Disusun oleh :
Kelompok 6 :
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepadaAllah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
bertajuk "Parameter-Parameter dalam Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Kromatografi” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah pemisahan kimia yang diampu oleh Bapak Firman Shantya
Budi, S.Pd., M.Sc.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat dan untuk kami sendiri, khususnya.Demikian apa
yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari karya
ini.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………….... 1
C. Tujuan …………………………………………………………… 2
A. Kesimpulan …………………………………………………………... 24
B. Saran …………………………………………………………………. 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Komponen yang berbeda dari campuran bergerak melalui fase diam pada
kecepatan yang berbeda, menyebabkan mereka terpisah satu sama lain. Sifat fase
bergerak dan diam tertentu menentukan zat mana yang bergerak lebih cepat atau
lambat, dan bagaimana mereka dipisahkan. Waktu tempuh yang berbeda ini
disebut waktu retensi .
1
Di laboratorium modern, aspek warna tidak lagi relevan, tetapi prinsip
yang sama berlaku. Dengan melarutkan campuran yang diinginkan dalam fase
gerak dan memindahkannya melalui fase diam, komponen campuran dapat
dipisahkan satu sama lain berdasarkan kecepatan perjalanannya yang
berbeda.Dengan mengubah fase gerak, fase diam, dan / atau faktor yang
menentukan kecepatan perjalanan, berbagai macam metode kromatografi telah
dibuat, masing-masing memiliki tujuan yang berbeda dan ideal untuk campuran
yang berbeda.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
2. Untuk Mengetahui apa yang dimaksud Waktu mati
3
BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi suatu zat diantara dua
fase pelarut:
4
K= Cs/Cm
K = koefisien distribusi
Bila harga K besar berarti populasi molekul dalam fasa diam lebih besar
daripada fasa gerak dan berarti rata-rata lebih lama tertahan dalam fasa diam.
Pemisahan pada kromatogra fiter jadi karena molekul sampel tertahan oleh fase
diam atau dibawa oleh fasa gerak, tergantung dari afinitas senyawa tersebut
terhadap kedua fasa ini . Distribusi dari molekul-molekul sampel diantara dua fasa
ditentukan oleh tetapan kesetimbangan yang dikenal dengan koefisien distribusi
(K) atau koefisien partisi.
Distribusi analat diantara fase diam dan fase gerak digambarkan cukup
sederhana. Analat berada dalam kesetimbangan diantara duafase :
B. Waktu mati(t0)
Waktu mati (𝑡0 ) atau sering juga dikenal dengan terminologi Volume mati
(𝑉0 ) pada GC didefinisikan sebagai senyawa yang tidak tertahan dalam kolom
atau waktu yang dibutuhkan oleh fasa gerak yang berupa gas untuk melewati
kolom. Metode untuk penentuan waktu mati (volume mati) tergantung pada sifat
fisik fasa gerak baik berupa gas atau cairan. Secara umum penentuan waktu mati
5
dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak
langsung baik pada sistem kromatografi gas, maupun pada sistem kromatografi
cair.
Nilai waktu mati akan selalu tergantung pada metode penentuan yang
digunakan. Waktu mati merupakan parameter yang sangat diperlukan pada
kromatografi cair terutama untuk penentuan faktor retensi (k ́) (Knox dan
Kaliszan, 1985), indeks retensi (Kovats, 1958), optimasi proses pemisahan
(Warren et al., 1990), uji interaksi antara pelarut dan zat terlarut (Slaats et
al.,1981) dan interpretasi fenomena fisiko-kimia pada kolom kromatografi yang
digunakan (Nowotnik and Narra, 1993).
C. Waktu retensi
Waktu retensi (RT) adalah ukuran waktu yang dibutuhkan zat terlarut
melewati kolom kromatografi.Ini dihitung sebagai waktu dari injeksi hingga
deteksi.Waktu retensi puncak dapat digunakan sebagai alat identifikasi kualitatif.
Posisi puncak majemuk target memainkan peran penting dalam analisis kualitatif
GC. Kami menyebut lamanya waktu antara injeksi dan posisi puncak senyawa
target sebagai waktu retensi. Di sisi lain, perbedaan waktu antara puncak senyawa
yang tidak tertahan dan senyawa target disebut waktu retensi yang disesuaikan.
Kami menyebut waktu retensi senyawa yang tidak ditahan oleh fase diam sebagai
waktu penahanan gas.Waktu penahanan diukur secara langsung sebagai puncak
udara untuk pengukuran TCD menggunakan kolom yang dikemas, tetapi puncak
udara tidak diamati untuk kolom kapiler. Waktu penahanan dapat diperkirakan
secara tidak langsung dengan menggunakan tiga puncak n-alkana
6
Faktor yang Mempengaruhi Waktu Retensi :
1. Konstanta Ekuilibrium
Sampel yang diuapkan disuntikkan ke kepala kolom GC, yang berisi fase
diam cair, yang diadsorpsi ke permukaan padatan inert.Penopang padat lembam
(biasanya tanah diatom atau tanah liat) diperlukan untuk menjaga stasioner fasa
cair dalam kolom.Kecepatan perjalanan senyawa tertentu melalui kolom
tergantung pada berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk bergerak dengan gas
dan bukan terikat pada cairan.Material yang lebih menyukai fase diam memiliki
waktu retensi yang lebih lama daripada material yang menyukai fase gerak.
2. Konstanta kesetimbangan,
7
K, didefinisikan sebagai konsentrasi molar analit dalam fase diam dibagi
dengan konsentrasi molar analit dalam fase gerak.Nilai K yang tinggi berarti
senyawa tersebut lebih larut dalam fasa cair daripada di fasa gas.K tergantung
suhu.
1. Titik didih
2. Suhu kolom
Temperatur kolom yang tinggi akan memberikan waktu retensi yang lebih
pendek, karena lebih banyak komponen yang bertahan dalam fase gas tetapi hal
ini dapat mengakibatkan pemisahan yang buruk. Untuk pemisahan yang lebih baik,
komponen harus berinteraksi dengan fase diam.
4. Panjang kolom
8
Kolom yang lebih panjang akan menghasilkan waktu retensi yang lebih
lama tetapi pemisahan yang lebih baik. Sayangnya, jika suatu komponen memiliki
waktu transit yang terlalu lama dalam kolom, dapat terjadi efek difusif yang
menyebabkan lebar puncak melebar.
D. Faktor retardasi
RF=ZX/(Zf-Zo)
9
Gambar 1 . Ilustrasi pengukuran yang digunakan untuk menghitung faktor
retardasi dan variasi tinggi pelat dengan jarak migrasi depan pelarut.
10
dan dibandingkan di sejumlah sistem pemisahan. Jika sistem pemisahannya saling
melengkapi, daftar zat yang mungkin membingungkan akan menjadi lebih pendek
karena semakin banyak zat yang berada di luar jendela identifikasi karena tidak
diketahui. Akhirnya, hanya segelintir zat yang mungkin tetap ada dalam daftar, di
mana teknik pemisahan selektif dan spektroskopi yang sesuai digunakan untuk
mengkonfirmasi identifikasi zat yang tidak diketahui.
Cara mudah bagi ahli kimia untuk melaporkan hasil pelat TLC di
notebook lab adalah melalui " faktor retardasi" yang menghitung pergerakan
senyawa (Persamaan )
Rf=jarak yang ditempuh oleh kompleks/jarak yang ditempuh oleh pelarut depan
11
Gambar 2. a) Contoh perhitungan , b) Penampilan muka pelarut pada pelat KLT
elusi Rf
Nilai RF adalah rasio, dan ini mewakili jarak relatif tempat yang ditempuh
dibandingkan dengan jarak yang bisa ditempuh jika dipindahkan dengan bagian
depan pelarut. Sebuah 0,55 berarti tempat pindah sejauh pelarut, atau sedikit lebih
dari setengah jalan. Rf 55 % Karena pada dasarnya adalah persentase, tidak
terlalu penting untuk membiarkan TLC berjalan ke ketinggian tertentu pada pelat
TLC. Pada Gambar 2 sampel asetofenon dielusi ke ketinggian yang berbeda, dan
dihitung dalam setiap kasus agar serupa, meskipun tidak identik . Sedikit variasi
dalam muncul dari kesalahan yang terkait dengan pengukuran penggaris, tetapi
juga perbedaan jumlah air yang teradsorpsi pada pelat KLT yang mengubah sifat
penyerap. Nilai harus selalu dianggap sebagai perkiraan.
12
Gambar 3. Asetofenon mengalir ke ketinggian yang berbeda pada pelat KLT,
menggunakan heksana 6: 1: etil asetat dan divisualisasikan dengan pewarnaan
anisaldehida.
Meskipun secara teori TLC dapat dijalankan pada ketinggian berapa pun,
biasanya pelarut berjalan kira-kira dari atas pelat untuk meminimalkan kesalahan
dalam penghitungan , dan untuk mencapai pemisahan campuran terbaik . Pelat
TLC tidak boleh dibiarkan berjalan sepenuhnya ke atas pelat karena dapat
mempengaruhi hasil.Namun, jika menggunakan ruang TLC jenuh dan tersegel,
masih dapat dihitung.Faktor retardasi Kadang-kadang disebut faktor retensi
karena ini adalah ukuran bagaimana pergerakan titik-titik diperlambat, atau
diperlambat.
E. Teori HETP
13
komponen-komponen dalam suatu larutan cair (dengan menggunakan uap)
berdasarkan tingkat volatilitas setiap komponen dalam larutan tersebut. Nilai
HETP dapat digunakan untuk menentukan efesiensi suatu menara bahan isian dan
untuk menenntukan tinggi dan jenis bahan isian yang digunakan agar memberikan
hasil yang maksimum.Secara umum ada dua macam menara distilasi, yaitu
menara dengan bahan isian (Packed Tower) dan menara plate (Plate Tower).
14
Sifat – sifat bahan yang harus dimiliki bahan isian adalah :
1. Perbandingan luas permukaan bidang basah (bidang kontak) bahan isian per
satuan volume bahan isian cukup besar.
2. Susunan bahan isian dalam kolom cukup memberikan rongga kosong,
sehingga memudahkan aliran fluida, sedangkan penurunan tekanan aliran
tidak terlalu besar.\
3. Permukaan bahan isian mudah menjadi basah.
4. Tahan terhadap suhu dan perubahannya, dan tidak mudah berkarat.
5. Cukup kuat, tidak mudah pecah.
Didalam distilasi ada beberapa cara untuk menentukan jumlah plate
teoritis sebagai plate minimum, yaitu dengan cara :
1. Metode Mc-Cebe Thiele
Metode Mc-Cebe Thiele dipresentasikan oleh dua orang mahasiswa di
Massachusetts Institute di Technology (MIT), warren L-Mc Cebe dan Ernest W.
Thiele pada tahun 1925.Teknik ini dianggap sebagai metode yang paling
sederhana dan mungkin paling instruktif untuk menganalisa distilasi biner.
Metode ini menggunakan fakta bahwa komposisi pada setiap plate teoritis
atau tahap kesetimbangan ditentukan sepenuhnya oleh fraksi mol salah satu dari
komponen. Metode ini sangatlah mudah karena kita tidak memerlukan
perhitungan heat balance (neraca panas) untuk menentukan jumlah stage yang
dibutuhkan. Metode Mc-Cebe Thiele ini mengasumsikan bahwa laju alir molar
baik liquid maupun vapour atau L/V konstan, atau dikenal juga dengan istilah
Constant Molar Overflow (CMO). Namun pada keadaan sebenarnya, keadaan
CMO tidaklah konstan.“L” adalah laju alir molar ang kembali ke kolom (ke stage
pertama).Sedangkan “V” adalah uap yang keluar dari kolom menuju kondensor
untuk di kondensat.“L” adalah liquid yang berasal dari kolom distilasi menuju ke
reboiler untuk diuapkan kembali.Sedangkan “V” adalah uap yang terbentuk dari
“L” dan masuk lagi ke kolom. Untuk lebih memudahkan, bagian rectifying akan
ditandai dengan subscript m. Biasanya mol fraksi j dalam umpan, produk atas dan
bawah, kondisi termal umpan diketahui.
Rumus tersebut didapat dari:
𝛼𝑎𝑏 . 𝑋𝑎
𝑌𝑎 =
1 + (𝛼𝑎𝑏 − 1) . 𝑋𝑎
15
Rumus tersebut didapat dari:
𝑌𝑎⁄
𝛼𝑎𝑏 = 𝑋𝑎
𝑌𝑏⁄
𝑌𝑏
𝑌𝑎 𝑌𝑏
= 𝛼𝑎𝑏( )
𝑋𝑎 𝑋𝑏
𝑌𝑏
𝑌𝑎 = 𝛼𝑎𝑏 ( ) 𝑋𝑎
𝑋𝑏
L0 = L1 = Ln
V1 = V2 = Vn+1
L 𝐷
Yn+1= 𝑉 𝑋𝑛 + 𝑉 Xd……………………..…(1)
V1= L0+ D
16
V=L+D
L 𝐷
Yn+1= 𝑋𝑛 + Xd…………….....…..(2)
𝐿+𝐷 𝐿+𝐷
𝐿⁄ 𝑋𝑑
𝐷
Yn+1= 𝐿⁄ Xn+𝐿⁄ +1
𝐷 +1 𝐷
R 𝑋𝑑
Yn+1= 𝑅+1 𝑋𝑛 + 𝑅+1………..........………..(3)
Persamaan (1), (2) dan (3) disebut persamaan garis operasi atas (GOA) dengan :
𝐿 𝐵
Y = 𝑉 𝑋𝑚 − 𝑋𝑏 ………..........………..(4)
𝑉
𝐵 . 𝑋𝑏
Intercept : 𝑉
Pada refluks total dimana seluruh uap yang terembunkan dalam kondensor
dikembalikan kedalam kolom sebagai refluks maka tidak ada hasil distilat ( D=0 ).
Perbandingan refluks ( Lo/D ) adalah tak terhingga.
𝑃𝑎 °
αd= , pada suhu puncak (td)
𝑃𝑏°
𝑃𝑎 °
αd=𝑃𝑏° , pada suhu bawah (tw)
17
Dimana : Paº = tekanan uap murni komponen a
Pbº = tekann uap murni komponen b
Untuk campuran ideal, metode ini didasarkan atas volatilitas relatif αab
antar komponen, dengan terlebih dahulu menetapkan αd dan αw.
Ya 1− Xa
ab = Xa (1−Ya )
𝑃𝑎 °
ab =𝑃𝑏°
𝑌𝑎 𝑋𝑎 𝑌𝑎 𝑋𝑎
Untuk system biner 𝑌𝑏 dan 𝑋𝑏 dapat diganti dengan : 1− 𝑌𝑎 dan 1− 𝑋𝑎
Sehingga :
𝑌𝑎⁄ 𝑌𝑎 𝑋𝑎
ab = 𝑌𝑏⁄𝑋𝑎 = 𝑌𝑏 . 𝑋𝑏
𝑋𝑏
𝑌𝑎 𝑋𝑎
ab = 1− 𝑌𝑎 . 1− 𝑋𝑎
𝑌𝑎 𝑋𝑎
= ab 1− 𝑋𝑎
1− 𝑌𝑎
untuk plate n + 1
𝑌𝑛+1 𝑋𝑛+1
= ab 1− 𝑋𝑛+1
1− 𝑌𝑛+1
18
oleh karena itu refluks total distilat (D) = 0 dan L = 1, Yn+1 = Xn
𝑋𝑛 𝑋𝑛+1
sehingga : = ab 1− 𝑋𝑛+1
1−𝑋𝑛
𝑋𝑑 𝑋1
= ab 1− 𝑋1 ………………………… (1)
1−𝑋𝑑
𝑋1 𝑋2
= ab 1−𝑋2 …………………………. (2)
1− 𝑋1
Jika persamaan (1) dan (2) dikalikan satu sama lain dan suku – suku
tengah saling menghapuskan, maka :
𝑋𝑑 𝑋𝑛
= (ab)𝑛 1−𝑋𝑛
1− 𝑋𝑑
Untuk sampai ke hasil bawah yang keluar dari kolom diperlukan N min
plate ditambah satu reboiler
𝑋𝑑 𝑋𝑏
= (ab)𝑛 min +1 1−𝑋𝑏
1− 𝑋𝑑
𝑋𝑑 𝑋𝑏
𝐿𝑜𝑔 ( . )
N min = 1− 𝑋𝑑 1−𝑋𝑏
–1
𝐿𝑜𝑔 ab
19
𝑃° 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
d= 𝑃° 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 pada suhu puncak (td)
𝑃° 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
w= 𝑃° 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠𝑡 pada asuhu bawah (tw)
Manfaat dari HETP adalah untuk menghitung tinggi kolom bahan isian
dengan terlebih dahulu menentukan jumlah plate teoritis.
F. Pelebaran Puncak
Proses yang terjadi dalam kolom membutuhkan waktu tertentu untuk zat
terlarut mencapai keseimbangan dengan fase diam dan fase geraknya. Hasil
analisis kromatogram berupa puncak-puncak kromatografi dipengaruhi oleh laju
elusinya.Dalam praktek harga H (HETP) selalu lebih besar dari harga idealnya
(nol) yang berarti terjadi pelebaran puncak. Pelebaran ini disebabkan oleh 3 faktor
yaitu:
1. Difusi Eddy
Difusi Edi disebabkan karena ketidakseragaman packing pada
kromatografi kolom, meliputi perbedaan bentuk, ukuran partikel-partikel pengisi
kolom, cara pengisian kolom, dan diameter dari kolom Perbedaan ini
mengakibatkan solut akan mengambil jalan yang berbeda untuk melalui kolom
sehingga terjadi perbedaan waktu keluarnya molekul-molekul dari kolom.
Perbedaan tersebutmenyebabkan pelebaran puncak dari solut. Untuk memperkecil
efek ini, digunakan partikel-partikel kecil dengan ukuran sama tetapi tidak
menyebabkan penurunan tekanan yang terlalu tinggi dalam kolom, diameter
20
kolom yang kecil, pengepakan yang mampat dan ukuran sama tanpa memecahkan
partikel-partikel pengisi kolom tersebut.
2. Difusi Longitudinal
Difusi Longituidinal disebabkan karena kecenderungan zat terlarut untuk
berdifusi. Molekul-molekul zat terlarut cenderung untuk berdifusi dari daerah
yang konsentrasinya tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Akibatnya,
waktu melintasi kolom, molekul-molekul akan menyebar (berdifusi) ke belakang
dan ke depan.
3. Transfer Massa
Transfer massa untuk pemisahan zat terlarut pada fase diam, tidak terjadi
begitu saja melainkan bergantung pada partisi zat terlarut dan koefisien difusinya.
Transfer massa ini dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Transfer massa fase gerak
21
Solut yang tidak bergerak melalui kolom ketika berada pada fase gerak
dalam kondisi stagnant akan membutuhkan waktu lebih lama di dalam kolom
daripada solut yang melewati kolom begitu saja bersama fase geraknya.
22
3. Laju alir solut ketika melalui kolom.
G. Resolusi kromatogram
dimana t r 1 dan t r 2 dan w 1 dan w 2 masing-masing adalah waktu dan lebar dari
dua puncak yang berdekatan. Jika puncak cukup dekat, yang merupakan masalah
terkait, w hampir sama untuk kedua puncak dan resolusi dapat dinyatakan sebagai
Jika jarak antar puncak adalah 4σ, maka R adalah 1 dan 2,5 persen luas
puncak pertama tumpang tindih dengan 2,5 persen luas puncak kedua. Resolusi
kesatuan minimal untuk analisis kuantitatif menggunakan area puncak.
alam kromatografi gas (GC) dan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC), resolusi
didefinisikan sebagai perbedaan antara waktu retensi 2 puncak yang saling
berdekatan (ΔtR = tR2-tR1) dibagi dengan rata-rata lebar puncak (W1 + W2)/2
seperti gambar berikut.
23
Nilai Rs harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan memberikan
pemisahan puncak yang baik (base line resolution).
Yang mana:
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
Knox, J.H. and Kaliszan, R.1985. Theory of Solvent Disturbance Peaks and
Experimental Determination of Thermodynamic Dead-Volume in
Column Liquid Chromatography. Journal of Chromatography, 349:211.
Nicole, Lisa. 2017. Organik Chemistry Lab Techniques. Butte Collage : California
Warren, F.V., Phoebe, C.H., Webb, M.A., Weston, A., Bidlingmeyer, B.A.
1990. An interactive approach to eluent optimization for isocratic liquid
chromatography. Journal AmerLaboratorium, 22(11):17-28.
26