Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DASAR DASAR ILMU PEMERINTAHAN


“KEKUASAAN”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah


Dasar Dasar Ilmu Pemerintahan
Dosen Pengampu :
Mukhrijal, M.I.P

Di susun oleh :

Alfarat Abiyyu (2310102010088)


Ananda Geubrina Rizki (2310102010089)
Muhammad Ardi Pratama (2310102010085)
Salsabila Indri Fitria (2310102010135)
Tara Ghefira (2310102010086)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Kekuasaan”. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh untuk dari kesempurnaan,
karena masih banyak kekurangan-kekurangan, baik dari materi maupun redaksi. Hal ini
semata-mata disebabkan oleh keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis. Mudah-mudahan
segala kebaikan serta jasa yang telah diberikan semua pihak mendapat balasan yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Amiin.

Banda Aceh, 17 September 2023

Penyusun,
Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................... 1
1.1Latar Belakang............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................... 2
2.1 Definisi kekuasaan....................................................................................................................... 2
2.2 Sumber Kekuasaan...................................................................................................................... 2
2.3 Sifat Kekuasaan.......................................................................................................................... 5
2.4 Cara Mempertahankan Kekuasaan.......................................................................................... 6
2.5 Jenis – Jenis Kekuasaan di Indonesia....................................................................................... 7
BAB III PENUTUP............................................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga perilaku itu
menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan. Untuk
menggunakan kekuasaan harus ada penguasa yaitu pelaku yang memegang kekuasaan beserta
adanya alat dan sarana kekuasaan. Penguasa perlu keabsahan dan legitimasi, keabsahan
adalah konsep bahwa kedudukan sesorang atau kelompok penguasa dianggap baik oleh
masyarakat sesuai asas dan prosedur yang berlaku.
Kekuasaan merupakan strategi, kekuasaan berkaitan dengan strategi praktek dalam suatu
ruang lingkup dimana ada banyak posisi yang secara strategis berkaitan satu sama lain dan
senantiasa mengalami pergeseran. Kekuasaan bekerja melalui strategi-strategi berlangsung
dimanapun. Kekuasaan semakin terealisir melalui adanya perbedaan-perbedaan, ada banyak
system regulasi, adanya relasi sosial manusia entah dengan sesama maupun Lembaga.
1.2 Rumusan Masalah
Dari pengertian diatas, selanjutnya penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa Definisi Kekuasaan
2. Bagaimana Sifat Kekuasaan
3. Apa Saja Jenis - Jenis Kekuasaan
4. Darimana Sumber Kekuasaan
5. Bagaimana Cara Mempertahankan Kekuasaan
1.3 Tujuan Penulisan
6. Untuk lebih memahami Definisi dari kekuasaan
7. Mendapatkan pengetahuan sifat Kekuasaan dan jenis – jenis Kekuasaan
8. Untuk memahami macam - macam sumber kekuasaan

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Kekuasaan


Di atas kita telah bahas uraian tentang pengertian dari kekuasaan. Untuk mem-perdalam
wawasan kita mengenai kekuasaan ini, selanjutnya kami akan uraikan beberapa definisi
definisi kekuasaan dari pendapat dari para ahli. Berikut ini adalah beberapa definisi
kekuasaan yang dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu sebagai berikut :
A. R.H. Soltau
Didalam bukunya yang berjudul “An Introduction to Politic’, ia memberikan uraian
yang lebih jelas lagi dengan mengatakan ,bahwa “Power is the thus the capacity to
make one’s will prevail over that of other even against these other wills..”, sehingga
menurut beliau kekuasaan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk
mengunggulkan kemauannya terhadap kemauan orang orang lain, sekalipun
berlawanan dengan kehendak mereka.
B. Marry Parker Follet
Di dalam bukunya yang berjudul “Administrative Organisation”, ia mengatakan bahwa:
“power may be defined as simply to make tthings happen”, yang secara sederhana
terjemahannya diartikan bahwa kekuasaan dapat diberi definisi sebagai kemampuan
untuk menyebabkan terjadinya hal-hal tertentu.
C. L. Urwick
Di dalam bukunya yang berjudul “The Element of Administrative” beliau mengatakan
bahwa: “power (which) is the ability to get thinks done”, yang terjemahannya secara
bebas bahwa: kekuasaan adalah kemampuan yang menjadi penyebab diselesaikannya
hal-hal tertentu.
2.2. Sumber Kekuasaan
Agar kekuasaan tersebut mempunyai makna dan dapat kita digunakan sebagaimana
mestinya, maka kekuasaan itu harus dapat kita miliki terlebih dahulu dan selanjutnya baru
dapat kita manfaatkan. Ada beberapa cara supaya seseorang atau suatu kelompok orang
tertentu dapat memiliki kekuasaan. Adapun cara-cara memiliki kekuasaan tersebut dapat
diperoleh, yaitu dengan melalui:
a. Legitimate Power
b. Coersive Power
c. Expert Power

2
d. Reward Power
e. Reverent Power

Untuk lebih jelasnya cara-cara memperoleh kekuasaan tersebut, berikut ini akan dijelaskan
satu persatu pengertian dari masing-masing cara tersebut, yaitu sebagai berikut:
A. Legitimate Power
Legitimate berarti pengangkatan, jadi legitimate power adalah cara mem- peroleh
kekukasaan melalui suatu pengangkatan yang biasanya. Pengangkatan ini selalu disertai
Surat Keputusan (SK). Sebagai contoh misalnya dikemukakan dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, bahwa: Kepala
Wilayah tidak dipilih tetapi diangkat, kecuali Kepala Wilayah dalam jabatan Bupati dan
Gubernur yang masing-masing merangkap sebagai Kepala Daerah Tingkat I dan II, dan
masing-masing dipilih oleh DPRD Tingkat I dan II.
Pada contoh tadi dapat kita umpamakan contohnya buat peng- angkatan seorang
Camat. Jadi bagaimanapun lemahnya langsung seorang Camat, jika Surat Keputusan (SK)
telah diterbitkan buat pengangkatan dirinya, maka yang bersangkutan sudah mempunyai
kekuasaan menjadi seseorang ketua yang berkuasa pada wilayah kecamatannya. Hal ini
pula berlaku dalam ketentaraan (kemiliteran), karena situasi dan kondisi yg tegas tanpa
bantahan, maka buat jabatan suatu koman- serta tidak perlu dilakukan pemilihan umum ,
tetapi relatif dilaksanakan pengangkatan. Taliziduhu serta Pamudji masing-masing telah
membedakan suatu yang akan terjadi asal pengangkatan dan yang akan terjadi berasal
pemilihan. yang akan terjadi asal suatu pengangkatan artinya seseorang kepala, sedangkan
akibat berasal pemilihan merupakan seorang pemimpin.
Seorang kepala belum tentu dapat menjadi seseorang pemimpin yang baik, namun
seorang pemimpin sudah barang tentu adalah juga seseorang kepala. model lain buat
kekuasaan yg langsung diperoleh melalui suatu pengangkatan artinya penobatan seorang
putra mahkota (pangeran) men- jadi raja atau kaisar pada suatu negara kerajaan.
B. Coercive Power
Coercive berarti kekerasan, jadi coercive strength adalah perolehan kekuasaan melalui
cara kekerasan, bahkan mungkin bersifat perebutan atau peram- pasan dengan
menggunakan senjata yang sudah barang tentu ini di luar jalur konstitusional. Hal ini
lazim disebut dengan istilah kudeta (coup de etat).
Karena cara ini inkonstitusional, maka banyak kemungkinan setelah perebutan
kekuasaan, sebagian besar peraturan perundang-undangan negara akan berubah dan

3
karena perubahan tersebut dilakukan secara mendadak, maka disebut juga dengan istilah
revolusi.
Revolusi-revolusi besar yang menarik dunia, diantaranya yaitu:
a) Jatuhnya Shah Iran ditandai dengan terusirnya Shah dan keluarganya, setelah Imam
Ayatullah Rohullah Khomeini tiba dari pengasingannya di Perancis.
b) Jatuhnya Presiden Nicolai Ceauscescu dari Rumania ditandai dengan demonstrasi
besar-besaran dan pembantaian Ceauscescu dan permaisurinya.
c) Jatuhnya kekaisaran Louis di Perancis, ditandai dengan penyerbuan ke penjara Bastile
dan pemotongan kepala raja sekeluarga. Ada pula revolusi yang berjalan dengan
damai tanpa banyak jatuh korban misalnya jatuhnya Presiden Ferdinand Marcos oleh
penggantinya big apple.Corazon Aquino. Termasuk juga yang terjadi di Indonesia
yaitu peng- unduran diri Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998.
C. Expert Power
Expert berarti keahlian, jadi expert strength adalah perolehan kekuasaan melalui
keahlian seseorang, maksudnya adalah pihak yang memperoleh kekuasaan tersebut
memang memiliki keahlian dalam bidangnya. Seperti ini berlaku di negara demokrasi,
karena sistem personalianya dalam me- milih karyawan memakai benefit sistem. Motto
yang paling tepat untuk pengisian formasi dalam admimnistrasi kepegawaian seperti ini
adalah menempatkan orang yang tepat pada posisi yang sebenarnya tepat atau lebih kita
kenal dengan istilah “The proper man in the proper vicinity”. Dengan demikian seseorang
akan ditempatkan sesuai dengan proporsinya, apalagi mereka yang dididik khusus untuk
itu. Sebagai contoh misalnya sebagai berikut :
A. Penempatan Dokter sebagai Kepala Rumah Sakit.
B. Penempatan Insinyur atau Sarjana Teknik pada jabatan teknis.
C. Penempatan ABRI pada jabatan keamanan.
D. Penempatan lulusan APDN/IIP sebagai Camat.
Jadi apabila pemegang kekuasaan pada instansi-instansi tersebut me- manfaatkan
wewenangnya, maka artinya masih sesuai pada tempatnya, karena mereka sangat ahli
dalam bidangnya tersebut. Tetapi adakalanya yang berlaku di suatu negara atau daerah
adalah sebaliknya. Penempatannya pada suatu jabatan oleh karena pengaruh presure
organization atau pengisian jabatan oleh anggota keluarga pejabat yang berwenang.
Sistem kepegawaian inilah yang disebut sebagai spoil device, sehingga pada
gilirannya nanti terdapat kelompok elit pemerintahan yang berbentuk ikatan primordial.

4
D. Reward Power
Reward berarti pemberian, jadi reward power adalah cara perolehan kekua- saan
melalui suatu pemberian atau karena berbagai pemberian. Sebagai contoh orang-orang
kaya dapat memerintah orang-orang miskin untuk bekerja dengan patuh. Orang-orang
yang melakukan pekerjaan tersebut hanya karena mengharapkan dan butuh sejumlah uang
pembayaran (gaji atau upah).
Oleh sebab itu salah satu faktor untuk memegang suatu tampuk kekua- saan harus
orang yang berada dan beruang (orang kaya). Tuan-tuan tanah dapat membayar centeng
dan tukang pukul hanya karena adanya pemba- yaran yang teratur. Dengan kata lain orang
yang mempunyai kekayaan akan berkuasa atas orang miskin yang bekerja padanya.
E. Reverent Power
Reverent berarti daya tarik, jadi reverent power adalah cara perolehan kekuasaan
melalui daya tarik seseorang. pada Indonesia 2 kali Presiden yang memegang tampuk
pimpinan tertinggi pemerintahan memilki ketampanan, Pak Harto terkenal dengan
senyumnya yg kebapakan walau- pun beliu seseorang tentara, sehingga tak jarang digelari
the smilling general. Selain itu kita pula mengenal kehebatan daya tarik Presiden
Soekarno terutama pada hal berpidato yang tidak ada duanya dan mempunyai kharimatik
yang tinggi.
2.3. Sifat Kekuasaan
Sifat Kekuasaan terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Pasition Power
Sifat Kekuasaan yang pertama ini adalah pasition power, sifat pasition power adalah
salah satu sifat kekuasaan yang dimiliki oleh manusia pada suatu kegiatan organisasi.
Sifat kekuasaan ini dimiliki oleh orang yang memiliki jabatan pekerjaan di lingkungan
masyarakat. Seperti jabatan ketua atau dewan pembina. Jika seseorang sudah memiliki
jabatan ketua, makai ia sudah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengarahkan
anggota di bawahnya.
2. Personal Power
Sifat Kekuasaan yang kedua ini adalah Personal power, sifat personal power adalah
kekuasaan yang dimiliki oleh seorang yang bukan berasal dari anggota organisasi
melainkan dalam hubungan sosialnya. Seseorang itu sudah memiliki jabatan di
lingkungan masyarakat sepeti jabatan Kepala Desa, RT, RW dan sebagainya. Seseorang
ini yang memiliki sifat personal power memiliki nama dalam lngkungan masyarakat
sekitar.

5
2.4. Cara Mempertahankan Kekuasaan
Tak bisa dipungkiri bahwa kekuasaan selalu identik dengan politik, sehingga banyak
sekali pelaku politik yang ingin sekali mempertahankan kekuasannya, contohnya seperti
pejabat negara, pemimpin daerah, hingga anggota dewan. Berikut cara mempertahankan
kekuasaan dalam dunia politik.
1. Membangun Politik Dinasti
Suatu kekuasaan dapat dipertahankan dengan cara membangun dinasti politik. Dinasti
politik dapat diartikan sebagai politik keluarga yang dimana hamper semua anggota
keluarga memiliki jabatan di suatu daerah. Dengan begitu, maka setiap kebijakan yang
disebut oleh pejabat daerah lebih mudah untuk diwujudkan, sehingga kekuasaan tetap
terjaga
2. Tidak Memberikan Kebebasan Kepada Masyarakat
Bagi para pemimpin politik yang ingin mempertahankan kekuasannya bisa
melakukannya dengan cara mengurangi kebebasan berpendapat kepada masyarakat.
Dalam hal ini, masyarakat akan sangat sulit untuk memberikan kritik kepada
pemerintahan atau pemimpin politik.
3. . Menghilangkan Peraturan-Peraturan yang Dapat Merugikan Kekuasaan.
Apabila kekuasaan tidak bisa dipertahankan dengan cara membangun dinasti politik
dan membatasi akses untuk berpendapat, maka sudah seharusnya menggunakan cara
ketiga mempertahankan kekuasaan, yaitu menghilangkan peraturan-peraturan yang
dapat merugikan kekuasaan. Dengan menghilangkan peraturan-peraturan yang
merugikan suatu kekuasaan akan membuat suatu kekuasaan tetap berjalan tanpa harus
melanggar peraturan. Semakin banyak aturan yang merugikan suatu kekuasaan
dihilangkan, maka suatu kekuasaan akan bertahan lebih lama. Maka dari itu, cara
seperti itu bisa dibilang sangat ampuh demi mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi,
untuk menghilangkan peraturan-peraturan yang merugikan sangat dibutuhkan kerja
sama yang kuat. Itulah beberapa cara untuk mempertahankan kekuasaan dalam dunia
politik. Dari ketiga cara tersebut dapat dikatakan bahwa sangat tidak menggambarkan
sistem pemerintahan demokrasi. Bagi negara-negara demokrasi akan lebih
mengutamakan kepentingan masyarakat dan memberikan kebebasan berpendapat bagi
masyarakatnya. Selain itu, dinasti politik mulai dihilangkan atau diruntuhkan secara
perlahan.

6
2.5. Jenis – Jenis Kekuasaan di Indonesia
1. Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang. Cabang
kekuasaan ini yang memegang kewenangan administrasi pemerintahan negara yang
tertinggi. Kekuasaan ini berkaitan dengan sistem pemerintahan negara yang dianut
masing-masing. pegawai negeri sipil dan militer. Oleh sebab itu, secara sederhana,
lembaga eksekutif dapat disebut sebagai pemerintah.
Contohnya Presiden Republik Indonesia. Presiden adalah Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan yang memiliki kekuasaan eksekutif tertinggi di Indonesia.
2. Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan untuk membuat atau merumuskan undang-
undang yang diperlukan negara. Cabang kekuasaan legislatif adalah cabang kekuasaan
yang mencerminkan kedaulatan rakyat. kekuasaan legislatif ini dilakukan untuk
menjalankan fungsi pengaturan.
Contoh kekuasaan legislatif adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
3. Kekuasaan Yudikatif
Mengatur perihal kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan yang dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan
oleh Mahkamah Konstitusi.
Contoh Kekuasaan Yudikatif adalah Komisi Yudisial (ky), Makamah Konstitusi (MK)
, Makamah Agung (MA).
Istilah yang digunakan dalam bahasa indonesia sebagai penerjemahan konsep trias
politika adalah pemisahan kekuasaan. Namun jika kita melihat pada pelaksanaan trias
politica sebagai yang dicitakan ideal oleh Montesquieu di Inggris ternyata tiap-tiap
kekuasaan tidak dapat terpisah. Akan lebih tepat jika konsep ini disebut sebagai pembagian
kekuasaan (distribution of power). Sebab tak ada kekuasaan yang berdiri sendiri.
Kekuasaan eksekutif pun memiliki kekuasaan legislatif maupun yudikatif.
Walaupun ajaran trias politika Montesquieu ini paling berpengaruh dalam penyusunan
konstitusi didalam praktek ketatanegaraan di dunia, namun pelaksanaannya secara murni
mendapatkan keberatan. Alasannya adalah sebagai berikut:

7
1. Pemisahan mutlak akan mengakibatkan adanya badan kenegaraan yang tidak
ditempatkan dibawah pengawasan suatu badan kenegaraan lainnya. Tidak adanya
pengawasan ini berarti adanya badan kenegaraan untuk bertindak melampaui batas
kekuasaanya dan kerjasama antara badan-badan kenegaraan itu menjadi sulit.

2. Karena ketiga fungsi tersebut masing-masing hanya boleh diserahkan kepada satu
badan kenegaraan tertentu saja atau dengan perkataan lain tidak mungkin diterima
sebagai azas tetap bahwa tiap-tiap badan kenegaraan itu hanya dapat diserahi satu
fungsi tertentu saja, maka hal ini akan menyukarkan pembentukan suatu negara
hukum modern (modern rechstaat) dimana badan kenegaraan yang diserahi fungsi
lebih dari satu macam dan kemungkinan untuk mengkoordinasi beberapa fungsi.

Secara institusional, lembaga-lembaga negara merupakan lembaga kenegaraan yang


berdiri sendiri yang satu tidak merupakan bagian dari yang lain. Akan tetapi, dalam
menjalankan kekuasaan atau wewenangnya, lembaga Negara tidak terlepas atau terpisah
secara mutlak dengan lembaga negara lain, hal itu menunjukan bahwa UUD 1945 tidak
menganut doktrin pemisahan kekuasaan. Dengan perkataan lain, UUD 1945 menganut asas
pembagian kekuasaan dengan menunjuk pada jumlah badan-badan kenegaraan yang diatur
didalamnya serta hubungan kekuasaan diantara badan-badan kenegaraan yang ada yakni
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkmah Agung
(MA), Mahkamah Konstitusi (MK).

8
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas kita dapat memahami bahwasannya kekuasaan merupakan
suatu hal yang sangat besar dan penting bagi suatu pemerintahan ataupun negara, hal ini
terbukti dari banyaknya definisi oleh para ahli mengenai kekuasaan itu sendiri, dan juga
secara garis besar kekuasaan meliputi seluruh hal dalam pemerintahan contohnya kekuasaan
merupakan strategi praktek dalam satu ruang lingkup dan dapat berlangsung dimanapun.
Serta kekuasaan juga merupakan hal yang sangat tegas karna kekuasaan merupakan suatu
kemampuan seseorang untuk mengunggulkan kemamauannya terhadap orang lain, dan
kemampuan untuk menyebabkan terjadinya hal hal tertentu.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bernadheta Aurelia Oktavia, S. (2023, juni 16). Kekuasaan Eksekutif, Legislatif, dan
Yudikatif di Indonesia. Retrieved from hukumonline.com:
https://www.hukumonline.com/klinik/a/kekuasaan-eksekutif-legislatif-yudikatif-
lt628dfc34715c9/
Marlina, R. (2018). Pembagian Kekuasaan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di
Indonesia. Jurnal Daulat Hukum.
Mulyawan, D. R. (2015). Sistem pemerintahan indonesia. Bandung: UNPAD PRESS.
N.W, M. I. (2018). Kekuasaan Legislatif. Yogyakarta: Diandra Kreative .
Yogyakarta, U. N. (2017). Sifat Kekuasaan . Retrieved from Studocu.com:
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-yogyakarta/pendidikan-
kewarganegaraan-pkn/sifat-kekuasaan/45829936
Yusuf, M. (2021). Teori Kekuasaan:Pengertian Legitimasi, dan Sumber Kekuasaan.
Retrieved from gramedia.com: https://gramedia.com/literasi/teori-kekuasaan/

10

Anda mungkin juga menyukai