perfusi perifer Hal 345)
berhubungan dengan sirkulasi
membaik. Observasi :
perifer tidak efektif (D.0009 Hal Kriteria hasil ; SLKI (L.14137 Hal 139) 1. Periksa sirkulasi perifer
1. Penyembuhan luka meningkat (5)
37) 2. Identifikasi factor resiko gangguan
20

2. Warna kulit pucat menurun (5) sirkulasi


3. Nyeri ektremitas menurun (5) 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada ekstremitas
4. Kelemahan otot menurun (5)
Terapeutik :
5. Tekanan darah sistolik memaik (5) 1. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah di area
6. Tekanan darah diastolic membaik (5)
keterbatasan perfusi
2. Lakukan pencegahan infeksi
3. Lakukan perawatan kaki dan kuku
Edukasi :
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
4. Anjurkan program rehabilitasi
vascular

Post Operasi
1. Gangguan integritas kulit Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan integritas kulit SIKI (I.11353
berhubungan dengan selama 1x7 jam diharapkan integritas kulit Hal 316)
dan jaringan klien meningkat Observasi : 12
21

kerusakan mekanis dari Kriteria hasil : SLKI (L.14125 Hal 33) 2. Identifikasi penyebab gangguan
jaringan sekunder akibat 6. Perfusi jaringan meningkat (5) integritas kulit
tekanan dan gesekan. 7. Kerusakan jaringan menurun (5) Terapeutik :
(D.0129 Hal 282). 7. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
8. Keruskan lapisan kulit menurun (5)
8. Lakukan pemujatan pada area
9. Perdarahan menurun (5) penonjolan tulang, bila perlu
10. Suhu kulit membaik (5) 9. Bersihkan parineal dengan air hangat,
terutama selama periode diare
10. Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada kulit
kering
11. Gunakan produk berbahan ringan
atau alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
12. Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
Edukasi :
8. Anjurkan menggunakan pelembab
9. Anjurkan minum air yang cukup
10. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
22

11. Anjurkan meningkatkan asupan


buah dan sayur
12. Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrim
13. Anjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada di luar
rumah
14. Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya

1 Gangguan integritas kulit Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan integritas kulit SIKI (I.11353
berhubungan dengan selama 1x7 jam diharapkan integritas kulit Hal 316)
kerusakan mekanis dari dan jaringan klien meningkat Observasi :
jaringan sekunder akibat Kriteria hasil : SLKI (L.14125 Hal 33) 3. Identifikasi penyebab gangguan
tekanan dan gesekan. 11. Perfusi jaringan meningkat (5) integritas kulit
(D.0129 Hal 282). 12. Kerusakan jaringan menurun (5) Terapeutik :
13. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
13. Keruskan lapisan kulit menurun (5) baring
14. Perdarahan menurun (5) 14. Lakukan pemujatan pada area
penonjolan tulang, bila perlu
15. Suhu kulit membaik (5)
15. Bersihkan parineal dengan air
hangat, terutama selama periode diare
16. Gunakan produk berbahan
23

petrolium atau minyak pada kulit


kering
17. Gunakan produk berbahan ringan
atau alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
18. Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
Edukasi :
15. Anjurkan menggunakan pelembab
16. Anjurkan minum air yang cukup
17. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
18. Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
19. Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrim
20. Anjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada di luar
rumah
21. Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya
24

2 Nyeri akut berhubungan setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri SIKI (I.08238 Hal 201)
dengan kerusakan kulit atau selama 1x7 jam diharapkan nyeri klien Observasi :
jaringan. SDKI (D.0077 Hal berkurang. 10. Identifikasi lokasi, karakteristik,
172) Kriteria hasil : SLKI (L.08066 Hal 145) durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
4. Keluhan nyeri menurun (5) nyeri
5. Meringis menurun (5) 11. Identifikasi skala nyeri
6. Kesulitan tidur menurun (5) 12. Identifikasi respons nyeri non
verbal
13. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
14. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
15. Identifikasi pengaruh budaa
terhadap respon nyeri
16. Identifikasi respon nyeri pada
kualitas hidup
17. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
18. Monitor efek samping penggunaan
analgetik.
Terapeutik :
5. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk
25

mengurangi rasa nyeri


6. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
6. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
8. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
9. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
10. Anjurkan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
2. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

3 Risiko Infeksi Behubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan Infeksi. SIKI (I.14539 Hal
26

Dengan Ketidakadekuatan selama 1x7 jam diharapkan tingkat infeksi 278)


Pertahanan Tubuh Primer: klien menurun. Observasi :
Kerusakan Integritas Kulit Kriteria hasil ; SLKI (L.14137 Hal 139) 2. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
(D.0142 Hal 304) 6. Demam menurun (5) dan sistemik
7. Kemerahan menurun (5) Terapeutik :
5. Batasi jumlah pengunjung
8. Nyeri menurun (5)
6. Berikan perawatan kulit pada area
9. Bengkak menurun (5) edema
10. Kultur area luka membaik (5) 7. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
8. Pertahankan tehnik aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi :
7. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
8. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
9. Ajarkan etika batuk
10. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
11. Anjurkan meningkatkan asupan
27

nutrisi
12. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
2. Kolaborasi pemberian imunisasi

15
28
16

.2.4 Implementasi Keperawatan


Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.

.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya[ CITATION Cer10 \l 1057 ].
Tujuan pemulangan pasien dengan anemia adalah  :
1. Mempertahankan / meningkatkan fungsi CU
2. Mencegah komplikasi.
3. Memberikan informasi tentang proses /pragnosis dan program pengobatan.
4. Pendukung kontrol aktif pasien terhadap kondisi.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Wenie


NIM : 2017.C.09a.0913
Ruang Praktek : Bedah
Tanggal Praktek : 09 November 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : 09 November 2020 & 08.00 WIB

1.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama Tn. J, Umur 40 Tahun, Jenis kelamin Laki-laki, Suku/bangsa
Banjar/Indinesia, Agama Kristen, Pekerjaan Swasta, Pendidikan SMP, Status
perkawinan Kawin, Alamat Jln kenari 1, Tgl MRS 09 November 2020, Diagnosa
Medis Fraktur cervical.
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Klien mengatakan “nyeri dibelakang leher setelah kecelakaan” dengan P “Fraktur
cervical” Q: “terasa teriris-iris” R:”nyeri terasa disekitar belakang leher” S:”skala
nyeri ringan 6” T:”nyeri saat bergerak”.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien dibawa oleh keluarga ke IGD rumah sakit dr Doris Sylvanus Palangkaraya
setelah mengalami kecelakaan dan terjatuh dari kendaraannya kemudian klien
merasanyakan nyeri pada daerah belakang leher dan adanya luka lecet kemudian
klien diberitahukan oleh orang-orang yang menolong bahwa ada memar juga
didaerah belakang leher. Di IGD klien diberikan terapi obat keterolac 30 mg, dan
terapi infus NaCL 0,9% 20 TPM, kemudian di lakukan rawat luka untuk
membersihkan luka-luka lecet klien, dan dipasangkan cervical collar. Kemudian
klien dipindahkan ke ruang rawat inap.

28
29

3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit apapun sebelumnya maupun
riwayat operasi.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluargan tidak ada yang mengalami penyakit yang
sama serta penyakit keturunan lainnya seperti hipertensi, jantung, stroke, dll.
Klien jjuga mengatakan tidak ada yang memiliki penyakit menular seperti TB
Paru, hepatitis, dll.
GENOGRAM KELUARGA :
Bagan 3.1 Genogram

Keterangan :
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
: Hubungan keluarga

3.2 Pemerikasaan Fisik


3.2.1 Keadaan Umum :
Pasien tampak sakit sedang dengan tingkat kesadaran pasien compos
menthis dengan GCS: E:4, V: 5, M:6 nilai GCS 15, posisi pasien duduk
pasien tampak kurang rapi, klien tampak gelisah, klien tampak lemah,
klien tampak lelah, terpasang infus NacL 0,9% 20 tpm di tangan sebelah
kiri, tampak ada luka lecet didaerah belakang leher, Tampak adanya
memar didaerah belakang leher, tampak terpasang cervical collar, aktivitas
30

klien tampak hanya dibantu oleh keluarganya, mobilisasi gerak klien


terbatas karena ditempat tidur.
3.2.2 Status Mental :
Tingkat kesadaran compos menthis ekspresi wajah datar, bentuk
badan simetris, cara berbaring / bergerak duduk / terbatas, mampu
berbicara dengan jelas dan lancar, berpenampilan kurang rapi. Fungsi
kognitif baik (Orientasi waktu : pasien dapat membedakan waktu,
Orientasi orang : pasien dapat membedakan perawat dan dokter maupun
keluarga, Orientasi tempat : pasien mengetahui bahwa sedang dirawat
dirumah sakit karena mengalami penurunan kesadaran). Pertahanan diri
adaftif.
3.2.3 Tanda-tanda Vital :
Suhu : 36,5oC (axila), Nadi/HR : 103x/m, Pernfasan/RR : 20x/m,
Tekanan darah/BP : 120/80 mmHg.
3.2.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, tampak lesi didaerah dada berwarna gelap dan
tampak cairan kuning tidak ada kebiasaan merokok pada pasien, pasien
tidak batuk. Pasien inspirasi dengan tipe pernafasan dada dan perut, irama
nafas teratur dengan suara nafas veskuler, tidak ada suara nafas tambahan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
3.2.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Tidak ada masalah keperawatan pada fungsi kardiovaskuler Tn.I,
suara jantung s1-s2 tunggal (Lub-Dub).
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.2.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS Tn. J 15 E : 4 (Membuka mata secara spontan) V : 5
(Dapat berorientasi secara normal/baik) M : 6 (Melokalisir nyeri
menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri), tingkat
kesadaran compos mentis,pupil isokor, refleks cahaya kanan dan kiri
positif, Adanya nyeri lokasi area belakang leher, pasien gelisah.
31

Uji Koordinasi ekstrimitas atas: jari ke jari positif, jari ke hidung positif.
Dan uji koordinasi ekstrimitas bawah:tumit ke jempul kaki positif.
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I (Olfaktori) : Pasien dapat mencium bau-bauan seperti:
minyak kayu putih atau alkohol.
Nervus Kranial II (Optik): Pasien dapat melihat dengan jelas orang yang
disekitarnya.
Nervus Kranial III (Okulomotor): Pupil pasien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
Nervus Kranial IV (Trokreal): Pasien dapat menggerakkan bola matanya
ke atas dan ke bawah.
Nervus KranialV (Trigeminal): Pasien dapat mengunyah makanan: seperti
nasi, kue, buah.
Nervus Kranial VI (Abdusen): Pasien dapat melihat ke samping.
Nervus Kranial VII (Fasial): Pasien dapat tersenyum.
Nervus Kranial VIII (Auditor): Pasien dapat mendengar perkataan Dokter,
Perawat dan keluarganya: Nervus Kranial IX (Glosofaringeal)
Pasien dapat membedakan rasa pahit, manis.
Nervus Kranial X (Vagus): Pasien dapat berbicara dengan jelas.
Nervus Kranial XI (Asesori): Pasien dapat mengangkat bahunya.
Nervus Kranial XII (Hipoglosol): Pasien dapat mengatur posisi lidahnya
ke atas dan ke bawah.
Masalah Keperawatan : Nyeri akut
3.2.7 Eliminasi Uri (Bladder) :
Produksi urine pasien ±1000 ml 6-7 x/hari, warna urine
kekuningan, dan bau khas urine. Tidak ada masalah keperawatan pada
eliminasi uri/lancar.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.2.8 Eliminasi Alvi (Bowel) :
Kondisi bibir Tn. J tampak lembab, pada gigi tidak terdapat karies
gigi, gusi tidak ada peradangan, lidah cukup bersih dan tidak ada
32

peradangan, pada rectum tidak terdapat kelainan, tidak ada hemoroid.


BAB 1x/hari berwarna kuning kecoklatan dengan konsistensi lembek.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3.2.9 Tulang - Otot – Integumen (Bone) :
Kemampuan pergerakan sendi Tn. J terbatas, Tidak ada parase, tidak
ada paralisis, tidak ada hemiprese, tidak ada krepitasi, adanya nyeri, tidak
ada bengkak, ukuran otot simetris, tulang belakang pasien normal. Tidak
ada deformitas tulang, tidak ada peradangan, Tampak adanya luka lecet,
Tampak adanya memah dibelakang leher, adanya fraktur cervical,
kekuatan otot menurun, rentang gerak terbatas.
Uji ekstermitas atas dan bawah
2 2
5 5
Masalah keperawatan : Gangguan mobilitas fisik
3.2.10 Kulit-Kulit Rambut
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan, kosmetik dan
lain-lain. Suhu kulit teraba hangat, turgor kulit baik, warna kulit normal,
tekstur kulit halus, terdapat memar dibelakang leher, adanya luka lecet.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
3.2.11 Sistem Penginderaan :
Tidak ada masalah keperawatan pada fungsi pengindraan. Fungsi
penglihatan pasien normal, gerakan bola mata bergerak normal, sklera
putih/normal, Konjungtiva anemis, tampak lingkar hitam area mata,
kornea bening, pasien tidak menggunakan alat bantu kaca mata. Fungsi
pendengaran baik, bentuk hidung simetris, tidak ada kelainan dan
peradangan pada hidung.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.2.12 Leher Dan Kelenjar Limfe
Masa dan jaringan parut tidak ada masalah, kelenjar limfe dan
kelenjar tiroid tidak teraba, mobilitas terbatas.
3.2.13 Sistem Reproduksi Pria
33

Pada sistem reproduksi Tn. J, tidak ada kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, tidak ada kelainan. Tidak ada masalah keperawatan.
3.2.14 Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan cepat pulang, karena rasa
sakit ini mengganggu.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 165 cm
BB sekarang : 56 kg
BB sebelum sakit : 60 kg
IMT : BB = 56 = 56 = 20,5
TB² 1,65x1,65 2,72

Table 2.1 Nutrisida Metabolisme


Pola makan sehari-hari Saat sakit Sebelum sakit
Frekuensi/hari 3x 3x
Porsi ½ porsi 1 porsi
Nafsu makan Berkurang Baik
Jenis makan Beras merah,ikan Nasi,ikan, tempe, tahu
gabus,tempe,tahu
Jenis minuman Air putih Air putih dan teh
Jumlah 4-6 gelas 4-6 gelas
minuman/cc/24jam
Kebiasaan makan Pagi, siang, sore Pagi siang malam
Keluhan/masalah Klien tidak mau Tidak ada
mengkonsumsi makanan
dari RS
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
3.2.15 Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit pasien mengatakan bahwa pasien tidur malam selama 6-8
jam, tidur pada siang hari biasanya 1-2 jam.
Sesudah sakit pasien mengatakan tidur siang hanya 45 menit, dan malam
hari 1-2 jam
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur
34

3.2.16 Kognitif :
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang cara penanganan patah tulang yang
dideritanya karena adanya patah tulang setelah kecelakaan.
Masalah Keperawatan : Defisit pengetahuan
3.2.17 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran) :
Gambaran diri : pasien mencintai dirinya secara utuh, Ideal diri : pasien
ingin cepat sembuh, harga diri : pasien merasa dicintai oleh keluarganya,
peran : pasien seorang suami dan ayah , identitas diri : pasien adalah
seorang bapak kepala keluarga.
Tidak ada masalah keperawatan
3.2.18 Aktivitas Sehari-hari
Pasien mengatakan sebelum sakit pekerjaan sehari-hari pasien yaitu sebagai
bapak kepala keluarga yang bekerja swasta yang mengurus keluarga, saat
sakit hanya berbaring di tempat tidur, aktivitas klien dibantu oleh keluarga
seperti berpakaian, mandi, BAK, dan BAB, , ambulasi klien juga dibantu
oleh keluarga.
3.2.19 Koping –Toleransi terhadap Stress
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit jika pasien memiliki masalah ia
akan bercerita dengan suami dan anak-anaknya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.2.20 Nilai-Pola Keyakinan
Keluarga dan pasien menganut nilai dan pola keyakinan agama Islam,
menurut keluarga didalam tindakan yang dilakukan di rumah sakit yang
bersifat medis tidak ada yang bertentangan dengan keyakinan keluarga dan
pasien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.3 SOSIAL - SPIRITUAL
3.3.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan keluarga, orang lain
dan pertugas kesehatan, pasien kooperatif.
3.3.2 Bahasa sehari-hari
35

Di kehidupannya sehari-hari pasien menggunakan bahasa


Banjar/Indonesia, pasien berbicara normal.
3.3.3 Hubungan dengan keluarga :
Hubungan pasien dengan keluarga baik dan harmonis
3.3.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Pasien dapat menjalin hubungan baik dengan sesama pasien diruangan
dan orang lain, pasien kooperatif.
3.3.5 Orang berarti/terdekat :
Pasien mengatakan orang yang berarti/terdekat dalam kehidupanya
adalah keluarganya.
3.3.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Ketika pasien sehat pasien menggunakan waktu luang untuk
beristrahat dan berkumpul bersama keluarga dan kerabatnya, ketika
dirumah sakit pasien menggunakan waktu luang untuk beristirahat.
3.3.7 Kegiatan beribadah :
Selama sakit pasien hanya bisa berdoa diatas tempat tidur.

3.4 Data Penunjang (Radiologis, Laboraturium, Penunjang Lainnya)


Tabel Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : 09 November 2020
No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
.
1 GDS 134 mg/dL <200
2 Ureum 33 mg/dL 21-53
3 Creatinin 0.8 mg/dL 0,7-1,5

Tabel Pemeriksaan Laboratorium Tanggal : 09 November 2020


No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
.
1 . WBC 7.79 x 10^3/uL 4.00-10.00
2 RBC 4.13 10^6/uL 3.50-5.50
3 HGB 11.2 g/uL 12.0-16.0
4 PLT 334 x 10^3/uL 150-400
5 GDS 134 mg/dL <200 mg/dL
36

Hasil pemeriksaan Radiologi pada Tanggal 09 November 2020 (pemeriksaan


X-ray Foto Thorak AP)
Kesan :
Kardiomegali (LV) tanpa bendungan paru.
Paru tidak tampak kelainan.
Fraktur cervical (+)
3.5 Penatalaksanaan Medis
Tanggal : 09 November 2020
No. Penatalaksanaan Dosis Rute Indikasi
Medis
1 Infus NacL 0,9% 20 Tpm IV Untuk mengembalikan
20 tpm keseimbangan elektrolit
pada dehidrasi

2 Injeksi ceftriaxone 2x1 gr IV Mengobati infeksi bakteri.


Dengan cara menghambat
pertumbuhan bakteri atau
membunuh bakteri
didalam tubuh

3 Injeksi Ketorolac 3x30 mg IV Untuk nyeri akut derajat sedang-


berat setelah operasi

4 Injeksi Ranitidin 2x50 mg IV Pengobatan jangka pendek tukak


duodenum aktif, tukak lambung
aktif.

Palangkaraya, 09 November 2020


Mahasiswa
37

(Wenie)
2017.C.09a.0913

ANALISIS DATA

Tabel 3.3 Analisis Data


DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN
MASALAH
DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS: Pergeseran fragmen Nyeri akut
Klien mengatakan “Terasa tulang
38

nyeri didaerah belakang


leher” P: Fraktur cervical, Inflamasi
Q: Teriris-iris, R: Didaerah
belakang leher S: 7
(Berat), T: Nyeri saat Merangsang
bergerak neurotransmitter
DO:
- Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah Hipotalamus
- Tampak lemah
- Klien tampak terus
Reseptor nyeri
memegang belakang
leher
- Tampak adanya luka
lecet didaerah belakang
leher
- Tampak ada nya
memar didaerah
belakang leher
- Tampak terpasang
cervical collar
- Frekuensi nadi
meningkat
- TTV: TD: 120/80
mmhg, N: 103x/menit,
S: 36,5ºC, RR:
20x/menit.

DS: Pasien mengatakan Perubahan jaringan Gangguan Mobilitas


“rasanya nyeri saat saya sekitar Fisik
bergerak“.
DO : Pergeseran fragmen
 Tampak meringis tulang

 Tampak lemah Nyeri saat beraktivitas


 Tampak gelisah Aktivitas terhambat
 Tampak adanya luka
lecet
39

 Tampak terpasang
cervical collar
 Kekuatan otot menurun
 Rentang gerak terbatas
 Aktivitas dibantu
keluarga dan perawat
DS: Klien mengatakan Merangsang Gangguan pola tidur
“saya susah tidur” neurotransmitter
DO:
- Klien tampak lelah Hipotalamus
- Klien tampak lesu
- Klien tampak sering
Reseptor nyeri
menguap
- Konjungtiva anemis
- Tampak ada Gangguan rasa nyaman
kehitaman di bawah
mata
- Pola tidur sebelum
sakit malam 6-8 jam
siang 1 jam, sesudah
sakit malam 1-2 jam
siang 45 menit

DS: Pasien mengatakan Kurang terpaparnya Defisit pengetahuan


“tidak mengetahui cara informasi tentang fraktur
penanganan patah cervical
tulangnya“.
DO :
 Pasien lulusan SMP
 Pasien tampak bingung
 Pasien banyak bertanya
tentang penyakitnya
 Pasien tampak cemas
 Pasien tampak meringis
40

3.16 Prioritas Masalah


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma) ditandai dengan
adanya memar belakang leher, tampak luka lecet, pasien tampak meringis,
pasien tampak gelisah, Frekuensi nadi meningkat, TTV TD: 120/80 mmhg, N:
103x/menit, S: 36,5ºC, RR: 20x/menit.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuluskeletal
ditandai dengan kekuatan otot menurun, rentang gerak menurun. Aktivitas
41

terbatas, pasien tampak lemah, TTV TD: 120/80 mmhg, N: 103x/menit, S:


36,5ºC, RR: 20x/menit.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kondisi klinis terkait yang ditandai
dengan pasien tampak lesu, pasien tampak lemah,pasien tampak menguap,
konjungtiva anemis, pasien tampak meringis.
4. Defisit pengetahuan tentang fraktur cervical berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi yang ditandai dengan Pasien tampak cemas, Pasien
tampak meringis, Pasien tampak bingung ketika ditanya tentang kondisi
penyakitnya, klien tampak sering bertanya, Pasien lulusan SMP.
42

INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal : 09 November 2020
Nama : Tn J
No DiagnosaKeperawatan TujuandanKriteriaHasil RencanaKeperawatan/Intervensi Rasional

1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1 Identifikasi lokasi, karakteristik, 1 Membantu dalam
keperawatan selama 1x7 jam mengindentifikasi derajat
dengan agen pencedera fisik durasi, frekuensi nyeri
diharapakan nyeri hilang ketidaknyamanan dan
(trauma) ditandai dengan dengan kriteria hasil: 2 Identifikasi lokasi nyeri kebutuhan untuk
1) Keluhan nyeri menurun (5) keefektifan analgesic
adanya memar belakang leher, 3 Identifikasi respons non verbal
2) Ekspresi meringis 2 Untuk mengetahui lokasi
tampak luka lecet, pasien menurun (5) 4 Berikan teknik non farmakologis nyeri.
3) Gelisah menurun (5) 3 Untuk mengetahui ekspresi
tampak meringis, pasien untuk mengurangi nyeri.
4) Pola nafas membaik (5) wajah klien
tampak gelisah, Frekuensi nadi 5) Tekanan darah membaik 5 Kontrol lingkungan yang 4 Untuk mengurangi rasa
(5) nyeri
meningkat, TTV TD: 120/80 memperberat nyeri.
5 Untuk mengurangi nyeri
mmhg, N: 103x/menit, S: 6 Fasilitasi istirahat dan tidur 6 Untuk mengurangi pasien
memikirkan rasa nyeri
36,5ºC, RR: 20x/menit. 7 Jelaskan strategi meredakan nyeri
7 Untuk mengurangi rasa
8 Kolaborasi dalam pemberian nyeri
8 Analgetik merupakan obat
analgetik
yang digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri.
43

2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Untuk mengetahui adanya nyeri
selama 3x7 jam diharapkan mobilitas keluhan fisik lainnya saat melakukan pergerakan
berhubungan dengan
fisik klien membaik dengan 2. Identifikasi toleransi fisik 2. Untuk mengetahui kemampuan
gangguan muskuluskeletal Kriteria Hasil : melakukan pergerakan pasien dalam melakukan
1. Pergerakan ekstremitas meningkat (5) 3. Monitor frekuensi jantung dan mobilisasi
ditandai dengan kekuatan
2. Kekuatan otot meningkat (5) tekanan darah sebelum memulai 3. Untuk mengathui adanya
otot menurun, rentang 3. Rentang gerak ROM meningkat (5) mobilisasi perubahan keadaan umum pasien
4. Monitor kondisi umum selama 4. Untuk mengetahui jika ada
gerak menurun. Aktivitas
melakukan mobilisasi perubahan pada keadaan umum
terbatas, pasien tampak 5. Fasilitasi aktivitas mobilisasi pasien
dengan alat bantu 5. Mengurangi resiko cedera
lemah, TTV TD: 120/80
6. Fasilitasi melakukan pergerakan, 6. Mengurangi resiko cedera
mmhg, N: 103x/menit, S: jika perlu 7. Memberikan edukasi kepada
7. Jelaskan dan tujuan prosedur klien
36,5ºC, RR: 20x/menit.
mobilisasi 8. Membiasakan klien dalam
8. Ajarkan mobilisasi sederhana yang melakukan aktivitas
harus dilakukan
44

2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Identifikasi adanya nyeri atau Untuk mengetahui adanya nyeri
selama 3x7 jam diharapkan mobilitas keluhan fisik lainnya saat melakukan pergerakan
berhubungan dengan
fisik klien membaik dengan Identifikasi toleransi fisik Untuk mengetahui kemampuan
gangguan muskuluskeletal Kriteria Hasil : melakukan pergerakan pasien dalam melakukan
Pergerakan ekstremitas meningkat (5) Monitor frekuensi jantung dan mobilisasi
ditandai dengan kekuatan
Kekuatan otot meningkat (5) tekanan darah sebelum memulai Untuk mengathui adanya
otot menurun, rentang Rentang gerak ROM meningkat (5) mobilisasi perubahan keadaan umum pasien
Monitor kondisi umum selama Untuk mengetahui jika ada
gerak menurun. Aktivitas
melakukan mobilisasi perubahan pada keadaan umum
terbatas, pasien tampak Fasilitasi aktivitas mobilisasi pasien
dengan alat bantu Mengurangi resiko cedera
lemah, TTV TD: 120/80
Fasilitasi melakukan pergerakan, Mengurangi resiko cedera
mmhg, N: 103x/menit, S: jika perlu Memberikan edukasi kepada
Jelaskan dan tujuan prosedur klien
36,5ºC, RR: 20x/menit.
mobilisasi Membiasakan klien dalam
Ajarkan mobilisasi sederhana yang melakukan aktivitas
harus dilakukan
45

3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Untuk mengetahui pola tidur
klien
berhubungan dengan selama 1 x 7 jam diharapkan pola tidur 2. Identifikasi factor penganggu pola
2. Untuk mengetahu factor penyulit
kondisi klinis terkait yang pasien membaik dengan kriteria hasil: tidur pola tidur klien
3. Untuk mengetahui factor
ditandai dengan pasien 1. Keluhan sulit tidur menurun (1) 3. Identifikasi makanan/minuman
penyulit tidur klien
tampak lesu, pasien 2. Keluhan pola tidur berubah, menurun yang menganggu tidur 4. Memberikan kenyamanan
5. Agar pasien nyaman tidur
tampak lemah,pasien (1) 4. Modifikasi lingkungan
malam hari
tampak menguap, 3. Keluhan istirahat tidak cukup, 5. Batasi waktu tidur siang, jika perlu 6. Mengurangi resiko sakit yang
bisa menyebabkan gangguan
konjungtiva anemis. menurun (1) 6. Sesuaikan jadwal pemberian obat
pola tidur klien
dan/atau tindakan menunjang siklus 7. Memberikan kenyaman
8. Untuk membantu proses
tidur
penyembuhan klien
7. Berikan posisi nyaman
8. Jelaskan pentingnya tidur yang
cukup saat sakit
46

4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui tingkat
tentang fraktur cervical kemampuan menerima informasi pengetahuan pasien
selama 1 x 7 jam diharapkan pengetahuan
berhubungan dengan 2. Identifikasi factor-faktor yang 2. Untuk menambah pengetahuan
pasien dan keluarga bertambah dengan pasien
kurang terpaparnya dapat meningkatkan dan
3. Mengatahui tingkat pemahaman
informasi yang ditandai kriteria hasil : menurunkan motivasi perilaku pasien tentang penjelasan
dengan Pasien tampak 1. Verbalisasi dalam minat belajar hidup bersih dan sehat kondisi penyakit
cemas, Pasien tampak meningkat (5) 3. Sediakan materi dan media 4. Memberikan pasien kesiapan
meringis, Pasien tampak 2. Perilaku sesuai dengan pengetahuan pendidikan kesehatan untuk menerima informasi
bingung ketika ditanya meningkat (5) 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan 5. Mengetahui tingkat pengetahuan
tentang kondisi 3. Kemampuan menggambarkan sesuai kesepakatan pasien
pengalaman sebelumnya sesuai 6. Agar pasien memahami hal-hal
penyakitnya, klien tampak 5. Berikan kesempatan untuk
dengan topic meningkat (5) yang mempengaruhi kesehatan
sering bertanya, Pasien 4. Kemampuan menjelaskan bertanya 7. Memberikan pengetahuan dalam
lulusan SMP. pengetahuan tentang suatu topic 6. Jelaskan factor resiko yang dapat menajaga perilaku hidup bersih
meningkat(5) mempengaruhi kesehatan dan sehat
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
47

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Implementasi
Jam Jam: 10.00 Wib Nama Perawat
Senin, 09 1. Mengidentifikasi karakteristik penyebab ,kualitas, S: Pasien mengatakan pasien mengatakan belakang
November frekuensi nyeri. leher saya masih terasa nyeri”

2020 2. Melakukan observasi tanda-tanda vital klien O:


3. Mengidentifikasi respon verbal  Klien tampak gelisah
08.30 WIB
4. Memberikan posisi senyaman mungkin.  Klien tampak meringis
Dx 1 5. Melakukan menajemen nyeri seperti latihan napas dalam,  Klien tampak lemah Wenie
 Tampak terpasang Cervical Collar
distraksi dada, dll.
 Adanya luka lecet
6. Berkolaborasi dengan dokter dalam peberian obat
 Adanya memar dibelakang leher
analgetik.
 TTV
TD : 120/80 mmHg
S : 36,5oC
N : 103 x/m
R : 20 x/m

A: Masalah nyeri belum teratasi


48

P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5 dan 6

Hari/Tanggal Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Implementasi
Jam Jam: 10.00 Wib Nama Perawat
Senin, 09 November 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan S: Pasien mengatakan”Terasa nyeri saat bergerak”
2020 fisik lainnya O:
2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
09.56 WIB - Pasien tampak lemah
pergerakan
Dx 2 3. Melakukan pemantauan kondisi umum - Pasien tampak berbaring
selama melakukan mobilisasi - Aktivitas klien dibantu keluarga
4. Membantu pasien melakukan pergerakan
- Tampak terpasang cervical collar
5. Menjelaskan dan tujuan prosedur mobilisasi Wenie
6. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang - Tampak adanya memar dibelakang leher
harus dilakukan - Pasien tampak meringis saat bergerak
- Pasien mampu menggerakan jari-jari kaki
- Pasien mengerti pentingnya mobilisasi
A: Masalah mobilitas fisik belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 dan 6
49

Hari/Tanggal Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Implementasi
Jam Jam: 10.00 Wib Nama Perawat
Senin, 09 November 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur S: Pasien mengatakan”Saya masih sulit tidur”
2020 2. Mengidentifikasi factor penganggu pola O:
09.56 WIB tidur - Pasien tampak gelisah
Dx 3 3. Modifikasi lingkungan senyaman klien - Pasien tampak meringis
4. Memberikan posisi nyaman - Konjungtiva tampak anemis
5. Menjelaskan pentingnya tidur yang cukup - Tampak lingkar hitam area mata Wenie
saat sakit - Klien berbaring semi fowler
- Klien tampak mengerti tentang pentingnya tidur
yang cukup saat pasien sakit
A: Masalah gangguan pola tidur belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi 1,2,3 dan 4


50

Hari/Tanggal Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Implementasi
Jam Jam: 10.00 Wib Nama Perawat
Senin, 09 November 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan S: Pasien mengatakan”Saya paham dan mengerti
2020 keluarga tentang fraktur cervical dengan apa yang sudah disampaikan dan dijelaskan”
12.30 WIB 2. Memberikan pendidikan kesehatan pada O:

Dx 4 pasien dan keluarga tentang fraktur cervical, - Pasien tampak mengerti


penanganannya, dan resiko nya jika tidak - Pasien bertanya tentang fraktur cervical
ditangani dengan baik - Pasien dapat menyebutkan tentang fraktur cervical, Wenie
3. Memberikan kesempatan kepada pasien penanganannya, dan resiko nya jika tidak ditangani
untuk bertanya terkait fraktur cervical dengan baik
4. Menanyakan kembali pada pasien atau - Pasien tidak tampak bingung
keluarga tentang fraktur cervical - Pasien tidak tampak cemas
A: Masalah defisit pengetahuan teratasi

P: Hentikan intervensi
51

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Jalan Beliang No.110 Palangka Raya Telp/Fax. (0536) 3327707

LEMBAR KONSULTASI 35

Nama : Wenie
NIM :
Program Studi : S1 Keperawatan

Tanda Tangan
No Hari/Tgl/Waktu Catatan Pembimbing
Mhs Pembimbing
1.
52

DAFTAR PUSTAKA

Cerpianto, L. J. (2010). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. In


Edisi 6 (p. 28). Jakarta: EGC.

Dochterman, J. M., & Bulecheck, G. N. (2013). Nursing Intervention


Classification (NIC). Mosby: Edition.Missouri.

Ganong, F. W. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta: EGC.

Herdman, T. (2010). Defision and Classificatin. USA: Weley-Blackwell.

Moorhead, S., (2000).  Nursing Outcomes Classification (NOC) second Edition.


Missouri : Mosby

Ganong, F. William. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta :
EGC.
Marrilyn, E. Doengus. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Smelster, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2.
Jakarta : EGC.
53

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Study : Keperawatan Medikal Bedah


Topik : Patah Tulang
Sub topik : Penanganan Awal Patah Tulang
Sasaran :
Tempat :
Hari/Tanggal :
Waktu : 1 x 30 menit

I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Pada akhir proses penyuluhan, keluarga klien dapat menyebutkan
pengertian tanda-tanda dan penanganan patah tulang
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan keluarga klien dapat :
1. Menyebutkan pengertian Patah Tulang
2. Menyebutkan Penyebab Patah Tulang
3. Menyebutkan Tanda dan gejala Patah Tulang
4. Menyebutkan Penatalakanaan pada Patah Tulang
III. SASARAN
Keluarga Pasien di UGD RSUD dr. Doris Sylvanus
IV. MATERI (Terlampir)
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI. MEDIA
 Flip Chart
 Leaflet
VII. KRITERIA EVALUASI
Evaluasi Struktur
 Peserta hadir ditempat penyuluhan
54

 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang Lobby IGD


RSSA
 Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
Evaluasi Proses
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar
Evaluasi Hasil
 Keluarga Pasien UGD RSSA Malang mengetahui tentang Patah
Tulang

VIII. KEGIATAN PENYULUHAN


No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN
PESERTA
1. 3 Pembukaan :
Menit  Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari  Memperhatikan
penyuluhan
 Menyebutkan materi yang akan  Memperhatikan
diberikan
 Menanyakan sekilas tentang
pengetahuan keluarga Pasien
mengenai Patah Tulang terbuka
2. 15 Pelaksanaan :
menit  Menjelaskan tentang pengertian  Memperhatikan
Patah Tulang terbuka
 Menjelaskan tentang penyebab  Memperhatikan
Patah Tulang terbuka
55

 Menjelaskan tentang tanda dan  Memperhatika


gejala Patah Tulang terbuka
 Menjelaskan tentang  Memperhatikan
penatalaksanaan Patah Tulang
terbuka  Bertanya dan
 Memberi kesempatan kepada menjawab
peserta untuk bertanya pertanyaan yang
diajukan
3. 10 Evaluasi :
Menit  Menanyakan kepada peserta  Menjawab
tentang materi yang telah pertanyaan
diberikan, dan reinforcement
kepada ibu yang dapat menjawab
pertanyaan.
4. 2 Terminasi :
Menit  Menyimpulkan materi yang telah  Mendengarkan
disampaikan
 Mengucapkan terimakasih atas  Menjawab salam
peran serta peserta.
 Mengucapkan salam penutup

IX. PENGORGANISASIAN
Pembicara : Wenie

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Patah Tulang Tebuka


Patah tulang adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan
yang disebabkan oleh kekerasaan (E. Oerswari, 1989).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000).
Fraktur terbuka adalah patah tulang dimana fragmen tulang yang
bersangkutan sedang atau pernah berhubungan dengan dunia luar.
56

B. Penyebab Patah Tulang Terbuka


1. Trauma:
Di dalam : penyebab ruda paksa merusak kulit, jaringan lunak dan tulang.
Di luar         :   fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus
kulit.
2. Patologis (penyakit pada tulang)
3. Degenerasi spontan.

C. Macam- Macam Patah Tulang Terbuka


Patah Tulang Terbuka , bila terdapat hubungan antara fragemen tulang
dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi
menjadi tiga derajat, yaitu :
1. Derajat I- luka kurang dari 1 cm- kerusakan jaringan lunak sedikit tidak
ada tanda luka remuk.- fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif
ringan.- Kontaminasi ringan.
2. Derajat II- Laserasi lebih dari 1 cm- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas,
avulse- Fraktur komuniti sedang.
3. Derajat III Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur
kulit, otot dan neurovaskuler sertakontaminasi derajat tinggi.
D. Tanda Dan Gejala
1. Deformitas daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang
berpindah dari  tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi
seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang 
b. Penekanan tulang
2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah
dalam        jaringan yang berdekatan dengan fraktur
3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur 
5. Tenderness/keempukan
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
57

7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya


saraf/perdarahan)
8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10. Krepitasi
E. Penatalaksaan  Fraktur
1. Penatalaksanaan secara Umum
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk
melakukan pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan
(breathing) dan sirkulasi (circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila
sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi, baru lakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu tejadinya kecelakaan penting
ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat golden
period 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar.
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat, singkat dan lengkap.
Kemudian lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk
mengurangi rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat
pada jaringan lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.
2. Penatalaksanaan Kedaruratan
Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak
menyadari adanya fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah,
maka bila dicurigai adanya fraktur, penting untuk meng-imobilisasi bagian
tubuh segara sebelum pasien dipindahkan.
Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan
sebelum dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan
dibawah tempat patah untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi.
Gerakan fragmen patahan tulang dapat menyebabkan nyeri, kerusakan
jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut.
Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi
dengan menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur.
Pembidaian yang memadai sangat penting untuk mencegah kerusakan
jaringan lunak oleh fragmen tulang. Daerah yang cedera diimobilisasi dengan
58

memasang bidai sementara dengan bantalan yang memadai, yang kemudian


dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang ekstremitas bawah dapat
juga dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama, dengan ektremitas
yang sehat bertindak sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada cedera
ektremitas atas, lengan dapat dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang
cedera digantung pada sling. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk
menentukan kecukupan perfusi jaringan perifer.
  Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk
mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali
melakukan reduksi fraktur, bahkan bila ada fragmen tulang yang keluar
melalui luka. Pasanglah bidai sesuai yang diterangkan di atas.
  Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian
dilepaskan dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian
dari sisi cedera. Pakaian pasien mungkin harus dipotong pada sisi cedera.
Ektremitas sebisa mungkin jangan sampai digerakkan untuk mencegah
kerusakan lebih lanjut.
F. Komplikasi
1. Perdarahan, syok septik, kematian
2. Tetanus
3. Gangren
4. Kekakuan sendi
5. Perdarahan sekunder
6. Osteomielitis kronik
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi Patah Tulang
1. Faktor yang mempercepat peyembuhan
 Mengurangi pergerakan pada daerah yang mengalami patah tulang
 Sambungan luka tertata dengan baik
 Asupan darah yang memadai
 Nutrisi yang baik
 Hormon-hormon pertumbuhan
2. Faktor-faktor yang memperlambat penyembuhan
 Kehilangan tulang
59

 Gerakan pada bagian yang patah tulang terus menerus


 Rongga atau ada jaringan dianta tulang yang patah
 Keganasan lokal
 Infeksi
 Penyakit tulang
 Usia

DAFTAR PUSTAKA
60

PRICE, Syilvia Anderson, 1995, Patofisiologi: konsep klinis proses-proses


penyakit, EGC Jakarta

Corwin, Elizabeth J, 2000, Buku saku patofisiologi, EGC Jakarta

Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk


perencanaandan perwatan pasien, EGC Jakarta

Anda mungkin juga menyukai