Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH HUMANIORA DALAM KEBIDANAN

MITOS SEPUTARAN MASA NIFAS


DOSEN PENGAMPU : EKA FRENTI H, SST. M.Keb

DI BUAT OLEH
PUSPITA SARI
NIM : 21041028
S1 KEBIDANAN REGULER TRANSFER BERAU
ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021

0
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“TUGAS HUMANIORA DALAM KEBIDANAN MITOS SEPUTARAN MASA NIFAS ”
sebagai tugas Saya.
Saya menyadari masih  banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini yang
tentunya jauh dari kesempurnaan. Karena itu saya selalu membuka diri untuk
setiap saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya saya
selanjutnya

Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak. Untuk itu
saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu,baik secara
langsung ataupun tidak langsung.
semoga sumbangan amal bakti semua pihak tersebut mendapat balasan yang
setimpal dari- Nya. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
kelompok kami khususnya dan masyarakat pecinta ilmu pengetahuan pada
umumnya.

Berau,16 November 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2
BAB I
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 5
C. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH ......................................................................... 5
BAB II
ARTIKEL MITOS SEPUTARAN MASA NIFAS, KENAPA
TAK BOLEH KELUAR RUMAH 40 HARI ? ................................................................... 7
BAB III
1. Apakah pantangan – pantangan makanan menurut budaya indonesia
memberi manfaat bagi ibu nifas dan bayinya ? ............................................................... 10
2. Apakah budaya tidak boleh mandi dan keramas bagi ibu yang
melahirkan bermanfaat bagi ibu nifas dan bayinya ?.................................................... 12
3. Apakah budaya tidak boleh keluar rumah selama 40 hari pada masa
nifas bermanfaat atau tidak bagi ibu nifas dan bayinya ?................................................ 13
4. Apakah budaya penggunaan stagen bermanfaat atau tidak bagi ibu nifas?................... 15
5. Peran bidan dalam menghadapi budaya- budaya selama masa
nifas di masyarakat tersebut ............................................................................................ 18
BAB IV
A. KESIMPULAN................................................................................................................. 20
B. SARAN.............................................................................................................................. 20

2
BAB I
A. LATAR BELAKANG
Masa nifas adalah masa pemulihan paska persalinan hingga seluruh organ reproduksi
wanita pulih kembali sebelum kehamilan berikutnya. Masa nifas ini berlangsung sekitar
6-8 minggu paska persalinan. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat masa nifas antara lain,
suhu, pengeluaran lochea, payudara, traktur urinarius, dan sistem kardiovaskuler. Selain
dari segi klinik ibu, kondisi kejiwaan ibu paska persalinan juga harus selalu dipantau dan
diberi dukungan. Tak jarang kondisi kejiwaan ini disepelekan dan menjadi salah satu
faktor menurunnya kondisi ibu paska persalinan yang berujung pada kematian
(Ambarwati. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia). Masa nifas
itu merupakan masa yang paling rawan dan selalu dialami oleh ibu yang habis
melahirkan, dimana pada masa ini terjadinya proses pengeluaran darah dari dalam uterus
selama atau sesudah persalinan dan pada normalnya berlangsung selama kurang lebih 6
minggu (Purwoastuti & Walyani, 2015). Periode paska persalinan merupakan masa
transisi kritis bagi ibu dan bayi secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik negara maju
maupun negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi banyak tertuju pada masa
kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan
kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering
terjadi pada masa paska persalinan (Prawirohardjo, 2008).Untuk itu perawatan selama
masa nifas merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Secara tradisional,
upaya perawatan masa nifas telah lama dilakukan dengan berdasar kepada warisan
leluhur dan hal tersebut bervariasi sesuai adat dan kebiasaan pada masing-masing suku,
misalnya saja suku Jawa yang memiliki aneka perawatan selama masa nifas.

Namun, tidak semua perawatan yang dilakukan oleh masyarakat suku Jawa
tersebut dapat diterima bila ditinjau dari aspek medis. Oleh sebab itu, informasi tentang
perawatan masa nifas pada suku Jawa merupakan salah satu aspek penting diketahui para
petugas kesehatan untuk memberikan pendekatan dalam pelayanan kesehatan berupa
penyuluhan (Djakyl, 2013). Di Indonesia ditemukan angka kejadian terhadap berbagai
pantangan
baik itu makanan maupun aktivitas pada ibu nifas dari 5.123.768 ibu nifas,sebanyak
4.206.437 ibu nifas (80%). Sedangkan di Jawa Timur tahun hasil penelitian memberikan
gambaran tentang perawatan oleh ibu nifas saat masa nifas tentang kenyamanan
tergambar kebanyakan Ibu dan bayi harus selalu membawa benda (gunting, pemotong
kuku, dan peniti) apabila diluar rumah atau di dalam rumah sebesar 18 orang (51,4%).
Aktifitas itu dengan
melakukan tidur setengah duduk dengan kaki lurus selama 40 hari yang dilakukan oleh
responden sebesar 16 orang (45,7%). Sedangkan aktifitas sex selama masa nifas sebesar 4
orang (11,4%). Konsumsi nutrisi dengan minum jamu sebesar 22 orang (62,9%),
konsumsi daging, ikan dan telur sebesar 27 orang (77,1%). Konsumsi makanan pedas

3
sebesar 7 orang (20,0%), Konsumsi makanan tertentu sebesar 19 orang (54,3%),
konsumsi nutrisi pantangan
makanan sebesar 25 orang (71,4%), Sosial atau Dukungan sebesar 19 orang (54,3%),
perawatan diri tergambar saat ibu melakukan pijat tubuh sebesar 21 orang (60,0%)
(Yulianti, 2014)

Perilaku yang kurang mendukung selama masa nifas juga terjadi di


Kecamatan Bangsari Kabupaten Jepara yaitu 41,7% ibu nifas berpantangan
mengkonsumsi makanan tertentu berupa daging dan ikan yang lebih dikaitkan dengan
ASI (Air Susu Ibu) agar tidak berbau amis yang dapat menyebabkan muntah jika di
susukan ke bayinya dan ibu nifas harus diurut, diberi pilis supaya peredaran darah lancar
(Suryawati, 2007).Di Demak terdapat 63,1% ibu nifas melakukan beberapa pantangan
aktifitas yang harus berbaring di tempat tidur sebulan penuh, disebabkan oleh budaya
yang telah turun temurun dengan alasan akan mendapat bala (musibah) bagi yang
melanggar sehingga akan berdampak pada ibu dan
anaknya. Sedangkan pantangan pada makanan tertentu lebih cenderung demi kesehatan
ibunya,agar segera cepat pulih kembali, bahkan dari hasil penelitian ini ada 86,2% ibu
nifas menderita anemia (Wulyanto dkk, 2012) Data menunjukan bahwa seperempat dari
wanita usia reproduktif di negara berkembang mengalami kesakitan yang berhubungan
dengan
kehamilan, persalinan dan nifas. Setiap tahunnya komplikasi persalinan menyebabkan
kematian wanita di dunia , kematian bayi berusia satu minggu dan bayi lahir mati
(Syafrudin dan Meriam, 2010). Dalam SDKI 2012, angka kematian ibu meningkat
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup dari tahun 2007 yaitu angka kematian ibu 267
per 100.000 kelahiran hidup. Target penurunan kematian maternal merupakan salah satu
indikator SDGs
(Sustainable Development Goals) yang harus dicapai pada 1,5 dekade kedepan adalah
penurunan AKI sampai tinggal 70 per 100 ribu kelahiran hidup (Kemenkes, 2016).
Penyebab kematian maternal berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2013,
dikelompokan menjadi penyebab langsung adalah kematian materna perdarahan (30,3%),
hipertensi (27,1%), infeksi(7,3%), partus lama ( 1,8%) sedangkan penyebab tidak
langsung (40,8%) kematian materna terkait dengan kondisi sosial, ekonomi, geografi
serta budaya masyarakat. Angka kematian maupun kesakitan pada ibu dapat dihubungan
pada faktor sosial dan budaya
di dalam masyarakat. Selain itu, karena faktor kepercayaan,pengetahuan dan presepsi
mengenai berbagai pantangan makan dan aktifitas tertentu seringkali membawa dampak
positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak (Kemenkes RI, 2016)
Fenomena ini disebabkan karena kuatnya pengaruh sosial budaya terhadap kebiasaan
sehari-hari. Adat dan tradisi merupakan dasar perilaku mengenai berbagai pantangan
makan dan aktivitas tertentu serta beberapa aktifitas dan makan yang harus dipatuhi. Hal
inilah yang masih mempengaruhi kebiasaan masyarakat dalam memilih saat menyajikan
makanan dan pantangan dalam melakukan aktifitas saat nifas (Nurwahyuni,2009). Selain

4
itu, fenomena tersebut juga disebabkan karena adanya kepercayaan terhadap larangan-
larangan orang tua zaman dulu. Orang tua zaman dulu mengatakan bahwa dalam masa
nifas dilarang memakan ikan karena makanan tersebut hanya akan menyebabkan darah
nifas berbau busuk,
tidak cepat kering dan melemahnya daya tahan tubuh baik fisik maupun mental serta
menyebabkan gatal pada kulit. Selain itu, ibu nifas dilarang tidur siang karena dianggap
darah putih akan naik ke mata sehingga menyebabkan mata minus, katarak, sayu, dan
wajah terlihat tua (Okviana,2009). Padahal kepercayaan itu salah besar karena istirahat
dan tidur juga sangat penting untuk mengembalikan energi ibu nifas setelah melahirkan
(Mawardi,2007). Mitos-mitos ibu nifas ini dapat memberikan pengaruh bagi perilaku ibu
nifas baik itu positif maupun negatif.Faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya
seperti presepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab akibat dan kondisi sehat
sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan sering membawa dampak positif maupun negatif.
Perilaku yang berdampak negatife dapat menyebabkan beberapa komplikasi, yaitu: ibu
kurang protein dan nutrisi sehingga memperlambat proses penyembuhan luka jahitan
perineum, kurang istirahat, gizi seimbang yang kurang (Cunningham dkk,2013).Ada tiga
pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural yaitu: culture
carepreservation or maintenance (mempertahankan budaya) dilakukan bila budaya pasien
tidak bertentangan dengan kesehatan, culture care accommodation or negotiation
(negosiasi budaya) dilakukan untuk beradaptasi terhadap budaya yang lebih
menguntungkan kesehatan, culture care repatterning or restructuring (restrukturisasi
budaya) dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan kesehatan (Martha, 2010).
Dalam hal ini tenaga kesehatan khusunya Bidan harus dapat memberikan dukungan
perilaku atau kebiasaan yang bertentngan dengan kesehatan, dan Bidan harus mencegah
perilaku atau kebiasaan yang bertentangan dengan kesehatan, Bidan harus memberikan
pendidikan kesehatan selama ibu nifas, agar mempunyai perilaku yang adaptif sehingga
memberikan keselamatan bagi ibu nifas.

B. RUMUSAN MAKALAH

1. Apakah pantangan – pantangan makanan menurut budaya indonesia memberi manfaat


bagi ibu nifas dan bayinya ?
2. Apakah budaya tidak boleh mandi dan keramas bagi ibu yang melahirkan bermanfaat
bagi ibu nifas dan bayinya ?
3. Apakah budaya tidak boleh keluar rumah selama 40 hari pada masa nifas bermanfaat
atau tidak bagi ibu nifas dan bayinya?
4. Apakah budaya penggunaan stagen bermanfaat atau tidak bagi ibu nifas?
5. Apa peran bidan dalam menghadapi budaya- budaya selama masa nifas di masyarakat
tersebut ?

C. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH

1. Untuk mengetahui apakah pantangan – pantangan makanan menurut budaya indonesia


memberi manfaat bagi ibu nifas dan bayinya .
2. Untuk mengetahui apakah budaya tidak boleh mandi dan keramas bagi ibu yang
melahirkan bermanfaat bagi ibu nifas dan bayinya .

5
3. Untuk mengetahui apakah budaya tidak boleh keluar rumah selama 40 hari pada masa
nifas bermanfaat atau tidak bagi ibu nifas dan bayinya .
4. Untuk mengetahui apakah budaya penggunaan stagen bermanfaat atau tidak bagi ibu
nifas.
5. Untuk mengetahui peran bidan dalam menghadapi budaya- budaya selama masa nifas di
masyarakat tersebut .

6
BAB II
ARTIKEL
https://cantik.tempo.co/read/1268770/mitos-seputar-masa-nifas-kenapa-tak-boleh-keluar-
rumah-40-hari#.YZEEPX5GGOs.gmail

Mitos Seputar Masa Nifas, Kenapa Tak


Boleh Keluar Rumah 40 Hari?
Reporter:

Sehatq.com
Editor:
Mila Novita

Rabu, 6 November 2019 05:55 WIB

Ilustrasi menyusui. factretriever.com

TEMPO.CO, Jakarta - Masa nifas adalah masa yang dimulai dari keluarnya plasenta saat
persalinan hingga enam minggu setelah seorang wanita melahirkan. Dalam periode tersebut,
sebagian besar perubahan tubuh akibat kehamilan dan persalinan akan pulih sepenuhnya. Tubuh
sang ibu pun akan kembali ke kondisi sebelum terjadi kehamilan. 

Banyak sekali tradisi yang harus diikuti oleh sang ibu agar penyembuhannya berjalan lancar.
Tapi manakah yang benar-benar perlu dipatuhi dan manakah yang sebaiknya dihindari karena
hanya mitos?

Di bawah ini adalah tradisi masa nifas yang masih sering


dianjurkan di Indonesia beserta penjelasannya.
1. Dilarang makan ikan, telur, dan daging

7
Ada larangan makan ikan, telur, dan daging selama masa nifas supaya bekas jahitan cepat
sembuh. Tapi perlu diketahui, tradisi yang satu ini hanya mitos. Pasalnya, ibu yang baru saja
melahirkan justru perlu asupan protein lebih tinggi dalam rangka penyembuhan luka dan
pemulihan fisik.

Bila terjadi kekurangan asupan protein selama masa nifas, penyembuhan luka akan lebih lambat
dan dikhawatirkan malah berisiko terkena infeksi. 

Usahakan untuk mengonsumsi 40 gram protein tiap hari guna membantu penyembuhan luka
setelah melahirkan.

Untuk ibu menyusui, bahkan ada kebutuhan ekstra 600 kalori setiap hari. Asupan kalori yang
tidak mencukupi akan menyebabkan ibu baru mudah lelah dan produksi air susu ibu atau ASI
yang berkurang.

Penuhi juga kebutuhan cairan dengan minum setidaknya delapan gelas air per hari atau 2 liter.
Asupan cairan sangat penting untuk membantu proses penyembuhan dan menjaga kecukupan
produksi ASI. 

2. Tidak boleh mandi dan keramas

Larangan ini konon bertujuan agar tubuh tetap hangat dan tidak masuk angin maupun terkena
rematik.

Namun secara medis, tidak ada larangan bagi ibu yang baru melahirkan untuk mandi dan
keramas. Jadi, Anda boleh saja mandi bila dirasa perlu.

Untuk mandi dan berendam dalam bathtub, kegiatan ini sebaiknya ditunda dulu. Anda
disarankan untuk menunggu dulu setidaknya sampai dokter Anda mengizinkan.

Hindari pula mencampur air dalam bathtub dengan bubble bath atau minyak aromaterapi.


Kandungan kimia di dalam produk-produk tersebut bisa saja memicu iritasi maupun infeksi pada
bekas luka.

Setelah selesai mandi, keringkan tubuh dengan saksama menggunakan handuk yang lembut.
Terutama ibu yang melahirkan lewat operasi Caesar, pastikan area bekas luka jahitan tetap bersih
dan kering sehabis Anda mandi. 

Ingatlah bahwa, douching vagina selama masa nifas sangat tidak disarankan. Aktivitas ini
berisiko memperparah luka dan menyebabkan infeksi. 

3. Tidak boleh keluar rumah selama 40 hari

Tradisi tidak boleh keluar rumah selama masa nifas ini cukup sering dipraktikkan dalam budaya
Asia dan Amerika Latin. Tujuannya adalah membantu ibu baru untuk memulihkan diri dari
proses kehamilan dan melahirkan.

Dalam setiap budaya yang memiliki larangan keluar rumah tersebut, ibu baru diharapkan untuk
beristirahat saja di rumah dan menghindari kerja berat. 

Keinginan menjalankan larangan keluar rumah atau tidak, kembali ke pilihan masing-masing
orang. Banyak ibu baru yang tetap beraktivitas keluar rumah, sementara sebagian ibu
mempraktikkannya secara terbatas. Misalnya, hanya keluar rumah untuk membawa bayinya
imunisasi. 

Faktanya, ibu baru melahirkan memang disarankan untuk mengurangi aktivitas fisik dan banyak
istirahat, setidaknya seminggu pertama setelah melahirkan. Kemudian selama enam minggu
masa nifas, ibu baru dapat kembali ke aktivitas normalnya secara bertahap. 

Selama masa nifas, ibu yang baru melahirkan disarankan untuk fokus pada pemulihan diri dan
perawatan bayi saja. Jangan sedih dan tertekan bila Anda tidak bisa segera kembali ke rutinitas.

8
Bila memungkinkan, mintalah bantuan keluarga atau asisten rumah tangga untuk mengurus dan
menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. 

Ada baiknya Anda juga membatasi kunjungan. Misalnya, hanya keluarga dan teman-teman
dekat. Pastikan juga agar mereka mencuci tangan hingga benar-benar sebelum bertemu dan
menyentuh bayi Anda demi menghindarkan penularan penyakit. 

4. Wajib pakai setagen

Alasannya, agar rahim cepat menyusut dan perut tidak menggelambir. Tujuan menggunakan
setagen setelah melahirkan yang sebenarnya adalah memberi penopang ekstra pada perut sampai
organ dan otot perut sang ibu sepenuhnya pulih. Pemakaian setagen juga memberi kompresi
ringan yang membantu rahim untuk mengecil kembali. 

Setagen bisa digunakan segera setelah melahirkan, asalkan Anda mendapatkan izin dari dokter.
Cobalah menggunakannya selama beberapa jam dulu. Bila Anda merasa cocok dan nyaman,
Anda bisa tetap menggunakannya.

Durasi pemakaian setagen atau korset pascahamil juga tidak memiliki patokan khusus. Semua
tergantung pada kenyamanan sang ibu baru. 

Hati-hati supaya tidak melilit setagen terlalu kencang. Tekanan yang terlalu besar pada perut
malah bisa memperlambat penyembuhan.

Namun bukan berarti lilitan setagen bisa dibiarkan kendur. Kencangkan setagen, tapi Anda harus
masih bisa bernapas dengan nyaman dan gerakan tubuh tidak terhambat selama pemakaian
setagen. 

Selama tidak mengganggu proses pemulihan pada ibu yang baru melahirkan atau membahayakan
kesehatan ibu dan bayi, pilihan menjalani tradisi masa nifas ada di masing-masing orang. Anda
bisa memilih untuk mempraktikkannya atau tidak.

Bila tidak yakin mengenai risiko kesehatan yang berkaitan dengan tradisi masa nifas dalam
budaya Anda, sebaiknya konsultasikan dengan dokter kandungan Anda terlebih dulu.

SEHATQ

9
BAB III

1. Apakah pantangan – pantangan makanan menurut budaya


indonesia memberi manfaat bagi ibu nifas ?

a. Tak boleh makan ikan, telur  dan daging supaya jahitan cepat sembuh.

Pernyataan ini tidak benar. Pada ibu nifas, justru pemenuhan kebutuhan protein semakin
meningkat untuk membantu penyembuhan luka baik  pada dinding rahim maupun pada
luka jalan lahir yang mengalami jahitan. Protein ini dibutuhkan sebagai zat pembangun
yang membentuk jaringan otot tubuh dan mempercepat pulihnya kembali luka.

Banyak mitos seputar masa nifas yang berkembang di Indonesia, yang pertama adalah ibu
nifas dilarang mengonsumsi sumber protein seperti ikan, telur dan daging supaya jahitan
luka yang ada dapat segera pulih.

Faktanya, menurut Ambarwati, 2008, dalam Asuhan Kebidanan Nifas, dari sisi medis
justru sebaliknya. Mengonsumsi makanan yang berprotein tinggi sangat dianjurkan bagi
perempuan yang sedang dalam masa nifas, karena salah satu fungsi protein adalah
membantu penyembuhan luka, termasuk luka jahitan.

Jadi, bila kebutuhan protein pada masa ini tidak terpenuhi, maka proses penyembuhan
luka akan berjalan lambat dan berpotensi mengalami infeksi.

Saat masa nifas, ibu juga menyusui bayinya. Bila tidak mendapat asupan protein,
kalsium, dan magnesium yang cukup, maka bisa berpotensi mengalami nyeri pada
punggung.

Selain itu, magnesium, yang terkandung dalam beberapa jenis ikan, pun terbukti
diperlukan tubuh untuk memperkuat tulang, gerak otot, dan fungsi saraf pada perempuan
dalam masa nifas.

b. Tak boleh makan yang berkuah dan tak boleh banyak minum air putih
Pernyataan ini juga keliru. Tubuh ibu nifas membutuhkan banyak cairan terutama
mengganti cairan tubuh yang hilang baik saat mengalami perdarahan, keringat, untuk
pembentukan ASI. Bila cairan tubuh ibu nifas tidak tercukupi, maka akan terjadi
kekurangan cairan, mengalami panas dan produksi ASI sedikit.

Sebaiknya ibu nifas minum air putih yang cukup kurang lebih 8 gelas sehari disertai
dengan asupan susu maupun jus buah. Bila setiap selesai minum ibu nifas akan sering
buang air kecil justru lebih baik. Tidak perlu khawatir jahitan pada daerah perineum (luka
jahitan jalan lahir) akan basah dan tidak sembuh. Justru sebaliknya. Semakin sering

10
dibersihkan terutama dengan sabun dan air lalu dikeringkan setiap buang air kecil, maka
jahitan akan segera pulih.

Perawatan luka pada jalan lahir berbeda dengan jahitan pada bagian tubuh yang lain
misalnya pada tangan. Luka di jalan lahir dijahit dengan benang khusus yang cukup kuat
dan bagian dalam luka  (otot) benangnya akan menyatu dengan tubuh sedangkan bagian
luar (kulit) jahitan  akan lepas sendiri lalu mengering.

Mirip seperti mitos sebelumnya, mitos kali ini yaitu ibu yang sedang dalam masa nifas
tidak boleh makan makanan berkuah karena diyakini membuat vagina terus-menerus
basah.

Faktanya, berdasarkan keterangan dari Kementerian Kesehatan RI, 2019, informasi ini
salah, sebab selama masa postpartum akan banyak cairan yang keluar dari vagina. Hal ini
tidak berhubungan dengan konsumsi makanan berkuah. Oleh karena itu, tidak ada
larangan mengonsumsi makanan seperti soto, bakso, sup, dan sebagainya pada masa masa
nifas

Tak sedikit ibu yang percaya bahwa mengonsumsi banyak sayuran selama masa nifas
bisa membuat sendi jadi lemah.

Faktanya, menurut laporan berjudul "Penerapan Kelas Ibu Nifas untuk Meningkatkan


Pengetahuan tentang Gizi dan Mitos Makanan pada Periode Pasca Partum" yang
diterbitkan dalam Proceeding of The 10th University Research Colloquium 2019: Bidang
MIPA dan Kesehatan tahun 2019, kepercayaan ini salah besar. Tidak ada bukti yang
menyatakan bahwa konsumsi sayuran bisa menyebabkan sendi jadi lemah.

Dampak negatif dari mitos ini bisa berbahaya, yaitu bisa membuat ibu kekurangan asupan
vitamin dan mineral. Padahal, vitamin dan mineral sangat membantu proses pemulihan
itu setelah melahirkan.

Salah satu hal yang mempengaruhi kesehatan di Indonesia, antara lain masih adanya
pengaruh sosial budaya yang turun temurun masih dianut sampai saat ini. Selain itu
ditemukan pula sejumlah pengetahuan dan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip kesehatan menurut ilmu kedokteran ataupun ilmu kebidanan atau bahkan
memberikan dampak kesehatan yang kurang menguntungkan bagi ibu dan anaknya.
Tradisi yang ada di masyarakat seperti pandangan budaya mengenai penanganan
kesehatan, kehamilan dan kelahiran, mengenai kesakitan, kematian di tiap-tiap daerah
sesuai kepercayaan dan adat istiadat yang berlaku (Perry, 2005). Tarak (Pantang)
terhadap makanan tidak boleh dilakukan oleh ibu post partus karena dapat memperlambat
proses penyembuhan luka jahitan perineum sedangkan dalam proses penyembuhan luka
sangat membutuhkan protein, maka ibu post partum di anjurkan untuk makan dalam pola
yang benar sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya (Iskandar, dalam nurwahyuni 2010).

11
Berdasarkan penelitian Nasya (2008), banyaknya ibu nifas yang melakukan pantang
makan berdasarkan data yang ada diantaranya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang
sebesar 26,5%, faktor budaya atau anjuran keluarga 37,6% , status ekonomi 25,4% dan
paritas 10,5%. Pantang makanan yang sering terjadi antara lain daging, telur dan ayam
(53,5%), sayur sawi dan bayam (12,4%), makanan panas (6,3%), dan ikan laut (27,8%).
Berdasarkan penelitian Baumali (2009) banyak masyarakat dari berbagai budaya percaya
adanya hubungan antara makanan dengan kesehatan ibu nifas yang sebenarnya salah,
mereka memberikan perlindungan yang bersifat sangat protektif terhadap ibu nifas
sehingga keputusan untuk mengkonsumsi makanan ditentukan oleh pihak yang dianggap
punya
kewenangan, dalam hal ini suami dan orang tua serta orang yang memliki kemampuan
seperti dukun.

2. Apakah budaya tidak boleh mandi dan keramas bagi ibu yang melahirkan
bermanfaat atau tidak bagi ibu nifas ?

Katanya, bersentuhan dengan air dapat menyebabkan masuk angin, sakit kepala, dan
nyeri sendi di kemudian hari. Akhirnya, sering kali ibu yang baru melahirkan dilarang
mandi atau keramas dalam jangka waktu tertentu.Tentu saja mitos nifas ini sangat
keliru, bahkan cenderung merugikan. Mandi dan keramas diperlukan untuk membuat
tubuh nyaman dan bersih. Selain itu, mandi dan keramas bertujuan mencegah infeksi
kulit dan infeksi pada jahitan operasi atau jalan lahir. Keramas atau mencuci rambut
merupakan rutinitas yang sangat penting untuk menjaga kebersihan rambut Anda.

Dengan rutin keramas, minyak, keringat, dan sel-sel mati yang ada pada kulit kepala
menjadi bersih, sehingga terhindar dari berbagai masalah pada rambut, seperti ketombe
hingga infeksi pada kulit.Meski penting, banyak orang mengira bahwa keramas
merupakan pantangan setelah melahirkan. Menurutnya, keramas dan mandi setelah
melahirkan bisa membuat Anda mudah masuk angin hingga rambut rontok.Benarkah
keramas setelah melahirkan itu dilarang? Jawabannya tidak benar. Faktanya, wanita
tetap perlu menjaga kebersihan rambut dan tubuh sebelum dan saat hamil serta setelah
persalinan, baik itu melahirkan normal maupun secara operasi caesar.Dari sisi medis,
tidak ada efek negatif apa pun dari keramas setelah proses persalinan. Bahkan, mandi
dan keramas bisa membantu meredakan kelelahan dan ketegangan akibat proses yang
panjang saat mulai mengurus bayi baru lahir. Tak hanya itu, membersihkan tubuh
setelah melahirkan pun penting untuk penyembuhan luka setelah persalinan.
Membersihkan tubuh setelah melahirkan dapat membantu mencegah infeksi di area
jahitan pada vagina (luka perineum).Yang juga penting, kebersihan tubuh dan rambut
juga merupakan kunci untuk menjadi ibu yang sehat dan siap memasuki masa
menyusui. Ibu yang kotor saat menyusui dapat menularkan bakteri yang ada di tubuh
kepada bayinya. Menurut Pregnancy Birth & Baby, ibu yang melahirkan normal boleh
mandi sebelum meninggalkan ruang bersalin dan dipindahkan ke ruang rawat inap

12
biasa. Biasanya, ibu akan tetap berada di ruang bersalin bersama bayi selama sekitar 2
jam setelah melahirkan.Jika boleh langsung pulang pada hari yang sama pun, ibu boleh
mandi dan keramas terlebih dahulu sebelum meninggalkan ruang bersalin dan pulang ke
rumah.Namun, beda cerita dengan ibu yang melahirkan secara caesar. Umumnya, masa
pemulihan setelah operasi caesar lebih lama, dan ibu perlu bergerak secara bertahap
setelah proses melahirkan ini.Setelah anestesi hilang, Anda dapat mulai memiringkan
badan ke kanan dan kiri, duduk, berdiri, dan kemudian berjalan. Perawat pun biasanya
akan melepas kateter urine pada 12 – 24 jam setelah operasi.Nah, pada saat Anda bisa
berjalan dan kateter dilepas, Anda sudah bisa pergi ke kamar mandi. Pada saat inilah,
mandi dan keramas setelah melahirkan sudah boleh Anda lakukan.

Pada beberapa ibu yang mengalami gangguan komplikasi, seperti perdarahan setelah
persalinan, mungkin perlu menunggu kondisinya benar-benar pulih untuk bisa pergi ke
kamar mandi dan keramas.Pada kondisi ini, sebaiknya ibu tanyakan pada dokter dan
perawat kapan sudah boleh mandi dan keramas.Selain itu, ibu pun perlu tetap menjaga
luka bekas jahitan tetap kering setelah mandi dan keramas. Jika lembab karena basah
akibat mandi, segera minta tolong pada perawat untuk menggantinya dengan yang
baru.Ibu pun sebaiknya jangan keramas sendiri di kamar mandi. Mintalah bantuan
perawat, bidan, suami, atau anggota keluarga lain untuk membantu mandi dan
keramas.Sebab, setelah melahirkan, ibu mungkin masih merasa goyah untuk berdiri atau
bahkan berjalan sendiri ke kamar mandi. Kuncinya adalah Anda sendiri yang tahu
kondisi tubuh Anda pascamelahirkan dan apa yang Anda butuhkan.

3. Apakah budaya tidak boleh keluar rumah selama 40 hari pada masa
nifas bermanfaat bagi ibu nifas dan bayinya ?

Ibu yang baru melahirkan kerap dilarang keluar rumah sebelum masa nifas selesai.
Katanya, hal ini bertujuan agar tubuhnya betul-betul pulih, apalagi setelah menjalani
operasi caesar atau persalinan normal yang sulit.Ibu baru memang butuh banyak istirahat.
Namun, bila rasanya mampu dan cukup nyaman, sebaiknya segera bergerak dan
berjalan.Aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan sebelum hamil pun dapat dimulai
kembali secara bertahap. Hal ini penting untuk menghindari risiko terbentuknya
gumpalan darah akibat tubuh yang kurang aktif. Banyak orang mengaitkan larangan
keluar rumah setelah melahirkan dengan berbagaimacam alasan, mulai dari alasan mistis
hingga kesehatan. Dalam pandangan medis, ibu yang baru melahirkan memang
memerlukan waktu untuk memulihkan kondisinya. Organ tubuh ibu yang sempat
mengalami peregangan selama masa kehamilan hingga melahirkan perlu waktu untuk
kembali mengerut keukuran semula. Masa pemulihan ini, dalam dunia medis, lebih
dikenal sebagai masa nifas, yaitu 40 hari setelah kelahiran dimana ibu masih mengalami
perdarahan.

13
Bila ibu melahirkan secara normal, proses pemulihan biasanya terjadi lebih cepat
dibanding dengan ibu yang melahirkan secara operasi atau caesar. Mengapa? Karena luka
pada persalinan normal lebih sedikit dibanding dengan kelahiran caesar. Sehingga tidak
jarang pada ibu yang melahirkan secara normal, mereka sudah terlihat lincah dalam
beberapa jam setelah melahirkan.

Meski demikian, pemulihan tetaplah merupakan suatu proses yang tidak bisa terjadi
secara serta-merta. Kebanyakan dokter akan menyarankan agar ibu dengan proses
bersalin normal untuk menunggu setidaknya dua hingga tiga minggu untuk kembali ke
aktivitas semula. Dalam masa menunggu ini pun, dokter tidak akan melarang ibu bila ibu
ingin mulai melatih tubuhnya secara perlahan untuk melakukan aktivitas. Tidak ada pula
larangan keluar rumah pada masa pemulihan ini, selama ibu memang merasa mampu dan
tidak ada keluhan yang mengganggu.

Sedikit berbeda dengan ibu yang bersalin normal, pada ibu yang bersalin secara caesar,
ibu akan memiliki bekas jahitan yang harus dirawat dengan baik. Dokter biasanya
melarang ibu untuk melakukan aktivitas berat hinga 6 minggu setelah persalinan.
Aktivitas berat yang dimaksud misalnya mengangkat barang-barang berat, melakukan
olahraga berat seperti angkat beban, berlari, dan bersepedah. Mengapa? Karena kegiatan-
kegiatan tersebut berpotensi mengakibatkan gerakan atau gesekan berlebihan pada otot
dinding perut dan berpengaruh pada bekas jahitan yang belum kering. Akibatnya, bekas
jahitan tidak dapat menyatu dengan baik atau memerlukan waktu yang lebih lama untuk
menyatu.

Meski tidak diperbolehkan melakukan aktivitas berat, ibu yang bersalin secara caesar
juga tidak dilarang bila ingin berpergian selama ibu tidak memiliki keluhan, terutama
berkaitan dengan luka bekas jahitan yang ada. Bahkan, bila proses berpergian dalam
memberikan perasan nyaman dan senang untung sang ibu, maka berpergian akan sangat
dianjurkan agar proses penyembuhan terjadi lebih cepat dan produksi ASI juga lebih
lancar.

Bayi yang baru lahir memang masih rentan terkena berbagai macam kuman penyakit.
Terlebih karena sistem pertahanan tubuh bayi masih belum terbentuk sempurna. Hal ini
dapat menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang melarang ibu dan bayi untuk
keluar rumah hingga 40 hari setelah masa kelahiran.

Meski demikian, bayi tidak benar-benar dilarang untuk keluar rumah. Bila memang
diperlukan, seperti Imunisasi Anda dapat mengajak bayi Anda keluar rumah dengan
persiapan yang matang. Misalnya dengan memastikan bahwa bayi Anda memakai
pakaian yang nyaman dan cukup hangat untuknya, menggunakan transportasi yang
minim polusi, dan tidak terlalu bising agar bayi tidak terganggu dan rewel.

Selain itu, bayi baru lahir juga memiliki frekuensi BAK dan BAB yang masih sangat
tinggi. Bayi baru lahir dapat BAK dan BAB hingga 12x dalam satu hari. Bila Anda ingin
14
berpergian dengan bayi Anda yang baru lahir, Anda harus menyiapkan cukup popok dan
peralatan lain yang diperlukan untuk mengganti popok bayi setelah BAB, agar bayi tidak
terkena penyakit infeksi saluran kemih.

Yang tidak kalah penting, ukuran lambung bayi baru lahir masih sangat kecil. Ukurang
lambung yang kecil ini menyebabkan bayi perlu minum sedikit-sedikit namun dalam
frekuensi yang lebih sering, kurang lebih tiap 2 jam sekali. Bila Anda memberikan ASI
eksklusif untuk bayi Anda, hal ini mungkin tidak terlalu menyusahkan bila Anda ingin
berpergian bersama bayi Anda. Akan tetapi, bila Anda menambahkan susu formula untuk
bayi Anda, pastikan Anda membawa termos berisi air hangat, susu formula dalam
kemasan yang bersih dan tertutup, botol ataupun sendok susu yang steril untuk
memberikan bayi Anda susu formula sewaktu-waktu.

Larangan keluar rumah untuk ibu dan bayi setelah melahirkan hingga 40 hari mungkin
ada benarnya, mengingat alasan-alasan medis di atas. Akan tetapi, larangan keluar rumah
mungkin lebih bersifat anjuran, karena selama tidak ada masalah dan dilakukan persiapan
yang baik, Anda dan bayi Anda tetap dapat keluar rumah dan berpergian.

4. Apakah budaya penggunaan stagen atau korset bermanfaat atau tidak


bagi ibu nifas?

Melansir jurnal Frontiers in Surgery, sekitar 66% wanita mengalami diastasis recti, yaitu
pemisahan otot-otot perut pada kehamilan trimester ketiga.

Sayangnya, otot perut tidak otomatis kembali ke posisi semula setelah melahirkan.
Akibatnya, pasca melahirkan perut menjadi bergelambir dan tetap terlihat buncit.Bagi
kebanyakan wanita, kondisi ini cukup mengganggu karena dianggap merusak
penampilan.

Korset atau abdominal binder, awalnya digunakan untuk orang yang menderita nyeri
punggung. Ini berguna untuk meninggikan posisi perut agar dapat disanggah dengan baik
oleh tubuh.

Namun, sebagian orang juga menggunakannya sebagai perawatan setelah melahirkan


dengan alasan untuk mengembalikan perut agar menjadi rata dan indah.

Meski begitu, masih terdapat kontroversi apakah tindakan ini efektif atau tidak.Terlepas
dari efektif atau tidaknya, menggunakan korset setelah melahirkan boleh saja Anda
lakukan.

Namun, bagi yang melahirkan secara caesar, pastikan korset tidak mengganggu luka
bekas operasi dan berkonsultasi lebih dulu ke dokter sebelum mengenakannya.

Pakai korset setelah melahirkan bukanlah hal yang wajib.

15
Keputusan untuk mengenakan korset, baik setelah melahirkan normal maupun operasi
caesar, dikembalikan ke pertimbangan ibu masing-masing.

Sebelum memutuskannya, ada baiknya Anda menimbang manfaat dan efek sampingnya
terlebih dahulu. Simak dahulu penjelasannya di bawah ini.

Manfaat menggunakan korset pascamelahirkan

Ada beberapa manfaat yang bisa Anda peroleh ketika memakai korset setelah melahirkan
normal atau caesar, antara lain sebagai berikut.

1. Membantu mengembalikan ligamen perut

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, otot perut mengalami pemisahan seiring dengan
ukurannya yang membesar saat hamil.

Nah, setelah melahirkan, korset dinilai dapat membantu untuk mengembalikan posisi
ligamen perut yang longgar sehingga perut dapat terlihat lebih langsing.

2. Meredakan nyeri di masa nifas

Meskipun proses persalinan sudah berlalu, bisa saja Anda masih mengalami nyeri pada
perut. Ini karena kontraksi rahim saat mengeluarkan darah nifas.

Tidak perlu dipijat setiap saat, tekanan pada area perut saat mengenakan korset dapat

membantu meredakan nyeri nifas dan nyeri punggung setelah melahirkan.

3. Membantu memperbaiki postur tubuh

Perubahan bentuk tubuh secara drastis selama masa kehamilan hingga melahirkan
membuat postur tubuh Anda mungkin mengalami perubahan.Menggunakan korset setelah
melahirkan dapat memberikan topangan 360 derajat di sekitar area perut, punggung, dan
pinggang sehingga dapat membantu memperbaiki postur tubuh

4. Membantu proses pemulihan setelah operasi

Mengenakan korset pelangsing perut setelah melahirkan rupanya tidak hanya


bermanfaat bagi kecantikan. Cara ini dianggap juga dapat membantu memulihkan tubuh
ibu pasca melahirkan secara caesar.

Menurut studi yang dilakukan oleh International Federation of Gynaecology and


Obstetrics, wanita yang mengenakan korset mengaku merasakan beberapa hal.

16
Pemakaian korset membantu nyeri menjadi lebih ringan, perdarahan lebih sedikit, dan
merasa lebih nyaman dibanding wanita yang tidak mengenakannya.

Meski begitu, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memastikan hal ini.

Efek samping pakai korset setelah melahirkan

Pakai korset pelangsing perut setelah melahirkan umumnya bertujuan untuk kecantikan.

Meskipun tidak dilarang, sebaiknya Anda tetap memerhatikan efek samping yang
mungkin terjadi.

Penggunaan korset yang terlalu ketat dapat menyebabkan berbagai masalah seperti:

 mengganggu sirkulasi darah,


 membuat Anda sulit bernapas dengan baik,
 menekan usus sehingga menyebabkan susah buang air besar,
 sering buang air kecil karena kandung kemih tertekan, dan
 perut menjadi gatal karena biang keringat.

Apa yang perlu diperhatikan bila pakai korset setelah melahirkan?

Agar terhindar dari masalah-masalah yang terjadi akibat penggunaan korset, lakukanlah
hal-hal berikut.

 Hindari melilitkan korset terlalu ketat.


 Hindari mengenakan korset seharian.
 Gunakan bahan yang berpori agar kulit tetap bernapas.
 Pilihlah bahan korset yang lembut agar kulit tidak tergores.
 Pakailah korset sesuai ukuran yang tepat.
 Gantilah ukuran korset seiring dengan perubahan ukuran perut ibu.
 Pilih desain korset yang mudah digunakan dan nyaman.
 Lepas korset segera bila Anda berkeringat atau kesulitan bernapas.
 Jaga kebersihan korset dengan mencucinya secara teratur.
 Belilah korset lebih dari satu agar bisa dipakai bergantian saat salah satunya dicuci.
 Pastikan korset dalam keadaan kering agar tidak lembab saat dipakai.

Selain itu, bila Anda pakai korset setelah melahirkan secara caesar, sebaiknya
perhatikan hal-hal berikut.

 Tanyakan lebih dulu ke dokter sebelum Anda memutuskan untuk mengenakan korset.
 Pastikan luka bekas operasi caesar sudah kering dan sembuh dengan baik.

17
 Hindari menempatkan tepi bawah korset pada permukaan kulit bekas operasi.
 Gunakan korset yang memiliki pengikat di bagian bawah untuk mencegah korset
bergeser dan menggesek kulit bekas operasi.

Cara melangsingkan perut selain memakai korset setelah melahirkan

Memakai korset pelangsing perut setelah melahirkan memang cukup populer.

Padahal sebenarnya, itu bukanlah satu-satunya cara untuk mengembalikan bentuk


tubuh agar menjadi langsing dan indah.

Pakai korset pascamelahirkan hanya akan memberikan efek sementara, jika tidak
dibarengi dengan pola hidup sehat.

Melansir jurnal Cochrane, berikut cara-cara yang dinilai lebih efektif untuk
melangsingkan perut setelah melahirkan.

 Rutin berolahraga untuk melatih otot perut dan mengembalikan postur tubuh yang
normal.
 Makan makanan sehat untuk mencapai berat badan yang ideal.
 Menyusui secara teratur untuk menyeimbangkan hormon dan
membantu menurunkan berat badan.

Selain itu, Anda juga bisa melakukan pijat setelah melahirkan untuk mengurangi rasa
pegal pada tubuh dan memberikan efek relaksasi agar terhindar dari stres.

5. Peran bidan dalam menghadapi budaya- budaya selama masa nifas di


masyarakat tersebut .
Bidan memiliki peran penting dalam mengahadapi budaya-budaya masyarakat
indonesia seperti pantangan- pantangan makanan selama masa nifas, tidak boleh mandi
dan keramas, tidak boleh keluar rumah selama 40 hari, dan harus memakai stagen
dalam waktu yang lama.
A. Peran Bidan sebagai Pendidik
1 Memberi Penyuluhan dan kie kepada ibu nifas dan keluarga serta masyarakat
bahwa seorang ibu nifas harus memiliki nutrisi yang cukup untuk penyembuhan
luka dan pemulihan diri , sehingga tidak ada pantangan makanan untuk ibu nifas
dalam memenuhi nutrisinya.
2. Memberi Penyuluhan dan kie kepada ibu nifas dan keluarga serta Masyarakat
bahwa personal hygiene sangatlah penting bagi kesehatan ibu dan bayi. Personal
hygyen yang baik dapat membantu luka ibu cepat sembuh dan bayi terhindar
dari bacteri yang berasal dari ibunya. Selain itu ibu juga akan merasa nyaman

18
apabila tubuhnya bersih, sehingga tidak menimbulkan rasa tidak nyaman atau
stress.
3. Memberi Penyuluhan dan kie kepada ibu nifas dan keluarga bahwa seorang ibu
nifas memang memerlukan waktu untuk pemulihan tetapi bukan berarti tidak
boleh keluar rumah selama 40 hari. Ibu nifas dapat keluar rumah untuk ke
fasilitas kesehatan memeriksakan diri dan imunisasi bayinya dengan persiapan
yang cukup. Selain itu ibu nifas juga butuh jalan – jalan agar kesehatan jiwanya
tidak terganggu.
4. Memberi Penyuluhan dan kie kepada ibu nifas, keluarga serta lingkungan
mengenai manfaat dan efek samping dari penggunaan korset atau stagen,
sehingga ibu nifas dapat mengetahui bagaimana cara menggunakan stagen atau
korset dengan benar.
5. Dengan memberikan kie di harapkan ibu nifas dan keluarga serta lingkungannya
dapat perlahan menggeser budaya-budaya yang merupakan mitos dan
mengganggu dari segi kesehatan, sehingga ibu nifas dapat menjalani masa
nifasnya dengan nyaman dan terhindar dari baby bluse.
6. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya dukungan
keluarga , nutrisi dan mitos -mitos yang tidak memiliki manfaat kepada ibu nifas
dan bayinya.
7. Melakukan lintas sektor untuk bekerja sama dengan tokoh masyarakat , kader
dan pemerintah setempat agar membantu memberikan pengertian kepada
masyarakat mengenai mitos-mitos yang berkembang.
B. Peran Bidan Sebagai Provider

1. Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu nifas secara maksimal untuk


menurunkan angka kesakitan dan angka kematian pada ibu nifas di indonesia .
2. Melakukan pendekatan terhadap tokoh- tokoh masyarakat untuk membangun
kepercayaan masyarakat terhadap tenaga kesehatan.

19
BAB IV
A. KESIMPULAN
 Pantangan -pantangan makanan pada masa nifas akan menyebabkan kurangnya nutrisi
bagi ibu nifas dan bayinya yang dapat menyebabkan lambatnya pemulihan kondisi
tubuh ibu dan luka jahitan serta dapat menyebabkan berkurangnya produksi asi bagi
bayinya.
 Tradisi tidak boleh mandi dan keramas setelah melahirkan secara medis tidak di
anjurkan karena setelah bersalin ibu boleh mandi dan keramas untuk menjaga personal
hygiene nya agar membantu penyembuhan luka dan mengurangi resiko infeksi pada
luka jahitan serta memberi rasa nyaman kepada ibu nifas. Hal ini juga membuat si bayi
terhidar tertular bakteri dari ibunya.
 Tradisi tidak boleh keluar rumah selama 40 hari juga tidak di anjurkan , seorang ibu nifas
memang membutuhkan waktu untuk istirahat tetapi dengan larangan keluar rumah
selama 40 hari dapat mengganggu kesehatan jiwa si ibu ,dan si ibu tidak dapat
membawa anaknya untuk imunisasi ke fasilitas kesehatan pada bulan pertama
kelahiran.
 Dari makalah ini kita dapat mengetahui bagaimana memilih stagen atau korset yang
baik, bagaimana cara memakai stagen dan korset yang benar. Manfaat dan resiko
penggunaan stagen atau korset.
 Peran bidan sangat penting untuk menggeser dan menghilangkan budaya-budaya mitos
yang ada di masyarakat tentang masa nifas yang tidak bermanfaat bagi ibu nifas dan
bayinya, bidan juga memiliki peranan dalam memberikan KIE bagi ibu nifas , keluarga
dan lingkungan agar mengetahui bahwa tradisi dan budaya yang berkembang di
masyarakat kebanyakan hanyalah mitos yang tidak bermanfaat bagi ibu nifas dan
bayinya.
B. SARAN
 Sekarang jaman sudah modern , semua bisa di buka di google, ibu nifas dan
keluarga juga harus jeli dalam menghadapi tradisi-tradisi yang lebih banyak
merugikan dari pada menguntungkan.
 Dukungan suami dan keluarga sangat penting bagi ibu untuk melewati masa nifas
dengan nyaman agar tidak mengalami depresi dan baby bluse

20
DAFTAR PUSTAKA

a. Ambarwati. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia


b. Cunningham. 2001. Williams Obstetrics edition. New York. McGraw-Hill
Companies, Inc. 281- 283,690- 692,695- 696,700- 701,714- 717
c. https://www.idntimes.com/health/fitness/veronica-christie-guesteva/mitos-seputar-
masa-nifas-c1c2/10
d. https://cantik.tempo.co/read/1268770/mitos-seputar-masa-nifas-kenapa-tak-boleh-
keluar-rumah-40-hari#.YZEEPX5GGOs.gmail
e. https://cantik.tempo.co/read/1268770/mitos-seputar-masa-nifas-kenapa-tak-boleh-
keluar-rumah-40-hari#.YZEEPX5GGOs.gmail
f. https://cantik.tempo.co/read/1268770/mitos-seputar-masa-nifas-kenapa-tak-boleh-
keluar-rumah-40-hari#.YZEEPX5GGOs.gmail
g. https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3617110/mitos-keliru-seputar-masa-nifas-
ini-faktanya
h. https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3617110/mitos-keliru-seputar-masa-nifas-
ini-faktanya
i. https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3617110/mitos-keliru-seputar-masa-nifas-
ini-faktanya
j. https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3617110/mitos-keliru-seputar-masa-nifas-
ini-faktanya
k. https://hellosehat.com/kehamilan/perawatan-ibu/masa-nifas/seperti-apa-seks-setelah-
melahirkan/
l. https://parentalk.id/mitos-vs-fakta-ibu-dilarang-keluar-rumah-40-hari-pascamelahirkan/
m. https://www.sehatq.com/artikel/tradisi-masa-nifas-hanya-mitos-atau-memang-
bermanfaat-bagi-ibu-baru#kondisi-tubuh-saat-masa-nifas
n. https://www.momsindonesia.com/article/redirect/kehamilan/mitos-dan-fakta-nifas
o. https://hellosehat.com/kehamilan/kandungan/7-manfaat-senam-hamil/
p. Kemenkes, RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta
q. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
r. Purwoastuti & Walyani. (2015). Ilmu Obstetri & Ginekologi Sosial untuk
Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
s. Suryawati, Chriswardani.2007. factor sosial budaya dalam praktik perawatan
kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan
t. Syafrudin & Meriam. 2010. Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan
“Revisi”. Jakarta: Trans Info Media

21
22

Anda mungkin juga menyukai