By : Sukron Ma’mun
Konsep diri adalah gambaran yang ada pada diri individu yang berisi tentang bagaimana
individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri,
bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian atas dirinya sendiri serta
bagaimana individu menginginkan dirinya sendiri sebagai manusia yang diharapkan.
Konsep diri tidak hanya mempengaruhi individu dalam karakter tetapi juga tingkat kepuasan
yang diperoleh dalam hidupnya. Setiap individu pasti memiliki konsep diri dan dapat
berkembang menjadi konsep diri positif maupun negatif, namun demikian kita pada
umumnya tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu negatif atau positif. Individu yang
memiliki konsep diri positif akan memiliki dorongan untuk mengenal dan memahami dirinya
sendiri. Dalam hal ini individu dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu
menginstropeksi diri atau lebih mengenal dirinya melalui kelebihan dan kelemahan yang
dimiliki, Sedangkan individu yang memiliki konsep diri negatif, ia tidak memiliki kestabilan
perasaan dan keutuhan diri, juga tidak mampu mengenal diri sendiri baik kelebihan maupun
kelemahan serta potensi yang dimiliki. Individu yang memiliki konsep diri negatif adalah
individu yang pesimis, merasa dirinya tidak berharga, dan tidak tahan dengan kritikan yang
diberikan kepadanya
Konsep diri memiliki tiga komponen utama, yaitu komponen perseptual
yaitu image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan yang ditampilkan pada
orang lain, komponen ini sering disebut physical self-concept. Kedua, komponen konseptual
yaitu konsepsi seseorang mengenai karakteristik khusus yang dimiliki, baik kemampuan dan
ketidakmampuannya, latar belakang serta masa depannya. Komponen ini sering
disebut psycological self-concept, yang tersusun daribeberapa kualitas penyesuaian diri,
seperti pendirian yang teguh dan kebalikannya dari sifat-sifat tersebut. Ketiga, komponen
sikap yaitu perasaan seseorang tentang diri sendiri, sikap terhadap statusnya sekarang dan
prospeknya di masa depan, sikap terhadap harga diri dan pandangan diri yang dimilikinya.
*NOTE :
1. Aksi nyata harian bisa memilih 1 topik setiap harinya untuk dikerjakan dirumah dan
dikumpulkan pada hari berikutnya, bisa juga menggunakan google form (bebas)
2. Membuat Modul kegiatan (sesuai template word)
3. Membuat tampilan untuk mengajar di kelas (template ppt)
4. LK bila ada
MODUL
KEGIATAN FASILITASI PROJEK PELAJAR PANCASILA
KELAS X TEMA 1 : Tipe kepribadian
Topik Hari ke 4
Tipe Kepribadian Jam ke 2
Dimensi PENDAHULUAN
Berpikir Kritis • Fasilitator mengisi agenda kelas dan cek daftar hadir
• Fasilitator menyiapkan 4 lembar HVS masing-masing berisi makanan
yang mengandung Karbohidrat
• Fasilitator membuka kelas dengan berdoa dan motivasi siswa
INTI
• Fasilitator memutar video
https://www.youtube.com/watch?v=D63vjVxKpyI
PENUTUP
• Fasilitator memberikan umpan balik, membacakan pesan kunci
Ada 4 Tipe Karakter Manusia Menurut Psikologi, Siswa yang Mana Nih?
Jakarta - Setiap orang memiliki sifat dan karakter masing-masing yang membedakannya
dengan orang lain. Karakter ini seringkali berguna dalam kehidupan sosial atau menghadapi
suatu masalah.
Dalam teori psikologi, terdapat empat temperamen (the four temperaments) yang berasal
dari kumpulan sifat seseorang yang terbentuk sejak lahir. Seiring berjalannya waktu,
temperamen manusia mungkin saja berkembang meski pada dasarnya tetaplah sama.
Satu orang bisa memiliki lebih dari satu temperamen, dengan dominasi salah satunya. Untuk
mengenali setiap karakter, berikut ini penjelasannya dikutip dari akun instagram Dinas
Pendidikan Jawa Barat (Disdik Jabar).
1. Tipe Sanguinis
Orang dengan kepribadian sanguinis sering dikaitkan dengan sikap mereka yang suka
bersosialisasi, berpetualang, mencari kesenangan juga tantangan. Selain itu, tipe ini juga
dikenal dengan ciri-ciri:
Mudah bergaul
Aktif
Optimistis
Impulsif
Humoris
Ekspresif
Kompetitif
2. Tipe Melankolis
Tipe melankolis sering terlihat pada orang dengan karakter yang cenderung privat, analitis,
dan faktual dalam berkomunikasi. Seseorang dengan tipe ini membutuhkan informasi, waktu
untuk berpikir dan rencana yang detail agar bisa berfungsi secara efektif. Mereka juga
memiliki ciri-ciri di antaranya:
Sangat detail
Sensitif
Cemas jika berada di lingkungan baru
Cenderung introvert
Mudah curiga
Teliti
Baca juga:
Manipulatif Itu Apa Sih? Ini Ciri, Penyebab, dan Cara Menghadapi Sifatnya
3. Tipe Plegmatis
Orang dengan tipe ini cenderung lebih relaks, tenang, dan bisa dibilang easy going. Mereka
juga punya niat yang baik dalam hal simpati dan peduli dengan orang-orang sekitar. Tapi
mereka cenderung menyembunyikan emosi yang sebenarnya dan cukup mudah
berkompromi yang memiliki ciri-ciri antara lain:
Tenang/kalem
Setia
Cenderung menghindari konflik
Senang menolong sesama
Sulit beradaptasi dengan kebiasaan baru
4. Tipe Koleris
Tipe terakhir ada koleris yang mudah dilihat dari seseorang yang ambisius, kompetitif, dan
fokus dengan tujuannya. Orang dengan kepribadian ini juga dikenal sebagai orang yang
sangat tegas. Ciri lain yang bisa dilihat dari tipe koleris adalah sebagai berikut:
Cerdas
Analitis dan logis
Tidak terlalu suka basa-basi
Konsisten
Percaya diri
Mandiri
Kreatif
Itulah empat tipe karakter manusia menurut teori psikologi. Siswa termasuk tipe yang
mana?
*NOTE :
1. Aksi nyata harian bisa memilih 1 topik setiap harinya untuk dikerjakan dirumah dan
dikumpulkan pada hari berikutnya, bisa juga menggunakan google form (bebas)
2. Membuat Modul kegiatan (sesuai template word)
3. Membuat tampilan untuk mengajar di kelas (template ppt)
4. LK bila ada
MODUL
KEGIATAN FASILITASI PROJEK PELAJAR PANCASILA
KELAS X TEMA 1 : Manajemen Emosi dan Stress
Topik Hari ke 4
Manajemen Emosi
dan Stress Jam ke 3
Dimensi PENDAHULUAN
Berpikir Kritis • Fasilitator mengisi agenda kelas dan cek daftar hadir
INTI
• Fasilitator memutar video
https://www.youtube.com/watch?v=gRQCyQxj9Jg
PENUTUP
• Fasilitator memberikan umpan balik, membacakan pesan kunci
Kondisi emosi dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu emosi negatif yang terjadi akibat
adanya hubungan yang mengancam atau kondisi menyakitkan seperti: marah, kecemasan,
rasa malu atau bersalah, kesedihan, kecemburuan, dan jijik, sedangkan emosi positif terjadi
akibat adanya suatu keadaan yang menguntungkan seperti reaksi dari kebahagiaan, rasa
senang, bangga, cinta, penghargaan, dan perasaan terharu atau belas kasih (Mashar, 2011).
...
... Terdapat beberapa cara yang dilakukan orang tua dalam memberi stimulasi terhadap
kecerdasan emosi anak di antaranya yaitu (1) orang tua harus meninjau kembali dan
memperbaiki pola asuh yang diterapkan selama ini kepada anak, dan menerapkan pola asuh
yang bertolak belakang dengan kebiasaan yang dilakukan selama ini (2) memberikan
perhatian pada tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosi (3) melatih anak untuk
mengenali emosi diri sendiri dan cara mengelola emosi tersebut serta mengenali emosi
orang lain (Mashar, 2011). Pola asuh dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan orang tua
dalam mendidik dan merawat anak, kemampuan orang tua dalam mengolah emosi dengan
baik pada diri sendiri dan orang lain dan pola asuh yang tepat merupakan hasil darisebuah
ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk keluarga yang memiliki kecerdasan
sosialemosional yang baik (Robbiyah, Ekasari, & Witarsa, 2018). ...
... Kecerdasan emosi sangat penting di kembangkan dan distimulasi sejak dini, anak yang
kecerdasan emosi baik terlihat bahagia, bermotivasi tinggi, orang tua yang mengambil peran
terbesar harus terlebih dahulu memiliki kecerdasan emosi dalam dirinya sebelum
mengembangkan kecerdasan emosi anak (Mashar, 2011). Anak usia dini sering menunjukan
respon emosi yang dapat diamati dan diupayakan pengembangannya yaitu (1) membiarkan
dirinya nyaman dalam kondisi tertekan (stress) upaya yang dapat membantu stress yang
dialami anak yaitu membacakan buku cerita, memberikan benda yang dapat menstimulasi
anak bisa mengungkapkan perasaannya, memberikan mainan besar yang bisa dipeluk, dll. ...
*NOTE :
1. Aksi nyata harian bisa memilih 1 topik setiap harinya untuk dikerjakan dirumah dan
dikumpulkan pada hari berikutnya, bisa juga menggunakan google form (bebas)
2. Membuat Modul kegiatan (sesuai template word)
3. Membuat tampilan untuk mengajar di kelas (template ppt)
4. LK bila ada
MODUL
KEGIATAN FASILITASI PROJEK PELAJAR PANCASILA
KELAS X TEMA 1 : Kesehatan mental
Topik Hari ke 4
Kesehatan Mental
Dimensi PENDAHULUAN
Berpikir Kritis • Fasilitator mengisi agenda kelas dan cek daftar hadir
INTI
• Fasilitator memutar video
https://www.youtube.com/watch?v=NuXJ12pSim0
PENUTUP
• Fasilitator memberikan umpan balik, membacakan pesan kunci
1777
Elsa Savitrie, SKM, M.Kes - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
*NOTE :
1. Aksi nyata harian bisa memilih 1 topik setiap harinya untuk dikerjakan dirumah dan
dikumpulkan pada hari berikutnya, bisa juga menggunakan google form (bebas)
2. Membuat Modul kegiatan (sesuai template word)
3. Membuat tampilan untuk mengajar di kelas (template ppt)
4. LK bila ada
MODUL
KEGIATAN FASILITASI PROJEK PELAJAR PANCASILA
KELAS X TEMA 1 : Gangguan Mental remaja
Topik Hari ke 4
Gangguan Mental
Remaja
Dimensi PENDAHULUAN
Berpikir Kritis • Fasilitator mengisi agenda kelas dan cek daftar hadir
INTI
• Fasilitator memutar video
https://www.youtube.com/watch?v=5Y76XIgwVyI
PENUTUP
• Fasilitator memberikan umpan balik, membacakan pesan kunci
Ciri-Ciri Gangguan Mental pada Remaja yang Perlu Orang Tua Tahu
Ciri-ciri gangguan mental pada remaja sering kali terabaikan karena dianggap
sebagai hal yang wajar terjadi di masa pubertas. Padahal, jika tidak ditangani
dengan baik, kondisi ini bisa berdampak buruk bagi perkembangan emosi,
kehidupan sosial, dan kesehatan fisik anak remaja.
Gangguan mental sudah bisa dijumpai di usia remaja. Diperkirakan ada sekitar 49,5%
remaja berusia 13–18 tahun mengalami gangguan mental, dan 22,2% di antaranya
menderita penyakit mental yang berat.
Pada remaja, masalah kesehatan mental yang umum dialami adalah PTSD, ADHD,
gangguan kecemasan umum, gangguan makan, skizofrenia, gangguan bipolar,
dan depresi.
Gangguan kesehatan mental pada remaja tak jarang memicu tindakan bunuh diri.
Bahkan, sekitar 47% kasus bunuh diri di Indonesia terjadi pada anak usia remaja dan
dewasa muda. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk mengenal tanda-tanda
gangguan mental pada remaja.
Ciri-Ciri Gangguan Mental pada Remaja
Mendeteksi ciri-ciri gangguan mental pada remaja tidaklah mudah. Banyaknya hal
baru yang ditemui dan dipelajari dapat memicu anak di usia pubertas mengalami
perubahan perilaku atau suasana hati.
Kendati demikian, perubahan tersebut tidak bisa lagi dianggap normal jika sudah
mengganggu kehidupan sehari-hari dan tidak sesuai dengan usianya.
Pada setiap anak, ciri-ciri gangguan mental yang muncul bisa berbeda-beda,
tergantung usia, jenis penyakit yang dialami, dan tingkat keparahannya. Namun,
secara garis besar, anak remaja dengan gangguan mental akan menunjukkan tanda-
tanda berikut ini:
1. Tidak bisa mengontrol emosi
Anak remaja yang punya gangguan mental biasanya tidak mampu mengelola emosi
atau terkesan lebih sensitif. Ia bisa merasa sedih yang begitu mendalam dan marah
yang meledak-ledak tanpa alasan yang jelas. Ia juga sering merasa kalau dirinya
selalu salah dan tidak berharga.
2. Perubahan perilaku yang tidak wajar
Perlu diwaspadai ketika anak remaja Bunda dan Ayah tiba-tiba berperilaku tidak
wajar, seperi memberontak, mengamuk, arogan, mudah tersinggung, atau kembali
seperti anak kecil. Ini bisa saja menjadi tanda ia mengalami gangguan mental.
Tidak hanya itu, kesulitan bersosialisasi, menarik diri dari lingkungannya, serta
kehilangan minat untuk melakukan hal-hal yang disukai dan biasa dilakukan, seperti
pergi ke sekolah atau bermain dengan teman, juga bisa menjadi tanda adanya
gangguan mental yang diderita.
Untuk anak remaja yang memiliki gangguan kecemasan, ia bisa merasa cemas yang
berlebihan ketika berada di sekitar orang lain, takut akan penolakan, serta memilih
menghindar dari tempat yang ramai.
3. Prestasi di sekolah menurun
Karena enggan beraktivias, anak yang punya gangguan mental akan mengalami
masalah dalam proses belajar, sehingga prestasi di sekolahnya pun dapat menurun.
Kondisi ini juga bisa membuat fungsi kognitifnya, seperti kemampuan berpikir,
mengingat, atau memecahkan masalah menjadi lebih lemah dari biasanya.
4. Gangguan tidur dan makan
Mungkin hal yang biasa melihat anak remaja suka begadang. Namun, jika waktu
tidur anak berubah dengan esktrem, seperti susah tidur, terlalu banyak tidur, atau
justru tidak bisa tidur sama sekali, bisa jadi psikisnya sedang terganggu. Anak yang
mengalami gangguan mental biasanya juga akan mengeluh sering mimpi buruk
atau tidur sambil berjalan.
Selain masalah pada tidur, remaja yang menderita gangguan mental juga kerap
mengalami gangguan makan, seperti tidak nafsu makan hingga berat badannya
menurun atau justru makan berlebihan (stress eating) yang membuatnya
menjadi obesitas.
5. Melakukan kebiasaan buruk
Anak remaja yang psikisnya bermasalah biasanya akan meluapkan emosi dengan
melakukan hal yang buruk. Ini bisa berupa merokok berlebihan, minum minuman
beralkohol, atau konsumsi obat-obatan terlarang.
Selain itu, ia juga kerap membenci atau menyakiti diri sendiri, menyalahkan diri
sendiri, bahkan terpikirkan atau mungkin sudah mencoba untuk bunuh diri.
6. Mengeluh sakit fisik
Anak remaja yang punya masalah mental tidak hanya bisa dilihat dari adanya
perubahan perilakunya saja, tetapi juga bisa muncul gejala fisik. Biasanya, anak
dengan masalah mental akan mengeluh sakit kepala, sakit perut, sakit punggung,
atau nyeri pada otot-otot. Mereka juga terlihat tidak bertenaga dan bersemangat.
Selain mengenali ciri-ciri gangguan mental, Bunda dan Ayah juga harus berperan
dalam menjaga kesehatan mental anak, yaitu dengan cara membina hubungan yang
baik dengannya, meningkatkan rasa percaya dirinya, mengajarkannya cara kelola
stres, dan membiasakan ia untuk menerapkan pola hidup sehat.
Jika Bunda atau Ayah melihat adanya ciri-ciri gangguan mental pada anak kalian,
segera bawa ia ke psikolog atau psikiater, ya. Dengan mendapatkan penanganan
yang tepat, anak tetap bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih bahagia dan
sehat.
*NOTE :
1. Aksi nyata harian bisa memilih 1 topik setiap harinya untuk dikerjakan dirumah dan
dikumpulkan pada hari berikutnya, bisa juga menggunakan google form (bebas)
2. Membuat Modul kegiatan (sesuai template word)
3. Membuat tampilan untuk mengajar di kelas (template ppt)
4. LK bila ada