Obat anti inflamasi non steroid adalah obat yang digunakan untuk mengobati
penyakit rheumatik dan mempunyai kapasitas untuk gejala inflamasi. Obat ini bersifat
antipiretik dan analgesic. Tapi anti inflamasi ini lebih banyak digunakan untuk
mengatasi gangguan nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi. Prototip dari
obat golongan ini adalah aspirin, karena itu obat ini disebut sebagai obat mirip aspirin
(aspirin-like drugs). Sebagian besar dari efek terapi dan efek samping dari obat ini
adalah berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin.
Klasifikasi
Para-aminophenol derivatives
Acetaminophen
Indometachin, sulindac
Arylpropionic acids
Enolic acids
1
Oxicam ( piroxicam, meloxicam )
Alkanones
Nabumetone
Diaryl-substituted furanones
Refecoxib
Diaryl-substituted pyrazoles
Celecoxib
Etodolac
Sulfonanilides
Nimesulide
Farmakokinetik
Farmakodinamik
Semua obat mirip aspirin bersifat antipiretik analgesic dan anti inflamasi.
Misalnya parasetamol(asetaminofen) bersifat anti piretik dan anlgesik tetapi anti
inflamasinya lemah sekali.
2
Mekanisme Kerja
Adverse Event
Beratnya efek samping masing-masing obat. Dua mekanisme terjadinya iritasi lambung
ialah:
1. Iritasi yang bersifat local yang menimbulkan difusi kemalai asam lambung ke
mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan
2. Iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat sistemik melalui hambatan biosintesis
PGE2 dan PGI1. Kedua PG ini banyak ditemukan di mukosa lambung dengan
3
fungsi menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mucus usus
halus yang bersifat sitoprotektif. Mekanisme ini terjadi pada pemberian parenteral.
Pada beberapa orang dapat terjadi reaksi hipersesitivitas terhadap aspirin dan obat
mirip aspirin. Reaksi ini bisa berupa rhinitis vasomotor, udem angioneurotik, urtikaria
luas, asma bronchial, hipotensi sampai keadaan presyok dan syok. Diantara obat ini
dapat terjadi reaksi hipersensitivitas silang. Menurut hipotesis, mekanisme reaksi ini
bukan reaksi imunologik tetapi akibat tergesernya metabolism asam arakidonat ke arah
jalur hipoksigenase yang menghasilkan leukotrien. Kelebihan produksi leukotrien inilah
yang mendasari gejala tersebut.
Indikasi
Berguna untuk mengobati gejala rema seperti A.R artrosis dan spondylosis.
Obat ini efektif untuk peradangan lain akibat trauma ( pukulan, benturan, kecelakaan ),
juga misalnya setelah pembedahan atau pada memar akibat olahraga. Obat ini dipakai
pula untuk pencegahan pembengkakan bila diminum sedini mungkin dalam dosis yang
cukup tinggi.
Selanjutnya juga digunakan untuk kolik saluran empedu dan kemih serta
keluhan tulang pinggang dan nyeri haid, juga untuk nyeri kanker akibat metastase
tulang. Yang banyak digunakan dalam kasus ini adalah zat-zat dengan efek samping
relatif sedikit yaitu ibuprofen, naproksen dan diklofenak.
4
Efek Analgesik
Sebagai analgesik, obat mirip aspirin hanya efektif terhadap nyeri dengan
intensitas rendah sampai sedang misalnya sakit kepala, mialhi dan artralgia dan nyeri
lain yang bersal dari integument juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan
inflamasi. Efek analgesiknya jauh lebih lemah dari efek analgesic opiate, obat mirip
aspirin ini tidak menimbulkan ketagihan dan tidak menimbulkan efek samping yang
merugikan. Obat ini hanya mengubah persepsi modalitas sensorik nyeri, tidak
mempengaruhi sensorik lain. Nyeri akibat terpotongnya saraf aferen, tidak teratasi
dengan obat mirip aspirin. Sebaliknya nyeri paska bedah dapat diatasi.
Efek Antipiretik
Obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badab hanya pada keadaan
demam. WAlaupun obat ini banyak memperlihatkan efek antipiretik in vitro, tidak
semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila digunakan secara
rutin atau terlalu lama. Fenilbetazon dan antireumatik lainyya tidak dibenarkan
digunakan sebagai antipiretik.
Kebanyakan obat mirip aspirin terutama yang baru, lebih dimanfaatkan sebagai
anti inflamasi pada pengobatan kelainan musculoskeletal,seperti arthritis rheumatoid,
osteoarthritis spondilitis ankilosa. Tetapi harus diingat obat ini hanya meringankan
gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak
menghentikan, memperbaiki atau mencegah kerusakan jaringan pada lelainan
musculoskeletal ini.
A. SALISILAT
Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah
analgesik antipiretik dan anti-inflamasi yang sangat luas digunakan dan digolongkan
dalam obat bebas. Selain sebagai prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai
efek obat sejenis.
5
Kimia
Struktur kimia golongan salisilat ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Asam salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan sebagai obat luar. Derivatnya
yang dapat dipakai secara sistemik, adalah ester salisilat dari asam organik dengan
substitusi pada gugus hidroksil, misalnya asetosal.
Farmakokinetik
Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk
utuh di lambung, tetapi sebagian besar di usus halus bagian atas. Kadar tertinggi
dicapai kira-kira 2 jam setelah pemberian . kecepatan absorpsinya tergantung dari
kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet, pH permukaan mukosa dan waktu
pengosongan lambung. Absorpsi pada pemberian secara rectal lebih lambat dan tidak
sempurna sehingga cara ini tidak dianjurkan. Asam salisilat diabsorpsi cepat dari kulit
sehat, terutama bila dipakai sebagai obat gosok atau salep. Keracunan dapat terjadi
dengan olesan pada kulit yang luas. Metal salisilat juga diabsorpsi dengan cepat
melalui kulit utuh, tetapi penyerapan di lambung lambat dan lama bertahan di lambung,
oleh karena itu bila terjadi keracunan, bilas lambung masih berguna walaupun obat
sudah ditelan selama lebih dari 4 jam.
Farmakodinamik
6
toksik, obat ini justru memperlihatkan efek piretik sehingga terjadi demam dan
hiperhidrosis pada keracunan berat.
Mekanisme Kerja
Adverse Event
7
meningkat. Ekskresi bikarbonat yang disertai Na+ dan K+ melalui ginjal meningkat,
sehingga bikarbonat dalam plasma menurun dan pH darah kembali normal.
Keadaan ini disebut alkalosis respiratoroar yang terkompensasi, dan sering
dijumpai pada orang dewasa yang mendapat terapi salisilat secara intensif.
Keadaan yang lebih buruk biasanya terjadi pada bayi dan anak yang mendapat
dosis toksik atau orang dewasa yang menelan dosis salisilat yang sangat besar.
Pada bayi dan anak, fase alkalosis respiratoar sering tidak terdeteksi sehingga
mereka baru dibawa ke dokter setelah keadaannya memburuk, yaitu setelah
terjadi asidosis metabolik.
Efek urikosurik
Efek ini sangat ditentukan oleh besarnya dosis. Dosis kecil (1 g atau 2 g sehari)
menghambat ekskresi asam urat, sehingga kadar asam urat dalam darah
meningkat. Dosis 2 atau 3 g sehari biasanya tidak mengubah ekskresi asam urat.
Tetapi pada dosis lebih dari 5 g per hari terjadi peningkatan ekskresi asam urat
melalui urin, sehingga kadar asam urat dalam darah menurun. Hal ini terjadi
karena pada dosis rendah salisilat menghambat sekresi tubuli sedangkan pada
dosis tinggi salisilat juga menghambat reabsorpsinya dengan hasil akhir
peningkatan ekskresi asam urat. Efek urikosurik ini bertambah bila urin bersifat
basa. Dengan memberikan NaHCO3 kelarutan asam urat dalam urin meningkat
sehingga tidak terbentuk kristal asam urat dalam tubuli ginjal.
Pada orang sehat, aspirin menyebabkan perpanjangan masa perdarahan. Hal ini
bukan karena hipoprotrombinaemia, tetapi karena asetil siklo-oksigenase
trombosit. Dosis tunggal 650 mg aspirin dapat memperpanjang masa perdarahan
kira-kira 2 kali lipat. Pada pemakaian obat antikoagulan jangka lama sebaiknya
berhati-hati memberikan aspirin, karena bahaya perdarahan mukosa lambung.
Sekarang, aspirin dosis kecil digunakan untuk profilaksis trombosis koroner dan
serebral.
Aspirin tidak boleh diberikan pada penderita dengan kerusakan hati berat,
hipoprotrombinemia, defisiensi vitamin K dan hemofilia, sebab dapat menimbulkan
perdarahan.
8
Efek terhadap hati dan ginjal
Salisilat bersifat hepatotoksik dan ini berkaitan dengan dosis, bukan akibat reaksi
imun. Gejala yang sering terlihat hanya kenaikan SGOT dan SGPT, beberapa
penderita dilaporkan menunjukkan hepatomegali, anoreksia, mual dan ikterus.
Bila terjadi ikterus pemberian aspirin harus dihentikan karena dapat terjadi
nekrosis hati yang fatal. Oleh sebab itu aspirin tidak dianjurkan diberikan kepada
penderita penyakit hati kronik. Walaupun belum dapat dibutikan secara jelas,
tetapi secara penelitia epidemiologis ada hubungan erat antara salisilat dan
sindrom Reye. Pada sindrom ini terjadi kerusakan hati dan enselofali. Sindrom ini
jarang terjadi tetapi berakibat fatal dan dihubungkan pada pemakaian salisilat
pada infeksi varicella dan virus lainnya pada anak.
Salisilat dapat menurunkan fungsi ginjal pada penderita dengan hipovolemia atau
gagal jantung.
Efek salisilat terhadap saluran cerna yang paling umum adalah distres
epigastrium, mual dan muntah. Perdarahan mikroskopik saluran cerna hampir
umum terjadi pada penderita yang mendapat pengobatan aspirin. Aspirin adalah
asam. Pada pH lambung, asapirin tidak dibebaskan; akibatnya mudah menembus
sel mukosa dan aspirin mengalami ionisasi (menjadi bermuatan negatif) dan
terperangkap, jadi berpotensi menyebabkan kerusakan sel secara langsung.
Aspirin seharusnya diberikan bersama makanan dan cairan volume besar untuk
mengurangi saluran cerna. Pilihan lain, dapat juga diberikan bersama-sama
misoprostol.
Hipersenitifitas
Sindrom Reye
Aspirin yang diberikan selama infeksi virus ada hubungannya dengan peningkatan
insidens sindrom Reye, seringkali fatal, menimbulkan hepatitis dengan edema
9
serebral. Terutama terjadi pada anak-anak, sehingga lebih baik diberi asitaminfen
daripada aspirin jika pengobatan dihentikan.
Indikasi
Antipiresis
Dosis salisilat untuk dewasa ialah 325-650 mg, diberikan secara oral tiap 3 atau 4
jam. Untuk anak 15-20 mg/kg BB, diberikan tiap 4-6 jam dengan dosis total tidak
melebihi 3,6 g per hari.
Analgesik
Salisilat bermanfaat untuk mengobati nyeri yang tidak spesisfik misalnya sakit
kepala, nyeri sendi, nyeri haif, neuralgia, mialgia. Dosis sama seperti pada
penggunaan antipiresis.
Dalam waktu 24-48 jam setelah pemberian obat yang cukup terjadi pengurangan
nyeri, kekakuan, pembengkakan, rasa panas dan memerahnya jaringan setempat.
Sehu badan, frekuensi nadi menurun dan penderita merasa lebih enak. Dosis
untuk dewasa, 5-8 g per hari, diberikan 1 g per kali. Dosis untuk anak 100-125
mg/kg BB/ hari diberikan tiap 4-6 jam, selama seminggu. Setelah itu tiap minggu
dosis berangsur diturunkan samapai 60 mg/kg BB/ hari.
Artitis rheumatoid
Penggunaan lain
Aspirin digunakan untuk mencegah trombus koroner dan thrombus vena dalam-
dalam berdasarkan efek penghambatan agregasi trombosit. Laporan menunjukkan
10
bahwa dosis aspirin kecil (325 mg/hari) yang diminum tiap hari dapat mengurangi
insiden infark miokard akut, dan penderita angina tidak stabil.
Kontraindikasi
Sediaan
Aspirin (asam asetil salisilat) dan natrium salisilat merupakan sediaan yang
paling banyak digunakan. Aspirin tersedia dalam bentuk tablet 100 mg untuk anak dan
tablet 500 mg untuk dewasa. Metil salisilat (minyak wintergreen) hanya digunakan
sebagai obat luar dalam bentuk salep atau linimen dan dimaksudkan sebagai counter
irritant bagi kulit. Asam salisilat berbentuk bubuk, digunakan sebagai keratolitik dengan
dosis tergantung dari penyakit yang akan diobati.
Intoksikasi
Salisilat sering digunakan untuk mengobati segala keluhan ringan dan tidak
berarti sehingga banyak terjadi penggunasalahan ( misuse ) atau penyalahgunaan
( abuse ) bebas ini.
11
Suatu eksantem berupa pustule akneriform yang mirip eksantem pada
bromismus, dapat timbul jika terapi salisilat berlangsung lebih dari seminggu. Salisilat
juga dapat menimbulkan kelainan kulit berupa eritema, eksantem skarlatiniform,
pruritus, eksantem ekzematoid atau deskuamasi. Yang jarang terjadi ialah eksantem
bersifat bula atau purpura.
Gejala demam sangat mencolok terutama pada anak. Dehidrasi dapat terjadi
karena hiperhidrosis, muntah dan hiperventilasi. Sering timbul gejala saluran cerna
misalnya rasa tidak enak di epigastrium, mual, muntah dan anoreksia dan kadang-
kadang nyeri perut. Gejala ini timbul sama seringnya, baik pada pemberian natrium
salisilat IV maupun oral. Jelaslah bahwa gejala ini timbul secara sentral, tidak
disebabkan oleh iritasi local pada mukosa lambung. Umumnya 50% penderita dengan
konsentrasi salisilat dalam darah melebihi 300 mg/ml akan mengalami mual. Gejala
saluran cerna lebih menonjol pada intoksikasi asam salisilat.
Stimulasi sentral pada intoksikasi berat akan disusul oleh depresi SSP dengan gejala
spoor dan koma. Akhirnya terjadi kolaps kardiovaskular dan insufisiensi pernafasan,
kadang-kadang timbul akibat konvulsi akibat asfiksia pada stadium terminal. Kematian
biasanya disebabkan oleh kegagalan pernafasan. Bau khas dapat tercium dari hawa
nafas, urin dan muntahan penderita.
12
Terapi intoksikasi mencakup bilas lambung dan koreksi gangguan cairan dan elektrolit.
Bilas lambung dilakukan untuk mengeluarkan semua obat yang ditelan. Pada
intoksikasi metal salisilat tindakan ini dilakukan sampai tidak tercium bau minyak
wintergreen dalam cairan bilasan. Untuk mengatasi demam, kulit diusap dengan
alkohol.
SALISILAMID
DIFUNISAL
Obat ini merupakan derivat difluorofenil dari asam salisilat, tetapi in vivo tidak
diubah menjadi asam salisilat. Bersifat analgesik dan anti inflamasi tetapi hampir tidak
bersifat antipiretik. Stelah pemberian oral, kadar puncak dicapai dalam 2-3 jam.
Sembilan puluh sembilan persen diflunisal terikat albumin plasma dan waktu paruh
berkisar 8-12 jam. Indikasi diflunisal hanya sebagai analgesik ringan sampai sedang
dengan dosis awal 500 mg disusul 250-500 mg tiap 8-12 jam. Untuk osteoarthritis
dosis awal 2 kali 250-500 mg sehari dengan dosis pemeliharaan tidak melampaui 1,5
g/ hari. Efek sampingnya lebih ringan daripada asetosal dan tidak dilaporkan
menyebabkan gangguan pendengaran.
13
Kegunaan terapi di kedokteran gigi
Kegunaan utama aspirin dan obat NSAID yang lain adalah mengurangi rasa sakit yang
diikuti dengan proses patologi (pulpitis, dental alveolar abss) atau setelah prosedur
pembedahan. Diantara kedua situasi di atas NSAID dapat berkontribusi untuk efek
terapetik antiinflamasi.
B. ACETAMINOPHEN
Farmakokinetik
14
Mekanisme Kerja
Satu teori bahwa paracetamol bekerja dengan memblok COX-3 isoform dari
grup enzim COX. Enzim ini, ketika diperlihatkan pada anjing, membagi kesamaan
kekuatan pada enzim COX lainnya, memproduksi bahan kima pro-anti inflamasi, dan
secara selektif memblok paracetamol. Bagaimanapun, beberapa penelitian telah
15
dikembangkan pada manusia dan tikus, enzim COX3 adalah tanpa akti anti inflamasi.
Kemungkinan lain adalah bahwa pracetamol memblok cyclooxygenase ( seperti aspirin
), namun hal ini terjasi dalam lingkungan yang inflamasi, dimana konsentrasi dari
peroksida tinggi, bagian oksidasi dari paracetamol tinggi untuk menghalangi aksinya.
Hal ini berarti bahwa paracetamol tidak memiliki efek langsung terhadap bagian
inflamasi namun aksi terhadap CNS untuk mereduksi temperatur, dimana lingkungan
tidak oksidatif. Mekanisme yang pasti dimana paracetamol dipercaya untuk
mempengaruhi COX3 telah dibantah.
Adverse Event
Seperti OAINS dan tidak seperti analgesik opioid, paracetamol tidak ditemukan
sebagai penyebab euphoria atau yang lainnya. Walaupun paracetamol dan OAINS
dapat membahayakan hati, mereka tidak menunjukan kemungkinan adiksi,
ketergantungan, toleransi, dan penarikan. Paracetaml dalam kombinasi dengan opioid
yang lemah, lebih mirip dengan OAINS dapat digunakan untuk sakit kepala, walaupun
tidak seperti ergotamine atau triptans yang digunakan untuk migrain.
Indikasi
16
4000mg. Untuk anak-anak, dosis satuan sekitar 40-80mg, tergantung pada umur dan
berat badan, tidak lebih dari 5 dosis sebaiknya diberikan dalam 24 jam.
Flu, infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang disertai nyeri dan demam.
Kontraindikasi
Diperlukan perhatian khusus bagi pengguna yang memiliki kerusakan fungsi hati,
mengkonsumsi alkohol, wanita hamil dan menyusui.
Intoksikasi
Efek merugikan yang paling serius dari overdosis akut acetaminophen adalah
dose-dependent yang secara potensial dapat menyebabkan fatal hepatik nekrosis.
Nekrosis tubukar ginjal dan hypoglycemic coma dapat pula terjadi. Mekanisme yang
disebabkan oleh overdosis acetaminophen menuju pada luka hepatocellular dan
kematian menyertakan perubahannya terhadap metabolisme toksik yang reaktif. Jalan
singkat dari eliminasi acetaminhophen adalah melalui konjungasi dengan glucorunide
dan sulfat. Jalan utama dari metabolisme adalah melalui sitokrom P450s ke
17
intermediet, N-acetyl-para-benzoquinonimine, yang mana jalan ini sangat elektrofilik.
Pada keadaan normal, intermediet ini dieliminasi oleh kinjungasi dengan glutathione
(GTH) dan kemudian metabolisme selanjutnya ke asam mercapturic dan dieksekrikan
ke dalam urin. Bagaimanapun, pada pengaturan overdosis acetamiophen level
hepatocellular dari GTH menjadi berkurang. Dua akibat sebagai hasil dari
pengurangan GTH. Karena GSH adalah faktor penting dalam pertahanan terhadap
antioksidan, hepatosit dapat menyumbangkan kerentanan yang tinggi pada oxydant
injury. Pengurangan GSH dapat juga menyebabkan intermediet reaksi untuk berikatan
pada makromolekul sel, menuju kerusakan dari sistem enzim.
Toksisitas akut
Akibat dosis toksik yang paling serius ialah nekrosis hati. Nekrosis tubuli
renalis serta koma hiposlikemik dapat juga terjadi. Hepatotoksisitas dapat terjadi pada
pemberian dosis tunggal 10-15 gram (200-250 mg/KgBB) parasetamol. Gejala pada
hari pertama keracunan akut parasetamol belum mencerminkan bahaya yang
mengancam. Anoreksi, mual, dan muntah serta sakit perut terjadi dalam 24 jam
pertama dan dapat berlangsung selama 1 minggu atau lebih. Gangguan hepar dapat
terjadi pada hari kedua, dan gejala peningkatan aktivitas serum transaminase, laktat
dehidrogenase, kadar bilirubin serum serta pemanjangan masa protrombin. Aktivitas
alkali fosfatase dan kadar albumin serum tetap normal. Kerusakan hati dapat
mengakibatkan ensefalopati, koma, dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat
pulih dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan.
18
Penggunaan Terapetik Umum
19
Penggunaan Terapetik pada Kedokteran Gigi
Publisitas yang luas terkait efek negatif aspirin telah meningkatkan jumlah
dokter gigi untuk menggantikan acetaminophen untuk aspirin dalam pengobatan sakit
paska operasi gigi, walaupun efek antiinflamasi acetaminophen bersifat minor. Pada
studi klinis, aspirin dan acetaminophen hampir sama efektifnya dalam mengurangi
sakit setelah pencabutan molar ketiga.Untuk sakit paska operasi gigi, acetaminophen
sering digunakan dikombinasikand engan agen analgesik opioid.
Ibuprofen (merupakan salah satu NSAID yang paling sering digunakan) dan
20
INDIKASI
FARMAKOLOGI
1. KETOPROFEN
Ketoprofen adalah anti-inflamasi non steroid yang digunakan sebagai
analgesik,antipiretik dan anti inflamasi berkekuatan sedang. OAINS hanya
meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya
secara simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki, atau mencegah kerusakan
jaringan pada kelainan muskuloskeletal.
FARMAKOKINETIK
Mekanismenya menghambat sintesa prostaglandin salah satu mediator
inflamasi, melalui penghambatan enzim siklooksigenase (COX). Absorpsi berjalan
cepat di lambung. Waktu paruh eliminasinya adalah 1-3 jam. Ketoprofen
dimetabolisme secara lengkap di hati, terutama menjadi glukoronide, yang bisa
mengalami pengaktifan kembali setelah melalui sirkulasi enterohepatis. Ekskresi
melalui ginjal.
INDIKASI
21
Sebagai anti inflamasi dan analgesik untuk pengobatan muskuloskeletal
seperti artritis rheumatoid, osteoartritis, dan spondilitis ankilosa , dismenoreas (nyeri
menstruasi), sakit kepala, sakit gigi.
KONTRA INDIKASI
Pasien dengan penyakit asma, urtikaria, alergi aspirin atau oains lain (ibuprofen,
naproxen), pasien dengan ulserasi peptikum dan kelainan ginjal, kelainan hepar,
diabetes, kelainan jantung, hipertensi, anemia, perokok dan pengkonsumsi alkohol,
anak-anak dibawah 16 tahun,ibu hamil dan menyusui.
DOSIS
Oral (kapsul)
Nyeri sedang dan dismenorea : 25-50 mg setiap 6-8 jam tergantung kebutuhan.
EFEK SAMPING :
Gangguan gastrointestinal seperti ulserasi, dipsesia ringan-pendarahan lambung,
usea, gastritis, gangguan hepar dan ginjal, telinga berdengung, gangguan SSP (sakit
kepala hebat, pusing, rasa lelah, mengantuk)
INTERAKSI OBAT
Obat antikoagulan (warfarin), Cyclosporin, Probenecid, cidofovir, ketorolac, anti-
platelet(cilostazol, clopidogrel), kortikosteroid, cyclosporin, antidepresan
(fluoxetine, sertraline), NSAIDs (aspirin, ibuprofen or naproksen)
2. IBUPROFEN
Ibuprofen tersedia dalam bentuk tablet 200-800mg; hanya tablet 200mg yang bisa
dibeli tanpa resep. Ibuprofen oral sering kali diberikan dalam dosis rendah
(<2400mg/hari) dengan fungsi analgesik dan bukan antiinflamasi.
22
Ibuprofen diabsorbsi setelah pemberian oral. Obat ini akan melewati ruang synovial,
dan menetap di situ dengan konsentrasi yang lebih tinggi yang lama kelamaan
konsentrasi itu menurun hingga sama dengan konestrasi plasma. Itu sebabnya pada
hewan percobaan, ibuoprofen bisa dimetabolisme dengan mudah melewati plasenta.
Pada ibuprofen yang dimetabolisme utama adalah senyawa hidroksilat dan karboksilat.
Metabolismenya terjadi di hati dan dieksresikan melalui urin.
INDIKASI
KONTRAINDIKASI
EFEK SAMPING
3. NAPROKSEN
Naproksen merupakan NSAID turunan asam propionat yang berkhasiat anti inflamasi,
analgesik, dan antipiretik. Naproksen telah menjadi salah satu pilihan pertama karena
lebih aman dan harga yang lebih terjangkau.
23
Identik dengan ketoprofen
INDIKASI
KONTRAINDIKASI
Hipersensitif terhadap naproksen. Pasien yang mengalami sindroma asma, rinitis, dan
polip hidung karena aspirin atau analgesik (antiinflamasi nonsteroid) lain, hamil
trisemester ke-3, laktasi, anemia, kelainan perdarahan, hipertensi, kelainan ginjal dan
hepar, ulserasi intestin, stroke, pasca operasi jantung(koroner bypass)
DOSIS
Oral (tablet)
Dewasa : 550 mg atau 825 mg per hari dalam 2 dosis terbagi (pagi dan malam).
Maksimum : 1100 mg per hari. . Anak-anak : 5-15 mg/kgBB perhari
Dewasa : dosis awal 550 mg, selanjutnya 275 mg tiap 6-8 jam. Dosis total maksimum
1375 mg per hari. Anak-anak : resep dokter
Dewasa : awal 825 mg, selanjutnya 275 mg dengan interval 8 jam. Anak-anak :
resep dokter
EFEK SAMPING:
Mengantuk, sakit kepala, pusing, edema, palpitasi, takikardi, mual dispepsia, muntah,
diare, tinitus, alopesia, angiodema, pendarahan gastrointestinal, trombositopenia,
eosinofilia, anemia aplastik, gangguan penglihatan, eritema multiform, sindroma
nefrotik. Pada penderita usia lanjut yang menggunakan naproksen atau ibuprofen telah
24
dilaporkan mengalami disfungsi kognitif, kehilangan personalitas, pelupa, depresi,
insomnia, iritasi, rasa ringan kepala, hingga paranoid.
INTERAKSI OBAT
Ketorolac
Turunan indole dan indene mencakup beberapa obat yang sangat berguna dalam
perawatan radang akut dan kronis.
INDOMETHACIN
Obat ini merupakan derivate indole-asam asetat. Obat ini sudah dikenal sejak
1963 untuk pengobatan arthritis rheumatoid dan sejenisnya. Walaupun obat ini efektif
tetapi karena toksik maka penggunaan obat ini dibatasi. Indometasin memiliki efek anti
inflamasi lebih kuat dari aspirin dan analgesic-antipireutic yang kira-kira sebanding
dengan aspirin. Telah terbukti bahwa indometasin memiliki efek analgesic perifer
maupun sentral. In-vitro, indometasin menghambat enzim siklo-oksigenase. Seperti
kolkisin, indometasin menghambat motilitas leukosit polimorfonuklear. Indometasin
bekerja dengan menghambat siklooksigenase secara reversible.
Farmakokinetik
Absorpsi indometasin setelah pemberian oral cukup baik ; 92-99% indometasin terikat
pada protein plasma. Metaboloismenya terjadi di hati. Indometasin diekskresi dalam
bentuk asal maupun metabolit melalui urine atau empedu. Waktu paruh plasma kira-
kira 2-4 jam.
Mekanisme Kerja
25
Adverse Event
Gangguan pada gastrointestinal seperti nyeri epigastric, nausea dan diare terjadi
secara berkala. Obat ini juga dapat menyebabkan perforasi dari esophagus, perut dan
duodenum, hasil dan hemoragi dapat menyebabkan fatal. Efek CNS, termasuk sakit
kepala yang berat sering terjadi. Kegilaan juga mungkin terjadi. Reaksi alergi,
leucopenia, aplastic anemia, thrombocytopenia dan hepatitis juga dapat terjadi,
beberapa reaksi ini dapat mengakibatkan kefatalan. Indomethacin berpotensi bereaksi
dengan banyak obat Penggumpalan atau koagulan dapat berbahaya bersamaan
dengan pemberian indomethacin ini.
Indikasi
Indometasin dapat digunakan untuk mengontrol rasa nyeri pada uveitis dan
postoperative ophthalmic procedure. Digunakan juga sebagai antipyretic pada
Hodgkins`s disease, dan seperti aspirin, indometasin dapat menunda labor (kerja)
dengan menekan (suppressing) kontraksi uterus.
Kontraindikasi
Terapeutic in dentistry
Tidak ada indikasi untuk indometasin dalam kedokteran gigi.
26
ETODOLAC
Farmakokinetik
SULINDAC
Farmakokinetik
27
mungkin disebabkan karena hasil dari obat ini masuk dalam sirkulasi hepar.
Metabolisme yang ekstensif menghasilkan sulfone dan sedikit konjugasi.
Indikasi
E. DERIVAT PYRAZOLONE
PHENYLBUTAZONE
Farmakokinetik
Adverse Event
Agranulositosis
Aplastic anemia
Ruam di kulit
Vertigo, insomnia
28
Pelnglihatan kabur
Euphoria, gelisah
Hematuria
Indikasi
Digunakan untuk mengobati gout akut dan rematoid arthritis akut ( terapi jangka
pendek, hanya stu minggu saja ).
Interaksi
Warfarin
Sulfonamide
ASAM MEFENAMAT
Asam mefenamat adalah obat anti inflamasi non steroid yang digunakan untuk
mengobati rasa sakit, termasuk sakit ketika menstruasi. Dianjurkan secara khusus
untuk digunakan secara oral.
Analog dari asam fenamat, merupakan campuran yang disintesis dari asam 2-
chlorobenzoat dan 2,3-xylidine.
Farmakodinamik
Ponstan ( asam mefenamat ) adalah obat anti inflamasi non steroid ( OAINS )
dikenal sebagai anti inflamasi, analgetik, dan antipiretik aktif pada studi hewan.
29
Mekanisme kerja dari ponstan, sama seperti obat OAINS lainnya, secara keseluruhan
belum dimengerti betul tetapi berkaitan dengan penghambatan sintesis prostaglandin.
Farmakokinetik
Absorpsi
Asam mefenamat sangat cepat diabsorpsi setelah administrasi oral. Dalam dua kali
500 mg dosis oral yang diteliti, menunjukkan luas daerah absorpsi sebesar 30,5
mcg/hr/mL ( 17% CV ).
Berdasarkan 1 gr dosis oral single, level puncak plasma mulai dari 10 sampai 20
mcg/mL3. Level puncak plasma dimulai dari 2 sampai 4 jam dam eliminasi waktu paruh
kira-kira 2 jam.
Efek makanan kecepatan dan luas daerah absorbsi dari asam mefenamat belum
diteliti. Ingesi dari antacid yang mengandung magnesium hidrokside bersamaan
dengan asam mefenamat, menunjukkan peningkatan yang signifikan dari kecepatan
dan luas daerah absorbsi asam mefenamat tersebut.
Distribusi
Asam mefenamat dinyatakan lebih dari 90% dikelilingi albumin. Volume distribusi yang
jelas ( Vzss/F ) diperkirakan mengikuti 500 mg dosis oral asam mefenamat yaitu 1,06
L/kg. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya, ponstan diduga dieksresikan pada air susu
ibu pada manusia.
Metabolisme
Eksresi
Kira-kira 52 % dari dosis asam mefenamat dieksresikan melalui urine terutama sebagai
glucuronida asam mefenamat ( 6% ), 3-hydroxymefenamic acid ( 25% ), dan 3-
30
carboxymefenamic acid ( 21% ). Pengeluaran melalui feses sejumlah 20% dari dosis,
sebagian besar dalam bentuk 3-carboxymefenamic acid yang belum dikonjugasi.
Waktu paruh dari asam mefenamat kira-kira 2 jam.
Adverse Event
Asam mefenamat diketahui menyebabkan gangguan pada perut, antara lain iritasi
lambung, kolik usus dan mual. Oleh karena itu disarankan untuk dikonsumsi
bersamaan dengan makanan atau susu. Dapat menyebabkan mengantuk. Disarankan
untuk menghidari menyetir atau mengkonsumsi alkohol selaam mengkonsumsi obat
ini.
Efek lain yang diketahui dari asam mefenamat adalah sakit kepala, pusing, vertigo,
dispepsia, menimbulkan kegelisahan, dan muntah. Efek lain yang lebih serius seperti
diare, muntah berdarah, penglihatan kabur, ruam kulit, gatal-gatal dan pembengkakan,
sakit tenggorokkan dan demam. Disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter
secepatnya bila timbul gejala-gejala seperti di atas selama mengkonsumsi obat
tersebut.
Obat anti inflamasi non steroid memperburuk hipertensi. Orang dengan hipertensi,
disfungsi bilik kiri jantung, dan gangguan pada hati disarankan untuk menghidari obat-
obat AINS. Pada penggunaan terus menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih dari
sehari dapat mengakibatkan agranulositosis dan anemia hemolitik.
Indikasi
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan
dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri
sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
Kontraindikasi
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma, urtikaria dan
hipersensitif terhadap asam mefenamat. Pemakaian secara hati-hati pada penderita
penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran cerna.
Dosis
31
Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan. Untuk dewasa dan
anak di atas 14 tahun dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250
mg tiap 6 jam. Untuk mengobati dismenore atau sakit saat menstruasi dosisnya
sebanyak 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi ataupun sakit
dan dilanjutkan selama 2-3 hari. Untuk mengobati menoragia yaitu 500 mg 3 kali
sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan dilanjutkan selama 5 hari atau
sampai perdarahan berhenti.
Interaksi Obat
Asam mefenamat berinteraksi dengan obat-obat anti koagulan oral seperti warfarizn,
asetosal (aspirin), diuretik, methotrexate dan insulin.
DICLOFENAC
Diclofenac adalah obat anti inflamasi non steroid yang digunakan untuk mengurangi
inflamasi dan sebagai analgesik untuk mengurangi rasa sakit pada kondisi seperti
arthritis atau injury akut. Obat tersebut juga bisa digunakan untuk mengurangi rasa
sakit saat menstruasi, dismenore. Nama obat tersebut diambil dari nama kimianya
yaitu 2-(2,6-dichloranilino) phenylacetic acid.
Klasifikasi
Topikal
Farmakokinetik
Diclofenac dimetabolisme di hati, tidak ada metabolisme aktif. Waktu paruhnya 1,2
sampai 2 jam, 35% dari obat memasuki resirkulasi enterohepatic. Bioavaibilitassnya
100% dan mengikat protein lebih dari 99%. Dieksresikan oleh empedu dan hanya 1%
dalam urine.
Mekanisme Kerja
32
Mekanisme kerja secra tepat belum diketahui sepenuhnya, tetapi ada
hubungannya dengan mekanisme primer yaitu sebagai anti inflamasi, antipiretik,
analgesik yang menghambat sintesis prostaglandin dengan menghambat
cyclooxygenase (COX). Penghambatan COX juga meningkatkan prostaglandins pada
epitel lambung, dan membuat lebih sensitif terhadap kerusakan karena asam lambung.
Sejumlah target molekular lain dari diclofenac baru-baru ini diidentifikasi yang
mana memiliki konstribusi pada aksi mengurangi rasa sakit. Hal itu termasuk :
Adverse Event
Indikasi
33
Diclofenac digunakan untuk gangguan musculoskeletal, terutama arthritis
(rheumatoid arthritis, osteoarthritis, spondylarthritis, ankylosing spondylitis), gout, dan
mengelola rasa sakit yang disebabkan oleh batu ginjal dan batu empedu. Indikasi
tambahan yaitu untuk mengobati migrain akut. Diclofenac biasa digunakan untuk
mengobati nyeri ringan sampai sedang setelah operasi atau trauma, terutama ketika
terdapat inflamasi dan juga efektif untuk mengatasi nyeri saat menstruasi.
Kontraindikasi
Pada pasien dengan ulserasi aktif pada lamung atau duodemun atau pendarahan
saluran cerna
NABUMETONE
Farmakokinetik
Setelah oral administration, hampir 80% dari dosis nabumetone ditemukan dalam
urin, yang menunjukkan bahwa nabumetone terabsorpsi dengan baik pada
gastrointestinal tract.
34
Adverse Event
Indikasi
Kontraindikasi
Dosis
Dosis dan frekuensi diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Pada pasien penderita
osteoarthritis and rheumatoid arthritis, dosis awal yang direkomendasikan adalah 1000
mg sebagai dosis tunggal, baik dengan atau tanpa makanan. Nabumetone bisa
diberikan sekali atau dua kali dalam sehari. Pasien dengan berat badan di bawah 50
kg mungkin saja tidak memerlukan dosis melebihi 1000 mg. Oleh karena itu, setelah
mengamati respon dari terapi pertama, dosis harus disesuaikan sesuai dengan
kebutuhan individual tiap pasien.
Interaksi Obat
35
ACE-inhibitors
Aspirin
Methotrexate
Warfarin
PIROXICAM
Piroxicam merupakan bagian dari grup oxicam pada OAINS. Nama kimia untuk
piroxicam adalah is 4-hydroxyl-2-methyl-N-2-pyridinyl-2H-1,2,-benzothiazine-3-
carboxamide 1,1-dioxide. Piroxicam berupa Kristal putih yang padat, larut dalam air,
dilute acid, dan sedikit larut dalam alcohol. Untuk penggunaan per oral.
Farmakokinetik
Absorption
36
Piroxicam terabsorbsi dengan baik pada oral administration. Konsentrasi plasma obat
proporsional untuk dosis 10-20 mg dan biasanya mencapai puncaknya 3-5 jam setelah
pengobatan.
Ekskresi
Piroxicam dan produk biotransformasinya diekskresikan melalui urin dan fese, dan di
urin sekitar 2x lebih banyak dibanding feses. Hampir 5% dari dosis piroxicam tidak
diubah saat diekskresikan. Waktu paruh piroxicam kira-kira 50 jam.
Farmakodinamik
Piroxicam adalah obat anti inflamasi non steroid yang berperan sebagai anti inflamasi,
analgesic, dan antipyretic. Mekanisme kerja piroxicam, seperti OAINS lainnya, tidak
sepenuhnya diketahui, tetapi berhubungan dengan prostaglandin synthetase inhibiton.
Adverse Event
Indikasi
Kontraindikasi
37
OAINS bisa meningkatkan risiko pada gastrointestinal antara lain, perdarahan,
ulceration, dan perforasi pada perut atau usus yang bisa menjadi fatal. Hal ini bisa
terjadi kapan saja seama penggunaan dan tanpa gejala peringatan. Pasien usia
lanjut berisiko lebih besar gastrointestinalnya dalam penggunaan obat ini.
Dosis
Interaksi Obat
ACE-inhibitors
Aspirin
Level plasma piroxicam turun mendekati 80% dari nilai normalnya ketika
berinteraksi dengan aspirin. Oleh karena itu, seperti OAINS lainnya, administrasi
bersamaan antara piroxicam dan aspirin tidak dianjurkan dikarenakan potensinya
dalam meningkatkan adverse event.
Methotrexate
Warfarin
38
39