Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL


(PKP)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL ANGKA


MELALUI MEDIA KARTU ANGKA PADA ANAK USIA DINI DI PAUD PERMATA
BUNDA

Oleh :
ANITA IBAN
NIM. 837275074

UNIVERSITAS TERBUKA

2021
LAPORAN PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL

Judul MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK


Penelitian : DALAM MENGENAL ANGKA MELALUI MEDIA KARTU
ANGKA PADA ANAK USIA DINI DI PAUD PERMATA
BUNDA
Waktu 02 Oktober 2018
Pelaksanaan :
Tempat PAUD PERMATA BUNDA
Penelitian :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan Rahmat dan HidayahNya, Laporan
yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Dalam Mengenal Angka Melalui
Media Kartu Angka Pada Anak Usia Dini Di Permata Bunda” ini telah selesai kami susun
dengan hasil yang semaksimal mungkin dan tepat waktu.
Dalam tulisan ini, kami juga telah banyak mencantumkan perkataan, dan seluruh hal-hal
yang memiliki kaitan dengan tugas ini dari para cendikiawan dan tokoh-tokoh yang terdahulu.
Oleh karena itu, kepada para cendikiawan yang bukunya kami jadikan sumber bacaan, kami
mengucapkan beribu-ribu terima kasih .
Kepada para pembaca, kami mohon maaf, Apabila laporan kecil ini belum memenuhi
keinginan para pembaca sekalian, sebagaimana mestinya, oleh karena itu kami mintakan kritik
dan saran yang membangun, untuk kesempurnaan pada laporan pemantapan kemampuan
profesional berikutnya. Dan kepada Bapak “Dr. Hasbi Sjamsir, M.Hum” kami mohon
bimbingannya dalam penyempurnaan Laporan Analisi kami ini.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati,penulis mohon maaf atas segala
ketidaksempurnaan laporan ini,semoga laporan ini dapat diterima sebagai kelengkapan untuk
menyelesaikan program S1 PG PAUD dan bisa bermanfaat bagi kita semua.

Penulis,
Rukun Damai, 22 April 2021

Anita Iban
DAFTAR ISI

Cover .............................................................................................................................I
Kata Pengantar ..............................................................................................................II
Daftar Isi .......................................................................................................................III
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................................6

A. Latar Belakang Penelitian ................................................................................ 6


B. Fokus Penelitian................................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian............................................................................................ 8

BAB II
LANDASAN TEORI.................................................................................................. 10

A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini.......................................................... 10


B. Teori yang Melandasi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini...................... 12
C. Kartu Angka..................................................................................................... 14

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN.................................................................................. 17

A. Subjek Penelitian.............................................................................................. 17
B. Metode Penelitian............................................................................................. 17
C. Instrumen Penelitian......................................................................................... 17

BAB IV
ANALISIS DATA....................................................................................................... 18

A. Tabulasi Data.................................................................................................... 18
B. Analisis Kritis................................................................................................... 20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................... 22

A. Kesimpulan....................................................................................................... 22
B. Saran................................................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan
dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang
usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai sedang
mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran
sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik yang
dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang
dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada
anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi pengalaman
yang meberikan kesempatan padanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar
yang diperolehnya dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang
berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik PAUD adalah mampu
mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kesiapan yang optimal sesuai dengan tuntutan yang
berkembang dalam masyarakat. Kemampuan dasar yang dikembangkan di PAUD meliputi
kemampuan bahasa, fisik/motorik, seni dan kemampuan kognitif. Pengembangan kemampuan
kognitif bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir anak. Pada kemampuan kognitif tersebut,
anak diharapkan dapat mengenal konsep sains dan matematika sederhana.
Kegiatan pembelajaran matematika pada anak diorganisir secara terpadu melalui tema-
tema pembelajaran yang paling dekat dengan konteks kehidupan anak dan pengalaman-
pengalaman riil. Guru dapat menggunakan media permainan dalam pembelajaran yang
memungkinkan anak bekerja dan belajar secara individual, kelompok dan juga klasikal.
Penggunaan media pada kegiatan pembelajaran matematika anak usia dini, khususnya dalam
pengenalan konsep bilangan bertujuan mengembangkan pemahaman anak terhadap bilangan dan
operasi bilangan dengan benda-benda kongkrit sebagai pondasi yang kokoh pada anak untuk
mengembangkan kemampuan matematika pada tahap selanjutnya.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis di lapangan ditemukan adanya
permasalahan dalam kegiatan pengembangan di kelas yaitu rendahnya kemampuan mengenal
konsep bilangan di PAUD Permata Bunda. Pada saat proses pembelajaran peneliti melihat peran
guru masih menekankan pengajaran yang berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya peran guru yang terlalu menguasai kelas. Guru dengan spontan
memberikan tugas kepada anak tanpa memberikan pilihan kegiatan kepada anak. Kondisi ini
ditengarai penyebabnya adalah dalam proses pembelajaran guru kurang memanfaatkan media
pembelajaran dan permainan yang tepat yang dapat menumbuhkan motivasi belajar anak.
Selain kurangnya media pembelajaran dan permainan yang tepat, hal ini lebih disebabkan
oleh minimnya ruangan kelas yang dimiliki oleh PAUD Permata Bunda . Sehingga guru merasa
kesulitan mencari tempat jika menambahkan media dan sumber belajar terlalu banyak.
Permasalahan lain yang terjadi di PAUD Permata Bunda adalah metode yang digunakan
oleh guru masih menggunakan metode drill dan praktek-praktek paper-pencil test. Pada
pengembangan kognitif khususnya pada pengenalan konsep bilangan, guru memberikan perintah
kepada anak agar mengambil majalah dan pensil masing-masing. Selanjutnya guru memberikan
contoh kepada anak untuk menghitung jumlah benda yang terdapat pada majalah dan mengisinya
dengan angka yang sesuai dengan jumlah benda tersebut pada kolom yang telah disediakan.
Setelah anak mengerti, guru menyuruh anak untuk mengerjakannya sendiri. Hal ini merupakan
salah satu penyebab rendahnya kemampuan anak dalam mengenal konsep bilangan di PAUD
Permata Bunda. Sebagai indikator rendahnya kemampuan anak di PAUD tersebut, dapat dilihat
bahwa dari 27 siswa kelompok B yang sudah mengenal bilangan hanya 8 siswa (30%), dan
sisanya sebanyak 19 siswa (70%) belum mengenal angka.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di PAUD Permata Bunda, penulis tertarik untuk
meneliti dan menganalisis secara langsung pemanfaatan media kartu angka sebagai salah satu
cara meningkatkan kemampuan mengenal konsep bilangan anak PAUD dan dapat memperbaiki
kondisi pembelajaran yang terjadi di PAUD Permata Bunda. Media ini dianggap mampu
memecahkan masalah diatas karena dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak
hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk
merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan.
Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk
terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang
kualitas proses belajar mengajar. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan
untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan
belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan
terkendali. Selanjut untuk meneliti masalah di atas, Penulis melakukan penelitian dengan judul
“Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Dalam Mengenal Angka Melalui Media Kartu
Angka di PAUD Permata Bunda”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakan penelitian di atas, maka dapat diketahui bahwa yang menjadi
focus penelitian dalam laporan penelitian ini adalah mengenai upaya meningkatkan kemampuan
kognitif anak dalam mengenal angka melalui media kartu angka di PAUD Permata Bunda.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:


1. Mengembangkan potensi anak dalam mengenal angka dan merangsang kemampuan
mengidentifikasi jumlah dan simbol angka melalui media kartu angka.
2. Untuk mengetahui apakah kemampuan mengenal angka siswa kelompok B dapat
meningkatkan Melalui Media Kartu Angka di PAUD Permata Bunda Tahun Pelajaran
2017/2018.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik bagi
anak ataupun guru, dalam meningkatkan serta memperbaiki proses pembelajaran berhitung,
selain itu juga diharapkan bagi peneliti lain dapat mengembangkan penggunaan media atau
pendekatan lain guna meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah untuk mengembangkan pengetahuan tentang
ilmu-ilmu pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan potensi belajar anak usia dini.
2. Manfaat praktis
a. Bagi sekolah
Manfaaat penelitian bagi sekolah yaitu sebagai upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan dengan penggunaan metode dan media yang tepat dan optimal sehingga
hasilnya bisa dijadikan sebagai contoh untuk sekolah-sekolah yang lain.
b. Bagi guru
Manfaat penelitian bagi guru yaitu menambah pengetahuan serta
mengembangkan kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran yang
lebih menarik dan menyenangkan sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kreatif
dan lebih baik.
c. Bagi anak
Manfaat penelitian bagi anak yaitu dapat meningkatkan kemampuan mengenal angka dan
merangsang kemampuan mengidentifikasi jumlah angka dan simbolnya dengan
menggunakan media yang menyenangkan.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak
lahir sampai usia 6 tahun, yang dilakukan secara menyeluruh, mencakup semua aspek
perkembangan dengan memberikan stimulasi terhadap perkembangan jasmani dan rohani agar
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Faktor yang mempengaruhi perkembangan
anak ada dari orang tua (gen) dan ada faktor lingkungan seperti asupan gizi yang diterima, faktor
psikologis. Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial,
moral, masa ini masa yang paling penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa yang
paling baik pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman
anak selanjutnya. Bentuk program pendidikan anak usia dini meliputi: pendidikan keluarga, bina
keluarga, taman pengasuhan, kelompok bermain dan taman kanak-kanak. Rita Kurnia (2010: 3)
mengatakan:Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak usia dini yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan dasar kehidupan tahap berikutnya.
Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini
Penyelenggaraan pembelajaran berbasis perkembangan mempunyai sejumlah prinsip yang harus
diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Semua aspek perkembangan pada anak saling terkait, artinya perkembangan
dalam satu aspek dapat membatasi atau memudahkan atau melancarkan
perkembangan kemampuan lainnya.
2. Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif teratur. Dengan demikian, urutan
pertumbuhan dan perubahan yang terjadi pada anak dapat diprediksikan.
3. Perkembangan anak adalah hasil dari interaksi kematangan biologis dan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dimana ia hidup.
Oleh sebab itu, sering dikemukakan bahwa kehidupan manusia adalah hasil dari
pembawaan dan lingkungan yang saling berhubungan.
4. Atas dasar itu maka para pendidik disamping menyediakan lingkungan yang
sehat, aman, dan menyediakan makanan dengan gizi yang baik, juga harus
memberikan layanan yang komprehensif kepada anak, seperti layanan kesehatan
fisik, gigi, mental dan sosial.
Pengertian Perkembangan Kognitif
Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu
manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan
perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Salah satu teori yang
berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan kognitif ini adalah teori Piaget.
Jean Piaget, yang hidup dari tahun 1896 sampai tahun 1980, adalah seorang ahli biologi
dan psikologi berkebangsaan Swiss. Ia merupakan salah seorang yang merumuskan teori yang
dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan dua sudut
pandang yang disebut sudut pandang aliran struktural (structuralism) dan aliran konstruktif
(constructivism).
Aliran struktural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari pandangannya tentang
inteligensi yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan yang ditandai oleh
perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang
menyatakan bahwa, anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di
sekitarnya.
Dalam hal ini, Piaget menyamakan anak dengan peneliti yang selalu sibuk membangun
teori-teorinya tentang dunia di sekitarnya, melalui interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya.
Hasil dari interaksi ini adalah terbentuknya struktur kognitil, atau skemata (dalam bentuk tunggal
disebut skema) yang dimulai dari terbentuknya struktur berpikir secara logis, kemudian
berkembang menjadi suatu generalisasi kesimpulan umum).
Aspek Perkembangan Kognitif Pada Anak Usia Dini
Bertitik tolak dari gambaran umum tentang fase-fase perkembangan kognitif tersebut di atas,
maka dapat diketahui bahwa perkembangan kognitif anak usia PAUD berada dalam fase
praoperasional yang mencakup tiga aspek, yaitu:
1. Berpikir Simbolis. Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek
dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di
hadapan anak.
2. Berpikir Egosentris. Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar
atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab
itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain.
3. Berpikir lntuitif. Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan
sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan
pasti alasan untuk melakukannya.
lmplikasi Perkembangan Kognitif dalam Proses Pembelajaran yang Efektif
1. Aktivitas di dalam proses belajar-mengajar hendaknya ditekankan pada pengembangan
struktur kognitif, melalui pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh
pengalaman langsung dalam berbagai aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan
pembelajaran terpadu dan mengandung makna, seperti membuat bangunan dari balok,
mengamati perubahan yang terjadi di lingkungan anak (turnbuh-tumbuhan, binatang, air),
menggambar, menggunting, dan lain-lain yang dikaitkan dengan pengembangan dasar-
dasar pengetahuan alam atau matematika dan pengembangan bahasa, baik bahasa lisan
maupun membaca dan menulis.
2. Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak. Misalnya, memberikan
jawaban yang salah untuk memotivasi anak memikirkan dan mengemukakan jawaban
yang benar.
3. Memberi kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat
mengembangkan kemampuan kognitifnya. Misalnya, mengubah obiek-objek yang
disajikan secara nyata ke dalam bentuk lain, misalnya gambar.
4. Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berpikir dan
mengemukakan pikirannya.

B. Teori yang Melandasi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Menurut Piaget (1972: 49-91) “Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat
kumulatif. Artinya, perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya.
Dengan demikian, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan
selanjutnya akan memperoleh hambatan. Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam
empat fase, yaitu fase sensorimotor, fase praoperasional, fase operasi konkret, dan fase operasi
formal”.
1. Fase Sensorimotor (usia O - 2 tahun). Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi
dengan dunia di sekitarnya, terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa,
mencium, dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik, dan aknvitas yang berkaitan
dengan sensoris tersebut. Koordinasi aktivitas ini disebut dengan istilah sensorimotor. Fase
sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak sejak ia dilahirkan.
Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai membangun pemahamannya
tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor, seperti menggenggam, mengisap, melihat,
melempar, dan secara perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan
lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada. Selanjutnya, ia
mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus. Keadaan ini mengandung arti,
bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap aspek-aspek yang berkaitan
dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran, sebagai hasil pemahamannya terhadap aktivitas
sensorimotor yang dilakukannya. Pada akhir usia 2 tahun, anak sudah menguasai pola-pola
sensorimotor yang bersifat kompleks, seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang
diinginkannya (menarik, menggenggam atau meminta), menggunakan satu benda dengzur tujuan
yang berbeda. Dengan benda yanga da di tangannya,ia melakukan apa yang diinginkannya.
Kemampuan ini merupakan awal kemampuan berpilar secara simbolis, yaitu kemampuan untuk
memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empiris.
2. Fase Praoperasional (usia 2 - 7 tahun). Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari
bahwa pemahamannya tentang benda-benda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui
kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis.
Kegiatan simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau
berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnva Fase ini rnemberikan andil
yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak trdak berpikir
secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi
suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah
dilakukannya sebelumnya. Fase ini merupakan rlasa permulaan bagi anak untuk membangun
kenrampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini
belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat clibagi ke dalam tiga
subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase berpikir
secara intuitif. Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 2 - 4 tahun. Pada masa ini, anak telah
memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir.
Kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-
rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar
manusia secara sederhana. Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun.
Berpikir secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau
cara berpikir orang lain. Benar atau tidak benar, bagl anak pada fase ini, ditentukan oleh cara
pandangnya sendiri yang disebut dengan istilah egosentris. Subfase berpikir secata intuitif tenadi
pada usia 4 - 7 tahun. Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena pada saat ini anah
kelihatannva mengerti dan mengetahui sesuatu, seperti menyusun balok meniadi rumah-
rumahan, akan tetapi pada hakikatnya tidak mengetahui alasan-alasan yang menyebabkan balok
itu dapat disusun meniadi rumah. Dengan kata lain, anak belum memiliki kemampuan untuk
berpikir secara kritis tentang apa yang ada dibalik suatu kejadian.
3. Fase Operasi Konkret (usia 7- 12 tahun). Pada fase operasi konkret, kemampuan anak untuk
berpikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat, obyek yang menjadi sumber berpikir
logis tersebut hadir secara konkret. Kemampuan berpikir logis ini terwujud dalarn kemampuan
mengklasifikasikan obyek sesuai dengan klasifikasinya, mengurutkan benda sesuai dengan
urutannya, kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir
secara deduktif.
4. Fase Operasi Formal (12 tahun sampai usia dewasa). Fase operasi formal ditandai oleh
perpindahan dari cara berpikir konkret ke cara berpikir abstrak. Keulampuan berpikir abstrak
dapat dilihat dari kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi,
dan melakukan proses berpikir ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara
untuk membuktikan kebenaran hipotesis.

C. Kartu Angka

Kartu angka atau alat peraga kartu adalah alat-alat atau perlengkapan yang digunakan
oleh seorang guru dalam mengajar yang berupa kartu dengan bertuliskan angka sesuai dengan
tema yang diajarkan. Alat peraga kartu adalah alat bantu bagi anak untuk mengingat pelajaran.
Alat peraga kartu huruf dapat menimbulkan kesan di hati sehingga anak-anak tidak mudah
melupakannya. Sejalan dengan ingatan anak akan alat peraga itu, ia juga diingatkan dengan
pelajaran yang disampaikan guru. Semakin kecil anak, ia semakin perlu visualisasi/konkret
(perlu lebih banyak alat peraga) yang dapat disentuh, dilihat, dirasakan, dan
didengarnya (Nurani, 2012).
Alat peraga kartu adalah alat untuk menjelaskan yang sangat efektif, misalnya: Untuk
menjelaskan usia, ciri khas, karekter atau sifat dari seorang tokoh. Dengan alat peraga, gambar
lebih jelas daripada dijelaskan dengan kata-kata saja. Sehingga anak dapat menghayati karakter
tokoh yang diceritakan. Untuk menjelaskan situasi sebuah tempat, misal keadaan sebuah kota,
bangunan, dan sebagainya, dengan gambar akan lebih jelas daripada diceritakan secara lisan
saja (Nurani, 2012).
Langkah-Langkah Penerapan Kartu Angka Dalam Pembelajaran.
Menurut Tadkirotun (2012) kartu angka merupakan fasilitas penting dalam
pembelajaran di sekolah karena bermanfaat untuk meningkatkan perhatian anak. Dengan alat
peraga kartu, anak diajak secara aktif memperhatikan apa yang diajarkan guru. Satu hal yang
harus diingat, walaupun fasilitas alat peraga kartu yang dimiliki sekolah sangat minim, tetapi bila
penggunaan alat peraga diikuti dengan metode anak aktif, maka efektifitas pengajaran akan
semakin baik. Maka adapun langkah penerapan penggunaan kartu angka dalam pembelajaran
yaitu:

Contoh penerapan untuk anak kelompok A


1. Permainan angka bisa dilakukan dengan kartu angka dan gambar. Satu sisi berisi sejumlah
gambar dan satu sisi bertulis angka.
2. Anak menghitung jumlah gambar pada kartu
3. Jika hitungannya benar, anak membalik kartu, sehingga terlihat angka.
4. Guru memberikan tanggapan positif. Jika anak keliru bantu dia menghitungnya. Setelah
itu anak menghitung kembali tanpa di bantu.
Contoh penerapan untuk anak kelompok B
1. Kartu huruf dikembangkan bentuknya ke keartu angka-huruf. Satu sisi bertulis angka, satu
sisi bertulis huruf
2. Mula-mula anak membaca angka
3. Apabila benar, anak boleh membaca hurufnya.
4. Jika anak mau belajar membaca, permainan dibalik, anak membaca sisi hurufnya terlebih
dahulu baru membuka sisi yang bertulis angka.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah Anak Usia Dini PAUD Permata Bunda Tahun Pelajaran
2017/20158yang berjumlah 27, terdiri dari 13 anak laki-laki dan 14 anak perempuan. Dan objek
penelitiannya adalah mengenal angka dengan media kartu angka.

B. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk

memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk

mewujudkan suatu kebenaran. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam Laporan penelitian

ini adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang di dalamnya meneliti status sekelompok

manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran, atau suatu peristiwa di masa sekarang. Selain itu,

jenis penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan tentang yang terjadi saat ini, dimana

didalamnya terdapat upaya deskripsi, pencatatan, analisis, dan menginterpretasikan kondisi-

kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada. Penelitian ini akan mendeskripsikan upaya

meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal angka melalui media kartu angka pada

anak usia dini di PAUD Permata Bunda.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan,


memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan
menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan
atau menguji suatu hipotesis. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut
instrumen penelitian.
Adapun instrumen penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah :
1. Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok.
2. Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu hal-hal yang ia
ketahui.
3. Wawancara (Interviw)
Interview digunakan oleh peneliti unyuk menilai keadaan seseorang, misalnya
untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan,
perhatian, sikap terhadap sesuatu.
4. Observasi
Didalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung,
abservasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara.
Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan
diamati.
5. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam
melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti
buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.
BAB IV
ANALISIS DATA

A. Tabulasi Data

Guna memudahkan analisis data, maka untuk hasil penelitian dalam laporan penelitian
ini, dibuat tabulasi data sebagai berikut :
Wawancara Dengan Wawancara Dengan
Observasi Dokumentasi
Guru Pimpinan
Anak-anak bermain -Dikelompok -Saya berkeyakinan –Dalam rencana
sesuai mainan yang belajar kami sudah dengan meletakkan dasar kegiatan bermain
diminatinya disekolah mengembangkan yang kuat anak bermain-
dengan bantuan pertolo kemampuan kognitif untuk kemampuan main sesuai
ngan dari pendidik anak sejak dini serta kognitif, anak akan dengan minat
belajar membaca dan menguasai kemampuan anak di sekolah.
menulis. tersebut nantinya. –Dalam
- Tentu saja kami Dengandemikian, dokumen pendiria
Mengembangkan anak akan lebih n lembaga
kognitifnya cepat belajar yang lainnya. tercantum bahwa
melalui bermain Juga karena didukung salah satu
karena bermain anak kemampuan kognitifnya tujuan PAUD
dapat kedalam perasaannya Permata Bunda
mengembangkan beb lewat sosial emosionalnya adalah untuk
erapa aspek bukan dan semakin cepat membantu
saja anak belajar yang lain meletakkan
aspek kognitifnya dan berpikir kritis hanya dasar pengemban
melainkan sekedar bermain tetapi gan
aspek bahasa terarah pada sikap pengetahua
motorik halus. suatu pencapaian perkemb n keterampilan
- Dengan angan yang optimal dan daya cipta
pengembangan yang diperlukan
kognitif anak, anak didik dalam
maka pengembangan menyesuaikan
kemampyan lainnya diri dengan
akan terlaksana juga. lingkungannya
Dasar kemampuan agar siap
tersebut inilah akan memasuki pendid
menambah wawasan ikan dasar dan
anak untuk untuk pertumbuh
selanjutnya. an
- Memberikan dan perkembanga
kesempatan kepada n selanjutnya
anak –Dalam rencana
untuk mengembangk kegiatan
an kreativitas anak tertulis bahwa
salah satu alat
peraga edukatif
yang digunakan
adalah kartu
angka.

B. Analisis Kritis

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa media kartu angka dapat
mengembangkan perkembangan kognitifnya dalam mengenal angka. Kartu angka merupakan
suatu kegiatan untuk mengembangkan kemampuan aspek kognitif dalam mengenal
angka.
Salah satu pelaksanaan dari pengembangan kemampuan kognitif anak di RA. Nurul
Hasanah adalah menggunakan media kartu angka guna meningkatkan kemampuan
kognitif anak dalam mengenal bilangan. Menurut Jania J. Beaty
bahwaprogram pengembangan kognitif pada anak usia diri mencakup bentuk, warna,
ukuran, pengelompokan dan pengurutan ini sesuai mainan pada anak. Di dinding kelas RA.
Nurul Hasanah banyak terdapat gambar-gambar seperti gambar binatang yang berkaki empat,
binatang yang berkaki dua, konsep bilangan dengan lambing bilangan, semuanya ini untuk
pengembangan kognitif anak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Penggunaaan media kartu angka yang diterapkan di PAUD Permata Bunda dapat
meningkatkan kemampuan mengenal angka serta memberikan hasil yang sangat baik bagi
perkembangan kemampuan anak.
2. Metode serta prilaku guru dalam menyampaikan materi merupakan kunci efektifnya
proses belajar mengajar PAUD Permata Bunda.

B. Saran

Untuk melaksanakan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan mengenal anak


dan konsep bilangan hendaknya:
1. Guru dapat menggunakan media kartu angka yang bergambar unik dan sesuai dengan
kesenangan anak
2. Guru dapat menggunakan pencampuran metode seperti metode pendekatan emosional
dengan anak agar penyampian materi dapat berjalan dengan baik
3. Guru dapat meningkatkan latihan dan bimbingan bagi anak yang belum paham dan belum
mengenal angka
DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’ruf. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta : Laksana


Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Iskandar. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : GP Press
Kayvan, Umy.2009. Permainan Kreatif untuk Mencerdaskan Anak. Jakarta : Media Kita.
Nurani, Yuliani. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Indeks

Tim PKP PG PAUD.2008. Panduan Pemantapan Kemampuan Profesion.Jakarta : Universitas


Terbuka.

Tadkirotun, Mudfiroh. 2012. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Tangeran : Universitas


Terbuka

Wardani IGAK, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai