OLEH :
DIV FISIOTERAPI
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN 2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Studi
Kasus yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Low Back Pain Non
wawasan serta pengetahuan kita. Penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap
adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan laporan kasus yang telah dibuat dimasa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
A. PEMBAHASAN ASSESSMENT FISIOTERAPI...............................................46
B. PEMBAHASAN INTERVENSI FISIOTERAPI (KAITANNYA DENGAN
CLINICAL REASONING).........................................................................................48
BAB VII PENUTUP.......................................................................................................60
A. KESIMPULAN....................................................................................................60
B. SARAN.................................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................62
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
mengeluh sakit atau yang lain, tetapi suatu saat dalam posisi yang dibutuhkan
suatu kesiapan tubuh membawa beban tubuh misalnya berdiri, duduk dalam
waktu yang lama, maka akan membuat kerja otot tidak akan pernah
seimbang. Hal ini dikarenakan akibat suatu mekanisme proteksi dari otot –
justru bekerja berlebihan dikarenakan pada salah satu sisi otot yang tidak
sempurna sehingga yang terjadi dalam waktu yang terus menerus adalah
Skoliosis adalah kelainan yang paling umum terjadi pada tulang belakang.
0
yang derajatnya mencapai 10 atau lebih besar. (Hresko, 2013). Skoliosis bisa
postur yang buruk, panjang tungkai yang tidak sama, atau spasme otot yang
terjadi akibat herniasi dari diskus atau spondylolisthesis. Kurva yang muncul
menyerang 2-3% penduduk di US atau sekitar 7 juta orang. Pada tahun 2004,
1
kesehatan, 93% diantaranya didiagnosis skoliosis. Klasifikasi secara garis
besar pada skolisis berdasarkan penyebabnya terdiri dari, idiopatik dan non-
sebesar 85% dengan 65% - 80% terjadi pada perempuan. Skoliosis idiopatik
pada remaja merupakan penyakit yang sering terjadi dengan prevalensi 0.47-
juta orang di Amerika Serikat. Skoliosis dapat terjadi pada masa pertumbuhan
kedua jenis kelamin, tetapi wanita 8 kali lebih besar untuk berkembang
tinggi bagi para remaja daripada anak-anak: 0,12% di kelompok 6-7 tahun;
1,0% pada kelompok 11-12 tahun dan 3,12% pada kelompok usia 16-17
tahun (hanya anak perempuan yang diselidiki dalam kelompok kedua). Cilli
kelompok usia, tetapi hanya menyelidiki anak-anak dari kelompok usia 10-15
11-13 tahun dan sebesar 11,1% pada usia 14-17 tahun. Data ini menunjukkan
bahwa prevalensi yang lebih tinggi dari skoliosis pada pasien yang berusia
2
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
menyeluruh
kebutuhan pasien
C. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi penulis
skoliosis.
2. Bagi pendidikan
3
Dapat menambah informasi dan pengetahuan kesehatan, khususnya ilmu
Dapat menjadi tolak ukur atau acuan dalam pemberian intervensi pada
pasien skoliosis.
4. Bagi masyarakat
rumah.
4
BAB II
TINJAUAN KASUS
1. Anatomi
5 tulang lumbal, 5 tulang sacral dan 4 tulang cogcygeal. Dari 4 bagian spinal
kurva normal pada area cervical dan lumbal ialah lordosis sedangkan area
5
a. Anatomi thoracal
Thoracal vertebra mempunyai struktur tulang yang lebih besar dan kuat dari
facetnya yang bersendi dengan tulangrusuk. Gerakan pada region thorak dibatasi
oleh adanya persendian tulang rusuk dengan tulang sternum. (Tortora &
Derricson,2010).
6
b. Anatomilumbalvertebrae
lumbar vertebrae (L1 sampai L5) adalah tulang vertebra yang tidak menyatu
yang paling besar dan kuat pada kolumn vertebra. Jenis bentuk proyeksinya
pendek dan tebal dan pada prosesus pinosusnya telah beradaptasi baik dengan
backmusclenya(Tortora&Derricson,2010).
7
c. Anatomivertebraesacral
a. Anatomi otot
8
Tulang belakang memiliki banyak otot yang yang mendukung kerja tulang dalam
menjaga tubuh tetap stabil. Otot-otot tersebut di bagi menjadi 2 grup besar, yang
pertama yaitu otot-otot extrinsic yaitu otot-otot yang berada di lapisan paling luar, yang
ke dua otot- otot intrinsic yaitu otot-otot yang berada dibawah otot-otot extrinsic. Otot-
otot intrinsic dibagi menjadi 3, yakni intrinsic superfisial layer dan intrinsic intermediet
layer, dan deeplayer. Yang termasuk otot-otot extrinsic spine adalahm. levator scapula,
supperior.
Otot-otot intrinsic ataui ntrinsic muscles dibagi menjadi 3 lapisan, lapisan luar atau
superficial layer, lapisan tengah atau intermediet layer, dan lapisan dalam atau deep
layer. Yang termasuk kelompok otot-otot superficial layaer ialah m. splenius capitis
9
Edition. Philadelpia: SAUNDERS Elsivier.
Gambar 2.7 Otot-ototintrinsic
pasif saat kita bergerak. Berikut adalah ligamen-ligament pada tulang belakang
sendinyayaitu costovertebral yang terdiridarihead of the ribs dan thoracic vertebra dan
10
facet joint yaituantarasuperior articular prosses dan inferior articular prosses
(Thompsoon, 2002).
c. AnatomisarafSpinalcord
d. Bermula dari brain stem menjalar kebawah sampai conus medullaris (terminal pada
L1) spinal cord terletak di dalam spinal canal dimana dia terlindungi. Spinal cord
berlanjut menjadi terminale filum dan cauda equina (lumbar and sacral nerve roots)
di spinal canal. Spinal cord dilapisi dengan oleh beberapa membrane yaitu dura
11
Gambar 2.1.1 Spinal nerve
Spinal nerve terdiri dari cervical nerve, thoracic nerve, lumbar nerve. Spinal nerve
mempersarafi baik autonomic system maupun somatic system. Penyebaran semua saraf
medula spinalis dimulai dari torakal satu sampai ketiga mempunyai cabang-cabang
saraf yang akan keluar membentuk pleksus dan ini akan membentuk saraf tepi yang
terdiri dari :
1) Pleksus servikalis
Suatu bagian yang dibentuk oleh cabang-cabang saraf servikalis anterior. Cabang
ini berkerja sama dengan saraf vagus dan nervus assesoris. Untuk otot leher dan
2) Pleksus brakhialis
Suatu bagian yang dibentuk oleh persatuan cabang- cabang anterior dari saraf
servikal empat dan torakal satu. Sarap terpenting nervus medianus yaitu nervus
ulnaris radialis dan mempersarafi anggota gerak atas yaitu sensasi tangan dan fleksi
jari –jari.
3) Pleksus lumbalis
Terbentuk oleh serabut saraf dan torakal dua belas. Saraf terbesar yaitu nervus
femoralis dan nervus obturatoir. Untuk otot – otot tungkai bawah dan dinding
abdomen bawah
4) Pleksus sakralis
Dibentuk oleh saraf dari lumbal dan sakral, saraf skiatik yang merupakan saraf terbesar
keluar mempersarafi otot anggota gerak bawah setinggi vertebra lumbal satu yang
Biomekanik adalah sendi tentang struktur dan fungsi dari sistem biologis dengan
mekanika. Ditinjau dari keluasan gerak sendinya termaksuk amphiartrosis (hyaline joint).
12
Adapun bidang geraknya antara lain bidang gerak sagital, trasversal dan frontal.
Sedangkan gerakan yang terjadi yaitu fleksi, ekstensi, rotasi dan lateral fleksi. (Kapanji,
2010).
Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis gerakan frontal. Sudut yang
normal gerakan fleksi lumbal sekitar 60°. Gerakan ini dilakukan oleh otot fleksor yaitu
Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis frontal, sudut ekstensi lumbal
sekitar 35°. Gerakan ini dilakukan oleh otot spinalis dorsi, otot longisimus dorsi dan
Terjadi di bidang horizontal dengan aksis melalui processus spinosus dengan sudut
normal yang dibentuk 45° dengan otot pergerakan utama M. iliocostalis lumborum untuk
rotasi ipsi leteral dan kontra lateral, bila otot berkontraksi terjadi rotasi ke pihak
berlawanan oleh m. obliques eksternal abdominis. Gerakan ini dibatasi oleh rotasi
Gerakan pada bidang frontal dan sudut normal yang di bentuk sekitar 30° dengan
normal, seharusnya semua komponen struktur stabilitator terjadi harmonisasi gerak, yaitu
antara otot dan ligamen. Bagian lumbal mempunyai kebebesan yang besar sehingga
13
mempunyai kemungkinan cidera yang besar walaupun tulang-tulang vertebra dan
ligament di daerah punggung lebih kokoh (Cailliet, 2003). Posisi berdiri sudut normal
lumbosakral untuk laki-laki 30° dan wanita 34°. Semakin besar sudut lumbosacral,
Gerakan fleksi trunk 50% juga berasal dari rotasi pelvis, demikian juga geraka dari
posisi membungkuk ke berdiri (fleksi-ekstensi) juga akan terjadi rotasi pelvis ke depan
yang diikuti ekstensi tulang belakang. Beban pergerakan dari fleksi 90° ke 45° akan
ditanggung oleh ligament sedangkan beban dari fleksi 45° ke posisi tegak akan di
tanggung oleh otot. Tekanan intra discus di daerah lumbal pada posisi tidur terlentang 20
kg. Tidur miring 75 kg, duduk tegak 175 kg, duduk membungkuk 190 kg. Jadi tekanan
intradiskus pada posisi tegak lebih rendah dari pada posisi membungkuk, dan tekanan
intradiskus yang paling kecil adalah posisi tidur terlentang (Cailliet, 2003).
1. Definisi
Kata skoliosis berasal dari bahasa Yunani skolios yang berarti bengkok. Skoliosis
adalah kelainan tulang belakang yang berupa lengkungan ke samping/ lateral. Jika dilihat
dari belakang, tulang belakang pada skoliosis akan berbentuk seperti huruf “C” atau “S”
(Gambar 1). Definisi lain menyatakan bahwa skoliosis adalah sebuah tipe deviasi
postural dari tulang belakang dengan penyebab apapun, yang dicirikan oleh adanya kurva
lateral pada bidang frontal yang dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan rotasi
14
Skoliosis idiopatik.
genetik diduga memiliki peran dalam terjadinya skoliosis tipe ini. Skoliosis idiopatik
Skoliosis degeneratif.
tulang belakang secara perlahan-lahan. Skoliosis tipe ini sering terjadi pada orang
menjadi lemah dan menyempit. Selain itu ada beberapa penyakit yang bisa
neurone disease, sklerosis multipel, dan kerusakan tulang belakang yang terjadi
akibat operasi.
Skoliosis kongenital.
pertumbuhan tulang belakang yang tidak normal pada saat bayi masih dalam
kandungan. Akibatnya setelah lahir kondisi tulang belakang pada bayi sudah tidak
15
normal.
Skoliosis neuromuskular.
persarafan dan otot seperti pada penyakit lumpuh otak atau distrofi otot. Persarafan
dan otot yang mengalami gangguan tersebut mengakibatkan otot-otot pada tulang
samping.
gangguan, kemudian pada kondisi yang lebih parah baru dirasakan adanya ketidak
posisi bahu yang tidak horizontal, panggul yang tidak simetris, dan kadang-
2. Etiologi
Kemungkinan penyebab pertama ialah genetik. Banyak studi klinis yang mendukung
ketiga ialah abnormalitas anatomi vertebra dimana lempeng epifisis pada sisi
kurvatura yang cekung menerima. tekanan tinggi yang abnormal sehingga mengurangi
16
pertumbuhan, sementara pada sisi yang cembung menerima tekanan lebih sedikit,
yang dapat menyebabkan pertumbuhan yang lebih cepat. Selain itu, arah rotasi
anterior vertebra secara relatif menjadi terlalu panjang jika dibandingkan dengan
peningkatan serat otot tipe I pada sisi cembung dan penurunan jumlah serat otot tipe II
pada sisi cekung kurvatura. Selain itu, dari pemeriksaan EMG didapatkan peningkatan
Tanda dan Gejala-gejala yang paling umum dari skoliosis ialah suatu lekukan
yang tidak normal dari tulang belakang. Skoliosis dapat menyebabkan kepala nampak
bergeser dari tengah atau satu pinggul atau pundak lebih tinggi daripada sisi
berlawanannya. Masalah yang dapat timbul akibat skoliosis ialah penurunan kualitas
hidup dan disabilitas, nyeri, deformitas yang mengganggu secara kosmetik, hambatan
gangguan psikologis.
4. Patofisiologi
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut scoliosis berawal dari adanya
syaraf yang lemah atau bahakan lumpuh yang menarik ruas-ruas tulang belakang
tarikan ini berfungsi menarik tulang belakang berada pada garis yang normal yang
bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi suatu hal diantaranya kebiasaan duduk
yang miring membuat syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila ini terus berulang
menjadi kebiasaan maka syaraf itu bahkan mati. Ini berakibat pada keseimbangan
tarikan pada arus tulang belakang. Oleh karena itu tulang belakang yang menderita
17
scoliosis bengkok seperti huruf S dan C Duduk dengan mirirng kesamping akan
mengakibatkan suatu mekanisme proteksi dari otot tulang belakang untuk menjaga
keseimbangan, manifestasi yang terjadi justru overuse pada satu sisi otot dalam waktu
terus menerus dan hal yang sama terjadi adalah keseimbangan postur tubuh kesalah
5. Gambaran Klinis
Pada Gambaran X Ray, akan nampak gambaran tulang belakang seakan membentuk huruf
”S” atau ”C” (tidak lurus). Menurut The Scoliosis Research Society, seseorang dikatakan
menderita Skoliosis bila pada pemeriksaan rontgen didapatkan kelengkungan tulang belakang
18
BAB III
TINJAUAN ASESMEN DAN INTERVENSI FISIOTERAPI
Dalam asuhan fisioterapi, maka asesmen merupakan unsur yang vital untuk
test), metode pengukuran dan tindakan evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui kajian
analisis dan sintesis. Berdasarkan definisi WCPT tersebut terlihat bahwa pada
prinsipnya asesmen terdiri dari kegiatan pemeriksaan dan evaluasi, dimana pada aspek
dari kegiatan analisis dan sintesis dari data pemeriksaan yang telah dilakukan.
dilanjutkan dengan tujuan terapi, penatalaksanaan fisioterapi serta tindak lanjut dan
evaluasi.
1. Pengkajian Data
diagnose fisioterapi.
19
2. Anamnesis
mengadakan Tanya jawab kepada pasien secara langsung (auto anamnesis) ataupun
dengan mengadakan Tanya jawab kepada pasien secara langsung (hetero anamnesis)
mengenai kondisi/ keadaan penyakit pasien. Dengan melakukan anamnesis ini akan
1) Anamnesis Umum
Identitas pasien
Data identitas pasien yang diperoleh berupa nama, jenis kelamin, umur, agama,
2) Anamnesis Khusus
a. Keluhan utama
Merupakan satu atau lebih keluhan atau gejala dominan yang mendorong penderita
b. Kapan terjadi
Merupakan waktu awal terjadinya keluhan pada pasien yang dirasakan hingga saat
diberikan terapi.
secara kronologis dengan secara jelas dan lengkap. Yang isinya kapan mulai
terjadinya, sifatnya seperti apa, manifestasi lain yang menyertai, penyebab sakit, dan
lain-lain.
20
e. Riwayat pribadi
Riwayat pribadi adalah hal-hal atau kegiatan sehari-hari yang dilakukan pasien
f. Riwayat keluarga dalah penyakit-penyakit yang bersifat menurun dari orang tua atau
3. Pemeriksaan Spesifik
SCOLIOSIS
Pemeriksaan fisik
21
Low Back Pain non spesifik
et causa Scoliosis
ke
22
modulasi nyeri level sensorik dan level spinal, dengan demikian nyeri berkurang
Efektifitas dalam penggunaan SWD ditentukan oleh penentuan dosis dan
intensitas. Intensitas ditentukan oleh penderita sendiri terhadap rasa panas yang
diterima. Menurut Scliphake, intensitas dibagi menjadi empat tingkatan yaitu :
a) intensitas submitis (penderita tidak merasakan panas)
b) intensitas mitis (penderita merasakan sedikit panas)
c) intensitas normalis (penderita merasakan nyeri yang nyaman)
d) intensitas fortis (penderita merasakan sangat panas namun masih bisa ditahan)
(Arofah, 2010).
Hal yang juga harus diperhatikan pada saat menentukan dosis pada kasus
frozen shoulder :
a. luas area yang akan diterapi
b. kedalaman jaringan dari permukaan
c. tempat yang mengalami nyeri.
Parameter yang harus di perhatikan pada saat pengaplikasian Short Wave
Diathermy yaitu :
a. apabila kondisi nya adalah sub akut maka waktu yang digunakan adalah 15-
20 menit dan arusnya intermitten
b. apabila dalam kondisi kronis maka waktu yang digunakan adalah 20-30
menit dengan arus continues (Sujatno, 2002)
2. TENS
metode umum dimana pemasangan elektroda pada atau sekitar nyeri. Cara
ini merupakan cara yang paling mudah dan paling sering digunakan sebab
karakter nyeri ataupun letak yang paling optimal yang hubungannya dengan
23
a. Tujuan
b. Alasan Klinis
afferent tipe A-alfa dan A-beta serta serabut saraf tipe C yang akan
TENS juga akan menstimulasi produksi anti nyeri alamiah tubuh yaitu
endofrin.
i. Indikasi
c) Nyeri sendi
d) Nyeri kepala
f) Nyeri visceral
ii. Kontraindikasi
24
a) Hyposensasi
b) Ibu hamil
c) Epilepsi
d) Luka terbuka
e) Gangguan sensorik
g) Perdarahan
osteopathic soft tissue yang menggabungkan arah dan kontrol yang tepat dari
T.J. Ruddy ; rangkaian kontraksi isometrik pulsasi & low amplitudo melawan
tahanan
menggunakan otot pasien dari posisi kontrol yang tepat dalam arah yang
spesifik.
Sandra Yale : Muscle energy techniques secara khusus efektif pada pasien
25
BENTUK APLIKASI MET
inhibition.
kemudian relaks, otot agonis yang spasme/tight akan terinhibisi dan akan
Melepaskan jaringan lunak yang guarding atau spasme melalui PIR atau
reciprocal inhibition.
kontraksi.
Sendi harus diposisikan pada hambatan fisiologis (spesifik pada 3 bidang gerak
jika terjadi pada segmen spinal : fleksi atau ekstensi, lateral fleksi dan rotasi)
26
Tercapainya relaksasi pada otot yang tight memudahkan terjadinya
Aplikasi MET juga dapat menyebabkan pemulihan kekuatan otot dengan cepat
Posisi pasien prone lying. Terapis mengulurkan otot erector spine pasien.
27
4. William Flexor Exercise
A. Teknik Pelaksanaan
1.) Pasien tidur terlentang, kedua lutut di tekuk kemudian gerakan yang
2.) Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua lutut di tekuk kemudian
3.) Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua lutut di tekuk kemudian
pasien menggerakkan fleksi satu lutut ke arah dada dan kedua tangan
hitungan.
5. Core Stability
28
1) Gerakan 1
Berbaring telentang di atas meja atau tikar dengan pinggul dan lutut
glutes dan hamstrings Anda sampai trunk sejajar dengan paha; tahan
29
BAB IV
PROSES ASSESSMEN FISIOTERAPI
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. “S.M”
Umur : 70 tahun
Agama : Islam
B. HISTORY TAKING
1. Keluhan utama : Nyeri pada punggung bawah
saat duduk lama dan berdiri lama sejak 1 tahun yang lalu. Pasien dulu sering
memindahkan alm suaminya transfer posisi dari kursi roda ke tempat tidur
Makassar.
5. Vital sign :
30
- Denyut nadi : 88 x/menit
- Suhu : 36,70C
C. INSPEKSI/OBSERVASI
1. Inspeksi/observasi
Inspeksi Statis :
sebelah kiri
- Inspeksi Dinamis :
2. Palpasi
Erector spine.
Erector spine.
Tidak dilakukan
E. PEMERIKSAAN GERAK
Aktif :
31
Side Fleksi lumbal tidak nyeri dan tidak terbatas
Pasif :
F. PEMERIKSAAN SPESIFIK
G. PENGUKURAN FISIOTERAPI
1. Pengukuran Nyeri
Hasil :
32
2) Nyeri gerak : 0
3. Pengukuran ROM
1. Intensitas Nyeri 2
33
tanpa obat pereda nyeri
2. Perawatan Diri 0
menambah nyeri
3. Mengangkat 1
menambah nyeri
34
menambah nyeri
ringan
benda
4. Berjalan 0
berbagai jarak
setengah km
seperempat km
5. Duduk 2
35
0 = saya dapat duduk diberbagai jenis kursi sepanjang
6. Berdiri 2
7. Tidur 1
pereda nyeri
36
tidur saya kurang dari 4 jam
8. Kehidupan sosial 2
saya bertambah
nyeri
9. Bepergian 1
menambah nyeri
menambah nyeri
37
mengunjungi dokter atau terapis atau kerumah sakit
menyebabkan nyeri
pekerjaan ringan
pekerjaaan/rumah tangga
Total Skor 13
0 – 20 : Ketergantungan minimal
38
81-100 : Merasakan gejala nyeri yang hebat
H. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Low Back Pain Non Spesifik et causa Scoliosis
1. Body Function
b7300 : Power of isolated muscles and muscle groups
b7305 : Power of muscles of the trunk
2. Activities and Participation
d4751 : Driving motorized vehicles
d9300 : Organized religion
3. Environmental factors
e2108 : Physical geography, other specified
e310 : Immediate family
4. Body structures
s7601: Muscles of trunk
s7609: Structure of trunk, unspecified
I. PROBLEMATIK FISIOTERAPI
Kondisi/ Penyakit:
1. Impairment
a. Adanya nyeri tekan pada otot serratus
anterior, Latissimus dorsi, Erector spine. Palpasi
Adanya spasme pada otot serratus
anterior, Latissimus dorsi, Erector spine.
2. Activity Limitation
3. Participation Restriction
40
BAB V
PROSEDUR INTERVENSI DAN EVALUASI FISIOTERAPI
- Mengurangi Nyeri
Erector spine
a. Impairment
- Nyeri pada punggung bawah saat berdiri lama dan duduk lama
Erector spine
b. Functional Limitation
- Adanya gangguan saat berdiri lama dan duduk lama saat sholat dan
mengaji
41
c. Participant Restriction
1. Impairment
a. Adanya nyeri local dan tekan pada
otot serratus anterior, Latissimus dorsi, Menurunkan nyeri lokal SWD, TENS, MET,
Erector spine. Adanya spasme pada otot Mengurangi spasme William flexor exercise
serratus anterior, Latissimus dorsi,
Erector spine.
2. Activity Limitation
3. Participation Restriction
1. Aplikasi SWD
Persiapan Alat :
42
Pasangkan SWD tipe coplannar
Persiapan Pasien :
Pasien dalam posisi prone lying dengan area yang akan diberikan SWD bebas
dari kain.
Intervensi :
Letakkan SWD pada area yang akan diterapi. Kemudian hidupkan alat, lalu
atur arus dan intensitas yang akan di aplikasikan pada pasien. Atur selama 10
menit.
2. Aplikasi TENS
Persiapan Alat
Tentukan prosedur yang akan digunakan, semua tombol dalam posisi nol. Pad
dibasahi terlebih dahulu, untuk pad yang menggunakan gel diletakan pada
permukaan pad yang akan di kontakan dengan kulit pasien. Pemeriksaan alat
yang akan di gunakan. Pesiapan semua materi yang akan digunakan. Pemanasan
Persiapan pasien
Posisi pasien senyaman dan serileks mungkin. Periksa area yang akan di terapi
dalam hal ini: kulit harus bersih dan bebas dari lemak, lotion. Periksa sensasi
kulit. Lepaskan semua metal diarea terapi. Sebelum memulai intervensi, terapist
43
memberi penjelasan mengenai cara kerja dan efek yang dapat ditimbulkan dari
TENS.
Intervensi
Pad diletakan pada daerah nyeri, dengan durasi 10 menit dan frekuensi 4 kali
3. Aplikasi MET
Persiapan Pasien :
Pasien dalam posisi prone lying dan side lying dengan area yang akan
Intervensi :
Pasien dalam kondisi rileks, dan terapis memberikan MET pada pasien selama
Persiapan Pasien :
Pasien dalam posisi supine lying dengan area yang akan diberikan terapi bebas
dari kain.
Intervensi :
44
Pasien dalam kondisi rileks, dan terapis memberikan masing-masing Latihan
William flexor exercise pada pasien selama 10 detik dan dilakukan selama 5x
pengulangan.
Persiapan Pasien :
Pasien dalam posisi prone lying dan side lying dengan area yang akan
Intervensi :
pengulangan.
E. EVALUASI FISIOTERAPI
45
Nyeri tekan 6,1/10 Nyeri tekan 4,9/10
BAB VI
PEMBAHASAN
dilanjutkan dengan tujuan terapi, penatalaksanaan fisioterapi serta tindak lanjut dan
evaluasi.
1. Pengkajian Data
2. Anamnesis
46
membuat diagnosis. Anamnesis dikelompokan menjadi dua yaitu anamnesis
1) Anamnesis Umum
Identitas pasien
Data identitas pasien yang diperoleh berupa nama, jenis kelamin, umur,
2) Anamnesis Khusus
a) Keluhan utama
b) Kapan terjadi
47
e) Riwayat pribadi
penyakit keluarga
3. Pemeriksaan spesifik
telapak tangan berada pada lutut hingga posisi Pundak sejajar dengan
viscera, lemak dan kulit apakah terdapat abnormalitas berupa rotasi yang
deviasi kepala dan leher terhadap celah lekuk pantat, pelvic obliquity,
48
B. PEMBAHASAN INTERVENSI FISIOTERAPI (KAITANNYA DENGAN
CLINICAL REASONING)
a. Pengertian
Short Wave Diathermy (yang akan dibahas) dan Micro Wave Diathermy.
meter.
49
Frekuensi yang sering digunakan pada SWD untuk tujuan pengobatan adalah
b. Arus
sedangkan jaringan otot lebih cepat menyerap panas daripada kulit. Secara
jaringan kulit, sehingga dengan adanya rasa panas di kulit saat pemberian
otot dibawahnya karena jaringan otot lebih cepat menerima panas daripada
kulit. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika panas yang diterima
jaringan melebihi batas tertentu maka jaringan akan menjadi rusak; menurut
Thomas H (2003) ukuran subyektif sebagai batas tertentu adalah jika penderita
merasa hangat.
Hal ini disebabkan karena didalam sendi terdapat suatu asam “Hyaluronik”
yang suhu optimalnya adalah 36,7o, dan sangat sensitif terhadap penambahan
suhu. Dengan penambahan suhu 1o saja (terjadi pada pemberian CSWD) maka
50
suhunya menjadi 37,4o, sementara pada suhu 37o saja akan mengaktifkan
sendi, dan kita ketahui bahwa kerusakan tulang rawan sendi tidak akan pernah
mengalami regenerasi/reparasi.
Sekitar tahun 2000, mulai digalakkan penelitian baru terhadap Pulsed SWD
sebagai salah satu efek terapi baru bagi SWD. Dalam penelitian tersebut
dilakukan penerapan Pulsed SWD pada hapusan susu, dan ternyata pada
hapusan susu tersebut terlihat suatu bentuk “untaian kalung”. Kemudian bentuk
tersebut juga terjadi pada cairan darah, limpha dan eiwit. Penemuan tersebut
adalah jauh lebih rendah yaitu antara 0,6 – 80 watt (tergantung pada pemilihan
pulsasi rectangular dengan durasi pulsasi 0,4 ms. Power maksimum dari pulsasi
51
maka energi power dapat diatur sampai nilai maksimum. Interval pulsasi yang
Hz), sedangkan ukuran produksi panas dalam Pulsed SWD adalah mean power
pulsasi repetition yang dipilih maka semakin rendah mean powernya. Dengan
intensitas arus yang tinggi (power pulsasi) dengan pemilihan frekuensi pulsasi
c. Efek Fisiologis
1) Perubahan panas/temperatu
a) Reaksi lokal/jaringan
kenaikan temperatur 1º C.
b) Reaksi general
(2) Penetrasi dan perubahan temperatur terjadi lebih dalam dan lebih luas
2) Jaringan ikat
kulit, tendon, ligament dan kapsul sendi akibat menurunnya viskositas matriks
52
jaringan; pemanasan ini tidak akan menambah panjang matriks jaringan ikat
sehingga pemberian SWD akan lebih berhasil jika disertai dengan latihan
peregangan.
3) Otot
4) Saraf
(threshold).
d. Indikasi
Indikasi SWD baik continuos SWD maupun pulsed SWD adalah kondisi-
e. Kontraindikasi
tumor atau kanker, pacemaker pada jantung, tuberkulosis pada sendi, RA pada
sendi, kondisi menstruasi dan kehamilan, regio mata (kontak lens) dan testis.
Kontraindikasi dari pulsed SWD adalah tumor atau kanker, pacemaker pada
jantung, regio mata dan testis, kondisi menstruasi dan kehamilan. Pada
SWD tetapi bagi pulsed SWD bisa diberikan dengan pulsasi yang rendah.
53
2. TENS
metode umum dimana pemasangan elektroda pada atau sekitar nyeri. Cara
ini merupakan cara yang paling mudah dan paling sering digunakan sebab
karakter nyeri ataupun letak yang paling optimal yang hubungannya dengan
d. Tujuan
e. Alasan Klinis
afferent tipe A-alfa dan A-beta serta serabut saraf tipe C yang akan
TENS juga akan menstimulasi produksi anti nyeri alamiah tubuh yaitu
endofrin.
54
f. Indikasi dan Kontraindikasi
i. Indikasi
c. Nyeri sendi
d. Nyeri kepala
f. Nyeri visceral
ii. Kontraindikasi
a. Hyposensasi
b. Ibu hamil
c. Epilepsi
d. Luka terbuka
e. Gangguan sensorik
g. Perdarahan
osteopathic soft tissue yang menggabungkan arah dan kontrol yang tepat dari
T.J. Ruddy ; rangkaian kontraksi isometrik pulsasi & low amplitudo melawan
tahanan
55
Fred Mitchell Snr ; mengembangkan suatu sistem metode manipulasi dengan
menggunakan otot pasien dari posisi kontrol yang tepat dalam arah yang
spesifik.
Sandra Yale : Muscle energy techniques secara khusus efektif pada pasien
inhibition.
kemudian relaks, otot agonis yang spasme/tight akan terinhibisi dan akan
Melepaskan jaringan lunak yang guarding atau spasme melalui PIR atau
reciprocal inhibition.
kontraksi.
56
Sendi harus diposisikan pada hambatan fisiologis (spesifik pada 3 bidang gerak
jika terjadi pada segmen spinal : fleksi atau ekstensi, lateral fleksi dan rotasi)
Aplikasi MET juga dapat menyebabkan pemulihan kekuatan otot dengan cepat
Posisi pasien prone lying. Terapis mengulurkan otot erector spine pasien.
57
Posisi pasien side lying. Terapis mengulurkan otot quadratus lumborum
Dr. Paul Williams. Program latihan ini banyak ditujukan pada pasien-pasien
kronik nyeri punggung bawah (NPB) dengan kondisi degenerasi corpus vertebra
sampai pada degenerasi diskus. Program latihan ini telah berkembang dan
banyak ditujukan pada laki-laki dibawah usia 50 tahun dan wanita dibawah usia
diskus antara segmen lumbal dan gejala-gejala kronik nyeri punggung bawah
(NPB).
fleksibilitas / elastisitas pada group otot fleksor hip dan lower back
58
Indikasi dari William Flexion Exercise adalah spondylosis,
5. Core stability
fungsi atletik. Fungsi sering diproduksi oleh kinetic chain, koordinasi, dan
rangkaian aktivasi dari segmen tubuh yang terletak pada segmen distal di posisi
yang optimal, pada posisi yang optimum dapat memproduksi gerakan attletik.
Otot core sangat penting untuk memberikan kekuatan lokal, keseimbangan, dan
menurunkan resiko cidera. Dengan kata lain, otot core merupakan pusat dari
maksimalkan oleh kinethic chains baik dari ekstremitas atas maupun bawah
Stabilitas pada spine tidak hanya bergantung pada kekuatan otot, namun
dari input sensori yang selalu siap menjadi alarm central nervous system
stability exercise merupakan latihan yang memfasilitasi dari otot bagian dalam
dari spine pada level rendah yang terus menerus isometric dan kontraksi, yang
59
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
tidak mengeluh sakit atau yang lain, tetapi suatu saat dalam posisi yang
duduk dalam waktu yang lama, maka akan membuat kerja otot tidak akan
60
pernah seimbang. Hal ini dikarenakan akibat suatu mekanisme proteksi dari
tubuh justru bekerja berlebihan dikarenakan pada salah satu sisi otot yang
tidak sempurna sehingga yang terjadi dalam waktu yang terus menerus adalah
B. SARAN
1. Fisioterapi
a. Harus memahami dan mengerti tentang patofisiologi Low Back Pain et
causa Scoliosis , sehingga mendapatkan hasil maksimal dalam
pemeriksaan dan pengobatan.
b. Dalam memberikan latihan sebaiknya dilakukan secara bertahap sesuai
toleransi pasien
c. Menambah pengetahuan agar dapat mengikuti perkembangan fisioterapi
dan mempunyai pola pikir yang baik dalam melaksanakan peran dan
fungsinya
2. Pasien
3. Keluarga
4. Masyarakat
61
Sesegera mugkin berobat jika terjadi keluhan, menjaga pola hidup sehat,
membudayakan latihan dan berolahraga.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II.pdf (umm.ac.id) diakses pada jam 23.02 pada tanggal 24 Agustus 2022.
John F.munro, & Michael J.ford. (n.d.). Pemeriksaan Klinis. Kedokteran, 49–51.
62
Tiaranita, L. (2013). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low Back Pain Et
Causa Hernia Nukleus Pulposus L5-S1 Dengan Modalitas Micro Wave Diathermy
Dan Terapi Latihan Di Rsup Dr. Sarjito Yogyakarta.
63