Haykal Daditullah I
NIM : 1702114765
LEGIMITASI PRAKTIK
Legitimasi merupakan salah satu konsep penting yang dikupas dalam kajian
Ilmu Politik. Surbakti (2009) menekankan bahwa legitimasi dalam suatu praktik
kekuasaan politik adalah sangat penting. Sebab, legitimasi berkaitan dengan keabsahan
atau penerimaan masyarakat terhadap penguasa atau pihak yang memiliki otoritas.
Seandainya suatu kekuasaan tidak terlegitimasi, maka akan muncul pembangkangan
politik yang membuat keadaan kepemimpinan tidak kondusif bekerja.
Meskipun kontribusi nyata dalam perdebatan klasik terkait dengan legitimasi telah
diberikan oleh Weber sejak lama, namun agak menarik mendalami persoalan dengan
beranjak dari pernyataan yang dipikirkan oleh Beetham, dimana kekuasaan akan
terlaksana dan bisa dikatakan absah jika memenuhi tiga kondisi,yaitu:
a) Akuntan Publik
Yang biasa dikenal dengan akuntan eksternal ini merupakan akuntan independen
yang memberikan jasa-jasanya dengan pembayaran tertentu. Akuntan publik ini
tentu bekerja bebas dan umumnya mendirikan kantor akuntan sendiri. Akuntan yang
bekerja di kantor akuntan publik tetap disebut akuntan publik (bukan dibawah
perusahaan).
b) Akuntan Intern
Akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan / organisasi dan biasa disebut
akuntan manajemen. Jabatan akuntansi intern pada perusahaan dapat diduduki oleh
staff biasa, kepala bagian atau direktur keuangan.
c) Akuntan Pemerintah
d) Akuntan Pendidik
a) Akuntan Publik
b) Akuntan Intern
c) Akuntan Pemerintah
d) Akuntan Pendidik
Hal ini ditunjukkan Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite
Standar Akuntansi Keuangan untuk menggunakan International Accounting Standards
sebagai dasar untuk membangun standar akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun
1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan standar-standar akuntansi baru,
yang kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa standar diadopsi dari US GAAP dan
lainnya dibuat sendiri.
Merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai tahun 2010,
buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara berkesinambungan, baik
berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru.
Proses revisi dilakukan sebanyak enam kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995,
1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007, dan versi 1
Juli 2009.
Pada tahun 2006 dalam kongres IAI (Cek Lagi nanti) X di Jakarta ditetapkan
bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu
adalah taat penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008. Namun dalam
perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang
diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33 standar.
1) Tahap pertama dilakukan pada tahun 2012 dan tahap kedua dilakukan
pada tahun 2013-2014. Jadi, selama masa konvergensi tahap pertama
terdapat jeda jarak 3 tahun antara SAK dan IFRS. SAK yang efektif per
tanggal 1 Juni 2012 merupakan hasil konvergensi dengan IFRS per 1
Januari 2009.
2) Sedangkan untuk konvergensi tahap kedua, jeda waktu antara SAK dan
IFRS dijaga hanya 1 tahun saja. SAK yang efektif per 1 Januari 2015
telah konvergen dengan IFRS yang efektif per 1 Januari 2014. Terakhir,
SAK terbaru di Indonesia adalah SAK yang efektif per tanggal 1 Januari
2017.