Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Kesulitan dan Permasalahan Pembelajaran Matematika Mengurutkan Bilangan Pada


Garis Bilangan Beserta Solusi Mengatasinya”

(Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Kapita Selekta MTK)

Dosen Pengampu :

Fatkhul Arifin, M.Pd

Disusun oleh:

Farihah 11190183000038

Ananda Bella Pratiwi 11190183000042

Ardi Jannati 11190183000049

Kelas : 5B

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021

1
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmannirrahim.

Dengan menyeut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunianya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan dan menyusun makalah kami tentang “Kesulitan
dan Permasalahan Pembelajaran Matematika Mengurutkan Bilangan Pada Garis Bilangan
Beserta Solusi Mengatasinya”

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi penilaian tugas mata
kuliah Kapita Selekta MTK selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Kesulitan dan Permasalahan Pembelajaran Matematika Mengurutkan Bilangan Pada
Garis Bilangan Beserta Solusi Mengatasinya bagi para pembaca dan juga bagi kami penulis.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, bahwa masih ada
kekurangan pada makalah ini baik dari segi susunan kalimat, maupun dari segi tata
bahasanya. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sekiranya dapat memperbaiki
kesalahan atau kekurangan makalah ini, kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman kami maupun pembaca. Untuk kedepannya agar
kami dapat memperbaiki.

Jakarta, 24 Maret 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................2

A. Konsep Bangun Datar.....................................................................................................2

B. Analisa Kesulitan dan Permasalahan pada Materi Garis Bilangan.................................7

C. Solusi Mengatasi Permasalahan pada Materi Garis Bilangan.......................................12

BAB III.....................................................................................................................................15

A. Kesimpulan...................................................................................................................15

B. Saran..............................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu pengahambat dalam proses pembelajaran ialah disebut dengan miskonsepsi.


Miskonsepsi ini sangat mungkin terjadi pada pembelajaran matematika, terutama materi
bilangan (bilangan bulat dan pecahan). Hal ini karena materi bilangan merupakan materi
yang fundamental dan saling berkesinambungan dengan konsep satu dan konsep yang
lainnya. Jika konsep sebelumnya belum dipahami oleh siswa, maka kemungkinan siswa
akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pada materi-materi selanjutnya.
Materi pokok yang diajarkan di sekolah dasar ialah pengenalan materi bilangan bulat
dan operasinya. Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang salah saat
pembelajaran bilangan bulat di sekolah, kemungkinan hal ini dikarenakan siswa tersebut
masih belum memahami bilangan bulat dan operasinya

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penyusun telah menyusun


beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Apa saja konsep mengurutkan bilangan bulat pada garis bilangan?
2. Apa saja permasalahan yang dihadapi oleh siswa saat mempelajari garis bilangan?
3. Bagaimana solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan siswa dalam
mempelajari garis bilangan

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan yang telah disusun, maka penyusun menjelaskan tujuan-tujuan


penelitian, yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep garis bilangan
2. Mahasiswa dapat menegtahui permasalahan yang di hdapai oleh siswa saat
mempelajari garis bilangan
3. Mahasiswa mengetahui solusi dalan mengatasi permasalahan garis bilangan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Mengurutkan Bilangan Pada Garis Bilangan

Dalam ilmu pengetahuan matematika menjadi salah satu bagian yang penting. Jika
dilihat dari sudut pengklasifasikan bidang ilmu pengetahuan, maka matematika
merupakan termasuk ke dalam ilmu-ilmu eksakta, yaitu ilmu yang lebih banyak
memerlukan pemahaman daripada hafalan. Dan matematika juga salah satu mata
pelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Dalam belajar matematika banyak anak
yang mengalami kesulitan belajar.

Anak yang kesulitan belajar (kesubel) dalam matematika merupakan siswa yang
dalam mengerjakan tugasnya mengalami kesulitan, hal ini dikarenakan anak tersebut
mengalami disfungsi minimal otak sehigga preatasi belajarnya kurang dan tidak sesuai
dengan hasil potensi yang sesungguhnya. Terutama bagi anak yang mengalami kesulitan
dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, maka para pendidik hendaknya
memikirnya cara agar anak tersbut tidak mengalami hal demikian, salah satunya ialah
dengan garis bilangan

Karena materi dalam pelajaran matematika merupakan materi yang saling


berkaitan satu dengan yang lainnya, dengan demikian jika anak sd mempelajari materi
baru maka harus memerlukan pemahaman dari beberapa konsep materi yang sebelumnya.
Dengan anak siswa mengatahui konsep materi sebelumnya maka hal ini akan berdampak
pada hasilnya. Jika anak siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
kurang memahami konsep tersebut hal ini dikarenakan pendidiknya kurang lengkap dan
kurang jelas dalam memaparkan materi tersebut. Dan tidak menggunakan media konkret
untuk anak bisa lebih memahami materinya, sehingga hasil belajar dari siswa kurang dari
KKM.

Dengan penggunaan media alat peraga maka anak siswa bisa lebih memahami
materi dari yang abstrak menjadi konkret, dan memandang pelajaran matematika
merupakan materi pelajaran yang menyenangkan dan juga bisa lebih membuat anak siswa
menjadi percaya diri, karena siswa belajar matematika melalui pengalaman-pengalaman

2
di kehidupan sekitarnya. Salah satu media yang digunakan dalam pelajaran penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat ialah media Garis Bilangan

1. Pengertian garis bilangan

Garis bilangan ialah garis lurus yang memiliki tanda berupa sejumlah titik
jarak yang menghubungkan dari titik satu ke titik yang lainnya. Jaraknya harus sama
panjang di setiap titiknya, di satu titik tertulis satu bilangan. Bilangan-bilangan yang
terdapat pada garis bilangan merupakan sebuah rangkaian bilangan yang tersusun dari
bilangan negatif ke bilangan positif, letak bilangan negatif terkecil di sebelah kiri nol
sampai pada yang terbesar berada di sebelah kanan nol.1

Dan jika garis bilangan dijadikan media pembelajaran maka garis bilangan
merupakan salah satu media benda konret, yang mana jika media ini dibuat maka
memerlukan balok dan karton dan skala sebagai garis bilangan. Titik skala yang
berada di tengah garis bilangan merupakan angka (0), sedangkan jika panah yang
berawal dari titik tengah mengarah ke kiri merupakan bilangan bulat negatif (-) dan
jika panah yang berawal dari titik tengah mengarah ke kanan merupakan bilangan
bulat positif (+)

Maka dapat disimpulkan bahwasannya garis bilangan adalah garis lurus yang
terdapat tanda dengan titik dengan jarak yang sama. Dan pada setaip titiknya
merupakan bilangan berurutan yang dimulai dari bilangan negatif terkecil yang ada
disebelah kiri dan bilangan positif terbesar yang ada di sebelah kanan dari nol

2. Cara mengurutkan bilangan pada garis bilangan


1) Awal mula letakkan titik pada posisi angka (0).
2) Lihatlah bilangan yang terdapat pada soal
3) Jalankan garis sesuai dengan soal, dengan aturan berikut:

1
Baharim Shamsudin, Kamus Matematika Bergambar untuk SD, (Jakarta; Grasindo, 2007), hlm 42

3
a) Jika di soal bilangan yang pertama merupakan bilangan positif, maka arahkan
panah garis ke arah kanan (bilangan bulat postif)
b) Dan jika di soal bilangan yang pertama merupakan bilangan negatif, maka
arahkan panah garis ke arah kiri (bilangan bulat negatif)
4) Jika hitung penjumlahan, maka garis berjalan maju
5) Dan jika hitung pengurangan, maka garis panah berjalan mundur
6) Letakkan garis di posisi terakhir garis bilangan
7) Untuk menentukan hasil akhir, maka tandai dengan anak panah
8) Catat posisi akhir garis panah sebagai hasil operasi bilangan bulat
9) Ulangi langkah ini dari awal dengan soal yang berbeda, bisa di awali dengan
pengurangan kemudian dilanjutkan ke penjumlahan guna melatih siswa
memahami konsep operasi hitung bilangan bulat menggunakan garis bilangan.2

3. Contoh berhitung menggunakan garis bilangan


a. Penjumlahan pada bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif

2 + 3 = ....

Dimulai dari titik 0, melangkah maju ke kanan sebanyak 2 satuan sampai


bilangan 2

Dari titik 2, melangkah maju ke kanan sebanyak 3 satuan sampai bilangan 5

Hasil akhir dari garis bilangan ialah menunjukkan, 2 + 3 = 5

b. Penjumlahan pada bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif

-3 + 5 = ....

2
Indah Slyvia; Tjatjik Mudjiarti, (2014), PENGGUNAAN MEDIA GARIS BILANGAN UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT,
JPGSD. (Vol 02 No 03)

4
Dimulai dari titik 0, melangkah mundur ke kiri sebanyak 3 satuan sampai
bilangan -3

Dari titik -3, melangkah maju ke kanan sebanyak 5 satuan sampai bilangan 2

Hasil akhir dari garis bilangan ialah menunjukkan, -3 + 5 = 2

c. Penjumlahan pada bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif

6 + (-5) = ....

Dimulai dari titik 0, melangkah maju ke kanan sebanyak 6 satuan sampai


bilangan 6

Dari titik 6, melangkah mundur ke kiri sebanyak 5 satuan sampai bilangan 1

Hasil akhir dari garis bilangan ialah menunjukkan, 6 + (-5) = 1

d. Penjumlahan pada bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif

-2 + (-3) = ...

Dimulai dari titik 0, melangkah mundur ke kiri sebanyak 2 satuan sampai bilangan
-2

Dari titik -2, melangkah mundur ke kiri sebanyak 3 satuan sampai bilangan -5

Hasil akhir dari garis bilangan ialah menunjukkan, -2 + (-3) = -5

5
e. Pengurangan pada bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif

4 – 7 = ....

Dimulai dari titik 0, melangkah maju ke kanan sebanyak 4 satuan sampai


bilangan 4

Dari titik 4, melangkah mundur ke kiri sebanyak 7 satuan sampai bilangan -3

Hasil akhir dari garis bilangan ialah menunjukkan, 4 + 7 = -3

f. Pengurangan pada bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif

-2 - 3 = ...

Dimulai dari titik 0, melangkah mundur ke kiri sebanyak 2 satuan sampai


bilangan 2

Dari titik -2, melangkah ke kiri sebanyak 3 satuan sampai bilangan -5

Hasil akhir dari garis bilangan ialah menunjukkan, -2 – 3 = -5

g. Pengurangan pada bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif

2 – (-2) = ...

Dimulai dari titik 0, melangkah maju ke kanan sebanyak 2 satuan sampai


bilangan 2

Dari titik 2, melangkah maju ke kanan sebanyak 2 satuan sampai bilangan 4

6
Hasil akhir dari garis bilangan ialah menunjukkan, 2 – (-2) = 4

h. Pengurangan pada bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif

-1 – (-3) = ....

Dimulai dari titik 0, melangkah mundur ke kiri sebanyak 1 satuan sampai


bilangan -1

Dari titik -1, melangkah maju ke kanan sebanyak 3 satuan sampai bilangan 2

Hasil akhir dari garis bilangan ialah menunjukkan, -1 – (-3) = 2

i. Hitungan Campuran dengan Garis Bilangan Bulat

3 + (-4) – 5 = ....

Dimulai dari titik 0, melangkah maju ke kanan sebanyak 3 satuan sampai


bilangan 3

Dari titik 3, melangkah mundur ke kiri sebanyak 4 satuan sampai bilangan -1

Dari titik -1, melangkah mundur ke kiri sebanyak 5 satuan sampai bilangan -6

Hasil akhir dari garis bilangan ialah menunjukkan, 3 + (-4) – 5 = -6. 3

B. Analisis Kesulitan dan Permasalahan pada Materi Mengurutkan Bilangan Pada


Garis Bilangan

3
Suhartini. (2018), PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA ALAT PERAGA (GARIS BILANGAN)
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PDA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV DI MI
NURUL QOMAR PALEMBANG, Palembang: Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

7
Kesulitan belajar kerapkali disebabkan oleh peserta didik yang tidak memahami
metode pembelajaran yang baik. Ada banyak bentuk dan jenis kesulitan, dan mereka
semua memiliki alasan mengapa mereka belum memahaminya baik secara sadar maupun
tidak.

Pada umumnya, terdapat beberapa alasan mengapa peserta didik mengalami


kesulitan belajar, diantaranya sebagai berikut :

1) Peserta didik hanya asal dam belajar tanpa berniat memahami apa yang dipelajari
serta bagaimana manfaatnya, media yang digunakan, serta metode yang diterapkan,
sehingga mereka tidak dapat mendapatkan hasil pencapaian belajar yang baik
2) Dalam belajar, tidak adanya motivasi yang melekat dalam diri pesert didik, hal ini
mengakibatkan hanya sebagian kecil pengetahuan yang didapat karena saat belajar
tidak ada motivasi belajar yang tinggi
3) Peserta didik tidak belajar dari pengalaman di masa lampau, sehingga akan sia-sia
4) Anggapan bahwa belajar hanyalah hafalan semata
5) Untuk mendapatkan banyak pengetahuan baru, peserta didik menganggap belajar
untuk memperoleh pengetahuan saja.
6) Peserta didik tidak berkonsentrasi saat belajar
7) Tidak adanya perancanaan yang dilakukan peserta didik saat belajar, sehingga hanya
sesuai keinginan saja
8) Saat kegiatan belajar mengajar, peserta didik cenderung pasif
9) Ketika pembelajaran, peserta didik terkesan membuang waktu dan lebih senang
bermain
10) Intensitas waktu belajar hanya saat ujian saja
11) Membaca cepat tetapi tidak mengerti apa yang siswa baca, membaca asal saja,
membaca perlahan dan memahami; Ketiga gaya membaca ini semuanya serupa
karena menunjukkan pembelajaran yang kurang efektif

Apabila peserta didik masih belum memahami materi yang dipelajari, maka yang
harus dilakukan adalah mempelajari kembali dari semua materi belajar yang dipelajari.
Dalam memahami materi matematika terdapatat gaya serta ciri dari kesulitan
beljatersendiri dibandingkan dengan ketidakmampuan belajar pada mata pelajaran lain.

Lerner (1981: 357) membertikan pendapatnya terkait karakteristik siswa


berkesulitan dalam belajar matematika, yakni sebagai berikut :

8
- Adanya gangguan dalam hubungan keruangan
- Asosiasi visual motor
- Tidak normalnya sudut pandang dalam meninjau bentuk/visual
- Gangguan penghayatan tubuh,
- Belum sepenuhnya mengetahui, serta menguasai bentuk-bentuk simbol
- Peserta didik mengalami kesulitan belajar baik dalam hal membaca hingga
mengitung
- Perseverasi

Kesulitan peserta didik dalam memecahkan permasalahan matematika dapat


diprediksi dengan jawaban yang salah. Menurut Davis dan McKillip dari Suryanto,
kegagalan memecahkan kesulitan dan masalah matematika disebabkan oleh
kecerobohan, beberapa karena masalah belajar. Ada dua jenis kesalahan belajar:
kesalahan konseptual dan kesalahan komputasi..

Hal tersebut juga memiliki peran penting dalam kegiatan diagnostik


ketidakmampuan belajar adalah kurikulum matematika dasar, yang kemudian diubah
menjadi silabus dan rencana pembelajaran. Hal Ini dapat menjadi pedoman untuk
melaksanakan proses pembelajaran dan menggunakan sumber daya penting untuk
evaluasi. Dalam studi matematika, seringkali lebih vertikal. Dengan kata lain, ketika
mempelajari mata pelajaran tertentu, Anda perlu menguasai mata pelajaran
sebelumnya, yang merupakan prasyarat untuk mempelajari mata pelajaran berikutnya.
Ini sangat penting untuk melakukan diagnosis ketidakmampuan belajar dalam
matematika.4

Menurut Bright et al. (1988), garis bilangan berbeda dari model lain karena
dalam hal panjangnya mewakili satuan dan pola garis bilangan tidak hanya mewakili
pengulangan satuan, tetapi juga perpotongan dari seluruh satuan berulang. Garis
bilangan dapat dianggap sebagai penggaris. Pada garis bilangan, tidak ada pemisahan
optik antara unit yang berurutan. Oleh karena itu, contoh atau model benar-benar
berkelanjutan. Garis bilangan menyediakan fungsi simbol untuk menyampaikan
beberapa makna yang dimaksudkan.

4
Riani, W. S. (2007). Diagnosis kesulitan belajar matematika pada pokok bahasan bilangan bulat pada
siswa kelas V sekolah dasar di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunung Kidul. Surakarta: Program Pasca
Sarjana Magister Matimatika Universitas Sebelas Maret Surakarta.

9
Terdapat empat jenis kesalahan yang dikemumakan oleh Hodes dan Notling
(dalam Rose, 2011), ialah :

a. Application errors merupakan kesalahan dalam mengaplikasikan konsep atau


dengan kata lain, peserta didik terkadang belum mengaplikasikan konsep materi
yang sudah dikuasai pada kondisi atau permasalahan yang konkrit
b. Careless errors atau kesalahan ceroboh, yaitu kesalahan yang dapat dideteksi
secara sadar ketika memantau hasil pekerjaan
c. Procedural errors atau kesalahan prosedural yang terjadi saat mengirimkan
instruksi atau tidak memahami instruksi tetapi menanggapi pertanyaan atau
masalah.
d. Conceptual errors disebut juga dengan kesalahan konseptual adalah kesalahan
yang terjadi saat peserta didik belum mnguasai dengan baik konsep ataupun isi
dari buku dan pembelajaran.

Kesalahan yang ditimbulkan oleh seseorang diseebut juga dengan kesalahan


konseptual (conceptualerrors), subjek belum dapat mengartikan pecahan yang
direpresentasikan pada garis bilangan. Selain itu subjek juga melakukan kesalahan
aplikasi (application errors), subjek memahami konsep bilangan tetapi tidak dapat
menampilkannya pada garis bilangan. 5

Miskonsepsi di kalangan mahasiswa merupakan pertanda bahwa tujuan


pembelajaran matematika belum tercapai dengan maksimal. Konsep dapat diartikan
sebagai pemahaman siswa atau interpretasi konsep yang sudah ada dalam pikiran
siswa sebagai hasil dari proses pendidikan dan pembelajaran (Wafiyah, 2012). Hal ini
dikarenakan pengajar tidak menggunakan strategi pembelajaran yang tepat saat
mengajar dan dapat mendorong siswa untuk berpikir dan berpartisipasi secara aktif
dalam pembelajaran

Andini (2012) mengemukakan gagasannya bahwa miskonsepsi yang tidak


dikendalikan dapat memunculkan masalah dalam kegiatan belajar selanjutnya dan
dapat menurunkan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran matematika.
Kebutuhan untuk mengatasi masalah miskonsepsi juga dikemukakan oleh Aygor
(2012) yang menyatakan bahwa seseorang dengan miskonsepsi pada kenyataannya
akan cenderung salah persepsi dalam ujian. Akibatnya miskonsepsi sering terulang,
5
Suryowati, E. (2015). Kesalahan siswa sekolah dasar dalam merepresentasikan pecahan pada garis
bilangan. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 4(1).

10
sehingga penting untuk mengatasinya agar tidak menghalangi seseorang untuk
memahami konsep matematika lainnya.

Miskonsepsi matematiks banyak terjadi pada kalangan mahasiswa, di bawah


ini merupakan beberapa kesalahpahaman yang berhubungan dengan materi bilangan :

a. Mahasiswa belum sepenuhnya memahami terkait konsep penggunaan garis bilangan


untuk mengoperasikan penjumlahan pada bilanga bulat.
Hal ini disebabkan karena sumber belajar yang mereka temui sering kali tidak
memberikan penjelasan tentang bagaimana penggunaan garis bilangan dalam operasi
bilangan bulat. Jika sumber belajar sesuai , tetapi dalam penggunaan prinsipnya tetap
tidak akan konsisten.
Misalnya, melakukan operasi pada angka di buku-buku tertentu berdasarkan
hasil selalu mengarah oleh anak panah. Namun, hal tersebut tidak benar-benar terjadi.
Dasar panah juga dapat digunakan sebagai indikator hasil operasi aritmatika.
Sebagai contoh lain: terdapat sumber belajar yang menunjukkan contoh di
mana mobil bergerak maju untuk menampilkan angka positif dan mundur untuk
menampilkan angka negatif tanpa menjelaskan mengapa diperlukan angka negatif.
Untuk menjelaskan pengertian bilangan bulat, terutama yang berhubungan dengan
bilangan negatif, perlu dikaitkan dengan jenis atau bentuk operasi yang ada pada
bilangan asli itu sendiri. Hal ini memungkinkan siswa untuk memahami mengapa
bilangan negatif harus ada. Ketika digabungkan dengan bilangan bulat, itu menjadi
bilangan bulat. Dengan pemahaman tersebut, rincian berikut menghubungkannya
dengan fakta-fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan
pemahaman tentang bilangan bulat.

b. Operasi bilangan bulat seperti pengurangan dan penjumlahan menjadi salah satu letak
miskonsepsi mahasiswa. Dimana mereka masih keliru dalam membaca atau bahkan
membedakan operasi pengurangan bilang bulat yang bertanda negatif (-).dalam
membaca operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat. Selain
itu, mereka tidak dapat membaca operasi aritmatika dengan benar

Penyebab miskonsepsi antara lain fakta bahwa dalam beberapa materi


pembelajaran matematika dalam bentuk tertulis pada bilangan yang bertanda positif
(+) diartikan oleh peserta didik sebagai hasil dari perkalian bilangan negatif dan

11
positif. Sedangkan bentuk bilangan bertanda negatif (-) dapat dipahami sebagai ciri
perkalian antara bilangan negatif dan bilangan negatif. Padahal, pemahaman seperti
itu salah sehingga menimbulkan miskonsepsi

Seringkali mahasiswa khususnya calon pendidik tingkat dasar mengalami


lebih banyak kesalahpahaman terutama konsep matematika pada materi bilangan.
Berikut ini, beberapa miskonsepsi yang muncul pada konsep matematika, yaitu :
1. Konsep penggunaan tanda negatif atau positif pada jenis bilangan sebagai
operasi bilangan
2. Konsep operasi bilangan bulat dalam menggunakan garis bilangan.
3. Konsep pemahaman definisi himpunan bilangan rasional, cacah, maupun
bulat
4. Konsep dalam pengoperasian bilangan bulat

Alasan miskonsepsi dapat terjadi dikarenakan tidak adanya konsistensi dalam


memaparkan materi garis bilangan pada beberapa sumber belajar. Hal ini terutama
mempengaruhi kebutuhan untuk mengembangkan modul matematika yang
berhubungan dengan bilangan. Karena dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan
mempelajari konsep-konsep matematika lainnya.6

C. Solusi Mengatasi Permasalahan Pembelajaran Materi Mengurutkan Bilangan Pada


Garis Bilangan
a. Perlunya menyiapkan anak untuk belajar matematika.
Penyebab anak kesulitan dalam belajar matematika antara lain kurangnya
kesiapan anak dalam mempelajari materi tersebut. Adapun kegiatan belajar yang
menjadikan landasan anak dalam belajar yaitu mengelompokkan benda, mengenal
jumlah,menghitung benda, menulis angka dengan benar, membelah serta mengukur,
mengurutkan benda dari besar hingga terkecil atau sebaliknya, serta menyusun bagian
yang menyeluruh
b. Mulai dari yang konkrit ke yang abstrak.

Dalam hal ini memahami sebuah konsep matematika dengan baik harus
didalam pembelajaran memulai dari yang konkrit menuju ke yang abstrak. Pengajar
sebaiknya merancang pembelajaran pada tiga tahap, yaitu konkrit, representasional,

6
Purwaningrum, J. P., & Bintoro, H. S. (2019, May). Miskonsepsi matematika materi bilangan pada
mahasiswa calon guru sekolah dasar. In Prosiding Seminar Nasional MIPA Kolaborasi (Vol. 1, No. 1, pp. 173-
180).

12
dan abstrak. Yang dimana dalam tahapan konkrit siswa memanipulasi objek nyata
dalam keterampilan, lalu pada tahapan representasional, merupakan gambar yang
mewakili obyek nyata, sedangkan pada tahapan abstrak, yang dimana angka pada
akhirnya menggantikan sebuah gambar atau simbol grafis.7

c. Penyediaan kesempatan kepada anak untuk berlatih dan mengulang.


Pada tahapan ini siswa dituntut untuk mampu mengaplikasikan sebuah konsep
yang dimana para siswa ini harus memerlukan banyak latihan serta pengulangan yang
dimana pengajar hendaknya menggunakan metode yang bervariasi.
d. Generalisasi ke dalam situasi baru.
Siswa seharusnya mendapatkan kesempatan untuk menggeneralisasikan
keterampilan untuk menghadapi berbagai situasi. Yang dimana bertujuan untuk
mendapatkan keterampilan, mengenal serta dapat mengaplikasikan operasi operasi
yang komputasional pada situasi yang berbeda.
e. Bertolak dari kekuatan dan kelemahan siswa.

Dal hal ini pengajar harus memahami kemampuan serta ketidakmampuan


siswa sebelum mengambil keputusan dalm metode yang akan digunakan untuk
mengajar. Dalam hal tersebut termasuk dalam penguasaan matematika serta operasi
yang dapat dilakukan oleh siswa. matematika.8

f. Belajar matematika harus dibangun atas fondasi yang kokoh tentang konsep
dan keterampilan.
g. Fondasi yang kokoh dalam hal ini dapat di peroleh jika pengajar lebih menekankan
pembelajaran matematik pada pemberian jawaban dari berbagai persoalan dari pada
menghafal tanpa pemahaman, serta memberikan kesempatan yang cukup kepada
siswa melakukan generalisasi ke berbagai aplikasi serta pengalaman untuk dapat
memecahkan masalah yang dipelajar, menyajikan pembelajaran serta latihan yang
diperlukan oleh siswa, menggunakan program yang sistematis serta mengajarkan
keterampilan yang berdiri di atas konsep yang telah dikuasai dengan baik.
h. Penyediaan program matematika yang seimbang.
7
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

8
Suherman, E., dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA - Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI).

13
Dalam hal ini yang termasuk dalam program yang seimbang mencakup tiga aspek
yang dimana antara lain Konsep, keterampilan, dan pemecahan masalah. Ketiga aspek
tersebut harus diberikan secara seimbang serta kesuluruhan yang dimana harus saling
terkait.
i. Penggunaan kalkulator.

Dalam penggunaan kalkulator siswa dapat menggunakan jika para siswa


memiliki keterampilan kalkulasi. Yang dimana penggunaan kalkulator bukan untuk
menanamkan keterampilan kalkulasi melainkan menanamkan penalaran matematika.
Kalkulator pada dasarnya digunakan untuk menghitung fakta-fakta dasar, Serta untuk
melakukan latihan atau memeriksa pekerjaan sendiri. Pada materi yang khususnya
dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan, prinsip penggunaan kalkulator perlu
dipegang teguh.

j. Alternaltif yang konkrit

Yaitu penggunaan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan pmri


(pendidikan matematika realistik Indonesia). Dalam pelaksanaannya Pengajar
memulai pembelajarannya dari konkrit ke hal yang abstrak yang dimana bertujuan
untuk membetuk sebuah konsep matematika siswa dengan baik, dan juga pengajar
dapat membentuk ruang diskusi kelompok siswa dengan konsep mentor sebaya.
Dimana mentor sebaya ini bertujuan agar siswa dapat menyampaikan ide yang
dimilikinya kepada teman sebayanya tanpa rasa malu maupun canggung. Lalu dari ide
tersebut pengajar dapat mendeteksi kesulitan-kesulitan belajar siswa, dan juga
pengajar dapat membatu serta menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh siswa
dalam hal kesulitan belajar.9

9
Sutrisno. ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS II PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN BILANGAN.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Maka dapat disimpulkan bahwasannya garis bilangan adalah garis lurus yang terdapat
tanda dengan titik dengan jarak yang sama. Dan pada setaip titiknya merupakan bilangan
berurutan yang dimulai dari bilangan negatif terkecil yang ada disebelah kiri dan bilangan
positif terbesar yang ada di sebelah kanan dari nol

Namun dalam materi mengurutkan bilangan bulat ditemukan permasalahan-


permasalahan yang dihadapi oleh siswa seperti miskonsepsi yang belum sepenuhnya
memahami terkait konsep penggunaan garis bilangan untuk mengoperasikan penjumlahan
pada bilangan bulat..
Adapun solusi yang dapat dilakukan oleh guru dalam mengatasi permasalahan
mengurutkan bilangan bulat ialah Perlunya menyiapkan anak untuk belajar matematika,
Mulai dari yang konkrit ke yang abstrak, Penyediaan kesempatan kepada anak untuk
berlatih dan mengulang, Generalisasi ke dalam situasi baru, Bertolak dari kekuatan dan
kelemahan siswa, Belajar matematika harus dibangun atas fondasi yang kokoh tentang
konsep dan keterampilan, Penyediaan program matematika yang seimbang dan
penggunaan kalkulator
Adapun alternaltif solusi konkrit yang dapat digunakan adalah penggunaan model
pembelajaran kooperatif dengan pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia)

B. Saran

Kami menyadari pada materi solusi pada permasalahan dalam mengeurutkan bilangan
pada garis bilangan masih belum meneyluruh dan jauh dari kata sempurna. Dan kami pun
sangat menyadari jika makalah ini masih banyak sekali kesalahan-kesalahan baik dari
segi materi ataupun dari segi kepenulisannya, terutama kami menyadari jika pada materi
materi solusi pada permasalahan dalam mengeurutkan bilangan pada garis bilangan masih
belum meneyluruh dan jauh dari kata sempurna. Tentunya kami dari pemakalah akan
terus berusaha memperbaiki makalah ke depannya dengan mengacu sumber referensi
yang bisa dipertanggungjawabkan dan terpercaya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Baharim Shamsudin, Kamus Matematika Bergambar untuk SD, (Jakarta; Grasindo, 2007),
hlm 42
Indah Slyvia; Tjatjik Mudjiarti, (2014), PENGGUNAAN MEDIA GARIS BILANGAN
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR OPERASI PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN BILANGAN BULAT, JPGSD. (Vol 02 No 03)
Purwaningrum, J. P., & Bintoro, H. S. (2019, May). Miskonsepsi matematika materi bilangan
pada mahasiswa calon guru sekolah dasar. In Prosiding Seminar Nasional MIPA
Kolaborasi (Vol. 1, No. 1, pp. 173-180)
Riani, W. S. (2007). Diagnosis kesulitan belajar matematika pada pokok bahasan bilangan
bulat pada siswa kelas V sekolah dasar di Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunung
Kidul. Surakarta: Program Pasca Sarjana Magister Matimatika Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhartini. (2018), PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA ALAT PERAGA (GARIS


BILANGAN) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PDA MATA PELAJARAN
MATEMATIKA KELAS IV DI MI NURUL QOMAR PALEMBANG, Palembang:
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri
Raden Fatah Palembnag
Suherman, E., dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA -
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Suryowati, E. (2015). Kesalahan siswa sekolah dasar dalam merepresentasikan pecahan pada
garis bilangan. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 4(1).
Sutrisno. ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS II PADA MATERI
PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN

16

Anda mungkin juga menyukai