LP Dan Askep Sistem Muskuloskeletal (Wenie)
LP Dan Askep Sistem Muskuloskeletal (Wenie)
Disusun oleh :
Wenie
2017.C.09a.0913
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Wenie
NIM : 2017.C.09a.0913
Mengetahui
Ketua Program Studi S1
Keperawatan Pembimbing Akademik
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Fraktur Cervical Pada Tn.J pada Sistem
Muskuloskeletal”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK
2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Kristinawati, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners selaku Koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan 2.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
2
BAB 1
PENDAHULUAN
.3 Tujuan Penulisan
.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Fraktur Cervical Di rumah
sakit dengan menggunakan proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan
evaluasi keperawatan.
.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pengkajian pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Fraktur Cervical Di rumah sakit.
1.3.2.2 Mengidentifikasi diagnosa pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Fraktur Cervical Di rumah sakit.
1.3.2.3 Mengidentifikasi intervensi pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Fraktur Cervical Di rumah sakit.
1.3.2.4 Mengidentifikasi implementasi pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis
Fraktur Cervical Di rumah sakit.
1.3.2.5 Mengidentifikasi evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang dilakukan
pada Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Fraktur Cervical Di rumah
sakit.
.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Peningkatan Kualitas Asuhan Keperawatan
Laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan
dalam meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada klien Fraktur
4
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi. Fraktur
adalah terputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
ruda paksa. Sehingga Fraktur Cervical dapat dikatakan fraktur Klavikula adalah
patah tulang pada tulang klavikula atau tulang selangka. Hal ini sering disebabkan
akibat jatuh dengan posisi lengan terputar/tertarik(outstrechedhead), posisi jatuh
bertumpu ke bahu atau pukulan langsung ke klavikula. [ CITATION Her10 \l 1057 ].
Tulang clavicula merupakan tumpuan beban dari tangan, sehingga jika terdapat
beban berlebih akan menyebabkan beban tulang clavicula berlebih, hal ini bias
menyebabkan terputusnta kontinuitas tulang tersebut (Dokterbujang, 2012).
Fraktur tulang leher merupakan suatu keadaan darurat medis yang
membutuhkan perawatan segera. Spine trauma mungkin terkait cedera saraf
tulang belakang dan dapat mengakibatkan kelumpuhan, sehingga sangat penting
untuk menjaga leher .Fraktur ini sering terjadi pada anak karena kondisi tulang
masih sangat rawan untuk tumbuh dan berkembang. Fraktur tulang leher sangat
berbahaya karena bisa mengganggu sistem saraf yang terdapat pada vertebra. Hal
ini bias mengakibatkan gangguan-gangguan neurologis. Bahkan fraktur pada
tulang leher bisa menyebabkan seorang anak mengalami lumpuh (Dokter bujang,
2012).
4
5
kapiler tedapat matrik tulang yang disebut lamella. Di dalam lamella terdapat
osteosit, yang memperoleh nutrisi lewat prosesus yang berlanjut kedalam
kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang
terletak kurang lebih 0,1 mm).
3) Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang. Tidak seperti
osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang.
Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan peralihan tulang
(resorpsi dan pembentukan tulang). Kalium dalam tubuh orang dewasa diganti
18% pertahun.
.1.4 Patofisiologi
Apabila tulang hidup normal dan mendapat kekerasan yang cukup
menyebabkan patah, maka sel-sel tulang akan mati. Perdarahan biasanya terjadi
disekitar tempat patah dan kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut.
Jaringan lunak biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat
timbul setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mati berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darah di tempat tersebut. Fagositosis dan
pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk bekuan fibrin
(hematom fraktur) dan berfungsi sebagai jalan untuk melekatnya sel-sel baru.
Aktifitas osteoblas segera terangsang dan membentuk tulang baru imatur yang
disebut kalus. Bekuan fibrin di reabsorbsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan
lahan mengalami remodeling untuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan
kalus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi. Penyembuhan memerlukan
beberapa minggu sampai beberapa bulan (Corwin 2009).
WOC FRAKTUR 4
BI B2 B3 B4 B5 B6
Perubahan jaringan Perubahan jaringan Pergeseran fragmen Perubahan jaringan Perubahan Perubahan
tulang sekitar Retensi produk jaringan sekitar
sekitar sekitar jaringan sekitar
MK : Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Perifer.
8
kemudiansetiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis. Pemeriksaan foto rontgen
tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat proses penyatuan
tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke - 4 sampai minggu ke 6 (pada saat fase
remodeling pada proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah
berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan
kekuatan kembali normal. Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).
Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangirasa nyeri. Obat-obat
yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik antiinflamasi seperti acetaminophen dan
codeine dapat juga obat golongan NSAIDs seperti ibuprofen.
1.1.7 Komplikasi
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis, cedera vena
atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan malunion (penyimpangan penyatuan).
Malunion merupakan masalah kosmetik bila pasien memakai baju dengan leher rendah.
(Egol et al, 2015).
Komplikasi akut :
- Cedera pembuluh darah
- Pneumouthorax
- Haemothorax
Komplikasi lambat :
- Mal union : proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun
tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
- Non union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan
11
Terapeutik :
1. Berikan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Anjurkan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
15
perlu
2 Gangguan integritas kulit Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan integritas kulit SIKI (I.11353
berhubungan dengan kerusakan selama 1x7 jam diharapkan integritas kulit Hal 316)
mekanis dari jaringan sekunder dan jaringan klien meningkat Observasi :
akibat tekanan dan gesekan. Kriteria hasil : SLKI (L.14125 Hal 33) 1. Identifikasi penyebab gangguan
(D.0129 Hal 282). 1. Perfusi jaringan meningkat (5) integritas kulit
2. Kerusakan jaringan menurun (5) Terapeutik :
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
3. Keruskan lapisan kulit menurun (5) baring
4. Perdarahan menurun (5) 2. Lakukan pemujatan pada area
penonjolan tulang, bila perlu
5. Suhu kulit membaik (5)
3. Bersihkan parineal dengan air
hangat, terutama selama periode
diare
4. Gunakan produk berbahan petrolium
atau minyak pada kulit kering
5. Gunakan produk berbahan ringan
atau alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
6. Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
Edukasi :
16
3 Defisit nutrisi berhubungan setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi. SIKI (I.03119 Hal
dengan ketidakmampuan selama 1x7 jam diharapkan status nutrisi 200)
mengabsorbsi nuttrien. SDKI (D . klien membaik. Observasi :
0019 Hal 56). Kriteria hasil : SLKI (L.03030 Hal 121) 1. Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makanan yang dihabiskan
meningkat (5) 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
2. Pengetahuan tentang standar asupan
nutrisi yang tepat meningkat (5) 3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
17
4 Risiko Infeksi Behubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan Infeksi. SIKI (I.14539 Hal
Dengan Ketidakadekuatan selama 1x7 jam diharapkan tingkat infeksi 278)
Pertahanan Tubuh Primer: klien menurun. Observasi :
Kerusakan Integritas Kulit Kriteria hasil ; SLKI (L.14137 Hal 139) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
(D.0142 Hal 304) 1. Demam menurun (5) lokal dan sistemik
2. Kemerahan menurun (5) Terapeutik :
1. Batasi jumlah pengunjung
3. Nyeri menurun (5)
2. Berikan perawatan kulit pada area
4. Bengkak menurun (5) edema
5. Kultur area luka membaik (5) 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
19
lingkungan pasien
4. Pertahankan tehnik aseptik pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian imunisasi
5 Perfusi perifer tidak efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen hipovolemia. SIKI (I.02079
selama 1x7 jam diharapkan perfusi perifer Hal 345)
berhubungan dengan sirkulasi
membaik. Observasi :
perifer tidak efektif (D.0009 Hal Kriteria hasil ; SLKI (L.14137 Hal 139) 1. Periksa sirkulasi perifer
1. Penyembuhan luka meningkat (5)
37) 2. Identifikasi factor resiko gangguan
20
Post Operasi
1. Gangguan integritas kulit Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan integritas kulit SIKI (I.11353
berhubungan dengan selama 1x7 jam diharapkan integritas kulit Hal 316)
dan jaringan klien meningkat Observasi : 12
21
kerusakan mekanis dari Kriteria hasil : SLKI (L.14125 Hal 33) 2. Identifikasi penyebab gangguan
jaringan sekunder akibat 6. Perfusi jaringan meningkat (5) integritas kulit
tekanan dan gesekan. 7. Kerusakan jaringan menurun (5) Terapeutik :
(D.0129 Hal 282). 7. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
8. Keruskan lapisan kulit menurun (5)
8. Lakukan pemujatan pada area
9. Perdarahan menurun (5) penonjolan tulang, bila perlu
10. Suhu kulit membaik (5) 9. Bersihkan parineal dengan air hangat,
terutama selama periode diare
10. Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada kulit
kering
11. Gunakan produk berbahan ringan
atau alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
12. Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering
Edukasi :
8. Anjurkan menggunakan pelembab
9. Anjurkan minum air yang cukup
10. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
22
1 Gangguan integritas kulit Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan integritas kulit SIKI (I.11353
berhubungan dengan selama 1x7 jam diharapkan integritas kulit Hal 316)
kerusakan mekanis dari dan jaringan klien meningkat Observasi :
jaringan sekunder akibat Kriteria hasil : SLKI (L.14125 Hal 33) 3. Identifikasi penyebab gangguan
tekanan dan gesekan. 11. Perfusi jaringan meningkat (5) integritas kulit
(D.0129 Hal 282). 12. Kerusakan jaringan menurun (5) Terapeutik :
13. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
13. Keruskan lapisan kulit menurun (5) baring
14. Perdarahan menurun (5) 14. Lakukan pemujatan pada area
penonjolan tulang, bila perlu
15. Suhu kulit membaik (5)
15. Bersihkan parineal dengan air
hangat, terutama selama periode diare
16. Gunakan produk berbahan
23
2 Nyeri akut berhubungan setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri SIKI (I.08238 Hal 201)
dengan kerusakan kulit atau selama 1x7 jam diharapkan nyeri klien Observasi :
jaringan. SDKI (D.0077 Hal berkurang. 10. Identifikasi lokasi, karakteristik,
172) Kriteria hasil : SLKI (L.08066 Hal 145) durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
4. Keluhan nyeri menurun (5) nyeri
5. Meringis menurun (5) 11. Identifikasi skala nyeri
6. Kesulitan tidur menurun (5) 12. Identifikasi respons nyeri non
verbal
13. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri
14. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
15. Identifikasi pengaruh budaa
terhadap respon nyeri
16. Identifikasi respon nyeri pada
kualitas hidup
17. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
18. Monitor efek samping penggunaan
analgetik.
Terapeutik :
5. Berikan tehnik nonfarmakologis untuk
25
3 Risiko Infeksi Behubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan Pencegahan Infeksi. SIKI (I.14539 Hal
26
nutrisi
12. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi :
2. Kolaborasi pemberian imunisasi
15
28
16
1.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama Tn. J, Umur 40 Tahun, Jenis kelamin Laki-laki, Suku/bangsa
Banjar/Indinesia, Agama Kristen, Pekerjaan Swasta, Pendidikan SMP, Status
perkawinan Kawin, Alamat Jln kenari 1, Tgl MRS 09 November 2020, Diagnosa
Medis Fraktur cervical.
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama :
Klien mengatakan “nyeri dibelakang leher setelah kecelakaan” dengan P “Fraktur
cervical” Q: “terasa teriris-iris” R:”nyeri terasa disekitar belakang leher” S:”skala
nyeri ringan 6” T:”nyeri saat bergerak”.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien dibawa oleh keluarga ke IGD rumah sakit dr Doris Sylvanus Palangkaraya
setelah mengalami kecelakaan dan terjatuh dari kendaraannya kemudian klien
merasanyakan nyeri pada daerah belakang leher dan adanya luka lecet kemudian
klien diberitahukan oleh orang-orang yang menolong bahwa ada memar juga
didaerah belakang leher. Di IGD klien diberikan terapi obat keterolac 30 mg, dan
terapi infus NaCL 0,9% 20 TPM, kemudian di lakukan rawat luka untuk
membersihkan luka-luka lecet klien, dan dipasangkan cervical collar. Kemudian
klien dipindahkan ke ruang rawat inap.
28
29
Keterangan :
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
: Hubungan keluarga
Uji Koordinasi ekstrimitas atas: jari ke jari positif, jari ke hidung positif.
Dan uji koordinasi ekstrimitas bawah:tumit ke jempul kaki positif.
Uji Syaraf Kranial :
Nervus Kranial I (Olfaktori) : Pasien dapat mencium bau-bauan seperti:
minyak kayu putih atau alkohol.
Nervus Kranial II (Optik): Pasien dapat melihat dengan jelas orang yang
disekitarnya.
Nervus Kranial III (Okulomotor): Pupil pasien dapat berkontraksi saat
melihat cahaya.
Nervus Kranial IV (Trokreal): Pasien dapat menggerakkan bola matanya
ke atas dan ke bawah.
Nervus KranialV (Trigeminal): Pasien dapat mengunyah makanan: seperti
nasi, kue, buah.
Nervus Kranial VI (Abdusen): Pasien dapat melihat ke samping.
Nervus Kranial VII (Fasial): Pasien dapat tersenyum.
Nervus Kranial VIII (Auditor): Pasien dapat mendengar perkataan Dokter,
Perawat dan keluarganya: Nervus Kranial IX (Glosofaringeal)
Pasien dapat membedakan rasa pahit, manis.
Nervus Kranial X (Vagus): Pasien dapat berbicara dengan jelas.
Nervus Kranial XI (Asesori): Pasien dapat mengangkat bahunya.
Nervus Kranial XII (Hipoglosol): Pasien dapat mengatur posisi lidahnya
ke atas dan ke bawah.
Masalah Keperawatan : Nyeri akut
3.2.7 Eliminasi Uri (Bladder) :
Produksi urine pasien ±1000 ml 6-7 x/hari, warna urine
kekuningan, dan bau khas urine. Tidak ada masalah keperawatan pada
eliminasi uri/lancar.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.2.8 Eliminasi Alvi (Bowel) :
Kondisi bibir Tn. J tampak lembab, pada gigi tidak terdapat karies
gigi, gusi tidak ada peradangan, lidah cukup bersih dan tidak ada
32
Pada sistem reproduksi Tn. J, tidak ada kemerahan, tidak ada gatal-
gatal, tidak ada kelainan. Tidak ada masalah keperawatan.
3.2.14 Pola Fungsi Kesehatan
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan cepat pulang, karena rasa
sakit ini mengganggu.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 165 cm
BB sekarang : 56 kg
BB sebelum sakit : 60 kg
IMT : BB = 56 = 56 = 20,5
TB² 1,65x1,65 2,72
3.2.16 Kognitif :
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang cara penanganan patah tulang yang
dideritanya karena adanya patah tulang setelah kecelakaan.
Masalah Keperawatan : Defisit pengetahuan
3.2.17 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran) :
Gambaran diri : pasien mencintai dirinya secara utuh, Ideal diri : pasien
ingin cepat sembuh, harga diri : pasien merasa dicintai oleh keluarganya,
peran : pasien seorang suami dan ayah , identitas diri : pasien adalah
seorang bapak kepala keluarga.
Tidak ada masalah keperawatan
3.2.18 Aktivitas Sehari-hari
Pasien mengatakan sebelum sakit pekerjaan sehari-hari pasien yaitu sebagai
bapak kepala keluarga yang bekerja swasta yang mengurus keluarga, saat
sakit hanya berbaring di tempat tidur, aktivitas klien dibantu oleh keluarga
seperti berpakaian, mandi, BAK, dan BAB, , ambulasi klien juga dibantu
oleh keluarga.
3.2.19 Koping –Toleransi terhadap Stress
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit jika pasien memiliki masalah ia
akan bercerita dengan suami dan anak-anaknya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.2.20 Nilai-Pola Keyakinan
Keluarga dan pasien menganut nilai dan pola keyakinan agama Islam,
menurut keluarga didalam tindakan yang dilakukan di rumah sakit yang
bersifat medis tidak ada yang bertentangan dengan keyakinan keluarga dan
pasien.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.3 SOSIAL - SPIRITUAL
3.3.1 Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dengan keluarga, orang lain
dan pertugas kesehatan, pasien kooperatif.
3.3.2 Bahasa sehari-hari
35
(Wenie)
2017.C.09a.0913
ANALISIS DATA
Tampak terpasang
cervical collar
Kekuatan otot menurun
Rentang gerak terbatas
Aktivitas dibantu
keluarga dan perawat
DS: Klien mengatakan Merangsang Gangguan pola tidur
“saya susah tidur” neurotransmitter
DO:
- Klien tampak lelah Hipotalamus
- Klien tampak lesu
- Klien tampak sering
Reseptor nyeri
menguap
- Konjungtiva anemis
- Tampak ada Gangguan rasa nyaman
kehitaman di bawah
mata
- Pola tidur sebelum
sakit malam 6-8 jam
siang 1 jam, sesudah
sakit malam 1-2 jam
siang 45 menit
INTERVENSI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal : 09 November 2020
Nama : Tn J
No DiagnosaKeperawatan TujuandanKriteriaHasil RencanaKeperawatan/Intervensi Rasional
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1 Identifikasi lokasi, karakteristik, 1 Membantu dalam
keperawatan selama 1x7 jam mengindentifikasi derajat
dengan agen pencedera fisik durasi, frekuensi nyeri
diharapakan nyeri hilang ketidaknyamanan dan
(trauma) ditandai dengan dengan kriteria hasil: 2 Identifikasi lokasi nyeri kebutuhan untuk
1) Keluhan nyeri menurun (5) keefektifan analgesic
adanya memar belakang leher, 3 Identifikasi respons non verbal
2) Ekspresi meringis 2 Untuk mengetahui lokasi
tampak luka lecet, pasien menurun (5) 4 Berikan teknik non farmakologis nyeri.
3) Gelisah menurun (5) 3 Untuk mengetahui ekspresi
tampak meringis, pasien untuk mengurangi nyeri.
4) Pola nafas membaik (5) wajah klien
tampak gelisah, Frekuensi nadi 5) Tekanan darah membaik 5 Kontrol lingkungan yang 4 Untuk mengurangi rasa
(5) nyeri
meningkat, TTV TD: 120/80 memperberat nyeri.
5 Untuk mengurangi nyeri
mmhg, N: 103x/menit, S: 6 Fasilitasi istirahat dan tidur 6 Untuk mengurangi pasien
memikirkan rasa nyeri
36,5ºC, RR: 20x/menit. 7 Jelaskan strategi meredakan nyeri
7 Untuk mengurangi rasa
8 Kolaborasi dalam pemberian nyeri
8 Analgetik merupakan obat
analgetik
yang digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri.
43
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 1. Untuk mengetahui adanya nyeri
selama 3x7 jam diharapkan mobilitas keluhan fisik lainnya saat melakukan pergerakan
berhubungan dengan
fisik klien membaik dengan 2. Identifikasi toleransi fisik 2. Untuk mengetahui kemampuan
gangguan muskuluskeletal Kriteria Hasil : melakukan pergerakan pasien dalam melakukan
1. Pergerakan ekstremitas meningkat (5) 3. Monitor frekuensi jantung dan mobilisasi
ditandai dengan kekuatan
2. Kekuatan otot meningkat (5) tekanan darah sebelum memulai 3. Untuk mengathui adanya
otot menurun, rentang 3. Rentang gerak ROM meningkat (5) mobilisasi perubahan keadaan umum pasien
4. Monitor kondisi umum selama 4. Untuk mengetahui jika ada
gerak menurun. Aktivitas
melakukan mobilisasi perubahan pada keadaan umum
terbatas, pasien tampak 5. Fasilitasi aktivitas mobilisasi pasien
dengan alat bantu 5. Mengurangi resiko cedera
lemah, TTV TD: 120/80
6. Fasilitasi melakukan pergerakan, 6. Mengurangi resiko cedera
mmhg, N: 103x/menit, S: jika perlu 7. Memberikan edukasi kepada
7. Jelaskan dan tujuan prosedur klien
36,5ºC, RR: 20x/menit.
mobilisasi 8. Membiasakan klien dalam
8. Ajarkan mobilisasi sederhana yang melakukan aktivitas
harus dilakukan
44
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Identifikasi adanya nyeri atau Untuk mengetahui adanya nyeri
selama 3x7 jam diharapkan mobilitas keluhan fisik lainnya saat melakukan pergerakan
berhubungan dengan
fisik klien membaik dengan Identifikasi toleransi fisik Untuk mengetahui kemampuan
gangguan muskuluskeletal Kriteria Hasil : melakukan pergerakan pasien dalam melakukan
Pergerakan ekstremitas meningkat (5) Monitor frekuensi jantung dan mobilisasi
ditandai dengan kekuatan
Kekuatan otot meningkat (5) tekanan darah sebelum memulai Untuk mengathui adanya
otot menurun, rentang Rentang gerak ROM meningkat (5) mobilisasi perubahan keadaan umum pasien
Monitor kondisi umum selama Untuk mengetahui jika ada
gerak menurun. Aktivitas
melakukan mobilisasi perubahan pada keadaan umum
terbatas, pasien tampak Fasilitasi aktivitas mobilisasi pasien
dengan alat bantu Mengurangi resiko cedera
lemah, TTV TD: 120/80
Fasilitasi melakukan pergerakan, Mengurangi resiko cedera
mmhg, N: 103x/menit, S: jika perlu Memberikan edukasi kepada
Jelaskan dan tujuan prosedur klien
36,5ºC, RR: 20x/menit.
mobilisasi Membiasakan klien dalam
Ajarkan mobilisasi sederhana yang melakukan aktivitas
harus dilakukan
45
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Untuk mengetahui pola tidur
klien
berhubungan dengan selama 1 x 7 jam diharapkan pola tidur 2. Identifikasi factor penganggu pola
2. Untuk mengetahu factor penyulit
kondisi klinis terkait yang pasien membaik dengan kriteria hasil: tidur pola tidur klien
3. Untuk mengetahui factor
ditandai dengan pasien 1. Keluhan sulit tidur menurun (1) 3. Identifikasi makanan/minuman
penyulit tidur klien
tampak lesu, pasien 2. Keluhan pola tidur berubah, menurun yang menganggu tidur 4. Memberikan kenyamanan
5. Agar pasien nyaman tidur
tampak lemah,pasien (1) 4. Modifikasi lingkungan
malam hari
tampak menguap, 3. Keluhan istirahat tidak cukup, 5. Batasi waktu tidur siang, jika perlu 6. Mengurangi resiko sakit yang
bisa menyebabkan gangguan
konjungtiva anemis. menurun (1) 6. Sesuaikan jadwal pemberian obat
pola tidur klien
dan/atau tindakan menunjang siklus 7. Memberikan kenyaman
8. Untuk membantu proses
tidur
penyembuhan klien
7. Berikan posisi nyaman
8. Jelaskan pentingnya tidur yang
cukup saat sakit
46
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Untuk mengetahui tingkat
tentang fraktur cervical kemampuan menerima informasi pengetahuan pasien
selama 1 x 7 jam diharapkan pengetahuan
berhubungan dengan 2. Identifikasi factor-faktor yang 2. Untuk menambah pengetahuan
pasien dan keluarga bertambah dengan pasien
kurang terpaparnya dapat meningkatkan dan
3. Mengatahui tingkat pemahaman
informasi yang ditandai kriteria hasil : menurunkan motivasi perilaku pasien tentang penjelasan
dengan Pasien tampak 1. Verbalisasi dalam minat belajar hidup bersih dan sehat kondisi penyakit
cemas, Pasien tampak meningkat (5) 3. Sediakan materi dan media 4. Memberikan pasien kesiapan
meringis, Pasien tampak 2. Perilaku sesuai dengan pengetahuan pendidikan kesehatan untuk menerima informasi
bingung ketika ditanya meningkat (5) 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan 5. Mengetahui tingkat pengetahuan
tentang kondisi 3. Kemampuan menggambarkan sesuai kesepakatan pasien
pengalaman sebelumnya sesuai 6. Agar pasien memahami hal-hal
penyakitnya, klien tampak 5. Berikan kesempatan untuk
dengan topic meningkat (5) yang mempengaruhi kesehatan
sering bertanya, Pasien 4. Kemampuan menjelaskan bertanya 7. Memberikan pengetahuan dalam
lulusan SMP. pengetahuan tentang suatu topic 6. Jelaskan factor resiko yang dapat menajaga perilaku hidup bersih
meningkat(5) mempengaruhi kesehatan dan sehat
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
47
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
P: Hentikan intervensi
51
LEMBAR KONSULTASI 35
Nama : Wenie
NIM :
Program Studi : S1 Keperawatan
Tanda Tangan
No Hari/Tgl/Waktu Catatan Pembimbing
Mhs Pembimbing
1.
52
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, F. W. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta: EGC.
Ganong, F. William. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17. Jakarta :
EGC.
Marrilyn, E. Doengus. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Smelster, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2.
Jakarta : EGC.
53
IX. PENGORGANISASIAN
Pembicara : Wenie
MATERI PENYULUHAN
DAFTAR PUSTAKA
60