Anda di halaman 1dari 2

AKSI NYATA

Nita Oktaviani
Bahasa Indonesia

1. Bagaimana intensitas dan dinamika proses yang Anda rasakan pada fase empati?
Pada fase empati, desainer (pada bagian ini adalah pendidik) berupaya memahami dan turut
merasakan apa yang dirasakan oleh klien (pada bagian ini adalah peserta didik). Hal tersebut
penting untuk memancing antusiasme peserta didik dalam pembelajaran agar mereka dapat
lebih termotivasi, nyaman, dan dapat membangun pemahamannya sendiri pada saat proses
pembelajaran. Pada saat observasi fase empati, pendidik di harap dapat melakukan wawancara
intens di tempat yang sering dikunjungi oleh peserta didik, sseperti sekolah atau rumah.
Tujuannya agar dapat lebih intens pada saat wawancara dan dapat lebih memahami peserta
didik. Setelah observasi, pendidik harus memberikan apresiasi, saran, dan tidak menghakimi
peserta didik.
2. Apa hal baru yang Anda dapatkan setelah menggunakan teknik empati pada design
thinking?
Setelah menggunakan teknik empati pada design thinking, hal baru yang diperoleh adalah
pemahaman bahwa produk yang sesuai dengan pengguna (peserta didik) dapat diperoleh
melalu pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan harapan pengguna melalui wawancara
mendalam terkait pikiran, perasaan, perilaku, kebutuhan, dan motivasi. Dengan begitu, kita
selaku pendidik akan mampu mengeksplor dan mengembangkan ide untuk menemukan solusi
yang inovatif sesuai dengan kebutuhan. Hal tersebut dapan dijadikan bahan untuk membuat
pembalajaran kelas yang menyenangkan, inovatif, dan berpusat pada peserta didik,
3. Adakah hal yang membuat Anda bersemangat selama proses perkuliahan?
Hal yang membuat saya semangat selama proses perkuliahan diantaranya mendapat banyak
ilmu baru dan ide-ide baru yang bisa diaplikasikan kepada peserta didik. Melalui IDI, pendidik
dapat lebih memahami karakteristik, kebutuhan, dan keinginan peserta didiknya. Sehingga
pembelajaran dapat disesuaikan dengan peserta didik. Pendidik tidak hanya memberikan materi
pelajaran saja, lebih jauh dari itu, pendidik dapat lebih memahami kebutuhan intelektual dan
psikis peserta didik.
4. Adakah suasana yang membuat Anda malas ketika berproses?
Suasana yang membuat saya kurang bersemangat dalam berproses diantaranya banyaknya
tugas yang harus diselesaikan dengan tenggang waktu yang bersamaan.
5. Apakah materi pada topik ini mengubah pandangan Anda terhadap diri sendiri,
teman, dan lingkungan khususnya lingkungan pendidikan?
Ya, materi ini mengubah pandangan saya dalam cara memahami orang lain. Ternyata untuk
memahami orang lain diperlukan proses, cara, dan tidak boleh asal menduga; apalagi
menghakimi atau berprasangka. Melalui empati, saya dapat menyusun prodak yang sesuai
dengan kebutuhan klien dan tidak berfokus kepada diri sendiri, melalui IDI saya dapat
merumuskan pertanyaan divergen dan konvergen sesuai dengan kebutuhan dan mengorganisir
jawaban dari klien untuk dijadikan sebagai bahan untuk pengelompokan data yang selanjutnya
akan diolah sesuai dengan kebutuhan, dalam hal ini pembelajaran dikelas. Sehingga, pendidik
dapat merancang pembelajaran di kelas yang berpusat pada kebutuhan dan karakteristik peserta
didik sesuai dengan hasil analisis.
6. Adakah pembelajaran pada topik ini yang dapat membantu Anda ketika mengajar di
sekolah nanti?
Ya, topik mengenai empati dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dengan begitu, pendidik
dapat merancang pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
7. Apa harapan yang muncul setelah menjalani proses perkuliahan ini?
Harapannya, saya mampu mengaplikasikan fase empati, merumuskan pertanyaan untuk
wawancara IDI, dan analisis untuk merancang pembelajaran. Sehingga dapat membuat
pembelajaran yang menyenangkan untuk peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai