OLEH
ARDIANSYAH LUBIS
22090112090
PROGRAM PASCASARJANA
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
SAW untuk disampaikan kepada umatnya, yang berlaku hingga akhir zaman.
Sebagai umat Islam, maka wajib untuk mengamalkan isi atau ajaran yang ada
dalam Al-Qur‟an. Untuk memahaminya, diperlukan suatu ilmu agar apa yang
adalah Nasakh dan Mansukh. Jika dilihat pada sejarah, para ulama terdahulu
memiliki pendapat yang berbeda terkait dengan Nasakh Mansukh, mulai dari ada
tidaknya ilmu tersebut, bentuknya, contohnya, dan lain-lain. Untuk itu, perlu
dipelajari kembali apa yang dimaksud dengan Nasakh Mansukh dan berbagai
II. PEMBAHASAN
1. Pengertian Nasakh
1
“menghilangkan atau meniadakan”. Kata an-Nasakh juga berarti اىزحـ٘يـو
perpindahan harta warisan dari seseorang kepada orang lain. Kata an-Nasakh
juga berarti يـــو اىـزـجــــدartinya “mengganti atau menukar sesuatu dengan yang
atau mengutip”.1
yang berlaku adalah yang ditetapkan terakhir. Dengan kata lain, suatu hukum
yang telah ditetapkan bisa saja dibatalkan kemudian digantikan oleh hukum
lain. Atau suatu ayat yang telah diturunkan secara makna dan lafal bisa saja
1
Abu Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung : Amzah, 2005), h. 47
2
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, Ed. II, 2016), h. 108
3
Herlina, Studi Al-Qur‟an, (Pekanbaru: Benteng Media, 2013), h. 58
4
Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, Ed. II, 2016), h. 109
2
Dalam memaknai an-Nasakh secara terminologis, para ulama
َٗ ۡج ٍٔ ىَ ۡ٘ ََل ُٕيَ َنبَُ ثَب ِثزًبَٚة ۡاى َُزَقَدّ ًِِ َعي َ ذ ِث ۡبى ِخ
ِ طب ِ ۡاز ِرفَبعِ ۡاى ُح ۡن ٌِ اىثَّب ِثَٚطبةُ اىد َّا ُّه َعي
َ اخي ِٔ أَُِّّ ۡاى َخ
ِ ٍَ َع ر ََس
ُْٔۡ َع
datang kemudian.”
b. Al-Amidi
ق
ٍ ِسبث ّ ة ش َۡس ِع
َ ٍي ٍ طب ۡ ِِ ٍِ ِش ِسعِ ۡاى ََبِّع
َ اىسزَِۡ َس ِاز ٍَب ثَجَذَ ٍِ ِۡ ُح ۡن ٌِ ِخ َّ ة اى َ بزح ٌ َع ِۡ ِخ
ِ طب َ َِعج
ي ٍ ٍُزَأ َ ِ ّخ ٍس
ّ ي ِ ِثدَ ِىي ٍو ش َۡس ِع َّ َز ۡف ُع ۡاى ُح ۡن ٌِ اى
ّ ش ۡس ِع
3
2) Secara terpisah datang titah pembuat hukum yang menetapkan hukum
ditetapkan sebelumnya.
Cara untuk mengetahui nasakh dan mansukh dapat dilihat dengan cara-cara
sebagai berikut:
2. Kesepakatan umat tentang menentukan bahwa ayat ini nasakh dan ayat itu
mansukh
3. Mengetahui mana yang lebih dahulu dan mana yang kemudian dalam
perspektif sejarah.6
dan hukuman
5
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, Edisi Revisi, (Jakarta : Kencana, 2014), h. 403
6
Abu Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung : Amzah, 2005), h. 53
4
5. Hukum al-mansukh tidak terbatas pada waktu tertentu, tetapi harus berlaku
disepanjang waktu
7. Status nash an-nasikh lebih kuat atau sama dengan nash al-mansukh.7
besar bagi para ahli ilmu, terutama fuqaha, mufassir, dan ahli ushul, agar
Diriwayatkan, Ali RA pada suatu hari melewati seorang hakim lalu bertanya:
“Apakah kamu mengetahui yang nasikh dari yang mansukh?”, “Tidak,” jawab
hakim itu., maka kata Ali: “Celakalah kamu, dan kamu mencelakan orang lain.”8
افال يزد ثسُٗ اىقساُ ٗى٘ مبُ ٍِ عْد غيس هللا ى٘ جدٗا فئ اخزالفب مثيسا
AlQuran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang
banyak di dalamnya.”
bertentangan secara hakiki. Maka, dalam menghadapi ayat yang sepintas dinilai
7
Kadar M. Yusuf, Studi Alquran, (Jakarta: Amzah, Ed. II, 2016), h. 111
8
Herlina, op.cit, hal. 64-65. Diriwayatkan Ibn Jarir, Ibnul Munzir dan Abi Hatim, dari Ibn Abbas
5
1. Abu Muslim al-Asfahani dan yang sepaham dengannya
tetapi tidak mungkin terjadi menurut syara‟. Menurut Abu Muslim nasakh
tidak ada dalam Al-Qur‟an, yang ada hanyalah „am takhsis. Dalil yang
“Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan
maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana
Menurut golongan ini, jika ada pembatalan (nasakh) hukum yang telah
a. Allah tidak tahu kejadian yang akan datang, sehingga Dia perlu
b. Jika itu dilakukan Allah, maka Dia melakukan kesia-siaan dan permainan
belaka.9
hukum sesuai dengan kondisi umat Islam saat itu. Dan ini tidak akan
menyebabkan Allah tidak tahu peristiwa yang akan datang. Namun ini
9
Herlina, Studi Al-Qur‟an, (Pekanbaru: Benteng Media, 2013), h. 66
6
2. Jumhur ulama
Jumhur ulama mengakui adanya nasakh mansukh pada ayat yang memiliki
kontradiksi dalam Al-Qur‟an. Dalil yang mereka gunakan adalah firman Allah
ٍب ّْسح ٍِ ايخ اٗ ّْسٖب ّأد ثخيس ٍْٖب اٗ ٍثيٖب اىٌ رعيٌ اُ هللا عو مو شيء قديس
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa
kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik dari padanya atau yang
kemudharatan.
Para ulama ada yang berpendapat bahwa nasakh tidak ada dalam Al-
maslahat atau mafsadat pada sesuatu yang dikenai hukum itu. Sesuatu
7
yang mengandung maslahat tidak mungkin beralih menjadi mafsadat
masa berlaku maslahat itu. Hal ini adalah takhsis, bukan nasakh.
4) Kalam Allah itu bersifat qadim, sesuatu yang bersifat qadim tidak
mungkin dicabut.10
tunduk kepada hikmah dan tujuan. Atas dasar pendapat ini, Allah
2) Dalil naqli yang kuat adalah firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat
106 :
10
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, Edisi Revisi, (Jakarta : Kencana, 2014), h . 423
11
Ibid, h. 426
8
D. Pembagian Nasakh dan contohnya
Adapun pembagian An-Naskh pada dalil Syar‟i dibagi menjadi empat bagian.
Yaitu:
sunah mutawatir dengan sunah mutawatir dan sunah ahad dengan sunah ahad
ayat 65 :
)56( َُُٖ٘ ٍَِبئ َخٌ يَ ْغ ِيجُ٘ا أ َ ْىفًب ٍَِِ اىَّرِيَِ َمفَ ُسٗا ِثأََّّ ُٖ ٌْ قَ ْ٘ ًٌ ََل يَ ْفق
berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka
akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang
yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari
pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak
َِصب ِث ِسي
َّ َّللاُ ٍَ َع اى َّ ُِ ْيَ ْغ ِيجُ٘ا أ َ ْىفَي ِِْ ِثئِذ
َّ َٗ ٓۗ َِّللا
9
seratus orang yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus
orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya
mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah. Dan
2. Naskh Al-Qur‟an dan Sunnah. Pada naskh jenis ini terbagi menjadi dua bagian
lagi. Yaitu:
keyakinan tanpa ada praduga atau dugaan. Sedangkan hadits ahad adalah
nash yang bersifat zhanni, maka tidak sah menghapus suatu yang sudah
10
Sementara menurut Imam Syafi‟i, Dzahariah dan Ahmad dalam
ٌ ش ْيءٍ قَد
)605( ِيس ِ ْ س ْخ ٍِ ِْ آيَ ٍخ أ َ ْٗ ُّ ْْسِ َٖب َّأ
َّ َُّ َد ثِ َخي ٍْس ٍِ ْْ َٖب أ َ ْٗ ٍِثْ ِي َٖب ۗٓ أَىَ ٌْ ر َ ْعيَ ٌْ أ
َ ُم ِّوٰٚ ََّللاَ َعي َ ْْ َّ ٍَب
Artinya: Apa saja ayat yang kami naskhkan atau kami melupakannya
ٚمزت عيينٌ إذا حضس أحدمٌ اىَ٘د إُ رسك خيسا اى٘صيخ ىي٘ىديِ ٗاَلقسثيِ ثبىَعسٗف حقب عي
ِاىَزقي
180).
Ayat tersebut dinasakh oleh sabda Rasulullah saw dari Umamah, menurut
SAW:
13
Abdur Rahman Malik, Abrogasi dalam Al Qur’an: Studi Nasikh dan Mansukh, Sekolah pasca sarjana
UIN Syarif Hidayatullah, Jurnal Studi Al Qur;an; Membangun Tradisi Berfikir Qur‟ani. Vol 12, No. 1 Tahun 2016.
Doi.org/10.21009/JSQ.012.1.05
11
“Sesungguhnya Allah SWT telah memberi bagian tertentu untuk yang
berhak, maka tidak boleh berwasiat kepada ahli waris”. (HR. Tirmidzi).14
َُُٗ اخش َْ٘ ِّي ٗ ِِل ُ ِر ٌَّ ِّ ْع ََ ِزي َعيَ ْي ُن ٌْ َٗ َى َعيَّ ُن ٌْ ر َ ْٖزَد َ َِبض َعيَ ْي ُن ٌْ ُح َّجخٌ ِإ ََّل اىَّرِي
ْ َٗ ٌْ ُٕ َْ٘ ظيَ َُ٘ا ٍِ ْْ ُٖ ٌْ فَ َال ر َْخش ِ َِّْىي
Artinya : “Dan dari mana saja kamu keluar maka palingkanlah wajahmu
ke arah masjidil Haram dan dimana saja kamu berada maka palingkanlah
wajahmu kearahnya agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali
sunnah di nasakhan dengan dalil sunnah pula, contoh tentang ziarah kubur
yang sebelumnya dilarang oleh Nabi Muhammad Saw lalu suatu saat Nabi
14
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, terj. Saefullah Ma’sum, dkk, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), h.
193
15
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fikih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), h. 193
16
Ahmad Hanafi, Ushul Fikih, (Jakarta: Aka Jakarta, 2009), h. 93
12
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
umum
2. Nasakh bisa terjadi pada masalah umum dan khas, sedangkan takhsis hanya
3. Ayat yang di-nasakh-kan harus muncul lebih awal dari ayat yang menasakh-
2. Kesepakatan umat tentang menentukan bahwa ayat ini nasakh dan ayat itu
mansukh
3. Mengetahui mana yang lebih dahulu dan mana yang kemudian dalam
perspektif sejarah.
13
4. Nasakh Sunnah dengan Sunnah
B. Saran
mengenai Nasakh Mansukh, dan sikap ulama terhadapnya. Jika terjadi perbedaan
itu wajar, sikap yang harus diambil adalah mengikuti yang lebih dekat kepada
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, Edisi Revisi, Jakarta : Kencana, 2014
Abdur Rahman Malik, Abrogasi dalam Al Qur’an: Studi Nasikh dan Mansukh,
Sekolah pasca sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jurnal Studi Al Qur;an;
Membangun Tradisi Berfikir Qur‟ani. Vol 12, No. 1 Tahun 2016.
Doi.org/10.21009/JSQ.012.1.05
14