Anda di halaman 1dari 10

Makalah teori dasar dan aspirasi sastra Indonesia SD

Sastra

Di susun oleh:
NAMA : Nadia Nadila
NIM : 220410007

Dosen pengampu : Juliati, S.Pd., M.Pd ,

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SAMUDERA
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami kesahatan dan
kesanggupan dalam berfikir untuk menyelesaikan tugas makalah teori dasar dan aspirasi sastra
Indonesia SD yang berjudul 'Sastra'

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang ilmu
kesastraan. Tidak lupa ucapan Terima kasih saya sampaikan kepada dosen pengampu mata
kuliah teori dasar dan aspirasi sastra Indonesia SD yaitu ibu Juliati, S.Pd., M.Pd . Dan tidak
lupa kepada orang tua saya yg telah memberikan saya doa serta dukungan dalam proses
penyelesaian makalah ini serta teman teman yang membantu saya dalam proses pembuatan
makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
kurangnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki . Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak .
Akhirnya kami harap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pendidikan
.

Langsa, 01- Oktober - 2022

Nadia Nadila

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

2.1 FUNGSI SASTRA MENURUT PARA AHLI

2.2 SASTRA KLASIK

2.3 SASTRA MODERN

2.4 FUNGSI DAN JENIS KARYA SASTRA BAGI ANAK SD

2.5 HASIL SASTRA DAERAH YANG ADA DI INDONESIA

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sastra, atau yang dalam bahasa Inggris disebut literature, merupakan sebuah nama yang
disematkan kepada hasil kerja kreatif manusia dengan menggunakan bahasa sebagai bahan
penciptaannya. Secara etimologi, kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dalam
bahasa Sansekerta yang merupakan kata gabungan dari kata sas, yang memiliki arti
mengarahkan, mengajarkan dan memberi petunjuk, dan kata akhiran tra yang biasanya
digunakan untuk menunjukkan alat atau sarana. Maka, kata sastra, apabila diulik berdasarkan arti
katanya secara etimologi, dapat diartikan sebagai alat untuk mengajar, buku petunjuk atau
pengajaran. Pengartian tersebut menyiratkan makna bahwa apa yang disebut sastra tidak lain dan
tidak bukan adalah alat yang berfungsi untuk mendidik, atau memberikan pengetahuan pada
pembacanya (Teeuw, 2013).

Hal serupa juga terjadi pada kata literature. Secara etimologi, kata tersebut berasal dari kata
dalam bahasa Latin litteratura yang sebenarnya tercipta dari terjemahan kata grammatika (bahasa
Yunani). Litteratura dan grammatika masing-masing berdasarkan kata littera” dan gramma yang
berarti huruf (tulisan atau letter) (Klarer, 2005: 1). Namun, dalam perkembangannya, kata
tersebut mengalami perubahan pemaknaan dalam bahasa Inggris. Dalam Cambridge Dictionary
(https://dictionary.cambridge.org) kata literature diartikan sebagai written artistic works,
especially those with a high and lasting artistic value (karya tulis artistik, khususnya karya-karya
tulis yang bernilai seni tinggi dan abadi). Adapun Merriam-Webster Dictionary
(https://www.merriam-webster.com/) kata tersebut memiliki arti khusus writings having
excellence of form or expression and expressing ideas of permanent or universal interest (tulisan-
tulisan yang memiliki keunggulan bentuk atau ekspresi dan mengekspresikan gagasan yang
bersifat permanen atau universal).Sampai di sini, kiranya, kita telah mendapatkan pemahaman
mengenai makna kata sastra atau literature dalam konteks etimologi (asal kata) dan leksikal.
Namun, untuk mendapatkan pemahaman secara menyeluruh dan mendalam mengenai sastra, kita
juga harus mengulik atau menyelidiki pengertian sastra yang diberikan oleh para ahli.
1.2 Rumusan Masalah

1.Apa saja fungsi sastra menurut para ahli?

2. Apa yang dimaksud sastra klasik?

3.Apa yg di maksud sastra modern?

4. Apakah fungsi dan jenis sastra bagi anak SD ?

5 . Apa saja hasil karya sastra dari berbagai daerah di indonesia?

1.3 Tujuan

1.Untuk mengetahui fungsi sastra menurut para ahli .

2. Untuk mengetahui maksud dari sastra klasik .

3. Untuk mengetahui sastra modern.

4. Untuk mengetahui fungsi dan jenis sastra bagi anak SD

5. Untuk mengetahui hasil karya sastra dari berbagai daerah di Indonesia.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi sastra menurut para Ahli

Secara umum, kata literature, dalam sejarah kesusastraan Inggris, telah digunakan sejak abad
18. Kata ini digunakan untuk membedakan karya tulis yang tidak memiliki nilai estetika dengan
karya tulis yang memiliki nilai estetika (Abrams dkk, 2012: 198). Menurut Luxemburg dkk
(1989: 5), dalam tataran definitive, sastra dipahami sebagai suatu ciptaan, sebuah kreasi, yang
semata-mata bukan sebuah imitasi atas kenyataan. Memang, kenyataan menjadi sumber ide
seorang sastrawan dalam menciptakan karya sastra. Namun, tidaklah berarti seorang sastrawan
sekedar menulis ulang kenyataan yang dihadapinya dalam karya sastra ciptaannya. Dalam tindak
penciptaan karya sastra, seorang sastrawan juga mengungkapkan pendapat dan pikirannya
terhadap sesuatu atau kenyataan yang dihadapinya dengan terus melakukan memperhitungkan
aspek keindahan yang nantinya akan terdapat di dalam karya sastra yang diciptakannya. Oleh
karena itu, karya sastra bukanlah hasil karya tulis biasa. Aspek keindahan dan aspek pikiran dan
perasaan menjadikan karya sastra sebuah karya tulis yang unik, karena memuat nilai-nilai
personal dan estetis.

2.2 Sastra klasik

Sastra lama Indonesia yang biasa distilatilakan sastra klasik dapat diartikan sebagai karya
sastra yang memakai bahasa Melayu. Penggunaan bahasa Melayu alah bahasa yang dipakai
sebagai pangkal bahasa Indonesia Jika kita mengamati pembelajaran sastra lama dalam kajian
filologi, maka hal yang dipelajari adalah naskah. Pada saat kita mempelajan naskah maka akan
terungkap bahasa yang dipakai, misalnya bahasa yang dipakai dalam naskah ialah bahasa
Melayu dengan tulisan Arab, bersifat anonim, kadang terdapat nama penyalin yang terdapat
dalam kolofon naskah atau informasi naskah. Sastra klasik juga dapat diartikan sebagai karya
yang dihasilkan oleh sastrawan yang berada pada zaman kerajaan atau masa ketika belum adanya
pengerakan nasional. Bicara sifat dan ciri sastra klasik terlebih dahulu harus gambarkan bahwa
sastra klasik dapat dikatakan sebagai penade zaman asli (prasejarah) atau zaman nirlekha, yakni
zaman belum ada tulisan Di zamn ini sastra berbentuk lisan puisi maupun prosa. Mula-mula lahir
puisi yang berbentuk mantra. Mantra adalah alat ntual, jampi-jampi, pekasih, pengusir selan, dan
sebaginya. Selanjutnya berkembang menjadi bahasa benrama, kemudian muncul pantun, puisi ini
mudah dihafal sebagai alat pergaulan. Setelah itu muncul gurindam, sebgai alat persuasi adat dan
nasehat Berikutnya muncul pula mite, legenda, fable, dan cerita jenaka dengan tokoh-tokohnya
yang lucu. Ciri - ciri sastra klasik adalah statis (tidak menerima pengaruh dari luar) , anonim
(dianggap punya bersama) , istana sentris ( berpusat pada istana, dewa - dewa dan alam gaib),
bahasa nya yang romantik dengan kalimat yg bertumpuk (disertai sinonim kalimat dan pribahasa
- pribahasa yg sama maksudnya) , dan tema.

2.3 Sastra modern

Awal mula karya sastra modern Indonesia menimbulkan beberapa pendapat. Sarwadi
(2004:14) menyatakan bahwa salah satu pendapat tersebut adalah karya sastra modern Indonesia
mulai berkembang sekitar tahun 20-an. Orang yang berpendapat demikian antara lain:
Fachruddin Ambo Enre, Ajip Rosidi, H. B. Jassin, dan A. Teeuw. Alasan yang mereka
kemukakan tidak sama, tetapi pada dasarnya menyangkut dua hal, yaitu sebagai berikut.

1. Media Bahasa yang Dipergunakan

Bahasa Indonesia itu secara formal diakui sebagai bahasa persatuan pada tahun 1928. Akan
tetapi, realitasnya bahasa tersebut pasti sudah berkembang pada tahun-tahun sebelumnya.
Apabila diperhatikan buku-buku hasil sastra Balai Pustaka sekitar tahun 20-an, misalnya novel
Azab dan Sengsara, Sitti Nurbaya, dan juga puisi-puisi Moh. Yamin, Sanusi Pane, dan Rustam
Effendi, yang termuat dalam majalah Yong Sumatra, majalah Timbul, nyatalah bahwa bahasa
yang dipergunakan dalam karangan-karangan tersebut tidak jauh berbeda dengan bahasa yang
kemudian diresmikan menjadi bahasa persatuan pada tahun 1928. Berdasarkan kenyataan itu,
bisa dijadikan alasan untuk mengatakan bahwa bahasa Indonesia sudah ada sekitar tahun 20-an.

2. Corak Isi yang Terdapat di Dalamnya

Corak isi karya sastra sudah mencerminkan sikap watak bangsa Indonesia, artinya
mengandung unsur kebangsaan. Hasil-hasil sastra sekitar tahun 20-an sudah mengandung unsur
kebangsaan. Tanah Air kumpulan puisi Moh. Yamin temanya ialah kecintaan penyair pada tanah
air dan bangsanya yang pada waktu itu hidup dalam penjajahan. Dengan demikian, karya sastra
modern Indonesia adalah karya sastra yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan isinya
mencerminkan sikap watak bangsa Indonesia. Warna lokal juga turut mewarnai perkembangan
kesusastraan Indonesia. Pada umumnya karya sastra Indonesia yang mengandung warna lokal
ditulis oleh pengarang yang berasal dari daerah yang bersangkutan. Sugono (2008:1557)
menyatakan bahwa warna berarti corak atau ragam (sifat sesuatu), sedangkan lokal(Sugono,
2008:838) berarti terjadi (berlaku, ada, dsb) di satu tempat, tidak merata; setempat. Menurut
Ratna (2007:383) “Karya sastra warna lokal adalah karya-karya yang melukiskan ciri khas suatu
wilayah tertentu”. Oleh sebab itu, sastra warna lokal ditandai oleh pemanfaatan tempat,
pengarang berfungsi sebagai wisatawan. Ratna (2007:385) menjelaskan bahwa sastra warna
lokal sudah dimulai sejak Balai Pustaka dengan menampilkan kekhasan daerah dan adat istiadat
Minangkabau dengan ciri-ciri matriarkhat dan kawin paksa. Sastra warna lokal hanya
menyajikan informasi permukaan mengenai lokasi tertentu, dengan cara melukiskan unsur-unsur
yang kelihatan, sebagai dekorasi, tanpa mendalami kehidupan yang sesungguhnya. Unsur-unsur
yang diceritakan, misalnya: pakaian, ucapan, kebiasaan sehari-hari, perangai, dan tipografi
(Ratna, 2007:383-384). Dengan demikian, karya sastra modern Indonesia warna lokal adalah
karya sastra yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang isinya mencerminkan sikap watak bangsa
Indonesia yang khas dari suatu daerah yang tidak dimiliki oleh daerah lain.

2.4 Fungsi dan jenis karya sastra bagi anak SD

Membaca buku dianggap sangat penting oleh berbagai kalangan. Oleh karenanya sejak masa
kanak-kanak, orang tua, pendidik, bahkan ahli pendidikan menyarankan anak-anak untuk banyak
membaca, termasuk membaca cerita anak.Meskipun kegiatan membaca cerita anak ini sudah
dilakukan sejak lama, namun studi tentang sastra anak belum lama dilakukan di Indonesia.
Citraningtyas (2006) dalam artikelnya yang berjudul Children’s Literature, an Almost Forgotten
Soil mengatakan bahwa sastra anak ini ibarat lahan garapan yang terlupakan. Meskipun dianggap
penting, namun belum digarap. Sastra anak memang telah diakui banyak memainkan peran
penting. Selain menghibur, sastra anak juga mendidik. Beberapa peran sastra anak dalam
mendidik antara lain mampu memperkaya kosa kata, menanamkan nilai luhur, memperluas
pengalaman, meningkatkan imajinasi. Namun sastra anak juga sarat stereotipe. Berbagai
stereotipe dalam sastra anak ini perlu dicatat dan disikapi, karena cerita rakyat ini diperuntukkan
untuk anak-anak. Anak-anak adalah masa depan bangsa, dan meneliti pesan apa yang
dimasukkan ke dalam bacaan mereka sangat perlu dilakukan karena akan memberikan gambaran
ke arah mana anak-anak ini dituntun. Pada gilirannya, perlu pula dilakukan upaya-upaya untuk
menentukan apakah cerita rakyat tertentu masih relevan diberikan kepada anak-anak di zaman ini
ataukah perlu dilakukan langkah rekonstruksi agar lebih relevan bagi perkembangan zaman.
Bentuk sastra anak yang terdapat di Indonesia sangatlah beragam diantaranya seperti puisi,
cerpen, novel, dongeng, fabel dll. Lukens (2003:30) mengemukan bahwa secara garis besar
genre sastra anak terbagi menjadi lima macam, yaitu fiksi, non fiksi, puisi, sastra tradisional,
komik.

.
2.5 Hasil sastra daerah yg ada di indonesia

Hasil Sastra Daerah

Legenda Raja Bakoi Aceh Utara

Malin Kundang Padang, Sumatra Barat

Pengantin Batu Belah Takengon

Kakawin Tertua Jawa, 856. Jawa


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa sastra adalah sarana untuk
mengungkapkan pendapat dan pikirannya terhadap sesuatu atau kenyataan yang dihadapinya dengan terus
melakukan memperhitungkan aspek keindahan yang nantinya akan terdapat di dalam karya sastra yang
diciptakannya. Sastra memiliki 2 jenis, yaitu sastra klasik dan sastra modern. Sastra klasik memiliki ciri-
ciri ,yaitu: statis (tidak menerima pengaruh dari luar) , anonim (dianggap punya bersama) , istana sentris (
berpusat pada istana, dewa - dewa dan alam gaib), bahasa nya yang romantik dengan kalimat yg
bertumpuk (disertai sinonim kalimat dan pribahasa - pribahasa yg sama maksudnya) , dan tema.

Sedangkan sastra modern merupakan sastra yang berkembang di tahun 20-an , tema dalam
penulisan sastra modern tidak sama dengan satra klasik. Tema nya pun telah beralih pada tema
patriotisme /kecintaan terhadap negara ini dengan menggunakan bahasa Indonesia. Dengan kedua jenis
sastra tersebut tentunya memiliki fungsi bagi siswa/i di bangku SD, dengan membaca karya sastra yang
memiliki manfaat untuk menghibur, mendidik anak, memperkaya kosa kata, menanamkan nilai luhur,
memperluas pengalaman, meningkatkan imajinasi. Hasil karya sastra daerah dapat menjadi referensi bagi
sumber bacaan anak.

3.2 Saran

Dengan penulisan makalah ini saya berharap dapat berguna bagi para pembaca. Dan, nanti nya kami
berharap sebagai generasi muda hasil karya sastra dapat selalu di gunakan dan dibaca. Tidak hanya itu
saya juga berharap agar kedepan nya banyak generasi muda yang tidak hanya membaca tapi juga dapat
menghasilkan karya sastra.

Anda mungkin juga menyukai