FIQH MUNAKAHAT
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Terstruktur Mata kuliah Ilmu Fiqh
Dosen Pengampu:
Prof. Dra. Hj. Nina Nurmila, MA., Ph.D
Arif Nursihah, S.TH.I., M.A.
Disusun Oleh:
Sem. II/PBIO C
Nurlaeli 1212060092
Putri Zaniar Nabilah 1212060097
Rizqi Indana Zulfa Ramli 1212060106
Putri Maulidiya 1212060095
Tidak lupa kamu ucapkan terimakasih kepada Prof. Dra. Hj. Nina Nurmila, MA, Ph.D
dan Bapak Arif Nursihah, T.TH.I., M.A yang telah membimbing kami dalam mempelajari
mata kuliah Ilmu Fiqh, dan tak lupa kepada rekan-rekan semua yang telah memberikan
kontribusinya secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa terselesaikan
pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam pembuatan makalah ini kamu menyadari terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Sehingga kami berharap saran serta masukan dari pembaca demi tersusunnya makalah
yang lebih baik. Kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa mahasiswi dalam
mempelajari salah satu materi mata kuliah Ilmu Fiqh yaitu Fiqh Munakahat.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN.................................................................................................................5
D. MANFAAT PENULISAN.............................................................................................................5
E. KERANGKA TEORI....................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. PENGERTIAN NIKAH................................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN............................................................................................................................17
B. SARAN.........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang terjadi diantata laki-laki dan perrempuan yang
tujuannya untuk membentuk sebuah keluarga dan rumah tangga yang Sakinah, mawadah,
warahmah sesuai dengan tuntunan agama islam. Ditinjau dari segi syariat pernikahan
merupakan akad yang menghalalkan suatu pergaulan/interaksi sebagai suami istri (salah
satunya berhubungan seksual). Pada hakikatnya pernikahan dilakukan dengan akad yang
memperbolehkan laki-laki dan perempuan melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak
diperbolehkan sesuai dengan aturan Allah dan sunnah Rasul,
Perkawinan sudah ada sejak manusia pertama kali diciptakan. Setiap manusia laki-laki
dan perempuan yang melakukan pernikahan adalah dua manusia yang saling mengikat tali
perjanjian yang suci atas nama Allah SWT. Jika seseorang sudah sanggup untuk
melaksanakan pernikahan maka sangat dianjurkan kepada mereka untuk segera
melangsungkan pernikahan.
Dalam melakukan kewajiban dalam sebuah rumah tangga diperlukan tanggung jawab,
kesiapan, dan pengorbanan. Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Perkawinan
berkaitan dengan pelaksanaan suatu hak-hak yang dilakukan secara timbal balik antara satu
sama lain. Sehingga dalam melaksanakan sebuah perkawinan maka perlu dilandasi dengan
keikhlasan lahir dan batin.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan nikah?
2. Bagaimana hukum pelaksanaan dan pencatatan pernikahan?
3. Siapa saja perempuan dan laki-laki yang diharamkan saling menikahi?
4. Apa saja fungsi dan akibat dari hukum khitbah?
5. Apa saja rukun dan syarat dari nikah?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian dari nikah.
2. Mengetahui hukum pelaksanaan dan pencatatan pernikahan.
3. Mengetahui siapa saja perempuan dan laki-laki yang diharamkan saling menikahi.
4. Mngetahui fungsi dan akibat dari hokum khitbah.
5. Mengetahui rukun dan syarat dari nikah.
Terlepas dari itu, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Ilmu Fiqh
D. MANFAAT PENULISAN
Sebagai solusi alternatif untuk menambah wawasan keilmuan, khususnya ilmu tentang
fiqh munakahat.
E. KERANGKA TEORI
Pengertian nikah
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN NIKAH
istilah nikah berdasarkan bahasa arab yaitu ( ) زواجatau bisa juga disebut ( ) نكحyg
mempunyai arti terkumpul atau menyatu. pernikahan dalam bahasa indonesia biasa diklaim
menggunakan istilah kawin atau perkawinan. kawin bisa diartikan bersetubuh atau
melakukan hubungan suami istri. pernikahan sangat dianjurkan dalam islam dan merupakan
sunnatullah, pernikahan tidak hanya berlaku dikalangan manusia saja, namun berlaku pula
dalam hewan dan tumbuh-tumbuhan bahkan benda matipun senantiasa berpasang- pasangan.
sebagaimana pada surah Az-zariyat ayat 49 Allah SWT berfirman
" segala sesuatu kami ciptakan berpasang- pasangan, supaya engkau mengingat akan
kebesaran Allah."
Lebih rinci, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Bab II Pasal 2 menjelaskan
tentang pencatatan perkawinan:
1. Mahram Mu’abbad
Mahram Mu’abbad adalah orang-orang yang selamanya haram dinikahi. Larangan
yang telah disepakati ada tiga, yaitu :
a. Nasab (Keturunan)
b. Persusuan (Radha’ah)
c. Hubungan Mushaharah
Keharaman ini disebutkan dalam QS. An-Nisa : 23. Persoalan dalam hubungah
mushaharah adalah keharaman yang disebabkan karena akad perkawinan yang sah,
atau dapat juga dikarenakan perzinaan. Jika diperinci yaitu mertua perempuan
(nenek perempuan istri dan seterusnya ke atas), anak tiri, menantu (istri anak, istri
cucu dan seterusnya kebawah) dan ibu tiri.
2. Mahram Mu’aqqat
Mahram Ghairu Ta’bid adalah orang-orang yang haram dinikahi untuk masa
tertentu, selama masi ada hal-hal yang diharamkannya. Jika penghalang sudah tidak ada,
maka halal untuk dinikahi. Perempuan-perempuan yang haram dinikahi tidak untuk
selamanya, yaitu :
a. Halangan Bilangan
b. Halangan Mengumpulkan
Dua orang perempuan bersaudara haram dinikahi oleh seorang laki-laki dalam
waktu yang bersamaan. Apabila seorang laki-laki menikahi perempuan, kemudian
perempuan tersebut meninggal atau dicerai, maka laki-laki itu boleh menikahi adik
atau kakak dari perempuan yang telah meninggal atau dicerai tersebut.
c. Halangan Kafir
Wanita musyrik haram dinikahi. Tidak halal dan tidak sah pernikahannya atas
orang kafir dan orang murtad, karena ia telah keluar dari aqidah dan petunjuk yang
benar.
d. Halangan Ihram
Wanita yang sedang melakukan ihram, baik ihram umrah maupun ihram haji
tidak boleh dikawini.
e. Halangan Iddah
Wanita yang sedang dalam iddah, baik iddah cerai maupun iddah ditinggal
mati. Perceraian hidup dan dalam keadaan hamil, dijelaskan dalam surat At-Thalaq
ayat 4
Wanita yang ditalak tiga, haram menikah lagi dengan bekas suaminya, kecuali
kalau sebelumnya sudah menikah lagi dengan orang lain dan telah berhubungan
badan serta dicerai oleh suami terakhir itu dan telah habis masa idah-nya
g. Halangan Peristrian
Wanita yang terikat perkawinan dengan laki-laki lain (wanita yang terpelihara),
maka haram hukumnya untuk dinikahi. Perempuan yang terpelihara maksudnya
adalah perempuan yang bersuami.
1. Khitbah merupakan cara untuk dapat mengenal satu sama lain antara peminang dan
yang dipinang
2. Khitbah dilakukan agar tidak ada penyesalan di kemudia hari karena telah saling
mengenal sebelumnya.
Dari kedua fungsi khitbah diatas, terdapat dua hal positif bagi peminang dan yang
dipinang, yaitu:
1. Memberi dorongan kepada kedua belah pihak untuk segera melangsungkan pernikahan
2. Memberikan keyakinan kepada kedua belah pihak untuk menjalani kehidupan bersama
dengan keadaan yang damai, bahagia, menjamin kesejahteraan, saling mencintai, dan
menyayangi satu sama lain.
Dalam undang-undang pasal 13 dijelaskan bahwa khitbah belum berakibat hukum dan
kedua pihak masih bebas dalam menentukan atau memutuskan sebuah hubungan
peminangan secara “bil-ma’ruf” yang memiliki arti menggunankan cara yang baik/patut
sesuai dengan tuntunan dan kebiayaan daerah setempat agar menciptakan kerukunan dan
rasa saling menghargai.
Menurut Ismail, para fuqaha sepakat bahwa khitbah tidak dipandang sebagai akad
perkawinan dan tidak ada konsekuensi hukum/akibat hukum akad perkawinan. Maka dari itu
setiap orang yang melakukan khitbah dilarang untuk berkhalwat (bersepi-sepi berdua)
kecuali jika terdapat mahram berkhalwat diperbolehkan hal ini bertujuan agar tidak terjadi
maksiat diantara keduanya.
1. Khitbah tidak menimbulkan akhibat hukun dan kedua pihak masih bebas dalam
memutuskan hubungannya jika terdapat ketidak cocokan.
2. Pemutusan khitbah/peminangan harus dilakukan dengan tata cara yang baik dan sesuai
dengan kebiasaan daerah setempat agar tetp terbina kerukunan dan rasa saling
menghargai.
Akad pernikahan dikatakan sah apabila akad tersebut dilaksanakan dengan syarat-syarat
dan rukun-rukun yang lengkap sesuai dengan ketentuan agama.
As-Sayyid Sabiq dalam hal ini berpendapat, akad nikah merupakan ijab qabul yang
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Pihak yang melakukan akad pernikahan memiliki kecakapan yaitu berakal, baligh dan
merdeka.
2. Masing-masing pihak memiliki wewenang untuk melakukan akad.
3. Qabul tidak boleh menyalahi ijab, kecuali kalau wali itu menguntungkan pihak yang
berijab.
4. Kedua belah pihak yang berakad, hendaknya berada dalam satu majlis dan saling
memahami ucapan lawan bicara (As-Sayyid Sabiq, 1073:34-36)
Para ahli hukum islam di Indonesia sepakat bahwa akad nikah itu baru terjadi setelah
terpenuhinya rukun dan syarat nikah, yaitu :
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkawinan merupakan suatu akad atau perikatan untuk membuat interaksi kelamin
antara pria & wanita guna mewujudkan kebahagian dalam berkeluarga yg mencakup rasa
ketenteraman dan kasih sayang menggunakan cara yg diridhai oleh Allah SWT.
3. Khitbah merupakan cara untuk dapat mengenal satu sama lain antara peminang dan
yang dipinang
4. Khitbah dilakukan agar tidak ada penyesalan di kemudia hari karena telah saling
mengenal sebelumnya.
- Khitbah tidak menimbulkan akhibat hukun dan kedua pihak masih bebas dalam
memutuskan hubungannya jika terdapat ketidak cocokan.
- Pemutusan khitbah/peminangan harus dilakukan dengan tata cara yang baik dan sesuai
dengan kebiasaan daerah setempat agar tetp terbina kerukunan dan rasa saling
menghargai.
Para ahli hukum islam di Indonesia sepakat bahwa akad nikah itu baru terjadi setelah
terpenuhinya rukun dan syarat nikah, yaitu :
B. SARAN
Penyusun menyadari jika makalah ini memiliki banyak kekurangan, tentunya peyusun
akan terus memperbaiki agar makalah ini dapat dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan.
DAFTAR PUSTAKA