Anda di halaman 1dari 14

PEMBERDAYAAN TENAGA PENDIDIK

DAN KEPENDIDIKAN DI PENDIDIKAN TINGGI

MAKALAH

Di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Tinggi yang diampu
oleh Bapak Dr. Mohammad Thoha M.Pd.I

Disusun Oleh:

Rifqi Achsanul Kholqi .A (20381041162)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

TAHUN PELAJARAN

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji syukur
Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dari Mata Kuliah
Manajemen Pendidikan Tinggi yang berjudul “Pemberdayaan Tenaga Pendidik Dan
Kependidikan di Pendidikan Tinggi”.

Makalah yang kami susun tidak luput dari dukungan berbagai pihak dan juga beberapa
referensi yang mendukung dalam terbentuk nya makalah ini dengan baik. Untuk itu, kami
berterima kasih kepada pihak-pihak yang bersangkutan karena telah membantu kami dalam
penyelesaian makalah kami. Terutama kepada dosen pembimbing Bapak Dr. Mohammad
Thoha M.Pd.I

Dalam makalah ini tidak sepenuhnya sempurna, oleh karena itu, kami selaku
penyusun makalah mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari pembaca
makalah yang kami susun ini, Semoga apa yang kami bahas dalam makalah ini dapat
bermanfaat dan menjadi tambahan pengetahuan bagi pembaca.

Pamekasan, 30 Oktober 2022

Penulis,

Rifqi Achsanul Kholqi Al-farisi

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Masalah.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi pendidik dan tenaga kependidikan.............................................. 3
B. Pemberdayaan tenaga pendidik dan kependidikan.................................... 3
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 7
B. Saran.......................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidik dan tenaga kependidikan adalah sumber daya manusia yang tersedia di
sekolah, merupakan input yang sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar serta
prestasi akademik siswa. Pemberdayaan pendidik (guru) dan tenaga kependidikan adalah
upaya memberikan kesempatan pendidik dan tenaga kependidikan untuk menggunakan
dan mengembangkan potensi keilmuan, profesionalitas, pengalaman yang dimilikinya agar
dapat menghasilkan kinerja yang berkualitas (Agustina, Chairil & Wahyudi 2016: 6).
Guru dan dosen (termasuk tenaga kependidikan) merupakan salah satu komponen
satuan pendidikan yang sangat esensial karena mereka adalah sumberdaya aktif, sedangkan
komponen-komponen yang lain bersifat pasif misalnya kurikulum, dan dan sarana dan
prasarana. Tanpa campur tangan jasa guru dan dosen (pikiran, sikap, integritas, dan
sebagainya) komponen-komponen yang lain tidak ada artinya. Pengertian tentang pendidik,
UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 6, menyatakan “Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktor, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”. Jadi, guru dan
dosen termasuk pendidik.
Upaya berupa pengarahan dan pemberdayaan sumber daya tenaga kependidikan untuk
meningkatkan kinerja pegawai sehingga baik sumber daya manusia, maupun sumber daya
perusahaan lainnya dapat lebih produktif. Dengan demikian pemberdayaan tidak hanya
memulhkan dan mengembangkan nilai tambah bagi lembaga/perusahaan, tetapi juga nilai
tambah bagi para pegawainya.
Tenaga kependidikan sebagai karyawan dalam organisasi lembaga pendidikan, dan
sebagai hasil proses seleksi harus dikembangkan agar kemampuan mereka dapat mengikuti
perkembangan organisasi. Di dalam suatu organisasi, unit atau bagian yang mempunyai tugas
untuk pengembangan tenaga ini biasanya unit pendidikan dan pelatihan karyawan.
Pengembangan sumber daya manusia dapat diartikan sebagai upaya mempersiapkan
karyawan (sumber daya manusia) agar dapat bergerak dan berperan dalam organisasi sesuai
dengan pertumbuhan, perkembangan dan perubahan suatu organisasi.
Oleh sebab itu, kegiatan pemberdayaan tenaga kependidikan dirancang untuk
memperoleh karyawan-karyawan yang mampu berprestasi dan fleksibel untuk suatu
organisasi atau instansi dalam geraknya di masa depan. Pemberdayaan sumber daya manusia
merupakan suatu cara efektif untuk menghadapi beberapa tantangan yang dihadapi oleh
banyak perusahaan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan ?


2. Bagaimana Pemberdayaan tenaga pendidik dan kependidikan ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian Tenaga Pendidik dan Kependidikan


2. Untuk mengetahui Pemberdayaan Tenaga pendidik dan Kependidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Kamus besar bahasa Indonesia balai pustaka menyatakan bahwa pendidik adalah
orang yang mendidik. (Depdiknas, 2013:326). Pengertian tersebut memberikan kesan bahwa
pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Jika dari segi
bahasa pendidik dikatakan sebagai orang yang mendidik, maka dalam arti luas dapat
dikatakan bahwa pendidik adalah semua orang atau siapa saja berusaha dan memberikan
pengaruh terhadap pembinaan orang lain (peserta didik) agar tumbuh dan berkembang
potensinya menuju kesempurnaan.
Abuddin Nata (2010:159), pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab
memberikan pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya,
agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai
hamba dan khalifah Allah swt., dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan
sebagai makhluk individu yang mandiri.1
Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
pasal 1 ayat 5 dan 6 yang dimaksud dengan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat
yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Sedangkan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Dalam PP No. 38 tahun 1992 pasal 3 ayat 2 mengatakan
tenaga pendidik terdiri dari pembimbing, pengajar dan pelatih (Syaiful Sagala, 2007:23).2
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab XI pasal 39, pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Rahmat Hidayat dan Abdilah (2019:88) menjelaskan bahwa pendidik ialah mereka
yang bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak didiknya meliputi
aspek jasmani dan rohani (kognitif, afektif dan psikomotorik), yang menuntunnya ke arah
yang lebih baik dan mengantarkannya untuk menjadi hamba yang tunduk patuh kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Bukhari Umar (2010:83) menjelaskan bahwa pendidik adalah orang yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan
seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun
psikomotorik (karsa).

1
Wijaya, Candra 2019 “ Manajemen sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan”. Hal. 35-39.
2
Budiyanto, Cepi, 2022, “Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan”.

3
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I pasal 1, tenaga pendidik meliputi guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang
guru dan dosen mengartikan bahwa guru adalah pendidik dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidik adalah tenaga
profesional yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselorpamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain dengan kekhususannya yang bertanggung jawab
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak didiknya meliputi aspek jasmani dan rohani,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Sedangkan tenaga kependidikan menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Kemudian dipertegas dalam pasal
39 yang menyatakan bahwa tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.3
Selanjutnya pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
Tahun 2003 menjelaskan bahwa tugas tenaga kependidikan itu adalah melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Tenaga kependidikan merupakan hasil analisis jabatan yang dibutuhkan oleh suatu
sekolah atau satuan organisasi yang lebih luas. Sejalan dengan UU No. 22 Tahun 1999
tentang pemerintahan daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan provinsi sebagai daerah otonom, maka jenis-jenis tenaga kependidikan dapat
bervariasi sesuai kebutuhan organisasi yang bersangkutan.
Tenaga kependidikan merupakan seluruh komponen yang terdapat dalam instansi atau
lembaga pendidikan yang tidak hanya mencakup guru saja melainkan keseluruhan yang
berpartisipasi dalam pendidikan. Dilihat dari jabatannya, tenaga kependidikan dibedakan
menjadi tiga, yaitu:4
1. Tenaga struktural merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan-jabatan
eksekutif umum (pimpinan) yang bertanggung jawab baik langsung maupun tidak
langsung atas satuan pendidikan.
2. Tenaga fungsional merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan
fungsional yaitu jabatan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mengandalkan
keahlian akademis kependidikan.

3
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
4
Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd. 2012 “Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat”.

4
3. Tenaga teknis kependidikan merupakan tenaga kependidikan yang dalam pelaksanaan
pekerjaannya lebih dituntut kecakapan teknis operasional atau teknis administratif.
Berdasarkan paparan diatas tenaga kependidikan adalah tenaga profesional
yang berpartisipasi dalam penyelengaraan pendidikan di satuan pendidikan,
diantaranya: tata usaha, tenaga administrasi, laboran, pustakawan, pealtih
ekstrakurikuler, petugas kebersihan dan petugas keamanan.
B. Pemberdayaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Pendidik dan tenaga kependidikan adalah sumber daya manusia yang tersedia
di universitas, merupakan input yang sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar
serta prestasi akademik mahasiswa. Pemeberdayaan pendidik (dosen) dan tenaga
kependidikan adalah upaya memberikan kesempatan pendidik dan tenaga
kependidikan untuk menggunakan dan mengembangkan potensi keilmuan,
profesionalitas, pengalaman yang dimilikinya agar dapat menghasilkan kinerja yang
berkualitas, dan pada akhirnya meningkatkan prestasi akademik mahasiswa.
Program pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan harus diarahkan
kepada upaya yang memungkinkan pendidik dan tenaga kependidikan memberikan
layanan yang prima kepada mahasiswa serta mendapatkan pengakuan dan
penghargaan dari masyarakat. Dosen sebagai pihak yang memberikan berbagai hal
yang dibutuhkan siswa seperti pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Ini
menunjukkan bahwa keberadaan guru sangat penting sebagai pihak yang bertanggung
jawab dalam pendidikan Untuk itulah, sumber daya manusia pendidikan perlu segera
diberdayakan.5
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 45 dosen wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan
memenuhi kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.6
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 46 (1) kualifikasi akademik
dosen sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 diperoleh melalui pendidikan tinggi program
pascasarjana yang terakreditasi sesuai dengan bidang keahlian. (2) dosen memiliki kualifikasi
minimum: a. Lulusan program magister untuk program diploma atau program sarjana; dan b.
Lulusan program doktor untuk program pascasarjana. (3) setiap orang yang memiliki
keahlian dengan prestasi luar biasa dapat diangkat menjadi dosen. (4) Ketentuan lain
mengenai kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud, pada ayat (1) dan ayat (2) dan
keahlian dengan prestasi luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditentukan oleh
masing-masing senat akademik satuan pendidikan tinggi.7
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 47 Sertifikat pendidik untuk
dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 diberikan setelah memenuhi syarat sebagai
berikut:8

5
Prihatin, Eka. 2011. “Teori Administrasi Pendidikan”. Bandung:Alfabeta.
6
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 45
7
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 46
8
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 47

5
a. Memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik pada perguruan tinggi sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun;
b. Memiliki jabatan akademik sekurang-k-urangnya asisten ahli; dan
c. Lulus sertifikasi yang dilakukan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan program
pengadaan tenaga kependidikan pada perguruan tinggi yang ditetapkan oleh Pemerintah. (2)
Pemerintah menetapkan perguruan tinggi yang terakreditasi untuk menyelenggarakan
program pengadaan tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan. (3) Ketentuan lebih lanjut
mengenai sertifikat pendidik untuk dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan penetapan
perguruan tinggi yang terakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 48 (1) Status dosen terdiri
atas dosen tetap dan dosen tidak tetap. (2) Jenjang jabatan akademik dosen-tetap terdiri atas
asisten ahli, Iektor, lektor kepala, dan profesor. (3) Persyaratan untuk menduduki jabatan
akademik profesor harus memiliki kualifikasi akademik doktor. (4) Pengaturan kewenangan
jenjang jabatan akademik dan dosen tidak tetap ditetapkan oleh setiap satuan pendidikan
tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.9
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 51 dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, dosen berhak:10
a. peroleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial;
b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;
c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;
memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses sumber belajar, informasi,
sarana dan prasarana pembelajaran, serta penelitian dan pengabdian kepada. masyarakat;
e. memiliki kebebasan akademik, mimbar akademik, dan otonomi keilmuan;
f. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan menentukan kelulusan peserta didik;
dan
g. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi/organisasi profesi keilmuan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 52 (1) Penghasilan di atas
kebutuhan hidup minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) huruf a meliputi
gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain yang berupa tunjangan
profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, tunjangan kehormatan, serta maslahat
tambahan yang terkait dengan tugas sebagai dosen yang ditetapkan dengan prinsip
penghargaan atas dasar prestasi. (2) Dosen yang diangkat oleh satuan pendidikan tinggi yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah diberi gaji sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. (3) Dosen yang diangkat oleh satuan pendidikan tinggi yang

9
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 48
10
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 51

5
diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji berdasarkan perjanjian. kerja atau kesepakatan
kerja bersama.11
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 53 (1) Pemerintah
memberikan tunjangan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) kepada dosen
yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan
dan/atau satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat. (2) Tunjangan
profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok
dosen yang diangkat oleh Pemerintah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. (3)
Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan profesi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.12
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 54 (1) Pemerintah
memberikan tunjangan fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) kepada
dosen yang diangkat oleh Pemerintah. (2) Pemerintah memberikan subsidi tunjangan
fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) kepada dosen yang diangkat oleh
satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. (3) Tunjangan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara.13
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 55 (1) Pemerintah
memberikan tunjangan khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) kepada dosen
yang bertugas di daerah khusus. (2) Tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan setara dengan 1(satu) kali gaji pokok dosen yang diangkat oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. (3) Tunjangan khusus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belarija
negara. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.14
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 56 (1) Pemerintah
memberikan tunjangan kehormatan kepada profesor yang diangkat oleh penyelenggara
pendidikan atau satuan pendidikan tinggi setara 2 (dua) kali gaji pokok profesor yang
diangkat oleh Pemerintah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama. (2) Ketentuan
lebih lanjut mengenai tunjangan kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.15
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 57 (1) Maslahat tambahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1) merupakan tambahan kesejahteraan yang
diperoleh dalam bentuk tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan
penghargaan bagi dosen, serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra dan putri
dosen, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain. (2) Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah menjamin terwujudnya maslahat tambahan sebagaimana dimaksud pada

11
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 52
12
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 53
13
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 54
14
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 55
15
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 56

5
ayat (1). (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai maslahat tambahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.16
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 58 dosen yang diangkat oleh
penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh
masyarakat berhak memperoleh jaminan sosial tenaga kerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.17
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 59 (1) Dosen yang
mendalami dan mengembangkan bidang ilmu langka berhak memperoleh dana dan fasilitas
khusus dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah. (2) Dosen yang diangkat oleh
Pemerintah di daerah khusus, berhak atas rumah dinas yang disediakan oleh Pemerintah
dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan.18
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 60 dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, dosen berkewajiban: 19
a. Melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat;
b. Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran;
c. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
d. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama,
suku, ras, kondisi fisik tertentu, atau latar belakang sosioekonomi peserta didik dalam
pembelajaran;
e. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai
agama dan etika; dan
f. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Sedangkan untuk perbedaan antara dosen dengan tenaga kependidikan adalah persoalan
lainnya. Keduanya memang menjadi kekuatan di lingkungan pendidikan tinggi.
Artinya, tanpa dosen maka kegiatan pembelajaran di pendidikan tinggi tidak dapat berjalan
sebab tidak ada yang mengajarkan ilmu kepada mahasiswa. Namun, begitu juga sebaliknya.
Tanpa tenaga kependidikan maka perguruan tinggi akan kacau secara administrasi,
penampilan kampus secara fisik (misal tidak ada taman dan berantakan), perpustakaan
terbengkalai, dan lain sebagainya.
Sehingga tenaga kependidikan memiliki andil cukup besar dalam mendukung setiap kegiatan
pembelajaran di perguruan tinggi. Sayangnya, tenaga kependidikan ini jarang disebut dan
bahkan di dalam Undang-Undang. Hal ini kemudian membuat tenaga kependidikan tidak
mendapatkan tunjangan sebagaimana yang didapatkan dosen.

16
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 57
17
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 58
18
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 59
19
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 60

5
Persoalan gaji sendiri, gaji dosen diatur dalam Undang-Undang khususnya untuk dosen tetap
dan juga dosen PNS. Sementara untuk gaji tenaga kependidikan nantinya akan disesuaikan
dengan kebijakan dan juga perjanjian kerja yang telah disepakati kedua belah pihak.
Meskipun demikian, sesuai penjelasan sebelumnya keberadaan tenaga kependidikan sama
pentingnya dengan keberadaan dosen di perguruan tinggi. Sehingga meskipun tidak ada
Undang-Undang yang mengatur tentang tanggung jawab, sistem penggajian, tunjangan, dan
lain-lain. Perguruan tinggi akan tetap membutuhkan keberadaan mereka.
Perbedaan Dosen dan Guru
Pembahasan penting lainnya yang juga berhubungan dengan apa bedanya dosen dan tenaga
pendidik adalah perbedaan dosen dan guru. Baik dosen maupun guru adalah tenaga pendidik.
Keduanya sama-sama memiliki tugas untuk menyampaikan materi pembelajaran, sehingga
terjadi proses transfer ilmu dari tenaga pendidik ke peserta didik.
Perbedaaannya ternyata ada beberapa dan berikut detailnya:
1. Tempat Bertugas
Perbedaan pertama adalah dari tempat bertugas, dimana guru ditugaskan di sekolah
sementara dosen di perguruan tinggi. Guru bisa ditempatkan di sekolah sesuai kualifikasi
akademiknya. Misalnya saja lulusan PGSD akan mengajar di SD, jika lulusan pendidikan
PAUD maka mengajar di PAUD, dan seterusnya.
Sementara dosen bertugas di perguruan tinggi dan mengampu satu mata kuliah di satu
fakultas. Namun bisa juga mengampu lebih dari dua mata kuliah selama masih di satu jurusan
yang sama.
2. Kualifikasi atau Syarat Profesi
Syarat untuk menjadi dosen juga berbeda dengan syarat menjadi guru, salah satunya dari segi
kualifikasi akademik. Saat ini dosen wajib lulusan S2 atau Magister, sementara guru
diwajibkan lulusan pendidikan atau punya sertifikat kesetaraan. Sehingga dianggap punya
kompetensi pedagogik untuk menjadi guru profesional.
3. Tugas dan Kewajiban
Tugas guru mayoritas adalah seputar kegiatan pengajaran atau mengajar. Sementara dosen
lebih luas, sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya ada tugas untuk melakukan penelitian,
mengabdi kepada masyarakat, dan melakukan publikasi tulisan.

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat 5 dan 6 yang dimaksud
dengan tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab
XI pasal 39, pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi
pendidik pada perguruan tinggi.
Rahmat Hidayat dan Abdilah (2019:88) menjelaskan bahwa pendidik ialah mereka yang
bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak didiknya meliputi aspek
jasmani dan rohani (kognitif, afektif dan psikomotorik), yang menuntunnya ke arah yang
lebih baik dan mengantarkannya untuk menjadi hamba yang tunduk patuh kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidik adalah tenaga
profesional yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselorpamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain dengan kekhususannya yang bertanggung jawab
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak didiknya meliputi aspek jasmani dan rohani,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Pemeberdayaan pendidik (dosen) dan tenaga kependidikan adalah upaya memberikan
kesempatan pendidik dan tenaga kependidikan untuk menggunakan dan mengembangkan
potensi keilmuan, profesionalitas, pengalaman yang dimilikinya agar dapat menghasilkan
kinerja yang berkualitas, dan pada akhirnya meningkatkan prestasi akademik mahasiswa.
Perbedaan Dosen dan Guru Pembahasan penting lainnya yang juga berhubungan dengan apa
bedanya dosen dan tenaga pendidik adalah perbedaan dosen dan guru.

B. Saran
Demikian isi dari makalah ini. Penulis menyadari adanya banyak kekurangan dalam makalah
ini, karena sebab itu penulis berharap kepada bapak pengampu mata kuliah “Manajemen
Pendidikan Tinggi” untuk memberi tinjauan pada makalah ini, dan selanjutnya kepada
sahabat-sahabat pembaca yang budiman, penulis sangat mengharap kritikan, masukan, dan
saran sekalian pada makalah ini tentunya yang mana dengan harapan semoga dapat
membangun dan menjadikan motivasi terhadap saya agar dapat meningkatkan wawasan
berpikir terhadap penulis.

9
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, Candra 2019 “ Manajemen sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan”. Hal.
35-39.
Budiyanto, Cepi, 2022, “Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan”.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd. 2012 “Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat”.
Prihatin, Eka. 2011. “Teori Administrasi Pendidikan”. Bandung:Alfabeta.
Rahmad, Rafid. 2019. “KINERJA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
MUTUTENAGA PENDIDIK”
Tilaar, H. A. R. (1999). Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam era Globalisasi.
Jakarta: Ghia Indonesia.
Muh. Fitrah. (2017). Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal
Penjaminan Mutu Lembaga Penjaminan Mutu Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar, 3(1),
31–42.
Abdul Hadis, N. (2014). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Hermawan, B. (2017). Strategi Kepala Madrasah dalam Peningkatan Mutu Guru pada
Madrasah Tsanawiyah Negeri Kumai.
Wahyuni, S. (2013). Strategi Kepala Sekolah dalam meningkatkan mutu Guru (Studi
Deskriptif Kualitatif pada Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Seluma). Universitas Bengkulu.
Wahjosumidjo. (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teori dan
Permasalahannya . Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Permendikbud No. 6 Tahun 2018 tentang tugas pokok Kepala Sekolah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 6 Tahun 2018 Tentang Penugasan Guru
sebagai Kepala Sekolah.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 45-60.

10

Anda mungkin juga menyukai