Anda di halaman 1dari 17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode
pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan dengan
meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit
tunggal. Unit tunggal dapat berarti satu orang atau sekelompok penduduk
yang terkena suatu masalah (Notoatmodjo, 2014).
Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis pemberian Kompres
Hangat untuk Mengurangi Nyeri Dismenore pada Mahasiswi Tingkat I Prodi
D.III Keperawatan Lubuklinggau.

3.2 Subyek Penelitian


Subyek dalam penelitian ini adalah dua orang Mahasiswi Tingkat I di
Asrama Prodi Keperawatan Lubuklinggau yang sedang dismenore. Adapun
kriteria inklusi subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Klien bersedia menjadi responden penelitian.
b. Klien dalam keadaan dismenore berat terkontrol (skala 7-9).
c. Klien memiliki skala nyeri dismenore yang sama (skala 7-9).
d. Klien tidak sedang mengkonsumsi obat anti nyeri.
e. Klien dalam rentang rentang usia 18-21 tahun.
f. Klien kooperatif dalam tindakan Pemberian Kompres Hangat.

3.3 Fokus Studi


Fokus studi dalam penelitian ini adalah Berkurangnyan Nyeri
Dismenore pada Mahasiswi Tingkat I di Asrama Prodi Keperawatan
Lubuklinggau setelah dilakukan Pemberian Kompres Hangat.

49
Poltekkes Kemenkes Palembang
50

3.4 Definisi Operasional


a. Kompres hangat
Kompres Hangat adalah memberikan rasa hangat untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,
mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada
daerah tertentu (Uliyah dan Hidayat, 2008). Menggunakan buli-buli panas
(Warm Water Zack-WWZ).

b. Dismenore
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan
terjadi selama menstruasi (Nugroho dan Utama, 2014).

3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juli tahun 2017 di Asrama
Prodi Keperawatan Lubuklinggau.

3.6 Instrument Penelitian


Pada peneliti ini peneliti menggunakan pedoman observasi
(Checklist) yang terdiri dari SOP Kompres Hangat, skala nyeri Sederhana dan
lembar cheklist tentang dismenore yang telah dirancang sebelumnya dengan
memperhitungkan aspek-aspek yang terkait.

3.7 Pengumpulan Data


a. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan
observasi terhadap Berkurangnya nyeri dismenore pada Mahasiswi
Tingkat I yang mengalami dismenore, setelah dilakukan Kompres Hangat.

b. Langkah Pengumpulan Data


Pada penelitian ini cara pengumpulan data yang digunakan
adalah dengan melakukan observasi tindakan Kompres Hangat pada
Mahasiswi Tingkat I yang mengalami dismenore.

Poltekkes Kemenkes Palembang


51

\ Langkah–langkah pengumpulan data yaitu sebagai berikut:


a. Mengurus perijinan dengan pihak Prodi Keperawatan Lubuklinggau
dan Kepala Asrama Prodi Keperawatan Lubuklinggau.
b. Menjelaskan maksud, tujuan, dan waktu penelitian pada kepala asrama,
penanggung jawab ditempat penelitian dan melibatkan subyek kedalam
penelitian.
c. Menentukan subyek sesuai kriteria inklusi yang berada dalam fase
dismenore
d. Meminta subyek untuk menandatangani lembar informed consent
sebagai bukti persetujuan menjadi subyek penelitian.
e. Mengidentifikasi atau mendiskusikan kepada subyek tentang kompres
hangat untuk mengurangi nyeri dismenore .
f. Disepakati pemberian kompres hangat dilakukan adalah bertujuan
untuk pengobatan non farmakologi.
g. Menentukan skala nyeri dismenore klien dengan melihat hasil lembar
checklist dan skala syeri.
h. Melakukan kompres hangat sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan selama 15-20 menit.
i. Setelah 15-20 menit dilakukan Kompres hangat subyek diobservasi dan
dilakukan pemeriksaan skala nyeri kembali.
j. Melakukan pengolahan data.
k. Menyajikan hasil pengolahan data atau hasil penelitian dalam bentuk
tabel dan narasi.

c. Metode Pengolahan Data


Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif. Analisis
deskriptif adalah digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendiskripsikan data yang terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan
(Notoatmodjo, 2014).
Pengolahan data ini dilakukan untuk mengetahui perubahan
nyeri dismenore setelah dilakukan intervensi keperawatan manajemen

Poltekkes Kemenkes Palembang


52

nyeri dengan kompres hangat. Adapun cara menilai nyeri dismenore yaitu
dengan skala nyeri deskriptif sederhana, lembar checklist dan wawancara
langsung kepada responden.

3.8 Penyajian Data


Setelah dilakukan pengolahan data dan didapatkan hasil penelitian,
maka data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk teks (tekstular) dan
tabel.

3.9 Etika Penelitian


Menurut Notoadmodjo, 2014, secara garis besar dalam melaksanakan
sebuah penelitian ada empat prinsip yang harus dipegang teguh yakni :

a. Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect for Human


Dignity)
Peneliti perlu mempertimbang kan hak-hak subyek penelitian
untuk mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian. Disamping itu,
peneliti juga memberikan kebebasan kepada subyek untuk berpartisipasi
atau tidak berpartisipasi dalam penelitian.

b. Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subyek Penelitian (Respect for


Privacy and Confidentially)
Peneliti tidak boleh menampil kan informasi mengenai identitas
dan kerahasiaan identitas subyek.

c. Keadilan dan Inklusivitas/Keterbukaan (Respect for Justice an


Inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan
kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan peneliti
perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinip keterbukaan, yakni dengan
menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa
semua obyek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang
samatan pamembedakan gender, agama, etnis dan sebagainya.

Poltekkes Kemenkes Palembang


53

d. Memperhatikan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan (Balancing


Harms and Benefits)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subyek penelitian pada
khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang
merugikan bagi subyek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat
mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun
kematian subjek penelitian.

Poltekkes Kemenkes Palembang


54

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Asrama Prodi Keperawatan
Lubuklinggau. Program Studi Diploma III Keperawatan Lubuklinggau
berkembang dari Sekolah Perawatan Kesehatan (SPK) yang didirikan
Pemerintah Tahun 1983 dengan misi utama melahirkan Perawat.
Selanjutnya pada Tahun 2002 SPK berubah menjadi Akademi
Keperawatan Departemen Kesehatan RI yang di dirikan pada tanggal
16 April 2001 dengan Nomor SK Menkesos No 298/Menkesos/SK/I/
V/2001. Sedangkan penataan lokasi pelaksanaan Prodi Studi pada
beberapa jurusan Politeknik Kesehatan Palembang berdasarkan SK
Kepmenkes RI No.1049/Menkes/SK/VII/2003 tanggal 15 Juli 2003.
Secara pengelolaan Prodi Keperawatan Lubuklinggau dibawah
jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang.
Prodi Studi DIII Keperawatan Poltekkes Palembang telah di
Akreditasi oleh LAMPT-Kes dengan status terakreditasi dengan
peringkat B (Baik/Good), nilai 309 (tiga ratus sembilan) berdasarkan
SK Pengurus Perkumpulan Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan
Tinggi Kesehatan Indonesia (perkumpulan LAM-PTKes) tanggal 24
desember 2016 berdasarkan SK LAM PTKes No.0323/LAM
PTKes/Akr/Dip/I/2016.

a. Visi dan Misi


Visi Program Studi Keperawatan Lubuklinggau yakni menjadi
institusi pendidikan tinggi Diploma III Keperawatan yang
professional dan bermoral serta kompetitif Tahun 2020.

Poltekkes Kemenkes Palembang


55

Misi Program Studi Keperawatan Lubuklinggau adalah :


1. Menyelenggarakan Layanan Tridarma Perguruan Tinggi di Bidang
Keperawatan yang Akuntabel.
2. Memberi Dukungan Pengembangan Moral dan Etika Lulusan
Sehingga Mampu Mengaplikasikan Kemampuan Akademiknya
secara Professional.
3. Meningkatkan Kualitas Lulusan dengan Unggulan Keperawatan
Gawat Darurat.

4.1.2 Gambaran Lokasi Penelitian


Dalam studi kasus ini dipilih 2 orang sebagai subyek studi
kasus yaitu Subyek I dan Subyek II.
Kedua subyek ini sudah sesuai dengan kriteria inklusi yang
telah ditetapkan.

Subyek I
Subyek I dengan inisial Nn.D berusia 19 tahun, beragama Islam,
pendidikan terakhir SMA. Nn.D mengatakan mengalami menarche
pada saat umur 16 tahun. Nn.D mengatakan sejak pertama menstruasi
mengalami dismenore yang tak tertahankan. Nn.D sudah Pernah
kedokter dan mengkonsumsi obat anti nyeri satu hari sebelum
dismenore dan ketika dismenore berlangsung serta belum pernah
dilakukan pemberian kompres hangat. Siklus menstruasi pada Nn.D
biasanya teratur yaitu berkisar antara 21-33 hari setiap bulannya.
Nn.D bisa mengganti 4-6 Kali pembalut dalam sehari disertai darah
yang menggumpal dan darah merah segar. Terkadang Nn.D
mengalami pusing, keringat dingin, mual dan berasa mau pingsan.
Nn.D mengungkapkan hari ini menstruasi pertama dan mengalami
dismenore serta tidak dalam mengkonsumsi obat anti nyeri dengan
skala nyeri 8.

Poltekkes Kemenkes Palembang


56

Subyek II
Subyek II dengan inisial Nn.M berusia 19 tahun, beragama Islam,
pendidikan terakhir SMA. Nn.M megalami menarche pada saat usia
14 tahun Nn.M mengatakan sering mengalami dismenore, sudah
pernah kerumah sakit dan mengkonsumsi obat anti nyeri satu hari
sebelum dismenore dan ketika dismenore berlangsung serta belum
pernah dilakukan pemberian kompres hangat. Siklus menstruasi pada
Nn.M biasanya teratur yaitu 22-28 hari setiap bulannya. Nn.M bisa
mengganti 4-6 pembalut dalam sehari disertai darah yang
menggumpal dan darah merah segar, terkadang Nn.M mengalami
pusing dan Keringat dingin. Nn.M mengungkapkan hari ini menstruasi
pertama dan mengalami dismenore serta tidak dalam mengkonsumsi
obat anti nyeri dengan skala nyeri 7.

4.1.3 Pemaparan Fokus Studi


4.1.3.1 Hasil Pengkajian Awal
Berdasarkan tahap proses keperawatan, maka langkah
pertama yang harus dilakukan adalah pengkajian. Dalam
studi kasus ini pengkajian awal yang dilakukan berfokus pada
keterangan subyek yang dapat mempengaruhi involusi uterus.
Berdasarkan hasil studi, dapat diketahui bahwa saat
pengkajian awal terhadap subyek dapat dilihat seperti pada
tabel 4.1.
TABEL 4.1
HASIL PENGKAJIAN (OBSERVASI) AWAL DUA ORANG
SUBYEK
Subyek
Aspek yang dinilai
I (Nn.D) II (Nn.M)
Usia 19 Tahun 19 Tahun
Menarche 16 Tahun 14 Tahun
Dismenore Hari 1 1
Medikasi pernah Kedokter Pernah Kedokter

Poltekkes Kemenkes Palembang


57

dan biasanya meng dan biasanya meng


konsumsi obat anti konsumsi obat anti
nyeri satu hari sebe nyeri satu hari sebe
lum dismenore dan lum dismenore dan
selama dismenore ber selama dismenore ber
langsung langsung
Pernah dilakukan Belum pernah Belum pernah
Kompres hangat
Siklus menstruasi Teratur, berkisar 22- Teratur, berkisar 22-
33 hari 28 hari
Personal Hygiene Ganti Pembalut 4-6 Ganti Pembalut 4-6
kali/hari kali/hari
Keluhan pusing, keringat di pusing dan Keringat
ngin, mual dan berasa dingin
mau pinsan
Skala Nyeri 8 7

TABEL 4.2
PENGKAJIAN HARI KE-DUA

Subyek
Aspek yang dinilai
I (Nn.M) II (Nn.M)
Usia 19 Tahun 19 Tahun
Menarche 16 Tahun 14 Tahun
Dismenore Hari ke 2 2
Medikasi Tidak Tidak
Pola Aktivitas  Kegiatan harian:  Kegiatan harian :
Membersihkan membersihkan
kamar, mencuci kamar, mencuci
 Keluhan dalam akti  Keluhan dalam akti
vitas : Tidak ada vitas : Tidak ada
Personal Hygiene  Penggunaan  Pemggunaan
Pembalut : Ya Pembalut : Ya
 Kebersihan : 4x/  Kebersihan : 3x/
hari hari
 Penggunaan  Penggunaan
pembalut hari ke : 2 pembalut hari ke : 2
 Keadaan darah :  Keadaan darah :
darah merah segar, darah merah segar,
dan menggumpal. dan menggumpal.

Poltekkes Kemenkes Palembang


58

Keluhan pusing, keringat di pusing dan Keringat


ngin dingin
Skala Nyeri 6 6

TABEL 4.3
PENGKAJIAN HARI KE-TIGA

Subyek
Aspek yang dinilai
I (Nn.D) II (Nn.M)
Usia 19 Tahun 19 Tahun
Menarche 16 Tahun 14 Tahun
Dismenore Hari ke 3 3
Medikasi Tidak Tidak
Pola Aktivitas  Kegiatan harian:  Kegiatan harian :
Membersihkan membersihkan
kamar, mencuci kamar, mencuci
 Keluhan dalam akti-  Keluhan dalam akti-
vitas : Tidak ada vitas : Tidak ada
Personal Hygiene  Penggunaan  Penggunaan
Pembalut : Ya Pembalut : Ya
 Kebersihan : 4x/  Kebersihan : 3x/
hari hari
 Penggunaan  Penggunaan
pembalut hari ke : 3 pembalut hari ke : 3
 Keadaan darah :  Keadaan darah :
darah merah segar, darah merah segar,
dan menggumpal. dan menggumpal.
.
Keluhan Pusing pusing
Skala Nyeri 4 4

4.1.3.2 Hasil Evaluasi subyek sesudah dilakukan Interensi Keperawatan


dengan Kompres hangat

Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa sesudah dilakukan


intervensi keperawatan dengan menggunakan Kompres Hangat, maka
Nyeri berkurang dapat dilihat pada tabel 4.4 dan 4.5.

Poltekkes Kemenkes Palembang


59

Subyek I
TABEL 4.4
EVALUASI BERKURANGNYA NYERI DISMENORE
SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN INTERVENSI
KEPERAWATAN DENGAN KOMPRES HANGAT PADA
SUBYEK I

Skala Nyeri
Dismenore
No Hari Ke JAM Sebelum Sesudah
dilakukan dilakukan Nyeri
Hipnoterapi Hipnoterapi Biasanya
1 1 (Satu) 16.00- 8 (Nyeri 6 (Nyeri 8 (Nyeri
16.20 berat sedang) berat
WIB terkontrol) terkontrol)
2 2 (Dua) 16.00- 6 (Nyeri 4 (Nyeri 7-8 (Nyeri
16.20 sedang) Sedang) berat
WIB terkontrol)
3 3 (Tiga) 16.00- 4 (Nyeri 3 (Nyeri 5-6 (Nyeri
16.20 Sedang ringan) sedang)
WIB

Subyek II
TABEL 4.5
EVALUASI BERKURANGNYA NYERI DISMENORE
SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN INTERENSI
KEPERAWATAN DENGAN KOMPRES HANGAT PADA
SUBYEK II

Skala Nyeri
Dismenore
JAM Sebelum Sesudah
No Hari Ke
dilakukan dilakukan Nyeri
Hipnoterapi Hipnoterapi Biasanya
1 1 (Satu) 16.00- 7 (Nyeri 6 (Nyeri 7 (Nyeri
16.20 berat sedang) berat
WIB terkontrol) terkontrol)
2 2 (Dua) 16.00- 6 (Nyeri 4 (Nyeri 7 (Nyeri
16.20 sedang) sedang) berat
WIB terkontrol )
3 3 (Tiga) 16.00- 4 (Nyeri 2 (Nyeri 5-6 (Nyeri
16.20 Sedang) ringan) sedang)
WIB

Poltekkes Kemenkes Palembang


60

DIAGRAM 4.1
EVALUASI BERKURANGNYA NYERI DISMENORE
SETELAH DILAKUKAN INTERENSI KEPERAWATAN
DENGAN KOMPRES HANGAT PADA SUBYEK I

16
14
12
10
8
6
4
2
0
Dismenore Hari ke Dismenore Hari Ke Dismenore Hari ke
1 2 3

Berdasarkan Diagram 4.1 diketahui bahwa setelah dilakukan


Kompres Hangat selama 3 hari berturut-turut ada berkurangnya Nyeri
dismenore pada subyek I.

DIAGRAM 4.2
EVALUASI BERKURANGNYA NYERI DISMENORE
SETELAH DILAKUKAN INTERENSI KEPERAWATAN
DENGAN KOMPRES HANGAT PADA SUBYEK II
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Dismenore Hari ke Dismenore Hari Ke Dismenore Hari ke
1 2 3

Berdasarkan Diagram 4.2 diketahui bahwa setelah dilakukan


Kompres Hangat selama 3 hari berturut-turut ada berkurangnya Nyeri
dismenore pada subyek II.

Poltekkes Kemenkes Palembang


61

4.2. Pembahasan
Dari hasil penelitian tentang Kompres Hangat pada subyek
Dismenore diperoleh hasil Berkurangnya nyeri Dismenore setelah dilakukan
Kompres Hangat.

4.2.1 Tingkat nyeri Dismenore sebelum diberikan kompres hangat


Berdasarkan tabel 4.4 dan 4.5 penelitian yang telah dilakukan
pada Mahasiswi Tingkat I Prodi D.III Keperawatan Lubuklinggau
pada subyek I di dapatkan tingkat nyeri dismenore sebelum
diberikan kompres hangat nyeri berat terkontrol dengan skala nyeri
8. pada subyek II di dapatkan tingkat nyeri dismenore sebelum
diberikan kompres hangat yaitu nyeri berat terkontrol dengan skala
nyeri 7. Nilai nyeri dismenore sebelum diberikan kompres hangat
pada kedua subyek dengan kategori nyeri berat terkontrol. Nyeri
haid yang terjadi pada mahasiswi ini disebabkan banyak hal, salah
satunya berkaitan dengan faktor endokrin yaitu peningkatan kadar
prostaglandin (Anwar, 2011), ketika menstruasi meluruhlah bagian
yang terluar itu dan mengenai lapisan lainnya yang mengakibatkan
nyeri. Nyeri timbul sebagai reaksi pengeluaran mediator inflamasi
(radang) yang dinamakan prostaglandin. Berdasarkan hasil
penelitian didapatkan subyek I dan subyek II yang mengalami nyeri
dismenore pada hari pertama dan kedua menstruasi dan merasakan
nyeri yang menjalar dari perut ke pinggang. Sesuai dengan teori
dismenore adalah rasa sakit yang menyerupai kejang, terasa diperut
bagian bawah, biasanya dimulai 24 jam sebelum haid, dan
berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid (Surtiretna,
2001).
Dismenore adalah nyeri di perut bawah, menyebar ke daerah
pinggang, dan paha. Dismenore adalah nyeri kram (tegang) daerah
perut mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid
dan dapat bertahan selama 24- 36 jam meskipun beratnya hanya

Poltekkes Kemenkes Palembang


62

berlangsung selama 24 jam pertama. Nyeri ini timbul tidak lama


sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan
berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat
berlangsung beberapa hari sebelum, sesudah dan selama menstruasi
(Wiknjosastro, 2007).
Menurut asumsi peneliti, intensitas nyeri setiap individu
berbeda-beda dipengaruhi oleh deskriptif individu tentang nyeri,
persepsi dan pengalaman nyeri. Setiap orang memberikan persepsi
serta reaksi yang berbeda satu sama lain tentang nyeri yang
dirasakan oleh setiap orang. Ini disebabkan karena nyeri merupakan
perasaan subyektif yang hanya individu itu sendiri yang tahu tingkat
nyeri yang dirasakannya. Sedangkan peneliti hanya bergantung
kepada instrument yang digunakan untuk mengukur nyeri subyek.

4.2.2 Tingkat Nyeri Dismenore Sesudah Diberikan Kompres Hangat


Berdasarkan tabel 4.4 dan 4.5 penelitian yang telah
dilakukan pada Mahasiswi Tingkat I Prodi D.III Keperawatan
Lubuklinggau pada subyek I dan subyek II di dapatkan tingkat nyeri
dismenore sebelum diberikan kompres hangat nyeri berat terkontrol
subyek I dengan skala nyeri 8 dan subyek II dengan skala nyeri 7
kemudian setelah dilakukan intervensi kompres hangat 15-20 menit
selama 3 hari berturut turut pada subyek I dan Subyek II
berkurangnya nyeri dismenore menjadi kategori nyeri ringan.
Subyek I setelah dilakukan Kompres hangat pada hari ke-1 yaitu
skala nyeri berat terkontrol 8 berkurang menjadi skala 6, pada hari
ke-2 yaitu skala nyeri 6 berkurang menjadi 4, pada hari ke-3 yaitu
skala nyeri 4 berkurang menjadi skala nyeri 3. Pada subyek I nyeri
dismenore mengalami pengurangan yang sangat baik dan sedikit
berbeda dari Subyek II.

Poltekkes Kemenkes Palembang


63

Subyek II Setelah dilakukan kompres hangat pada hari ke-1


yaitu skala nyeri berat terkontrol 7 berkurang menjadi skala 6, pada
hari ke-2 yaitu skala nyeri 6 berkurang menjadi 4, pada hari ke-3
yaitu skala nyeri 4 berkurang menjadi 2. Berkurangnya nyeri
dismenore pada kedua subyek penelitian dikarenakan pemberian
kompres hangat pada mahasiswi yang mengalami dismenore.
Kompres hangat bertujuan agar meningkatkan sirkulasi
aliran darah ke bagian yang nyeri, menurukan ketegangan otot
dimana dapat meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri
akibat drai spasma atau kekakuan, dan juga memberikan rasa
nyaaman (Bazdiad, 2008). Kompres hangat dengan menggunakan
buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran
pembuluhdarah sirkulasi menjadi lancar dan akan menjadi
ketegangan otot, sesudah otot miometrium rilek, rasa nyeri yang
dirasakan berangsur-angsur berkurang bahkan hilang (Merdianita,
2013).
Pada proses penelitian, peneliti memberikan kompres
hangat dengan menggunakan buli buli yang diisi air hangat dengan
suhu 40-43,5oC yang diukur dengan mengunakan thermometer air.
Pengompresan dilakukan pada perut bagian bawah selama 15-20
menit. Sebelum dan sesudah pengompresan dilakukan pengukuran
dengan lembar checklis skala nyeri yang diisi oleh subyek I dan
subyek II.

4.2.3 Pemberian Kompres Hangat Untuk Mengurangi Nyeri Dismenore


Media yang digunakan pada penelitian adalah buli-buli yang
terbuat dari bahan karet. Penanganan nyeri secara non farmakologi
yang efektif yaitu dengan terapi kompres hangat (thermal terapy).
Pemberian kompres hangat ini selain biayanya murah juga sangat
mudah dilakukan oleh setiap wanita, prinsipnya adalah memberikan
panas dengan suhu 40-43,5OC pada daerah yang mengalami nyeri

Poltekkes Kemenkes Palembang


64

dan pengompresan dilakukan dengan menggunakan penghantar


panas yang baik seperti kaca atau logam ( alumunium, besi, tembaga,
dan seng) dilapisi dengan kain dimana akan terjadi pemindahan
panas dari botol ke dalam tubuh (Hestiantoro, 2009).
Kompres hangat mampu mengurangi kemampuan neuron
sensori eferens dalam menstramisikan nyeri menstruasi. Adanya
pemberian kompres hangat dapat dirasakan perbedaan tingkat nyeri
sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat.
Dismenore timbul karena proses menstruasi merangsang
otot-otot rahim kontraksi. Kontraksi ini menyebabkan otot-otot
disekitar rahim merangsang terasa di rahim tetapi dirasakan pada
bagian tubuh yang lain yang mendapatkan persyarafan yang sama
dengan rahim seperti otot-otot dasar panggul dan daerah dilakukan
pada bagian tubuh yang sakit. Pada kasus dismenore kompres hangat
dapat dilakukan pada bagian perut bawah selama 20 menit
(Mardjono, 2010).
Kompres hangat efektif untuk meningkatkan aliran darah ke
bagian yang terinjuri. Pemberian kompres hangat yang
berkelanjutan berbahaya terhadap sel-sel epitel, menyebabkan
kemerahan kelemahan local dan biasa terjadi kelumpuhan bila
kompres hangat diberikan satu jam atau lebih (parjoto, 2006). Maka
dari itu pada penelitian ini hanya diberikan kompres hangat selama
15-20 menit dengan suhu 40-43,5oC. karena jika terlalu lama akan
terjadi kelumpuhan dan kemerahan. Hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa kompres hangat efektif untuk mengurangi nyeri dismenore.
Proses, suhu dan waktu yang sesuai dalam melakukan pemberian
kompres hangat sangat berpengaruh untuk mengurangi nyeri
dismenore. Sehingga peneliti melakukan pengompresan sesuai
dengan prosedure yang sudah ditentukan.

Poltekkes Kemenkes Palembang


65

4.3. Keterbatasan Penulis


Dalam studi kasus ini penulis menemui hambatan sehingga menjadi
keterbatasan dalam penyusunan studi kasus ini. Keterbatasan dalam peneli
tian ini adalah Peneliti belum memiliki data mahasiswa yang mengalami
dismenore sehingga peneliti harus melakukan studi pendahuluan terlebih
dahulu dan peneliti juga tidak bisa menemukan subjek yang memiliki skala
nyeri yang sama, meskipun interpretasi nyeri sama sama nyeri berat
terkontrol tetapi skala nya berbeda, pada subjek I dengan skala nyeri 8 dan
subjek II dengan skala nyeri 7.

Poltekkes Kemenkes Palembang

Anda mungkin juga menyukai