Anda di halaman 1dari 5

Nama : M.

Haykal Daditullah I

NIM : 1702114765

LEGITIMASI PRAKTIK DAN PROFESI AKUNTANSI,LANDASAN BERFIKIR


DALAM PENGEMBANGAN SAK

 LEGIMITASI PRAKTIK

Legitimasi merupakan salah satu konsep penting yang dikupas dalam kajian
Ilmu Politik. Surbakti (2009) menekankan bahwa legitimasi dalam suatu praktik
kekuasaan politik adalah sangat penting. Sebab, legitimasi berkaitan dengan keabsahan
atau penerimaan masyarakat terhadap penguasa atau pihak yang memiliki otoritas.
Seandainya suatu kekuasaan tidak terlegitimasi, maka akan muncul pembangkangan
politik yang membuat keadaan kepemimpinan tidak kondusif bekerja.

Legitimasi dapat menciptakan kestabilan politik dan perubahan sosial.


Penerimaan dan pengakuan masyarakat menciptakan kestabilan pemerintahan dalam
membuat berbagai keputusan dan kebijakan serta mampu dengan baik dalam mengatasi
sebuah permasalahan, dibandingkan pemerintahan yang kurang atau tidak memiliki
legitimasi.

Sebagaimana dijelaskan Gaetano Mosca (dalam Haryanto, 2005:145) bahwa


pengakuan terhadap elit yang memiliki legitimasi adalah terdapatnya suatu keyakinan
yang menunjukkan mengapa ‘the rullers’ (pemimpin atau penguasa) dipatuhi
kepemimpinannya. Pemimpin atau aturan yang keluar dari pemimpin akan dipatuhi jika
pemimpin memiliki legitimasi.

Seturut dengan penjelasan David Easton (dalam Alonso, 2011:80) pula,


legitimasi adalah keyakinan dari anggota masyarakat yang mentaati dan menerima
berbagai kebijakan yang dibuat dan haknya telah dipenuhi oleh penguasa sebuah rezim.
Legitimasi merupakan sebuah konsep keterikatan yang kuat antara
pemimpin/pemerintah dan masyarakat yang dipimpin.

Heywood (2013) mengatakan terdapat kekosongan perdebatan terkait legitimasi


dalam ranah kajian politik karena cara dalam melihat sudut pandang yang berbeda
melihat legitimasi. Di era modern, legitimasi dipahami dari satu sudut pandang terkait
dengan keyakinan dan sudut pandang perilaku politik saja, bukan pada tataran tentang
kewajiban moral masyarakat dalam melihat legitimasi.

Meskipun kontribusi nyata dalam perdebatan klasik terkait dengan legitimasi telah
diberikan oleh Weber sejak lama, namun agak menarik mendalami persoalan dengan
beranjak dari pernyataan yang dipikirkan oleh Beetham, dimana kekuasaan akan
terlaksana dan bisa dikatakan absah jika memenuhi tiga kondisi,yaitu:

1) Kekuasaan haruslah diselenggarakan dengan aturan yang telah formal serta


baku.
2) Aturan tersebut harus dibenarkan dalam cara pandang keyakinan bersama
(commons goods) baik dari yang memiliki legitimasi ataupun yang memberikan
legitimasi.
3) Terkait dengan persoalan legitimasi yang haruslah dibuktikan karena adanya
suatu ekspresi persetujuan dari pihak yang diperintah.
 PROFESI AKUNTANSI
Profesi Akuntansi adalah pekerjaan yang menggunakan keahlian di bidang
akuntansi. Termasuk bidang pekerjaan akuntansi public, intern, keuangan / dagang,
akuntansi pemerintah & akuntansi pendidikan. Seseorang yang bekerja di bidang
akuntansi dan memiliki keahlian di bidang akuntansi maka disebutnya akuntan.

Macam-macam profesi akuntansi yaitu:

a) Akuntan Publik

Yang biasa dikenal dengan akuntan eksternal ini merupakan akuntan independen
yang memberikan jasa-jasanya dengan pembayaran tertentu. Akuntan publik ini
tentu bekerja bebas dan umumnya mendirikan kantor akuntan sendiri. Akuntan yang
bekerja di kantor akuntan publik tetap disebut akuntan publik (bukan dibawah
perusahaan).
b) Akuntan Intern

Akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan / organisasi dan biasa disebut
akuntan manajemen. Jabatan akuntansi intern pada perusahaan dapat diduduki oleh
staff biasa, kepala bagian atau direktur keuangan.

c) Akuntan Pemerintah

Akuntan ini bekerja di lembaga-lembaga kepemerintahan.

d) Akuntan Pendidik

Akuntan yang bertugas mengajarkan pendidikan akuntansi, melakukan


penelitian, pengembangan akuntasi, mengajar dan menyusun kurikulum pendidikan
akuntansi.

Tugas Umum Masing-Masing Akuntan yaitu:

a) Akuntan Publik

Melakukan pemeriksaan / audit, memberikan jasa perpajakan dan memberikan


jasa konsultasi manajemen.

b) Akuntan Intern

Menyusun sistem akuntansi, menyusun laporan keungan yang ditujukan atau


disiapkan untuk menghadapi audit eksterna, menyusun anggaran, menangani
masalah perpajakan, melakukan audit internal perusahaan.

c) Akuntan Pemerintah

Akuntan ini bekerja pada lembaga-lembaga pemerintah seperti BUMN / BUMD,


Inspektorat jendral, dsb. Mereka mengikuti aturan kerja yang diterapkan di masing-
masing departemen

d) Akuntan Pendidik

Betugas dalam pendidikan akuntansi, mengajar, menyusun kurikulum


pendidikan akuntansi & melakukan penelitian ilmiah di bidang akuntansi.
 LANDASAN BERFIKIR DALAM PENGEMBANGAN SAK

Pada periode 1973-1984, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah membentuk


Komite

Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia untuk menetapkan standar-standar akuntansi, yang


kemudian dikenal dengan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Pada periode
1984-1994, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian
menerbitkan prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Menjelang akhir 1994,
Komite standar akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi
Indonesia dengan mengumumkan pernyataan-pernyataan standar akuntansi tambahan
dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut. Revisi tersebut menghasilkan 35
pernyataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar harmonis dengan IAS yang
dikeluarkan oleh IASB.

Pada periode 1994-2004, ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS

Hal ini ditunjukkan Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite
Standar Akuntansi Keuangan untuk menggunakan International Accounting Standards
sebagai dasar untuk membangun standar akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun
1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan standar-standar akuntansi baru,
yang kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa standar diadopsi dari US GAAP dan
lainnya dibuat sendiri.

Pada periode 2006-2008

Merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai tahun 2010,
buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara berkesinambungan, baik
berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru.

Proses revisi dilakukan sebanyak enam kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995,
1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007, dan versi 1
Juli 2009.

Pada tahun 2006 dalam kongres IAI (Cek Lagi nanti) X di Jakarta ditetapkan
bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu
adalah taat penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008. Namun dalam
perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang
diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33 standar.

Penyempurnaan SAK telah dilakukan setidaknya sebanyak 7 kali yaitu pada


tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1
September 2007, dan 1 Juli 2009.

Kemudian, sesuai dengan kesepakatan para anggota G-20, IAI melakukan


konvergensi SAK ke dalam International Financial Reporting Standards (IFRS) yang
lebih bersifat principle based, berorientasi pada nilai wajar dan pertimbangan
profesional (professional judgment), dan memperbanyak pengungkapan dalam laporan
keuangan.

Terdapat dua tahap konvergensi SAK ke IFRS, yaitu:

1) Tahap pertama dilakukan pada tahun 2012 dan tahap kedua dilakukan
pada tahun 2013-2014. Jadi, selama masa konvergensi tahap pertama
terdapat jeda jarak 3 tahun antara SAK dan IFRS. SAK yang efektif per
tanggal 1 Juni 2012 merupakan hasil konvergensi dengan IFRS per 1
Januari 2009.
2) Sedangkan untuk konvergensi tahap kedua, jeda waktu antara SAK dan
IFRS dijaga hanya 1 tahun saja. SAK yang efektif per 1 Januari 2015
telah konvergen dengan IFRS yang efektif per 1 Januari 2014. Terakhir,
SAK terbaru di Indonesia adalah SAK yang efektif per tanggal 1 Januari
2017.

Anda mungkin juga menyukai