Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERSPEKTIF GLOBAL

“PERSPEKTIF GLOBAL DAN ILMU-ILMU SOSIAL”

OLEH
NAMA : NURUL FATHIA
NIM : 21129273
SEKSI : 202121290232

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Yalvema Miaz, M.A., Ph, D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada seluruh umat manusia, sehingga kami tetap

dalam iman, taqwa dan komitemen sebagai insan yang haus akan ilmu pengetahuan.

Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang

telah membawa kita dari alam yang gelap menuju alam yang berilmu pengetahuan

seperti yang kita rasakan pada sekarang ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena

kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu kritik dan saran sangat saya

harapkan dari para pembaca demi perbaikan dari pengembangan makalah ini.

Demikianlah makalah ini dibuat, semoga dapat bermanfaat bagi penyusun

khususnya dan pembaca umumnya.

MANINJAU, 5 MARET 2022

NURUL FATHIA
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 1

C. Tujuan Makalah............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Perspektif global dari visi geografi, sejarah dan ekonomi............................................2

B. Perspektif global dari visi politik, sosiologi dan antropologi....................................... 5

C. Perspektif global dari visi IPTEK, transportasi, komunikasi dan internasional........... 9

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................. 15

B. Saran........................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Telah kita ketahui bahwa perspektif global yaitu cara pandang dan berpikir terhadap
masalah dan kejadian-kejadian baik dari segi kepentingan global, sejarah, ekonomi maupun
budaya. Dunia sebagai ekosistem global tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang
mampu mempengaruhi umat manusia melalui perubahan ekosistem yang tidak dikehendaki
dan bahkan tidak tidak disadari. Terjadinya kemajuan teknologi informasi dan transformsi
menyebabkan dunia ini mengecil seperti sebuah desa dunia, sehingga batas-batas fisik negara
menjadi begitu kurang mencolok.
Dilihat secara batas non-fisik , maka dunia sekarang menjadi tanpa batas-batas
(borderless) secara non-fisik. Bangsa dari berbagai macam budaya saling mengenal pihak lain
melalui nilai-nilai yang sifatnya universal, seperti: makanan, pakaian, dan hiburan, karena
ketiganya adalah hal yang mudah diterima dalam interaksi telah antar bangsa dan budaya.
Oleh karena itu, makalah ini akan membahas tentang asal-usul munculnya ide perspektif
global, bagaimana sejarahnya, apa relevansinya, sehingga pembaca bisa mendapatkan
gambaran secara jelas esensi dan tujuannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana perspektif global dari visi geografi, sejarah dan ekonomi.
2. Bagaimana perspektif global dari visi politik, sosiologi dan antropologi.
3. Bagaimana perspektif global dari visi IPTEK, transportasi, komunikasi dan
internasional.

C. TUJUAN MAKALAH
1. Dapat mengetahui dan memahami perspektif global dari visi geografi, sejarah dan
ekonomi.
2. Dapat mengetahui dan memahami perspektif global dari visi politik, sosiologi dan
antropologi.
3. Dapat mengetahui dan memahami perspektif global dari visi IPTEK, transportasi,
komunikasi dan internasional.
BAB II PEMBAHASAN
A. Perspektif global dari visi geografi, sejarah dan ekonomi
a) Geografi
Geografi merupakan ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena dalam konteks
keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam geografi yaitu permukaan bumi yang terdiri
atas tiga bagian yaitu muka bumi yang berupa daratan, perairan serta udara diatasnya. Ruang
pemukaan bumi memiliki ukuran dan jarak yang bertahap mulai dari tingkat lokal, regional
sampai ke tingkat global. Oleh karena itu perspektif global adalah perspektif keruangan yang
bertahap dari perspektif lokal, regional, sampai ke perspektif global.
Perspektif geografi atau keruangan yang paling luas adalah perspektif global. Dalam
bidang geografi dikenal adanya konsep dasar globalisme, dan konsep bumi sebagai planet.
Konsep ini mengungkapkan bahwa bumi sebagai planet. Konsep ini mengungkapkan bahwa
bumi sebagai global atau suatu planet itu berdampak luas terhadap kondisi alamiah dan
kondisi kehidupan yang mendunia. Dalam bentuk bumi sebagai globe atau planet,
dipermukaannya terdapat sifat-sifat yang sama di seluruh dunia, dan sekaligus juga terdapat
perbedaan. Peristiwa atau masalah lokal seperti penggundulan hutan, kebakaran hutan,
pemanasan global dapat menjadi masalah global.
Perspektif geografi atau perspektif keruangan merupakan suatu kemampuan memandang
secara mendalam berkenaan dengan fenomena, proses, dan masalah keruangan permukaan
bumi, baik untuk masa lampau, saat ini terutama untuk masa yang akan datang. Pendekatan
yang dapat diterapkan pada perspektif keruangan ini, yaitu pendekatan sejarah dan
kemampuan memprediksi. Lingkup kajian perspektif keruangan ini berkembang mulai dari
perspektif lokal, perspektif regional, sampai ke perspektif global. Proses perspektif lokal
misalnya perkampungan yang satu dengan yang lain menjadi bersambung membentuk
perkampungan yang lebih luas dari perkampungan-perkampungan semula. Yang
menghubungkan perkampungan dengan perkampungan lainnya, yaitu karena ada jalan, alat
angkutan atau transportasi, juga karena arus manusia dan barang. Di sini terjadi proses sosial
ekonomi dalam bentuk interaksi antarpenduduk (manusia) dan saling ketergantungan
(interdependensi) barang-barang kebutuhan sehari-hari.
Dengan keadaan yang demikian, perspektif geografi tidak hanya terbatas pada ruang yang
disebut kampong atau perkampungan melainkan terdorong pada kawasan-kawasan yang lebih
luas. Perspektif geografi atau perspektif keruangan itu tidak lagi melihat kawasan lokal
semata, melainkan telah menjangkau kawasan yang lebih luas. Oleh karena itu, perspektif
geografi ini dapat disebut perspektif regional. Pengertian region atau wilayah atau kawasan
menurut Peter Haggett (1975:6) adalah bagian dari permukaan bumi, baik alamiah maupun
binaan manusia yang membedakan diri dari areal yang ada di sekitarnya. Ukuran region
luasnya bervariasi mulai dari yang sempit seperti wilayah kabupaten, lebih luas lagi ke
wilayah provinsi, dan lebih luas lagi seperti Kawasan Timur Indonesia, Kawasan ASEAN,
Kawasan Asia Pasifik, Kawasan Timur Tengah, dan seterusnya. Perspektif geografi atau
perspektif keruangan yang paling luas adalah perspektif global.
Dalam bidang geografi dikenal adanya konsep dasar globalisme (Gabler, R.E., 1966:1361)
dan bumi sebagai suatu planet (James, P.E., 1979:115) yang mengungkapkan bahwa bumi
sebagai suatu global atau suatu planet itu berdampak luas terhadap kondisi alamiah dan
kondisi kehidupan yang mendunia. Dalam bentuk bumi sebagai globe atau planet, di
permukaannya terdapat sifat-sifat yang sama di seluruh dunia, dan sekaligus juga terdapat
perbedaan. Perspektif global, tidak lagi asing dalam studi geografi. Angin, arus laut, pasang
surut, iklim, cuaca, selain ada lingkup lokal dan regional, juga ada lingkup globalnya.
b) Sejarah
Perspektif sejarah suatu peristiwa, membawa gambaran kepada kita tentang suatu
pengalaman masa lampau yang dapat dikaji hari ini, untuk memprediksi kejadian yang akan
datang. Kita mengenal tokoh-tokoh, bangunan bersejarah (keajaiban dunia), perang di
berbagai kawasan (khususnya perang dunia), pertemuan-pertemuan internasional, perilaku
dan peradabannya telah berpengaruh global dalam berbagai aspek sosial budaya, ekonomi,
dan sosial politik.
Emmanuel Kant pada Abad XVIII mengungkapkan bahwa sejarah dan geografi
merupakan ilmu dwitunggal, artinya jika sejarah mempertanyakan suatu peristiwa itu
“kapan” terjadi, pengungkapan itu masih belum lengkap jika tidak dipertanyakan “di mana”
tempat terjadinya. Dalam hal ini, dimensi waktu dengan ruang saling melengkapi. Dengan
dipertanyakan waktu dan tempatnya maka karakter peristiwa itu menjadi jelas.
Perspektif sejarah mengacu pada konsep waktu, atau kata lain perspektif sejarah itu sama
dengan perspektif waktu, terutama waktu yang telah lampau. Perspektif sejarah suatu
peristiwa membawa citra tentang suatu pengalaman masa lampau yang dapat dikaji untuk
memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang. Perspektif global dari visi sejarah antara
lain, perspektif global tentang tokoh-tokoh, bangunan-bangunan, perang, pertemuan
internasional, dan peristiwa-peristiwa bersejarah yang memiliki dampak luas terhadap tatanan
kehidupan global, dapat dimunculkan dalam pendidikan sebagai acuan transformasi budaya
serta pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda untuk memasuki
kehidupan global di hadapannya.
Mengenal tokoh-tokoh agama, para nabi, dan rasul yang tidak hanya berpengaruh
terhadap umatnya pada saat mereka masih hidup di kawasan lingkungannya masa itu,
melainkan tetap menjadi pola perilaku dan teladan secara global sampai saat ini. Tokoh
sejarah bahkan tokoh dunia yang demikian itu menjadi sorotan perspektif global bukan hanya
darisudut pandang sejarah, melainkan juga dari sudut pandang ilmu-ilmu lainnya. Bangunan-
bangunan bersejarah seperti Ka’bah dan Masjidil Haram di Mekkah, Piramida di Mesir,
Tembok Besar di Cina, Mesjid Taj Mahal di India, dan Candi Borobudur di Indonesia, yang
merupakan beberapa bangunan “keajaiban dunia” tidak hanya bernilai dan bermakna sejarah,
melainkan memiliki nilai global yang mempersatukan umat, nilai budaya dari aspek arsitektur,
nilai ekonomi dalam mengembangkan lapangan kerja, dan lain sebagainya. Secara material,
bangunan-bangunan semacam itu bukan hanya merupakan pengetahuan, melainkan lebih
daripada itu wajib dijadikannya acuan pendidikan mengenai nilai-nilai kemanusian, budaya,
bahkan keagamaan yang ada di dalamnya.
Berbagai perang di berbagai kawasan, terutama Perang Dunia yang tercatat sebagai
peristiwa sejarah, tidak hanya dilihat dari dahsyatnya penggunaan senjata dan kejamnya
pembunuhan umat manusia, namun dilihat dari sudut pandang global, dapat diungkapkan
nilai dan makna kemanusiaannya. Perang yang pada saat berlangsungnya sebagai ajang
pertentangan berbagai pihak atau berbagai Negara, ternyata setelah usai menjadi alat
pemersatu berbagai bangsa dalam memikirkan umat secara global. Pengalaman buruk dari
perang telah menjadi alat penyadar umat dunia untuk memikirkan hal-hal yang lebih bernilai
dan bermakna bagi kemanusian. Bahkan secara global, meningkatkan kemampuan IPTEK
yang mendukung kesejahteraan. Sebaliknya pengalaman negatif yang membawa malapetaka
terhadap penghancuran umat, menjadi acuan kewaspadaan bagi kepentingan bersama.
Bagi kepentingan pendidikan, perang yang merupakan peristiwa sejarah itu juga menjadi
ajang meningkatkan kesadaran, penghayatan, dan kewaspadaan peserta didik terhadap bahaya
perang “modern” di hari-hari mendatang. Pertemuan internasional yang bernilai dan
bermakna sejarah seperti antara lain Konferansi Asia Afrika (1955) yang terkenal dengan
“Semangat Bandung”, telah meningkatkan kesadaran masyarakat Asia Afrika akan haknya
sebagai umat yang memiliki hak untuk berdaulat di negaranya sendiri, bernilai kemanusiaan
yang meningkatkan martabat manusia di kawasan ini. Peristiwa itu juga membukakan mata
Negara-negara “maju” sebagai bekas penjajah terhadap arti kemerdekaan bagi bekas Negara
jajahan yang wajib diperhitungkan.
Dari peristiwa sejarah tersebut, telah menyadarkan masyarakat “Dunia Ketiga” terhadap
pentingnya persatuan untuk menghadap Negara-negara besar yang secara sosial budaya,
sosial ekonomi, dan sosial politik lebih kuat daripada negara-negara Dunia Ketiga yang
bersangkutan. Perspektif global sejarah yang demikianlah yang wajib diangkat dalam
pendidikan.
c) Ekonomi
Ilmu ekonomi menyangkut beberapa aspek antara lain:
a. Menentukan pilihan
b. Keinginan yang tidak terbatas
c. Persediaan sumber daya alam teratas, ahkan ada eberapa yang langka
d. Kegunaan alternativ sumber daya
e. Penggunaan hari ini dan hari esok
Dari aspek-aspek tersebut, jelas bahwa perspektif ekomomi terkait dengan waktu, hari
ini dan hari esok. Sedangkan apa yang diperspektifkan terutama berkenan dengan persediaan
sumber daya, dan adanya penggunaan alternativ sumber daya. Perspektif ke hari esok atau
masa yang akan datang terkait luas dengan pertumbuhan penduduk, kemajuan dan penerapan
IPTEK, dalam proses produksi serta distribusi, kebutuhan yang cenderung tak terbatas
kuantitasnya, dan akhirnya persediaan sumber daya yang terbatas bahkan langka. Sedangkan
penggunaan sumber daya alternativ, sangat berkaitan dengan IPTEK dan kecenderungan
kebudayaan.
Pertumbuhan penduduk dunia yang cepat mengakibatkan adanya peningkatan
produksi untuk persediaan dan pelayan kebutuhan hidup. Sementara sumber daya alam
terbatas dan sifatnya ada yang dapat perbaharui dan ada yang tidak dapat diperbaharui.
Teknologi telah memungkinkan memproduksi yang lebih besar melalui industrilisasi. Hal
tersebut dianggap dapat mengatasi kebutuhan hidup yang diperlukan oleh laju pertumbuhan
penduduk baru. Akibatnya kebutuhan manusia diarahkan pada (1)Harus menguasai teknologi,
(2)Menstabilkan jumlah penduduk, (3)Mengembangkan tatanan sosial yang mampu hidup
produktif dan sejahtera secara terpadu, dengan ekonomi yang simbang.
Teknologi, industralisasi, komunikasi telah mendatangkan masalah baru yaitu
berbagai pencemaran udara (debu), zat kimia, suara, air, tanah, dan bahkan pencemaran
moral. Ini semua indikator munculnya kerusakan lingkungan hidup, dan kerusakan moral
bangsa jauh dari kepribadian aslinya. Hal tersebut membawa konsekuensi persiapan dari
peningkatan kualitas sumber daya manusia, produksi, mental, dan akhlak yang tinggi, sebagai
konsekuensi arus globalisasi.
Menurut H.W. Arndt dan Gerardo P Sicat (1991:3, dalam Nursid 1999:2.9) ilmu
ekonomi adalah suatu studi ilmiah yang mengkaji bagaimana orang perorang dan kelompok-
kelompok masyarakat menentukan pilihan. Manusia mempunyai keinginan yang tidak
terbatas. Untuk memuaskan bermacam-macam keinginan yang tidak terbatas tersebut,
tersedia sumber daya yang dapat digunakan. Berbagai sumber daya ini tidak tersedia dengan
bebas. Sumber daya ini langka dan mempunyai berbagai kegunaan alternatif. Pilihan
penggunaan dapat terjadi antara penggunaan sekarang (hari ini) dan penggunaan hari esok
(masa depan).
Dari beberapa sumber daya khususnya sumber daya alam, ada yang dapat terbarukan
(tumbuh-tumbuhan, hewan) dan ada yang tidak dapat terbarukan (migas, batu bara). Sumber
daya yang sifatnya tidak terbarukan akan habis sekali pakai sehingga persediannya makin
terbatas. Sedangkan dipihak lain, kebutuhan terus meningkat karena pertumbuhan penduduk,
dan keinginan yang cenderung tidak terbatas. Kesenjangan ini bukan bersifat lokal atau
regional, melainkan telah menjadi masalah global. Di sini dituntut “kiat-kiat” ekonomi untuk
menciptakan keseimbangan antara konsumsi di satu pihak, dan produksi di lain pihak. Salah
satu kiat itu, bagaimana kemajuan dan penerapan IPTEK. Dalam kondisi global yang penuh
dengan kesenjangan, masalah dan tantangan, baik ekonomi, sosial, budaya, politik, maupun
lingkungan hidup, pengembangan dan pembinaan akhlak menjadi kunci penyelamatan
kehidupan dengan lingkungannya.
Oleh karena itu, untuk menghadapi perspektif global ekonomi berupa perekonomian
pasar bebas, beralihnya kawasan ekonomi maju dari Atlantik ke Pasifik, dan kebangkitan
ekonomi Asia Afrika, kita Bangsa Indonesia wajib siap mental dengan akhlak yang tinggi.
Tantangan global di bidang ekonomi tidak akan kunjung reda. Penyiapan SDM generasi
muda Indonesia menghadapi Abad XXI dengan arus globalnya wajib dirintis sedini mungkin.
Sikap mental wiraswasta harus menjadi cirri SDM mendatang. (Nursid, 1999:2.12)
B. Perspektif global dari visi politik, sosiologi dan antropologi
a) Politik
Ilmu politik mempelajari Negara, tujuan-tujuan Negara dan lembagalembaga yang akan
melaksanakan tujuan-tujuan itu, hubungan antara Negara dengan warga negaranya dengan
Negara-negara lain. Dalam sorotan perspektif global, aspek hubungan dengan Negara lain
merupakan hal yang pokok. Hubungan dengan Negara lain, khususnya hubungan Negara RI
dengan Negara tetangga yang kita sebut hubungan regional, dengan Negara-negara lain pada
umumnya yang kita sebut hubungan antar bangsa atau hubungan internasional dan akhirnya
dengan semua Negara di dunia ini, yang kita sebut dengan hubungan global.
Menurut Roger F. Soltau dalam Introduction to Politics (Miriam Budiarjo: 1991:9, dalam
Nursid, 1999:2.18): ilmu politik mempelajari negara, tujuan-tujuan negara dan lembaga-
lembaga yang akan melaksanakan tujuan, hubungan negara dengan warganya, serta hubungan
negara dengan negaranegara yang lain. Dalam sorotan perspektif global, aspek hubungan
dengan negara lain merupakan hal yang pokok. Hubungan dengan negara lain, khususnya
Negara Republik Indonesia dengan negara tetangga yang kita sebut hubungan regional,
dengan negara-negara lain pada umumnya kita sebut hubungan antarnegara atau antarbangsa
atau hubungan internasional, dan akhirnya dengan semua negara di dunia ini, yang kita sebut
hubungan global.
Dengan berpegang pada politik luar negeri yang bebas aktif, Indonesia terjun ke berbagai
kegiatan penyelesaian pertikaian politik seperti di kamboja, Filipina, Bosnia, Palestina, Israel,
dan lain-lain.Kegiatan tersebut lebih meningkatkan kedudukan Indonesia di bidang politik,
terutama politik luar negeri. Hal tersebut menjadi landasan kerja sama di bidang ekonomi.
Kepercayaan negara lain termasuk negara Adikuasa di bidang politik, lebih membuka jalan
kerjasama di bidang ekonomi. Bantuan ekonomi menjadi terbuka. Stabilitas dan kemajuan
politik Indonesia, khususnya politik luar negeri, berpengaruh terhadap kondisi politik global.
Hal ini dapat kita hayati tentang dampak Konferensi Asia Afrika. Pimpinan dan pengaruh
Indonesia dalam gerakan Non-Blok (GNB) terhadap kebangkitan di Afrika dan Amerika
Latin atau Negara-negara Selatan pada umumnya.
Kebangkitan negara-negara Selatan menumbuhkan perhatian Negara-negara
Utara.Negara-negara yang terakhir ini tidak lagi mengabaikan negara-negara Dunia Ketiga
atau Negaranegara Selatan tersebut. Peranan dan keberhasilan politik luar negeri Indonesia
telah bergema secara global, baik di Negara-negara Selatan maupun di Negara-negara Utara,
termasuk Adikuasa. Negara Republik Indonesia sebagai warga dunia, tidak dapat melepaskan
diri dari pengaruh perkembangan di negara lain, khususnya di negara yang telah maju, lebih
khusus lagi di negara-negara adikuasa. perkembangan di Uni Soviet, Republik Rakyat Cina,
Jerman, Jepang, dan Seterusnya, selalu ada pengaruh terhadap kehidupan politik, khususnya
politik luar negeri Indonesia. Paling tidak, Indonesia harus memperhitungkan kecenderungan
dan peluang yang akan terjadi akibat perubahan di negara lain itu.
Konsep glasnots (keterbukaan) dan perstroika (pembaruan) yang digagaskan oleh
Gorbachev, menjadi landasan terjadinya pendekatan antarnegara dikuasa Rusia dan Amerika
Serikat. Gerakan ini menjadi pokok pangkal berakhirnya perang dingin di antara negara-
negara yang bersangkutan. Kenyataan itu pula membawa dampak yang luas terhadap
perubahan peta politik dunia, terutama yang dialami oleh negara-negara Blok Timur yang di
pimpin oleh Uni Soviet.
Perubahan peta politik global telah dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia II. Mulai saat
itu banyak negara jajahan, termasuk di dalamnya Indonesia melepaskan diri dari negara
penjajah. Negara-negara tersebut yang secara politik sepenuhnya diatur oleh penjajah, setelah
berakhirnya PD II tersebut dituntut untuk mengatur politiknya sendiri. Setelah berakhir
perang dingin perubahan peta politik itu makin menonjol. Penjajahan politik berakhir, namun
penjajahan ekonomi makin gencar. Negara-negara yang baru merdeka pada era pasca-Perang
Dunia II secara politik telah merdeka namun, secara ekonomi, mereka dijajah. Indonesia
secara politik telah berhasil, telah menjadi negara yang secara politik diperhitungkan oleh
negara-negara lain.
b) Sosiologi
Sosiologi adalah studi tentang fenomena yang timbul akibat hubungan kelompok-
kelompok umat manusia, studi manusia dan lingkungan manusia dalam hubungan satu sama
lain. obyek yang menjadi sorotan utama dalam ilmu ini yanitu hubungan antar manusia,
terutama dalam lingkungan sosial manusia. Hubungan dan interaksi sosial manusia makin
lama makin luas dan semakin berkembang dari individu hingga kelompok, hingga antar
bangsa. Hal yang melatarbelakangi adanya interaksi sosial cukup beragam mulai dari alasan
ekonomi, budaya, pilitik, bahkan agama.
Adanya interaksi sosial dimasyarakat baik lokal maupun global memiliki berbagai
dampak baik positif maupun negatif. Oleh sebab itu, sosiologi sebagai studi ilmiah tentang
kehidupan sosial umat manusia harus mengembangkan kemampuan perspektif global dalam
menyimak masalah-masalah global yang mengancam kehidupan umat manusia, serta mencari
metode pemecahannya.
Menurut Frank H. Hankins (Fairchild, H.P. dkk., 1982: 302, dalam, Nursid: 1999:2.22),
Sosiologi adalah studi ilmiah tentang fenomena yang timbul akibat hubungan kelompok-
kelompok umat manusia, studi tentang manusia dan lingkungan manusia dalam hubungannya
satu sama lain. Dalam sosiologi, objek yang menjadi sorotan utamanya yaitu hubungan
antarmanusia, terutama dalam lingkungan yang terbentuk oleh manusia sendiri, atau yang
disebut lingkungan sosial. Hubungan sosial dan interaksi sosial yang dialami manusia dan
lingkungannya makin lama makin luas dan berkembang.
Luasnya interaksi sosial mulai dari keluarga, teman sepermainan, tetangga, tingkat lokal
dusun, tingkat regional provinsi, dan sampai ke tingkat global antarbangsa di dunia. Interaksi
sosial yang langsung (tatap muka) dan tidak langsung melalui berbagai media yang makin
intensif serta makin meluas, membawa perubahan sosial, kemajuan sosial yang berdampak
luas terhadap opini, kecerdasan, nalar dan wawasan manusia yang mengalaminya.
Pengetahuan, ilmu dan pengenalan teknologi yang terbawa oleh satu pihak kemudian
diterima oleh pihak lain melalui berbagai media, berdampak luas terhadap tatanan sosial, baik
itu material maupun non-material. Pakaian, peralatan, dan perangkat kasar yang lain, tidak
hanya terbatas digunakan serta dimanfaatkan oleh orang tertentu, melainkan telah memasuki
kehidupan segala lapisan masyarakat secara lokal, regional, bahkan juga global. Tatanan non-
material, nilai dan norma, juga mengalami pergeseran. Bersalaman, tepuk punggung, tegur
sapa ada ala Barat telah masuk ke dalam kehidupan orang Indonesia. Jenis permainan, jenis
olahraga dan jenis kesenian yang semula termasuk tradisional, dewasa ini telah merambah
segala penjuru dunia.
Pertandingan olahraga, kunjungan dan pertukaran pemuda pelajar, pertemuan pramuka
(jambore), tingkat daerah, tingkat regional, tingkat nasional, serta antarnegara, merupakan
interaksi sosial yang meluas, paling tidak diwakili oleh kelompok yang bertemu saat itu.
Suasana dan peristiwa yang demikian itu, tidak hanya ketemu atau interaksi manusianya saja,
melainkan juga terjadi pertemuan berbagai aspek sosial yang terbawa oleh kelompok-
kelompok manusia itu. Hal demikian tidak hanya berdampak lokal, regional, nasional, tetapi
global. Dari arus global dan interaksi sosial baik langsung maupun media tentu saja memiliki
dampak negatif dan dampak positif, dampak negatif itulah yang perlu di waspadai karena bisa
menjadi racun bagi kehidupan sosial.
Masalah sosial yang mengglobal ini merupakan penghancuran umat dalam jangka yang
relatif cepat meracuni generasi muda. Harus menjadi perhatian dan kepedulian kita bersama
bahwa ada kelompok manusia yang bertujuan komersial, bisnis dan barangkali juga tujuan
politik secara sengaja melakukan penetrasi sosial budaya dengan memanfaatkan media
canggih yang dapat menghancurkan umat tadi. keberadaan media elektronik dengan suasana
terbuka pada kondisi global saat ini, tidak lagi dapat dibendung. Pembendungannya terletak
pada akhlak, mental, dan moral yang kuat pada diri masing-masing, terutama pada diri
pembuat keputusan di tingkat nasional dan internasional. Horton dan Hun (1976: 22, dalam
Nursid, 1999:2.22) sosiologi didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang kehidupan sosial umat
manusia, harus mengembangkan kemampuan perspektif global dalam menyimak masalah-
masalah global yang mengancam kehidupan umat manusia, yang selanjutnya
mengembangkan metode-metode pemecahan masalah-masalah tadi.
c) Antropologi
EA Hoebel (Suhartini,2009) berpendapat bahwa antropologi sebagai studi tentang
manusia dengan pekerjaannya lebih menitik beratkan kepada kebudayaan sebagai hasil
pengembangan akal pikiran manusia. Sudut pandang Antropologi terhadap perspektif global,
terarah pada keberadaan dan perkembangan budaya dengan kebudayaan dalam konteks
global. Namun demikian sorotan dan kajiannya, tidak terlepas mulai dari tingkat lokal,
regional, nasional, internasional sampai ke tingkat global yang sedang mengarus ini.
Hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apapun yang mengarus mulai dari tingkat
lokal sampai global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik
umat manusia. Kemampuan manusia mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal
adalah kelebihan manusia di banding dengan makhluk lainnya. Oleh karena itu proses dan
arus global dalam kehidupan, sesungguhnya adalah proses global kemampuan budaya atau
proses kebudayaan, termasuk di dalamnya perkembangan IPTEK (kesatuan ilmu pengetahuan
dan teknologi). Sudut pandang antropologi terhadap perspektif global, berarti mengamati,
menghayati dan memprediksi perkembangan kebudayaan secara menyeluruh yang aspek
serta unsur-unsurnya itu berkaitan satu sama lain dan terintegrasi dalam kehidupan manusia.
Antropologi, khususnya Antropologi operasional Budaya alternatif menurut
Koentjaraningrat (1990: 1112) dikatakan sebagai pengganti Ilmu Budaya, merupakan studi
tentang manusia dengan kebudayaannya. Sedangkan oleh E.A Hoebel (Fairchild, H.P dkk.,
1982: 12) didefinisikan sebagai studi tentang manusia dengan pekerjaannya, lebih
menitikberatkan kepada kebudayaan sebagai hasil pengembangan akal pikiran manusia.
(dalam Nursid, 1999:2.25) Sudut pandang Antropologi terhadap perspektif global, terarah
pada keberadaan dan perkembangan budaya dengan kebudayaan dalam konteks global.
Namun sorotan dan kajiannya tidak terlepas mulai dari tingkat lokal, regional, nasional,
internasional sampai ke tingkat global yang sedang mengarus saat ini.
Lokal Nasional/ Regional Internasional/ Interegional Global Hakikatnya, perkembangan
aspek kehidupan apa pun yang mengarus mulai dari tingkat lokal sampai ke tingkat global,
dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat manusia.
Makhluk hidup, apakah itu tumbuh –tumbuhan ataukah hewan, tidak mungkin dapat
mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal. Di sinilah letak keunikan umat manusia
dibandingkan dengan makhluk hidup lain nonmanusia. Contoh perkembangan kemajuan di
sekitar seperti bangunan dari gubuk, rumah darurat, rumah permanen sampai gedung
bertingkat pencakar langit. jalan mulai jalan setapak, jalan desa, jalan kabupaten, jalan
provinsi, jalan negara sampai jalan tol yang dilengkapi dengan jembatan layang. Kendaraan
mulai dari yang didorong/ditarik oleh manusia, ditarik oleh hewan, kendaraan bermotor,
sampai kendaraan ruang angkasa.Semua tidak lain hasil dari pengembangan akal pikiran
manusia atau hasil pengembangan budaya sebagai perkembangan kebudayaan.
Sudut pandang Antropologi terhadap perspektif global, berarti mengamati, menghayati,
dan memprediksi perkembangan kebudayaan secara menyeluruh yang aspek serta unsur-
unsurnya itu berkaitan satu sama lain terintegrasi dalam kehidupan umat manusia. Secara
perspektif, meningkatnya pendapatan masyarakat (ekonomi) terkait dengan meningkatnya
kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan dirinya menggunakan peralatan mengolah
sumber daya (budaya). Hal itu tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang diperoleh (budaya)
dalam arti yang seluas-luasnya, formal, nonformal, dan informal. Pendidikan tidak dapat
dilepaskan dari interaksi sosial (sosiologisosial) yang dilakukan oleh anggota-anggota
masyarakat bersangkutan. Suasana kondusif terselenggaranya pendidikan sangat ditentukan
oleh ketentraman, jaminan peraturan, kepemimpinan, dan pemerintahan yang stabil (politik),
sehingga terdapat serta tumbuh ketenangan hati dan kesadaran dalam diri anggota masyarakat
tadi (psikologi).
Dalam kehidupan umat manusia yang makin terbuka, persilangan kebudayaan, bukan
hanya merupakan tantangan, melainkan sudah menjadi kebutuhan, kenyataanyya negara-
negara di dunia termasuk Indonesia, secara sengaja melakukan pertunjukan kesenian keliling
dunia, kunjungan anggota DPR ke seluruh dunia, pertukaran pelajar-pelajar antarnegara,
belum lagi pertemuan internasional berbagai pakar dari berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Dalam suasana yang demikian, manusia menjadi dutanya berinteraksi, sedangkan aspek
budaya yang dibawa dan dibawakan bercampur-baur. Dalam kondisi yang demikian, disadari
atau tidak, terjadi persilangan unsur-unsur kebudayaan. Proses yang demikian, tidak dapat
dicegah bahkan dilakukan secara sengaja. Pada aspek-aspek tertentu, bahkan direncanakan
secara sistematik. Demikianlah proses globalisasi budaya yang secara sengaja dilakukan oleh
kelompok-kelompok manusia, dan bahkan oleh negara-negara di dunia ini.
C. Perspektif global dari visi IPTEK, transportasi, komunikasi dan internasional
a) IPTEK
Pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam diri tiap orang yang tumbuh
sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, manusia yang normal, sekolah ataupun tidak, sudah pasti
memiliki pengetahuan. Namun yang namanya pengetahuan, sifatnya acak. Bagi kita manusia,
pengetahuan itu sangat potensial. Hanya, dalam kehidupan yang makin berkembang dan
penuh tantangan, pengetahuan acak tadi, nilai fungsionalnya tidak mencapai tingkat yang
optimum untuk menghadapi tantangan dan memecahkan masalah yang makin rumit. Oleh
karena itu, pengetahuan yang acak itu wajib ditingkatkan menjadi ilmu. Pengetahuan yang
acak dan terbuka, melalui proses yang panjang diorganisasikan serta disusun menjadi bidang-
bidang filsafat, humaniora dan ilmu. Selanjutnya ilmu itu dikelompokkan menjadi ilmu eksak
atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) serta Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ciri-ciri bila
dibandingkan dengan pengetahuan yang acak dan terbuka terletak pada adanya sistematik,
objek kajian,ruang lingkup kajian dan metode yang diterapkan serta dikembangkannya.
Pengetahuan tidak memiliki ciri-ciri yang demikian. Pengetahuan dengan ilmu hubungannya
sangat erat.
Oleh karena itu, dalam konsep ilmu, biasa juga disebut ilmu pengetahuan. Sebutan atau
panggilan yang demikian diterapkan pada panggilan Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu
Pengetahuan Sosial. Pengetahuan apalagi ilmu (ilmu pengetahuan) fungsional dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Dengan pengetahuan, pemanfaatan benda, alat, senjata dan
juga hewan menjadi judah dan terarah untuk mencapai hasil. Apalagi setelah pengetahuan itu
tersusun menjadi ilmu atau ilmu pengetahuan, penerapannya memanfaatkan benda,
alat,senjata dan hewan tadi menjadi lebih baik lagi. Penerapan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari untuk menghasilkan sesuatu, membuahkan
kemampuan yang disebut teknologi.
Oleh karena itu, Brown & Brown (1980:2) mengungkapkan, Teknologi adalah penerapan
pengetahuan oleh manusia untuk mengerjakan suatu tugas yang dikehendakinya. Dengan
demikian teknologi itu dapat dikatakan sebagai penerapan praktis pengetahuan untuk
mengerjakan sesuatu yang kita inginkan. Sedangkan Marwad Daud Ibrahim (Yudi Latif,
editor, 1994:17) mengemukakan: “Sekandar upaya untuk menyamakan presepsi, kiranya
perlu dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan disini adalah suatu jawaban
sistematis dari kata “mengapa”(know why). Sedangkan teknologi adalah jawaban praktis dari
pernyataan “bagaimana” (know how). Dengan teknologi orang lalu memanfaatkan gejala
alam, bahkan bisa mengubahnya”. Dari dua pernyataan tadi dapat disimpulkan secara
sederhana teknologi itu tidak lain adalah penerapan pengetahuan dan ilmu pengetahuan untuk
mengembangkan pengetahuan tentang cara memanfaatkan sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan tertentu.
Selanjutnya dapat dikemukakan antara penggetahuan dengan ilmu (ilmu pengetahuan)
dan teknologi hubungannya sangat erat. Oleh karena itu dalam ucapan sehari-hari
diungkapkan sebagai ilmu pengethuan dan teknolohi yang singkatan populernya IPTEK.
Perkembangan peradaban masyarakat manusia dari waktu ke waktu ditandai oleh
perkembangan IPTEK ini. Untuk mengetahui sejarah perekonomian masyarakat manusia
yang dimulai kemampuan yang paling rendah sampai kepada kemampuan yang paling
canggih saat ini. Untuk mengetahui perkembangan tersebut, ikhtisarnya akan disampaikan
sebagai berikut: a. Masyarakat peramu pangan sederhana, kemampuannya hanya
mengumpulkan bahan pangan baik di darat (hutan, sabana, padang rumput) maupun
diperairan (sungai, danau, rawa, pantai). b. Masyarakat peramu pangan lebih maju,
kemampuan memungut bhan pangan sudah berkembang dengan menggunakan peralatan
tombak, panah untuk berburu dan menangkap ikan serta menggunakan tongkat (sejenis
linggis dari kayu) untuk mencari bahan pangan di darat. c. Pertanian sederhana dan
penggembalaan mulai melakukan cocok tanam meskipun hanya menggunakan tongkat untuk
membuat lubang ditanah sebagai tempat benih tanaman. Belum dilakukan pencangkulan,
pupuk maupun pengairan. Perburuan binatang didarat berkurang, sudah mulai dilakukan
penggembalaan. d. Pertania lebih maju telah menggunakan alat pertanian yang lebih maju
seperti, semacam cangkul, pemeliharaan tanaman, dan secara terbatas dilakukan pemupukan.
Memanfaatkan hewan untuk membantu mengolah tanah. Hewan peliharaan mulai
dikandangkan (peternakan sederhana). Pada masa ini telah terjadi revolusi hijau, terjadi
perubahan yang berarti dalam cocok tanam menggunakan peralatan yang lebih baik, secara
terbatas dilakukan pemupukan dan pengairan. e. Masyarakat pengrajin mulai membuat
peralatan, barang anyaman sederhana. Membuat barang gerabah (keramik kasar sederhana).
Dalam kebutuhan tahap-tahap (perekonomian) perkembangan tentu saja cara memenuhi
terjadi juga kebutuhan perkembangan teknologinya. Teknologi tau lebih terpadu IPTEK,
mulai hanya dari memanfaatkan anggota badan (tangan,kaki) menggunakan peralatan
sederhana sampai peralatan yang lebih baik seperti linggis dari kayu, cangkul dari batu dan
seterusnya.
Pada tahap perajinan, khususnya dalam membuat gerabah, api telah dimanfaatkan oleh
masyarakat. Pemanfaatan api ini, membawa perkembangan IPTEK lebih maju lagi. Dari
deretan perkembangan tadi, sesungguhnya kita telah menerapkan kajian perspektif IPTEK
atau lebih luas lagi perspektif budaya. Tinjauan diatas lebih melihat perkembangan pada
masyarakat sederhana (masyarakat primitif). Selanjutnya dengan menerapkan pendekatan
perspektif budaya Alvin Toffler dalam bukunya yang berjudul Gelombang Ketiga (1980)
mengemukakan tiga tahap perkembangan. Ikhtisar secara singkat sebagai berikut (Toffler,
1980:10): Gelombang pertama : Ribuan tahun yang lalu telah terjadi perubahan besar dalam
bercocok tanam sederhana menjadi pertanian yang paling maju. IPTEK pertanian yang lebih
maju dari periode sebelumnya, telah diterapkan dan dimanfaatkan. Saat itu terjadi revolusi
hijau. Gelombang kedua : Tiga ratus tahun yang lalu tepatnya pada abad XVII dengan
ditemukan mesin uap mesin pemintal kapas proses produksi di sektor industri cepat
meningkat. Perkembangan kemajuan dan penerapan IPTEK di bidang produksi dan industri
terjadi lonjakan sehingga periode ini dikenal sebagi revolusi industri. Gelombang Ketiga :
Pada abad ini (XX) kemajuan IPTEK elektronik maju dengan cepat radio, TV dan telepon
maju dengan cepat, termasuk penerapannya. Melalui media elektronik ini berita dan peristiwa
cepat tersiar ke seluruh dunia.
Dengan dimanfaatkannya satelit komunikasi penyiaran TV semakin meluas, informasi
semakin cepat merambah. Oleh karena itu pada abad XX, telah terjadi revolusi informasi.
Melalui revolusi informasi proses globalisasi berbagai aspek kehidupan makin dipacu. Jika
abad XX ini oleh Toffler disebut gelombang ketiga yang ditandai oleh revolusi informasi, J.
Naisbitt (1982) menjulukinya sebagai abad informasi. Pada abad ini segala kemajuan
sebelumnya mulai dari lonjakan IPTEK dalam bidang pertania yang dikenal dengan revolusi
hijau kemajuan dan penggunaan berbagai mesin dalam proses produksi yang dikenal dengan
revolusi industri makin meningkat dan makin meluas. IPTEK dibidang informasi sebagai
sarana penyebarluasan berbagai penemuan dan kemajuan makin memicu proses
globalisasi.kemajuan IPTEK dibidang industri petrokimia dan bioteknologi juga mendukung
revolusi hijau yang lebih maju serta lebih canggih.
Rekayasa mekanik, kimiawi, biotik dan sosial makin memacu proses produksi, baik
dibidang pertanian maupun dibidang industri. Revolusi hijau dipacu oleh revolusi industri
dan disebarluaskan secara global oleh revolusi informasi. Kondisi yang demikian itu berkat
perkembangan kemajuan penerapan dan emanfaatan IPTEK. Kita sebagai umat beragama
wajib bersyukur. Namun juga wajib waspada. Berikut pernyataan Marwah Daud Ibrahim
(Yudi Latif, editor: 1994: 17, dalam Nursid, 1999:2.34) berikut ini: Pertanyaan yang muncul
kemudian adalah apa gerangan fungsi IPTEK dan implementasi logisnya bagi sosok
kebudayaan suatu masyarakat, lalu tindakan apa yang harus diambil untuk
mengoptimalisasikan Rahmat dan meminimalkan Laknat dari kehadiran teknologi yang
bermata dua ini. Inilah yang akan menjadi pusat perhatian diskusi kita selanjutnya.
Seperti yang dinyatakan David Turney, Marwah Daud Ibrahim melihar bahwa teknologi
atau secara yang lebih lengkap IPTEK mengandung dilema atau bermata dua. Oleh karena itu
disatu pihak kita bersyukur menikmati rahmat dampak positif dari IPTEK itu namun dipihak
lain kita wajib waspada dari dampak negatif yang menimbulkan laknat malapetaka yang
menimpa lingkungan hidup yang pada akhirnya juga mengancam kehidupan RahmatNya,
setelah diamati bukan hanya telah mengglobal melainkan telah mengangkasa. IPTEK telah
berhasil menciptakan pesawat, bahkan satelit komunikasi juga memacu dersnya informasi.
Berbagai stasiun TV telah memanfaatkan penyiaran globalnya melalui satelit komunikasi
ini. Sedangkan dampak negatif yang membawa laknat juga telah mengglobal. Berbagai
pencemaran yang telah berpengaruh terhadap kesehatan fisikbiologis dan mental psikologis
juga telah mengglobal. Dampak negatif perkembangan kemajuan dan penerapan IPTEK yang
menghasilkan berbagai ketimpangan itu oleh Toffler (1976) disebut sebagai Guncangan Hari
Esok (Future Shock) tidak hany guncangan fisik (pshysial shcok) melainkan juga goncangan
kejiwaan (psychologgical schock)penyakit- penyakit yang timbul dimasyarakat yang telah
mengglobal. Ketegangan urat syaraf, darah tinggi, sadisme, kriminalitas, mabuk dsb. Sudah
bukan masalah fisik biologis dan mental psikologis di negar-negara tertentu melainkan telah
meluas ke berbagai negara dipenjuru dunia.
IPTEK dibidang komunikasi informasimenjadi salah satu sarana. Disinilah letak tuntutan
bagi dunia pendidikan dalam arti seluas-luasnya untuk menciptakan kiat mengatasi dampak
negatif IPTEK terhadap guncangan fisik dan psikologis tadi.
b) Transportasi
Dari perspektif budaya dapat diamati dan menghayati perkembangan alat angkut atau
transportasi dari waktu ke waktu. Angkutan itu mulai dari memanfaatkan tenaga manusia
yang sampai saat ini juga masih ada dan masih dilakukan memanfaatkan alat pikul serta alat
usung sederhana memanfaatkan tenaga hewan, kendaraan beroda yang sederhana kendaraan
bermontor, kendaraan yang menggunakan tenaga jet samai kendaraan yang memanfaatkan
tenaga surya(matahari) perkembangan tadi tidak terlepas dari perkembangan daya pikir
manusia yang dikonsepkan sebagai perkembangan budaya. Dengan konsep yang lebih khusus,
dapat pula kita konsepkan sebagai perkembangan IPTEK.
Alat angkut atau transportasi yang semula berfungsi mengangkut barang dan manusia
secara tidak langsung juga membawaberita atau informasi. Dampak positif dari revolusi
industri abad XVII juga membawa perkembangan dan kemajuan transportasi meliputi
transportasi darat, perairan dan udara. Perkembangan jalan sebagai prasarana dan alat angkut
sebagai sarana selain mendekatkan jarak relatif dalam ruang permukaan bumi juga
memecahkan keterpencilan tempat-tempat terpencil. Jalan dan alat angkut transportasi
menjadi urat nadi perekonomian dalam proses distribusi hasil produksi ke pasar dan ke
konsumen.
Dengan makin berkembang dan makin majunya transportasi konsep ekomoni tentang
kebutuhan dan sumber daya produksi distribusi dan konsumsi makin nyata makna dan
nilainya. Sejalan dengan proses yang demikian konsep saling ketergantungan mulai dari
tingkat lokal, regional, nasional, internasional ,bahkan juga tingkat global, dapat terealisaikan.
Secara ilmiah tidak ada orang, daerah dan negara yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri
berapapun besar kekayaannya. Semua memerlukam bantuan pihak lain atau negara lain.
Disinilah letak kedudukan fungsi dan peranan saling ketergantungan. Perkembangan
kemajuan dan pemanfaatan transportasi menjdi pendukung pengembangan saling
ketergantungan tadi. Dalam pemanfaatan transportasi untuk perdagangan yang terbawa itu
tidak hanya barang dagangan dan manusia yang memperdagangkannya. Melainkan
tersertakan pula kebiasaan, bahasa, agama, pengetahuan dan IPTEK.kontak dan informasi
yang antar manusia membawa dampak luas tidak hany dibidang ekonomi melainkan njuga
aspek-aspek budaya,politik, bahkan juga psikologi.
Dampak transportasi yang demikian itu akan memacu hubungan antar manusia disegala
aspek kehidupannya. Proses sosial budaya dan sosial politik pada masa-masa selanjutnya
menjadi lebih menonjol. Proses sosialisasi, akulturasi difusi dan asimilasi unsur-unsur budaya
serta kebudayaan secara menyeluruh terjadi lebih nyata dan lebih melekat. Makin
berkembang dan majunya transportasi didarat, dilaut dan di udara. Melalui kontak yang
demikian transportasi tidak akan terbatas. Ketergantungan tidak hany terjadi dibidang
ekonomi, juga terjadi dibidang politik dan yang paling bermakna adalah bidang IPTEK.
Pertemuan berbagai pakar ekonomi, politik dan IPTEK antarnegara menunjukkan
kenyataan yang demikian.hal-hal itulah yang secara positif lebih meningkatkan kesejahteraan
manusia didunia ini, sebagai dampak perkembangan, kemajuan dan pemanfaatan transportasi.
Makin maju dan canggihnya transportasi ada yang harus diwaspadai ada beberapa yang
memanfaatkan dengan tujuan yang negatif seperti penyelundupan orang jahat,teroris, obat
terlarang, dokumen terlarang dsb.jika proses globalisasi yang terlarang itu tidak teratasi.
Akibatnya patologi sosial yang berupa sadisme, kriminalitas, mabuk dsb akan bertambah
terus.
Dari penjelasan diatas, lebih jelas sifat IPTEK yang bermata dua atau dilematis.
Ketergantungan pada transportasi makin lama makin besar. Apalagi bagi mereka yang
bergerak dibidang bisnis, transportasi berupa prasarana dan sarananya, telah menjadi urat
nadi perekonomian. Dilemanya terletak pada penyalahgunaan transportasi bagi kepentingan
negatif oleh pihak dan kalangan tertentu.
c) Komunikasi
Komunikasi Berlainan dengan IPTEK, komunikasi itu tidak hanya menjadi milik outentik
umat manusia. Tumbuhan dan hewan pun memiliki cara berkomunikasi sendiri. Manusia
sebagai makhluk hidup yang berbudaya yang mengembangkan IPTEK memiliki kemampuan
dan kiat dalam berkomunikasi yang beragam yang juga berkembang dan dikembangkan.
Mulai dari masyarakat sederhana sampai ke modern, cara komunikasi ini juga bertahap,
beragam dan berkembang, IPTEK inilah yang menjadi salah satu sarana komunikasi yang
makin berkembang.
Komunikasi yang dilakukan oleh manusia sangat beraneka ragam, mulai dari yang paling
sederhana dengan kedipan mata, angkat dan lambaian tangan, suara dll semua itu untuk
kepentingan hubungan sosial yang motifnya juga beragamdari perspektif budaya, komunikasi
dalam berbagai bentuk cara dan sarananya juga merupakan perkrmbangan budaya terutama
setelah menggunakan bahasa serta lambang-lambang ilmu pengetahuan. Dari perspektif
global keberhasilan saling ketergantungan dalam segala aspek krhidupan tidak dapat
dilepaskan dari keberadaan serta peranan transportasi dan media komunikasi.
d) Internasional
Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) merupakan lembaga dunia yang memperhatikan segala
aspek kehidupan antar negara-negara anggotanya. Oleh karena itu lembaga ini mewadahi
lembaga-lembaga khusus yang menngani suatu aspek tertentu. Meliputi masalah-masalah
kependudukan, pangan, lingkungan hidup dan perdamaian. Masalah-masalah tersebut
sebenarnya saling terkait satu sama lain sebagai contoh dari masalah kependudukan (United
National Fund for Population) dan masih banyak berbagai aspek lainnya. Masalah lingkungan
hidup, yang dampak negatifnya mengkhawatirkan tatanan kehidupan global, tidak terlepas
dari masalah kependudukan, industri, sumber daya, kesehatan, dan tatanan alamiah pada
umumnya. Masalah lingkungan hidup ini ditangani oleh program PBB untuk Lingkungan
Hidup (United Nations Evitonment Programme).
Masalah perdamaian sebagai agenda yang tidak terselesaikan, menyangkut pertikaian
global tentang senjata nuklir, percobaan nuklir, pertikaian antarnegara tentang perbatasan,
klaim atas sesuatu kawasan atau pulau, dan pertikaian antaretnis dalam satu negara, namun
berdampak global terhadap perdaimaian dunia serta penderitaan umat manusia. Suatu hal
yang menjadi kepentingan global umat manusia, terutama berkenaan dengan jualitas SDM,
berkenaan dengan kebudayaan, pendidikan dan ilmu pengetahuan. PBB sangat
berkepentinganm dengan kualitas SDM ini. Apa pun masalah global yang terjadi di dunia,
tidak terlepas dari manusianya, terkait dengan SDM di mana pun adanya. Hal-hal yang
berkenaan dengan kebudayaan, pendidikan dan ilmu pengetahuan ini, ditangani oleh
Organisasi PBB Urusan kebudayaan, pendidikan, dan Ilmu Pengetahuan.
Kecenderungan yang akan makin meluas pada tatanan internasional, yang mengglobal
dalam perspektif ekonomi dan ekologi, yaitu berkenaan dengan relokasi industri dari negara-
negara maju ke negara-negara sedang berkembang, termasuk di dalamnya ke Indonesia.
Negara-negara maju sudah berpengalaman, karena mengalami dampak industrialisasi
terhadap lingkungan di negara setempat bagaimana permasalahannya. Sedangkan negara-
negara sedang berkembang ini belum memiliki kesiapan bagaimana upaya menyeimbangkan
industrialisasi dengan lingkungan serta sumber dayanya. Menerima relokasi industri dengan
kehausan pembangunan tanpa kesiapan kemampuan SDM pengelola keseimbangannya,
dalamn perspektif waktu ke depan sudah pasti akan menghadapi hari-hari kelabu.
Oleh karena itu, dunia internasional dituntut untuk memberikan bimbingan, agar
ketimpangan antara ekonomi dengan ekologi ini tidak terjadi. Karena jika degradasi
lingkungan ini terjadi, dampaknya tidak hanya menimpa negara yang menerima relokasi,
melainkan akan meluas ke dunia internasional, bahkan juga mencapai batas global.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perspektif global adalah suatu cara pandang dan cara berpikir terhadap suatu masalah,
kejadian atau kegiatan dari sudut kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau
internasional. Oleh karena itu, sikap dan perbuatan kita juga diarahkan untuk kepentingan
global. Perspektif global merupakan suatu pandangan yang timbul akibat suatu kesadaran
bahwa hidup dan kehidupan ini untuk kepentingan global yang lebih luas.
Perspektif global sebagai suatu kemampuan yang harus kita miliki, tidak akan lahir dan
terjadi begitu saja tanpa upaya. Oleh karena itu, diperlukan proses untuk mengembangkan
dan membinanya, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi sumber daya manusia
(SDM). Bagi bangsa Indonesia kesadaran akan pentingnnya pendidikan global secara yuridis
tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
Globalisasi dunia merambah ke segala segi kehidupan manusia termasuk bidang
pendidikan. Salah satu bidang pendidikan yang dirambah arus globalisasi yaitu pendidikan
IPS. Konsep-konsep yang menjadi konsep kunci dalam pembelajaran pendidikan IPS yaitu
geografi, sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi. Makin meluas dan meningkatnya
proses globalisasi dalam segala aspek kehidupan, karena adanya perangkat yang menjadi
medianya. Perangkat tersebut meliputi perangkat lunak seperti ilmu pengetahuan, dan
Teknologi (IPTEK), serta perangkat keras yang meliputi alat transportasi dan komunikasi.
Perkembangan, kemajuan dan pemanfaatan perangkat keras (transportasi, komunikasi) tidak
dapat dipisahkan dari perkembangan, kemajuan dan penerapan IPTEK, demikian juga
sebaliknya.
B. SARAN
Berdasarkan penulisan makalah ini, maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Mahasiswa hendaknya dapat menguasai dan memahami hakikat dan konsep
perspektif global sehingga nantinya dapat bersaing dengan masyarakat global.
2. Mahasiswa sebaiknya membiasakan diri untuk selalu mencari informasi mengenai
isu-isu global yang hangat dibicarakan.
3. Mahasiswa sebaiknya mengambil materi dari sumber-sumber terpercaya baik berupa
buku, jurnal maupun website yang jelas dalam penulisan setiap makalah maupun
karya ilmiah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://niwayanratihshopia.blogspot.com/2014/05/perspektif-global-dan-ilmu-
pengetahuan.html
https://www.academia.edu/31541000/makalah_perspektif_global_docx
http://indrimudi.blogspot.com/2016/11/hakikat-dan-konsep-perspektif-global.html
https://id.scribd.com/doc/133089350/Materi-Presentasi-Perspektif-Global-Dilihat-Dari-
Sudut-Ilmu

Anda mungkin juga menyukai