Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH GUILLAIN-BARRÉ SYNDROME

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II


Sistem : Imunologi
Nomor Kelompok :4
Ketua Kelompok & NIM : 1. Zainal Abidin, Reygina Amelia Vanessa
(106012110097)
Nama Anggota & NIM : 2. Tinangon,Meynanda Ceyza Adelia
(106012110019)
3. Johannes, Claudya Maria Theresia
(106012110071)
4. Manulang, Firsty Ananda Refane
(106012110095)
5. Dien, Intan (106012020004)
6. Aring, Gracia Elsa Fiona (106012110118)
7. Roleh, Meifly Fricilia (106012110040)
8. Sasue, Evafolinda (106012020003)
Semester :4

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KLABAT
MARET 2023
Daftar Isi
Tinjauan Pustaka

1. Definisi

Sindrom Guillain-Barré adalah neuropati paralitik akut yang paling umum dan paling parah,
mempengaruhi sekitar 100.000 orang di seluruh dunia setiap tahun. Di bawah istilah umum sindrom
Guillain-Barré, ada beberapa varian yang dapat dikenali dengan gambaran klinis dan patologis yang
berbeda. Manifestasi umum yang parah dari sindrom Guillain-Barré dengan gagal napas
mempengaruhi 20-30% kasus. Selain terapi suportif, pengobatan dengan imunoglobulin intravena
atau pertukaran plasma adalah metode pengobatan yang optimal.
Pemahaman tentang agen infeksi dan mekanisme imunologi dan patologi telah berkembang
secara signifikan selama 10 tahun terakhir, mendorong uji klinis untuk menyelidiki terapi baru. Para
peneliti besar, studi komunitas global dari spektrum sindrom Guillain-Barré mengumpulkan data
dalam database klinis dan biologis untuk mendukung pengembangan prediktor hasil dan biomarker
penyakit. Studi semacam itu mengubah lanskap klinis dan ilmiah neuropati autoimun akut (Willison
et al., 2016)

2. Etiologi/faktor risiko

Etiologi GBS sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti penyebabnya dan
masih menjadi bahan perdebatan. Namun ada beberapa peran virus dalam perkembangan dan
menyebabkan GBS.
1. Antibodi Sitomegalovirus dan antiganglioside menyebabkan terjadinga Infeksi
Cytomegalovirus(CMV), dan CMV ini adalah penyebab utama virus kongenital. Dan hubungan antara
CMV dan GBS ini telah ditunjukan dalam studi bahwa sekitar 12-13% pasien GBS memiliki infeksi
CMV, dan menjadi virus paling umum terkait dengan syndrom ini.
2. Virus Dengue.
Merupakan anrbovirus yg paling penting yang menyerang tubuh manusia, baik pada sindrom demam,
dan pada tipe yang parah, dapat mencangkuo tanda-tanda neurologis seperti mielitid transversa akut,
diseminata akut, ensefalomielitis dan GBS.
3. Virus EPSTEIN BARR VIRUS(EBV).
Virus ini dapat hadir terutama pada anak dengan neurologis manifestasi termasuk ensefalitis,
meningitis aseptik, dan GBS yang sebagian besar telah dilaporkan terutama pada anak-anak. Menurut
studi, hingga 90% pasien yang mengembangkan GBS mungkin memiliki titer lgG yang tinggi untuk
EBV dan antibodi anti-GM1 dan GM3
4. Virus Hepatitis.
Terdapat bukti bahwa virus hepatitis khususnya hepatitis A sebagai antiseden untuk pengembangan
GBS.

GBS sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi kasus SGB yang
berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80% , yaitu 1 sampai 4 minggu sebelum gejala
neurologi timbul seperti infeksi saluran pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal (Vega-Fernández
et al., 2022).

3. Tanda dan gejala

Pada Sindroma Guillain Barre gejala awal penyakit ini berupa nyeri dan kelemahan anggota
gerak yang terjadi dalam beberapa hari atau sampai beberpa minggu setelah adanya infeksi. Tanda
dan gejala dari Guillain-Barre Syndrome ini adalah infeksi saluran pernafasan dan pencernaan yang
biasanya mendahului gejala neuropathy dan biasanya gejala ini terjadi 1-3 minggu atau bisa lebih
lama dan kira-kira terjadi pada 60% penderita. Menurut skala berat penyakit menurut Hughes, pada
skala 1 terdapat keluhan dan gejala neuropati ringan, tapi pada skala 1 ini penderita masih bisa
melakukan pekerjaan ringan (pekerjaan tangan).
Pada Sindroma Guillain-Bare Syndrome dibagi dalam 3 fase, yaitu fase progresifitas, fase
plateau dan fase penyembuhan. Pada fase progresifitas ini, gejala klinis dari Sindroma Guillain-Bare
ini berupa kelemahan motoris yang terjadi dengan cepat tetapi progresifitasnya akan berhenti setelah 4
minggu. Akan terjadi kelumpuhan secara simetris lebih dari 1 anggota gerak tubuh. Kelumpuhan ini
bisa berupa kelumpuhan ringan dan dan terbatas 2 tungkai saja, tapi juga bisa terjadi paralisis yang
biasanya terjadi kelumpuhan keempat anggota gerak yang terjadi secara cepat dalam waktu kurang
dari 72 jam. (Masdar Muid, 2014)

4. Epidemiologi

Penyakit ditemukan di seluruh dunia dengan tingkat insidens yang berebeda-bedai dari 0,4
sampai dengan 1,7 kasus per 100.000 penduduk tiap tahun. Berdasarkan survey epidemiologi yang
dilakukan, Amerika Serikat merupakan daerah yang ditemukan insidens rerata tahunan GBS sekitar 3
kasus per 100.000 populasi. Perbandingan dilakukan menurut kelompok umur, angka rerata rawat
inap pasien GBS meningkat sejalan dengan usia, dan dijumpai sekitar 1,5 kasus per 100.000 populasi
pada penduduk yang berusia sekitar kurang dari 15 tahun dan puncaknya yaitu sekitar 8,6 kasus per
100.000 populasi pada penduduk berusia 70-79 tahun. Sindroma Guillain Barre dapat ditemukan di
semua kalangan usia, walaupun jarang dijumpai pada bayi. Penyakit ini mempunyai dua puncak usia
yaitu pada 15-35 tahun dan 50-75 tahun. Dan rasio pria berbanding dengan wanita sekitar 1,5 : 1.
GBS termasuk penyakit langka dan terjadi hanya 1 atau 2 kasus per 100.000 di dunia tiap
tahunnya. Berdasarkan studi populasi, insiden GBS di Eropa dan Amerika Utara dilaporan sebanyak
1,2 sampai 1,9 per 100.000 kasus penduduk tiap tahun, sedangkan di dunia dilaporkan sebanyak 0,6-4
per 100.000 kasus. Dan terdapat beberapa jenis penyakit ini, sindroma Fisher merupakan jenis yang
paling sedikit dengan insiden 0,1 per 100.000 kasus. Laki-laki 1,5 kali lebih banyak dari perempuan
dan insidennya meningkat berkaitan dengan usia, 1 per 100.000 pada usia dibawah 30 tahun dan
sekitar 4 per 100.000 kasus pada usia setelah 75 tahun. Sebanyak 0,66 per 100.000 kasus GBS di Cina
dilaporkan pada usia dewasa. Sekitar dua pertiga kasus GBS di dahului oleh infeksi dengan onset
gejalanya terjadi enam minggu, biasanya terjadi infeksi saluran napas atas atau saluran cerna, dengan
insiden gagal napas sekitar 20-30%. Dalam lima tahun ini dilaporkan bahwa insiden terbanyak terjadi
pada daerah yang rentan terjadi infeksi organisme dan wabah GBS, dilaporkan berhubungan dengan
infeksi Campylobacter jejuni. Meskipun organisme patologis penyebabnya belum dapat
diidentifikasikan biasanya agen infeksius yang sering adalah virus Epstein-Barr, Mycoplasma
pneumoniae, Campylobacter jejuni dan cytomegalovirus. Dan bisanya terjadi pada musim panas yang
merupakan infeksi sekunder dari C. jejuni. Dilaporkan juga bahwa vaksinasi berhubungan dengan
penyakit ini, seperti vaksinasi influenza, termasuk vaksin flu burung, vaksin hepatitis dan vaksin
meningitis (Zahra, 2017).

5. Patofisiologi

Perjalanan klinis GBS terdiri atas dua pola yang dibagi menjadi fase penyusun dan
komponennya. pertama, terjadi infeksi atau stimulasi sistem kekebalan yang menyebabkan terjadi
penyimpangan respon autoimun pada saraf perifer dan cabang-cabang saraf tulang belakang, terjadi
adaptasi antara mikroba dan antigen saraf yang dapat mencetuskan terjadinya gangguan sehingga
dapat terjadi infeksi C.Jejuni, kemudian fase berikutnya terdapat peran faktor genetik dan lingkungan
yang mempengaruhi kerentanan individu, kelemahan dalam bergerak sering akibat keterlibatan saraf
sensorik dan kranial sekitar 1-2 minggu setelah terjadinya stimulasi kekebalan tubuh.

GBS terjadi pada saat sistem imun tiba-tiba menyerang saraf, namun teori yang paling sering
adalah adanya organisme seperti virus dan bakteri dapat mengubah keadaan sel-sel sistem saraf
sehingga sistem imun mengenalinya sebagai sel-sel asing. Dalam GBS terbentuk antibodi atau
immunoglobulin (Ig) sebagai reaksi terhadap adanya antigen atau partikel asing dalam tubuh.

Antibodi yang bersirkulasi dalam darah ini akan mencapai myelin dan merusaknya, dengan
bantuan sel-sel leukosit sehingga terjadi inflamasi pada saraf. Sel-sel inflamasi ini akan mengeluarkan
sekret kimiawi yang akan mempengaruhi sel Schwan yang seharusnya menghasilkan materi lemak
penghasil myelin. Organisme tersebut kemudian menyebabkan sel-sel imun seperti limfosit dan
makrofag menyerang myelin. Limfosit T akan 6 tersensitisasi bersamaan dengan limfosit B yang akan
memproduksi antibodi melawan komponen selubung myelin dan menyebabkan destruksi myelin.
Dengan merusaknya, produksi myelin akan berkurang. Sementara pada waktu yang bersamaan,
myelin yang ada dirusak oleh antibodi tubuh. Seiring dengan serangan yang berlanjut jaringan saraf
perifer akan hancur secara bertahap. Malfungsi sistem imunitas yang terjadi pada GBS menyebabkan
kerusakan sementara pada saraf perifer dan timbulah gangguan sensorik, kelemahan yang bersifat
progresisf ataupun paralisis akut. Karena itulah GBS dikenal sebagai neuropati perifer (Barre
Sindrom, 2020).

6. Komplikasi

1. Kegagalan Pernafasan

Komplikasi GBS yang sering terjadi yaitu gagal napas. Pada pasien ini ditemukan adanya
gambaran efusi pleura sinistra. Efusi pleura terjadi karena meningkatnya produksi atau berkurangnya
absorpsi cairan pleura. Efusi pleura merupakan manifestasi dari banyak penyakit. Ada dua tipe
penyebab utama dari efusi pleura yaitu efusi pleuara transudatif dan eksudatif. Efusi pleura transudatif
disebabkan peningkatan tekanan hidrostatik atau berkurangnya tekanan onkotik kapiler sedangkan
efusi pleura eksudatif disebabkan oleh proses lokal yang menyebabkan perubahan pada pembentukan
dan penyerapan cairan (Referensi 1).Sehingga pasien membutuhkan ventilasi mekanis. Pasien GBS
yang membutuhkan ventilasi mekanis beresiko tinggi mengembangkan komplikasi yang signifikan
seperti pneumonia, tracheobronchitis, emboli paru, atau bakteremia.
2. Disfungsi Sistem Saraf Otonom
Disfungsi otonom akut berkembang di mayoritas pasien GBS dan merupakan penyebab
signifikan kematian pada pasien. Gangguan jantung dan hemodinamik adalah komplikasi yang paling
serius dan sering. Gangguan jantung dan hemodinamik diwujudkan sebagai hipertensi, hipotensi
postural, dan takikardia terjadi pada sebagian besar pasien GBS dan pemantauan Tekanan darah
sangat dianjurkan untuk dilakukan
3. Nyeri
Nyeri adalah gejala yang umum terjadi pada pasien GBS, terjadi hingga 50% dari semua
pasien GBS, dan harus didiagnosis dan diobati segera. Nyeri dilaporkan di sebagian besar pasien GBS
dan harus ditangani secara agresif. Jenis nyeri yang paling umum adalah sakit punggung dan nyeri
tungkai bawah dan nyeri ekstremitas (Jodjana & Adja, 2022)
7. Pemeriksaan

Pada semua penderita dilakukan pemeriksaan klinis neurologis dan laboratoris:


Pemeriksaan klinis neurologis meliputi sensibilitas, reflek fisiologis, refleks patologis derajat
kelumpuhan motoris, pemeriksaan laboratoris meliputi kadar hemoglobin, jumlah lekosit, laju endap
darah dan cairan serebrospinal dengan pungsi lumbal. Pemeriksaan cairan serebrospinal dikerjakan
untuk mengetahui kadar protein dan jumlah sel. Semua penderita Acute Flaccid Paralysis yang
dirawat dikonsultasikan ke SMF. Neurologi dan Rehabiltasi Medis untuk konfirmasi
diagnosis dan penatalaksanaan. Pemeriksaanimmunoglobulin danelektromiografi (EMG) pada
penelitian ini tidak dilakukan sehubungan dengan keterbatasan dana dan sarana. Kemajuan dalam
perbaikan klinis penyakit di evaluasi setiap bulan baik selama perawatan di rumah sakit maupun
setelah penderita pulang sampai enam bulan terhitung mulai awitan penyakit (Masdar Muid, 2014).

8. Penatalaksanaan

Tatalaksana Farmakologi Tatalaksana pada pasien GBS membutuhkan pendekatan


multidisiplin, pengobatan medis secara umum, termasuk monitoring kapasitas tanda vital, menjaga
terjadinya infeksi, imunitas, monitoring kemungkinan terjadinya disfungsi otonom, terapi fisik,
rehabilitasi, dan juga menjaga atau mengatasi terjadinya komplikasi. Tatalaksana termasuk juga
mencegah terjadinya deep vein thrombosis (DVT) dan manajemen nyeri. Meskipun belum ada obat
khusus untuk GBS, sejumlah obat yang telah digunakan bertujuan untuk komponen respons kekebalan
tubuh. Pengobatan imunomodulasi, terutama dalam bentuk imunoglobulin intravena (IVIg) dan
pertukaran plasma (PE), terbukti berkhasiat mempercepat pemulihan dan memperbaiki hasil. Baik
IVIg dan PE harus dimulai sesegera mungkin, sebelum kerusakan saraf menjadi ireversibel. Tidak
diketahui apakah dosis total IVIg 2g/kg selama dua hari lebih menguntungkan daripada dosis
0,4g/kg/hari selama lima hari. Direkomendasika pemberin PE lima sesi selama dua minggu. Tetapi, di
banyak pusat terapi IVIg lebih disukai karena penggunaannya, karena ketersediaan tolerabilitas yang
baik, meski harganya lebih mahal daripada PE. Sedangkan pemberian steroid oral atau intravena saja
atau dikombinasikan dengan IVIg maupun PE, belum terbukti berkhasiat pada penderita GBS
Tatalaksana Gizi Tujuan :
a) Mempertahankan asupan energi dan nutrien yang adekuat
b) Mencegah terjadinya ketidak seimbangan elektolit.
c) Mencegah dan menangani masalah-masalah yang disebabkan oleh gangguan untuk makan.
d) Membantu pasien dan keluarga pasien untuk mengatur asupan 13 makanan secara independen.
Cairan yang dibutuhkan padan pasien GBS tergantung pada klinis, minimal kebutuhan cairan
sekitar 1500 ml/24jam (BB 50-80 kg), dan dapat meningkat jika terjadi demam, diare, muntah dan
pemberian formula hyperosmolar. Kelemahan atau kondisi pasien GBS dalam istirahat, terutama pada
pasien dengan alat bantu pernapasan tidak jarang mengalami peningkatan energi atau kebutuhan
kalori karena pasien GBS di ICU berada dalam kondisi hipermetabolik meskipun terjadi paralisis.
Beberapa faktor risiko yang berkontribusi terhadap nutrisi meliputi;
a) Kondisi pasien sebelum masuk rumah sakit dimana sering dijumpai penurunan berat badan (BB),
kehilangan BB 2 minggu sebelum masuk perawatan, misalnya sindroma virus dengan penurunan
nafsu makan dan atau dengan diare.
b) Asupan yang buruk karena bulbar palsy, refleks muntah terganggu, gangguan motilitas lambung
dan kurang asupan oral.
c) Ileus dengan penyerapan saluran cerna yang buruk, dan dikombinasikan dengan gagal napas,
ketidak stabilan endokrin, infeksi dan proses inflamasi mengakibatkan keadaan hiperkatabolik.
d) Ketergantungan terhadap ventilator.
e) Defisit neurologis (Barre Sindrom, 2020)

9. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul (terutama dari buku SDKI PPNI)
- Gangguan Mobilisasi fisik
- Defisit Perawatan diri
- Intoleransi aktivitas

10. Luaran berdasarkan diagnosa (terutama dari buku SLKI PPNI)


Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 8 jam, maka mobilitas fisik meningkat, dengan
kriteria hasil:
- pergerakan ekstremitas (meningkat)
- kekuatan otot (meningkat)
- kaku sendi (menurun)
- gerakan terbatas (menurun)
- kelemahan fisik (menurun)

(Buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia.PPNI)

11. Intervensi berdasarkan diagnosa (terutama dari buku SIKI PPNI)


Intervensi utama : Dukungan mobilisasi
Observasi
-Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
-Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
-Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasii
-Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik
-Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis.pagar tempat tidur)
-Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
-Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
-Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi).
(Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.PPNI)
Kesimpulan

Guillain Barre Syndrome (GBS) merupakan penyakit autoimun yang berpotensi


Untuk mengancam jiwa penyakit ini dapat mengakibatkan pasien mengalami kelemahan pada otot-
otot pernapasan. Guillain Bare Syndrom jika tidak dirawat dengan baik dapat menyebabkan
komplikasi dan membutuhkan perawatan khusus, masa rawat yang cukup lama, menghabiskan biaya
yang besar dan lebih parah bisa mengakibatkan kematian. Gejala yang sering di jumpai dapat hilang
sendiri dengan cepat dan dapat juga menetap dalam beberapa tahun, sehingga dibutuhkan kerjasama
yang cukup besar antara tenaga medis dan pasien. Manajemen dan intervensi nutrisi pada pasien
sangat penting untuk mencegah pasien menderita malnutrisi, mempercepat proses penyembuhan dan
mengurangi mortalitas. Perlu dilakukan juga edukasi gizi pada pasien dan keluarga sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan mengenai gizi pasien terhadap pentingnya asupan nutrisi yang dapat
membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Dan paling penting bagi penderita Guillain Barre
Syndrome ini sangat memerlukan dukungan dari keluarga dan lingkungan untuk membantu proses
penyembuhan pasien lebih baik.
10 soal Uji Kompetensi

1. Seorang laki-laki 15 tahun sehabis sakit panas, batuk pilek sembuh dalam 3 hari, 10 hari
kemudian mendadak kedua tungkai lemah yang makin berat, akhirnya kedua lengan-tangan
juga ikut lemah. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan tetraparese LMN, dengan kedua
tangan dan kedua kaki terasa kesemutan model “glove stocking phenomena”, berak dan
kencing normal, tidak ada panas badan. Laboratorium darah lengkap normal. Dx yang tepat
pasien ini adalah…
a. Poliomyelitis
b. Myelopathi
c. Lesi transversal myelum
d. Guillain Barre Syndrome
e. Polineuropathi
2. Seorang laki-laki 15 tahun sehabis sakit panas, batuk pilek sembuh dalam 3 hari, 10 hari
kemudian mendadak kedua tungkai lemah yang makin berat, akhirnya kedua lengan-tangan
juga ikut lemah. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan tetraparese LMN, dengan kedua
tangan dan kedua kaki terasa kesemutan model “glove stocking phenomena”, berak dan
kencing normal, tidak ada panas badan. Laboratorium darah lengkap normal. Kuman patogen
penyebab kondisi pasien diatas adalah…
a. C.jejuni
b. C.Tetani
c. C.Botulinum
d. C. Perfringens
e. Pseudomonas
3. Seorang laki-laki 15 tahun sehabis sakit panas, batuk pilek sembuh dalam 3 hari, 10 hari
kemudian mendadak kedua tungkai lemah yang makin berat, akhirnya kedua lengan-tangan
juga ikut lemah. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan tetraparese LMN, dengan kedua
tangan dan kedua kaki terasa kesemutan model “glove stocking phenomena”, berak dan
kencing normal, tidak ada panas badan. Laboratorium darah lengkap normal. Stuktur saraf
yang mengalami kerusakan pada kondisi pasien diatas adalah…
a. Axon
b. Myelin
c. Myelin dan Axon
d. Peripheral nerve
e. Nerve root
4. Penyakit autoimun yang menimbulkan peradangan dan kerusakan mielin (material lemak,
terdiri dari lemak dan protein yang membentuk selubung pelindung di sekitar beberapa jenis
serat saraf perifer). Gejala dari penyakit ini mula-mula adalah kelemahan dan mati rasa di
kaki yang dengan cepat menyebar menimbulkan kelumpuhan. Adalah definisi dari
a. sindrom guillain barre (gbs)
b. Osteoarthritis
c. Miastenia Gravis
d. Artritis Rematoid
5. Tanda dan gejala dari sindrom guillain barre adalah sebagai berikut, kecuali ……
a. Penderita akan merasa ototnya sangat lemah pada siang hari
b. Progresif kelemahan di kedua lengan dan kedua kaki
c. Kehilangan refleks
d. Mati rasa dan kesemutan
6. Komplikasi dari sindrom Guillan-Barre diantaranya …
a. Kesulitan bernapas
b. Disminore
c. Disfagia
d. Poliuri 1
7. Beberapa keadaan/penyakit yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan
terjadinya GBS, antara lain…
a. Infeksi
b. Vaksinasi
c. Pembedahan
d. Semua benar
8. Tindakan yang harus dilakukan untuk pasien GBS adalah …
a. Mengurangi masalah pernapasan dengan ventilator
b. Menyediakan cukup gizi jika pasien memiliki masalah mengunyah dan menelan.
c. Monitoring tekanan darah dan denyut jantung.
d. Benar semua
e. Salah semua
9. Penyakit autoimun yang menimbulkan peradangan dan kerusakan melindungi (material
lemak, terdiri dari lemak dan protein yang membentuk selubung pelindung disekitar beberapa
jenis saraf-saraf perifer), gejala dari penyakit ini mula-mula adalah kelemahan dan mati rasa
di kaki dengan cepat menyebar menimbulkan kelumpuhan. Adalah Definisi dari?
a. Syndrome guillain baŕŕe (GBS)
b. osteoarthritis
c. Miastenia gravis
d. Artritis rematoid
10. Klien dengan sindrom Guillain-Barre mengalami paralisis pada tubuh bagian atas, sudah
dintubasi dan diberikan ventilasi mekanik. Manakah strategi yang harus dimasukkan perawat
pada perencanaan keperawatan untuk menbantu klien menghadapi penyakitnya?
a. Memberikan klien kontrol penuh atas keputusan perawatan dan membatasi pengunjung
b. Memberikan umpan balik positif dan mendorong ROM aktif
c. Memberikan informasi, memberikan umpan balik yang positif, dan mendorong
relaksasi
d. Memberikan obat penenang melalui intravena
e. Mengurangi distraksi dan membatasi pengunjung
Daftar Pustaka

Barre Sindrom, G. (2020). Literatur Review Karakteristik Pasien.


Jodjana, E., & Adja, Y. M. I. W. O. (2022). Sindrom Guillain-Barre dengan Komplikasi ( Gagal
Nafas, Henti Jantung dan Sepsis). Aksona, 1(2), 81–91.
https://doi.org/10.20473/aksona.v1i2.147
Masdar Muid. (2014). Manifestasi klinis dan laboratoris penderita sindroma guillain barre. Jurnal
Kedokteran Brawijaya, 21(2), 90–95.
Vega-Fernández, J. A., Suclupe-Campos, D. O., Coico-Vega, M. M., & Aguilar-Gamboa, F. R.
(2022). Viral etiology associated with Guillain-Barré Syndrome: seeking an answer to the
idiopathic. Revista de La Facultad de Medicina Humana, 22(3), 584–596.
https://doi.org/10.25176/rfmh.v22i3.2993
Willison, H. J., Jacobs, B. C., & van Doorn, P. A. (2016). Guillain-Barré syndrome. The Lancet,
388(10045), 717–727. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(16)00339-1
Zahra, S. (2017). Penatalaksanaan Nutrisi Pada Pasien Guillain-Barre Syndrome dengan Gagal Napas,
Sepsis dan Gizi Kurang. Penatalaksanaan Nutrisi Pada Pasien Guillain-Barre Syndrome
Dengan Gagal Napas, Sepsis Dan Gizi Kurang, 1–87.

Anda mungkin juga menyukai