Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGERTIAN ISLAMIC STUDIES, URGENSI STUDI ISLAM, RUANG


LINGKUP STUDI ISLAM, DAN PERTUMBUHAN STUDI ISLAM DIDUNIA

Dosen Pengampu : Dian Muhammad Hakim, S.Pd

Kelompok 1

Novita sari : (22201011155)

Achmad N.H : (22201011147)

Istiqo F.J : (22201011134)

PROGTAM STUDI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS AGAMA ISLAM MALANG

2022

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, dzat yang menegakkan langit, membentangkan
bumi, aku bersaksi bahwa nabi Muhammad SAW hamba dan utusannya yang
tercinta, sosok yang paling utama diantara seluruh makhluk. Beliau dimuliakan
dengan al-qur’an yang merupakan mukjizat serta sunnah yang menjadi pembimbing
bagi umat manusia. Rahmat dan keselamatan semoga Allah SWT selalu dilimpahkan
kepada seluruh umat manusia. Tanpa pertolongannya tentu kami tidak akan dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal fikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Islamic Studies
dengan judul “Pengertian Islamic Studies, Urgensi studi Isman, ruang lingkup studi
Islam, dan pertumbuhan studi islam di dunia”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.maka dari itu
penulis berharap bagi pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak,
khususnya kepada Dosen pengampu mata kuliah Islamic Studies .

Demikian semoga makalah ini bermanfaat. Terimakasih

Malang, 24 September 2022

Penulis

DAFTAR ISI

JUDUL.......................................................................................................................i

2
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................iv
B. Rumusan Masalah......................................................................................iv
C. Tujuan..........................................................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Islamic Studies........................................................................1
B. Urgensi Studi Islam....................................................................................2
C. Ruang Lingkup Studi Islam........................................................................3
D. Pertumbuhan Studi Islam di Dunia...........................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Daftar Pustaka...........................................................................................13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era Global yang semua sudah semakin maju, tentunya Kajian Islamic
studies berkembang dalam tradisi akademik modern (Barat). Pola ini tidak
sama dengan pengertian pendidikan agama Islam (al-tarbiyyah al-Islâmiyah),

3
yang secara konvensional lebih merupakan proses transmisi ajaran agama,
yang melibatkan aspek kognitif (pengetahuan tentang ajaran agama Islam),
afektif dan psikomotorik (menyangkut sikap dan pengamalan aja

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Studi Islam?
2. Seberapa pentingnya memplajari Studi Islam?
3. Apa saja ruang Lingkup Studi Islam?
4. Bagaimana pertumbuhan Studi Islam di Dunia?

C. Tujuan
Agar kita dapat mengetahui dan memahami Studi Islam, mengetahui
seberapa pentingnya memplajari Studi Islam, apa saja rung lingkupnya serta
bagaimana pertumbuhan Studi Islam di Dunia sekaran

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Islamic Studies

Kata Studi Islam secara Etimologi (bahasa) merupakan gabungan dari dua kata
yaitu Studi dan Islam. Dan kata studi sendiri memiliki banyak makna, diantaranya
Studi berasal dari bahasa Inggris yaitu Study, yang berarti mempelajari atau
mengkaji. Dan menurut Lester Crow dan Alice Crow menyebutkan bahwa studi
adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud untuk memperoleh
keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar atau meningkatkan suatu
keterampilan. Kemudian menurut Muhammad Hatta Studi adalah mempelajari

4
sesuatu untuk mengerti kedudukan masalahnya, mencari pengetahuan tentang sesuatu
dalam hubungan sebab akibatnya, ditinjau dari jurusan tertentu dan dengan metode
tertentu pula. Sedangkan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima dan
aslama. Salima mengandung arti selamat, tunduk, dan berserah. Sedangkan aslama
juga mengandung arti kepatuhan, ketundukan, dan berserah. Yang disebut dengan
muslim adalah orang yang tunduk, patuh, dan berserah diri sepenuhnya kepada ajaran
Islam dan akan selamat dunia dan akhirat.

Dan Secara Terminologi (Istilah) Kajian Islam atau di Barat terkenal dengan
istilah Islamic Studies adalah usaha mendasar dan sistematis untuk mengetahui dan
memahami serta membahas secara mendalam seluk beluk yang berhubungan dengan
agama Islam, baik ajaran-ajarannya, maupun praktek-praktek pelaksanaannya secara
nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarah. Pengertian Studi Islam menurut
Muhammad Nur Hakim kegunaan istilah Studi Islam bertujuan untuk
mengungkapkan beberapa maksud, yaitu:
1. Studi Islam yang dikonotasikan dengan aktivitas-aktivitas dan program-
program pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai objeknya.
2. Studi Islam yang dikonotasikan dengan materi, subjek, bidang, dan
kurikulum atas semua kajian Islam.

3. Studi Islam yang dikonotasikan dengan institusi-institusi pengkajian


Islam, baik dilakukan secara formal seperti perguruan tinggi, maupun
yang non formal seperti forum-forum kajian dan halaqoh-halaqoh.

Menurut Rosihon Anwar, Badruzzaman, dkk (2019:20.01.901), Studi islam


secara etimologis merupakan terjemahan dari bahasa Arab, yaitu dirasah islamiyah,
sedangkan di Barat dikenal dengan istilah Islamic Studies. Secara harfiah studi islam
adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan islam. Adapun pengertian
studi Islam secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-
hal yang berhubungan dengan agama islam, yang dilakukan dengan usaha sadar dan
sistematis untuk mengetahui, memahami, dan membahas secara mendalam seluk
beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam, baik ajaran, sejarah,

5
maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari,
sepanjang sejarahnya. 1

Sedangkan menurut Zakiyyudin Baidhawy (2011:135), dalam bukunya


menerangkan bahwa Istilah “Islamic Studies” atau studi Islam kini telah
dipergunakan dalam jurnal-jurnal professional, departemen akademik, dan lembaga-
lembaga perguruan tinggi yang mencakup bidang pengkajian dan penelitian yang
luas, yakni seluruh yang memiliki dimensi “Islam” dan keterkaitan dengannya.2

Dengan demikian Studi Islam dapat kita jadikan alternatif untuk


mendekatkan diri kepada yang Maha Kuasa, dan mempupuh semangat agar terus
selalu belajar dan belajar.

1
Rosihon Anwar- Badruzzaman-dkk,Pengantar Studi Islam,(Surabaya:Pustaka Setia,2019)hlm:35
2
Baidhawy Zakiyyuddin. Studi Islam Pendekatan, dan Metode. 2011. Insan Madani: Yogyakarta

6
B. Urgensi Studi Islam

Sekarang ini Islam telah berkembang di dunia, banyak peneliti yang


memplajari Islam. Dengan berkembangnya zaman dan waktu banyak orang yang
mengkaji Islam dengan berbagai pendekatan dan metode serta teori-teori tertentu.
Urgensi Studi Islam salah satu prinsip teori fungsional yang menyatakan bahwa
sesuatu yang tidak berfungsi akan lenyab dengan sendirinya, karna dari dahulu
hingga sekaranng Agama dengan tanggguh menyatakan eksistensinya, yang
mempunyai dan memerani sejumlah peran dan fungsi dimasyarakat. Adapun Urgensi
Studi Islam dapat dipahami dan diuraikan sebagai berikut :

a. Umat islam saat ini berada dalam sistem prolematik.


b. Untuk menimbulkan kecintaannya kepada agama islam yang
nya normatif yaitu karna diperintah oleh Allah SWT, bukan pula karna
emosional semata-mata. Karna didukung Argumentasi yang bersifat
rasional, kultural, dan aktual. Melainkan argumentasi yang masuk akal
dan dapat dirasakan serta dihayati oleh umat manusia.
c. Untuk membuktikan kepada umat manusia bahwa islam baik secara
normatif maupun secara kurtural dan rasional adalah ajaran yang dapat
membawa manusia pada kehidupan yang lebih baik tampa haris
mengganggu keyakinan agama lain.
d. Untuk menghilangkan citra negatif sebagian masyarakat terhadap
ajaran agama Islam.

Pentingnya mempelajari Islam salah satunya ialah Potensi Islam dalam


menjawab tantangan zaman, dimana Wilfred Cantwell Smith menyatakan
bahwa:”..The first observation is that of all the world is religious traditions the
Islamic would seem to be the one with a built-in name. The word “Islam” occurs in
the qur’an it self, and muslims are insistents on using this term to does ignate their
sistem of faith. In contrast to what has happened with other religious communities…”
maksudnya:… pengamatan pertama ialah bahwa dari semua tradisi keagamaan di

2
dunia, tradisi Islam akan nampak sebagai satu-satunya nama yang built-in (terpasang
tetap).3

Nabi Muhammad SAW telah membakukan ajaran agama Islam (Dienul Islam)
secara sempurna, sehingga akan terjamin otentisitas dan sekaligus perkembangannya
sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tempat Dengan sistem pembakuan
tersebut, maka ajaran Islam akan tetap bersifat otentik, sempurna dan bersifat
dinamis, yakni sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tempat.

C. Ruang Lingkup Studi Islam

Pada dasarnya pengkajian keislaman mengikuti pada wawasan dan keahlian


para pengkajinya, sehingga terkesan nuansa kajian mengikuti selera pengkajinya.
Secara material, ruang lingkup kajian Islam dalam tradisi Barat (orientalism sscholar)
meliputi pembahasan mengenai ajaran, doktrin, pemikiran, teks, sejarah dan institusi
keislaman. Pada awalnya ketertarikan sarjana Barat terhadap pemikiran Islam lebih
karena kebutuhan atas penguasaan daerah koloni. Mengingat daerah koloni pada
umumnya adalah negara-negara yang banyak di domisili warga negara yang
beragama Islam, sehingga mau tidak mau mereka harus paham tentang budaya lokal.
Kasus ini dapat dilihat pada pada perang Aceh, Snouck Hurgronje (sarjana Belanda)
telah mempelajari Islam terlebih dahulu sebelum diterjunkan dilokasi dengan asumsi
ia telah memahami budaya dan peradaban masyarakat Aceh yang mayoritas
beragama Islam. Islam dipelajari oleh Snock Hurgronje dari sisi landasan normatif
maupun praktik bagi para pemeluknya, kemudian dibuatlah rekomendasi kepada para
penguasa kolonial untuk membuat kebajikan yang berkaitan dengan kepentingan
umat Islam.

Islam dipahami dari sisi ajaran, doktrin dan pemahaman masyarakat dengan
asumsi dapat diketahui tradisi dan kekuatan masyarakat setempat. Setelah itu,
pemahaman yang telah menjadi input bagi kaum orientalis diambil sebagai dasar

3
Muhaimin,tadjab dan abd mudjib, dimensi-dimensi islam, (Surabaya:Karya Abditama:1994)hlm.71

3
kebajikan oleh para penguasa kolonial yang tentunya lebih menguntungkan mereka
dibandingkan dengan rakyat banyak di wilayah jajahannya. Hasil studi ini
sesungguhnya lebih menguntungkan kaumpenjajah. Atas dasar masukan ini para
penguasa kolonial dapat mengambil kebijakan daerah koloni dengan
mempertimbangkan budaya lokal. Atas masukan ini, para penjajah mampu membuat
peta kekuatan sosial masyarakat terjajah sesuai dengan kepentingan dan
keuntungannya.

Menurut Muhammad Nurhakim, memang tidak semua aspek agama,


khususnya Islam dapat menjadi objek studi. Dalam konteks khusus studi Islam, ada
beberapa aspek tertentu dari Islam yang dapat menjadi objek studi, yaitu :

1) Islam sebagai Doktrin dari Tuhan yang kebenarannya bagi para pemeluknya
sudah final, dalam arti absolut, dan diterima secara apa adanya.
2) Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia
dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin
agama.
3) Interaksi sosial yaitu realitas umat Islam.
4) Sementara menurut Muhammmad Amin Abdullah terdapat tiga wilayah
keilmuan agama Islam yang dapat menjadi Objek Studi Islam, yaitu :
a. Wilayah praktik keyakinan dan pemahaman terhadap wahyu yang
telah diintrepretasikan sedemikian rupa oleh para ulama, tokoh
panutan masyarakat pada umumnya. Wilayah praktik ini umumnya
tanpa melalui klarifikasi dan penjernihan teoritik keilmuan yang
dipentingkan disini adalah pengalaman.
b. Wilayah-wilayah teori keilmuan yang dirancang dan disusun
sistematika dan metodologinya oleh para ilmuan, para ahli, dan para
ulama sesuai bidang kajiannya masing-masing. Apayang ada pada
wilayah ini sebenarnya tidak lain dan tidak bukan adalah “teori-teori”
keilmuan agama Islam, baik secara deduktif dari nash-nash atau teks-
teks wahyu, maupun secara induktif dari praktik-praktik keagamaan

4
yang hidup dalam masyarakat era kenabian, sahabat, tabi’in maupun
sepanjang sejarah perkembangan asyarakat muslim dimanapin mereka
berada.
c. Telaah kritis yang lebih populer disebut metadiscourse, terhadap
sejarah perkembangan jatuh bangunnya teori-teori yang disusun oleh
kalangan ilmuan dan ulama pada lapis kedua. Wilayah pada lapis
ketiga yang kompleks dan sophisticated inilah yang sesungguhnya
dibidangi oleh filsafat ilmu-ilmu keislaman.
5) Sedangkan menurut M. Atho’ Mudzhar menyatakan bahwa objek kajian Islam
adalah substansi ajaran-ajaran Islam, seperti kalam, fiqih dan tasawuf. Dalam
aspek ini agama lebih bersifat penelitianbudaya, hal ini mengingat bahwa
ilmu-ilmu keislaman semacam ini merupakan salah satu bentuk doktrin yang
dirumuskan oleh penganutnya yang bersumber dari wahyu Allah melalui
proses penawaran dan perenungan. Ketika seseorang mempelajari bagaimana
ajaran Islam tentang sholat, haji, zakat, haji, tentang konsep ke- Esa-an Allah,
tentang argumen adanya Tuhan, tentang aturan etika dan nilai moral dalam
Islam, berarti sedang mempelajari Islam sebagai gejala Budaya.

D. Pertumbuhan Studi Islam di Dunia

Studi Islam mulai muncul pada abad ke-9 di Irak, ketika ilmu-ilmu agama
Islam mulai memperoleh bentuknya dan berkembang didalam sekolah-sekolah hingga
terbentuknya tradisi literer di kawasan Arab masa pertengahan. Studi Islam bukan
hanya berjalan di dalam peradaban Islam itu sendiri bahkan juga menjadi fokus
diskusi di negara-negara Barat.4

Sebelum kemunculan Islam pada abad ke-9, orang-orang Arab sudah dikenal
oleh bangsa Israel dan Yunani Kuno serta para pendiri gereja. Pandangan orang-
orang Eropa tentang Islam sepanjang masa pertengahan diambil dari konstruk Injili
dan teologis. Mitologi, teologi dan missionarisme menyediakan formulasi utama
4
Ghazali Ahmad dede dan Gunawan heri. STUDI ISLAM suatu pengantar dengan kedekatan
interdisipliner. Badung : PT Rosdakarya. 2015.

5
tentang apa yang diketahui gereja mengenai Muslim sekaligus alasan-alasan bagi
perkembangan wacana resmi tentang Islam. secara Mitologis, Islam dipandang
sebagai orang Arab, Sarasen, yang merupakan keturunan Ibrahim melalaui Siti Hajar
dan putranya Ismail. pusat-pusat studi islam klasik adalah Mekah dan Madinah
(Hijaz), Basrah dan Kufah (Irak), Damaskus dan Palestina (Syam), dan Fistat (Mesir).

1. Madrasah Mekah di pelopori oleh Mu’adz bin Jabal;

2. Madrash Madinah dipelopori oleh Abu Bakar, Umar, dan Utsman; 3. Madrasah
Basrah dipelopori oleh Abu Musa al-Asy’ari dan Anas bin Malik; madrasah Kufah
dipelopori oleh Ali bin abi Thalib dan ‘Abdullah bin Mas’ud;

4. Madrasah Damaskus (Syiria) dipelopori oleh Ubadah dan Abu Darada;

5. Madrasah Fistat (Mesir) dipelopori oleh Abdullah bin Amr bin ‘ash

Pada masa kejayaan Islam, studi Islam dipusatkan di Ibu kota negara, yaitu
Baghdad. Di Istana Dinasti Abbas pada zaman Al- Makmun (813-833), putra Harun
al-Rasyid, didirikan bait Al-Hikmah, yang dipelopori oleh khalifah sebagai pusat
pengembangan ilmu pengetahuan dengan wajah ganda : sebagai perpustakaan serta
sebagai lembaga pendidikan (sekolah) dan penerjemahan karya-karya Yunani kuno
kedalam bahasa arab untuk melakukan akselerasi pengembangan ilmu pengetahuan.

Disamping itu, di Eropa terdapat pusat kebudayaan yang merupakan tandingan


Bagdad, yaitu Universitas Cordova yang didirikan oleh Abdul-Rahman III (929-961
M) dari Bani Umayah di Spanyol. Di timur Islam, Bagdad, juga didirikan madrash
Nizhamiyah yang didirikan oleh perdana Mentri Nizham al-Muluk; dan di Kairo
Mesir didirikan Universitas Al-Azhar yang didirikan oleh Dinasti Fatimiyah dari
kalangan Syiah. Dengan demikian, pusat-pusat kebudayaan yang juga merupakan
pusat studi islam pada zaman kejayaan Islam adalah Baghdad, Mesir, dan Spanyol. Di
Timur Islam, Baghdad, juga didirikan madrasah Nizhamiah yang didirikan oleh
perdana menteri Nizham Al-Muluk, dan di Kairo Mesir didirikan Universitas Al-
Azhar yang didirikan oleh dinasti Fatirogram studi miah dari kalangan Syiah. Dengan

6
demikian, pusat-pusat kebudayaan yang juga merupakan pusat studi Islam pada
zaman kejayaan Islam adalah Baghdad,Mesir, dan Spanyol.

Studi Islam sekarang iniberkembang hampir di seluruh negara di dunia, baik


di Dunia Islam maupun bukian neagara Islam.Di Dunia Islam terdapat pusat-pusat
studi Islam seperti Universitas Al-Azhar di Mesir dan Universitas Umul Qura di Arab
Saudi.Di Teheran didirikan Universitas Teheran.Di universitas ini, studi Islam
dilakukan dalam satu fakultas yang disebut Kulliyat Ilahiyyat (Fakultas Agama). Di
universitas Damaskus (Siria), studi Islam ditampung dalam Kuliyat Al-Syari’ah) yang
didalamnya terdapat program studi ushuluddin,tasawuf dan sejenisnya.

Universitas Al-Azhar (Mesir) dapat dibedakan menjadi dua periode: pertama,


periode sebelum tahun 1961, dan kedua periode setelah tahun 1961. Pada periode
pertama, fakultas-fakultas yang ada sama denan fakultas-fakultas yang ada di IAIN,
sedangkan setelah tahun 1961, di universitas ini diselenggarakan faklutas umum di
samping fakultas agama.

Di Indonesia, studi Islam (Pendidikan Islam Tinggi) dilaksanakan di 14


institut agama Islam Negeri (IAIN) dan 39 sekolah tinggi Agama Islam (STAIN).
Ada juga sejumlah perguruan tinggi swasta yang secara khusus menyelenggarakan
pendidikan tinggi islam,dan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan
islam tinggi sebagai salah satu bagian studinya, seperti Fakultas Agama di universitas
Muhammadaiyah Jakarta dan Universitas Islam Bandung (UNISBA).

Studi Islam di Negara-negara non-Islam di selenggarakan di beberapa Negara,


antara lain di India, Chicago, Long Angeles, London dan Kanada. Di Aligarch
University (India), studi Islam dibagi dua: Islam sebagai doktrin dikaji di Fakultas
Ushuluddin yang mempunyai dua jurusan, yaitu jurusan Mazhab Ahli Sunnah dan
jurusan Mazhab Syiah. Sedangkan Islam dari aspek sejarah dikaji di Fakultas
Humaniora dalam jurusan Islamic studies. Di jamiah Millia Islamia,New Delhi,
Islamic Studies program dikaji di Fakultas Humaniora yang membawahi juga Arabic
Studies, dan political science.

7
Di Chicago, kajian islam di selenggarakan di Chicago University. Secara
Organisatoris, Studi Islam berada di bawah Pusat Studi Timur Tengahdan jurusan
Bahasa, dan Kebudayaan Timur Dekat. Di lembaga ini, kajian Islam lebih
mengutamakan Kajian tentang pemikiran Islam, bahasa Arab, naskah-naskah Klasik,
dan bahasa-bahasa Islam non-Arab.

Di Amerika, studi-studi Islam pada umumnya mengutamakan studi sejarah


Islam, bahasa-bahasa Islam selain bahasa Arab, sastra dan ilmu-ilmu social. Studi
Islam di Amerika berada di bawah naungan pusat studi Timut Tengah dan Timur
Dekat.

Di UCLA, studi Islam dinagi menjadi empat kmponen : pertama, Doktrin dan
sejarah Islam, kedua, bahasa Arab, ketiga bahasa Islam dan non-Arab seperti
Urdu,Turki, dan Persia, dan keempat, ilmu-ilmu sosial,sejarahn dan sosiologi. Di
London, studi Islam digabungkan dalam School of Oriental and African studies
(Fakultas Studi Ketimuran dan Afrika) yang memiliki berbagai jurusan bahasa dan
kebudayaan Asia dan Afrika.5

Studi Islam sekarang ini berkembang hampir di seluruh negara di dunia, baik
di negara Islam maupun bukan negara islam. Studi Islam di Negara-negara non-Islam
di antaranya: Aligarch University (India), Chicago University (Chicago), Los angeles,
London dan Kanada

Richard C. Martin dengan gamblang menjelaskan fase-fase perkembangan


Studi Islam, antara lain sebagai berikut : 6

Fase pertama (800-1100), masa dimana banyak bermunculan polemik


teologis antara Muslim, Kristen dan Yahudi. Polemik teologis sering terjadi dalam
ruang publik atau dalam audiensi Khalifah atau pejabat resmi negara, yang dilakukan
oleh para mutakallimun. Kaum Yahudi dan Kristen sebagai kelompok atau ahlu
zimmi berpartisipasi dalam ritual-ritual sosial diskur-sus dan perdebatan publik

5
M.Atho Muzhar, 1998:24-9
6
Loc.cit 40-46

8
dengan kaum muslim. Ini semua membutuhkan banyak pengetahuan tentang ajaran-
ajaran Islam, dengan tujuan hanya untuk menolak ajaran tersebut.

Selama empat abad kemudian hingga awal Perang Salib, orang-orang Eropa
hidup dalam kebodohan tentang agama dan penduduk yang hidup bersebelah dengan
mereka di Spanyol. Suku-suku jerman, orang Slavia, Magyar, dan gerakan-gerakan
bidah seperti Manicheanisme, melihat Islam sebagai salah satu musuh yang
mengancam kerajaan kristen. Sejak awal perang salib hingga abad ke-11, nama
Muhammad dikenal negatif di kalangan Eropa.

Fase Perang Salib dan Kesarjanaan Cluny (1100-1500). Studi Islam untuk
tujuantujuan misionaris mulai abad ke-12 pada masa Peter Agung (1094-1156),
seorang Biarawan Cluny di Prancis. Para pasukan salib dan rahibrahib yang
menerjemahkan Al-qur’an dan teks teks Islam berperan sebagai pihak-pihak yang
menyerang peradaban Islam, yang membentuk batas-batas di sebelah selatan dan
timur dari kerajaan kristen Barat. Pada masa ini, Peter Agung membentuk komisi
penerjemah dan penafsiran teks-teks Islam berbahasa Arab. Banyak karya mereka
yang memahami Muhammad sebagai dewa bagi kaum Muslim, penyuka perempuan,
penipu, orang kristen yang murtad, ahli ilmu sihir, dan seterusnya. Korpus Cluny
dikenal sebagai permulaan kanon kesarjanaan Barat tentang Islam. Peter juga
memerintahkan para penerjemah untuk menerjemahkan Al-qur’an, hadis, dan sirah
muhammad, serta teks-teks Arab lainnya. Serangan-serangan mereka ditujukan pada
kenabian Muhammad, Al-qur’an dan jihad sebagai topik utama kesarjanaan kristen
pada masa pertengahan.

Akhir abad 12 koleksi karya Ibnu Sina muncul dan beredar di Eropa. Sejalan
dengan hal tersebut para sarjana Eropa mulai melihat dunia Muslim saat itu sebagai
peradaban kaum terpelajar dan filosof, sangat berlawanan dengan pandangan negatif
tentang Muhammad dan praktik-praktik keagamaan Islam. Keberhasilan militer dan
diplomasi Salahudin Al Ayyubi (1138-1193) terkenal dalam legenda Eropa.

9
Fase Reformasi (1500-1650), sejalan dengan Eropa memasuki periode
perubahan keagamaan, politik dan intelektual pada abad ke-16, pengetahuan dan studi
Islam juga terpengaruh, pada masa ini kaum reformis memandang Sarasen Turki
bersama-sama gereja Roma sebagai anti kristus. Bibliande menganggap Muhammad
sebagai kepala dan Islam sebagai tubuh anti kristus. Kaum protestan membandingkan
Roma dan Islam, melihat Islam sebagai Bidah, bukan sebagai agama lain yang
mempunyai haknya sendiri. Jadi, patut dicatat bahwa kaum reformis telah
menghasilkan kesarjanaan tentang Islam yang tidak berbeda dengan sebelumnya.
Pada abad ke-16, edisi-edisi Al-qur’an dan teks-teks Islam lainnya yang diterbitkan di
Eropa cenderung mengikuti korpus Cluny pada empat abad sebelumnya.

Fase Penemuan dan Pencerahan (1650-1900). Kesarjanaan Eropa yang baru


dan orisinal tentang Islam berkembang pada akhir abad ke-16 dan 17 krena beberapa
alasan. Pertama, realitas politik baru agresi ottoman. Faktor lain yang mendorong
bangkitnya kesadaran Eropa tentang Islam adalahtumbuhnya pelayaran dan ekspansi
perdagangan melampaui Mediterania. Ekspansi pasar dan militer merupakan awal
dari kolonialisme dan imperialisme. Eropa membuat pakta-pakta dengan negara
Muslim, disisi lain, alasan Eropa mempelajari Islam tidak lain adalah
untukmembatasi perdebatan teologis seputar Alqur’an, nabi, dan penaklukan Muslim
awal.

Pembahasan tentang manusia sebagai makhluk beragama secara naluriah telah


memberikan pengaruh atas studi-studi agama dan atas studi Islam. Hampir seluruh
masa pertengahan abad ke-19 dan awal abad ke-20 menyaksikan upaya-upaya untuk
membangun sains tentang studi agama. Karakteristik studi Agama ini tergantung pada
filologi sebagai metode utama dalam memahami peradaban lain, peradan kuno
utamanya. Islam dapat dan harus dikaji sebagai agama menurut karakternya sendiri
menjadi mungkin dilakukan oleh sains filologi.

Derasnya arus informasi dan komunikasi serta modernisasi dan westernisasi


tentunya tidak ada yang dapat membendung karena hal itu pasti terjadi. Maka disini
letak urgensitasnya, mempelajari agama Islam lebih jauh sebagai benteng dan

10
filterisasi dalam penerimaan informasi yang bersumber dari dunia Barat tersebut.
Tentunya dalam rangka Tabayyun atau kroscek, meluruskan dan Islamisasi.7

Nah lalu bagimana dengan fase yang sekarang, “Masa yang semakin maju?”
“Dinegara-negara maju?” Dengan berubahnya waktu dari masa kemasa tentunya kita
pun ikut berubah, kita tidak lagi jalan ditempat. Masyarakat islam sudah tersebar luas
diberbagai wilayah di Belahan Negara maupun Benua, membuat pertumbuhan studi
islam di Dunia pun semakin meningkat.

7
Op.cit (hlm 13)

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mempelajari Studi Islam rupanya sangatlah penting, apa lagi pertumbuhan


Studi Islam yang sudah merambat keberbagai belahan Dunia. Kita yang hidup
dinegara 80% penduduknya masyatakat Muslim seharusnya kita lebih Mengenal
ruang Lingkup Kajian Islam, yang ditegaskan bahwa agama Islam merupakan objek
atau sasaran dalam Studi Islam (Studi Islam). Keberadaan agama Islam yang
diposisikan sebagai objek atau sasaran kajian di dalam Studi Islam adalah dalam
makna luasnya, ajaran idealnya dan elaborasi teoritisnya serta aplikasinya dalam
kehidupan masyarakat Islam. Berdasarkan penjelasan ringkas ini kemudian dapat
diberikan suatu penegasan sekaligus sebagai suatu kesimpulan bahwa Studi Islam
adalah: “Suatu usaha sistematis membahas agama Islam, baik mengenai ajaran-ajaran
ideal dan elaborasi teoritis serta aplikasi-praksisnya agar diperoleh pemahaman yang
benar tentang agama Islam untuk kemudian diamalkan”.agai sisi.

12
B. Daftar Pustaka

Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi Islam (Suatu Konsep tentang Seluk


Beluk Pemahaman Ajaran Islam Studi Islam dan Isu-isu Kontemporer dalam
Studi Islam), Yogyakarta: Teras, 2013, hlm. 19-20
Muhammad Mustahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras,
2011, hlm. 1
Jamali Sahordi, Metodologi Studi Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2011, hlm.
57
M. Nur Hakim, Metode Studi Islam, Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang, 2004, hlm. 13
Ngainun Naim, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Teras, 2009, hlm. 8-9

13

Anda mungkin juga menyukai