Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS JURNAL KEPERAWATAN JIWA

PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK UNTUK MENURUNKAN TANDA DAN


GEJALA PADA PASIEN RISIKO
PERILAKU KEKERASAN

OLEH:
KELOMPOK:
1. Wahyu hariasnyah 22222076
2. Joko prasetyo 22222035
3. Achmad deliar nasution 22222001
4. Febiola 22222026
5. Ifrohati fitri 22222031
6. Kiki melinda sari 22222038
7. Aldi irawan 22222004
8. Syaprizal
9. Putri dinanti 22222055
10. Aprelia 22222011
11. Sahada 22222065
12. Okta tri lestari 22222051
13. Riska damayanti 22222062

Dosen Pembimbing: Ns. Apriani Wydiastuti, S.Kep

PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah suatu keadaan dimana kondisi psikis seseorang
terganggu yang berdampak pada perubahan perilaku, bahasa dan pikiran seseorang.
Menurut data Riskesdas (2018), Provinsi yang memiliki prevalensi skizofrenia
terbesar adalah Bali sebanyak 11%, posisi kedua ditempati oleh Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan 10%, ketiga adalah Nusa Tenggara Barat dengan 10% dan
diikuti oleh Aceh dan Jawa Tengah sebanyak 9%. Departemen Kesehatan (2010)
menyebutkan bahwa Indonesia mencapai 2,5 juta atau 60% yang terdiri dari pasien
resiko perilaku kekerasan. Menurut data dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah
menyebutkan bahwa penderita gangguan jiwa pada tahun 2013 masih 121.962
penderita, pada tahun 2014 jumlahnya meningkat menjadi 260.247 penderita dan
pada tahun 2015 meningkat lagi menjadi 317.504 penderita. Jumlah orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ) di Kebumen cukup tinggi. Menurut data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Kebumen 2017, hingga bulan Oktober 2017 ada sedikitnya
2.842 kasus ODGJ di Kabupaten Kebumen.
Pada penanganan masalah gangguan jiwa terdapat diagnosa keperawatan
yaitu resiko perilaku kekerasan (RPK). Menurut Afnuhazi 2015, perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang membahayakan
secara fisik baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Penatalaksanaan pasien
dengan resiko perilaku kekerasan juga banyak dikaji keakuratanya. Salah satu
keabnormalan pasien RPK juga dapat dibantu proses penyembuhanya dengan terapi
musik. Menurut hasil riset penelitian Aprini & Prasetya (2017), terapi musik musik
klasik dapat menurunkan perilaku kekerasan yang dilakukan kepada dua subjek
penelitian dan didapatkan hasil penurunan perilaku kekerasan dari subjek pertama
yaitu 28% menjadi 25% sedangkan pada subjek kedua hasilnya mengalami
penurunan perilaku kekerasan dari 31% menjadi 20%. Jenis musik klasik yang
digunakan dalam studi kasus ini adalah menggunakan Musik Klasik Mozart karena
musik klasik ini dapat mengurangi perilaku agresif, anti sosial, mengatur hormon
yang berkaitan dengan stres.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang saya lakukan di Rumah Singgah
Dosaraso Kebumen mendapatkan data bahwa ada 20 pasien di Rumah Singgah
Dosaraso Kebumen dengan sebagian besarnya datang dengan diagnosa awal Resiko
Perilaku Kekerasan (RPK). Pasien dengan Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) di
Rumah Singgah Dosaraso diberikan terapi obat dan diberikan aktivitas yang
bermanfaat seperti budidaya jamur dan membuat kandang ayam. Kegiatan ini
bertujuan agar pasien mampu melakukan hal yang produktif dan bermanfaat
sehingga diharapkan kondisinya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dalam terapi
yang telah diterapkan, musik klasik belum pernah diterapkan dalam membantu
proses penyembuhan pada klien dengan RPK. Berdasarkan fenomena diatas,
penulis tertarik untuk melakukan studi kasus penerapan terapi musik klasik dalam
menurunkan tanda dan gejala pada pasien RPK.
Kelompok tertarik membahas jurnal dengan tema penerapan terapi musik
klasik untuk menurunkan tanda dan gejala pasien resiko perilaku kekerasan di
rumah singgah dosaraso kebumen agar dapat dapat mengurangi tanda dan gejala
dari risiko perilaku kekerasan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
“Mengetahui apakah penerapan terapi musik klasik untuk menurunkan tanda
dan gejala pasien resiko perilaku kekerasan di rumah singgah dosaraso
kebumen”.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui nama peneliti, tempat, dan waktu penelitian
b. Diketahui tujuan dari penelitian yang dilakukan
c. Diketahui metode apakah yang digunakan untuk melakukan penelitian
d. Diketahui hasil penelitian yang dilakuakan peneliti
BAB II
GAMBARAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Inisial : Ny. H (L/P) Tanggal Pengkajian : 27 September 2022
b. Umur : 23 Tahun RM No :-
c. Informan : Pasien

2. Keluhan Utama
pasien sering marah-marah, mengamuk, dan memukul orang lain ketika kesal dan
sulit menahan amarah. Pasien saat di wawancara berkali-berkali keluar masuk
ruangan, dirumah tidak ada perubahan satu minggu ini

3. Hasil Wawancara
Pasien pernah mengalami KDRT oleh mantan suaminya, pasien mengatakan
bahwa ia merasa digunjingkan karena tetangganya karena statusnya seorang janda

4. Hasil Observasi
a. Gambaran diri : pasien mengatakan bahwa ia seorang perempuan, klien tampak
rapid an tidak ada kecacatan
b. Identitas : pasien mengatakan bahwa ia seorang perempuan
c. Peran : pasien mengatakan bahwa ia seorang ibu, pasien juga mengatakan
bahwa ia seorang juru masak di PT.A
d. Ideal diri : pasien mengatakan bahwa ia sangat sedih karena mengalami
KDRT dan merasa malu digunjingkan oleh tetangganya, klien menyalahkan
dirinya
e. Harga diri : Pasien mengatakan bahwa dirinya sehat dan normal
B. MASALAH KEPERAWATAN
No Data Diagnosa
1 DS : Perilaku kekerasan resiko
- klien mengatakan bahwa ia sering mencederai diri sendiri, orang
marah – marah lain dan lingkungan
- klien mengatakan bahwa ia sering
merasa kesal
- klien mengatakan bahwa sebelum
dibawa ke RS ia sering memukul
orang lain

DO :
- wajah klien tampa tegang, mata
melotot
- klien tampak sangat berubah
suasana hatinya
- klien sangat mudah tersinggung
- ketika diakaji, klien beberapa kali
memukul meja
2 DS : Gangguan konsep diri : Harga
- klien mengatakan bahwa ia pernah Diri Rendah
mengalami KDRT
- klien mengatakan bahwa ia merasa
kesal dan sedih karena
digunjingkan oleh tetangganya
- klien tampak sedih
- klien menyalahkan dirinya karena
bercerai
DO :
- klien tampak sedih
- klien menyalahkan dirinya karena
bercerai
3 DS : Ketidakberdayaan
- klien mengatakan bahwa ia sedih
bercerai dari suaminya dan KDRT
- klien mengatakan ia malu
digunjingkan oleh tetangganya
karena menjadi janda
DO :
- klien tampak sedih
- klien tampak menyalahkan diri
4 DS : Gangguan komunikasi verbal
DO :
- klien berbicara cepat
klien berbicara tidak sampai pada
inti/mudah berganti topic
5 DS : Koping individu tidak efektif
- pasien mengatakan bahwa ia sehat
dan normal
DO :
klien tampak mengingkari penyakitnya

C. POHON MASALAH DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

RISIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI, ORANG LAIN DAN LINGKUNGAN

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan


Efek

Care Problem Perilaku Kekerasan

Cause Gangguan konsep diri: Harga diri rendah


BAB III
LANDASAN TEORI

A. PROSES TERJADINYA MASALAH


Kemarahan diawali oleh adanya stresor yang berasal dari internal/ eksternal.
Stresor internal seperti penyakit, hormonal dendam. Sedangkan stresor eksternal bisa
berasal dari lingkungan, ledekan cacian, dan makian. Hal tersebut akan mengakibatkan
gangguan pada sistem individu. Dan hal yang terpenting adalah bagaimana cara
individu memaknainya.

Bila seseorang memaknainya dengan hal negatif maka akan memicu timbulnya
kemarahan. Kemarahan yang diekspresikan dengan kegiatan dekstruktif dapat
menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal. Kemarahan yang dipendam akan
menimbulkan gejala psikomatis.

B. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
1) Bina hubungan saling percaya
a. Mengucapkan salam terapeutik
b. Berjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan interaksi
d. Membuat kontrak, topik, waktu dan tempat
2) Diskusikan bersama klien penyebab PK saat ini dan yang lalu
a. Diskusikan tanda dan gejala PK secara fisik
b. Diskusikan tanda dan gejala secara psikologis
c. Diskusikan tanda dan gejala PK social
d. Diskusikan tanda dan gejala PK spiritual
e. Diskusikan PK intelektual
3) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab PK
a. Secara verbal
b. Terhadap orang lain
c. Terhadap diri sendiri
d. Terhadap lingkungan
4) Diskusikan bersama klien PK yang biasa dilakukan pada saat marah
a. Fisik: Tarik nafas dalam, dan pukul bantal
b. Verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
c. Spiritual: sholat dan berdoa
d. Penggunaan obat secara teratur
5) Diskusikan bersama klien akibat perilaku kekerasan
6) Diskusikan bersama klien cara mengontrol PK
a. Latihan nafas dalam dan memukul bantal
b. Susun jadwal latihan nafas dalam dan memukul bantal
7) Latih klien mengontrol PK secara fisik
8) Latih klien mengontrol secara sosial dan verbal
a. Latih mengungkapkan marah dengan baik (menolak dan meminta sesuatu
dengan baik).

2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


a. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
terapeutik.
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
2. Perkenalkan diri dengan sopan.
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menempati janji.
6. Tunjukkan sifat empati dari menerima klien apa adanya.
7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
8. Diskusikan kemampuan & aspek (+) yang dimiliki klien.
9. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
10. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi nilai negatif.
11. Utamakan memberi pujian yang realistic
12. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit.

b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan


c. Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan :
- kegiatan mandiri
- kegiatan dengan bantuan sebagian
- kegiatan yang membutuhkan
d. Bantuan total
e. Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien
f. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.
3. Ketidakberdayaan
1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor-faktor yang dapat berpengaruh
pada ketidakberdayaan (misalnya: pekerjaan, aktivitas hiburan, tanggung
jawab peran, hubungan antar pribadi). Rasional: mengidentifikasi
situasi/hal-hal yang berpotensi dapat dikendalikan dan dapat digunakan
sebagai sumber kekuatan/power bagi klien.
2. Diskusikan dengan pasien pilihan yang realistis dalam perawatan, berikan
penjelasan untuk pilihan tersebut. Rasional: Memberikan kesempatan pada
klien untuk berperan dalam proses perawatan, termasuk untuk
meningkatkan pemikiran positif klien, dan meningkatkan tanggung jawab
klien.
3. Libatkan pasien dalam pembuatan keputusan tentang rutinitas
perawatan/rencana terapi asional: Pelibatan klien dalam proses pembuatan
keputusan, mampu meningkatkan rasa percaya diri.
4. Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan perawatan kepada pasien
(jelaskan semua prosedur, peraturan dan pilihan untuk pasien,
berikan waktu untuk menjawab pertanyaan dan minta individu untuk
menuliskan pertanyaan sehingga tidak terlupakan) Rasional: Meningkatkan
kemampuan berpikir positif terhadap proses perawatan yang sedang
dijalani oleh klien, pelibatan klien dalam setiap pengambilan keputusan
menjadi hal penting.
5. Bantu pasien mengidentifikasi situasi kehidupannya yang dapat
dikendalikan (perasaan cemas, gelisah, ketakutan). Rasional: Kondisi emosi
pasien mengganggu kemampuannya untuk memecahkan masalah.
Bantuan diperlukan agar dapat menyadari secara akurat keuntungan
dan konsekuensi dari alternative yang ada.

4. Gangguan komunikasi verbal


1. Ajarkan pada klien untuk menyebutkan huruf yang sederhana seperti
A,I,U,E,O
2. Anjurkan pada klien untuk berbicara secara perlahan – lahan dan tenang
3. Hargai kemampuan klien dan hindari pembicaran yang merendahkan
4. Konsultasikan ke ahli terapi wicara

5. Koping individu tidak efektif


a. Menganjurkan pasien untuk mengambarkan perubahan peran yang realities.
b. Gunakan pendekatan tenang dan menyakinkan
c. Menghindari pengambilan keputusan pada saat pasien berada dalam stress
berat.
d. Membantu pasien untuk identifikasi strategi positif untuk mengatur pola nilai
yang dimiliki. Membantu pasien untuk identifikasi bermacam – macam nilai
kehidupan.
e. Membantu pasien untuk identifikasi keutungan, kerugian dari keadaan.
BAB IV
PELAKSANAAN TINDAKAN

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko Perilaku Kekerasan

B. TUJUAN UMUM
Mengetahui apakah penerapan terapi musik klasik untuk menurunkan tanda dan gejala
pasien resiko perilaku kekerasan di rumah singgah dosaraso kebumen”.

C. TINDAKAN YANG TELAH DILAKUKAN


Kami telah memeberikan intervensi kepada pasien selama 5 kali pertemuan dengan
mulanya ada 8 tanda dan gejala RPK (Pasien mengatakan sering marah-marah, pasien
mengatakn kesal, pasien mengatakan sering memukul orang lain, wajah pasien tampak
tegang, mata melotot, pasien tampak sangat berubah suasan hatinya, pasien mudah
tersinggung dan beberapa kali memukul meja) setelah dilakukan intervensi tanda dan
gejala RPK Menjadi 3 (klien tampak tegang, berubah suasana hatinya dan sering
mengancam).

D. EVALUASI
Kami telah berhasil melakukan intervensi selama 5 kali pertemuan dari 8 tanda dan
gejala menjadi 3.

E. TINDAK LANJUT
Kedepannya agar bisa menghilangkan tanda dan gejala RPK.
BAB V

PEMBAHASAN

Kami mengangkat masalah keperawatan tentang RPK dengan tujuan untuk


mengurangi tanda dan gejala, Kami telah memeberikan intervensi kepada pasien selama 5
kali pertemuan dengan mulanya ada 8 tanda dan gejala RPK (Pasien mengatakan sering
marah-marah, pasien mengatakn kesal, pasien mengatakan sering memukul orang lain,
wajah pasien tampak tegang, mata melotot, pasien tampak sangat berubah suasan hatinya,
pasien mudah tersinggung dan beberapa kali memukul meja) setelah dilakukan intervensi
tanda dan gejala RPK Menjadi 3 (klien tampak tegang, berubah suasana hatinya dan sering
mengancam). Hambatan yang diterjadi saat melakukan intervensi pasien terkadang
menolak dan meminta sesuatu agar dia mau diberikan intervensi.
Kemarahan diawali oleh adanya stresor yang berasal dari internal/ eksternal.
Stresor internal seperti penyakit, hormonal dendam. Sedangkan stresor eksternal bisa
berasal dari lingkungan, ledekan cacian, dan makian. Hal tersebut akan mengakibatkan
gangguan pada sistem individu. Dan hal yang terpenting adalah bagaimana cara individu
memaknainya. Bila seseorang memaknainya dengan hal negatif maka akan memicu
timbulnya kemarahan. Kemarahan yang diekspresikan dengan kegiatan dekstruktif dapat
menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal. Kemarahan yang dipendam akan
menimbulkan gejala psikomatis.
BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Sebelum diberikan terapi musil klasik didapatkan hasil tanda dan gejala RPK pada
Ny. H sebanyak 8
2. Setelah diberikan terapi musil klasik didapatkan hasil tanda dan gejala RPK pada
Ny. H sebanyak 3

B. SARAN
Pada pemberian intervensi sebaiknya semua anggota melakukan tugasnya masing-
masing agar intervensi yang dilakukan menjadi lebih maksimal.
LAMPIRAN

No Keterangan Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan


1 2 3 4 5
1 Data 3 2 2 2 1
Subyektif
2 Data 5 4 3 2 2
Objektif
Total 8 6 5 4 3

Kemampuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan


1 2 3 4 5
Bersikap tenang 1 1 1 1 1
Rileks 1 0 1 1 1
Memejamkan 0 0 0 1 1
mata
Tidak berbicara 1 0 0 0 1
Tidak tertidur 1 1 1 1 1
Mengikuti 0 1 1 1 1
terapi dari awal
sampai akhir
Total 4 3 4 5 6

Anda mungkin juga menyukai