Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Dosen Pengampu : Rahayu Pratiwi, M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Lita Handayani ( 12018021 )
2. Nafisatul Wardiyah ( 12018004 )
3. Putri Kusuma Wardani ( 12018016 )

TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada bantuan semua pihak, dan juga teman-teman yang
telah ikut berkontribusi dalam memberikan sumbangan pikiran dan tenaganya demi
terselesaikannya tugas yang berjudul “Pembelajaran Matematika”.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami sangat berharap sekali agar dapat membantu memahami tentang
Pembeajaran Matematika.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih terdapat kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan dan pengetahuan kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini. Terima kasih.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAAN....................................................................................................................2
A. Pembahasan Belajar Menurut Para Ahli.......................................................................................2
B. Penjelasan Pembelajaran dan unsur-unsur terkait.........................................................................7
C. Pembahasaan Pembelajaran Matematika Menurut Para Ahli......................................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................18
A. Kesimpulan..............................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang saling berhu- bungan dan
tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan aktivitas utama dalam pendidikan. Belajar
dimaknai sebagai proses perubahan perilaku sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungannya. Perubahan perilaku hasil belajar bersifat kontinyu, fungsional, positif,
aktif, dan terarah.
Proses perubahan tingkah laku dapat terjadi dalam berbagai kondisi berdasarkan
penjelasan dari para ahli pendidikan dan psikologi. Adapun pembelajaran adalah
kegiatan yang berproses melalui tahapan perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan untuk menfasilitasi terjadinya proses
belajar pada anak didik. Pembelajaran dimaknai pula sebagai interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Dengan demikian,
efektivitas sebuah proses pembelajaran ditentukan oleh interaksi ketiga komponen
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan belajar menurut para ahli ?
2. Bagaimana penjelasan pembelajaran dan unsur-unsur tersebut?
3. Bagaimana pembelajaran matematika menurut para ahli ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan belajar menurut para ahli.
2. Untuk mengetahui penjelasan pembelajaran dan unsur-unsur tersebut
3. Untuk mengetahui pembelajaran matematika menurut para ahli.

1
BAB II
PEMBAHASAAN

A. Pembahasan Belajar Menurut Para Ahli


Belajar dalam arti luas merupakan suatu proses yang memungkinkan timbulnya
atau berubahnya suatu tingkah laku baru yang bukan disebabkan oleh kematangan dan
sesuatu hal yang bersifat sementara sebagai hasil dari terbentuknya respons utama.
Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun psikis yang menghasilkan perubahan
tingkah laku yang baru pada diri individu yang belajar dalam bentuk kemampuan yang
relatif konstan dan bukan disebabkan oleh kematangan atau sesuatu yang bersifat
sementara.
Perubahan kemampuan yang disebabkan oleh kematangan, pertumbuhan, dan
perkembangan seperti anak yang mampu berdiri dari duduknya atau perubahan fisik
yang disebabkan oleh kecelakaan tidak dapat dikategorikan sebagai hasil dari perbu- atan
belajar meskipun perubahan itu berlangsung lama dan konstan. Menurut Slameto bahwa
belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari perbuatan belajar terjadi
secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, bersifat konstan,
bertujuan atau terarah, serta mencakup seluruh aspek tingkah laku. Ciri-ciri perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari perbuatan belajar tersebut tampak dengan jelas dalam
berbagai pengertian belajar menurut pandangan para ahli pendidikan dan psikologi

1. Belajar menurut Pandangan Jean Piaget


Piaget adalah seorang psikolog yang fokus mempelajari berpikir pada anak-
anak sebab ia yakin dengan cara berpikir anak-anak akan dapat menjawab pertanya-
an-pertanyaan epistemologi. Piaget berpendapat bahwa ada dua proses yang terjadi
dalam pekembangan kognitif anak, yaitu proses assimilations dan proses

accommodations. Proses assimilations, yaitu menyesuaikan atau mencocokkan


informasi yang baru diperoleh dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya dan
mengubah- nya bila perlu. Adapun proses accommodations, yaitu menyusun dan
membangun kembali atau mengubah informasi yang telah diketahui sebelumnya
sehingga infor- masi yang baru dapat disesuaikan dengan lebih baik.

2
Piaget mengembangkan teori kognitif tersebut dalam konteks teori
keseimbangan yang disebut accomodation. Teori ini memberi penjelasan bahwa
struktur fungsi kognitif dalam berubah kalau individu berhadapan dengan hal-hal baru
yang tidak dapat diorganisasikan ke dalam struktur yang telah ada (association).
Akomodasi menurut Piaget adalah hasil dari yang ditambahkan dan diciptakan oleh
lingkungan dan pengamatan yang tidak sesuai dengan apa yang diketahui dan

dipikirkan. Piaget menjelaskan tiga cara bagi anak untuk sampai pada cara
mengetahui sesuatu, yaitu melalui interaksi sosial, melalui pengetahuan fisik, dan
melalui logico-mathematical.
Jelaslah bahwa Piaget memandang belajar sebagai suatu proses asimilasi dan
akomodasi dari hasil assosiasi dengan lingkungan dan pengamatan yang tidak sesuai
antara informasi baru yang diperoleh dengan informasi yang telah diketahui sebe-
lumnya.
2. Belajar menurut Pandangan Carl R. Rogers
Rogers menitikberatkan pada segi pengajaran dibanding siswa yang belajar
da- lam praktik pendidikan yang ditandai dengan peran guru yang dominan dan
siswa hanya menghafalkan pelajaran dengan alasan bahwa pentingnya guru
memperhati- kan prinsip pendidikan dan pembelajaran adalah: (1) manusia memiliki
kekuatan wajar untuk belajar sehingga siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang
tidak berarti, (2) siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya, (3)
pengorgani- sasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagi- an yang bermakna bagi siswa, (4) belajar yang bermakna bagi
masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar
mengalami sesuatu, bekerjasama dengan melakukan pengubahan diri secara terus
menerus, (5) belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara
bertanggung jawab dalam proses pembelajaran, (6) belajar mengalami (experiental
learning) dapat terjadi bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri, dan (7) belajar
mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
Belajar dalam pandangan Rogers di atas pada dasarnya bertumpu pada
prinsip kebebasan dan perbedaan individu dalam pendidikan. Dengan demikian,
peserta di- dik akan lebih mengenal dirinya, menerima diri sebagaimana adanya, dan
akhirnya merasa bebas memilih dan berbuat menurut individualitasnya dengan
penuh tang- gung jawab.

3
3. Belajar menurut Pandangan Benjamin S. Bloom
Penelitian yang dilakukan oleh Bloom dalam mengamati kecerdasan anak
pada rentang waktu tertentu menemukan bahwa pengukuran kecerdasan anak pada
usia 15 tahun merupakan hasil pengembangan dari anak usia dini. Bloom
mengembangkan taksonomi dari tujuan pendidikan dengan menyusun
pengalaman-pengalaman dan pertanyaan-pertanyaan secara bertingkat dari recall
sampai pada terapannya dengan suatu keyakinan bahwa anak dapat menguasai tugas-
tugas yang dihadapkan kepada mereka di sekolah, tetapi mengakui adanya anak yang
yang membutuhkan waktu lebih lama dan bimbingan yang lebih intensif dibanding
teman seusianya.
Taksonomi tujuan-tujuan yang disusun Bloom disebut taxonomi bloom yang
terdiri atas tiga kawasan (domain), yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan
domain psikomotor. Domain-domain tersebut merupakan kemampuan-kemampuan
yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan.
Domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan
yang terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang
paling sederhana sampai yang paling kompleks, yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analysis, sintesis, dan penilaian. Domain afektif mencakup kemampuan-
kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi
lima macam kemampuan emosional secara hierarkis, yaitu kesadaran, partisipasi,
pengha- yatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri. Domain
psikomotor meru- pakan kemampuan-kemampuan motorik dalam menggiatkan dan
mengkoordinasikan gerakan yang terdiri atas gerakan refleks, gerakan dasar,
kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan-gerakan terlatih, dan
komunikasi nondiskursif.
Belajar dalam pandangan Bloom pada dasarnya adalah perubahan kualitas
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidup
peserta didik, baik sebagai pribadi dan anggiota masyarakat maupun sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

4
4. Belajar menurut Pandangan Jerume S. Bruner
Bruner beranggapan bahwa belajar merupakan pengembangan kategori-
katego- ri yang saling berkaitan sedemikian rupa hingga setiap individu mempunyai
model yang unik tentang alam dan pengembangan suatu sistem pengodean (coding).
Sesuai dengan model ini, belajar baru dapat terjadi dengan mengubah model yang
terjadi melalui pengubahan kategori-kategori, menghubungkan kategori-kategori
dengan suatu cara baru, atau dengan menambahkan kategori-kategori baru.
Pendidikan menurut Brunner merupakan usaha yang kompleks untuk
menyesuaikan kebudayaan dengan kebutuhan anggotanya, dan menyesuaikan

anggotanya dengan cara mereka mengetahui kebutuhan kebudayaan. Pandangan


Bruner ten- tang belajar dapat diuraikan sebagai pendekatan kategorisasi. Semua
interaksi indivi- du dengan alam akan senantiasa melibatkan kategori-kategori yang
dibutuhkan un- tuk memfungsikan manusia. Kategorisasi menyederhanakan
kekompleksitas dalam lingkungan individu.

5. Belajar menurut Pandangan B. F. Skinner


Belajar menurut Skinner adalah menciptakan kondisi peluang dengan penguat-
an (reinforcement), sehingga individu akan bersungguh-sungguh dan lebih giat belajar
dengan adanya ganjaran (funnistment) dan pujian (rewards) dari guru atas hasil bela-
jarnya. Skinner membuat perincian lebih jauh dengan membedakan adanya dua
macam respons. Pertama, respondent response, yaitu respons yang ditimbulkan oleh
perangsang-perangsang tertentu yang disebut eliciting stimuli menimbulkan respons-
respons yang secara relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air
liur. Pada umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respons
yang ditimbulkannya. Kedua, operant response, yaitu respons yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut reinforcing
stimuli atau reinforce, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons
yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, seorang akan menjadi lebih giat belajar
apabila mendapat hadiah sehingga responsnya menjadi lebih intensif atau kuat.
Belajar menurut pandangan Skinner adalah kesempatan terjadinya peristiwa
yang menimbulkan respons belajar, baik konsekuensinya sebagai hadiah maupun
teguran atau hukuman. Dengan demikian, pemilihan stimulus yang deskriminatif dan
penggunaan penguatan dapat merangsang individu lebih giat belajar, sehingga belajar
merupakan hubungan antara stimulus dengan respons (S–R).
5
6. Belajar menurut Pandangan Robert M. Gagne
Gagne sebagai yang dikutip oleh Sagala memandang bahwa belajar adalah
per- ubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus-
menerus yang bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan memengaruhi individu
sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami
situasi itu ke waktu setelah ia mengalami situasi tadi.
Pandangan Gagne di atas menunjukkan bahwa belajar adalah adanya stimulus
yang secara bersamaan dengan isi ingatan memengaruhi perubahan tingkah laku dari
waktu ke waktu. Karena itu, belajar dipengaruhi oleh faktor internal berupa isi ingatan
dan faktor ekternal berupa stimulus yang bersumber dari luar diri individu yang
belajar.
Gagne membagi segala sesuatu yang dipelajari individu yang disebut the
domains of learning itu menjadi lima kategori. Pertama, keterampilan motoris (motor
skill), yaitu koordinasi dari berbagai gerakan badan. Kedua, informasi verbal, yaitu
menje- laskan sesuatu dengan berbicara, menulis, dan menggambar. Ketiga,
kemampuan intelektual, yaitu menggunakan simbol-simbol dalam mengadakan
interaksi dengan dunia luar. Keempat, strategi kognitif, yaitu belajar mengingat dan
berpikir memerluk- an organisasi keterampilan yang internal (internal organized
skill). Kelima, sikap, yaitu sikap belajar yang penting dalam proses belajar.
Gagne memandang bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan
faktor dari luar diri individu belajar yang saling berintekasi, sehingga kondisi
eksternal berupa stimulus dari lingkungan belajar dan kondisi inter- nal yang berupa
keadaan internal dan proses kognitif individu yang saling berinter- aksi dalam
memperoleh hasil belajar yang dikategorikan sebagai keterampilan motor- is (motorik
skill), informasi verbal, kemampuan intelektual, strategi kognitif, dan sikap.
Mengacu pada uraian tentang belajar menurut pandangan para ahli pendidikan dan
psikologi di atas, secara singkat dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan aktivitas
psiko dan fisik yang menghasilkan perubahan atas pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang relatif bersifat konstan. Meskipun para ahli sepakat bahwa inti dari perbuatan
belajar adalah perubahan tingkah laku, tetapi terdapat bermacam- macam cara untuk
mendapatkan perubahan itu. Setiap perbuatan belajar mempunyai ciri masing-masing

sesuai dengan sudut pandang masing-masing ahli. Oleh karena itu, ahli psikologi

6
membedakan perbuatan belajar menjadi beberapa jenis menurut cirinya masing-masing.

B. Penjelasan Pembelajaran dan unsur-unsur terkait


Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta di- dik
dengan pendidik dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran dipandang secara nasional sebagai suatu proses interaksi yang melibatkan
komponen-komponen utama, yaitu peserta didik, pendidik, dan sumber belajar yang
berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. Dengan demikian, proses pembelajaran
merupakan suatu sistem, yaitu satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling
berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara
optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran pada pokoknya merupakan tahapan-tahapan kegiatan guru dan siswa
dalam menyelenggarakan program pembelajaran, yaitu rencana kegiatan yang
menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok yang secara rinci memuat alokasi waktu,
indikator pencapaian hasil belajar, dan langkah-langkah kegiatan pembelajar- an untuk
setiap materi pokok mata pelajaran
Aktivitas proses pembelajaran ditandai dengan terjadinya interaksi edukatif, yaitu
interaksi yang sadar akan tujuan, berakar secara metodologis dari pihak pendi- dik (guru)
dan kegiatan belajar secara pedagogis pada diri peserta didik, berproses secara sistematis
melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika,
melainkan berproses melalui tahapan-tahapan yang dicirikan dengan karakteristik
tertentu. Pertama, melibatkan proses mental siswa secara mak- simal dalam proses
pembelajaran. Kedua, membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab secara terus
menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan mening- katkan kemampuan berpikir
siswa yang pada gilirannya dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang
mereka konstruksi sendiri.
Pembelajaran merupakan usaha pendidik untuk mewujudkan terjadinya proses
pemerolehan pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses yang
menfasilitasi peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Sehingga dengan demikian
untuk dapat menghasilkan proses pembelajaran yang efektif sebagaimana yang
diharapkan, maka pendidik perlu memahami teori-teori belajar yang dapat menjadi

7
landasan pelaksanaan pembelajaran. Berikut ini pengertian pembelajaran menurut para
ahli:
1. Menurut Enceng Mulyana (2008:17), pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap
upaya yang sistematis dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar terjadi
kegiatan belajar membelajarkan.
2. Menurut Usman (Asep Jihad, 2008: 12) pembelajaran adalah inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Menurut Oemar Hamalik (2005:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, matrial, fasilitas, 12 perlengkapan, da
prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
4. Menurut Arief, dkk (2003:9) proses pembelajaran harus dirancang secara sistematis
dengan memusatkan perhatian pada siswa. Pembelajaran direncanakan berdasarkan
kebutuhan dan karakteristik siswa serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku
siswa sesuai dengan tujuan yang akan tercapai. Dari uraian di atas disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah sebagai upaya sistematis yang terdapat interaksi
didalamnya baik itu antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan
sumber belajar, sehingga mengarah kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya.
Oleh karena itu, lingkungan perlu diatur sedemikian rupa sehingga timbul reaksi siswa
ke arah perubahan perilaku yang diinginkan. Interaksi tersebut sangatlah penting dalam
proses pembealajar guna keberhasilan pembelajaran itu sendiri. Pengaturan lingkungan
tersebut, meliputi analisis kebutuhan siswa, karakteristik siswa, perumusan tujuan,
penentuan materi pelajaran, pemilihan strategi yang sesuai, serta media pembelajaran
yang diperlukan. Jadi, strategi pembelajaran merupakan salah satu unsur yang penting
dipahami oleh guru. Strategi pembelajaran disusun berdasarkan suatu pendekatan
tertentu.
Oleh karena itu, sebelum diuraikan tentang strategi pembelajaran, terlebih dahulu
akan dikemukakan pengertian pendekatan. Secara berturut-turut berikut ini akan

8
dikemukakan pengertian-pengertian tentang pendekatan, strategi, metode, dan teknik
dalam pembelajaran.
1) Pendekatan Pendekatan merupakan seperangkat wawasan yang secara sistematis
digunakan sebagai landasan berpikir dalam menentukan strategi, metode, dan teknik
(prosedur) dalam mencapai target atau hasil tertentu sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Pendekatan juga dapat diartikan sebagai suatu perspektif atau cara
pandang seseorang dalam menyikapi sesuatu.
2) Strategi Kata strategi berasal dari bahasa Latin strategia, yang diartikan sebagai seni
penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Strategi pembelajaran menurut Frelberg
& Driscoll (1992) dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan pemberian materi
pelajaran pada berbagai tingkatan, untuk siswa yang berbeda, dalam konteks yang
berbeda pula. Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam
lingkungan pembelajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang
dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Dick & Carey (1996)
berpendapat bahwa strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan,
melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pembelajaran. Strategi
pembelajaran terdiri atas semua komponen materi pelajaran dan prosedur yang akan
digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola kegiatan pembelajaran
yang dipilih dan digunakan guru secara kontekstual, sesuai dengan karakteristik siswa,
kondisi sekolah, lingkungan sekitar serta tujuan khusus pembelajaran yang dirumuskan.
Gerlach & Ely (1980) juga mengatakan bahwa perlu adanya kaitan antara strategi
pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang efektif dan efisien. Strategi pembelajaran terdiri dari metode dan
teknik (prosedur) yang akan menjamin bahwa siswa akan betul-betul mencapai tujuan
pembelajaran. Kata metode dan teknik sering digunakan secara bergantian.
Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa teknik (yang kadangkadang disebut
metode) dapat diamati dalam setiap kegiatan pembelajaran. Teknik adalah jalan atau alat
(way or means) yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan siswa ke arah
tujuan yang akan dicapai. Guru yang efektif sewaktu-waktu siap menggunakan berbagai
metode (teknik) dengan efektif dan efisien menuju tercapainya tujuan. Metode, menurut
Winarno Surakhmad (1986) adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk

9
mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi
siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian
tujuan. Namun, metode kadang-kadang dibedakan dengan teknik.
Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif,
maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru)
untuk mencapai tujuan. Contohnya, guru A dan guru B sama-sama menggunakan metode
ceramah, keduanya mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan metode ceramah yang
efektif, tetapi hasil guru A berbeda dengan guru B karena teknik pelaksanaannya yang
berbeda. Jadi, tiap guru mempunyai teknik yang berbeda dalam melaksanakan metode
yang sama. Marilah kita tinjau kembali pengertian strategi yang telah diuraikan tersebut
di atas, bahwa strategi terdiri dari metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa
mencapai tujuan. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa strategi pembelajaran lebih luas
daripada metode dan teknik pembelajaran. Metode dan teknik pembelajaran merupakan
bagian dari strategi.
Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dan utama dalam konteks
pembangunan bangsa dan negara. Hal ini dapat terlihat dari tujuan nasional bangsa
Indonesia yang salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang menempati
posisi yang strategis dalam pembukaan UUD RI 1945. Dalam situasi pendidikan,
khususnya pendidikan formal di sekolah, guru merupakan komponen yang penting dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Ini disebabkan guru berada di barisan terdepan dalam
pelaksanaan pendidikan. Dengan kata lain, guru merupakan komponen yang paling
berpengaruh terhadap tercipta- nya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Dengan
demikian, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan pendidikan tidak
akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang kre- atif,
profesional, dan berkompeten. Oleh karena itu, diperlukanlah sosok guru yang
mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas
profesionalnya. (Kunandar, 2008: 55).
Satu kunci pokok tugas dan kedudukan guru sebagai tenaga profesional menurut
ketentuan pasal 4 UU RI tentang guru dan dosen adalah sebagai agen pembelajaran
(learning agent) yang berfungsi meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Sebagai
agen pembelajaran, guru memiliki peran sentral dan cukup strategis antara lain sebagai
fasilitator, motivator, pemacu, pereka- yasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar
bagi peserta didik. (Moch. Uzer Usman, 2005: 14). Guru yang profesional pada intinya

10
adalah guru yang memiliki daya kreasi dan kompetensi dalam melakukan tugas
pendidikan dan pengajaran. Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan
kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara
tepat dan efektif.
Dalam proses pembelajaran, guru adalah pendidik kedua setelah orang tua, yang
sangat memengaruhi kepdibadian peserta didik. Misalnya, apabila tingkah laku pendidik
atau guru itu baik, tingkah laku peserta didik juga mayoritas baik. Demikian pula
sebaliknya, jika sikap atau akhlak pendidik kurang baik, jelas pula bahwa sikap atau
akhlak peserta didiknya akan kurang baik juga. Sikap peserta didik mudah meniru segala
tingkah dan perbuatan oleh orang yang disenanginya, termasuk guru yang merupakan
sosok teladan bagi mereka. Kehadiran guru di dalam sekolah dan masyarakat merupakan
faktor utama dalam mencapai tujuan pendidikan.
Keterampilan seorang guru di dalam merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran merupakan sesuatu yang erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab
guru sebagai pengajar yang mendidik di sekolah dan juga lingkungan masyarakat. Guru
se- bagai pendidik mengandung arti yang sangat luas, tidak sebatas memberikan bahan-
bahan pengajaran tetapi menjangkau etika dan estetika dalam meng- hadapi tantangan
kehidupan di masyarakat. Guru sebagai pendidik harus selalu cermat dalam menentukan
langkah, bersifat sabar, teladan, serta tanggap terhadap situasi dan kondisi. Oleh kare- na
itu, kompetensi merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari diri
seseorang dalam melaksanakan sebuah tugas. Maka dapat dipahami bah- wa kompetensi
seorang guru merupakan suatu komponen yang harus dimiliki atau dikuasai oleh seorang
guru dan sebagai alat untuk memberikan bantuan dan pelayanan terbaik kepada peserta
didik.
1. Guru dan Siswa
Guru adalah pelaku utama yang merencanakan, mengarahkan, dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang terdapat dalam upaya memberikan
sejumlah ilmu pengetahuan kepada peserta didik di sekolah. Seorang guru haruslah
memiliki kemampuan dalam mengajar, membimbing dan membina peserta didiknya
dalam kegiatan pembelajaran.
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran.
Dengan adanya tujuan, maka guru memiliki pedoman dan sasaraan yang akan dicapai

11
dalam kegiatan mengajar. Apabila tujuan pembelajaran sudah jelas dan tegas, maka
langkah dan kegiatan pembelajaran akan lebih terarah. Tujuan dalam pembelajaran
yang telah dirumuskan hendaknya disesuaikan dengan ketersediaan waktu, sarana
prasarana dan kesiapan peserta didik. Sehubungan dengan hal itu, maka seluruh
kegiatan guru dan peserta didik harus diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah
diharapkan.
3. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses
belajar mengajar. Tanpa adanya materi pembelajaran proses belajar mengajar tidak
akan berjalan. Oleh karena itu, guru yang akan mengajar pasti memiliki dan
menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Materi pelajaran
merupakan satu sumber belajar bagi siswa. Materi yang disebut sebagai sumber
belajar ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pembelajaran.
4. Metode Pembelajaran
Menurut J.R David dalam Teaching Strategies for College Class Room yang
dikutip oleh Abdul Majid, mengatakan bahwa pengertian metode adalah cara untuk
mencapai sesuatu. Untuk melaksanakan suatu strategi digunakan seperangkan metode
pengajaran tertentu. Dalam pengertian demikian ini, maka metode pembelajaran
menjadi ssalah satu unsure dalam strategi belajar mengajar. Metode pembelajaran
digunakan oleh guru untuk menciptakan lingkungan belajar dan mengkhususkan
aktivitas guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran.
5. Alat Pembelajaran
Alat pembelajaran adalah media yang berfungsi sebagai alat bantu untuk
memperlancar penyelengaraan pembelajaran aga lebih efisien dan efektif dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Alat atau media pembelajaran dapat berupa orang,
makhluk hidup, benda-benda, dan segala sesuatu yang dapat digunakan guru sebagai
perantara untuk menyajikan bahan pelajaran.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen terakhir dalam sistem pembelajaran. Evaluasi
bukan saja berfungsi untuk melihat keberhasilan siswa dalam pembelajaran, akan
tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik guru atas kinerja yang telah dilakukannya
dalam proses pembelajaran. Melalui evaluasi dapat diketahui kekurangan dalam
pemanfaatan berbagai komponen dalam pembelajaran.

12
C. Pembahasaan Pembelajaran Matematika Menurut Para Ahli
Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir
dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara
pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk
memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang
tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Siswa diberi pengalaman menggunakan
matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi misalnya
melalui persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam modelmodel matematika yang
merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika
lainnya.
Pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang
melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan
belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar program belajar
matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan
belajar secara efektif dan efisien. Pembelajaran Matematika adalah proses pemberian
pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga
siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Pembelajaran
matematika merupakan suatu proses tidak hanya mendapat informasi dari guru tetapi
banyak kegiatan maupun tindakan dilakukan terutama bila diinginkan hasil belajar yang
lebih baik pada diri peserta didik. Belajar pada intinya tertumpu pada kegiatan memberi
kemungkinan kepada peserta didik agar terjadi proses belajar yang efektif atau dapat
mencapai hasil yang sesuai tujuan. matematika adalah kegiatan belajar dan mengajar
yang mempelajari ilmu 5 matematika dengan tujuan membangun pengetahuan
matematika agar bermanfaat dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari.
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil
dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai
asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike
berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein
yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan
matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).
Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan
menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena

13
pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran. Berikut
beberapa definisi matematika menurut para ahli,
Russefendi (1988 : 23) Matematika terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak
didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil di mana dalil-dalil
setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering
disebut ilmu deduktif.
James dan James (1976). Matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep – konsep yang berhubungan satu dengan lainnya.
Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan geometri. Tetapi
ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi menjadi empat bagian yaitu
aritmatika, aljabar, geometris dan analisis dengan aritmatika mencakup teori bilangan
dan statistika.
Johnson dan Rising dalam Russefendi (1972). Matematika adalah pola berpikir,
pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat , jelas dan akurat representasinya
dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai
bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam
teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan,
aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang
keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat
pada keterurutan dan keharmonisannya.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas bisa kita simpulkan bahwa matematika
adalah sebuah sistem pengetahuan tentang pola, sifat dan konsep terstruktur yang saling
berhubungan untuk mendefinisikan kebenaran secara cermat, jelas, dan akurat.
Pentingnya pelajaran matematika tidak lepas dari peran matematika dalam segala aspek
kehidupan oleh karena itu matematika tidak terlepas dari pembelajaran.
1. Pembelajaran matematika, menurut Bruner (Herman Hudoyo, 1998 : 56) adalah
belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang
dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika di
dalamnya.
2. Erman Suherman (1986: 55) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran matematika
para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang
sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek. Menurut

14
Cobb (Erman Suherman, 2003: 71) pembelajaran matematika sebagai proses
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan
matematika.
3. Menurut Rahayu (2007:2) hakikat pembelajaran matematika adalah proses yang
sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang
memungkinkan seseorang (si pelajar) melaksanakan kegiatan belajar matematika dan
pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha
dan mencari pengalaman tentang matematika. Jadi bisa kita simpulkan bahwa
pembelajaran matematika adalah usaha untuk memahami segala pola, sifat dan
konsep dari setiap kebenaran yang ada.
4. Menurut Cobb (Erman Suherman, 2003: 71) pembelajaran matematika sebagai proses
pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan
matematika.
5. Menurut Muhsetyo (2008:26) pembelajaran matematika adalah proses pemberian
pengalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatanterencana sehingga
siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematikayang dipelajari.
Pembelajaran matematika
6. Sanjaya (2009:215),” pembelajaran merupakan istilah lain dari mengajar. Dalam
kegiatan pembelajaran siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini
dimaksudkan untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu
kehidupan peserta didik.” Dalam proses pembelajaran La Costa (dalam Sanjaya,
2009:219), mengklasifikasikan pembelajaran berpikir menjadi tiga, yang salah
satunya adalah teaching of thinking.
7. Russefendi (2006:94) menyatakan,”Matematika itu penting baik sebagai alat bantu,
sebagai ilmu (bagi ilmuwan), sebagai pembimbing pola berpikir, maupun sebagai
pembentuk sikap. Oleh karena itu, kita harus mendorong siswa untuk belajar
matematika dengan baik. Menurut Dienes pembelajaran matematika dibuat untuk
meningkatkan pengajaran matematika yang lebih mengutamakan kepada pengertian,
sehingga matematika itu lebih mudah dipelajari dan lebih menarik.
8. Japa, dkk., dalam Dharma., dkk (2016: 2) menyatakan bahwa pembelajaran
matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan yang memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan belajar

15
matematika. Adapun tujuan pembelajaran matematika khususnya disekolah dasar
adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, mengetahui keterkaitan antar konsep dan mampu
mengaplikasikan konsep;
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi;
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika;
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah;
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan menurut pendapat kami bahwa
pembelajaran matematika merupakan kegiatan belajar matematika yang dilakukan untuk
mencapai hasil belajar yang diinginkan atau dengan tujuan membangun pengetahuan
matematika agar bermanfaat dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari.
Selain tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar
juga harus memiliki ruang lingkup yang sangat luas.
Selanjutnya dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, dijabarkan lagi dari
masing-masing ruang lingkup tersebut yakni sebagai berikut: (1) aspek bilangan, yang
mencakup menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah, menggunakan operasi
hitung bilangan dalam pemecahan masalah, menggunakan konsep bilangan cacah dan
pecahan dalam pemecahan masalah, menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor,
kelipatan bilangan bulat dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah;
(2) aspek geometri dan pengukuran, yang mencakup mengenai bangun datar dan bangun
ruang serta menggunakannya dalam pemecahan masalah sehari-hari, melakukan
pengukuran, menentukan unsur bangun datar dan menggunakannya dalam pemecahan
masalah, melakukan pengukuran keliling dan luas bangun datar dan menggunakannya
dalam pemecahan masalah, melakukan pengukuran, menentukan sifat dan unsur bangun
ruang, menentukan kesimetrian bangun datar serta menggunakannya dalam pemecahan
masalah dan mengenal sistem koordinat bangun datar; (3) aspek pengolahan data yang
mencakup mengumpulkan, menyajikan, dan menafsirkan data.

16
Tujuan belajar matematika adalah mendorong siswa untuk menjadi pemecah
masalah berdasarkan proses berpikir yang kritis, logis dan rasional. oleh sebab itu materi
kurikulum dan strategi pembelajaran perlu memperhatikan hal sebagai berikut: (1)
menekankan penemuan, tidak pada hafalan; (2) mengeksplorasi polapola peristiwa dan
proses yang terjadi di alam, tidak hanya menghafal rumus; (3) merumuskan keterkaitan-
keterkaitan yang ada dalam hubungannya secara keseluruhan, tidak hanya penyelesaian
soal yang diberikan dalam latihan matematika.
Science Education Board – National Research Council (Ariyadi, 2012:7)
merumuskan empat macam tujuan pendidikan matematika jika ditinjau dari posisi
matematika dalam lingkungan social. Empat tujuan pendidikan matematika tersebut
adalah:
a. Tujuan praktis Tujuan praktis berkaitan dengan pengembangan kemampuan siswa
untuk menggunakan matematika untuk menyelesaikan masalah yang terkait dengan
kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan kemasyarakatan Tujuan ini berorientasi pada kemampuan siswa untuk
berpartisipasi secara aktif dan cerdas dalam hubungan kemasyarakatan.
c. Tujuan professional Pendidikan matematika harus bisa mempersiapkan siswa untuk
terjun ke dunia kerja. Tujuan pendidikan ini memang dipengaruhi oleh pandangan
masyarakat secara umum yang sering menepatkan pendidikansebagai alat untuk
mencari pekerjaan.
d. Tujuan budaya Pendidikan merupakan suatu bentuk dan sekaligus produk budaya.
Oleh karena itu, pendidikan matematika perlu menempatkan matematika sebagai
hasil kebudayaan manusia dan sekaligus sebagai suatu proses untuk mengembangkan
suatu kebudayaan. 3

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Belajar sebagai aktivitas psiko-fisik yang menghasilkan perubahan atas
pengeta- huan, sikap dan keterampilan yang relatif konstan, dibedakan atas
belajar abstrak, belajar keterampilan, belajar sosial, belajar pemecahan
masalah, belajar rasional, belajar kebiasaan, belajar apresiasi, dan belajar
pengetahuan. Hal ini telah mendapat perhatian dari para ahli pendidikan dan
psikologi yang pada pokoknya memandang bahwa konsep belajar selalu
menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku seseorang berdasarkan
praktek atau pengelaman tertentu.
2. Pembelajaran merupakan aktivitas yang berproses melalui tahapan
perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi, dimaknai sebagai interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.
Oleh karena itu, keberhasilan sebuah proses pembelajaran ditentukan oleh
ketiga komponen tersebut.
3. Pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang
melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika pada suatu
lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode
agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan
siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien
B. Saran
1. Bagi kita sebaiknya harus tahu-menahu tentang penjelasan belajar dan
pembelajaran serta pembelajaran matematika sekaligus unusr unsur dalam
pembelajaran.
2. Kepada para pembaca, jika ingin lebih mengetahui tentang pembahasan lebih
jelas bisa membaca buku atau jurnal-jurnal pembelajaran matematika.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hanafy MS. Konsep Belajar Dan Pembelajaran. Lentera Pendidik J Ilmu Tarb dan Kegur.
2014;17(1):66-79. doi:10.24252/lp.2014v17n1a5
Hasyim M. Penerapan Fungsi Guru Dalam Proses Pembelajaran. Auladuna. 2014;1(2):265-
276. http://103.55.216.56/index.php/auladuna/article/view/556
Siagian MD. Kemampuan koneksi matematik dalam pembelajaran matematika. MES J Mat
Educ Sci. 2016;2(1):58-67.

19

Anda mungkin juga menyukai