Disusun Oleh:
Wahyu Nugraheni
NIM 22/495162/PKU/20215
MATERI AJAR
Disusun oleh :
Wahyu Nugraheni
NIM 22/495162/PKU/20215
1. Definisi
Menurut laporan World Health Organization (WHO), penyebab langsung
kematian ibu terjadi saat dan pasca-melahirkan. 75% kasus kematian ibu diakibatkan oleh
perdarahan, infeksi, atau tekanan darah tinggi saat kehamilan. Salah satu yang menjadi
penyebab tingginya AKI di Indonesia yaitu perdarahan postpartum. Perdarahan post
partum merupakan penyebab 25% dari seluruh jumlah kematian ibu didunia. Selain itu,
perdarahan post partum merupakan penyebab utama kematian ibu di sebagian besar
negara dengan penghasilan rendah. Kematian akibat perdarahan postpartum sebagian
besar terjadi selama 24 jam pertama setelah kelahiran (Manuaba, 1998)
Perdarahan post partum didefinisikan sebagai kehilangan darah dan waktu onset
bervariasi 500 untuk persalinan pervaginam atau 1000 mL untuk kelahiran sesar.
Perdarahan post partum menjadi penyebab utama morbiditas dan mortilitas ibu.
Perdarahan post partum merupakan kejadian yang mengancam jiwa yang dapat terjadi
dengan sedikit gejala dan sering kali tidak disadari hingga ibu mengalami gejala yang
berat. Perdarahan post partum merupakan penyebab tersering dari keseluruhan kematian
akibat perdarahan obstetric (Cunningham,2005).
Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi segera setelah partus
(melahirkan), perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir pada persalinan
pervaginam dan melebihi 1000 ml pada seksio sesarea, atau perdarahan yang lebih dari
normal dan telah menyebabkan perubahan tanda vital (pasien mengeluh lemah,limbung,
berkeringat dingin, menggigil, hiperapnea, sistolik < 90mmHg, nadi > 100x/menit,,
kadar Hb < 8 g% (Prawirohardjo, 2008).
2. Type dan Jenis
a. Perdarahan Post Partum Dini / Perdarahan Post Partum Primer (early postpartum
hemorrhage)
Perdarahan post partum dini adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama
setelah kala III. Biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa
sebagian plasenta dan gangguan pembekuan darah. Kematian maternal lebih banyak
terjadi dalam 24 jam pertama karena kehilangan banyak darah
b. Perdarahan pada Masa Nifas / Perdarahan Post Partum Sekunder (late postpartum
hemorrhage)
Perdarahan pada masa nifas adalah perdarahan yang terjadi dalam waktu lebih dari
24 jam pasca persalinan. Penyebab utama perdarahan post partum sekunder biasanya
disebabkan sisa plasenta.
3. Penyebab
a. Atonia uteri
Atonia uteri merupakan perdarahan yang terjadi karena uterus tidak mampu
berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah pada lokasi pelekatan plasenta
akan terbuka. Setiap keadaan yang mengganggu kemampuan uterus untuk
berkontraksi dapat menyebabkan atonia uteri dan selanjutnya perdarahan post partum.
Atonia uteri merupakan penyebab paling banyak perdarahan post partum, hingga
sekitar 70% kasus.
Atonia dapat terjadi setelah persalinan vaginal, persalinan operatif ataupun
persalinan abdominal. Penelitian sejauh ini membuktikan bahwa atonia uteri lebih
tinggi pada persalinan abdominal dibandingkan dengan persalinan vaginal. Atonia
uterus juga dapat menyebabkan perdarahan post partum lanjut. Sebagai akibatnya,
uterus tidak dapat berkontraksi dengan kuat sehingga pembuluh darah yang terbuka
pada tempat pelekatan plasenta akan terus mengeluarkan darah. Batasan atonia uteri
adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.
b. Retensi plasenta
Retensio plasenta merupakan penyebab perdarahan post partum yang lain. Pada
beberapa kasus dapat terjadi retensio berulang, plasenta harus dikeluarkan karena
dapat menimbulkan perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi
plasenta incarserata, polip plasenta, degenerasi ganas khorio karsinom. Retensio
plasenta ini juga merupakan etiologi tersering kedua dari perdarahan post partum (10-
20% kasus). Retensi plasenta adalah kondisi tidak keluarnya plasenta dalam waktu 30
menit setelah kelahiran bayi. Retensi juga bisa terjadi terjadi ketika sebagian dari
plasenta tertinggal di dalam rahim setelah kelahiran bayi. Pengeluaran plasenta yang
terlalu kuat juga dapat menyebabkan inversi uterus yg menyebabkan perdarahan post
partum.
c. Laserasi tractus Genitalia
Laserasi serviks, jalan lahir atau perineum juga dapat menyebabkan perdarahan
postpartum. Perdarahan postpartum karena laserasi harus dicurigai jika perdarahan
terus berlanjut walaupun fundus uteri berkontraksi dan keras. Laserasi serviks dapat
mengakibatkan perdarahan yang sangat banyak jika pembuluh arterinya robek.
Biasanya keadaan ini terjadi segera setelah plasenta lahir. Laserasi serviks merupakan
salah satu terjadinya perdarahan post partum hingga sekitar 20% kasus.
Laserasi serviks juga dapat menyebabkan perdarahan post partum lanjut pada
tempat ruptur yang tidak berhasil membentuk bekuan darah dan dengan demikian
tidak dapat menyekat lokasi perdarahan. Faktor yang mempengaruhi penyebab dan
insiden laserasi obstetric dari saluran genital bawah meliputi kelahiran dengan operasi,
kelahiran cepat, abnormalitas kongenital dari jaringan lunak ibu dan kontraktur
panggul. Ukuran, presentasi abnormal, dan posisi janin, ukuran relative bagian yang
dipresentasikan terhadap jalan lahir, jaringan parut sebelumnya akibat infeksi,
perlukaan atau operasi,varises vulva, perineum dan vagina juga dapat menyebabkan
laserasi.
d. Koagulopati
Kejadian gangguan koagulasi ini dapat menyebabkan perdarahan post partum,
keadaan ini lebih sering ditemukan pada solusio plasenta, missed abortion atau
kematian janin intra uteri. Koagulopati merupakan salah satu etiologi dengan insiden
perkiraan sekitar 1% kasus.
4. Faktor Resiko
Faktor resiko perdarahan post partum
a. penggunaan anastesi berhalogen
b. penggunaan MGSO4
c. partus precipitatus
d. persalinan lama
e. penggunaan induksi pada persalinan
f. overdistensi uterus (janin besar,gemelli,hidramnion)
g. koriamnionitis
h. Riwayat atonia pada kehamilan sebelumnya
i. multipara
j. retensi jaringan plasenta
k. avulsi kotelidon, lobus suksenturiatus
l. laserasi jalan lahir yang tidak diperbaiki
m. trauma setelah persalinan dengan forceps
n. Gangguan koagulasi
o. retensi plasenta
p. rupture uteri
q. inversi uterus
r. subinvolusio uterus
s. plasenta akreta, inkreta, perkreta
t. abrupsio plasenta
u. plasenta previa
5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada perdarahan post partum dapat menunjukan penyebab
perdarahan, ditunjukan dalam tabel berikut :
Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja
Uterus tidak berkontraksi Syok Atonia uteri
dan lembek. Bekuan darah pada serviks
Perdarahan segera setelah atau posisi telentang akan
anak lahir menghambat aliran darah
keluar
Cunningham, FG. (2001) William obstetrics, 21 ed, The McGraw-Hill Companies Inc.
hal 704- 728
Desmarnita,U., & Larasati, L (2021).Tinjauan Elsevier Keperawatan Maternitas (1 st
Indone). Elsevier
Lowdermilk, D. leonard, Perry, S. E., Cashion, K., & Alden, K. R. (2016). Maternity &
Woman Health Care. Elsevier.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Prawirohardjo S. 2008. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sentilhes, L., Merlot, B., Madar, H., Sztark, F., Brun, S., & Deneux-Tharaux, C. (2016).
Postpartum haemorrhage: prevention and treatment. Expert Review of Hematology,
9(11), 1043–1061. https://doi.org/10.1080/17474086.2016.1245135
Lampiran 1.2 Format Penilaian Satuan Ajar Perkuliahan
Nama mahasiswa : Wahyu Nugraheni
NIM : 22/495162/PKU/20215
Tanggal Penilaian : 2 November 2022
Dosen Pengampu : Dr. Wenny Artanty Nisman, S.Kep.,Ns.,M.Kes
No Aspek yang dinilai Nilai Penilaian
1. SAP secara umum: 5
Kerapihan
Kesesuaian dengan ketentuan
pembuatan SAP (format fonr 12, Times
new roman, spasi 1.5)
Kesesuaian pengumpulan: max H-2
proses pembelajaran.
2. Ketepatan penulisan tujuan umum dan tujuan 5
khusus pembelajaran
3. Kegiatan yang ditetapkan dalam gagne 9 events 40
4. Materi yang ditetapkan dalam gagne 9 events 30
5. Media ajar yang digunakan 40
Inovasi
Kualitas
Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran