Anda di halaman 1dari 26

PROSEDUR PENGKAJIAN DAN TINDAKAN KEPERAWATAN (TERAPI

AKTIFITAS) PADA LANSIA (GERONTIK)


Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu:
Fajar Surahmi,SKM M.Kes.

Disusun oleh:
Riksa Rizki Fuadi : P1337420120047
Dhiya Malichatul :P1337420120053
Ivania Ayu Paninggar :P1337420120060
3A2

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEMARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2023
DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................................2
PENDAHULUAN ................................................................................................................2
A. Latar Belakang .................................................................................................................2
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................3
C. Tujuan ..............................................................................................................................3
BAB II ..................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI .............................................................................................................4
2.1 Bentuk Asuhan Keperawatan .......................................................................................4
A. Kegiatan Asuhan Keperawatan Pada Lansia (Gerontik) ........................................................4
2.2 Pendekatan Perawatan Lanjut Usia ...............................................................................5
A. Pendekatan fisik ...................................................................................................................5
B. Pendekatan psikis .................................................................................................................7
C. Pendekatan sosial .................................................................................................................8
D. Pendekatan spiritual.............................................................................................................8
2.3 Tujuan asuhan keperawatan lanjut usia (Gerontik) .............................................................9
2.4 Diagnosa Keperawatan Lanjut Usia ...................................................................................9
2.5 Fokus Keperawatan Lanjut Usia (Gerontik) .....................................................................10
2.6 Bentuk Pengkajian Keperawatan Lansia (Gerontik) .........................................................10
2.7 Prosedur Terapi Aktivitas Pada Lansia .......................................................................16
A. Terapi Modalitas Pada Lansia .............................................................................................16
B. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) ........................................................................................18
BAB III ..............................................................................................................................24
PENUTUP..........................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................24
3.2 Saran ................................................................................................................................24
Daftar Pustaka ............................................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka


kematian umum dan angka kematian bayi serta angka kelahiran. Hal ini berdampak
pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya jumlah
penduduk golongan lanjut usia. Telah disepakati bahwa keperawatan adalah “suatu
bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang
didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia” (Kemenkes RI, 2016).
Diseluruh dunia ± 500 juta lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60 tahun
dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Sedangkan menurut
Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020
mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya
tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia (Badan
Pusat Statistik (BPS), 2022).
Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat
komprehensif dan ditujukan pada individu, keluarga, masyarakat serta baik dalam
kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Sedangkan
asuhan yang diberikan berupa bantuan-bantuan kepada pasien karena adanya
kelemahan fisik dan mental dan keterbatasan pengetahuan serta kurangnya
kemampuan dan atau kemauan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandiri.
Pada makalah ini akan dibahas secara singkat asuhan keperawatan pada pasien
lanjut usia dan pengkajiannya di tatanan klinik (clinical area) dan dimana
pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang meliputi pengkajian
(assessment) dan merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing diagnosis) dan
merencanakan tindakan keperawatan (intervention) dan melaksanakan tindakan
keperawatan (mplementation) dan melakukan evaluasi (Evaluation).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah “bagaimana Prosedur Pengkajian dan Tindakan Keperawatan (Terapi
Aktifitas) Pada Lansia (Gerontik)?”

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan yang harus dicapai dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami prosedur pengkajian terapi aktifitas dan
tindakan keperawatan pada lansia (Gerontik).
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa dapat memahami prosedur pengkajian keperawatan pada
lansia (Gerontik).
2) Mahasiswa dapat memahami terapi aktifitas pada lansia (Gerontik).
3) Mahasiswa dapat memahami tindakan keperawatan pada lansia
(Gerontik).
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Bentuk Asuhan Keperawatan

A. Kegiatan Asuhan Keperawatan Pada Lansia (Gerontik)


Kegiatan asuhan keperawatan pada lansia (Gerontik) dimaksudkan untuk
memberikan bantuan dan bimbingan pengawasan dan perlindungan dan
pertolongan kepada lanjut usia secara individu maupun kelompok dan seperti di
rumah / lingkungan keluarga dan panti werda maupun puskesmas dan yang
diberikan oleh perawat untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh
anggota keluarga atau petugas sosial yang bukan tenaga keperawatan dan
diperlukan latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga
keperawatan melakukan asuhan keperawatan di rumah atau panti (Kemenkes RI,
2016).
Adapun asuhan keperawatan diberikan dan disesuaikan pada kelompok
lanjut usia dan apakah lanjut usia aktif atau pasif dan antara lain:
1) Untuk lanjut usia yang masih aktif dan asuhan keperawatan dapat berupa
dukungan tentang personal hygiene kebersihan gigi dan mulut atau
pembersihan gigi palsu: kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan dan
kuku, mata serta telinga. Kebersihan lingkungan seperti: tempat tidur dan
ruangan, makanan yang sesuai, misalnya porsi kecil bergizi dan bervarisi,
mudah dicerna dan kebugaran jasmani.
2) Untuk lanjut usia yang tidak melakukan kegiatan atau pasif dan yang
tergantung pada orang lain. Hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada lanjut usia pasif pada dasarnya sama seperti pada
lanjut usia aktif dan dengan bantuan penuh oleh anggota keluarga atau petugas.
Khususnya bagi yang lumpuh dan perlu dicegah agar tidak terjdi dekubitus
(lecet)
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena
perubahan kulit berkaitan dengan bertambahnya usia dan antara lain:
a) Berkurangnya jaringan lemak subkutan.
b) Berkurangnya jaringan kolagen dan elastisitas penurunnya efisiensi
kolateral kapital pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.
c) Adanya kecenderungan lansia imobilisasi sehingga meningkatkan potensi
terjadinya dekubitus

2.2 Pendekatan Perawatan Lanjut Usia

A. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan kesehatan obyektif dan kebutuhan serta kejadian-
kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya beserta perubahan fisik
pada organ tubuh dan tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai, dikembangkan,
penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progresifiitasnya (Nedya Safitri, 2018).
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian
yaitu:
1) Klien lanjut usia yang masih aktif yang keadaan fisiknya masih mampu
bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari
masih mampu melakukan sendiri.
2) Klien lanjut usia yang pasif atau yang tidak dapat bangun dan yang keadaan
fisiknya mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar
perawatan klien usia lanjut ini terutama tentang hal-hal yang berhubungan
dengan keberhasilan perorangan untuk mempertahankan kesehatannya.
Lanjut usia mempunyai potensi besar untuk menjadi dekubitus karena
perubahan Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya
peradangan dan menigngat sumber infeksi dapat timbul bila keberhasilan kurang
mendapat perhatian.
Disamping itu kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan dapat
mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar,
untuk klien lanjut usia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai
kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan
kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan dan cara minum
obat, cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal ini penting
meskipun tidak selalu keluhan-keluhan yang dikemukakan atau gejala yang
ditemukan memerlukan perawatan dan tidak jarang pada klien lanjut usia
dihadapkan pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat
dan intensif, misalnya gangguan serebrovaskuler mendadak dan traum intoksikasi
dan kejang-kejang, untuk itu perlu pengamatan secermat mungkin.
Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah
memperhatikan atau membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancer,
makan dan minum serta melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu
berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai
dan menukar pakaian serta mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dan
kecelakaan, toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut
usia, untuk itu kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan posisi
bersandar pada beberapa bantal (semi fowler) dan jangan melakukan gerak badan
yang berlebihan.
Seorang perawat harus mampu memotivasi para klien lanjut usia agar mau
dan menerima makanan yang disajikan. Kurangnya kemampuan mengunyah sering
dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan. Untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan menghidangkan makanan agak lunak atau memakai gigi palsu. Waktu
makan yang teratur, menu bervariasi dan bergizi, makanan yang serasi dan suasana
yang menyenangkan dapat menambah selera makan.bila ada penyakit tertentu
perawat harus mengatur makanan mereka sesuai dengan diet yang dianjurkan.
Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha mencegah timbulnya
peradangan, menginat sumber infeksi bisa saja timbul bila kebersian kurang
mendapat perhatian. Oleh karena itu kebersihan badan, tempat tidur, kebersihan
rambur, kuku dan mulut atau gigi perlu mendapat perhatian karena semua itu akan
mempengaruhi kesehatan klien lanjut usia (Gerontik).
Perawat perlu mengadakan pemeriksaan kesehatan, hal ini harus dilakukan
kepada klien lanjut usia yang diduga menderita penyakit tertentu atau secara
berkala bila memperlihatkan kelainan, misalnya: batuk, pilek, dsb. Perawat perlu
memberikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan jika ada keluhan insomnia, harus
dicari penyebabnya kemudian mengkomunikasikan dengan mereka tentang arah
pemecahannya. Perawat harus mendekatkan diri dengan klien lanjut usia
membimbing dengan sabar dan ramah, sambil bertanya apa keluhan yang
dirasakan, bagaimana tentang tidur, makan dan apakah obat sudah di minum,
apakah mereka bisa melaksanakan ibadah dsb. Sentuhan (misalnya genggaman
tangan) terkadang sangat berarti buat mereka (Sarif La Ode, 2012)

B. Pendekatan psikis
Disini perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter dan
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia yang
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat hendaknya memiliki kesabaran
dan ketelitian dalam memberikan kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk
menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat
harus selalu memegang prinsip “Tripple” yaitu sabar, simpatik dan service.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih
sayang dari lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu
perawat harus selalu menciptakan suasana yang aman dan tidak gaduh, membiarkan
mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya.
Perawat harus membangkitkan semangat dan kreasi klien lanjut usia dalam
memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rendah diri dan rasa keterbatasan
sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik serta kelainan yang dideritanya.
Hal itu perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi karena bersama
dengan semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala,
seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya
kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan
suatu kecenderungan untuk tiduran diwaktu siang dan pergeseran libido. Perawat
harus sabar mendengarkan cerita dari masa lampau yang membosankan jangan
menertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa melakukan kesalahan harus
diingat kemunduran ingatan, jangan dimanfaatkan untuk tujuan tertentu, bila
perawat ingin merubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan,
perawat bila melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat harus
dapat mendukunhg mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh
pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan agar di
masa lanjut usia ini mereka puas dan bahagia (Nedya Safitri, 2018).
C. Pendekatan sosial
Agendakan diskusi, tukar pikiran dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan social, memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesama klien usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi pendekatan
sosial ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya
adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.
Penyakit memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lanjut
usia untukmen mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misalnya jalan
pagi, nonton film atau hiburan lain. Tidak sedikit klien tidak tidur terasa, stress
memikirkan penyakitnya, biaya hidup, keluarga yang dirumah sehingga
menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau kekhawatiran dan rasa kecemasan.
Tidak jarang terjadi pertengkaran dan perkelahian diantara lanjut usia, hal
ini dapat diatasi dengan berbagai cara yaitu mengadakan hak dan kewajiban
bersama. Dengan demikian perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik
sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara langsung berkaitan dengan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di panti werda atau rumah sakit
(Sarif La Ode, 2012).
D. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan asuhan atau agama yang dianutnya dalam kedaan sakit atau
mendeteksi kematian. Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut
usia yang menghadapi kematian. Menurut ahli psikologi terutama lansia
mengemukakan bahwa maut sering kali mengubah rasa takut, rasa semacam ini
didasari oleh berbabai macam faktor, seperti ketidak pastian akan pengalaman
selanjutnya adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi dengan keluarga dan
lingkungan sekitarnya.
Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan
reaksi yang berbeda, tergantun dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup
ini adapun kehgelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat
harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan
masih ada orang lain yang mengurus mereka, sedangkan rasa bersalah selalu
menghantui pikiran lanjut usia. Umumnya pada waktu kematian akan datang agama
atau kepercayaan seseorang merupakan faktor yang penting sekali, pada waktu
inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut
usia.
Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya
jterhadap fisik saja melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien
lanjut usia melalui agama mereka (Sarif La Ode, 2012).

2.3 Tujuan asuhan keperawatan lanjut usia (Gerontik)

Tujuan keperawatan lansia (gerontik) agar lanjut usia dapat melakukan


kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan:
1) Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya
telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan
2) Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau
semangat hidup klien lanjut usia (life support)
3) Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau
gangguan baik kronis maupun akut
4) Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan
menegakkan diagnosa yang tepat dan dini jika mereka memjumpai
kelainan tertentu
5) Mencari upaya semaksimal mungkin agar para klien lanjut usia yang
menderita suatu penyakit, masih dapat mempertahankan kebebasan yang
maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara
maksimal).

2.4 Diagnosa Keperawatan Lanjut Usia

Adapun diagnosa keperawatan lansia (gerontik) sesuai dengan prioritas


masalah adalah sebgai berikut:
1) Diagnosa Keperawatan
Aspek fisik atau biologis
Kelemahan mobilitas fisik (b.d kerusakan muscoskeletal dan neuromuscular
ditandai dengan perubahan gaya berjalan, gerak lambat, gerak menyebabkan
tremor, usaha yang kuat untuk perubahan gerak
NOC= Level mobilitas (mobility Level) setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3x24 jam pertemuan diharapkan pasien dapat:
1) Memposisikan penampilan tubuh
2) Ambulasi berjalan
3) Dengan gerakan otot
4) Menyambung gerakan/mengkolaborasikan gerakan
NIC= Latihan dengan terapi gerakan (Exercise Therapy Ambulation)
1) Konsultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang
sesuai dengan kebutuhan
2) Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang
aman
3) Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri (mudah
goyah/tidak kokoh)

2.5 Fokus Keperawatan Lanjut Usia (Gerontik)

Adapun asuhan keperawatan lanjut usia (Gerontik) lebih berfokus pada hal
sebagai berikut:
1) Mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang
usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan
2) Meningkatan kesehatan (helth promotion)
3) Pencegahan penyakit (preventif)
4) Mengoptimalkan fungsi mental
5) Mengatasi gangguan kesehatan yang umum

2.6 Bentuk Pengkajian Keperawatan Lansia (Gerontik)

Format Pengkajian Lansia

Tanggal pengambilan data :


Ruang :
Reg :
IDENTITAS KLIEN
Nama :
Tempat dan tanggal lahir :
Pendidikan terakhir :
Agama :
Status :
TB/BB :
Penampilan :
Ciri-ciri tubuh :
Alamat :
Orang yang dekat dihubungi :
Hubungan dengan usila :
Alamat :
Tanggal masuk panti :
Riwayat keluarga
Genogram :
Keterangan :
Riwayat Pekerjaan :
Pekerjaan saat ini :
Alamat pekerjaan :
Jarak dari rumah :
Alat transprtasi :
Pekerjaan sebelumnya :
Berapa jarak dari rumah :
Sumber pendapatan/kecukupan terhadap kebutuhan :
Riwayat Lingkungan Hidup
Tipe tempat tinggal :
Jumlah kamar :
Kondisi tempat tinggal : (pencahayaan cukup terang, ventilasi baik tidak lembab,
bersih tidak pengap)
Jumlah orang yang tinggal di rumah:
Derajat polusi :
Tetangga terdekat :
Alamat/no telpon :
Riwayat rekreasi :
Hobby/minat :
Keanggotaan organisasi :
Liburan perjalanan :
Sistem pendukung :
Diskripsi Kekhususan Status Kesehatan :
Alasan Datang ke Rumah Sakit :
KELUHAN UTAMA
Penatalaksanaan masalah kesehatan :
Pola persepsi pemeliharaan kesehatan :
Alergi :
Penyakit yang diderita :
Pola aktifitas Hidup sehari-hari :
Kemampuan Perawatan Diri, lndependen, Bantuan Alat, Bantuan orang lain, Bantuan
orang lain & peralatan, Dependent. Aktifitas yang dinilai antara lain :

1. Makan/minum :
2. Mandi :
3. Berpakaian :
4. Ke kamar mandi/WC :
5. Trasfering/pindah :
6. Ambulasi :
Indeks Katz :
Nutrisi :
Eliminasi :
Aktifitas :
lstirahat & tidur :
Personal Hygieine :
Seksual :
Rekreasi :
Psikolgis :
1. Persepsi klien :
2. Konsep diri :
3. Emosi :
4. Adaptasi :
5. Mekanisme pertahanan diri:
6. Tinjauan system :
Keadaan umum :
Tingkat kesadaran :

GCS : membuka mata = , verbal =, psikomotor = Tanda-tanda vital : nadi = x/menit


RR = x/mnt, tensi = mmHg
1. Sistem kardiovaskuler :
2. Sistem pernafasan :
3. Sistem intergument :
4. Sistem muscoskeletal :
5. Metabolisme endokrin :
6. Sistem gastrointestinal :
7. Sistem persyarafan :
8. Sistem pengecapan :
9. Sistem penciuman :

Status kognitif , Afektif dan sosial :


1. SPSMQ :
2. MMSE :
3. lnventaris depresi beck :
4. APGAR keluarga :
Pemeriksaan data penunjang :
1. Lab :
2. Radiologi :
3. EKG :
4. USG :
5. CT scan :
6. Obat – obatan :

ANALISA DATA
DATA MASALAH ETlOLOGl
Subjektif : (klien mengatakan…)
Obyektif : (data yang diperoleh dari observasi)
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH
1.
2.
3.

RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan :
lMPLEMENTASl dan EVALUASl
Diagnosa implementasi dan evaluasi :
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
NO HARI/TGL DX PERKEMBANGAN KETERANGAN

1. S
O
A
P
2. S
O
A
P

lNDEKS KATZ
(lndek Kemandirian Pada Aktivitas kehidupan Sehari – Hari)
Nama Klien :
Tanggal :
Jenis Kelamin : L/P
Umur :
TB/BB :
Alamat :
Suku :
Golongan Darah :
Tingkat Pendidikan :
Alamat :
Skore Kriteria :
1. Kemandirian dalam hal makan, berpindah tempat, kekamar kecil, berpakaian
dan mandi
2. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehingga hari, kecuali satu hal dari
fungsi tersebut
3. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tersebut
4. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehingga, kecuali mandi, berpakaian
dan satu fungi tambahan.
5. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari hari, kecuali mandi, berpakaian
dan satu fungi tambahan.
6. Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari hari, kecuali mandi, berpakaian
dan, kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
7. Ketergantungan pada ke lima fungsi tersebut.
8. Lain-lain tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasi
sebagai 3,4, atau 6.

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTlONNAlRE (SPMSQ)


(Penilaian ini untuk mengetahui fungi intelektual lansia)
Nama Klien :
Tanggal :
Jenis Kelamin : L/P
Umur :
TB/BB :
Alamat :
Suku :
Golongan Darah :
Tingkat Pendidikan :
Alamat :
Nama Pewawancara :
Pertanyaan :
1. Tanggal Berapa Sekarang Hari/bulan/Th
2. Hari apa Sekarang?
3. Apa nama Tempat ini?
4. Berapa nomor telepon anda?
5. Dimana Alamat anda
6. Berapa Umur anda ?
7. Kapan anda lahir ?
8. Siapa Presiden lndonesia sekarang?
9. Siapa Presiden sebelumnya?
10. Siapa nama kecil ibu anda?
11. Kurangi 3 dari angka 20, tetap kurangi 3 lagi untuk hasil angka pertama
Jumlah Kesalahan Total
Keterangan :
1. Kesalahan 0-2 : Fungsi lnteletual utuh
2. Kesalahan 3-4 : Kerusakan lntelektual Ringan
3. Kesalahan 5-7 : Kerusakan lntelektual Sedang
4. Kesalahan 8-10 : Kerusakan lntelektual Berat

Bisaa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subyek hanya berpendidikan
sekolah dasar.

2.7 Prosedur Terapi Aktivitas Pada Lansia

A. Terapi Modalitas Pada Lansia


1. Pengertian

Terapi modalitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang
bagi lansia.
2. Tujuan

a. Mengisi waktu luang bagi lansia

b. Meningkatkan kesehatan lansia

c. Meningkatkan produktivitas lansia

d. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia

3. Jenis Kegiatan

a. Psikodrama

Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia, Tema dapat dipilih


sesuai dengan masalah lansia.

b. Terapi aktivitas Kelompok (TAK)

Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan


kebersamaan bersosialisasi
,bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi
ini dibutuhkan leader, Co-leader, dan fasilitatorserta observer.

c. Terapi Musik

Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup


dan dapat mengenang masa lalu, misalnya : lagu keroncong,musik dengan
gamelan

d. Terapi Berkebun

Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu


luang. Misalnya : penanaman kangkung, bayam, lomnok, dan lain-lain.

e. Terapi dengan Binatang

Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-


harisepinya dengan bermain bersama binatang. Misalnya
:mempunyai peliharaan kucing, ayam, dll

f. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan
meningkatkan produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari
bahan yang telah disediakan, mislanya :membuat kipas, membuat
keset,membuat bungan dari bahan ynag mudah didapat (pelepah pisang,
botol bekas, biki-
bijian, dll.), menjahit dari kain, merajut dari benang, kerja bakti (merapikan
kamar, lemari, membersihkan lingkungan sekitar,menjemur kasur, dll).

g. Terapi kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun, seperti mengadakan cerdas
cermat, mengisis Teka Teki Silang (TTS), tebak-tebakan, puzzle, dan lain-
lain.
h. Life Riview Terapi
Bertujuan untuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan
menceritakan pengalaman hidupnya. Misalnya : bercerita di masamudanya.
i. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisas, gairah hidup, menurunkan rasa
bosan, dan melihat pemandangan. Misalnya : mengikuti senam lansia,
posyandu lansia, Bersepeda, rekreasi ke kebun raya bersama keluarga,
mengunjungi saudara, dll.
j. Terapi keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan
menguatkan rasa nyaman. seperti mengadakan pengajian, kebaktian,sholat
berjama’ah, dll.

B. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


1. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Kelompok merupakan individu yang mempunyai hubungan satudengan
yang lain saling ketergantungan dan mempunyai norma yang sama(Stuart &
Sundeen, 1998). Aktivitas Kelompok adalah kumpulan individu yang
mempunyai hubungan satu dengan yang lain saling terikat dan dapat bersama-
sama mengikuti norma yang sama.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan kegiatan yang diberikan
kelompok klien dengan tujuan memberi terapi bagi anggotanya. Dimana
berkesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan respon
sosial.
2. Prinsip-prinsip memilih peserta terapi aktivitas kelompok
Prinsip memilih pasien untuk terapi aktifitas kelompok adalah homogenitas,yang
dijabarkan antara lain :
a. Gejala sama
Misalnya terapi aktifitas kelompok khusus untuk pasien depresi, khusus
untuk pasien halusinasi dan lain sebagainya. Setiap terapi aktifitas kelompok
memiliki tujuan spesifik bagi anggotanya, bisa untuk sosialisasi, kerjasama
ataupun mengungkapkan isi halusinasi. Setiap tujuan spesifik tersebut akan
dapat dicapai bila pasien memiliki masalah atau gejala yang sama, sehingga
mereka dapat bekerjasama atau berbagidalam proses terapi.
b. Jenis kelamin sama
Pengalaman terapi aktifitas kelompok yang dilakukan pada pasien dengan
gejala sama, biasanya laki-laki akan lebih mendominasi dari
pada perempuan. Maka lebih baik dibedakan.
c. Kelompok umur hampir sama
Tingkat perkembangan yang sama akan memudahkan interaksi antar pasien.
d. Jumlah efektif 7-10 orang per-kelompok terapi
Terlalu banyak peserta maka tujuan terapi akan sulit tercapai karena akan
terlalu ramai dan kurang perhatian terapis pada pasien. Bila terlalu
sedikitpun, terapi akan terasa sepi interaksi dan tujuanya sulit tercapai.
3. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok Bagi Lansia
 Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan di hargai eksistensinya
oleh anggota kelompok yang lain
 Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain serta merubah
perilaku yang destrkutif dan maladaptif
 Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling mambantu satusama
lain untuk menemukan cara menyelesaikan masalah
4. Jenis-jenis Terapi Aktivitas Kelompok pada Lansia
a. Stimulasi Sensori (Musik)
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, baik bagi para
pendengar yang mendengarkan maupun bagi pemusik yang mengubahnya.
Kualitas dari musik yang memiliki andil terhadap fungsi-fungsi dalam
pengungkapan perhatian terletak pada struktur dan urutanmatematis yang
dimiliki, yang mampu menuju pada ketidakberesandalam kehidupan
seseorang. Peran sertanya nampak dalam
suatu pengalaman musikal, seperti menyanyi, dapat menghasilkan integrasi p
ribadi yang mempersatukan tubuh, pikiran, dan roh. Bagi penyanyidalam
sebuah kelompok, musik memberikan suatu komunikasi yangintim dan
emosional antara pemimpin dan anggota kelompok secaraindividu, juga
antara anggota itu sendiri, dan masih terjadi ketikahubungan antarpribadi itu
menjadi terbatas dan pecah. Musik dapatmempersatukan suatu kelompok
yang beraneka ragam menjadi suatu unityang fungsional. Fungsi musik
sebagai ungkapan perhatian dapat dilihatketika musik dialami sebagai suatu
pemberian dari orang-orang yangkelihatannya tidak memiliki apa-apa.
1. Musik sebagai Terapi dan Ungkapan Perhatian
Penggunaan musik sebagai ungkapan perhatian dan suatu terapi
tambahan bagi konseling pastoral melibatkan integrasi dari beberapa
disiplin sejarah: pendidikan musik, pelayanan musik, dan terapimusik.
Terapi musik merupakan yang paling muda dari ketiga bidangini dan
yang langsung berhubungan dengan aplikasi klinis musik. Kata“terapi”
dalam konteks ini berarti lebih daripada sekadar“penyembuhan suatu
penyakit”. Di zaman stres, penuh keraguan,penuh perpecahan, putus asa,
dan kekalahan ini, musik dapat disebutsebagai terapi untuk
menstimulasi, memulihkan, menghidupkan,mempersatukan, membuat
seseorang peka, menjadi saluran, dan memerdekakan. Terapi musik
memiliki suatu kapasitas yang unik dan mapan sehingga memungkinkan
terjadinya perubahan hidup. Musikmerupakan bagian dari musik
temporal, yaitu bahwa musik hadirdalam tari dan drama. Musik
mengandung kumpulan yang sistematisdan teratur dari berbagai
komponen suara irama, melodi, dan keselarasan untuk dapat dilihat dan
dinikmati.
2. Musik sebagai Terapi Tingkah Laku
Terapi musik lebih dari sekadar penghiburan; lebih dari pada sekadar
pengalaman yang mendidik atau suatu aktivitas sosial,walaupun pada
batas tertentu berfungsi sebagai penghiburan, bersifatmendidik, dan
maksud-maksud sosial. Secara teknis, terapi musiktelah didefinisikan
sebagai “suatu sistem yang telah dikembangkan secara maksimal untuk
menstimulasi dan mengarahkan tingkah lakuuntuk mencapai sasaran
terapi yang benar-benar jelas”. Salah satu penyajian yang terbaik dan
paling singkat dari kerangka konseptual iniadalah yang diberikan oleh
William Sears dalam makalahnya yang berjudul “Proces in Music
Therapy”.
3. Musik memberikan pengalaman di dalam struktur Sasarannya ialah
untuk memperpanjang komitmen kepada aktivitas, untuk membuat aneka
ragam komitmen, dan menumbuhkankesadaran akan manfaat yang
diperoleh. Dengan cara yang tidakmemaksa, musik menuntut tingkah
laku yang sesuai dengan urutanwaktu, realitas yang teratur, kecakapan
yang teratur, dan pengaruhyang teratur. Musik menimbulkan gagasan
dan asosiasi ekstramusikal.Musik memberikan pengalaman dalam
mengorganisasi diri.
b. Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang
pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada
tiap sesi. Dengan proses ini maka diharapkan responklien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.Aktifitas berupa stimulus dan
persepsi. Stimulus yang disediakan :seperti baca majalah, menonton acara
televisi ; stimulus dari pengalamanmasa lalu yang menghasilkan proses
persepsi klien yang mal adaptif ataudestruktif, misalnya kemarahan dan
kebencian.
c. Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu
dirisendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang
dekatdengan klien, dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan
dengan klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang
lalu,dan rencana ke depan. Aktifitas dapat berupa : orientasi orang,
waktu,tempat, benda yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.
d. Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktifitas dapat berupa
latihan sosialisasi dalam kelompok.
5. Peran Perawat dalam Terapi Aktivitas kelompok
1. Leader
 Menyusun rencana pembuatan proposal
 Memimpin jalannya therapi aktifitas kelompok
 Merencanakan dan mengontrol terapi aktifitas kelompok
 Membuka aktifitas kelompok
 Memimpin diskusi dan terapi aktifitas kelompok
 Leader memperkenalkan diri dan mempersilahkan anggota
lainnyauntuk memperkenalkan diri.
 Membacakan tujuan terapi aktivitas kelompok
 Menutup kegiatan TAK
2. Co-Leader
 Membantu leader mengorganisasi anggota
 Apabila terapi aktivitas pasif diambil oleh Co-leader
 Menggerakkan anggota kelompok
 Membacakan aturan main
 Mengambil alih posisi Leader jika Leader blocking
 Menyerahkan kembali posisi kepada leader
3. Fasilitator
 Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk aktif jalannya permainan
 Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
4. Observer
 Mengobservasi jalannya terapi aktifitas kelompok mulai dari
persiapan, proses dan penutup
 Mencari serta mengarahkan respon klien
 Mencatat semua proses yang terjadi
 Memberi umpan balik pada kelompok
 Melakukan evaluasi pada terapi aktifitas kelompok
 Membuat laporan jalannya aktivitas kelompok
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 65 tahun ke atas. Ada lanjut
usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri atau mengganti dan mempertahankan kondisi normalnya secara perlahan-lahan,
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
terjadi. Kemunduran yang terjadi pada lansia tidak hanya dari segi fisik saja tetapi
juga pada kognitifnya sehingga akan sering timbul berbagai masalah mulai dari
immobility (imobilisasi), instability (instabilitas dan patuh)& incontinence
(inkontinensia), intellektual impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi),
impairment vision and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation
(depresi) ananition (malnutrisi), insomnia (gangguan tidur), hingga immune
deficiency (menurunnya kekebalan tubuh). Untuk mengatasi permasalah-
permasalan tersebut, perawat harus mengadakan pendekatan dalam perawatan
pasien dengan lansia di rumah baik melalui pendekatan fisik, psikososial maupun
spiritual sehingga masalah-masalah yang dialami pasien bisa terselesaikan.
Perawatan lansia dirumah diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup lansia
sehingga mereka tetap merasa bahagia dan dapat menjalani kehidupan masa tuanya
dengan lebih baik.

3.2 Saran

Keperawatan lansia (Gerontik) di rumah sebaiknya di lakukan secara


holistik meliputi biologi dan psikososial dan spiritual. Keluarga diharapkan selalu
memberikan perhatian yang penuh kepada lansia sehingga lansia tidak merasa
terkucilkan di rumah, sehingga dalam perawatan lansia sebaiknya berupaya untuk
memandirikan lansia sesuai dengan kemampuannya. Dari unit terkecil yaitu
keluarga dan masyarakat diharapkan ikut berpartisipasi dalam perawatan lansia
dirumah, Kepada perawat homecare agar memberikan asuhan keperawatan secara
holistik dan komperehensif (menyeluruh).
Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. 2020. Statistik Penduduk Lanjut Usia. Diakses: 5 Februari
2023, http://www.bps.go.id.

Kemenkes RI. 2016. Situasi Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia. Infodatin Pusat
Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. ISSN
2442-7659.

NANDA, 2014. North American Nursing Diagnosis Association, Nursing


Diagnosis, Definition dan Classification 2015-2017. Pondicherry, India.

Nedya Safitri, Sp.PD 2018 masalah kesehatan pada lansia


http://www.yankes.kemkes.go.id/read-masalah-kesehatan-pada-lansia-
4884.html

Sarif La Ode. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda, NIC,


NOC, Dilengkapi dengan Teori dan Contoh Kasus Askep. Jakarta: Nuha
Medika

World Health Organization. 2007. WHO Global Report on Falls Prevention in

Older Age. Perancis: WHO.

World Health Organization. 2015. World Report on Ageing and Health.

Luxembourg: WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.

Anda mungkin juga menyukai