Anda di halaman 1dari 59

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 2 RANAH BATAHAN
Nagari Desa Baru Kec.Ranah Batahan Kab.Pasaman Barat Kode Pos 26374
Websitte,sman2rb.mysch. Id email,sman2rabat@gmail.com

ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN


Satuan Pendidikan : SMAN 2 RANAH BATAHAN
Mata Pelajaran : EKONOMI
Kelas / Fase : X/ E
Tahun Pelajaran : 2022 / 2023

Rasional :

Dengan mempelajari ilmu ekonomi, diharapkan pelajar memiliki karakter yang mandiri dan bernalar kritis sesuai dengan nilai-nilai
yang tertuang dalam Profil Pelajar Pancasila. Mandiri berarti mampu mengaplikasikan konsep ilmu ekonomi dalam konteks
bertanggung jawab dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya melalui pemanfaatan sumber daya yang ada.
Sedangkan bernalar kritis berarti mampu berpikir secara kritis terhadap isu atau masalah yang sedang terjadi serta mampu
memberikan solusi atas isu atau permasalahan tersebut berdasarkan keterampilan literasi keuangan (financial literacy) yang
diperoleh melalui proses inquiry dan pemahaman konsep dalam ruang lingkup pembelajaran yang dilaksanakan.

Capaian Pembelajaran :

Pada akhir fase E, peserta didik di Kelas X mampu merefleksikan kembali konsep kelangkaan dalam kehidupan sehari-hari.
Pelajar mampu membedakan dengan jelas antara kebutuhan (needs) dan keinginan (wants). Pelajar mampu menyusun skala
prioritas kebutuhan mulai dari kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, dan kebutuhan tersier. Pelajar memahami bahwa kegiatan
ekonomi adalah suatu siklus yang terjadi dalam rangka upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Pelajar memahami uang
sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan dan dikelola guna memenuhi kebutuhan saat ini dan merencanakan kebutuhan
yang akan
datang melalui perencanaan keuangan yang berbasiskan pemahaman atas berbagai manfaat produk keuangan
perbankan maupun non-perbankan.

Elemen Capaian per Elemen


Pemahaman Konsep Pada akhir fase ini peserta didik mampu memahami kelangkaan sebagai inti dari masalah ilmu ekonomi. Peserta
didik memahami skala prioritas sebagai acuan dalam menentukan berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi.
Peserta didik memahami pola hubungan antara kelangkaan dan biaya peluang. Peserta didik memahami sistem
ekonomi sebagai cara dalam mengatur berbagai kegiatan ekonomi guna memenuhi berbagai kebutuhan
masyarakat. Peserta didik memahami konsep keseimbangan pasar serta memahami pemodelannya dalam bentuk
tabel dan kurva. Peserta didik memahami konsep sistem pembayaran dan memahami konsep uang sebagai alat
pembayaran. Peserta didik memahami berbagai bentuk alat pembayaran nontunai yang berlaku di Indonesia serta
memahami penggunaannya. Peserta didik memahami konsep bank dan industri keuangan non-bank dan
memahami berbagai produk yang dihasilkan guna mendukung tercapainya keterampilan literasi keuangan.
Ketrampilan Proses Pada akhir fase ini, peserta didik mampu melakukan kegiatan penelitian sederhana dengan menggunakan teknik
atau metode yang sesuai untuk mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengorganisasikan informasi,
menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan hasil penelitian mengenai berbagai fenomena ekonomi berdasarkan
konsep-konsep ekonomi. Peserta didik mampu merefleksikan dan merencanakan projek lanjutan secara
kolaboratif. Peserta didik mencari dan menggunakan berbagai sumber belajar yang relevan terkait konten ilmu
ekonomi, keseimbangan pasar, serta bank dan industri keuangan non-bank. Peserta didik mampu menyusun skala
prioritas kebutuhan dasar sesuai dengan kondisi di lingkungan sekitarnya. Peserta didik mengolah dan
menyimpulkan berdasarkan data hasil pengamatan atau wawancara tentang terbentuknya keseimbangan pasar.
Peserta didik menyimpulkan hubungan antara sistem pembayaran dengan alat pembayaran. Peserta didik
membuat pola hubungan antara Otoritas Jasa Keuangan dan lembaga jasa keuangan serta menyimpulkan tentang
lembaga jasa keuangan dalam perekonomian Indonesia. Peserta didik menyusun rencana investasi pribadi.

Profil Pelajar Alo


Kegiatan Indikator Pencapaian Pancasila kasi
Tujuan Pembelajaran Konten / Materi Pembelajaran Pembelajaran Asesmen Wak
tu
membaca Al-Quran
Semester 1 Kelangkaan dan Ilmu • Membiasakan Pertemuan I Peserta didik Asesmen 6Jp
10.1 Ekonomi 1. Menjelaskan hakekat menjadi pribadi Diagnostik
Menganalisis kelangkaan setiap pagi bagi ekonomi sebagai ilmu dan yang mampu • Non Kognitif
sebagai inti dari masalah semua warga menarik kesimpulan secara bernalar kritis • Kognitif
ilmu ekonomi dan sekolah,Pembiasaan mandiri tentang jenis ilmu (memproses
Profil Pelajar Alo
Kegiatan Indikator Pencapaian Pancasila kasi
Tujuan Pembelajaran Konten / Materi Asesmen
Pembelajaran Pembelajaran Wak
tu
Menceritakan fenomena • Pengertian ilmu tradisi sekolah untuk ekonomi sebagai ilmu informasi, Asesmen
kelangkaan berdasarkan ekonomi memeriksa berdasarkan hasil analisis menganalisis dan Formatif
pengalaman dari • Kelangkaan/scarcity kebersihan artikel. mengevaluasi (selama Proses
lingkungan sekitarnya • Masalah Pokok • Mengamati dan 2. Menjelaskan arti kelangkaan penalaran), kreatif pembelajaran)
Ekonomi membaca berbagai sebagai inti dari masalah (menghasilkan • Profil Pelajar
• Pembagian ilmu sumber belajar yang ilmu ekonomi gagasan yang Pancasila :
ekonomi relevan tentang 3.Mengidentifikasi berbagai orisinal), bergotong Jurnal
• Ekonomi syariah konsep ilmu ekonomi penyebab kelangkaan dalam royong penilaian sikap
(pengertian, tujuan, • Mengajukan konteks ekonomi (kemampuan
prinsip dan pertanyaan dan bekerja sama • Performan :
karakteristik berdiskusi untuk Pertemuan 2 dengan orang lain) Penilaian
ekonomi syariah) mendapat klarifikasi 4.Menjelaskan pembagian ilmu dan beriman, presentasi
Permasalahan tentang konsep ilmu ekonomi dan ekonomi bertakwa kepada dan diskusi
pokok ekonomi ekonomi dan Ekonomi syariah serta permasalahan Tuhan YME..
Syariah Syariah pokok ekonomi syariah Asesmen
Pertemuan 3
• Melakukan identifikasi Sumatif ( Akhir
5.Menyampaikan hasil
tentang kelangkaan proses
pengamatan dlm diskusi kelas
dan diskusi kelas pembelajaran)
mengenai ragam kelangkaan
mengenai ragam • Tes tertulis
berdasar pengalaman yang
kelangkaan berdasar • Proyek
terjadi disekitarnya
pengalaman yang
terjadi disekitarnya
Pertemuan 4 Peserta didik 6 Jp
• Mengamati dan Asesmen
10.2 Menganalisis skala 1. Membedakan dengan jelas menjadi pribadi
membaca berbagai Diagnostik
prioritas sebagai acuan Skala Prioritas, antara kebutuhan (needs) yang mampu
sumber belajar dan keinginan (wants). • Non Kognitif
dalam menentukan kebutuhan dan Biaya yang relevan bernalar kritis
berbagai kebutuhan 2. Menyajikan contoh • Kognitif
Peluang tentang keingnan (memproses
yang harus dipenuhi kebutuhan berdasarkan jenis informasi,
dan kebutuhan jenis kebutuhan secara Asesmen
serta hubungannya • Pilihan (kebutuhan • Membuat dan menganalisis dan
dengan kelangkaan mandiri Formatif
dan keinginan) dan mengajukan mengevaluasi
Pertemuan 5 (selama Proses
dan biaya peluang, dan skala prioritas pertanyaan serta penalaran), kreatif
Menyusun skala 3. Menganalisis biaya peluang (menghasilkan
pembelajaran)
• Kebutuhan dan alat berdiskusi tentang dan menghitung besarnya • Profil Pelajar
prioritas kebutuhan pemuas kebutuhan Jenis gagasan yang
biaya peluang dalam Pancasila :
kebutuhan,biaya orisinal), bergotong
Profil Pelajar Alo
Kegiatan Indikator Pencapaian Pancasila kasi
Tujuan Pembelajaran Konten / Materi Asesmen
Pembelajaran Pembelajaran Wak
tu
dasar sesuai kondisi • Biaya peluang peluang dan tindakan ekonomi royong Jurnal
lingkungan sekitar. (opportunity cost) menyusun skala Pertemuan 6 (kemampuan penilaian sikap
prioritas 4. Menyusun skala prioritas bekerja sama
• Menyajikan hasil kebutuhan sebagai salah dengan orang lain) • Performan :
identifikasi tentang satu upaya dalam mengatasi dan beriman, Penilaian
konsep kelangkaan permasalahan kelangkaan bertakwa kepada presentasi
dengan biaya yang terjadi di lingkungan Tuhan YME.. dan diskusi
peluang dalam sekitarnya.
memenuhi 5.Mempresentasikan Asesmen
kebutuhan hubungan antara konsep Sumatif ( Akhir
kelangkaan dengan biaya proses
peluang dalam memenuhi pembelajaran)
kebutuhan • Tes tertulis
Proyek
• Mengamati peran
10.3 pelaku ekonomi Pertemuan 7 8JP
Menjelaskan • Perilaku konsumen dalam kegiatan 1. Menjelaskan pengertian Peserta didik Asesmen
dan Produsen ekonomidari produksi menjadi pribadi
perkembangan teori dan Diagnostik
• Jenis Kegiatan berbagai sumber 2. Mengidentifikasi faktor2 yang mampu
produksi • Non Kognitif
manfaat perilaku Ekonomi belajar yang relevan bernalar kritis
3. Mendeskripsikan teori • Kognitif
(Distribusi,Produksi (termasuk (memproses
konsumen,pengambilan perilaku produsen
dan Konsumsi) lingkungan sekitar), informasi,
4. Menjelaskan konsep biaya Asesmen
keputusan konsumen • Kegiatan Ekonomi melalui Reflction menganalisis dan
produksi, penerimaan dan Formatif
Islam dan Research mengevaluasi
menjadi konsumen yang laba (selama Proses
• Sistem Ekonomi • Membuat dan penalaran), kreatif
5. Mengklasifikasi biaya pembelajaran)
efektif dan menelaah • Pelaku Ekonomi dan mengajukan (menghasilkan
produksi, penerimaan dan • Profil Pelajar
Alur Kegiatan pertanyaan serta gagasan yang
bagaimana cara laba Pancasila :
Ekonomi berdiskusi tentang orisinal), bergotong
produsen dalam Pertemuan 8 Jurnal
peran pelaku royong
6. Menghitung besarnya biaya penilaian sikap
ekonomi dalam (kemampuan
membuat barang dan produksi, penerimaan dan
kegiatan ekonomi, bekerja sama
jasa dengan tujuan laba dengan orang lain) • Performan :
melalui Discovery 7. Menganalisis konsep biaya Penilaian
• Menganalisis dan beriman,
memperoleh keuntungan produksi, penerimaan dan presentasi
informasi dan data- bertakwa kepada
dan menjelaskan Siste laba Tuhan YME.. dan diskusi
Profil Pelajar Alo
Kegiatan Indikator Pencapaian Pancasila kasi
Tujuan Pembelajaran Konten / Materi Asesmen
Pembelajaran Pembelajaran Wak
tu
Ekonomi serta Merinci data masing-asing Pertemuan 9 Asesmen
sistem Ekonomi 1. Menjelaskan pengertian Sumatif ( Akhir
peran pelaku ekonomi distribusi proses
dalam kegiatan ekonomi 2. Mengidentifikasi faktor-faktor pembelajaran)
yang mempengaruhi • Tes tertulis
distribusi Proyek
3. Menjelaskan diagram
distibusi
4. Menjelaskan pengertian
konsumsi dan tujuannya
5. Mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi
konsumsi
6. Menjelaskan Teori perilaku
konsumen
Pertemuan 10
1. Menjelaskan pelaku
kegiatan Ekonomi
2. Menjelaskan Kegiatan
Ekonomi menurut Islam
3. Menjelaskan sitem ekonmi
ekonomi
4. Menjelaskan diagram arus
lingkaran kegiatan ekonomi
yang melibatkan dua sektor
ekonomi, tiga sector
ekonomi dan empat sektor
ekonomi
Profil Pelajar Alo
Kegiatan Indikator Pencapaian Pancasila kasi
Tujuan Pembelajaran Konten / Materi Asesmen
Pembelajaran Pembelajaran Wak
tu
Peserta didik
10.4Memahami Bank • Membaca referensi Pertemuan 11 menjadi pribadi Asesmen
Sentral, sistem dan konsep dari berbagai 1. Menjelaskan Bank Sentra, yang mampu Diagnostik 14
uang serta Menganalisis Bank Sentral sumber belajar fungsi Bank sentral, bernalar kritis • Non Kognitif Jp
CBP Rupiah , serta berbagai • Pengertian bank yang relevan wewenang, Tugas dan (memproses • Kognitif
bentuk alat pembayaran non Sentral tentang bank Tujuan Bank Sentral serta informasi,
tunai yang berlaku di • Tujuan, fungsi, tugas sentral, sistem Independensi Bank Sentral menganalisis dan Asesmen
Indonesia serta memahami dan wewenang Bank pembayaran dan 2. Menjelaskan organisasi mengevaluasi Formatif
penggunaannya dalam Sentral Republik alat pembayaran Bank Sentral dan stabilitas penalaran), kreatif (selama Proses
upaya menyimpulkan dan Indonesia • Membuat dan sistem keuangan (menghasilkan pembelajaran)
mengkomunikasikan mengajukan Pertemuan 12 gagasan yang • Profil Pelajar
hubungan antara sistem • Cinta Rupiah pertanyaan serta 3 Menganalisis Cinta orisinal), bergotong Pancasila :
pembayaran dengan alat (Mengenal,Merawat berdiskusi untuk Rupiah dengan royong Jurnal
pembayaran. dan Menjaga mendapatkan Mengenal, Merawat dan (kemampuan penilaian sikap
Rupiah) klarifikasi tentang Menjaga Rupiah bekerja sama
• Bangga Rupiah bank sentral, sistem 4 Mepresentasikan dengan orang lain) • Performan :
(Uang sebagai pembayaran dan sejarah dan unsur dan beriman, Penilaian
Simbol Kedaulatan alat pembayaran pengaman uang rupiah bertakwa kepada presentasi
,Alat Pebayaran • Membuat pola Pertemuan 13 Tuhan YME.. dan diskusi
yang Syah dan hubungan dan 5. Menganalisis Bangga
Sebagai Pemersatu menyimpulkan Rupiah dengan Asesmen
Bangsa) tentang bank Menjelaskan Uang Sumatif ( Akhir
• Paham Rupiah sentral, sistem sebagai Simbol proses
(Transaksi Dengan pembayaran dan Kedaulatan, Uang pembelajaran)
Mata Uang Rupiah, alat pembayaran Sebagai Alat pebayaran • Tes tertulis
Peran Uang Rupiah • Menganalisis CBP yang syah ,Uang sebagai Proyek
dalam Kegiatan Rupiah dan peran Pemersatu bangsa dan
Belanja dan uang rupiah serta Paham Rupiah
Perilaku peran perilaku 6 Menganalisis Paham
Masyarakat dalam Masyarakat dalam Rupiah terhadap
Berhemat berhemat Transaksi Dengan Mata
• Menyajikan peran Uang Rupiah,
bank sentral, sistem Peran uang rupiah serta
pembayaran dan Perilaku Masyarakat
alat pembayaran dalam Berhemat
Profil Pelajar Alo
Kegiatan Indikator Pencapaian Pancasila kasi
Tujuan Pembelajaran Konten / Materi Asesmen
Pembelajaran Pembelajaran Wak tu

Sistem Pembayaran dalam


perekonomian Pertemuan 14
• Pengertian sistem Indonesia melalui 7. Menjelaskan konsep
pembayaran media lisan dan system
• Peran Bank Sentral tulisan pembayaran dalam
Republik Indonesia perekonomian
dalam sistem Pertemuan 15
pembayaran 8. Mendeskripsikan uang
• Penyelenggaraan sebagai
sistem pembayaran alat pembayaran
nontunai oleh Bank 9. Mengidentifikasi bentuk-
Sentral bentuk alat pembayaran
Alat Pembayaran Tunai tunai-non tunai yang sesuai
(Uang) dengan hasil pengamatan
di lingkungan kehidupan
• Sejarah uang sekitar
(sekolah/keluarga/masyara
• Pengertian uang
kat dll)
• Fungsi, jenis, dan
syarat uang
• Pengelolaan uang
rupiah oleh Bank Pertemuan 16
Indonesia 10.Menyajikan hasil
• Unsur pengaman pengamatan dalam bentuk
uang rupiah project mandiri dan
• Pengelolaan menyimpulkan konsep
keuangan hubungan antara system
pembayaran dengan alat
Alat Pembayaran pembayaran
Pertemuan 17
Nontunai
Menyajikan peran bank
sentral, sistem pembayaran
• Pengertian alat dan alat pembayaran
pembayaran dalam perekonomian
nontunai Indonesia
Profil Pelajar Alo kasi
Kegiatan Indikator Pencapaian Pancasila Wak tu
Tujuan Pembelajaran Konten / Materi Asesmen
Pembelajaran Pembelajaran
• Jenis-jenis alat
pembayaran
nontunai
Tujun Pembelajaran
10.1. Menganalisis kelangkaan sebagai inti dari Glosarium ri pengertian,
masalah ilmu ekonomi dan Menceritakan Ec : analisis ekonomi yang berusaha menjelaskan, menca
fenomena kelangkan berdasarkan hubungan sebab akibat, dan cara kerja sistem ekonomi
pengalaman dari lingkungan sekitarnya Ekonomi : adalah aturan dalam rumah tangga (oikos: rumah tangga, nomos: aturan).
Scarcity :adalah kelangkaan, yaitu keadaan dimana jumlah barang/jasa yang ada l
lebih sedikit dari jumlah
forwhom : untuksiapa barang-barang tersebut diproduksi
how : bagaimana cara memproduksi barang tersebut
what : barang apa yang akan diproduksi dan berapa banyak

10.2 Menganalisis skala prioritas sebagai acuan


dalam menentukan berbagai kebutuhan Need : “need” bermakna “kebutuhan” atau “keharusan”. Kata tersebut
yang harus dipenuhi serta hubungannya lumrahnya merujuk pada sesuatu yang amat penting yang digunakan
dengan kelangkaan dan biaya peluang, dan untuk bertahan hidup. Jika hal tersebut tidak terpenuhi, maka seseorang
Menyusun skala prioritas kebutuhan dasar akan sakit, tidak dapat beraktivitas dengan semestinya dalam kehidupan
sesuai kondisi lingkungan sekitar bermasyarakat, bahkan hal tersebut dapat berujung pada kematian.
nggunakan “want”
want : “want” bermakna “keinginan
tersebut untuk mengekspre
yang tiba – tiba atau keinginan di masa depan
opportunity cost : kemunculan biaya/risiko karena manusia memilih mengorbankan satu hal
untuk mendapat hal lainnya.
ownership utility : kegunaan yang muncul ketika barang dimiliki
place utility : kegunaan yang muncul setelah suatu barang dipindahkan ke tempat lain
time utility : kegunaan yang muncul ketika tepat waktunya
Skala prioritas : pengurutan kebutuhan berdasarkan tingkat kepentingan dari kebutuhan
tersebut agar kita paham mana yang harus dipenuhi terlebih berdasarkan
urutan kebutuhan tersebutan.

10.3
Menjelaskan perkembangan teori dan manfaat consumer behavior : Perilaku konsumen atau consumer behavior adalah studi tentang individu
perilaku konsumen,pengambilan keputusan dan organisasi, serta bagaimana mereka memilih dan menggunakan produk.
konsumen menjadi konsumen yang efektif dan Permintaan efektif : keinginan konsumen untuk membeli sebuah produk atau jasa yang
menelaah bagaimana cara produsen dalam dihubungkan dengan kemampuan dia membayarnya. Dalam hal ini, harga
membuat barang dan jasa dengan tujuan jumlah produk yang diminta adalah normal.
memperoleh keuntungan Menjelaskan siste Sistem perekonomian : sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengatur dan
ekonomi serta Merinci peran pelaku ekonomi mengalokasikan sumber daya, jasa dan barang yang dimilikinya baik kepada
dalam kegiatan ekonomi individu maupun organisasi di negara tersebut
circular flow diagram : Model diagram aliran kegiatan ekonomi

10.4Memahami Bank Sentral, sistem dan konsep


uang serta
yang berlaku Menganalisis
di Indonesia CBP Rupiah , serta
serta memahami Public interest salah satu nilai strategis Bank Indonesia yang artinya Bank Indonesia merupakan
berbagai bentuk alat pembayaran non tunai
lembaga yang mengutamakan kepentingan umum
penggunaannya dalam upaya menyimpulkan Regulator peranan Bank Indonesia dalam membuat peraturan-peraturan yang
dan mengkomunikasikan hubungan antara mendukungkelancaransistempembayaran
sistem pembayaran dengan alat pembayaran. Banker’s Bank bankir dari bank-bank
Bank Indonesia-Scripless sarana transaksi dengan Bank Indonesia
Securities Settlement
System (BI-SSSS)
Bank Indonesia Real Times layanan yang diberikan BI yang ini biasanya digunakan untuk transaksi atau
Gross Settlement (BI- pengiriman uang dalam jumlah besar
RTGS)
Coordination and teamwork Bank Indonesia merupakan lembaga yang melakukan koordinasi dan kerja
sama tim
Excellence salah satu nilai strategis Bank Indonesia yang artinya Bank Indonesia
merupakan lembaga keuangan yang memiliki keunggulan dalam fungsi, tugas,
dan wewenangnya.
Lender of Last Resort pemberi pinjaman pada tingkat terakhir
Professionalism salah satu nilai strategis Bank Indonesia yang artinya Bank Indonesia
merupakan lembaga professional yang memiliki tanggung jawab profesional
dalam menjalankan tugasnya
Public interest salah satu nilai strategis Bank Indonesia yang artinya Bank Indonesia
merupakan lembaga yang mengutamakan kepentingan umum
Regulator peranan Bank Indonesia dalam membuat peraturan-peraturan yang
mendukungkelancaransistempembayaran
Trust and integrity salah satu nilai strategis Bank Indonesia yang artinya Bank Indonesia
memiliki dan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan integritas

Alam S, 2013. Buku Ekonomi Untuk SMA dan MA Kelas X K-13. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Sumber Belajar Buku Cinta Rupiah, Bank Indonesia 2022
Buku Bangga Rupiah, Bank Indonesia 2022
Buku Paham Rupiah, Bank Indonesia 2022
Geminasti, Kinanti. 2014. Buku Ekonomi SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan Ilmu – ilmu Sosial.
Bandung: Yrama Media.
Tim Sosio Prawara Cendekia. 2012. Buku Ekonomi SMA/MA Kelas X. Bandung: Srikandi Empat Widya
Utama.
Sudremi, Nurhadi. 2015. Buku Ekonomi SMA/MA Kelas X K-13. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tema 3 IPS-BS_ Kelas X Ekonomi

http://mamatumorang.blogspot.co.id/2014/02/sistem-pembayaran.html 27 Mei 2016,


https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pembayaran 27 Mei 2016, 9:15 Wib
http://inline-infoonline.blogspot.co.id/2015/03/pengelolaan-uang-rupiah-oleh-bank.html 28 Mei 2016,
http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/edukasi/Pages/edukasi_SIKILAT.aspx 28 Mei 2016,
Mengetahui DesaBaru, … Juli 2022
Kepala SMA N 2 RANAH BATAHAN Guru Mata Pelajaran

YULIZAR, M.Pd Sri lukmanasari,S.Pd


NIP. NIP. 19670101 200212 1 002
ALAT DAN SISTEM PEMBAYARAN
( Cinta .Bangga,Paham Rupiah)

A. Informasi Umum
Identitas Modul Ajar
Penyusun : SRI LUKMANASARI
Sekolah : SMAN 2 RANAH BATAHAN
Tahun Pelajaran : 2022/2023
Jenjang Sekolah : SMA
Kelas :X
: 4 JP (2x Pertemuan)

B. Kompetensi Awal Materi Pra syrat


C. PROFIL
Siswa mengetahui Bank Central merupakan PELAJARPANCASILA
satu- satunya lembaga yang berwenang untuk
mengeluarkan dan mengedarkan mata uang Pada pembelajaran Cinta ,Bangga dan Paham
Rupiah diharapkan peserta didikdapat beriman dan
sebagai alat pembayaran yang sah. Seluruh bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia,
kegiatan ekonomi dan keuangan dilakukan gotongroyong, mandiri, dan bernalar kritis
dengan menggunakan uang.

D. SARANA DAN PRASARANA


1. Sarana: memanfaatkan LCD Proyektor, HP, Alat Peraga
2. Prasarana:LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) dan sumber lainnya.

E. TARGET PESERTA DIDIK F. MODEL PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN

1. Peserta didik regular/ tipikal, tidak ada Pembelajaran tatap muka (PTM) dengan model
kesulitan dalam mencerna dan memahami pembelajaran Discovery Learning dan metode
Diskusi
materi ajar,materi secara Klasikal (peserta didik Visual menceritakan Video Cinta
2. Peserta didik dalam kesulitan belajar, Bangga Paham rupiah yang ditayangkan
dikelompoknya Untuk peserta didik dalam kesulitan
memiliki gaya belajar yang terbatas, hanya belajar di lengkapi dengan bimbingan individu dan
satu gaya misalnya dengan audio. Memiliki tutor teman sebaya )
kesulitan dengan bahasa dan pemahaman
materi ajar, kurang percaya diri, kesulitan
berkonsentrasi jangka
panjang,pembelajaran disamping klasikal
bim bingan individu
3. Peserta didik dengan pencapaian tinggi,
mencerna dan memahami dengan cepat,
mampu mencapai keterampilan berfikir
aras tinggi (HOTS) dan memiliki
keterampilan memimpin, menjadi tutor
teman sebaya dan menyekesaikan soal
HOTS
II. KOMPONEN INTI
A. Tujuan Pembalejaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta didik diharapkan mampu:


A. Cinta Rupiah (kenali uang rupiah, merawat uang dan menjaga uang rupiah)
- menjelaskan sejarah uang
- menjelaskan pengertian uang
- menjabarkan fungsi uang
-menjelaskan syarat uang
- membedakan jenis-jenis uang
- membedakan standar mata uang logam dan kertas

B. Bangga Rupiah (Simbol Kedaulatan, alat pembayaran dan pemersatu bangsa)


- menguraikan pengelolaan uang rupiah oleh Bank Sentral RI

C. Paham Rupiah (Transaksi, berbelanja, berhemat)


- membedakan jenis alat pembayaran tunai dan non tunai
- menguraikan penyelenggaraan sistem pembelajararan tunai oleh bank sentral RI
B. PEMAHAMAN Peserta didik akan dapat menumbuhkan rasa
BERMAKNA cintatanah air melalui cinta, bangga dan paham
rupiahsebagai alat pembayaran ( kegunaan
Materi dalam kehidupan )

C. PERTANYAAN PEMATIK Tahukan ananda tentang alat pembayaran? apakah


contoh alatpembayaran ? pernahkah menggunakannya ?
bagaimana anandamenggunakannya?

D. PERSIAPAN PEMBELAJARAN E. STRATEGI BERDIFERENSIASI


Berdasarkan pemetaan kebutuhan
1. memetakan kebutuhan siswa peserta didik, strategi yang
digunakan gurusebagai berikut :
(berdasarkan pertanyaan pematik) 1. guru menggunakan metode model
pemebelajaran Discovery Learning dan
2. memetakan berdasarkan gaya metode Diskusi dengan memvariasikan
belajar kelompok visual,auditori dan kenestetik
(visual, audio, kinestetik) 2. guru membagi siswa berdasarkan konten,
proses dan produk
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN PERTEMUAN 1 DAN 2 (4 JP)

PENDAHULUAN (15 MENIT)


Guru menyapa peserta didik menanyakan kabar dan berdo'a bersama (PPK) Guru menyiapkan
kondisi sosial anak dengan menggunakan teknik STOP ( StopTake a deep berath, observe, proceed
)
Huruf S diambil dari kata “Stop” yang mengandung makna “Berhenti”. Kita coba untuk menghentikan
segala aktivitas yang sedang dilakukan. Memberikan diri kita waktu 5 – 10 menit untuk menjeda
atau menghentikan aktivitas.
Huruf T bermakna “Take a deep Breath” yang megandung arti “Tarik nafas dalam”. Secara sadar kita
rasakan nafas masuk dan keluar. Merasakan udara yang dihirup masuk ke dalam hidung dan
merasakan hangatnya udara yang keluar melalui mulut. Lakukan menarik dan mengeluarkan nafas
beberapa kali 2-3 kali. Udara yang ditarik dan dialirkan tubuh merupakan sumber energy positif dan
udara yang dikeluar lewat mulut dianalogikan dengan mengeluarkan energy negative. Posisi diam yang
dilakukan oleh setiap orang bisa berbeda-beda; sambil duduk di kursi
Huruf “O” diambil dari kata “Observe” yang berarti “Amati”. Amati perubahan dada yang
membusung akibat terpenuhinya oleh udara yang ditarik dan perut yang mengempes akibat
buangan napas kita. Amati apa yang terasa dan terjadi pada tubuh kita. Amati segala macam
kejadian baik itu negative ataupun positif, baik bersumber dari sendiri maupun dari orang lain.
Menenangkan pikiran dan memberikan waktu kepada diri untuk menerimaapa yang telah terjadi.
Huruf “P” diambil dari kata “Proceed” yang artinya “Lanjutkan”. Latihan selesai. Silahkan lanjutkan
kembali aktivitas Anda dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap
yang lebih positif. Melanjutkan aktivitas ketika kondisi terjadi telah teras normal dan pikiran telah
focus kembali.

Guru menanyakan kepada PD : - apa saja yang patut ananda syukuri hari ini ?
- hal baik apa saja yang ananda lakukanhari ini ?
- menggunakan pertanyaan pemantik diatas
INTI (65 MENIT)
PERTEMUAN 1 PERTEMUAN 2
• Guru menayangkan vidio Cinta, Bangga, Paham • Menganalisis Bangga Rupiah dengan
Rupiahhttps://youtu.be/GzLLbWADnm8 (3 Menjelaskan Uang sebagai Simbol
menit) Kedaulatan, Uang Sebagai Alat pebayaran
• Guru menjelaskan kegiatan yang dilakukan yang syah ,Uang sebagai Pemersatu bangsa
peserta didik dalam setiap kelompok ( 5 menit) dan Paham Rupiah dalam diskusi kelompok
• Visual : guru membagikan link youtube pada 6 siswa menceritakan bagaimana
kelompok dan peserta didik meresume materi. menggunakanuang dan Transaksi Dengan
- https://youtu.be/jc0UWPye2NA (konsep Mata Uang Rupiah, dan bagaimaba perilaku
Masyarakat dalam Berhemat
uang) 4 menit
- https://youtu.be/JAZirp8Y3l8 (menjaga • peserta didik mengerjakan LKPD
rupiah/ keaslian rupiah) 1 menit
Pertemuan 12
3 Menganalisis Cinta Rupiah dengan Mengenal,
Merawat dan Menjaga Rupiah
( peserta didik yang Visual menceritakan cara
mencintai uang rupiah di kelompok auditori dan
kinestetik)
4 Mepresentasikan sejarah dan unsur
pengaman uang rupiah dan cara mencintai
rupiah

PENUTUP 10 MENIT
• Guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran dan guru menginformasikan
materi untuk pertemuan berikutnya
• Guru dan peserta didik berdo'a untuk mengakhiri pembelajaran
G. Asesmen H. Pengayaan dan Remedial
1. Asesmen Diagnostik •
Remedial :
• Non kognitif - Kegiatan diberikan kepada peserta didik
• Kognitif yang membutuhkan bimbingan untuk
2. Asesmen Formatif ( Selama Proses memahami materi atau pembelajaran
Pembelajaran) mengulang
• Profil Pelajar Pancasila : Jurnal - Remedial dilakukan pada kegiatan
Penilaian Sikap pembelajaran ini berupa pengefektifan tutor
• Performa : Penilaian Persentasi dan sebaya
diskusi • Pengayaan :
3. Asesmen Sumatif ( Akhir Proses - Kegiatan pembelajaran yang diberikan pada
Pembelajaran) peserta didik dengan capaian tinggi agar
• Tes tertulis (terlampir) mereka dapat mengembangkan potensinya
• Proyek secara optimal
- Untuk lebih mengoptimalkan kemampuan
tentang CBP Rupiah siswa diminta untuk
dapat mengaplikasikan CBP dalam
kehidupan sehari hari
• Pengayaan akan diberikan kepada peserta didik dengan capaian nilai pada level 5

• Level Penilaian Nilai Umpan Balik


• Level 1 < 65 Remedial Individual
• Level 2 65 -74 Remedial Klasikal / Tutor teman sebaya
• Level 3 75 - 84 Tuntas
• Level 4 85 – 94 Tuntas
• Lavel 5 95 - 100 Pengayaan
Refleksi
• Mengetahui Capaian Pembelajaran dilakukan penilaian diri:

No Tujuan Pembelajaran Mengerti Kurang Tidak Alasan


mengerti mengerti
1 • Memahami Bank
Sentral, sistem dan

konsep uang
2 • Rupiah Menganalisis
Cinta

• Menjelaskan Bangga
3 Rupiah

• Menganalisis Paham

4 rupiah Rupiah

Mengetahui DesaBaru,
… Juli 2022
Kepala SMA N 2 RANAH BATAHAN
Guru Mata Pelajaran

YULIZAR, M.Pd Sri lukmanasari,S.Pd


NIP. NIP. 19670101 200212 1 002
Asesmen formatif
Satuan pendidikan : SMA
Tahun pelajaran : 2022/2023
Kelas/Semester : X / 2(DUA)
Mata Pelajaran : Ekonomi

No Nama Skor
Kerjasama Kreatif Bertanggung Komunikat Jumlah Skor
Teliti jawab if Perolehan

Rubrik Penilaian

Aspek yangdinilai Penilaian


1 2 3 4
teliti Jika tidak pernah teliti Jika kadang-kadang teliti Jika sering Jika selalu teliti
selama kegiatan selama kegiatan teliti selama selama kegiatan
tanggungjawab Jika tidak pernah Jika kadang-kadang kegiatan
Jika sering Jika selalu
berperilaku tanggung berperilaku tanggung jawab berperilaku berperilaku
jawab selama selama kegiatan tanggung jawab tanggung jawab
Kegiatan selama kegiatan Selama kegiatan
Kerjasama Jika tidak pernah Jika kadang-kadang Jika sering Jika selalu
berperilaku kerjasama berperilaku berperilaku berperilaku
selama kegiatan selama kegiatan kerjasama selama kerjasama selama
Kegiatan kegiatan
Komunikatif Jika tidak pernah Jika kadang-kadang Jika sering Jika selalu
menyampaikan menyampaikan pendapat menyampaikan menyampaikan
Pendapat dalam dalam berdiskusi Pendapat dalam Pendapat dalam
berdiskusi berdiskusi berdiskusi

2. Asesmen Sumatif ( penilaian pada akhir pembelajaaraan berupa soal-soal )

3. PenilaianSikap

1. Lembar Observasi
Penilaian observasi berdasarkan pengamatan sikap dan perilaku peserta didik sehari-
hari, baik terkait dalam proses pembelajaran maupun secara umum. Pengamatan
langsung dilakukan oleh guru. Berikut contoh instrumen penilaian sikap
Aspek Perilaku yang Dinilai
Jumla Skor Kode
No Nama Siswa
BS JJ TJ DS h Skor Sikap Nilai
1 Soenarto 75 75 50 75 275 68,75 C
2 ... ... ... ... ... ... ...

Keterangan :
• BS : Bekerja Sama
• JJ : Jujur
• TJ : Tanggun Jawab
• DS : Disiplin
Catatan :
Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Cukup
25 = Kurang
Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x 4 = 400
Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = 68,75
Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang ingin dinilai

Refleksi

Setelah mengikuti kegiatan belajar, apa yang dapat kamu pelajari dari prose kegiatan
belajar yang telah dilakukan.Apa saran dan pendapat kamu selama proses kegiatan
belajar.

Selanjutnya kamu dapat mengukurkemampuan didri dengan mengisi table di bawah ini
dengan jujur

TABEL REFLEKSI DIRI PEMAHAMAN MATERI

NO Pernyataan Ya Tidak
1 Saya bias mendefinisikan pengertian keseimbangan
pasar
2 Saya bias menyebutkan factor-faktor penyebab
kelangkaan
3 Saya bias menentukan harga keseimbangan
berdasarkan table
4 Saya bias menentukan harga dan jumlah
keseimbangan dengan perhitungan matematika
5 Saya bias membuat table keseimbangan

Jika kamu menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan di atas, maka pelajarilah materi
tersebut dalam Buku Teks Pelajaran dengan bimbingan guru kalian atau kalian bisa
bertanya kepada teman kalian. Apabila kalian menjawab “YA” pada semua pertanyaan,
maka lanjutkan dengan meminta penilaian harian kepada guru kalian.
BAHAN BACAAN

CINTA BANGGA PAHAM RUPIAH

Gambar 1.11 : Bank Indonesia (BI) Sumber : blogs.wsj.com

ALAT PEMBAYARAN TUNAI


1. Sejarah Uang
a. Tahap sebelum barter, Pada tahap ini masyarakat
belum mengenal pertukaran karena setiap orang
berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha
sendiri. Apa yang diperolehnya itulah yang
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya.

b. Tahap
Barter,
dalam tahap ini untuk memperoleh barang –
barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri,
seseorang mencari barang dari orang yang mau
menukarkan barang yang dimilikinya dengan
barang lain yang dibutuhkannya.
Pertukaran secara barter dapat gambar 1.5 : Salah satu contoh barter
Dilakukan jika ada kebutuhan yang timbul
secara bersama- sama. Hal ini akan sulit
dilakukan, karena harus menemukan orang yang
membutuhkan barang miliknya dan orang tersebut
memiliki barang yang dibutuhkan oleh orang yang
pertama. Misalnya, seseorang yang mempunyai
seekor ayam membutuhkan beras, maka ia harus
mencari orang lain yang mempunyai beras dan
membutuhkan seekor ayam. Jika keduanya
bertemu, akan terjadi proses pertukaran melalui
barter. Pertukaran secara barter memiliki
kelemahan yaitu :
a. Sulit menemukan dua pihak yang saling membutuhkan untuk dapat terjadinya
pertukaran. Contoh: Jika Pak Mukthi membutuhkan apel sementara ia hanya memiliki
beras, maka ia harus mencari orang yang memiliki apel dan membutuhkan beras.
Betapa sulitnya kita untuk mencari orang yang memiliki kehendak yang sama dengan
kita apalagi bila perekonomiannya luas.
b. Sulit menentukan tingkat perbandingan harga yang sesuai, maksudnya bahwa dalam
sistem barter akan menemui banyak kesulitan untuk menentukan perbandingan
harga/nilai yang satu dengan lain yang akan ditukar. Misalnya 1 ekor kambing setara
dengan 10 helai baju. Kondisi kambing tidak selalu sama sama ada yang gemuk dan
ada juga yang kurus. Demikian pula ukuran baju.
c. Tahap Uang Barang, pada masa ini timbul benda – benda yang selalu dipakai dalam
pertukaran. Benda yang dipakai sebagai alat pertukaran adalah benda – benda yang diterima
oleh umum, benda yang dipilih bernilai tinggi, atau benda yang merupakan kebutuhan primer
sehari – hari. Misalnya, garam oleh orang Romawi digunakan sebagai alat tukar maupun
sebagai alat pembayaran upah.

Gambar 1.6 : Contoh Uang barang yang berlaku diberbagai negara

6. Cara pertukarannya, barang yang dimiliki mula-mula ditukarkan dengan uang


barang, kemudian uang barang ditukarkan dengan barang yang dibutuhkan. Contoh Adi
memiliki 1 ekor kerbau, ia membutuhkan 2 ekor kambing. Adi menukarkan kerbaunya dengan
uang barang, lalu ia menukarkan uang barang dengan 2 ekor kambing. Meskipun alat tukar
sudah ada, kesulitan pertukaran tetap ada diantaranya:
❖ Nilai yang dipertukarkan belum mempunyai pecahan.
❖ Jenis uang barang yang beredar dan hanya berlaku di masing-masing daerah.
❖ Sulit untuk penyimpanan (storage) dan pengangkutan (transportation).
❖ Mudah hancur atau tidak tahan lama.
d. Tahap Uang Logam, bahan yang memenuhi syarat
sebagai uang logam adalah emas dan perak. Uang yang
terbuat dari emas dan perak disebut uang logam.
Alasan dipilihnya emas dan perak sebagai bahan untuk
Logam
membuat logam adalah karena:
❖ Digemari umum
❖ Tahan lama dan tidak mudah rusak
❖ Memiliki nilai tinggi
❖ Mudah dipindah-pindahkan
❖ Tidak mudah dipalsukan
Penggunaan emas dan perak sebagai bahan uang dalam bentuk koin diciptakan oleh
Croesus di Yunani sekitar 560-546 SM. Bersamaan dengan itu, medium uang yang berfungsi
sebagai instrumen alat bayar mulai dikembangkan, dibuat dari berbagai benda padat lainnya
seperti tembikar, keramik atau perunggu.
Sejalan dengan perkembangan perekonomian, tukar menukar yang harus dilayani
dengan uang logam juga berkembang, sedangkan jumlah uang logam mulia terbatas.
Pengunaan uang logam juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar (sulit dalam
hal penyimpanan dan pengangkutan).

e. Tahap uang Kertas, mula – mula uang kertas yang beredar yang beredar merupakan bukti
– bukti kepemilikan emas dan perak sebagai perantara untuk melakukan transaksi. Dengan
kata lain, uang kertas yang beredar saat itu merupakan uang yang dijamin 100 % dengan
emas
atau perak yang sewaktu – waktu dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya. Selanjutnya
masyarakat tidak lagi menggunakan emas secara langsung sebagai alat pertukaran. Sebagai
gantinya, mereka menjadikan kertas bukti tersebut sebagai alat tukar.

2. Pengertian Uang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) uang diartikan : (1) Alat tukar atau
standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh pemerintah suatu
negara berupa kertas, emas, perak, atau logam lain yang dicetak dengan bentuk dan gambar
tertentu; (2) harta; kekayaan.
R.J Thomas mengatakan bahwa “money is something that is readily and generally
accepted by public in payment for goods, services dan other valuable assets and for the
payment for debts”.Artinya, uang adalah suatu benda yang dengan mudah dan umum
diterima oleh masyarakat untuk pembayaran pembelian barang, jasa dan barang berharga
lainnya, serta untuk pembayaran utang.
Sir Dennis Holme Robertso mengatakan bahwa “money is something accepted in
payment for goods”. Artinya, uang adalah segala sesuatu yang bias diterima dalam
pembayaran untuk mendapatkan barang.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa uang mempunyai ciri dapat
diterima oleh umum, dapat digunakan sebagai alat tukar dan dapat digunakan sebagai alat
pembayaran.

3. Syarat – syarat Uang.


a. Dapat diterima oieh umum (Acceptability), uang harus dapat diterima baik oleh
pemerintah mauun setiap anggota masyarakat lainnya sebagai alat tukar, alat ukur dan
standar pembayaran dalam proses pertukaran barang dan jasa.
b. Tahan lama dan tidak mudah rusak (durability), uamg hendaknya tidak cepat rusak dan
tidak perlu diganti setiap saat. Jika uang tidak cepat rusak, nilai uang tidak lekas
merosot.
c. Mudah disimpan dan nilainya tetap (stability), uang perlu dijaga agar nilainya tetap. Jika
nilainya tidak tetap uang tidak akan diterima secara umum. Hal ini sekaligus
mengurangi fungsi uang sebagai alat tukar dan satuan hitung.
d. Mudah dipindah dan dibawa kemana-mana(portability), dengan mudah dibawa, uang
dapat digunakan kapan dan dimana saja.
e. Mudah dibagi tanpa mengurangi nilai (divisibility), uang harus dapat dipecah menjadi
unit yang lebih kecil tanpa mengurangi nilai untuk memudahkan transaksi.
f. Jumlahnya terbatas sehingga tetap berharga dan tidak mudah dipalsukan.
g. Syarat psikologis, bahwa uang harus bias memuaskan keinginan orang yang
memilikinya. Orang akan terlihat lebih tenang dan puas jika membawa uang daripada
barang.
4. Fungsi Uang.
a. Fungsi Asli (Fungsi Primer)
1) Sebagai alat tukar umum (medium of exchange), jika menginginkan suatu barang,
kita akan menukarkannya dengan uang kita miliki. Jika anda pergi kepasar dan
menukarkan uang dengan barang, dan barang tersebut langsung an2da terima,
maka uang telah melakukan fungsinya sebagai alat tukar.
2) Sebagai satuan hitung (unit of account), artinya uang digunakan sebagai ukuran
harga suatu benda. Dengan adanya uang, anda dapat menentukan nilai atau harga
suatu barang yang diinginkan. Contohnya, harga sebuah baju Rp. 50.000; dari sini
anda dapat menyatakan jika membeli dua buah baju jumlahnya menjadi Rp.
100.000;
b. Fungsi Turunan (Fungsi Sekunder),
1) Sebagai alat pembayaran (means of payment), uang digunakan sebagai alat
pembayaran semua kebutuhan manusia. Misalnya, membayar utang, membeli
makanan,membayar angkutan umum, membayar SPP dan sebagainya. maka uang
dalam hal telah melakukan fungsinya sebagai alat pembayaran.
2) Sebagai alat penyimpan kekayaan (store of value), orang yang mempunyai
pendapatan berlebih atau apabila semua kebutuhannya terpenuhi mereka akan
menyisihkan sebagian pendapatannya untuk ditabung. Menabung berarti berjaga –
jaga apabila ada kebutuhan lain yang tidak terduga harus segera dipenuhi.
3) Sebagai alat pemindah kekayaan, uang dapat pula sebagai media untuk mengganti
bentuk kekayaan. Dengan adanya uang maka harta yang dimiliki disuatu daerah
dapat di pindahkan kesuatu daerah atau tempat lain. Misalnya, pada saat orang
ingin membuka toko kelontong dan dia memiliki tanah, maka tanah tersebut dapat
dijual kemudian hasil dari penjualan tanah digunakan untuk membua toko kelontong.
Maka pada kasus ini uang yang anda gunakan untuk menukarkan barang tersebut
telah melakukan fungsinya sebagai alat pemindah kekayaan. Kekayaan anda
berubah dari tanah menjadi toko kelontong.
4) Sebagai alat pembentuk modal, uang dapat digunakan perusahaan untuk dijadikan
modal atau investasi. Uang dapat juga digunakan masyrakat sebagai pendorong
untuk melakukan usaha dengan tujuan memperoleh laba atau penghasilan yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
5) Alat pengukur harga barang dan jasa (penunjuk harga), harga barang yang dijual di
pasar, di toko, di supermarket atau di mal untuk memudahkan pembeli biasanya
dinilai dengan uang. Hal ini berarti uang digunakan sebagai penunjuk harga.
5. Jenis – jenis Uang
a. Berdasarkan bahan yang digunakan untuk membuat uang
1) Uang Logam, adalah uang yang bahannya terbuat dari logam tertentu seperti emas,
perak tembaga, nikel dan sebagainya. uang logam yang terdapat di Indonesia berupa
pecahan kecil mulai dari Rp. 100; sampai Rp. 1.000;. keuntungan memegang uang
logam adalah tidak mudah rusak dan kekuranganyaterlalu berat untuk dibawa kemana
– mana.

Gambar 1.8 : Uang Logam Indonesia dari Masa ke Masa

2) Uang Kertas, adalah uang


bahannya terbuat dari kertas
serta pengunaanya diatur oleh
undang – undang. Uang kertas
mudah dibawa dalam jumlah
besar maupun kecil, dan biaya
produksi uang kertas lebih
murah. Adapun kekurangan dari
uang kertas yaitu mudah sobek,
Gambar 1.9 : Uang Kertas Indonesia
mudah terbakar dan lebih mudah dipalsukan.

b. Berdasarkan lembaga yang mengeluarkannya


1) Uang Kartal, adalah uang kertas dan uang logam yang beredar di masyarakat. Uang ini
diatur dan dikeluarkan peredaranya oleh Bank Indonesia sebagai Bank sental serta
merupakan alat pembayaran yang sah.
2) Uang Giral, adalah uang yang digunakan sebagai alat pembayaran yang berupa cek,
bilyet giro, dan kartu kredit. Kekuatan hukumnya lemah, karena tidak semua transaksi
disemua tempat dapat menerima uang giral.
c. Berdasarkan Kawasan/daerah berlaku
1. Uang domestik, yaitu uang yang hanya berlaku di
dalam wilayah suatu negara tertentu saja. Contoh:
rupiah, ringgit, yen,rupee dan lain sebagainya.

2. Uang regional, yaitu uang yang hanya berlaku di


kawasan tertentu, seperti euro Gambar 1.10 : Rupee mata uang India berlaku bagi
negara-negara kawasan Eropa.

3. Uang internasional, yaitu uang yang berlaku tidak


Gambar 1.11 : Euro mata uang yang
hanya di dalam wilayah suatu negara tbeerrtleaknutudiskawjaa,satnetEaroppi ajuga berlaku di
berbagai wilayah negara di dunia (internasional). Misalnya, dolar AS
d. Berdasarkan Pemakai di dalam dan luar negeri
1. Internal Value, yaitu kemampuan dari uang untuk membeli barang di dalam suatu
negara, dengan kata lain nilai internal uang adalah kemampuan daya beli uang
terhadap barang-barang. Misalkan uang sebesar Rp 12.000,00 mampu ditukar dengan
1 kg gula. Ini berarti bahwa uang sebesar Rp 12.000,00 memiliki nilai internal sebesar
1kg gula.
2. External Value, yaitu kemampuan dari uang dalam negeri untuk bisa ditukar dengan
mata uang asing. Dengan kata lain eksternal value adalah daya beli uang dalam negeri
terhadap uang asing atau lebih dikenal dengan istilah nilai kurs. Contoh nilai uang
Rp12.500,00 mampu ditukarkan dengan US$ 1, ini berarti bahwa uang Rp12.500,00
memiliki nilai eksternal sama dengan US$ 1.

6. Konsep Nilai Uang


Nilai uang adalah kemampuan uang untuk dapat ditukarkan dengan sejumlah barang
tertentu. Jenis uang berdasarkan nilainya sebagai berikut :
1) Uang bernilai penuh, yaitu uang yang nilai bahannya (nilai intrinsik) sama dengan nilai
nominalnya. Pada umumnya, uang yang bemilai penuh terbuat dari logam.
2) Uang tidak bernilai penuh, yaitu uang yang nilai bahannya (nilai intrinsik) lebihrendah
daripada nilai nominalnya. Pada umumnya, uang yang tidak bernilai penuh terbuat dan
kertas.

7. Pengelolaan uang rupiah oleh Bank Indonesia


Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/7/PBI/2012 bahwa Bank Indonesia
merupakan satu-satunya lembaga yang melakukan pengelolaan uang rupiah, meliputi tahap
perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan, serta
pemusnahan uang rupiah.
a. Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan dan penentuan jumlah uang rupiah yang akan dicetak, perlu
diperhatikan tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, rencana jenis dan pecahan uang rupiah,
serta perkiraan jumlah uang rupiah yang dimusnahkan.
Perencanaan tersebut dilakukan agar uang yang dikeluarkan memiliki kualitas baik
sehingga kepercayaan masyarakat tetap terjaga. Perencanaan yang dilakukan BI meliputi
perencanaan pengeluaran emisi baru dengan mempertimbangkan tingkat pemalsuan, nilai
intrinsik uang, serta masa edar uang. Selain itu, dilakukan pula perencanaan terhadap jumlah
serta komposisi pecahan uang yang akan dicetak selama satu tahun mendatang. Berdasarkan
perencanaan tersebut, kemudian dilakukan pengadaan uang, baik untuk pengeluaran uang
baru maupun pencetakan rutin terhadap uang lama yang telah dikeluarkan.

b. Tahap Pencetakan
Pada tahap pencetakan rupiah, BI melakukannya di dalam negeri dengan menunjuk
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pelaksana pencetakan uang rupiah. BUMN yang
melaksanakan pencetakan uang rupiah tersebut adalah PERUM PERURI (Perusahaan Umum
Percetakan Uang Republik Indonesia).
Penunjukan BUMN sebagai pelaksana pencetakan uang rupiah dilakukan sesuai
dengan ketentuan BI mengenai pengadaan jasa pencetakan uang rupiah. Jika BUMN yang
ditunjuk menyatakan tidak sanggup melaksanakan pencetakan uang rupiah, maka BUMN
tersebut dapat menunjuk lembaga lain untuk bekerja sama dalam pelaksanaan pencetakan
uang rupiah dengan memenuhi persyaratan pencetakan uang rupiah yang disepakati
sebelumnya dengan BI. Penunjukan lembaga lain dilakukan oleh BUMN melalui proses yang
terbuka, dapat dipertanggungjawabkan, serta menguntungkan negara.
Selain itu, harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan BI. Bila BUMN tak dapat memenuhi
persyaratan pencetakan rupiah yang disepakati sebelumnya, maka BI berwenang
menetapkan kebijakan lain demi memastikan ketersediaan rupiah. Dalam tahap pencetakan
uang, semua pihak yang terlibat wajib menjaga mutu, keamanan, dan harga yang bersaing.
c. Tahap Pengeluaran dan Pengedaran
Terkait dengan peran mengeluarkan dan mengedarkan uang, BI senantiasa berupaya
untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup,
jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi layak edar (clean money policy).
Untuk mewujudkan kondisi layak edar tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang
dilakukan oleh Bank Indonesia dilakukan mulai dari pengeluaran uang, pengedaran uang,
pencabutan dan penarikan uang, hingga pemusnahan uang.
Uang rupiah yang telah dikeluarkan BI selanjutnya diedarkan ke seluruh wilayah Indonesia
melalui Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan uang rupiah di setiap wilayah tentunya berbeda,
didasarkan pada jumlah persediaan, keperluan pembayaran, penukaran dan penggantian
uang selama jangka waktu
tertentu.
Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada bank umum maupun
masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan melalui penerimaan setoran
dari nasabah dan pembayaran uang rupiah. Sedangkan kepada masyarakat, dilakukan melalui
penukaran secara langsung pada loket-loket penukaran di seluruh kantor BI atau melalui
kerjasama dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil.
d. Tahap Pencabutan dan Penarikan
Pencabutan uang dari peredaran dimaksudkan untuk mencegah dan meminimalisasi
peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan. Uang rupiah
yang dicabut tersebut dapat ditarik dengan cara menukarkan ke Bank Indonesia atau pihak
lain
yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia.
e. Tahap Pemusnahan
Uang yang dimusnahkan tersebut adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari
peredaran, uang hasil cetak kurang sempurna, dan uang yang sudah tidak layak edar.
Kegiatan pemusnahan uang diatur melalui prosedur dan dilaksanakan oleh jasa pihak ketiga,
dengan pengawasan dari BI.
Cinta Rupiah
Rupiah sebagai mata uang resmi Indonesia sudah seharusnya menjadi pilihan utama
masyarakat dalam kebutuhan transaksi hingga investasi. Aksi cinta Rupiah yang
terwujud dalam tindakan nyata sehari-hari merupakan salah satu bentuk patriotisme
warga negara Indonesia.
Modul Seri Cinta Rupiah ini merupakan bagian pertama dari Modul Cinta Bangga
Paham (CBP) Rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia. Modul ini akan mengajak kita
lebih mencintai Rupiah dengan mengenal Rupiah lebih dalam, serta mengetahui cara
merawat dan menjaga Uang Rupiah dengan tepat.

1. Mengenal Rupiah
Menumbuhkan kecintaan terhadap Rupiah bisa dimulai dengan mengenali sejarah
Rupiah, karakteristik Uang Rupiah, dan proses pembuatannya.
1.1 Sejarah Uang Rupiah
Sebagai negara merdeka, Indonesia pertama kali memiliki uang sendiri dengan
berlakunya Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) pada 30 Oktober 1946. Dengan
transportasi sangat terbatas, serta ancaman keamanan pasca kemerdekaan, ORI
disebarluaskan secara gerilya. Namun karena situasi yang sulit pasca Agresi Militer
Belanda, distribusi ORI tidak bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Pada 1947,
Pemerintah memberi mandat kepada para pemimpin daerah untuk menerbitkan ORI-
daerah (ORIDA) yang berlaku sementara di daerah masing-masing, antara lain di Banda
Aceh, Tapanuli, Sumatera, dan Banten.
Eksistensi ORI dan ORIDA tak berlangsung lama. Terbentuknya Republik Indonesia
Serikat (RIS) sebagai salah satu hasil keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada
27 Desember 1949 mewajibkan penggunaan uang RIS mulai 1 Januari 1950. Pada masa
itu, terdapat tiga jenis mata uang yang beredar, yaitumata uang peninggalan pemerintah
kolonial Hindia Belanda yang dikeluarkan oleh De Javasche Bank, mata uaang yang
digunakan ketika NICA (Belanda) berada di Indonesia pasca-kemerdekaan atau
selama masa revolusi fisik, serta ORI dan ORIDA. Ketiganya bisa digunakan sebagai
alat pembayaran dan beredar dalam jumlah besar.

Akibatnya, jumlah uang yang beredar tak sebanding dengan ketersediaan barang.
Harga barang-barang melambung, ditambah tingkat inflasi tinggi. Untuk mengatasi
situasi tersebut, Menteri Keuangan RIS Syafruddin Prawiranegara mengeluarkan
kebijakan penyehatan keuangan bernama Kebijakan Gunting Uang, yang juga dikenal
dengan nama “Gunting Syafruddin”. Kebijakan ini dilakukan secara harfiah dengan
menggunting uang. Bagian kiri uang kertas diakui sebagai alat pembayaran yang sah
dengan nilai setengah dari nilai pecahan yang digunting. Sedangkan bagian kanan
dapat ditukarkan dengan Obligasi Republik Indonesia 1950. Kebijakan ini resmi
diterapkan pada 10 Maret 1950, namun tidak berlaku pada ORI dan ORIDA. Mulai 1
Mei 1950,
ORI dan ORIDA ditarik secara resmi dari peredaran.
Ketika Indonesia kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 17
Agustus 1950, ada kesempatan untuk menggunakan Uang Rupiah. Pada Desember
1951, De Javasche Bank dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia (BI) sebagai bank
sentral. Pemerintah mengeluarkan Uang Rupiah Logam dalam periode 1951-1952. Koin
bernilai 5 sen dan 1 sen itu berbentuk bulat pipih menggunakan bahan aluminium.
Adapun Uang Rupiah Kertas dengan tanda tahun 1952 beredar pertama kali pada 1953.
Indonesia juga sempat memiliki Rupiah Riau dan Rupiah Papua dalam kurun waktu
tertentu di tahun 1960-an.
Warna Uang Rupiah Kertas disesuaikan dengan best practice yang dilakukan
bank sentral di seluruh dunia. Bank Indonesia menggunakan teori warna Munsell dan
menghasilkan warna dengan kode rumit merah, ungu, biru, kuning, hijau, dan abu
sebagai pembeda warna pecahan mata uang. Tinta warna uang ini juga dibuat khusus
untuk pencetakan uang. Sedangkan warna Uang Rupiah Logam sangat dipengaruhi
oleh bahan yang digunakan, seperti nikel, aluminium, atau tembaga. Sejumlah Uang
Rupiah Logam edisi spesial bahkan terbuat dari emas atau perak.
Untuk menetapkan pecahan Rupiah, Bank Indonesia berkoordinasi dengan
Pemerintah. Sedangkan dalam menetapkan ukuran uang, perlu dipertimbangkan sejumlah
kondisi antara lain kepraktisan, ukuran yang menunjang pemrosesan melalui peralatan
kas, dan ukuran yang memudahkan masyarakat dapat membedakan pecahan uang.
Terkait desain, Bank Indonesia memiliki kewenangan penuh dalam menentukan
desain Rupiah, menyusun mekanisme operasional dalam penentuan tema seri uang,
gambar pahlawan, kebudayaan, pemandangan alam dalam Uang Rupiah.
Desain Rupiah memang merupakan salah satu unsur penting dalam Uang Rupiah.
Setiap uang yang beredar di masyarakat memiliki ciri dan karakter

desain yang unik. Keunikan itu bukan hanya untuk membedakan antara mata uang satu
negara dengan negara lain, tapi juga untuk membedakan Tahun Emisi dan nominal
tertentu dengan yang lainnya.
Karena itu, Bank Indonesia melakukan pemilihan desain dengan sejumlah
pertimbangan. Penyusunan unsur-unsur desain Uang Rupiah dilakukan Bank Indonesia
melalui beberapa tahapan, mulai dari mencari unsur pengaman uang terkini dan terbaik,
hingga melakukan high level meeting bersama Kementerian Keuangan untuk finalisasi
desain serta persetujuan proof desain langsung oleh Gubernur Bank Indonesia.
Aspek desain Uang Rupiah, seperti tercantum dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2011 tentang Mata Uang, meliputi tanda tertentu mencakup warna, gambar,
besar, bahan baku uang, serta tanda lainnya mencakup ukuran, unsur pengaman di
dalam uang, dan tanda yang dapat dipergunakan oleh tuna netra.

1.2 Karakteristik
Rupiah
Bank Indonesia mengeluarkan dua jenis Uang Rupiah, yaitu Uang Rupiah Kertas dan
Uang Rupiah Logam. Pada masing-masing Uang Rupiah, terdapat ciri umum dan ciri
khusus yang dapat dikenali dari permukaan uang.

Ciri umum dan ciri khusus ini diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2011 tentang Mata Uang. Tujuannya, agar dapat menunjukkan identitas, membedakan
nilai nominal, dan mengamankan Rupiah dari pemalsuan. Untuk momen-momen
istimewa berskala nasional dan internasional, Bank Indonesiamengeluarkan
Uang Rupiah Khusus, baik berupa uang kertas maupun uang logam.
Ciri umum Uang Rupiah kertas meliputi antara lain gambar lambang negara “Garuda
Pancasila”, frasa “Negara Kesatuan Republik Indonesia”, sebutan pecahan dalam
angka dan huruf sebagai nilai nominal, nomor seri pecahan, tahun emisi dan tahun cetak,
serta tanda tangan pihak Pemerintah dan Bank Indonesia. Adapun ciri khusus Uang
Rupiah merupakan unsur pengaman uang yang memiliki tiga level, yakni terbuka, semi
tertutup, dan tertutup. Pengaman level terbuka dapat dideteksi dengan panca indera,
seperti misalnya warna uang yang terlihat terang dan jelas, benang pengaman yang
tampak seperti garis melintang
atau beranyam, serta tanda air.
Ciri pengaman yang bersifat semi tertutup bisa dideteksi menggunakan alat
sederhana seperti kaca pembesar dan lampu ultraviolet (UV), meliputi tulisan mikro,
tinta tidak tampak, tinta tampak, dan nomor seri. Sedangkan unsur pengaman tertutup
hanya bisa dideteksi dengan menggunakan media atau peralatan laboratorium/forensik.

1.3 Pembuatan/pencetakan uang


Bahan pembuatan Uang Rupiah, baik kertas maupun logam, mengutamakan produk
dalam negeri dengan menjaga mutu, keamanan, dan harga yang bersaing, yang
ditetapkan Bank Indonesia.
Uang Rupiah Kertas terbuat dari serat kapas yang lentur dan tidak mudah sobek.
Penggunaan kertas dari serat kapas dapat mengakomodasi budaya masyarakat
Indonesia dalam memperlakukan uang yang masih sederhana, karena lebih tahan lama
bila disimpan dalam saku atau terkena panas. Selain dari serat kapas, Uang Rupiah juga
ada yang menggunakan polimer, seperti Uang Rupiah Kertas pecahan Rp100.000 tahun
emisi 1999. Sedangkan Uang Rupiah Logam terbuat dari aluminium, aluminium bronze,
nikel, tembaga, perak, dan emas.
Dalam produksi Uang Rupiah Kertas terdapat beberapa tahapan. Pertama, proses
persiapan cetak, terdiri dari persiapan seluruh bahan-bahan penunjang proses cetak
uang kertas yang meliputi pelat cetak rata (offset), pelat cetak dalam (intaglio), rol sablon,
tinta, dan beberapa sarana pendukung lainnya.
Kedua, proses pencetakan, terdiri dari tiga tahapan yaitu cetak offset, cetak intaglio
dan cetak nomor.
Proses ketiga yaitu pemotongan lembar kertas uang sesuai dengan ukuran yang
diharapkan. Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan final dengan menggunakan mesin
berteknologi tinggi yang dilengkapi dengan beberapa kamera resolusi tinggi dan
sensor agar dapat menjaga kualitas uang kertas sesuai spesifikasi yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
Proses keempat yaitu pengemasan. Lembar kertas uang yang berkualitas baik dan siap
edar dikemas ke dalam dus sebelum diserahkan kepada Bank Indonesia. Produksi Uang
Rupiah Logam lebih sederhana dibandingkan dengan produksi Uang Rupiah Kertas
karena dalam proses pencetakannya hanya menggunakan sepasang acuan cetak
logam (dies). Tahapannya dimulai dengan penyiapan bahan uang logam (blank coin),
pembentukan dua tepi/sisi (rimming), cetak tekanan tinggi menggunakan udara
(pneumatic), selanjutnya quality control dengan teknologi terkini, proses penghitungan,
dan terakhir pengemasan yaitu
bungkus (wrapping), doos dan box.
Untuk mencetak Uang Rupiah, Bank Indonesia menunjuk Perusahaan Umum Peruri
berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang dan Peraturan
Pemerintah No. 6 tahun 2019 tentang Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik
Indonesia. Dalam pencetakan Uang Rupiah, Perum Peruri menerapkan Standar
Operasional Prosedur dengan tingkat keamanan tinggi untuk menjamin keamanan dan
kerahasiaan proses cetak uang sampai menjadi Uang Rupiah Hasil Cetak Sempurna
(HCS).
Apabila Perum Peruri menyatakan tidak sanggup memenuhi pencetakan Uang
Rupiah yang disebabkan force majeure dan bencana sosial, maka Perum Peruri dapat
bekerja sama dengan perusahaan lain yang ditunjuk melalui proses transparan dan
akuntabel serta menguntungkan negara, dengan berkonsultasi terlebih dahulu kepada
Menteri Keuangan dan meminta persetujuan Bank Indonesia.

2. Merawat Rupiah
Dari waktu ke waktu, angka pemusnahan Uang Rupiah yang tidak layak (lusuh, cacat,
rusak) masih cukup tinggi. Sebagian besar karena banyak orang yang belum
mengetahui atau belum memiliki kesadaran untuk memperlakukan Uang Rupiah
dengan baik. Padahal, merawat Uang Rupiah merupakan kewajiban yang dilandasi
rasa peduli dan tanggung jawab.
Kesadaran untuk merawat Uang Rupiah dimulai dari pemahaman jenis- jenis Uang
Rupiah, memahami peredaran Uang Rupiah, dan mengerjakan tips merawat fisik Uang
Rupiah.

2.1 Kualitas
Uang Rupiah
Uang Rupiah yang beredar di masyarakat merupakan Uang Rupiah Hasil Cetak
Sempurna (HCS), disebut Uang Layak Edar (ULE), dan telah memenuhi

persyaratan untuk diedarkan sesuai standar kualitas yang ditetapkan PBI Nomor
21/10/2019. Sedangkan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) terdiri dari Uang Rupiah yang
lusuh, cacat, dan rusak.
Untuk memenuhi kebutuhan Uang Rupiah yang layak edar, Bank Indonesia
menempuh tiga strategi yaitu memperluas jaringan distribusi uang di seluruh daerah,
meningkatkan kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean money policy), serta
mencegah dan menanggulangi peredaran uang palsu.
Pada strategi menjaga kecukupan Uang Rupiah di seluruh wilayah Indonesia, Bank
Indonesia memperkuat perencanaan dan pencetakan uang. Sedangkan pada strategi
clean money policy, Bank Indonesia menempuh sejumlah langkah. Secara konsisten,
Bank Indonesia melakukan kegiatan pemilahan dan pemusnahan Uang Tidak Layak
Edar. Survei di 46 kota/kabupaten pada tahun 2020 menunjukkan soil level untuk uang
pecahan besar dan pecahan kecil sudah berada di atas standar kelayakan uang
beredar yang ditentukan Bank Indonesia. Pada strategi ketiga, yaitu mencegah dan
menanggulangi peredaran uang palsu, Bank Indonesia menerapkan upaya preemtif,
preventif, dan represif.
Dalam prosesnya, kebijakan clean money policy ini didukung dengan
penguatan layanan kas Bank Indonesia, penguatan kualitas layanan setoran dan
bayaran, serta penukaran UTLE dengan ULE. Dengan begitu, peredaran Uang Rupiah
bukan saja tercukupi tapi juga terjaga kualitasnya.
Untuk menjaga kualitas Rupiah, Bank Indonesia selalu mengembangkan teknologi
inovasi bahan dan teknologi cetak secara simultan dan berkesinambungan.

2. 2Peredaran Uang Rupiah


Peredaran Uang Rupiah di wilayah NKRI mencakup kegiatan distribusi dan layanan
kas. Uang Rupiah didistribusikan dari Kantor Pusat Bank Indonesia kepada Kantor-
kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwDN) yang berfungsi sebagai Depo Kas Wilayah
(DKW), untuk selanjutnya didistribusikan kepada KPwDN lainnya, kemudian diedarkan
ke masyarakat melalui lembaga perbankan.
Peredaran Uang Rupiah dari perbankan dilakukan oleh masing-masing Bank secara
mandiri, atau menggunakan Perusahaan Jasa Pengolahan Uang Rupiah, baik untuk
disimpan di ATM maupun di Bank itu sendiri, untuk selanjutnya bisa dimanfaatkan
masyarakat.
Umumnya, uang yang beredar di masyarakat memiliki kondisi beragam. Karena itu
dilakukan sortasi atau pemilahan antara Uang Layak Edar (ULE) dan Uang Tidak Layak
Edar (UTLE). Setelah dilakukan sortasi, ULE dikembalikan ke

kas Bank Indonesia untuk diedarkan kembali ke masyarakat, sedangkan UTLE berlanjut
pada tahap pemusnahan.

2.3 Strategi merawat kualitas uang


Bank Indonesia telah menjalankan kampanye Merawat Uang Rupiah: Jaga Kerapian
Rupiah, Jaga Kebersihan Rupiah, dan Jaga Keutuhan Rupiah.
Jaga Kerapian Rupiah berarti Uang Rupiah hendaknya disimpan dengan baik dalam
dompet yang tidak menyebabkan uang terlipat. Meski Uang Rupiah terbuat dari bahan
yang tahan lama, namun beberapa perlakuan seperti membasahi, meremas, mencoret,
dan menstaples akan memengaruhi usia edar Uang Rupiah.
Jaga Kebersihan Rupiah berarti Uang Rupiah tidak boleh dicoret-coret, salah satunya
agar nilai nominal dan nomor seri dapat terlihat dengan jelas.
Jaga Keutuhan Rupiah berarti Uang Rupiah tidak boleh distaples agar tidak rusak
dan bolong, yang mungkin merusak tanda keaslian Uang Rupiah.
Masyarakat diharapkan mampu merawat kualitas Uang Rupiah agar masa usia edar
menjadi lebih panjang.

3. MenjagaRupiah
Selain sebagai alat pembayaran yang sah, Uang Rupiah juga merupakan simbol
kedaulatan negara. Karena itu, Uang Rupiah harus dijaga sebaik-baiknya. Menjaga
Rupiah berarti mencegah dan melindungi Rupiah dari segala ancaman, termasuk risiko
pemalsuan.

3.1 Strategi Bank Indonesia


Bank Indonesia telah menempuh tiga strategi pencegahan dan penanggulangan
peredaran Uang Rupiah palsu dengan strategi preemtif, preventif, dan represif.
Strategi preemtif
Strategi preemtif dijalankan Bank Indonesia melalui sosialisasi dan komunikasi terkait
ciri-ciri keaslian Uang Rupiah dan bagaimana cara memperlakukan Uang Rupiah
dengan baik. Sosialisasi ciri keaslian Rupiah ini dilakukan melalui berbagai media dan
menyasar berbagai segmen pemangku kepentingan. Diharapkan, peningkatan
pemahaman masyarakat dapat mempersempit ruang gerak peredaran uang palsu.
Strategi preventif
Sebagai upaya preventif, Bank Indonesia telah menetapkan unsur-unsur pengaman
Uang Rupiah serta serangkaian prosedur tentang pelaporan dan

penanggulangan dilengkapi strategi penanggulangannya. Secara umum, Bank


Indonesia membagi unsur pengaman menjadi tiga tingkatan, yakni terbuka, semi
tertutup, dan tertutup.
Pengaman level terbuka dapat dideteksi dengan panca indera, seperti misalnya
warna uang yang terlihat terang dan jelas, benang pengaman yang tampak seperti garis
melintang atau beranyam, serta tanda air.
Ciri pengaman yang bersifat semi tertutup bisa dideteksi menggunakan alat
sederhana seperti kaca pembesar dan lampu ultraviolet (UV), meliputi tulisan mikro,
tinta tidak tampak, tinta tampak, dan nomor seri. Sedangkan unsur pengaman tertutup
hanya bisa dideteksi dengan menggunakan media atau peralatan laboratorium/forensik.
Saat ini Bank Indonesia telah memiliki laboratorium khusus yaitu Laboratorium Bank
Indonesia - Counterfeit Analysis Center (BI-CAC) yang menggunakan teknologi terkini
untuk melakukan klarifikasi Uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Karena itu, Bank
Indonesia mendorong masyarakat untuk segera meminta klarifikasi kepada Bank
Indonesia melalui mekanisme pelaporan yang sudah ditetapkan.

Uang asli

Masyarakat
Indonesia

PJPUR
Skema pelaporan uang rupiah yang mencurigakan

Permintaan klarifikasi oleh Bank atau PJPUR diatur dalam PADG Nomor
22/13/PDAG/2020 tentang Klarifikasi atas Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya.
Bank atau PJPUR harus mengajukan permohonan klarifikasi melalui aplikasi BI-CAC
dan mencetak surat pengantar dan formulir tersebut untuk diserahkan beserta bukti fisik
uang yang diragukan keasliannya kepada Bank Indonesia.

Strategi ketiga, yaitu strategi represif, dijalankan Bank Indonesia bekerja sama
dengan Badan Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu (Botasupal). Upaya represif ini
disertai dengan pengenaan sanksi pidana yang berat, sehingga diharapkan mampu
memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan pemalsuan uang.

3.2 Dampaknegatif dan risiko uang palsu


Peredaran uang palsu sangat merugikan masyarakat dan perekonomian secara
umum. Beredarnya uang palsu dapat mendorong terjadinya inflasi, menimbulkan
kesenjangan sosial, serta mempengaruhi penawaran uang. Peredaran uang palsu juga
mengancam eksistensi Uang Rupiah asli yang memiliki kualitas terbaik. Jika tidak
dicegah dan ditanggulangi, peredaran uang palsu sangat berbahaya bagi perekonomian
dan merendahkan kehormatan Uang Rupiah asli sebagai simbol NKRI.
Agar terhindar dari risiko dan dampak negatif uang palsu, masyarakat dapat
melakukan sejumlah hal sederhana sebagai berikut:
1. Meneliti uang dengan cara Dilihat, Diraba, dan Diterawang.
2. Merawat Uang Rupiah dengan baik agar keasliannya dapat dikenali dengan
mudah
3. Bertransaksi di tempat dengan pencahayaan baik
4. Melakukan penukaran uang di tempat resmi
Apabila saat bertransaksi kita meragukan keaslian Uang Rupiah yang kita terima, kita
bisa menolak dan menjelaskan dengan sopan, minta uang lain sebagai pengganti, dan
sarankan pihak pemberi untuk mengecek keaslian uang ke Bank, kepolisian, atau
meminta klarifikasi langsung ke Bank Indonesia terdekat.
Apabila kita baru menemukan Uang Rupiah yang diragukan keasliannyaitu setelah
transaksi berlangsung, maka kita sebaiknya tidak mengedarkan uang tersebut ke pihak
lain, menjaga fisik uang dan segera mengecek keaslian uang ke Bank, kepolisian, atau
meminta klarifikasi langsung ke Bank Indonesia terdekat.
Bangga Rupiah
Penggunaan Uang Rupiah sebagai alat pembayaran, alat transaksi, atau investasi
merupakan bentuk nyata perjuangan dan nasionalisme bangsa Indonesia untuk
menegakkan kedaulatan negara dalam aspek moneter. Rupiah menjadi simbol
kedaulatan, alat pembayaran sah di seluruh wilayah NKRI, dan instrumen pemersatu
bangsa. Tiga hal itu, seperti dipaparkan dalam modul ini, merupakan alasan utama
bagi warga negara untuk Bangga atas Rupiah.
Modul Seri Bangga Rupiah merupakan bagian kedua dari Modul Cinta Bangga
Paham (CBP) Rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia.

1. Simbol Kedaulatan
Sebagai negara yang berdaulat secara moneter, Indonesia memiliki kekuasaan
penuh dalam mengelola keuangan negara di dalam negeri, termasuk menetapkan
macam dan jenis mata uang yang berlaku. Kedaulatan tersebut ditandai dengan adanya
otoritas penciptaan uang dan kewajiban menggunakan Rupiah di seluruh wilayah
Indonesia.

1.1 Rupiah sebagai simbol kedaulatan


Terkait penciptaan uang, Bank Indonesia berwenang penuh untuk melakukan
Pengeluaran, Pengedaran, dan/atau Pencabutan dan Penarikan Rupiah, sesuai amanat
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Selain itu, Bank Indonesia
juga berwenang melakukan Perencanaan, Pencetakan, dan Pemusnahan Rupiah.
Dalam menjalankan kewenangan tersebut, Bank Indonesia berkoordinasi dengan
sejumlah lembaga, yaitu Pemerintah, BUMN (Perum Peruri), dan DPR (laporan
periodik).
Bank Indonesia juga harus memastikan ketersediaan Rupiah di seluruh wilayah
NKRI, hingga ke daerah terdepan, terluar, dan terpencil. Penggunaan Rupiah di daerah
perbatasan akan menjadi ciri kedaulatan Indonesia, menunjukkan kemandirian dan juga
kewibawaan Rupiah dan NKRI di hadapan negara lain.
Untuk itu, Bank Indonesia bekerja sama dengan TNI Angkatan Laut dalam
mendistribusikan Rupiah di daerah terdepan, terluar, dan terpencil, mengembangkan
layanan Kas Titipan, serta menjalankan program BI Jangkau.

Program BI Jangkau merupakan program layanan kas untuk menjangkau masyarakat


di kecamatan atau desa melalui jaringan kantor Bank, Pegadaian, PJPUR, dan pihak
lain termasuk BPR, Lembaga Non Bank, dan Lembaga Keuangan Non Bank.

Sesuai regulasi, setiap orang yang bertransaksi di wilayah NKRI wajib


menggunakan Rupiah, baik oleh Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara
Asing. Setiap orang yang menolak Rupiah sebagai alat pembayaran di wilayah NKRI
dapat terancam sanksi pidana. Meski begitu, penggunaan mata uang asing di wilayah
NKRI masih dimungkinkan antara lain untuk hibah atau pembayaran utang luar negeri,
seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang.
Dengan demikian, kewajiban penggunaan Rupiah di seluruh wilayah NKRI
merupakan amanat Undang-Undang sekaligus pelaksanaan kewajiban yang
mendukung kedaulatan NKRI, serta merupakan kewajiban yang menjaga stabilitas nilai
tukar Rupiah di masyarakat.

1.2 Rupiahsebagai mata uang Indonesia


Dalam konteks Rupiah sebagai mata uang Indonesia, pemerintah menerapkan
kebijakan non-internasionalisasi Rupiah dan pembatasan pembawaan uang tunai
Rupiah dan valuta asing.
Kebijakan non-internasionalisasi Rupiah berarti Rupiah bukan hard currency
yang bisa digunakan lintas negara. Meski begitu, kita tidak bisa menutup mata atas
penggunaan Rupiah di tengah masyarakat Indonesia yang menetap di luar negeri,
bahkan ada orang asing menerima proses transaksi dengan menggunakan Rupiah.

Terkait hal tersebut, kebijakan non-internasionalisasi diartikan Rupiah tidak digunakan


secara resmi dan sah oleh negara lain sebagai alat pembayaran yang berlaku. Namun
Rupiah secara sosiologis-empiris, digunakan oleh sebagian warga negara asing dan
warga negara Indonesia di luar negeri sebagai alat pembayaran yang sah.
Pemerintah juga membatasi pembawaan uang tunai Rupiah dan mata uang asing
keluar dan masuk Indonesia, seperti diatur dalam pasal 34 Undang- Undang Nomor 8
Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, disertai
dengan ancaman sanksi administratif berupa denda.
Selain untuk mencegah tindak pencucian uang dan tindak kriminal lainnya,
pembatasan ini memiliki nilai strategis, yaitu untuk mencegah hilangnya arus peredaran
Rupiah di dalam negeri. Tanpa pembatasan, bisa saja terjadi transaksi di luar lembaga
keuangan di dalam negeri sehingga tidak dapat terdeteksi. Apabila hal ini dibiarkan dan
terjadi dalam jumlah besar, ketidakakuratan perhitungan Rupiah yang beredar akan
berpotensi menghasilkan analisis dan kebijakan moneter yang tidak tepat.
Lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara membawa uang Rupiah dan uang
kertas asing masuk dan keluar wilayah Pabean Republik Indonesia, Bank Indonesia
telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/ PBI/2015 tentang Kewajiban
Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1.3 Bela negara tanpa senjata


Ancaman kedaulatan sebuah negara tak selalu berawal dari agresi militer atau
pelanggaran wilayah. Ancaman kedaulatan Indonesia di daerah-daerah perbatasan
yang dekat dengan negara tetangga bisa berawal dari Rupiah yang sering terabaikan.
Wilayah-wilayah yang rawan terhadap penggunaan mata uang asing antara lain di
Kepulauan Sebatik, Kabupaten Nunukan yang berbatasan langsung dengan Tawau,
Malaysia, atau di perbatasan Indonesia Papua. Bahkan penggunaan mata uang asing
tidak hanya mengancam wilayah perbatasan, namun juga di perkotaan, dengan
penggunaan mata uang asing oleh sebagian kelompok masyarakat sebagai alat
transaksi.
Mengatasi hal tersebut, Bank Indonesia selalu berupaya menyediakan Rupiah di
daerah terdepan, terluar, dan terpencil, sambil terus menjalankan sosialisasi Rupiah
dan literasi keuangan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Sikap masyarakat yang
mencintai dan bangga Rupiah, serta upaya Bank Indonesia memastikan pemenuhan
Rupiah di seluruh wilayah NKRI merupakan salah satu bentuk upaya bela negara tanpa
senjata.

2. AlatPembayaran
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Rupiah
wajib digunakan dalam setiap transaksi di wilayah NKRI. Bank Indonesia bertugas dan
berwenang mengelola Rupiah agar stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan
kelancaran sistem pembayaran dapat terjaga.

2.1 Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah


Lebih lanjut, Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 7/13/PBI/2015 menetapkan
transaksi yang wajib menggunakan Rupiah. Namun dalam pelaksanaan kegiatan
ekonomi, banyak kegiatan yang tidak selamanya dapat menggunakan Rupiah.
Transaksi yang mendapatkan pengecualian ini juga diatur dalam PBI dimaksud.
Misalnya, transaksi seperti pembayaran utang luar negeri, hingga transaksi dalam
rangka pembangunan proyek infrastruktur strategis. Khusus untuk transaksi proyek
infrastruktur strategis, pemohon dapat menyampaikan permohonan tertulis disertai
dokumen pelengkap kepada Bank Indonesia.
PBI dimaksud juga melarang setiap orang menolak Rupiah sebagai alat transaksi di
wilayah NKRI, kecuali Rupiah tersebut dicurigai palsu, atau karena ia memang sudah
memiliki perjanjian tertulis tentang pembayaran dalam bentuk valuta asing.
Bank Indonesia mengawasi pelaksanaan kewajiban penggunaan Rupiah di
wilayah NKRI. Jika terdapat pelanggaran terhadap kewajiban tersebut, atau
pelanggaran atas larangan menolak Rupiah, maka terdapat sanksi berupa sanksi
administratif/denda dan/atau sanksi pidana.

2.2 Masa berlaku Uang Rupiah


Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang melakukan
pencabutan dan penarikan Uang Rupiah. Pencabutan dan penarikan Uang Rupiah
dilakukan dengan sejumlah pertimbangan, diantaranya masa edar suatu pecahan
sudah terlalu lama serta adanya perkembangan teknologi unsur pengaman (security
features) pada uang. Selain itu, pencabutan/penarikan uang juga dimaksudkan untuk
mencegah dan meminimalisir peredaran uang palsu serta menyederhanakan komposisi
dan emisi pecahan yang ada.
Uang Rupiah yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran berarti sudah tidak lagi
berfungsi sebagai alat pembayaran. Masyarakat yang menukarkan uang tersebut akan
mendapatkan penggantian dengan nominal yang sama, asalkan uang tersebut dapat
dikenali keasliannya dan masih dalam jangka waktu 10 tahun sejak tanggal
pencabutan. Proses penukaran dapat dilakukan melalui Kantor Pusat Bank Indonesia
c.q. Departemen Pengelolaan Uang, Kantor Perwakilan Dalam Negeri (KPwDN) Bank
Indonesia yang terdekat, atau melalui Kas Keliling Bank Indonesia.

Koleksi dan numismatik Uang Rupiah


2.3
Tidak semua uang yang dicabut dan ditarik dari peredaran, dimusnahkan. Banyak
warga menyimpan uang kuno sebagai koleksi. Bank Indonesia sendiri memiliki
dokumen numismatik yang disimpan di Museum Bank Indonesia dan digunakan
sebagai materi edukasi kepada publik. Dokumen numismatik merupakan dokumen yang
mempunyai nilai tukar seperti mata uang, koin, token, medali, obligasi, dan saham.

Pemersatu Bangsa
3.
Sejarah telah membuktikan, Rupiah adalah alat pemersatu bangsa. Dengan adanya
Rupiah, kita bukan saja merdeka secara politik, tapi juga berdaulat dalam menjaga,
mengelola, serta mengembangkan kebijakan moneter dan ekonomi bangsa dan
negara.

3.1Rupiah sebagai identitas dan karakteristik bangsa


Kata Rupiah sebagai nama mata uang nasional merupakan ide dankreativitas orisinil
para pendiri bangsa, menggunakan bahasa dan pelafalan nasional, berciri khas Bangsa
Indonesia.
Wujud Rupiah dalam bentuk uang kertas maupun uang logam juga sarat dengan
identitas dan karakteristik bangsa, seperti simbol Garuda, frasa “Negara Kesatuan
Republik Indonesia” sejarah dan perjuangan pahlawan nasional, serta kekayaan alam
dan budaya Indonesia.

3.2Konsep Satu Negara Satu Mata Uang (One Nation One Currency)
Indonesia menganut hukum Satu Negara Satu Mata Uang demi menjaga dinamika
ekonomi dan kedaulatan Indonesia. Kebijakan mata uang tunggal diyakini akan
menjaga rasa persatuan dan kesatuan masyarakat Indonesia yang memiliki latar
belakang sosial budaya beragam, menjaga kestabilan Rupiah, serta menjadikan
pemerintah mampu menghadapi krisis keuangan, deflasi, atau inflasi secara otonom.

Tidak semua negara menganut Satu Negara Satu Mata Uang. Dalam fakta
sosiologi-ekonomi, beberapa negara masih menggunakan prinsip multicurrency, yaitu
ada lebih dari satu jenis mata uang dalam praktik transaksi atau sebagai alat
pembayaran yang sah. Kebijakan ini melahirkan sejumlah konsekuensi.
Negara penganut sistem multi currency dituntut memiliki kapasitas yang
tangguh dalam mengontrol masalah moneter atau fiskal di dalam negeri, dan
dinamika mata uang asing di luar negerinya. Selain itu, Pemerintah akan mengalami
tantangan penting dalam mengontrol peredaran uang di masyarakat sehingga
cenderung sulit merumuskan kebijakan moneter dalam negeri terkait dengan peredaran
uang dalam negeri dan kebijakan uang asing yang masuk dan berlaku di tengah
masyarakat.
Sebuah negara penganut sistem multi currency juga akan dihadapkan
adanya perbedaan standar nilai transaksi yang berkembang di tengah masyarakat,
akibat tidak adanya standar nilai nasional yang digunakan.

3.3Perjalanan Rupiah sebagai pemersatu bangsa


Jauh sebelum Indonesia lahir, konsep uang sudah dikenal di masa-masa kerajaan
Hindu sebagai pengganti sistem barter. Namun Rupiah bukansekadar alat tukar. Dalam
konteks sejarah, Rupiah juga merupakan alat perjuangan bangsa Indonesia
menegakkan kedaulatan dan persatuan.

Pasca kemerdekaan, Oeang Republik Indonesia (ORI) penerbitan pertama berlaku


mulai 30 Oktober 1946. Penerbitan ORI menunjukkan kedaulatan Indonesia sebagai
negara merdeka, sekaligus juga bertujuan untuk menyehatkan perekonomian
Indonesia yang saat itu sedang dilanda inflasi hebat. Tiap penduduk diberi Rp1 sebagai
pengganti sisa uang invasi Jepang. Namun peredaran ORI belum menjangkau seluruh
wilayah Indonesia karena terkendala transportasi dan keamanan di masa itu. Pada
1947, Pemerintah memberikan otoritas kepada daerah-daerah tertentu untuk
mengeluarkan uang yang akan diberlakukan di daerah masing-masing, disebut Oeang
Republik Indonesia Daerah (ORIDA). Contohnya, ORIDABS-Banten, ORIPSU-
Sumatera Utara, ORIAB-Kabupaten Labuhan Batu. Instrumen ORIDA yang
dikeluarkan itu berupa bon, Surat Tanda Penerimaan Uang, Tanda Pembayaran Yang
Sah
dan ORIDA dalam bentuk Mandat.
ORI dan berbagai macam ORIDA hanya berlaku sampai 1 Januari 1950, dilanjutkan
dengan penerbitan uang Republik Indonesia Serikat (RIS). Uang RIS merupakan
konsekuensi salah satu hasil perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember
1949 yang menyebutkan Belanda mengakui kedaulatan RIS. Namun seiring dengan
dinamika politik Pemerintah RIS yang singkat hingga 17 Agustus 1950, masa edar uang
federal ini juga terbilang singkat.
Kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pemerintah
menyatukan mata uang sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Republik
Indonesia. Secara hukum, kesatuan moneter barulah terwujud setelah dikeluarkannya
“Undang-Undang Mata Uang 1951” untuk mengganti “Indische Muntwet 1912”.
Setelah ditandatanganinya KMB, perekonomian Indonesia yang terbuka
menyebabkan situasi dalam negeri sangat mudah terpengaruh oleh gejolak
perekonomian dunia, seperti devaluasi mata uang oleh beberapa negara Eropa Barat
terhadap dolar Amerika Serikat, serta krisis politik di Asia Timur, khususnya perang
Korea. Sementara, di sisi lain, pemakaian devisa untuk impor belum tampak menguat
lebih baik.
Terkait hal itu, pemerintah mengambil kebijakan moneter yang kemudian dikenal
dengan sebutan “Gunting Syafruddin” untuk memperbaiki kondisi keuangan nasional
terutama mengatasi situasi ekonomi Indonesia yang saat itu sedang terpuruk—utang
menumpuk, inflasi tinggi, dan harga melambung. Kebijakan ini dilakukan secara harfiah
dengan menggunting uang. Bagian kiri uang kertas diakui sebagai alat pembayaran
yang sah dengan nilai setengah dari nilai pecahan yang digunting. Sedangkan bagian
kanan dapat ditukarkan dengan Obligasi Republik Indonesia 1950.
Pada Desember 1951, De Javasche Bank dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia
(BI) sebagai Bank Sentral dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953. Bank
Indonesia lahir pada 1 Juli 1953, berposisi sebagai Bank Sentral Indonesia
menggantikan De Javasche Bank.
Setelah Bank Indonesia berdiri, terdapat dua macam Uang Rupiah yang berlaku
sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah NRKI, yaitu uang yang diterbitkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia (Kementerian Keuangan) dan yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia. Pemerintah RI menerbitkan uang kertas dan logam pecahan di bawah
Rp5, sedangkan Bank Indonesia menerbitkan uang kertas dalam pecahan Rp5 ke atas.
Untuk memperbaiki situasi tersebut, keluar hak tunggal Bank Indonesia untuk
mengeluarkan uang kertas dan uang logam sesuai Undang-Undang Bank Indonesia
Nomor 13 Tahun 1968 agar pengeluaran uang bisa efisien. Untuk selanjutnya
berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, dalam uang
Rupiah memuat tanda tangan pemerintah dan Bank Indonesia. Pemerintah dalam
Undang-Undang dimaksud adalah Menteri Keuangan.

Paham Rupiah
Seiring perkembangan zaman, konsep uang terus berkembang, termasuk dari sisi
instrumen pembayaran dan sistem pembayaran. Begitu juga dengan Rupiah yang terus
berkembang dan kini dihadapkan pada keberadaan uang elektronik serta uang digital.
Modul ini diharapkan mampu membekali peserta sosialisasi dalam memahami Rupiah
sebagai alat transaksi, mendukung kestabilan ekonomi, dan penyimpan nilai. Dengan
memahami Rupiah, kita dapat bijak bertransaksi, belanja, dan berinvestasi yang pada
akhirnya akan mendukung kekuatan ekonomi negara.

1. Transaksi dengan Rupiah


Dalam tatanan masyarakat modern, uang memiliki fungsi penting sebagai satuan
hitung, alat pembayaran, dan penyimpan nilai. Dalam perkembangannya, uang terus
berevolusi sebagai alat transaksi. Pada satu sisi, transaksi semakin mudah dan nyaman,
namun pada sisi lain, muncul risiko kerahasiaan data dan perlindungan konsumen.

1.1 Makna dan fungsi uang


Sebagai satuan hitung, uang digunakan untuk menilai suatu barang atau jasa
sehingga memudahkan proses transaksi. Tanpa uang sebagai alat pembayaran, proses
transaksi harus dilakukan dengan sistem barter yang merepotkan. Uang juga berfungsi
sebagai alat penyimpan nilai. Uang yang kita terima saat ini bisa digunakan untuk membeli
barang atau jasa pada masa mendatang. Sesuai sifatnya, manusia adalah makhluk yang
gemar

mengumpulkan dan menyimpan kekayaan dalam bentuk barang berharga, umumnya tanah,
rumah, emas, serta benda berharga lain, termasuk uang.

1.2 Evolusi sistem pembayaran


Dulu kala, ketika konsep uang dikenal dalam sistem perekonomian sederhana, orang
masih menggunakan berbagai benda sebagai instrumen pembayaran. Misalnya, kulit
kerang, gading, telur, garam, hingga logam berharga dan kertas.
Pemerintah Indonesia pertama kali mengeluarkan uang logam pada periode tahun 1951-
1952. Koin bernilai 5 sen dan 1 sen itu berbentuk bulat pipih dan terbuat dari aluminium.
Selanjutnya, Pemerintah mengeluarkan berbagai seri Uang Rupiah Kertas dan Uang
Rupiah Logam yang dikenal oleh masyarakat luas.
Namun, evolusi instrumen pembayaran belum berakhir di uang kertas dan uang logam.
Perkembangan teknologi memungkinkan instrumen pembayaran non tunai, diantaranya
ada yang disebut uang elektronik (electronic money). Dengan begini, masyarakat tidak
perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar, melainkan cukup membawa kartu debit,
kartu kredit, atau uang elektronik dalam jenis dan bentuk lainnya.
Bank Indonesia kemudian mengeluarkan Quick Response Code Indonesian Standard,
atau biasa disingkat QRIS sehingga membuat proses transaksi menjadi semakin mudah,
cepat, dan terjaga keamanannya. Semua Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran yang
akan menggunakan QR Code wajib menerapkan QRIS.
Perkembangan instrumen pembayaran ini memberikan berbagai pilihan bagi masyarakat.
Untuk keperluan transaksi bernilai kecil, praktik Alat Pembayaran Menggunakan Uang
(APMU) masih menjadi pilihan utama. Model APMU dinilai paling praktis untuk kebutuhan
berbelanja di warung- warung atau pasar.
Sedangkan untuk transaksi dengan nilai lebih besar antara perorangan atau lembaga
dengan jarak cukup berjauhan, model Alat Pembayaran Menggunakan Rekening (APMR)
cenderung menjadi pilihan masyarakat. Selain itu, ada model Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu (APMK) yang biasa dilakukan di kota-kota besar, misalnya
penggunaan kartu tol, ataupun kartu kredit dan kartu debit untuk berbelanja. Seiring dengan
perkembangan teknologi, Alat Pembayaran Menggunakan Digital (APMD) juga semakin
disukai.
Dalam perkembangan selanjutnya, lahirlah uang digital. Terdapat sejumlah
definisi uang digital atau uang virtual dari bank sentral dan lembaga keuangan
internasional. Namun secara umum, uang virtual didefinisikan sebagai uang digital yang
tidak diatur oleh regulator atau lembaga pemerintahan manapun. Topik mengenai uang
digital ini telah menjadi fokus seluruh Bank Sentral dalam beberapa tahun terakhir.
Terkait hal itu, Bank Indonesia terus melakukan penelitian dalam menentukan konsep
Rupiah Digital/Central Bank Digital Currency (CBDC) serta teknologi yang akan
digunakan dalam upaya mendukung transformasi digital di Indonesia. Lain halnya dengan
uang digital maupun uang virtual, CBDC merupakan bentuk baru dari Central Bank
Money.
Secara prinsip, CBDC memiliki nilai tambah jika dibandingkan uang kertas dan uang
logam, antara lain meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui percepatan perputaran
uang. Meski demikian, penetapan CBDC juga memiliki sejumlah potensi risiko yang harus
diantisipasi Bank Sentral seperti risiko keamanan sistem dan cybersecurity.
Untuk membangun ekosistem yang sehat dan mendukung stabilitas sistem keuangan,
Bank Indonesia merumuskan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025. Arah
kebijakan pengembangan ekonomi dan keuangan digital ini diharapkan mampu mendorong
pertumbuhan inklusif dengan tetap memperhatikan mitigasi risiko.

1.3 Perlindungan konsumen dan kerahasiaan data


Elektronifikasi atau digitalisasi perbankan yang sudah berjalan saat ini merupakan
inovasi yang menawarkan banyak keuntungan namun memiliki risiko keamanan yang harus
diantisipasi masyarakat dan perbankan, salah satunya kejahatan siber (cyber crime).
Beberapa contoh kejahatan siber yang sering terjadi di masyarakat antara lain skimming,
malware, hacking, dan phishing. Metode skimming bertujuan untuk mencuri data nasabah
saat bertransaksi menggunakan ATM. Biasanya pelaku menggunakan skimmer untuk
merekam strip elektromagnetik pada kartu nasabah, kamera tersembunyi dan keypad.
Karena itu nasabah harus selalu waspada saat menggunakan mesin ATM, dengan
memperhatikan kondisi fisik mesin dan selalu menutupi jari ketika
mengetik pin.
Kejahatan siber yang menggunakan malware untuk mencuri data termasuk sulit
dideteksi, dan bisa merusak sistem komputer. Karena itu masyarakat harus selalu
waspada saat terkoneksi dengan jaringan internet. Jangan mengunduh atau membuka file
yang tidak jelas asal usulnya, dan pastikan memiliki back up data.

Adapun peretasan atau hacking adalah kegiatan membobol dan mengeksploitasi sistem
komputer milik orang atau lembaga lain. Hacking semula diidentikkan dengan kejahatan,
tapi seiring berjalannya waktu berkembang white hack, yaitu kegiatan hacking untuk
menguji sistem keamanan komputer.
Sementara teknik phising merupakan cara mendapat data pribadi, data akun, dan data
finansial seseorang, dengan teknik pengelabuan. Data-data yang didapat ini kemudian
digunakan sebagai alat kejahatan.
Menjawab tantangan tersebut, Bank Indonesia selalu memperhatikan isu
perlindungan konsumen dalam empat kegiatan strategis, yaitu fungsi pengaturan dan
kebijakan, pengawasan, penanganan pengaduan, serta edukasi dan literasi.
Dari aspek kebijakan dan ketentuan, Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 22/20/PBI/2020 tentang Perlindungan Konsumen Bank Indonesia. Dari
aspek edukasi dan literasi, Bank Indonesia telah menyusun strategi Edukasi Perlindungan
Konsumen yang kemudian dijalankan melalui sejumlah program komunikasi di berbagai
kanal informasi.
Bank Indonesia juga melakukan pengawasan untuk memastikan prinsip- prinsip
perlindungan konsumen diimplementasikan secara tepat. Pengaduan konsumen kepada
Bank Indonesia dapat dilakukan secara langsung melalui contact center BICARA 131,
Kantor Perwakilan Dalam Negeri terdekat di kota domisili konsumen, surat elektronik
bicara@bi.go.id, atau portal pengaduan konsumen di website Bank Indonesia www.bi.go.id.
Kegiatan perlindungan konsumen tersebut dijalankan Bank Indonesia bersinergi dengan
kementerian dan lembaga lain seperti Kementerian Perdagangan, Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), Kementerian Komunikasi dan Informatika, Badan Perlindungan Konsumen Nasional
(BPKN), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dan lainnya.

2. Berbelanja : Peran Rupiah dalam Stabilitas Ekonomi


Sebagai mata uang tunggal, Rupiah berperan penting dalam perekonomian nasional.
Kestabilan nilai Rupiah terhadap barang dan jasa, serta kestabilan nilai tukar Rupiah
merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

2.1 Peran Rupiah dalam perekonomian


Rupiah berperan sebagai instrumen dalam pelaksanaan fungsi intermediasi lembaga
keuangan dalam menyalurkan dana dari masyarakat

atau lembaga kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, baik untuk tujuan konsumtif
maupun usaha produktif di berbagai sektor ekonomi dalam rangka meningkatkan taraf
hidup masyarakat. Lancar atau tidaknya fungsi intermediasi itu salah satunya tergantung
pada perputaran dana masyarakat yang mengalir melalui lembaga keuangan.
Di Indonesia, dikenal 3 jenis uang beredar, yaitu M0, M1, dan M2. M0 disebut juga uang
primer, merupakan kewajiban Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter
terhadap sektor swasta domestik dan bank umum. M0 atau uang primer terdiri dari uang
tunai berupa uang kartal (uang kertas dan logam) yang dipegang masyarakat maupun bank
umum, serta saldo rekening giro milik bank umum di Bank Indonesia.
Adapun M1 terdiri dari uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro
berdenominasi Rupiah). Sedangkan M2 terdiri dari uang kartal, uang giral, dan uang kuasi
(mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam Rupiah dan valas, dan giro dalam valas),
serta surat berharga yang diterbitkan sistem moneter, yang dimiliki sektor swasta domestik
dengan sisa jangka waktu sampai satu tahun.
Bagi lembaga keuangan seperti bank, ketersediaan M0, M1 dan M2 mencerminkan baik
tidaknya likuiditas bank tersebut. Likuiditas merupakan kemampuan lembaga keuangan
memenuhi kewajiban jangka pendek menggunakan harta lancar. Permasalahan likuiditas di
suatu bank bisa mengganggu operasional bank tersebut dan akan berpengaruh ke bank
lain sehingga mengganggu stabilitas sistem keuangan. Dalam hal ini, Bank Indonesia
berperan sebagai Lender of The Last Resort, menyediakan likuiditas di pasar uang maupun
kepada individual bank.

2.2 Inflasi
Inflasi menunjukkan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus
dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan inflasi di Indonesia dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) berdasarkan Classification of Individual Consumption According to
Purpose (COICOP). BPS juga mempublikasikan inflasi berdasarkan disagregasi inflasi.
Inflasi dapat terjadi karena adanya tekanan dari sisi penawaran, dari sisi permintaan,
dan dari ekspektasi inflasi. Pada tingkat wajar dan stabil, inflasi dapat menjaga kestabilan
nilai mata uang dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Misalnya, tingkat inflasi 4% di
negara dengan tingkat bunga kredit 10% akan mendorong kegiatan ekonomi.

Namun inflasi yang terlalu tinggi akan berdampak negatif bagi kegiatan perekonomian
dan masyarakat. Inflasi tinggi mendorong penanaman modal spekulatif, menimbulkan
masalah pada neraca pembayaran, meningkatkan suku bunga pinjaman sehingga
menurunkan minat investasi pada usaha- usaha produktif, serta menimbulkan
ketidakpastian ekonomi di masa mendatang.
Bagi masyarakat, inflasi yang tinggi juga menurunkan nilai riil dari tabungan dan
pinjaman,
memperlebar kesenjangan distribusi pendapatan, serta menurunkan tingkat kesejahteraan
masyarakat.
Untuk mengendalikan inflasi, dibutuhkan peran serta semua pihak, termasuk
masyarakat. Permintaan tinggi atas suatu produk yang mendorong kenaikan harga akan
mengakibatkan tekanan inflasi, apabila terjadi secara terus menerus dan berdampak pada
produk lain. Dengan demikian, dibutuhkan sikap bijak berbelanja untuk membantu
mengendalikan inflasi, antara lain menghindari perilaku konsumtif berlebihan dan
mengutamakan pembelian barang-barang produksi dalam negeri.

2.3 Nilai tukar


Nilai tukar atau kurs adalah perbandingan nilai suatu mata uang terhadap mata uang
negara lain. Kekuatan permintaan dan penawaran terhadap mata uang suatu negara akan
menentukan nilai tukar mata uang negara tersebut.
Kurs transaksi Bank Indonesia disajikan dalam bentuk kurs jual dan kurs beli valas
terhadap Rupiah. Kurs tersebut digunakan sebagai acuan transaksi Bank Indonesia dengan
pihak ketiga seperti pemerintah. Titik tengah Kurs Transaksi Bank Indonesia USD/IDR
menggunakan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR).
JISDOR merupakan harga spot USD/IDR yang disusun berdasarkan kurs transaksi
USD/IDR terhadap Rupiah antar bank di pasar valuta asing Indonesia, melalui sistem
Monitoring Transaksi Valuta Asing terhadap Rupiah (SISMONTAVAR) di Bank Indonesia
secara real time. JISDOR diterbitkan sejak 20 Mei 2013 untuk memberi referensi harga
pasar representatif untuk transaksi spot USD/IDR pasar valuta asing Indonesia.
Fluktuasi nilai tukar terjadi akibat sejumlah faktor, seperti permintaan dan penawaran
terhadap mata uang, kinerja ekonomi, inflasi, peredaran suku bunga, dan aliran modal.
Fluktuasi nilai tukar mencerminkan stabilitas nilai Rupiah dan berdampak kepada arus
modal, perdagangan barang, inflasi, suku bunga, investasi, output nasional, dan
kesempatan kerja. Nilai tukar Rupiah yang tidak stabil akan menyebabkan daya saing
produk dalam negeri melemah sehingga berdampak pada penurunan produksi dan
turunnya kesempatan kerja di dalam negeri.
Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, masyarakat dapat mengoptimalkan perannya
dengan cara mengurangi konsumsi produk impor dan mengalihkannya ke produk-produk
dalam negeri, serta selalu menggunakan Rupiah saat bertransaksi. Selain itu, produktivitas
masyarakat menghasilkan barang ekspor berkualitas juga akan membantu mendorong
naiknya nilai tukar mata uang dalam negeri.

3. Berhemat
Sikap berhemat merupakan sikap dan pikiran cermat dalam memanfaatkan sesuatu
sehingga mampu mendapatkan nilai lebih banyak, lebih besar, dan lebih berarti. Sikap
hemat tak cuma memberikan manfaat bagi ketahanan ekonomi pribadi dan keluarga, tapi
juga berdampak luas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

3.1 Rupiah sebagai penyimpan nilai


Uang merupakan salah satu pilihan masyarakat dalam menyimpan kekayaan, selain
tanah, rumah, dan benda berharga lainnya. Masyarakat yang gemar menyimpan uangnya
dalam bentuk tabungan di bank akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk
mendukung pendekatan ini, Pemerintah mendirikan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
yang berfungsi sebagai penjamin simpanan nasabah, dan turut aktif memelihara stabilitas
perbankan sesuai kewenangannya. Tabungan, giro, dan deposito yang disimpan nasabah
di Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat merupakan bentuk Dana Pihak Ketiga
Semakin besar DPK yang dimiliki Bank, maka Bank akan semakin leluasa memberikan
kredit. DPK yang besar juga mendukung Bank berperan maksimal dalam menjaga stabilitas
moneter. Secara praktis, ketersediaan DPK ini dapat disalurkan perbankan ke pihak-pihak
yang membutuhkan baik untuk tujuan konsumtif maupun usaha produktif di berbagai sektor
ekonomi.

3.2 Investasi
Investasi dan tabungan memiliki perbedaan mendasar. Tabungan lebih merupakan
upaya menyimpan hasil pendapatan untuk kebutuhan di masa depan, sedangkan investasi
merupakan penempatan dana untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Bisa
dibilang, investasi merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi.
Secara umum, investasi dapat dibedakan menjadi investasi pada aset riil seperti
rumah, tanah, emas, dan investasi pada aset keuangan seperti saham, dan obligasi.
Dalam sistem keuangan modern, masyarakat mengenal beberapa produk investasi
seperti saham, reksa dana, obligasi, dan sukuk. Masing- masing memiliki potensi
keuntungan dan risiko.

Saham diartikan sebagai penyertaan modal seseorang atau badan dalam perusahaan
atau perseroan terbatas. Saham merupakan produk investasi yang cukup populer saat ini.
Saham menawarkan dua potensi keuntungan bagi pemiliknya. Pertama, pemilik saham
bisa mendapatkan laba (dividen) yang dibagikan perusahaan setiap tahun. Kedua, pemilik
saham bisa memperoleh capital gain melalui kenaikan harga saham yang
diperdagangkan di bursa.

Namun, saham juga memiliki faktor risiko yang harus diantisipasi sejak awal, yaitu potensi
capital loss, suspend, dan bangkrut.
Reksa dana diartikan sebagai wadah untuk menghimpun dana masyarakat pemodal
untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh manajer investasi. Terdapat
reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana saham. Investasi
reksa dana memiliki sejumlah manfaat, antara lain potensi hasil investasi tinggi,
mendukung prinsip diversifikasi investasi, dan mudah dicairkan. Adapun risiko reksa dana
lebih tinggi daripada tabungan dan kerugian ini tidak dijamin Pemerintah. Selain itu,
keuntungan juga tidak pasti dan bisa saja produk reksa dana dibubarkan.
Obligasi merupakan surat utang jangka menengah panjang yang diterbitkan
Pemerintah atau Korporasi. Surat utang ini memuat janji dari pihak yang menerbitkan
untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang
pada waktu yang telah ditentukan. Manfaat investasi obligasi antara lain mendapatkan
imbalan secara reguler, mendapatkan capital gain apabila dijual di pasar sekunder, dan
mendapatkan hak klaim pertama terhadap aktiva perusahaan tersebut apabila
perusahaan bangkrut. Obligasi juga memiliki risiko antara lain risiko ketidakmampuan
perusahaan membayar imbalan dan mengembalikan pokok obligasi. Selain itu, harga jual
kembali obligasi sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang fluktuatif.
Sukuk merupakan Efek Syariah berupa sertifikat yang bernilai sama dan mewakili
bagian yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas aset yang mendasarinya. Sukuk
dapat menawarkan fixed return dan dapat diperjualbelikan sebelum jatuh tempo. Tingkat
imbalan kompetitif, tetap, dan dibayar tiap bulan, serta mendukung pembiayaan
pembangunan nasional dan akses investasi sesuai prinsip syariah. Sukuk memiliki
sejumlah risiko yaitu risiko gagal bayar, risiko kesulitan menjual Sukuk Ritel di pasar
sekunder pada harga wajar, dan risiko pasar apabila tingkat suku bunga naik sehingga
menurunkan harga Sukuk Ritel di pasar sekunder.
Untuk menjaga iklim investasi tetap kondusif, dibutuhkan sinergitas antar lembaga dan
komponen bangsa, antara lain Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman
Modal, OJK, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), Bursa
Efek, dan Bank Indonesia.

3.3 Literasi keuangan


Literasi keuangan merupakan modal penting bagi seseorang untuk mengelola
keuangan pribadi agar selalu tercukupi kebutuhannya dan terhindar dari investasi tidak
jelas yang merugikan. Tanpa literasi keuangan memadai,

seseorang bisa saja terus bekerja keras tapi tidak memiliki simpanan cukup di masa
pensiun.
Seseorang dengan literasi keuangan yang baik akan mampu merencanakan
keuangan, mengenali risiko investasi dan dapat menerapkan strategi investasi yang
menguntungkan di masa mendatang. Dalam skala besar, masyarakat yang memiliki
literasi keuangan mumpuni akan memperkuat ketahanan ekonomi sebuah negara.
Perencanaan keuangan diawali dengan memahami kondisi keuangan saat ini,
dilanjutkan dengan menetapkan tujuan keuangan, menyusun rencana dan alternatif
untuk mencapai tujuan tersebut, melaksanakan rencana secara disiplin, dan terus
melakukan penyempurnaan.
Beragam produk investasi bisa menjadi pilihan untuk mencapai tujuan keuangan
seseorang. Namun ia wajib memahami risiko-risiko investasi agar dapat memilih produk
investasi yang sesuai kebutuhan. Kegagalan berinvestasi pada umumnya tidak hanya
terjadi karena terjebak investasi bodong, tetapi juga bisa terkait dengan risiko inflasi dan
risiko modal. Mengantisipasi risiko itu, perlu dilakukan diversifikasi sehingga investasi
yang beragam dapat melindungi nilai.
Selain memahami produk dan risiko investasi, seseorang juga harus mengetahui profil
risiko yang paling sesuai. Ada tiga tipe investor, yaitu inventor konservatif, investor
moderat, dan investor agresif. Investor konservatif cenderung memilih produk investasi
aman seperti reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap. Agar mendapatkan
potensi keuntungan lebih besar, tipe investor konservatif disarankan berinvestasi dalam
jangka panjang.
Tipe kedua, investor moderat, umumnya siap menghadapi risiko jangka pendek namun
tetap berhati-hati dengan instrumen yang bersifat fluktuatif. Produk yang diminati biasanya
obligasi, deposito, dan sedikit saham. Adapun tipe ketiga, investor agresif merupakan
investor yang mencari investasi fluktuatif dengan harapan bisa mendapatkan peluang
pengembalian lebih tinggi, misalnya di pasar uang dan saham.
Jika sudah memahami produk investasi beserta risikonya, serta memahami profil risiko
paling sesuai dengan dirinya, seseorang bisa menerapkan strategi berinvestasi. Minimal
ada tiga strategi yang bisa diterapkan.
Pertama, strategi diversifikasi untuk melindungi aset dan tetap bisa
melakukan ekspansi aset agar mendapatkan imbal balik maksimal.
Strategi kedua, Dollar Cost Averaging (DCA) yaitu investasi secara bertahap. Bila
dalam satu waktu terlihat ada peluang pasar positif, maka sebagian dana

diinvestasikan kembali. Strategi ini cocok untuk pemilik modal terbatas. Variasi dari
strategi ini adalah Value Cost Averaging (VCA). Strategi VCA fokus pada jumlah dana
untuk investasi tetap setiap bulan.
Strategi ketiga adalah Lump Sum, yaitu menempatkan seluruh dana kepada satu jenis
investasi tertentu. Jika investor jeli mengalinisis profil risiko investasi dan mampu
membaca tren secara tepat, maka ia bisa mendapat keuntungan maksimal.
Apapun strategi yang diterapkan, seorang investor harus selalu melakukan reviu
secara berkala untuk memantau perkembangan iklim investasi. Dengan begitu, nilai
investasi bisa terjaga optimal dan memenuhi tujuan perencanaan keuangan sesuai
harapan.

DAFTAR PUSTAKA
Alam S, 2013. Buku Ekonomi Untuk SMA dan MA Kelas X K-13. Jakarta: PT Gelora
Aksara Pratama.
Buku Cinta Rupiah, Bank Indonesia 202
Buku Bangga Rupiah, Bank Indonesia 2022
Buku Paham Rupiah, Bank Indonesia 2022
Geminasti, Kinanti. 2014. Buku Ekonomi SMA/MA Kelas X Kelompok Peminatan Ilmu – ilmu
Sosial. Bandung: Yrama Media.
Tim Sosio Prawara Cendekia. 2012. Buku Ekonomi SMA/MA Kelas X. Bandung: Srikandi
Empat Widya Utama.
Sudremi, Nurhadi. 2015. Buku Ekonomi SMA/MA Kelas X K-13. Jakarta: PT Bumi Aksara.
http://mamatumorang.blogspot.co.id/2014/02/sistem-pembayaran.html 27 Mei 2016, 8:45
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pembayaran 27 Mei 2016, 9:15 Wib
http://inline-infoonline.blogspot.co.id/2015/03/pengelolaan-uang-rupiah-oleh-bank.html 28
Mei 2016, 9:09 Wib
http://www.bi.go.id/id/sistem-pembayaran/edukasi/Pages/edukasi_SIKILAT.aspx 28 Mei
2016, 9:52 Wib
LEMBAR KERJA SISWA

A. Alat Pembayaran
1. Alat pembayaran Tunai
a) Pengertian Uang
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
b) Sejarah Uang
1) Tahap Barter
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2) Tahap uang barang
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3) Tahap uang logam
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

4) Tahap uang kertas


....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
5) Tahap uang giral
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
6) Tahap uang elektronik
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
c) Fungsi, Jenis dan Syarat Uang
1) Fungsi Uang
a. Fungsi asli
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
b. Fungsi Fungsi Turunan
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
a) Satuan hitung
........................................................................................................................
........................................................................................................................
b) Standar atau ukuran pembayaran yang ditunda
........................................................................................................................
........................................................................................................................
c) Alat penyimpan kekayaan
........................................................................................................................
........................................................................................................................
d) Alat pengalih nilai kekayaan
........................................................................................................................
........................................................................................................................
2) Jenis Uang
a. Uang Kartal
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
b. Uang Giral
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
3) Syarat Uang
a. Portability
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
b. Durability
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
c. Divisibility
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
d. Stability
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
e. Acceptability
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
f. Syarat psikologis
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
g. Syarat teknis
..............................................................................................................................
............................... ...............................................................................................
B. CINTA RUPIAH
1. Menganal Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
1.1 Sejarah Uang Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
1.2 Karakteristi Rupiah

..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
1.3 Pembuatan atau Pencetakan uang Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2. Merawat Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2.1 Kualitas Uang Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2.2 Peredaran uang Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
2.3 Strategi Merawat Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
3. Menjaga Rupiah
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
3.1 Strategi Bank Indonesia
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.2 Dampak Negatif dan Risiko Uang Palsu
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
............................... ................................................................................................ .....
C. Bangga Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1. Simbol Kedaulatan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1.1 Rupiah Sebagai Simbol Kedaulatan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1.2 Rupiah Sebagai Mata Uang Indonesia
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1.3 Bela Negara Tanpa Senjata
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. Alat Pembayaran
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2.1 Rupiah Sebagai Alat pembayaran yang Sah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2.2 Masa Berlaku Uang Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2.3 Koleksi dan Numismatik Uang Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. Pemersatu Bangsa
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.1 Rupiah Sebagai Identitas dan Karakteristik Bangsa
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.2 Konsep Satu Negara Satu Mata Uang (One Nation One Currency)
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.3 Perjalanan Rupiah sebagai Pemersatu Bangsa
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

D. F. Bangga Rupiah
d) Paham Rupiah
1. Transaksi degan Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

1.1 Makna dan Fungsi Uang


....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1.2 Evolusi Sistem Pembayaran
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
1.3 Perlindungan Konsumen dan kerahasiaan Data
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. Belanja : Peran Rupiah dalam Stabilitas Ekonomi
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2.1 Peran Rupiah dalam Perekonomian
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2.2 Inflasi
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2.3 Nilai Tukar
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. Berhemat
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.1 Rupiah Sebagai Penyimpan Nilai
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.2 Investasi
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3.3 Literasi Keuangan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

e) Pengelolaan Uang rupiah Oleh Bank Indonesia


Kegiatan pengelolaan uang rupiah oleh Bank Indonesia diatur dalam peratauran Bank
Indonesia No 14/7/PBI/2012 tentang pengelolaan uang rupiah. Tahap-tahap pengelolaan
uang rupiah:
1) Perencanaan uang Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2) Pencetakan Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3) Pengeluaran Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
4) Pengedaran Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
5) encabutan dan Penarikan Uang Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
6) Pemusnahan Rupiah
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
f) Unsur Pengaman Uang Rupiah
1. Unsur pengaman terbuka (over security feature)
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. Unsur pengamanan yang tidak terbuka (covert security features)
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
............................... ................................................................................................ .....
E. UNSUR-UNSUR PENGAMAN UANG RUPIAH
Uang Rupiah memiliki ciri-ciri berupa tanda-tanda tertentu yang bertujuan
mengamankan uang rupiah dari upaya pemalsuan. Secara umum, ciri-ciri keaslian
uang Rupiah dapat dikenali dari unsur pengaman yang tertanam pada bahan uang
dan teknik cetak yang digunakan, yaitu :

a) Tanda Air (Watermark) dan Electrotype, Pada kertas uang terdapat tanda air
berupa gambar yang akan terlihat apabila diterawangkan ke arah cahaya.
b) Benang Pengaman (Security Thread), Ditanam di tengah ketebalan kertas
atau terlihat seperti dianyam sehingga tampak sebagai garis melintang dari
atas ke bawah, dapat dibuat tidak memendar maupun memendar di
bawah sinar ultraviolet dengan satu warna atau beberapa warna.
c) Cetak Intaglio, Cetakan yang terasa kasar apabila diraba.
d) Gambar Saling Isi (Rectoverso), Pencetakan suatu ragam bentuk yang
menghasilkan cetakan pada bagian muka dan belakang beradu tepat dan
saling mengisi jika diterawangkan ke arah cahaya.
e) Tinta Berubah Warna (Optical Variable Ink), Hasil cetak mengkilap (glittering)
yang berubah-ubah warnanya bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
f) Tulisan Mikro (Micro Text), Tulisan berukuran sangat kecil yang hanya dapat
dibaca dengan menggunakan kaca pembesar.
g) Tinta Tidak Tampak (Invisible Ink), Hasil cetak tidak kasat mata yang akan
memendar di bawah sinar ultraviolet.
h) Gambar Tersembunyi (Latent Image), Teknik cetak dimana terdapat tulisan
tersembunyi yang dapat dilihat dari sudut pandang tertentu.

F. Alat Pembayaran Nontunai


a. Pengertian alat pembayaran nontunai
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
b. Jenis-jenis alat pembayaran nontunai
1. Cek
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
2. Bilyet Giro
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
3. Kartu Kredit
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
4. Kartu Debit
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
5. Uang Elektronik
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

G.Evaluasi
A. Berganda
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b,
c, d, atau e pada lembar jawab yang tersedia!
B. Berganda
1. “Sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan
untuk melakasanakanin pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul
dari suatu kegiatan ekonomi” merupakan pengertian sistem pembayaran menurut...
a. UU No.23/1999 pasal 1 ayat 6
b. UU No.23/1999 pasal 1 ayat 5
c. UU No.23/1999 pasal 1 ayat 4
d. UU No.23/1999 pasal 6 ayat 1
e. UU No.23/1999 pasal 6 ayat 6
2. Dalam sistem pembayaran nasional yang mempunyai hak tunggal untuk mencetak dan
mengedarkan uang kertas dan uang logam adalah ...
a. Bank Indonesia d. Lembaga Keuangan
b. Bank Umum e. Menteri Keuangan
c. Bank Indonesia dan bank umum
3. Yang bukan komponen yang membangun sistem pembayaran adalah...
a. Alat pembayaran d. Mata uang internasional
b. Sistem pembayaran e. Saluran pembayaran
c. Lembaga yang memproses sistem pembayaran
4. Secara garis besar sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu....
a. Sistem pembayaran tunai dan sistem pembayaran debit
b.Sistem pembayaran tunai dan sistem pembayaran nontunai
c.Sistem pembayaran langsung dan sistem pembayaran tidak langsung
d.Sistem pembayaran manual dan sistem pembayaran elektrik
e.Sistem pembayaran manual dan sistem pembayaran non-tunai
5. Penyelenggaraan sistem pembayaran nontunai oleh Bank Indonesia dilakukan dengan
dua sistem yaitu....
a. Sistem Langsung dan Tidak Langsung
b. Sistem Kliring dan Sistem SKBNI
c. Sistem SKBNI dan Sistem BI-RTGS
d. Sistem RVPS dan Sistem BI-RTGS
e. Sistem HVPS dan Sistem BI-RTGS

C. Berganda Kompleks
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a,
b, c, d, atau e pada lembar jawab yang tersedia! (Kamu dapat memilih lebih dari 1
jawaban benar )
6. Dalam menjalankan tuganya, Bank Indonesia sebagai Bank sentral berperan dalam
membuat peraturan-peraturan yang mendukung kelancaran system pembayaran. Selain
itu Bank Indonesia juga menyediakan layanan system pembayaran yakni BI-RTGS dan
SKNBI. Peran Bank Indonesia yang dijelaskan ditas dikenal dengan….
a. Regulator
b. Perizinan
c. Pengawasan
d. Operator
e. Fasilitator
7. Sejalan mejunya peradaban, kegiatan ekonomi masyarakat semakin kompleks. Manusia
mulai membutuhkan alat penukaran yang memberikan kemudahan bagi semua pihak.
Latar belakang inilah yang mendorong terciptanya uang giral. Manakah dibawah ini yang
termasuk uang giral….
a. Uang kertas
b. Uang logam
c. Uang elektronik
d. Cek
e. Giro
8. Berdasarkan perbandingan nilai bahan dengan nilai tukar, uang dibedakan menjadi dua,
yaitu uang yang memiliki nilai yang sama dengan biaya pembuatan uang tersebut dan
uang yang nilainya tidak sama dengan biaya pembuatan uang tersebut. Manakah
dibawah ini uang bernilai penuh (Full Bodies Money)….
a. Untuk membuat uang Rp.10.000 dibutuhkan biaya Rp.9.000
b. Untuk membuat uang Rp.1.000 dibutuhkan biaya Rp.1.000
c. Untuk membuat uang Rp.10.000 dibutuhkan biaya Rp.11.000
d. Untuk membuat uang Rp.20.000 dibutuhkan biaya Rp.20.000
e. Untuk membuat uang Rp.50.000 dibutuhkan biaya Rp.45.000
9. Uang kartal biasa digunakan oleh masyarakat sebagai alat pembayaran. Uang kartal
diterbitkan oleh otoritas keuangan nasional, manakah berikut ini yang termasuk uang
kartal….
a. Uang kertas
b. Uang logam
c. Uang elektronik
d. Cek
e. Giro
10. Sebagai seorang pengusaha, Ny Nindi memiliki langganan yang beragam. Untuk
memudahkan transaksi Ny Nindi menggunakan alat pembayaran tunai maupun non
tunai, tidak jarang dalam kegiatan usaha Ny Nindi menerima kertas untuk pembayaran
transaksi
yang dilakukan, dimana kertas tersebut memerintahkan Bank untuk membaya sejumlah
uang sesuai nomina yang tertera di kertas tersebut. Selain itu Ny Nindi juga pernah
membayar pesanananya dengan menggunakan kertas yang memerintahkan bank untuk
memindahbukukan sejumlah dana kepada orang yang tertera namanya pada kertas
tersebu. Kerts yang digunakan oleh Ny Nindi dalam kegitan usahanya disebut….
a. Uang kertas
b. Uang elektronik
c. Cek
d. Bilyet Giro
e. Kartu Debit
D. Menjodohkan
Pilihlah pasangan dari dua pernyataan berikut, dan tuliskan pasangannya di
lembar jawaban! Seperti “ 1 dengan A dan 2 dengan B “
11. Dalam menjalankan tugasnya Bank Indonesi memiliki tugas dan wewenang yang diatur
berdasarkan undang-undang, manakah berikut ini wewenang bank Indonesia yang tepat
!
Kebijakan a 1 Mewajibkan penyelenggara jasa system pembayaran
Moneter untuk menyampaiakn laporan kegiatan.
Kelancaran b 2 Menentukan tingkat diskonto, menetapkan cadangan
System minimum, dan mengatur kredit dan pembayaran.
pembayara
N
3 Mengawasi bank, mengenakan sanksi terhadap bank
sesuai peraturan perundang-undangan.

12. Berikut adalah wewenang bank sentral, manakah pasangan wewenang bank sentral yang
tepat?
right to impose sanction a 1 Kewenangan untuk mengatur
right to control b 2 Kewenangan untuk mengenakan sanksi
3 Kewenangan untuk mengawasi

13. Uang Rupiah memiliki ciri-ciri berupa tanda-tanda tertentu yang bertujuan mengamankan
uang rupiah dari upaya pemalsuan. Secara umum, ciri-ciri keaslian uang Rupiah dapat
dikenali dari unsur pengaman yang tertanam pada bahan uang dan teknik cetak yang
digunakan, yaitu :
Watermark A 1 Pada kertas uang terdapat tanda air berupa gambar yang
akan terlihat apabila diterawangkan ke arah cahaya.
Micro Text B 2 Tulisan berukuran sangat kecil yang hanya dapat dibaca
dengan menggunakan kaca pembesar.
Invisible Ink C 3 Hasil cetak tidak kasat mata yang akan memendar di
bawah sinar ultraviolet.
4 Hasil cetak tidak kasat mata yang akan memendar di
bawah sinar ultraviolet.
5 Hasil cetak mengkilap (glittering) yang berubah-ubah
warnanya bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

14. Dalam menyelenggarakan system pemabayran di Indonesia , bank Indonesia


mengoperasionalkan tiga instrument pembayaran yaitu BI-RTGS, SKNBI, BI-SSSS. Makah
pasangan system pembayaran yang tepat….
SKNBI A 1 Proses penyelesaian ahir transaksi pembayaran yang
dilakukan per transaksi dan bersifat real time.
BI-SSSS B 2 Sarana transaksi Bank Indonesia dalam penatausahaan
surat berharga secara elektronik.
3 System transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap
transakasi secara nasioanl.

15. Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/7/PBI/2012 bahwa Bank Indonesia
merupakan satu-satunya lembaga yang melakukan pengelolaan uang rupiah, meliputi
tahap perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan penarikan,
serta pemusnahan uang rupiah.….
Perencanaan A 1 BI Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai
pelaksana pencetakan uang rupiah. BUMN yang
melaksanakan pencetakan uang rupiah tersebut
adalah PERUM PERURI
Pencetakan B 2 penentuan jumlah uang rupiah yang akan dicetak, perlu
diperhatikan tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi,
rencana jenis dan pecahan uang rupiah, serta perkiraan
jumlah uang rupiah yang dimusnahkan.
Pencabutan C 3 BI senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi
kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam
nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai,
tepat waktu, dan dalam kondisi layak edar (clean
money policy).
4 uang dari peredaran dimaksudkan untuk mencegah
dan meminimalisasi peredaran uang palsu serta
menyederhanakan komposisi dan emisi pecahan.
5 uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran,
uang hasil cetak kurang sempurna, dan uang yang
sudah tidak layak edar. Kegiatan pemusnahan uang
diatur melalui prosedur dan dilaksanakan oleh jasa
pihak ketiga, dengan pengawasan dari BI.

E. Setuju tidak Setuju


Setuju atau tidak setujukah kamu dengan pernyataan beriku? Jelaskan
jawabanmu! (apabila tidak disertai alasan dianggap salah)
16. Andi merupakan salah satu tenaga kerja migran Indonesia yang bekerja di Amerika
Serikat, setiap bulan Andi mengirimkan uang kepada orang tuanya di Indonesia dengan
jumlah US$ 1000. Namun andi tidak memilih mengirim dana berupa dolar amerika
namun
menukarkannya terlebih dahulu dengan mata uang rupiah. Tindakan Andi merupakan
salah satu wujud bangga rupiah. (setuju atau tidak setujukah kamu dengan pernyataan
tersebut? Jelaskan alasanmu !)
17. Dalam memenuhi kebutuhan manusia pada awalnya melakukan tukar menukar
barang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Barang yang di tukar bisa
berupa ayam dengan kulit kerang, ikan dengan garam, sayur dengan tembakau.
Kegiatan ini dikenal dengan istilah barter. (setuju atau tidak setujukah kamu dengan
pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu !)
18. Pencetakan suatu ragam bentuk yang menghasilkan cetakan pada bagian muka
dan belakang beradu tepat dan saling mengisi jika diterawangkan ke arah
cahaya. System pengaman uang rupiah ini dikenal dengan rektoverso. (setuju
atau tidak setujukah kamu dengan pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu !)
19. Sebagai pegawai BUMN, Bayu mendapatkan gaji yang ditambah tunjangan lainya
Rp.20.000.000/bulan. Uang tersebut digunakan Bayu untuk memenuhi
kebuthunannya, selain memenuhi kebutuhan Bayu juga menyisihkan gajinya
sebesar 25% untuk disimpan, tindakan bayu dalam menyisihkan gaji termasuk
fungsi uang sebagai alat pengalih kekayaan(setuju atau tidak setujukah kamu
dengan pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu !)
20. Syarat uang harus memenuhi ketentuan yang berlaku secara umum. Salah satu
syaratnya yaitu harus mampu memuaskan keinginan dari orang yang
memeilikinya sehingga seseorang mau mengakui dan menerimanya. ketika uang
sudah diterima maka persyaratan teknik telah terpenuhi. (setuju atau tidak
setujukah kamu dengan pernyataan tersebut? Jelaskan alasanmu !)

Bahan bacaan Guru dan Alam S, 2013. Buku Ekonomi Untuk SMA dan MA Kelas X K-13. Jakarta:
Peserta Didik PT Gelora Aksara Pratama.
Buku Cinta Rupiah, Bank Indonesia 2022
Buku Bangga Rupiah, Bank Indonesia 2022
Buku Paham Rupiah, Bank Indonesia 2022
Geminasti, Kinanti. 2014. Buku Ekonomi SMA/MA Kelas X Kelompok
Peminatan Ilmu – ilmu Sosial. Bandung: Yrama Media.
Tim Sosio Prawara Cendekia. 2012. Buku Ekonomi SMA/MA Kelas X.
Bandung: Srikandi Empat Widya Utama.
Sudremi, Nurhadi. 2015. Buku Ekonomi SMA/MA Kelas X K-13.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Tema 3 IPS-BS_ Kelas X Ekonomi
http://mamatumorang.blogspot.co.id/2014/02/sistem-pembayaran.html
27 Mei 2016,
https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pembayaran 27 Mei 2016, 9:15
Wib
http://inline-infoonline.blogspot.co.id/2015/03/pengelolaan-uang-
rupiah-oleh-bank.html 28 Mei 2016,
http://www.bi.go.id/id/sistem-
pembayaran/edukasi/Pages/edukasi_SIKILAT.aspx 28 Mei 2016,

Glossarium 1. Banker’s Bank adalah bankir dari bank-bank


2. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-
SSSS) adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia
3. Bank Indonesia Real Times Gross Settlement (BI-RTGS) adalah
layanan yang diberikan BI yang ini biasanya digunakan untuk
transaksi atau pengiriman uang dalam jumlah besar
4. Coordination and teamwork adalah Bank Indonesia merupakan
lembaga yang melakukan koordinasi dan kerja sama tim
5. Excellence adalah salah satu nilai strategis Bank Indonesia
yang artinya Bank Indonesia merupakan lembaga keuangan
yang memiliki keunggulan dalam fungsi, tugas, dan
wewenangnya.
6. Lender of Last Resort adalah pemberi pinjaman pada tingkat
terakhir
7. Professionalism adalah salah satu nilai strategis Bank
Indonesia yang artinya Bank Indonesia merupakan lembaga
professional yang memiliki tanggung jawab profesional dalam
menjalankan tugasnya
8. Public interest adalah salah satu nilai strategis Bank
Indonesia yang artinya Bank Indonesia merupakan
lembaga yang
mengutamakan kepentingan umum
9. Regulator adalah peranan Bank Indonesia dalam membuat
peraturan-peraturan yang
mendukungkelancaransistempembayaran
10. Trust and integrity adalah salah satu nilai strategis Bank
Indonesia yang artinya Bank Indonesia memiliki dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan integritas
Nilai Paraf Guru Paraf Orang Catatan Guru Mapel
Tua

Anda mungkin juga menyukai